SOP RAWAT INAP / RAWAT JALAN MH RSK SUMBERGLAGAH. Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto. INDIKASI PASIEN MRS No. Dokumen No.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SOP RAWAT INAP / RAWAT JALAN MH RSK SUMBERGLAGAH. Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto. INDIKASI PASIEN MRS No. Dokumen No."

Transkripsi

1 SOP RAWAT INAP / RAWAT JALAN MH RSK SUMBERGLAGAH Rumah Sakit Kusta Mojokerto INDIKASI PASIEN MRS PROSEDUR TETAP 14 Juli 2003 Direktur Pengertian : Pelayanan pada pasien memerlukan penanganan, perawatan dan pengawasan tenaga medis dan paramedis Tujuan : Sebagai acuan penerpan langkah - langkah melakukan penanganan atau perawatan sehingga pasien mendapat pelayanan sesuai dengan yang diharapkan. Kebijaksanaan : Proses pelayaan rawat inap sesuai kebutuhan : Pasien datang dirawat jalan dilayani oleh perawat jaga - Anamnase : Nama, alamat, umur dan keluhan utama - Pemeriksaan fisik : tensi, nadi, suhu, POD untuk pasien reaksi. - Konsul dokter untuk pemberian terapi atau tindakan yang diperlukan. - Mencatat hasil konsultasi di status pasien - Melaksanakan instruksi sesuai advis dokter - Memindahkan pasien keruang rawat inap - Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan KU penderita - Kerjasam dengan unit penunjang : Laboratorium. Fisoi terapi, apotik Adapun indikasi pasien MRS : 1. Pasien dengan reaksi berat 2. Pasien dengan luka yang memerlukan perawatan khusus 3. Pasien dengan rencana tindakan operasi 4. Pasien kusta dengan komplukasi

2 Rumah Sakit Kusta Mojokerto PERAWATAN POST OPERASI PROSEDUR TETAP Direktur Pengertian : Suatu tindakan perawatan yang dilakukan pada penderita yang habis dilakukan tindakan operasi. Tujuan Kebujakan Peralatan : 1. Mencegah terjadinya pendarahan pada luka operasi 2. Mencegah terjadinya aspirasi pada penderita dengan general anestesi 3. Observasi tanda-tanda cardinal sign : Dilakukan sesuai dengan advis dokter ruangan : 1. Elevator 2. O2 3. Tensi, jam, termometer, senter : 1. Pasien keluar dari kamar operasi masuk ruang atur posisi, ukur tekanan darah, nadi, suhu 2. Blok daerah kepala untuk pasien dengan SAB 3. Tinggikan posisi tangan atau kaki yang dioperasi 4. Pada penerita post operasi rekonstruksi biasanya dipasang gips dilakukan pemeriksaan terhadap hal-hal: a. Warna jari-jari kaki, tangan atau daerah lain yang dioperasi apakah terjadi perdarahan atau tidak b. Jika dijumpai warna jari-jari berwarna biru atau putih, kemungkinan gips terlalu kencang, maka gips perlu dikendorkan dengan hati-hati sampai warna jarinya kelihatan normal. c. Apabila dipasangn deainase, perlu diperhatikan jumlah dan warna drainase tersebut. 5. Setelah 6 minggu gips dilepas 6. Dilakukan rawat luka 7. Kerjasama dengan fisio terapi untuk latihan fisio terapi.

3 Rumah Sakit Kusta Mojokerto PERAWATAN LUKA STATIS PROSEDUR TETAP Direktur Pengertian Tujuan Kebijakan : Suatu tindakan perawatan luka yang dilakukan pada penderita yang mengalami luka pada daerah tungkai bawah 1/3 bawah cruris : 1. Membantu kesembuhan pasien 2. Mencegah melebarnya luka : Dilakukan bagi setiap pasein sesuai dengan kasus Peralatan : Bak instrumen steril berisi : 1. Pinset anatomi steril 2. Pinset chirurgi steril 3. Gunting lurus atau bengkok 4. Kasa steril 5. Alkohol 70% 6. Gunting plester 7. Cairan PZ 8. Gentian violet 9. Bengkok 10. Sarung tangan 11. Verban atau plester 12. Sarung tangan : 1. Pasien diberitahu, pasien disuruh duduk santai berhadapan dengan petugas 2. Petugas memakai sarung tangan 3. Luka dibersihkan dengan PZ atau obat lain. 4. Jaringan yang nocrotik dinekrotomi 5. Bila perlu cuci dengan perhidrol 6. Kompres luka dengan gentian violet PZ 7. Balut luka dengan verban atau diplester 8. Alat-alat dibersihkan

4 Rumah Sakit Kusta Mojokerto PEMERIKSAAN PASIEN BARU KUSTA PROSEDUR TETAP Direktur Pengertian Tujuan Kebijakan a. Syaraf auricularis magnus b. Syaraf ulnaris : Suatu pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dirawat jalan sehingga diketahui penyakitnya. : Untuk menentukan diagnosa dan pemberian terapi : Dilakukan bagi setiap pasien rawat jalan di RUMAH SAKIT : 1. Anamnase - Keluhan utama : rasa baal, adanya bercak putih, bercak merah infiltrat (bercak tebal) - Keluhan tambahan : parastesia, demam, nyeri sendi dll - Riwayat perjalanan penyakit : berapa lama? pengobatan yang didapat, reaksi bentol-bentol merah dll. - Riwayat kontak dengan penderita kusta (keluarga) - Penyakit lain yang diderita pada saat ini - Riwayat penyakit dulu terutama penyakit yang berat 2. Pemeriksaan - Harus dilakukan di ruangan yang cukup terang, paling baik cahaya sinar matahari tidak langsung. - Diperiksa pada seluruh permukaan kulit (dari depan atas sampai bawah dan dari belakang atas sampai bawah) 3. Pertama-tama pasien diberitahu kemudian pemeriksa melihat kelainan kulit dari jarak jauh kemudian dari dekat. - Setelah ditemukan adanya kelainan kulit, maka kelainan kulit ditest ada tidaknya anestesi (test raba menggunakan kapas yang diruncingkan) 4. Pemeriksaan kelainan syaraf tepi - Pasien disuruh menengok kekiri kemudian pemeriksa meraba adanya penebalan syaraf atau tidak demikian sebaliknya. - Tangan kanan pemeriksa memegang lengan kanan bawah penderita dengan posisi siku sedikit ditekuk sehingga lengan penderita dalam keadaan relax - Dengan jari telunjuk tengah kiri pemeriksaan mencari nervus ulnaris disulcus ulnaris yaitu pada lekukan diantara tonjolan tulang siku dan tonjolan kecil dibagian medial. - Dengan memberi tekanan ringan N. ulnaris digulirkan halus dirasakan dan ada tidaknya penebalan syaraf, demikian juga pada lengan kiri penderita.

5 Rumah Sakit Kusta Mojokerto PERAWATAN LUKA PLANTAR PROSEDUR TETAP Direktur Pengertian Tujuan : Kebijakan Peralatan : Persiapan alat : : Suatu tindakan luka yang dilakukan pada penderita kusta yang mengalami luka telapak kaki - Membantu mempercepat kesembuhan luka - Mencegah terjadinya infeksi - Membatasi terjadinya cacat : Sesuai dengan dosis dokter 1. Pinset anatomi steril 2. Pinset Chirurgic steril 3. Gunting lurus atau bengkok 4. Kasa steril 5. Alkohol 70 % 6. Gunting plester 7. Cairan PZ 8. Pembalut atau plester 9. Bengkok 10. Sarung tangan : 1. Persiapan alat 2. Pakai sarung tangan 3. Luika dibersihkan dengan PZ atau obet lain 4. Bila ada jaringan yang nekrosis dilakukan nekrotomi 5. Bila perlu cuci luka dengan perhydrol 6. Kompres luka dengan betadin, PZ atau lain sesuai advis Medis 7. Balut luka dengan verban atau diplester 8. Alat- - alat dibereskan

6 Rumah Sakit Kusta Mojokerto PEMERIKSAAN POD PROSEDUR TETAP Direktur Pengertian Tujuan Kebijakan : Suatu pemeriksaan yang dilakukan pada pasen kusta baru atau pasien yang sudah RFT : 1. Mencegah kecacatan atau membatasi cacat yang sudah ada 2. Menentukan pengobatan reaksi : 1. Dilakukan untuk setiap pasien baru / reaksi : Persiapan pemeriksaan fungsi syaraf 1.Siapkan form POD, jangan lupa menulis tanggal pemeriksaan 2.Siapkan ballpen yang ringan untuk test rasa raba 3.Penderita diminta duduk dengan santai berhadap dengan pemeriksa 4.Periksalah secara berurutan dari kepala sampai kaki agar tidak ada yang terlewatkan. Cara pemeriksaan fungsi syaraf I. Mata 1. Penderita diminta memejamkan mata 2. Dilihat dari depan/samping apakah mata menutup dengan sempurna (tidak ada celah) 3. Bagi mata yang menutup tidak rapat, diukur lebar celahnya, lalu dicatat. Mis : lagophthalmus ya/tidak II. Anggota Badan Bagian Atas 1. Memeriksa syaraf ulnaris a. Tangan kanan pemeriksa memegang lengan bawah penderita dengan posisi siku sedikit ditekuk sehingga lengan penderita dalam keadaan rilax b. Dengan jari telunjuk tengah kiri pemeriksa mencari nervus Ulnaris disulcus ulnaris yaitu pada lekukan diantara tonjolan tulang dan tonjolan kecil dibagian medial (epicendilus medialis) C. Dengan memberi tekanan ringan ulnaris digulir halus sambil melihat mimik/reaksi pendita tanpak kesakitan atau tidak kemudian dengan prosedur yang sama memeriksa n. Ulnaris kiri (tangan kiri pemeriksa memegang lengan kiri penderita dan tangan kanan pemeriksa meraba N. ulnaris kiri penderita dst.)

