BAB III METODOLOGI. bisnis yang benar-benar terjadi. Secara umum sebuah kasus (case) adalah rekaman

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI 3.1. Research Design Penulisan thesis ini adalah dengan metode pembahasan kasus. Metode kasus adalah sebuah metode pembelajaran dengan menggunakan kasus di dunia bisnis yang benar-benar terjadi. Secara umum sebuah kasus (case) adalah rekaman dari sebuah isu bisnis yang secara aktual telah dihadapi oleh eksekutif bisnis. Rekaman tersebut dibarengi dengan fakta-fakta, opini dan anggapan yang dapat dijadikan dasar keputusan bagi eksekutif tersebut. Kasus-kasus tersebut dipresentasikan kepada mahasiswa atau murid untuk dapat di analisa dengan diskusi terbuka agar dapat menentukan aksi mana yang harus diambil (Gragg, 1931) Metode Penelitian Kasus Metode penelitian kasus yang digunakan adalah gabungan antara field research dan desk research. Metode desk research adalah metode yang dilakukan dengan cara menganalisa data dan fakta terhadap teori juga memberikan arti secara akademik dari data yang diperoleh. Sedangkan metode field research adalah metode penelitian di mana peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati fenomena yang terjadi. Dalam hal ini, penyusun melakukan survey ke beberapa bioskop yang bersangkutan serta melakukan wawancara dengan para eksekutif Bllitzmegaplex (PT 41

2 42 Graha Layar Prima). Wawancara dilakukan secara lisan dengan manager CRM Blitzmegaplex, Antonia Niken dan melalui yang ditujukan kepada direktur pemasaran Blitzmegaplex, Wendy Soeweno Jenis Studi Kasus Jenis studi kasus ini merupakan studi kasus perusahaan (company case). Company case ialah jenis studi kasus yang meletakkan fokusnya pada suatu perusahaan, baik faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan tersebut secara intern maupun ekstern. Studi kasus ini berfokus pada kompetisi yang terjadi antara perusahaan bioskop pendatang baru Blitmegaplex di bawah naungan PT Graha Layar Prima dengan perusahaan bioskop pemimpin pasar 21 Cineplex di bawah naungan PT Nusantara Sejahtera Raya Metode Penulisan Kasus Kerangka Berpikir Kerangka berpikir atau kerangka utama biasanya juga dikenal dengan istilah skenario kasus. Pada studi kasus ini, penyusun akan meletakkan pembaca pada sudut pandang sang pelaku utama yaitu Wendy Soeweno, marketing director Blitzmegaplex, yang dibantu oleh tim pemasaran Blitzmegaplex di antaranya Marketing Manager Dian Sunardi dan CRM & Promotion Manager Antonia Niken.

3 43 Alur yang digunakan oleh tokoh utama adalah alur mundur, yaitu menceritakan kejadian sebelum klimaks sampai dengan klimaks, tepatnya pada Oktober 2006 sampai Juni Lokasi tempat studi kasus ini adalah kantor Blitzmegaplex yang terletak di Jalan Patra Kuningan VII nomor 14 Jakarta. Skenario kasus yang dipaparkan dalam studi kasus ini dimulai ketika tim pemasaran Blitzmegaplex akan mengadakan rapat berkaitan dengan strategi pemasaran mereka. Skenario ini diikuti oleh alur mundur dengan pemaparan datadata ekstern maupun intern perusahaan sesuai dengan timeline. Data-data tersebut antara lain mengenai sejarah perfilman Indonesia, latar belakang industri bioskop Indonesia, profil perusahaan 21 Cineplex, profil perusahaan Blitzmegaplex. Setelah memaparkan data-data tersebut, skenario berlanjut membahas mengenai keunikan Blitzmegaplex dalam memasuki pasar sampai dengan pertumbuhan pangsa pasar yang signifikan di beberapa daerah. Selanjutnya, skenario menceritakan tentang gerakan yang dilakukan 21 Cineplex dalam mempertahankan pangsa pasar mereka melalui berbagai cara. Skenario ini ditutup dengan perseteruan antara Blitzmegaplex dan 21 Cineplex di mana Blitz melaporkan 21 Cineplex ke KPPU dengan tuduhan adanya silent embargo yang dilakukan 21 Cineplex terhadap Blitzmegaplex.

