Gambar 1.1 Provinsi Dengan Kepadatan Penduduk Tertinggi Tahun 2014 (Badan Pusat Statistik, 2015)

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi ke-4 dan ke-5 se- Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2015). kepadatan penduduk (jiwa/km 2 ) Gambar 1.1 Provinsi Dengan Kepadatan Penduduk Tertinggi Tahun 2014 (Badan Pusat Statistik, 2015) Tingginya kepadatan penduduk di suatu wilayah akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan pangan (Soemarwoto, 1991). Kebutuhan pangan yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah kebutuhan sembako atau sembilan bahan makanan pokok. Sesuai keputusan Menteri Industri dan Perdagangan No. 115/MPP/Kep/2/1988 tanggal 27 Februari 1998, sembako terdiri atas 1) beras, 2) gula pasir, 3) minyak goreng dan mentega 4) daging sapi dan ayam, 5) telur ayam, 6) susu, 7) jagung, 8) minyak tanah, dan 9) garam beriodium. Menurut Rencana Strategis Kementerian Pertanian beras, minyak goreng, dan gula pasir adalah produk pertanian dengan konsumsi tinggi dibanding produk lain. 1

2 2 Komoditas pokok merupakan salah satu penggerak utama Sistem Logistik Nasional seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden No 12 Tahun Penyelesaian permasalahan logistik perkotaan merupakan bagian penting dari Sistem Logistik Nasional yang telah disosialisasikan oleh pemerintah Indonesia. Logistik perkotaan atau city logistics merupakan suatu proses optimasi secara total terhadap aktivitas logistik dan transportasi dari private company dalam area perkotaan dengan mempertimbangkan traffic environment, traffic congestion, dan energy saving dalam framework market economy (Taniguchi dkk, 1999). Salah satu komponen penting dalam city logistics adalah penentuan rute kendaraan (vehicle routing). Menurut Taniguchi dkk (2001), model penentuan rute kendaraan mampu menjadi teknik inti dalam memodelkan city logistics. Ketika City Logistic Center telah ditetapkan dan titik demand telah dialokasikan pada setiap facility, tahapan selanjutnya adalah penentuan rute kendaraan optimal yaitu pemilihan customer yang harus dilayani oleh setiap kendaraan serta urutan pelayanan customer dengan harapan dapat meminimalkan biaya total namun tidak melanggar konstrain yang ada. Penentuan rute kendaraan optimal dalam city logistics tidak hanya efektif untuk mengurangi biaya total tetapi juga waktu operasi dan emisi CO2. Fleet composition atau penentuan jumlah dan tipe kendaraan merupakan masalah umum yang sering di temui di industri dimana tipe kendaraan sering dikategorikan berdasarkan kapasitasnya (Koç dkk, 2016). Menurut Soonpracha dkk (2014) varian VRP jika dilihat berdasarkan variasi kendaraan yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua yaitu homogeneous dan heterogeneous vehicle routing problem. Perbedaan keduanya adalah Homogeneous VRP menggunakan hanya satu tipe kendaraan dengan kapasitas kendaraan yang identik (homogeneous fleet), sedangkan heterogeneous VRP menggunakan kendaraan dengan kapasitas yang berbeda-beda (heterogeneous fleet). Kebanyakan penelitian mengenai VRP lebih berfokus pada penggunaan kendaraan yang homogen, padahal dalam kenyataannya permasalahan penentuan rute juga perlu mempertimbangkan aspek kendaraan dengan kapasitas yang heterogen (Hoff dkk, 2010).