7 2. Memeriksa kekuatan ibu jari a. Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk sampai kelingking tangan kanan penderita agar telapak tangan penderita menghadap keatas, dan dalam posisi ekstensi b. Dengan tangan kiri pemeriksa membawa ujung jari pasien untuk ditegakan ke atas sehingga tegak lurus terhadap telapak tangan pasien (seakan-akan menunjuk kearah hidung) dan pasien diminta untuk mempertahankan posisi c. Dengan jari telunjuk dan tangan kiri pemeriksa menekan pangkal ibu jari pasien yaitu dari bagian batas antara punggungan telapak tangan kearah menjauhi hidung/ke arah datangnya ibu jari. Kesimpulan : - Bila tegak keatas (+) tahanan (+) kuat/k - Bila tegak keatas (+), tahanan (-) lemah tahanan - Bila tegak keatas (=), gerak keatas terbatas.. Lemah gerak - Bila tegak keatas (-), hanya bergerak horisontal sejajar telapak tangan lumpuh/pdengan cara yang sama memeriksa ibu jari tangan kiri 3. Pemeriksaan kekuatan jari kelingking a. Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari : 2,3 dan 4 tangan kanan pasien dengan telapak tangan pasien menghadap keatas dan posisi ekstens (jari kelingking bebas bergerak tidak terhalang oleh tangan pemeriksa b. Pasien diminta menggerakkan jari kelingking ke lateral media (bukan kesamping - menutup ke arah jari manis) c. Bila pasien dapat membuka dan menutup jari dengan sempurna, pasien diminta menjapit sehelai kertas yang diletakkan diantara jari manis dan jari kelingking tersebut, lalu pemeriksa menarik kertas tersebut sambil menilai dan tidaknya tahanan/jepitan terhadap kertas tersebut Kesimpulan : - Bila tahanan (+) kuat/k - Bila menutup (+), tahanan (-) lemah tahanan/lt - Bila menutup (-), gerak lateral media yang terbatas lemah gerak/lg - Bila gerakan buka-tutup (-), hanya bisa bergerak ke atas bawah..lumpuh/p 4. Memeriksa kekuatan pergelangan tangan

8 a. Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan bawah tangan kanan pasien b. Pasien diminta menggerakan pergelangan tangan kanan atas dan ke bawah/ekstensi fleksi c. Pasien diminta bertahan pada posisi ekstensi (keatas) lalu dengan tangan kanan pemeriksa menekan tangan pasien kebawah kearah fleksi Kesimpulan : - Bila tahanan (+). Kuat /k - Bila tahanan (-)..lt/lemah tahanan - Bila gerakan fleksi-ekstensi (+) terbatas lg/lemah gerak - Bila gerakan ekstensi (-).lumpuh/p 5. Pemeriksaan rasa raba a. Alat : bolpen plastik yang ringan b. Cara : ujung bolpen diletakan secara ringan/lembut pada titik-titik yang diperiksa dan segera diangkat kembali (dengan gaya berat tanpa tekanan) c. Posisi pasien : tangan yang akan diperiksa diletakkan diatas meja/paha pasien atau belum pada tangan kiri pemeriksa sedemikian rupa, sehingga semua ujung jari tersanggah (tangan pemeriksa yang menyesuaikan diri dengan keadaan tangan pasien) misalnya claw hand d. Pra pemeriksaan : - Memeriksa penjelasan pada pasien apa yang akan di lakukan padanya, dan memperagakan dengan menyentuhkan ujung bolpen pada lengannya - Bila penderita merasakan sentuhan tersebut diminta untuk menunjuk tempat sentuhan tersebut dengan jari tangan yang lain - Test diulangi sampai penderita mengerti dan kooperatif e. Pemeriksaan sesungguhnya : - Penderita diminta menututup mata atau menoleh menjahui dari tangan yang diperiksa - Penderita diminta menunjuk tempat yang terasa disentuh - Dengan ujung bolpen pemeriksa menyentuh tangan penderita pada titik-titik sesuai dengan gambar pada POD - Usahakan pemeriksaan titik-titik tersebut tidak berurutan - Penyimpangan letak titik tersebut tidak berurutan (secara acak) Kesimpulan : - bila rasa (+).v - bila rasa (-).x III. Anggota badan bagian bawah 1. Pemeriksaan N. peroneus communis a. Penderita diminta duduk dengan kaki dalam keadaan relax b. Pemeriksa berada dihadapan penderita dengan tangan kanan pemeriksa kaki kiri dan tangan kiri memeriksa kaki kanan c. Pemeriksa dengan jari telunjuk dan tengah meraba caput fibula (di bawah lutut, tulang yang paling

9 menonjol ke samping luar/lateral), N. Peroneus terletak persis di belakang caput fibula tersebut d. Dengan tekanan yang ringan syaraf tersebut digulir bergantian kiri dan kanan sambil melihat mimik/reaksi penderita apakah kesakitan. 2. Pemeriksaan N. tibialis posterior lokasi : di bawah belakang dan bawah dari mata kaki sebelah dalam (maleulus medialis) a. Penderita masih dalam posisi duduk relax b. Dengan jari telunjuk dan tengah pemeriksa meraba nervus tibialis posterior pada bagian belakang dan bawah maleolus medialis, lalu digulir santai sambil melihat mimik/ reaksi dari penderita 3. Pemeriksaan kekuatan kaki a. Penderita diminta mengangkat ujung kaki dengan tumit tetap terletak dilantai / ekstensi maksimal (seperti berjalan dengan tumit) b. Penderita diminta bertahan pada posisi ekstensi tersebut lalu pemeriksa dengan kedua tangan menekan yang punggungan kaki penderita kebawah / kelantai Kesimpulan : - Bila tahanan (+) kuat / k - Bila ekstensi (+), tahanan (-) lemah tahanan / lt - Bila gerakan ekstensi terbatas lemah gerak /lg - Bila gerakan ekstensi (-). Lumpuh / P 4. Pemeriksaan rasa raba kaki a. Kaki kanan penderita diletakkan pada paha kiri, usahakan telapak kaki mengadap keatas b. Tangan kiri pemeriksa menyanggah ujung jari kaki penderita c. Cara pemeriksaan sama seperti pada rasa raba tangan, titik-titik yang diperkirasa sesuai dengan form pod d. Pada daerah yang menebal boleh sedikit menekan dengan cekungan berdiameter 1 cm e. Jarak penyimpangan yang bisa diterima maximal 2,5 cm Kesimpulan: - Bila rasa (+).v - Bila rasa (+) x

10 Rumah Sakit Kusta Mojokerto PERAWATAN REAKSI TYPE II ( E N L ) PROSEDUR TETAP Direktur Pengertian Tujuan Kebijakan : Suatu tindakan atau perawatan yang dilakukan pada penderita kusta yang mengalami reaksi ENL (Eritema Nodosum Leprosum) : 1. Mencegah kecatatan atau mebatasi cacat yang sudah ada 2. Memberi motivasi agar penderita dapat mengatasi masalah 3. Mencari dan mengatasi penyebab timbulnya reaksi : Pelayanan dokter dan paramedis kepada pasien rawat jalan dan rawat inap kusta Peralatan : Persiapan alat : 1. Form POD 2. Bollpen / monovilamen : Pelaksanaan : 1. Anamnese :- keluhan utama - mulai kapan terjadinya reaksi - apa penyebab timbulnya reaksi 2. Pemerikasaan fisik meliputi a. kulit : timbul nodul, eritem dan nyeri pada lengan, tungkai dan wajah, jika berat sampai ulcerasi b. syaraf : adanya neruritis, berlangsung dalam waktu yang lama c. kelenjar getah bening : menimbulkan limfadenitis, terutama femoral, aksilla dan leher d. testis : adanya erkhitis 3. Pada pemeriksaan POD, jika didapatkan adanya meuritis, nodul ulserasi, titik anestesi dll, maka harus diberi : a. Prednison dosis awal 40 mg diawasi selama 3 hari, neuritis menurun pemberian prednison diturunkan, bila neuritis tetap atau bertambah, maka dosis prednison 10 mg. Setelah 2 mgg diperiksa POD lagi, bila neuritis menurun prednison di turunkan menjadi 30 mg demikian seterusnya.