4 Langkah-langkah Penyusunan Studi Kasus Dalam penulisan studi kasus ini, pen menggunakan langkah-langkah spesifik yang dapat dilihat pada diagram dibawah ini. Secondary Data/ Collecting First Interview Case Scenario/ Draft Case Scenario/ Interview by Full Version Case Analysis Secondary Data/ Collecting Conclusion Final Version GAMBAR 3.1. BAGAN PENYUSUNAN STUDI KASUS

5 45 Langkah pertama yang dilakukan penyusun adalah mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber tertulis, baik dari media cetak maupun media elektronik yang berkaitan dengan Blitzmegaplex, 21 Cineplex dan industri perfilman di Indonesia terutama yang terjadi pada tahun 2006 sampai tahun Setelah data-data terkumpul, penyusun melakukan wawancara pertama dengan pihak Blitzmegaplex untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail tentang perusahaan dan strategi kompetisi mereka. Setelah hasil wawancara dirangkum, penyusun membuat draft skenario kasus. Setelah draft skenario kasus disusun, selanjutnya dibuatlah skenario kasus secara utuh berikut analisa dan pembahasannya. Pada periode ini, penyusun dapat melakukan wawancara melalui dengan pihak perusahaan untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Apabila versi lengkap skenario kasus telah diselesaikan, maka penyusun dapat menarik kesimpulan dan saran untuk Blitzmegaplex Jenis dan Sumber Data Data Primer Data primer yang digunakan dalam studi kasus ini merupakan rangkuman hasil wawancara secara lisan dengan Antonia Niken selaku CRM Manager Blitzmegaplex dan wawancara melalui dengan Wendy Soeweno selaku Marketing Director Blitzmegaplex. Wawancara dengan Antonia Niken dilakukan di kantor Blitzmegaplex yang terletak di Patra Kuningan Jakarta. Wawancara tersebut dilakukan sebanyak satu kali pada tanggal 26 November

6 Sedangkan yang ditujukan kepada Wendy Soeweno dikirim pada tanggal 11 Januari 2010 dan dibalas pada tanggal 13 Januari Data Sekunder Data sekunder yang digunakan dalam studi kasus ini dikumpulkan dari berbagai artikel maupun forum-forum dalam situs-situs di internet dan media cetak. Data sekunder yang diambil meliputi data tentang sepak terjang Blitzmegaplex maupun 21 Cineplex, sejarah dan perkembangan industri perfilman dan bioskop di Indonesia, teori perilaku konsumen, kondisi pasar industri bioskop dan dunia, serta artikel dan teori yang mendukung lainnya Variabel Penelitian Pada studi kasus ini, variabel yang menjadi fokus utama adalah kompetisi. Kompetisi di sini mengacu pada warfare strategy yang dilakukan oleh dua perusahaan jaringan bioskop Blitzmegaplex melawan 21 Cineplex. Strategi tersebut mengenai strategi serang Blitzmegaplex sebagai penantang pasar melawan penguasa pasar, dan usaha 21 Cineplex sebagai penguasa pasar untuk melakukan strategi pertahanan. Kompetisi ini akhirnya akan mengarah kepada strategi apa yang harus dilakukan Blitzmegaplex menghadapi strategi pertahanan 21 Cineplex dan meninjau ulang apakah strategi yang mereka implementasikan selama ini sudah benar.

7 Metode Analisis Metode analisis data dalam studi kasus ini menggunakan metode analisis kualitatif, yang berarti proses pengumpulan informasi dilakukan secara mendalam tarhadap perusahaan dan industri bioskop yang terkait dengan Blitzmegaplex. Alat-alat (tools) yang digunakan untuk analisis antara lain : Porter s Five Forces, PEST analysis, Warfare Strategies analysis, Competitive Generic Analysis, dan consumer behaviour analysis.