3 3 Menurut Hererro dkk (2014) aspek penggunaan kendaraan dengan kapasitas heterogen perlu dipertimbangkan karena customer dan lokasi yang berbeda mungkin membutuhkan tipe kendaraan yang berbeda, misalnya karena kondisi jalan yang terlalu sempit, ketersediaan area parkir yang terbatas, serta aturan mengenai berat kendaraan yang boleh melalui jalan-jalan tertentu. Penggunaan kendaraan yang heterogen akan lebih adaptif dalam pemenuhan kebutuhan dari customer. Selain itu pada kondisi nyata, penggunaan kendaraan yang heterogen kemungkinan besar akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan kendaraan yang homogen (Osman dan Salhi, 1996). Oleh karena itu, untuk menjamin pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap bahan makanan pokok khususnya beras, gula pasir, dan minyak goreng di Kota Yogyakarta dan sekitarnya, diperlukan distribusi bahan pokok yang terselenggara dengan baik. Pelaksanaan distribusi yang baik membutuhkan penentuan rute kendaraan distribusi yang optimal. Penentuan rute kendaraan perlu mempertimbangkan tipe kendaraan yang digunakan baik dengan kapasitas homogen maupun heterogen agar dapat diperoleh rute yang paling optimal. Penelitian ini nantinya akan membangun model untuk menentukan rute distribusi optimal untuk produk bahan pokok beras, gula pasir, dan minyak goreng pada data set dua perusahaan ritel di Yogyakarta dengan menggunakan pendekatan metaheuristik yaitu metode Genetic Algorithm. Model yang dibangun akan menentukan rute optimal untuk meminimalkan biaya pada pendistribusian beras, gula pasir, dan minyak goreng di Kota Yogyakarta dan sekitarnya dengan mempertimbangkan kapasitas truk yang digunakan yaitu kapasitas kendaraan homogen maupun heterogen.

4 4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pembangunan model penentuan rute optimal distribusi bahan pokok dengan mempertimbangkan kapasitas kendaraan menggunakan metode Genetic Algorithm untuk data set dua perusahaan ritel Kota Yogyakarta dan sekitarnya? 2. Bagaimana rute optimal untuk meminimalkan total biaya pendistribusian bahan pokok dengan mempertimbangkan kapasitas kendaraan menggunakan metode Genetic Algorithm pada data set dua perusahaan ritel di Kota Yogyakarta dan sekitarnya? 1.3 Asumsi dan Batasan Masalah Asumsi dan batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini berfokus pada tiga jenis komoditas bahan pokok yaitu beras, gula pasir, dan minyak goreng yang terdapat pada DC perusahaaan ritel A dan 58 gerai ritel A serta DC perusahaan ritel B dan 84 gerai ritel B yang terletak di Kota Yogyakarta dan sekitarnya. 2. Optimasi hanya akan meminimalkan total biaya pendistribusian (biaya perjalanan dan biaya penggunaan kendaraan). Biaya perjalanan terdiri dari biaya bahan bakar, biaya maintenance, dan biaya ganti ban. Sedangkan biaya penggunaan kendaraan terdiri dari biaya kendaraan dan biaya supir. 3. Kapasitas kendaraan dibedakan menjadi tiga tipe dihitung berdasarkan proporsi jumlah rata-rata demand beras, gula pasir, dan minyak goreng untuk satu toko dikalikan dengan 4 karena 1 kendaraan biasa melayani 4 toko dan sisa kapasitasnya dianggap full untuk produk lain. 4. Biaya kendaraan dihitung berdasarkan proporsi kapasitas kendaraan yang digunakan.

5 5 5. Semua tipe kendaraan yang digunakan bisa memasuki jalan menuju gerai retail. 6. Kecepatan kendaraan sama untuk setiap tipe kendaraan yaitu 40 km/jam dengan waktu operasi selama 8 jam. 7. Pengantaran produk dilakukan sebanyak 8 kali dalam sebulan. 8. Kondisi jalan ideal sehingga tidak mempertimbangkan adanya kemacetan. 9. Tidak mempertimbangkan time windows. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Membangun model penentuan rute optimal distribusi bahan pokok dengan mempertimbangkan kapasitas kendaraan menggunakan metode Genetic Algorithm untuk data set dua perusahaan ritel Kota Yogyakarta dan sekitarnya. 2. Menentukan rute optimal untuk meminimalkan total biaya pendistribusian bahan pokok dengan mempertimbangkan kapasitas kendaraan menggunakan metode Genetic Algorithm pada data set dua perusahaan ritel Kota Yogyakarta dan sekitarnya 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah akan adanya rute distribusi bahan pokok khususnya beras, gula pasir, dan minyak goreng yang lebih optimal di Kota Yogyakarta dan sekitarnya dilihat dari total biaya pendistribusian dengan mempertimbangkan kapasitas kendaraan yang digunakan.