11 b. Pemberian lampren 3 x 100 mg/ hari selama 2 bulan untuk reaksi ENL berat berulang Rumah Sakit Kusta PERSIAPAN PASIEN PRE. OPERASI REKONSTRUKSI KUSTA DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK No. No. Revisi Dokumen Terbit ke Halaman Tanggal Oleh Direktur Pengertian : dr. Nanang Koesnartedjo Nip c. Pemberian antipiretik / analgetik sesuai keluahn pasien d. Pasang infus bila perlu e. Pemberian roborantia f. Istirahat atau imobilisasi Persiapan pasien pre. Operasi rekonstruksi kusta adalah suatu proses yang harus dipersiapkan dan dipenuhi sebelum operasi rekonstruksi kusta dilaksanakan Tujuan : 1. Mencegah cacat lebih lanjut 2. Mengoreksi cacat yang ada semaksimal mungkin 3. Melatih dan menguatkan otot yang dipindahkan Kebijakan : : Tetap Persiapan pasien pre. Operasi rekonstruksi dilaksanakan oleh petugas fisioterapi 1. Pasien berada di Ruang Rehabilitasi Medik 2. Pasien yang akan dioperasi rekonstruksi harus memenuhi persyaratan: Pemeriksaan BTA negatif atau penderita RFT Penderita tidak mengalami reaksi dan atau neuritis, minimal 6 bulan sebelumnya Sendi-sendi yang terlibat dalam operasi harus mempunyai ROM normal (lemas) Otot yang hendak dipakai sebagai motor tendon (donor) Kekuatannya normal Cacat yang terjadi sudah menetap atau lebih dari 6 bulan Operasi tangan dan 12 bulan untuk operasi kaki 3. Petugas fisioterapi melakukan anamnesa pasien 4. Petugas fisioterapi melakukan pengukuran sendi menggunakan goniometer 5. Petugas fisioterapi melakukan pemeriksaan kecacatan dan kekuatan donor otot yang akan dijadikan transfer 6. Pasien menjalani tindakan bedah orthopaedi 7. Doker Bedah Orthopaedi memberi advis fisioterapi memberi terapi latihan 8. Dokter Ruangan melakukan visite dan memberikan advis kepada Fisioterapi untuk memberikan terapi latihan 9. Kepala Ruangan melaporkan kepada Fisioterapis untuk melakukan terapi latihan 10. Fisoterapi menegakkan diagnosa Fisioterapi, merencanakan program dan memilih peralatan terapi 11. Fisioterapi melaksanakan program terapi latihan 12. Fisioterapi mengevaluasi program terapi latihan 13. Fisioterapi melaksanakan Rekam Medik pasien 14. Fisioterapi memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga perihal terapi latihan dirumah 15. Melaporkan berakhirnya program Fisioterapi kepada dokter ruangan, kepala ruangan non kusta

12 Unit Terkait Perawatan Non Kusta Kamar Operasi Non Kusta Rekam Medis Rumah Sakit Kusta Tetap SOP PEMERIKSAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN KUSTA No. Dokumen No. Revisi Terbit ke Halaman Oleh Tanggal Direktur dr. Nanang Koesnartedjo Nip Pengertian Pemeriksaan fisioterapi adalah suatu proses pemeriksaan yang memeberikan gambaran kepada kita status kecacatan setiap penderita kusta dan pada penderita baru untuk dapat membantu meningkatkan diagnosa penyakit kusta Tujuan Kebijakan Sebagai acuan penerapan langkah langkah melakukan pemeriksaan fisioterapi Pemeriksaan dilakukan petugas fisioterapi A. PELAKSANAAN I. Pemeriksaan Syaraf 1. Nervus Ulnalis Siku diflexikan 60 o dan syaraf diraba pada daerah sulkus ulnaris os humeri di bagian medial siku 2. Nervus Medianus Posisi telapak tangan menghadap keatas maka Nervus medianus dapat diraba diantara tendon-tendon otot didaerah pergelangan tangan 3. Nervus Radialis Usahakan bahu dan siku lemas, maka Nervus radialis dapat diraba pada sisi luar seperti bawah lengan atas 4. Nervus Peroneus Penderita duduk dengan lutut ditekuk dan lemas maka Nervus peroneus, dapat diraba dibawah tonjolan sisi luar dibawah lutut ( kaput fibula ) 5. Nervus tibialis posterior Dengan pergelangan kaki yang relaks, maka Nervus tibialis posterior dapat teraba dibelakang mata kaki sebelah dalam ( maleolus medialis ) 6. Nervus aurikularis magnus Penderita disuruh menggerakkan kepalanya kekiri / kekanan kemudian syaraf diraba dari belakang daerah muskulus sterno kleido mastoideus II. Pemeriksaan otot ( VMT = Voluntary Muscle Testing ) 1. M. Abduktor digiti minimi : Punggung tangan menghadap keatas,penderita disuruh membuka jari kelingking kearah luar ( abduksi ) pemeriksa memberi tahanan pada gerakan jari tersebut. 2. M. Interosseus Dorsalis I : Punggung tangan menghadap keatas, penderita disuruh membuka telunjuknya ke arah ibu jari, pemeriksa memberikan tahanan terhadap gerakan tersebut.

13 3. M. Lumbrikalis III dan IV Punggung tangan menghadap keatas, sendi metakarpofalangeal ( MCP ) flexi 90 0, pergelangan tangan lurus, jari-jari lurus, pemeriksa mendorong sendi interfalang proksimal ( PIP ) jari ke 4 dan 5 keatas. 4. M. Lumbrikalis I dan II : Punggung tangan menghadap keatas, sendi metakarpofalangeal (MCP) flexi 90 0, pergelangan tangan lurus, jari-jari lurus, pemeriksa mendorong sendi interfalang proximal ( PIP ) jari ke 2 dan 3 keatas. 5. M. Abduktor Polisis brevis dan opponen polisis Telapak tangan menghadap ke atas, penderita menggerakkan ibu jarinya keatas, pemeriksa menekan otot pangkal ibu jari ke bawah. 6. M.Ekstensor karpi radialis longus dan brevis ( ECRL / B ) Punggung tangan menghadap ke atas, jari-jari lemas, penderita disuruh menggerakkan pergelangan tangan ke atas ( dorsoflexi ), pemeriksa memberikan tahanan pada punggung tangan melawan gerakan tersebut. 7. M. ekstensor digitorum komunis Punggung tangan menghadap ke atas, penderita disuruh meluruskan jari-jarinya, pemeriksa memberikan tahanan ke bawah pada punggung jari-jari. 8. M. Ekstensor digitorum dan halusis : Penderita duduk, lutut flexi 90 0, jari kaki menapak lantai, penderita disuruh menggerakkan jari-jari kaki dan ibu jari kaki keatas, pemeriksa memberikan tahanan pada punggung jarijari dan ibu jari ke bawah. 9. M. Peroneus longus dan brevis : Penderita duduk, lutut 90 0, jari kaki rileks menapak lantai, penderita disuruh menggerakkkan telapak kaki kesamping luar ( ekso rotasi ), pemeriksa menahan gerakan tersebut. 10. M. tibialis posterior : Penderita duduk,lutut 90 0, jari kaki rileks menapak lantai,penderita disuruh menggerakkan telapak kaki ke samping dalam,pemeriksa menahan pada sisi dalam kaki melawan gerakan tersebut. 11. M. Orbikularis okuli : Penderita disuruh menutup matanya sekuat mungkin pada keaadaan parese / paralise akan tampak celah mata. Ukurlah lebar celah tersebut. 12. M. Orbikularis Oris : Penderita disuruh bersiul atau tertawa, pada keadaan parase / paralise akan tampak satu sisi bibir tidak mengikuti gerakan tersebut. Pemeriksaan tambahan yang dianjurkan dilakukan pada otot-otot yang hendak dijadikan donor motor tendon pada Operasi rekonstruksi yaitu : 1. M. Fleksor digitorum sublimis : Telapak tangan menghadap ke atas,penderita disuruh melakukan gerakan flexi sendi mid falang,pemeriksa memberikan tahanan pada falang kedua tersebut 2. M.Fleksor digitorum profundus Telapak tangan menghadap ke atas, penderita disuruh melakukan gerakan flexi sendi PIP, pemeriksa memberikan tahanan pada falang tiga. 3. M. Palmaris longus : Telapak tangan menghadap keatas, penderita disuruh melakukan gerakan flexi pergelangan tangan sambil menguncupkan jari-jari tahanan diberikan pada pangkal telapak tangan. 4. M. fleksor karpi radialis :

14 Lengan bawah diletakkan di atas meja dengan telapak tangan menghadap keatas, penderita disuruh melakukan gerakan flexi pergelangan tangan, pemeriksa memberikan tahanan pada sisi thenar telapak tangan 5. M. pronator teres : Lengan bawah diletakkan diatas meja dengan telapak tangan menghadap keatas, penderita disuruh melakukan gerakan memutar lengan bawah kedalam (pronasi), pemeriksa memberikan tahanan melawan gerakan tersebut. III. Pemeriksaan Perabaan ( Sensory Test ) Pemeriksaan ini dilakukan pada daerah telapak tangan dan telapak kaki dengan tusukan ringan dari nilon sebesar 2 gram untuk telapak tangan dan 10 gram untuk telapak kaki. IV. Pemeriksaan Kecacatan : Lakukan pemeriksaan dengan benar dan teliti, terutama untuk melihat hasil evaluasi pengobatan sebelumnya dan merencanakan tindakan selanjutnya : 1) Kontraktur : Kekakuan yang terjadi pada sendi sehingga tidak dapat diluruskan baik aktif oleh penderita sendiri maupun dengan paksa. Catat lokasinya dan besar sudutnya yang terjadi. 2) Web : Adalah sudut kulit antara ibu jari dan jari ke 2. ukur dan catat besar sudut tersebut. Kontraktor yang terjadi disini masih dapat diterima bila masih lebih dari 45 derajat. 3) Jari tangan Kiting ( claw hand ) Adanya parese / paralise otot-otot intrinsik jari tangan. Catat lokasinya dan beri tanda ( S ) pada status. 4) Tangan lunglai ( drop hand ) Adanya parase / paralis otot-otot ekstensor tangan, sehingga pergelangan tangan lunglai. Catat lokasinya beri tanda ( ) pada status. 5) Jari kaki Kiting ( Claw Toes ) Adanya parese / paralis otot-otot intrinsic jari kaki. Catat lokasinya dan beri tanda ( S ) pada status. 6) Kaki lunglai ( drop foot ) Adanya parase / paralise otot-otot ekstensor kaki sehingga pergelangan kaki lunglai. Catat lokasinya dan beri tanda ( ) pada status 7) Mutilasi Putusnya ujung ujung ditandai dengan hilangnya kuku. Catat lokasinya dan beri tanda garis sebatas mutilasi dan bagiannya jari yang hilang diberi warna hitam pada status 8) Absorbsi Memendeknya jari-jari akibat terjadinya proses pada tulang tulang. Catat dan beri tanda garios tebal pada ujung jari pada status 9) Luka Gambaran lokasi dan bentuk pada status, demikian pula bila ada bebas luka beri tanda ( # ) Unit Terkait Rawat Jalan Kusta Rawat Inap Kusta

15 Rumah Sakit Kusta Tetap KONSULTASI REHABILITASI MEDIK RAWAT JALAN NON KUSTA No. No. Revisi Halaman Dokumen Terbit ke Tanggal Direktur dr. Nanang Koesnartedjo Nip Pengertian Tujuan Kebijakan Unit Terkait Konsultasi adalah Proses pemberian petunjuk untuk memecahkan masalah fisioterapi dan masalah tehnik terapi latihan agar pasien dapat melakukan terapi latihan yang tepat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melakukan konsultasi Fisioterapi bagi pasien rawat jalan non kusta. Konsultasi dilakukan oleh Ahli Fisioterapi 1. Pasien datang ke Poli rawat jalan Non Kusta dilayani oleh dokter jaga. 2. Setelah selesai pemeriksaan dokter memberi pengobatan dan tindakan sesuai dengan diagnosa. 3. Apabila pasien memerlukan konsultasi Fisoterapi, maka dokter. perawat Rawat Jalan Non Kusta berkoordinasi dengan Ahli Fisoterapi. 4. Pasien tetap berada di ruang Rawat Jalan Non Kusta 5. Ahli Fisioterapi melakukan pencatatan identitas di status pasien. 6. Ahli Fisioterapi melakukan Anamnesa Fisioterapi 7. Ahli Fisioterapi melakukan latihan / penggunaan alat Fisioterapi 8. Ahli Fisioterapi menuliskan terapi latihan diajarkan pada pasien dan menjelaskan cara terapi latihan untuk pasien di rumah. Rawat Jalan Non Kusta Rekam Medis

16 Rumah Sakit Kusta Tetap SOP PEMESANAN ALAT BANTU JALAN/ KRUK DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK No. No. Revisi Halaman Dokumen Terbit ke Tanggal Direktur dr. Nanang Koesnartedjo Nip Pengertian Tujuan Kebijakan Unit Terkait Pemesanan kruk adalah suatu proses memesankan kruk sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk pasien melakukan aktifitas. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melakukan pemesanan kruk kepada Instalasi Rehabilitasi Medik Pemesanan kruk dilakukan oleh Petugas Fisioterapi 1. Pasien di ruangan Rawat Inap Non Kusta 2. Pasien setelah dilakukan bedah Orthopedi,Debridement, Septik dll 3. Petugas Rawat Inap Non Kusta mengkoordinasiksn pemesanan kruk kepada petugas Fisioterapi 4. Petugas Fisoterapi menuliskan resep pemesanan kruk kepada Petugas Protesa 5. Petugas Fisioterapi melakukan pencatatan harga kruk di status pasien 6. Petugas Fisioterapi mengkoordinasikan kepada Petugas Protesa 7. Petugas Protesa melakukan pengukuran kruk 8. Petugas Protesa melaporkan kepada Petugas Fisioterapi kruk sudah diterimakan ke Pasien 9. Petugas fisioterapi mengevaluasi ulang tinggi kruk yang dipakai pasien Rawat. Inap Non Kusta Rawat Jalan Non Kusta UGD

17 Rumah Sakit Kusta Tetap No. Dokumen Tanggal PEMESANAN PROTESA No. Revisi Halaman Terbit ke Direktur dr. Nanang Koesnartedjo Nip Pengertian Tujuan Pemesanan Protesa adalah suatau proses untuk memesankan protesa sesuai kebutuhan yang diperlukan pasien setelah anggota gerak yang diamputasi / dioperasi Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melalukan pemesanan protesa kepada Instalasi Protesa Kebijakan Pemesanan Protesa dilakukan petugas Fisioterapi Pemesanan Protesa 4 bulan setelah amputasi Unit Terkait 1. Pasien datang Rawat Inap Non Kusta / Kusta / UGD 2. Petugas Rawat Inap Non Kusta / UGD / Rawat Inap Kusta mengkoordinasikan dengan petugas Fisioterapi untuk pemesanan protesa 3. Petugas Fisioterapi menginformasikan tarif protesa kepada pasien ( khusus untuk pasien Non Kusta ) 4. Pasien menyetujui tarif protesa 5. Petugas Fisioterapi menuliskan resep pemesanan protesa 6. Petugas Fisioterapi mengkoordinasikan dengan petugas protesa 7. Petugas Fisioterapi melakukan pencatatan di status pasien 8. Petugas Protesa melakukan pengukuran protesa 9. Protesa terselesaikan dalam 5 hari 10. Pasien datang ke Fisioterapi untuk melakukan latihan dengan protesa. 11. Pasien disarankan menyelesaikan administrasi pemesanan protesa dibagian keuangan Rawat Inap Non Kusta Rawat Jalan Non Kusta Rawat Inap Kusta Rawat Jalan Kusta Protesa UGD Protesa

18 Rumah Sakit Kusta SOP PEMESANAN SANDAL MCR DAN SANDAL DROP FOOT DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK No. Dokumen Tanggal No. Revisi Terbit ke Direktur Halaman Tetap dr. Nanang Koesnartedjo Nip Pengertian Tujuan Kebijakan Pemesanan sandal MCR dan sandal Drop Foot adalah suatu proses untuk memesankan sandal MCR dan Sandal Drop Foot yang dibutuhkan pasien kusta untuk melindungi kaki dan mencegah luka. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melalukan pemesanan sandal MCR dan sandal Drop Foot kepada Instalasi protesa. Pemesanan sandal MCR dan sandal Drop Foot dilakukan petugas Fisioterapi 1. Pasien datang di Rawat Inap kusta dan dilakukan pemeriksaan dan rawat luka. 2. Pasien dirawat di Rawat Inap Kusta 3. Petugas Rawat Jalan Kusta dan Rawat Inap Kusta berkoordinasi dengan petugas Fisioterapi 4. Petugas Fisioterapi menuliskan resep pemesanan sandal MCR / sandal Drop Foot 5. Petugas Fisioterapi melakukan pencatatan di status pasien 6. Petugas Fisioterapi mengkoordinasikan kepada petugas protesa 7. Petugas Protesa melakukan pengukuran sandal MCR / dan Sandal Drop Foot 8. Sandal MCR / Sandal Drop Foot diselesaikan oleh petugas protesa 2 hari 9. Pasien datang ke petugas perotesa untuk mengambil sandal MCR / Sandal Drop Foot. 10. Petugas protesa menginformasikan ke petugas Fisioterapi, sandal telah selesai, siap untuk terapi latihan Unit Terkait Protesa Rawat Inap Kusta Rawat Jalan Kusta

19 Rumah Sakit Kusta Tetap KONSULTASI RAWAT INAP KUSTA DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK Direktur dr. Nanang Koesnartedjo Nip Pengertian Tujuan Kebijakan Unit Terkait Konsultasi adalah proses pemberian petunjuk memecahkan masalah Fisioterapi dan penangan kecacatan agar pasien mendapat penanganan yang tepat dan mencapai derajat kesehatan yang optimal Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melakukan konsultasi Fisioterapi bagi pasien rawat jalan kusta Konsultasi di Fisioterapi dilakukan oleh ahli Fisioterapi 1. Pasien datang di poli Rawat Inap Kusta dilayani oleh petugas perawat kusta 2. Setelah selesai pemeriksaan dan pemberian pengobatan dan tindakan sesuai dengan diagnosa 3. Apabila pasien memerlukan konsultasi Fisioterapi maka dokter / perawat Rawat Inap Kusta berkoordinasi dengan ahli Fisioterapi 4. Petugas medical Record Kusta menyerahkan status pasien ke ahli Fisioterapi 5. Pasien dirujuk ke Instalasi Rehabilitasi Medik 6. Ahli Fisioterapi melakukan indentifikasi dan menuliskan di buku catatan 7. Ahli Fisioterapi melakukan pemeriksaan Fisioterapi dengan melakukan pengukuran sendi dengan goniometer 8. Ahli Fisioterapi melakukan anamnesa status kecacatan ( berapa lama, latihan yang dilakukan ) 9. Pasien diajari untuk terapi latihan yang harus dilakukan dirumah ( Rawat Jalan ) 10. Ahli Fisioterapi memberikan rujukan kepada pasien untuk rawat jalan atau tindakan untuk operasi rekonstruksi Rawat Jalan Kusta Rekam Medis

20 Rumah Sakit Kusta Tetap PERSIAPAN PEMASANGAN GIBS PASIEN KUSTA DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK Direktur Dr. Nanang Koesnartedjo Nip Pengertian Tujuan Kebijakan Unit Terkait Persiapan pemasangan gibs ( back slap ) / kontraktur adalah menyiapkan gibs sebelum digunakan sebagai bahan untuk immobilisasi Sebagai acauan penerapan langkah-langkah melakukan pemasangan gibs kepada pasien kusta Persiapan bahan gibs dilakukan oleh Fisioterapi 1. Memberikan resep ke instalasi farmasi kebutuhan gibsona, sofban, dan tensocrap yang akan dipakai 2. Menyediakan air, tempat sampah, meja dan perlak 3. Bahan Gibs yang telah tersedia dipersiapkan 4. Petugas Fisioterapi menggunakan goniometer untuk mengukur persendian jari tengah yang kontraktur / kaki yang dropfoot 5. Petugas Fisioterapi siap melakukan pemasangan gibs pada pasien. Farmasi Rawat Inap Kusta Rawat Jalan Kusta

21 Rumah Sakit Kusta Prosed ur Tetap PELAKSANAAN TERAPI LATIHAN PASIEN DI RAWAT INAP NON KUSTA No. Dokumen No. Revisi Terbit ke Halaman oleh Tanggal Direktur Dr. Nanang Koesnartedjo NIP Pengertian Tujuan Kebijakan Pelaksanaan terapi latihan adalah : Suatu proses untuk memberikan ternik Atau cara latihan kepada pasien berdasarkan diagnosa, sesuai dengan advis dokter ruangan, Dokter Orthopaedi, Kepala Perawatan Non Kusta Sebagai acuan penerapan langkah-langkah membantu memulihkan kondisi pasien dengan Terapi Latihan Pelayanan Terapi Latihan dilaksanakan oleh Petugas Fisioterapi 1. Pasien berada di ruang Rawat Inap Non Kusta 2. Pasien menjalani tindakan bedah orthopaedi, dan dokter memberikan advis kepada petugas fisioterapi untuk memberi terapi latihan 3. Dokter ruangan melakukan visite dan memberikan advis memberikan terapi latihan kepada petugas fisioterapi 4. Kepala ruangan mengkoordinasikan kepada petugas fisioterapi 5. Petugas fisioterapi melakukan rekam medik pasien 6. Petugas fisioterapi melaksanakan program terapi latihan 7. Petugas fisioterapi mengevaluasi program terapi latihan 8. Petugas fisioterapi memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga perihal terapi latihan di rumah 9. Petugas fisioterapi melakukan pencatatan di status pasien 10. Petugas fisioterapi melaporkan berakhirnya program Fisioterapi kepada dokter ruangan dan kepala ruangan non kusta Unit Terkait Perwatan Non Kusta Rekam Medis

22 Rumah Sakit Kusta Prosed ur Tetap PELAKSANAAN TERAPI LATIHAN DI RAWAT INAP KUSTA No. Dokumen No.Revisi Terbit ke Halaman Tanggal oleh Direktur dr. Nanang Koesnartedjo Nip Pengertian Tujuan Kebijakan Pelaksanaan Terapi latihan adalah : Suatu proses untuk memberikan tehnik atau cara latihan kepada pasien berdasarkan diagnosa, sesuai dengan advis dokter ruangan dan kepala rawat inap kusta Sebagai acuan penerapan langkah-langkah membantu memulihkan kondisi pasien dengan terapi latihan Pelayanan terapi latihan dilaksanakan oleh petugas fisioterapi 1. Pasien berada di ruang rawat inap kusta kusta 2. Dokter ruangan visite dan memberikan advis kepada petugas fisioterapi untuk melakukan terapi latihan 3. Kepala ruangan mengkoordinasikan dengan petugas fisioterapi 4. Petugas fisioterapi melakukan rekam medik pasien 5. Petugas fisioterapi melaksanakan program terapi latihan 6. Petugas fisioterapi mengevaluasi program terapi latihan 7. Petugas fisioterapi memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga perihal terapi latihan di rumah 8. Petugas fisioterapi melakukan pencatatan di status pasien 9. Petugas fisioterapi melaporkan berakhirnya program fisioterapi kepada dokter ruangan dan kepala ruangan perawatan kusta Unit Terkait Rawat Inap Kusta Rekam Medis

23 Rumah Sakit Kusta Prosed ur Tetap PERSIAPAN PASIEN PRE. OPERASI REKONSTRUKSI KUSTA DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK No. No.Revisi Halaman Dokumen Tanggal Terbit ke oleh Direktur dr. Nanang Koesnartedjo Nip Pengertian Tujuan Kebijakan Persiapan pasien rekonstruksi kusta adalah : Suatu proses yang harus dipersiapkan dan dipenuhi sebelum operasi rekostruksi dilaksanakan 1. Mencegah cacat lebih lanjut 2. Mengoreksi cacat yang ada semaksimal mungkin 3. Melatih dan menguatkan otot yang dipindahkan Persiapan pasien pre. Operasi rekonstruksi dilaksanakan oleh petugas fisioterapi 1. Pasien berada di ruang rehabilitasi medik 2. Pasien yang akan dioperasi rekonstruksi harus memenuhi persyaratan: Pemeriksaan BTA negatif atau penderita RFT Penderita tidak mengalami reaksi dan atau neurutis, minimal 6 bulan sebelumnya Penderita tidak pernah mendapat pengobatan steroid selama 6 bulan sebelumya Sendi-sendi yang terlibat dalam operasi harus mempunyai ROM yang normal (lemas) Otot yang hendak dipakai sebagai motor tendon ( donor) kekuatannya normal Cacat yang terjadi sudah menetap atau lebih 6 bulan untuk operasi tangan dan 12 bulan untuk operasi kaki Penderita dapat diajak kerjasama 3. Petugas Fisioterapi melakukan anamnesa pasien 4. Petugas fisioterapi melakukan pengukuran sendi menggunakan goniometer 5. Petugas fisioterapi melakukan pencacatan rekam medik pasien 6. Petugas fisioterapi melakukan pemeriksaan kecacatan dan kekuatan donor otot 7. Petugas fisioterapi memberikan terapi latihan pre. Operasi rekonstruksi 8. Dan apabila pasien kurang memenuhi syarat operasi, pasien disarankan untuk kontrol ke Instalasi Rehabilitasi Medik seminggu sekali 9. Petugas fisioterapi mengkoordinasikan dengan petugas rawat jalan kusta agar pasien tersebut kontrol Unit Terkait Rawat Inap Kusta Rekam Medis Rawat Jalan Kusta

24 Rumah Sakit Kusta Prosed ur Tetap SOP PETUGAS FISIOTERAPI KONSULTASI KEPADA DOKTER AHLI BEDAH REKONSTRUKSI No. Dokumen Tanggal No.Revisi Terbit ke Halaman oleh Direktur dr. Nanang Koesnartedjo Nip Pengertian Tujuan Kebijakan Konsultasi : Proses pemberian petunjuk untuk memecahkan masalah kecacatan pasien kusta,dan otot yang akan dijadikan donor dalam operasi rekonstruksi Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melakukan konsultasi kepada Dokter Ahli Bedah Rekonstruksi Konsultasi dilakukan oleh petugas fisioterapi kepada Dokter Ahli Bedah Rekonstruksi 1. Pasien berada di ruang Rehabilitasi Medik 2. Petugas fisioterapi melakukan pencatatan dan rekam medik pasien 3. Petugas fisioterapi melakukan pengukuran sendi dengan goniometer 4. Petugas Fisioterapi mengevaluasi kekuatan otot yang akan dijadikan donor dalam operasi rekonstruksi 5. Apabila semua telah memenuhi syarat petugas fisioterapi mengadakan konsultasi dengan Dokter Ahli Bedah Rekonstruksi 6. Dokter Ahli Bedah Rekonstruksi memeriksa pasien 7. Dokter Ahli Bedah Rekonstruksi menyetujui dan menjadwalkan pelaksanaan operasi rekonstruksi 8. Petugas fisioterapi mengkoordinasikan dengan Perawat Rawat Inap kusta dan kamar operasi kusta 9. Petugas Fisioterapi menginformasikan kepada pasien beserta keluarga acara operasi 10. Pasien yang telah memenuhi syarat siap dioperasi Unit Terkait Rawat Inap Kusta Rekam Medis Kamar Operasi Kusta

25 Rumah Sakit Kusta Tetap SOP IMMOBILISASI GIBS SETELAH OPERASI REKONSTRUKSI No. Dokumen No.Revisi Terbit ke Halaman Tanggal oleh Direktur dr. Nanang Koesnartedjo Nip Pengertian Tujuan Kebijakan Unit Terkait Immobilisasi gibs setelah operasi rekonstruksi adalah : Suatu proses mengistirahatkan anggota gerak setelah menjalani operasi rekonstruksi Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melakukan immobilisasi gibs pasien setelah operasi rekonstruksi Immobilisasi gibs dilaksanakan oleh dokter Ahli Bedah Rekonstruksi 1. Pasien berada di ruangan Rawat Inap Kusta Dalam hal ini pasien harus memperhatikan sebagai berikut: Anggota tubuh yang digibs jangan terkena air Tidak boleh menggerakkan anggota yang dioperasi, agar jahitan tidak lepas dan mempercepat penyembuhan luka operasi Pada kasus timbulnya pembengkakan, gibs tidak boleh di buka cukup dilubangi / dibelah saja Usahakan gibs tertutup agar tidak kemasukan benda asing Gibs dalam keadaan rusak berat/ berubah posisi,gibs dapat diganti dengan persetujuan Ahli Bedah 2. Petugas fisioterapi memesankan kruk atau mitella sesuai dengan jenis operasi pasien 3. Petugas fisioterapi memberikan terapi latihan jalan 4. Petugas fisioterapi mengadakan pencatatan pada status pasien tanggal gibs dibuka 5. Petugas fisioterapi menginformasikan kepada pasien dan keluarga tanggal gibs dibuka Rawat Inap Kusta Rekam Medis

26 Rumah Sakit Kusta Tetap SOP PEMBUKAAN GIBS POST. OPERASI REKONSTRUKSI No. Dokumen No.Revisi Terbit ke Halaman oleh Tanggal Direktur dr. Nanang Koesnartedjo Nip Pengertian Tujuan Kebijakan Pembukaan gibs post. Operasi rekonstruksi adalah : Suatu proses pembukaan gibs karena berakhirnya waktu mengistirahatkan/ immobilisasi daerah yang dioperasi Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melakukan pembukaan gibs setelah operasi rekonstruksi Pembukaan gibs dilaksanakan oleh petugas fisioterapi

27 1. Pasien berada di ruangan rehabilitasi medik 2. Petugas fisioterapi melakukan rekam medik pasien 3. Petugas fisioterapi menyiapkan gergaji listik untuk membuka gibs 4. Petugas fisioterapi menggunakan spidol snowman untuk mengambil garis tengah gibs di daerah yang dioperasi 5. Petugas fisioterapi menggergaji dan membelah gibs menjadi 2, digunakan sebagai bidai 6. Setelah gibs dibelah yang harus diperhatikan adalah : Periksa garis jahitan Posisi gibs apakah sesuai dengan ketentuan, bila tidak buatkan gibs yang baru Pengukuran sendi yang dioperasi dengan goniometer Perhatikan gerakan otot yang dipindahkan sudah benar 6. Petugas fisioterapi menyarankan pasien rawat luka di petugas rawat inap kusta 7. Petugas fisioterapi mengkoordinasikan dengan petugas rawat inap kusta 8. Apabila luka kering, setelah rawat luka petugas fisioterapi menyarankan kepada pasien untuk merendam daerah yang dioperasi dengan air dingin 15 menit 9. Pasien setelah merendam daerah yang dioperasi,siap menjalani latihan post. Operasi rekonstruksi Unit Terkait Rawat Inap Kusta Rekam Medis Farmasi Rumah Sakit Kusta Prosed ur Tetap SOP PELAKSANAAN TERAPI LATIHAN SETELAH OPERASI REKONSTRUKSI DI RAWAT INAP KUSTA No. Dokumen Tanggal No.Revisi Terbit ke Halaman oleh Direktur dr. Nanang Koesnartedjo Nip Pengertian Tujuan Kebijakan Latihan setelah operasi rekonstruksi adalah : Suatu proses latihan yang dilakukan untuk mencapai gerakan yang diharapkan sesuai dengan tujuan operasi Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melakukan latihan setelah operasi rekonstruksi Latihan setelah operasi rekonstruksi dilakukan oleh petugas fisioterapi

28 1. Pasien berada di ruangan rehabilitasi medik 2. Pasien melakukan rendam dengan air dingin 15 menit 3. Petugas fisioterapi melakukan pengukuran dengan goniometer 4. Setelah dilakukan pengukuran sendi dalam latihan post. Operasi rekonstruksi ada 3 tahap yang harus diperhatikan : Tahap I : Melatih gerakan asli otot yang dipindahkan Tahap II : Melatih gerakan anggota yang dioperasi sesuai dengan tujuan operasi Tahap III : Mengembalikan fungsi anggota yang dioperasi 5. Petugas melakukan rekam medik pasien dan pencatatan ukuran sendi 6. Petugas memberikan terapi latihan post. Operasi rekonstruksi sesuai dengan operasi yang dilaksanakan 7. Petugas fisioterapi mengajari pasien dan keluarga tehnik latihan di rumah 8. Petugas fisioterapi menyarankan kepada pasien setelah selesai latihan bidai tetap dipasang dan tetap kontrol setiap seminggu sekali Unit Terkait Rawat Inap Kusta Rekam Medis Rumah Sakit Kusta Tetap SOP PELAKSANAAN TERAPI LATIHAN DI RAWAT INAP KUSTA No. Dokumen No.Revisi Terbit ke Halaman oleh Tanggal Direktur dr. Nanang Koesnartedjo Nip Pengertian Tujuan Kebijakan Pelaksanaan Terapi latihan adalah : Suatu proses untuk memberikan tehnik atau cara latihan kepada pasien berdasarkan diagnosa, sesuai dengan advis dokter ruangan dan kepala rawat inap kusta Sebagai acuan penerapan langkah-langkah membantu memulihkan kondisi pasien dengan terapi latihan Pelayanan terapi latihan dilaksanakan oleh petugas fisioterapi

29 1. Pasien berada di ruang rawat inap kusta 2. Dokter ruangan visite dan memberikan advis kepada petugas fisioterapi untuk melakukan terapi latihan 3. Kepala ruangan mengkoordinasikan dengan petugas fisioterapi 4. Petugas fisioterapi melakukan rekam medik pasien 5. Petugas fisioterapi melaksanakan program terapi latihan 6. Petugas fisioterapi mengevaluasi program terapi latihan 7. Petugas fisioterapi memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga perihal terapi latihan di rumah 8. Petugas fisioterapi melakukan pencatatan di status pasien 9. Petugas fisioterapi melaporkan berakhirnya program fisioterapi kepada dokter ruangan dan kepala ruangan perawatan kusta Unit Terkait Rawat Inap Kusta Medical Record Rumah Sakit Kusta Tetap SOP PELAKSANAAN TERAPI LATIHAN DI RAWAT INAP KUSTA No. Dokumen No.Revisi Terbit ke Halaman oleh Tanggal Direktur dr. Nanang Koesnartedjo Nip Pengertian Tujuan Kebijakan Pelaksanaan Terapi latihan adalah : Suatu proses untuk memberikan tehnik atau cara latihan kepada pasien berdasarkan diagnosa, sesuai dengan advis dokter ruangan dan kepala rawat inap kusta Sebagai acuan penerapan langkah-langkah membantu memulihkan kondisi pasien dengan terapi latihan Pelayanan terapi latihan dilaksanakan oleh petugas fisioterapi

30 1. Pasien berada di ruang rawat inap kusta 2. Dokter ruangan visite dan memberikan advis kepada petugas fisioterapi untuk melakukan terapi latihan 3. Kepala ruangan mengkoordinasikan dengan petugas fisioterapi 4. Petugas fisioterapi melakukan rekam medik pasien 5. Petugas fisioterapi melaksanakan program terapi latihan 6. Petugas fisioterapi mengevaluasi program terapi latihan 7. Petugas fisioterapi memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga perihal terapi latihan di rumah 8. Petugas fisioterapi melakukan pencatatan di status pasien 9. Petugas fisioterapi melaporkan berakhirnya program fisioterapi kepada dokter ruangan dan kepala ruangan perawatan kusta Unit Terkait Rawat Inap Kusta Medical Record Rumah Sakit Kusta PENDERITA MASUK RUANG RAWAT INAP tetap Direktur Rumah Sakit Kusta Pengertian : Penderita masuk ruangan rawat inap untuk mendapatkan asuhan keperawatan dan therapy medis Tujuan : Koordinator yang baik dari unit UGD dan poliklinik Kebijakan : Mengoptimalkan pelayanan yang bermutu Petugas : Perawat dan asisten perawat di ruangan Rawat Inap

31 Peralatan : Persiapan tempat tidur terbuka dan tertutup : 1. Sebelum pasien masuk ruangan, petugas UGD atau poliklinik menelepon keruangan menanyakan tempat dan pesan kelas tempat tidur. Perawat penanggung jawab / kepala ruangan harus memberikan jawaban sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Tentukan kelasnya, kelas berapa. Pasien yang MRS harus ada surat MRS dan lembaran lembaran dokumen medik dan keperawatan. Sesudah pasien dikirim ke ruangan, diterima dengan senyuman ramah, Apabila keadaan memungkinkan setiap menerima pasien baru ditimbang berat badannya dan diukur tinggi badan. Selanjutnya pasien ditidurkan pada tempat yang sudah disediakan. Operan penderita dari petugas UGD / poliklinik ke Perawat ruangan. Setelah penderita diruangan rawat inap penderita dan keluarga diberikan penyuluhan tentang : - Tata tertib rumah sakit - Orientasi ruangan - Keluarga dan penderita dianjurkan membaca tata tertib yang ada - Bila ada sesuatu hal yang berhubungan dengan pelayanan untuk menghubungi petugas (perawat) Rumah Sakit Kusta VISITE DOKTER tetap Direktur Rumah Sakit Kusta Pengertian : Kunjungan pelayanan Profesi kedokteran kepada pasien Rawat Inap. Tujuan : Mengevaluasi therapy Kedokteran tentang prosentase keberhasilan dan rencana perubahan. Kebijakan : Merupakan salah satu bentuk pelayanan kunjungan kepada pasien yang dirawat dalam waktu 24 jam.

32 Petugas : Dokter ruangan Peralatan : Stetoscope,Tensimeter,Dokumen Medik,Senter,Dresing cart, buku observasi TTV. : 1. Dresing cart berisi Tensimeter,stetoscope,senter, Dokumen medik, buku observasi tanda-tanda vital. 2. Mengkoordinasikan dengan dokter. 3. Kunjungan ke pasien dilakukan minimal 1 X dalam 24 jam 4. Kolaborasi dengan dokter tentang hasil visite dan perubahan therapy. 5. Visite ulang dilakukan pada pasien yang butuh pengawasan. 6. Segala bentuk advis dan perintah kolaborasi dilakukan dengan dengan tertulis,dan tanda tangan / ttd Dokter yang bersangkutan Rumah Sakit Kusta KONSULTASI KE MEDIS tetap Direktur Rumah Sakit Kusta Pengertian : 1. Konsultasi adalah permintaan pendapat saran dan instruksi lebih lanjut oleh dokter ruangan / dokter ahli sehubungan dengan keadaan sakit atau cedera yang diderita pasien yang membutuhkan pelayanan lebih khusus. 2. Konsultasi dapat dilakukan oleh perawat kepala instalasi,waka. Instalasi dan kepala jaga serta dokter ruangan ke dokter specialis.

33 Tujuan : Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah medis sehingga pasien dapat mendapatkan penangganan segera. Kebijakan : Pelayanan medis dilakukan oleh seorang medis serta kolaborasi dengan perawat. Peralatan : Konsultasi langsung, via telepon, via HT, kurir. : A. Konsultasi medis tidak langsung : 1. Perawat jaga menulis permintaan konsul dilembar catatan Perawat tentang keluhan penderita, tanggal dan jam serta sifatnya ( cito atau biasa ) 2. Menulis hasil advis konsul dilembar catatan medik serta nama dokter yang dimintai konsul ( dokter jaga ) 3. Apabila dokter jaga sulit untuk dihubungi, Perawat konsul ke Dokter ke II atau Dokter III. 4. Dokter jaga siap stanby jaga dan apabila diharapkan datang ke Rumah Sakit oleh kepala jaga, Dokter wajib datang. B. Konsultasi Medis langsung 1. Perawat jaga menulis permintaan konsul dilembar catatan Perawat tentang masalah Pasien, tanggal jam dan sifatnya. 2. Dokter menulis jawaban konsul dilembar catatan Medik serta paraf. 3. Perawat menjelaskan maksud dan tujuan konsul. 4. Segala bentuk konsul selalu dilakukan pencatatan.

34 Rumah Sakit Kusta RUJUKAN DAN PINDAH RAWAT tetap Direktur Rumah Sakit Kusta Pengertian : : Pasien dirujuk adalah pasien yang memerlukan pemeriksaan,pengobatan atau fasilitas khusus yang tidak tersedia di RS. Pasien Pindah rawat adalah pasien yang dikirim ke Rumah sakit lain karena permintaan pasien atau keluarganya atau karena tempat rawat inap Rumah Sakit penuh. Tujuan : 1. Pasien segera mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kasusnya dan fasilitas yang lebih lengkap

35 dan pemindahan yang secara cepat dan aman. 2. Menjalin kerjasama yang baik dan efisien dengan rumah sakit lain. Kebijakan : Pelayanan pasien rujukan keluar Rumah Sakit dilakukan dengan kerjasama team sesuai standard dan menjaga citra Rumah Sakit. Petugas : Dokter jaga,perawat,driver ambulance Peralatan : Ambulance dan alat untuk bantuan hidup dasar. : 1. Pasien yang dirujuk harus dalam keadaan stabil 2. Dokter yang menginstruksikan pasien yang dirujuk atas indikasi di atas. 3. Dokter menulis pada kartu Rekam medik bahwa pasien dirujuk ke Rumah Sakit (nama Rumah Sakit) disertai alasan rujukan. 4. Dokter membuat surat rujukan 5. Lengkapi persiapan pasien untuk dipindahkan dengan ambulance lengkap dengan alat penunjang hidup Dasar,obat dan sesuai kondisi pasien 6. Dokter atau perawat menghubungi Rumah Sakit yang menerima rujukan untuk persiapan pasien 7. Rujukan didampingi oleh perawat. Rumah Sakit Kusta TATA TERTIB RAWAT INAP tetap Direktur Rumah Sakit Kusta Pengertian : Peraturan yang ditujukan kepada pasien dan keluarganya berisikan tata tertib. Tujuan : 1. Pasien dan keluarga mengetahui peraturan yang berlaku di Rumah Sakit dan ditaati. 2. Peraturan ini berlaku untuk mempermudah dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dalam pelayanan. Kebijakan : Peraturan ini diberlakukan sebagai acuan jelas antara

36 Rumah Sakit dengan costumer. : 1. Sesudah penderita diterima petugas, keluarga melengkapi persyaratan administrasi. 2. Apabila penderita Pre operasi, menyerahkan 1 lembar foto copy KTP Pasien. 3. Apabila penderita ASTEK keluarga memberitahu kepada petugas ruangan / penanggungjawab. 4. Bila penderita tidak mampu harus menyerahkan surat kelengkapan maximal 3x 24 jam. 5. Penderita dan keluarga tidak diperkenankan membawa barang-barang berharga dan berbahaya misalnya : Perhiasan, TV,Tape recorder, Senjata api, senjata tajam dll. 6. Membawa barang,perlengkapan seperlunya saja. 7. Setiap penderita diharap membawa sisir,sikat gigi, pasta gigi, sabun mandi,dan handuk. 8. Penderita dan keluarga wajib mematuhi HAK dan KEWAJIBAN sebagai pasien. 9. Jam berkunjung : a. Pagi : sd BBWI b. Sore : sd BBWI 10. Keluarga tidak diperbolehkan tidur didalam tempat tidur, kecuali penderita. 11. Keluarga diharapkan tidak mencuci dan menjemur pakaian Rumah Sakit 12. Keluarga dan penderita ikut serta menjaga keamanan di Rumah sakit. Rumah Sakit Kusta PERMINTAAN OBAT-OBATAN KE APOTIK tetap Direktur Rumah Sakit Kusta Pengertian : Permintaan tertulis unit kepada instalasi Farmasi dan Apotik tentang kebutuhan obat-obatan pasien yang dirawat dan kebutuhan bahan habis pakai penunjang pelayanan. Tujuan : Koordinasi yang jelas pemenuhan kebutuhan pasien dan ruangan. Kebijakan : Efisiensi dan efektifitas penggunaan obat dan bahan habis pakai

Tindakan keperawatan (Implementasi)

Tindakan keperawatan (Implementasi) LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan optimal

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYAKIT KUSTA 1. Pengertian Umum. Epidemiologi kusta adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat kejadian, penyebaran dan faktor yang mempengaruhi sekelompok manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

Kelompok. Nama Anggota

Kelompok. Nama Anggota Kelompok... Nama Anggota... CARA PENGISIAN Satu buku digunakan untuk satu anggota. Data dasar diambil pada saat seorang menjadi anggota kelompok (hal. 5). Pemeriksaan rutin dilakukan pada setiap pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat BAB I PENDAHULUAN Pembangunan dibidang kesehatan adalah penyelenggaran upaya kesehatan mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Hidup sehat pada

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH Oleh: MEITY MASITHA ANGGRAINI KESUMA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat komplek. Penyebab penyakit kusta yaitu Mycobacterium Leprae. Masalah yang dimaksud

Lebih terperinci

DRA. SRI WIDATI, M.Pd. NIP JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2009

DRA. SRI WIDATI, M.Pd. NIP JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2009 DRA. SRI WIDATI, M.Pd. NIP. 131 663 900 JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2009 A. ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK Kelainan alat gerak adalah kelainan komponen alat gerak yang terdiri dari otot,

Lebih terperinci

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI Komponen Ya Dilakukan Tidak Pengertian Gerakan/sentuhan yang diberikan pada bayi setiap hari selama 15 menit, untuk memacu sistem sirkulasi bayi dan denyut

Lebih terperinci

TINDAKAN PEMBEDAHAN SOP. 1. Pengertian. 2. Tujuan. 3. Kebijakan

TINDAKAN PEMBEDAHAN SOP. 1. Pengertian. 2. Tujuan. 3. Kebijakan TINDAKAN PEMBEDAHAN No. Dokumen : SOP No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : KEPALA PUSKESMAS KOTA PUSKESMAS KOTA 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan 4. Referensi ROSALIA DALIMA NIP.19621231 198902 2

Lebih terperinci

CHECKLIST KELUHAN UROGENITAL. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai :

CHECKLIST KELUHAN UROGENITAL. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai : CHECKLIST KELUHAN UROGENITAL Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai : No Aspek yang dinilai Nilai 0 1 2 Anamnesis 1 Memberi salam dan memperkenalkan diri keduanya 0 : melakukan< 2 3 Menanyakan identitas

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

PANDUAN KESELAMATAN KERJA DAN PRAKTIKUM

PANDUAN KESELAMATAN KERJA DAN PRAKTIKUM PANDUAN KESELAMATAN KERJA DAN PRAKTIKUM D3 UNIVERSITAS BUDI LUHUR Buku Pedoman untuk Dosen Pengajar dan Mahasiswa Versi 2 (2012) Universitas Budi Luhur Jakarta PENDAHULUAN Panduan ini menjelaskan tentang

Lebih terperinci

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian VULNUS LACERATUM No Dokumen : SOP No.Revisi : 0 TanggalTerbit : Halaman :1 dari 4 1. Pengertian Vulnus atau lukaadalah hilang atau rusaknya sebagian kontinuitas jaringan yang dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

Laboratorium Komputasi Dasar Ilmu Komputer PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM KOMPUTASI DASAR JURUSAN ILMU KOMPUTER

Laboratorium Komputasi Dasar Ilmu Komputer PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM KOMPUTASI DASAR JURUSAN ILMU KOMPUTER PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM KOMPUTASI DASAR JURUSAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS LAMPUNG 2017 PENDAHULUAN Bahwa agar fungsi Laboratorium komputer jurusan ilmu komputer Universitas

Lebih terperinci

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik LAMPIRAN 1 Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Stroke Non Hemoragik A. Pengertian Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan

Lebih terperinci

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN. Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN. Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep Pembalutan Pembalutan adalah penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan bahan tertentu dan dengan tujuan tertentu Pembalut adalah

Lebih terperinci

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL Versi : 1 Tgl : 17 maret 2014 1. Pengertian Senam Hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik maupun mental, untuk menghadapi persalinan yang cepat, aman dan spontan.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF LAMPIRAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF Pokok bahasan Sub Pokok bahasan : Latihan fisik rentang derak/ Range Of Motion (ROM) : Mengajarkan latihan

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS KEPERAWATAN

URAIAN TUGAS KEPERAWATAN URAIAN TUGAS KEPERAWATAN Nama Jabatan : Bidan / perawatan Pengertian : Seorang bidan/perawat professional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur serta mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan

Lebih terperinci

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM SENAM KAKI DIABETIK. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM SENAM KAKI DIABETIK. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM SENAM KAKI DIABETIK Oleh Tim Endokrin dan Metabolik PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 TATA TERTIB Sebelum Praktikum

Lebih terperinci

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016 Lampiran 1 Nama : Agung Prasetio NIM : 1401100116 No. Kegiatan Penelitian I II III Tahap Persiapan a. Penentuan Judul b. Mencari Literatur c. Penyusunan Proposal d. Konsultasi Proposal e. Perbaikan Proposal

Lebih terperinci

Pengertian : Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi.

Pengertian : Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi. R U M A H S A K I T D K DADI Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi. Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan operasi oleh petugas

Lebih terperinci

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb. Penundaan pelayanan kepada pasien terjadi apabila pasien harus menunggu terlayani dalam waktu yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Hasil wawancara dengan pihak RSUD untuk pengumpulan data Narasumber : Dr. Herlina Jabatan : Dokter Umum. No Pertanyaan Jawaban

LAMPIRAN. 1. Hasil wawancara dengan pihak RSUD untuk pengumpulan data Narasumber : Dr. Herlina Jabatan : Dokter Umum. No Pertanyaan Jawaban LAMPIRAN 1. Hasil wawancara dengan pihak RSUD untuk pengumpulan data Narasumber : Dr. Herlina Jabatan : Dokter Umum 1. Bagaimana prosedur pelayanan rumah sakit dimulai dari pasien datang? Untuk pasien

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA

PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN SO P PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA No. Dokumen : 03-08020503-07.P-019 No. Revisi : Tanggal Terbit : 04 Januari 2016 Halaman : KEPALA PUSKESMAS MERBAU MATARAM SUCIPTO, SKM, MKes 1.

Lebih terperinci

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot)

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot) Medical First Responder Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot) SASARAN Selesai mengikuti pelajaran, peserta mampu: 1. Menjelaskan patah tulang terbuka & tertutup, serta menyebutkan 4 tanda

Lebih terperinci

BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH DAN TEKANAN VENA JUGULAR

BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH DAN TEKANAN VENA JUGULAR BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH DAN TEKANAN VENA JUGULAR Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2017 TATA-TERTIB LABORATORIUM DAN CLINICAL SKILLS LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP Untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang dibina oleh Bapak Rudi Hamarno, M.Kep Oleh Kelompok 11 Pradnja Paramitha

Lebih terperinci

ROM (Range Of Motion)

ROM (Range Of Motion) Catatan : tinggal cari gambar ROM (Range Of Motion) A. Pengertian Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena

Lebih terperinci

PROSEDUR DIAGNOSIS KUSTA

PROSEDUR DIAGNOSIS KUSTA Kabupaten dr. ABDUL FATAH A. NIP: 197207292006041014 1.Pengertian 2.Tujuan Adalah penilaian klinis atau pernyataan ringkas tentang status kesehatan individu yang didapatkan melalui proses pengumpulan data

Lebih terperinci

I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA

I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA OLEH: SRI WIDATI I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA GERAK MANUSIA ADALAH SUATU PROSES YANG MELIBATKAN SEBAGIAN ATAU SELURUH BAGIAN TUBUH DALAM SATU KESATUAN YANG MENGHASILKAN SUATU GERAK

Lebih terperinci

Ditetapkan Tanggal Terbit

Ditetapkan Tanggal Terbit ASSESMEN ULANG PASIEN TERMINAL STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur O1 dari 04 Ditetapkan Tanggal Terbit dr. Radhi Bakarman, Sp.B, FICS Direktur medis Asesmen ulang pasien

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN SOP PERAWATAN LUKA GANGREN A. Alat dan Bahan Steril 1. Bak Instrument 1 buah 2. Pinset Anatomi 1 buah 3. Pinset Chirurgis 1 buah 4. Gunting 1 buah 5. Handschoon 1 pasang 6. Kasa, deppers 7. Korentang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Masalah Dari sekian banyak anggota tubuh yang dimiliki dalam tubuh manusia, kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan keharmonisan aktivitas seseorang

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Tujuan 1. Menyelamatkan jiwa korban 2. Meringankan penderitaan korban serta mencegah bahaya lanjut akibat kecelakaan 3. Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan

Lebih terperinci

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK ppkc Terapi Sentuh (Touch Therapy) Metode sentuh untuk sehat adalah pendekatan atau terobosan baru dalam pemeliharaan kesehatan. Metode inipun bisa digabungkan dengan

Lebih terperinci

Definisi Bell s palsy

Definisi Bell s palsy Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA RUMAH SAKIT ELIZABETH SITUBONDO 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN Tujuan Umum... 2 Tujuan Khusus... 2 BAB II

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM)

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM) SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM) Dosen Pembimbing: Iis Fatimawati, S.Kep.Ns,M.Kes Oleh : Astriani Romawati 141.0020 Lina Ayu Dika 141.0057 Miftachul Rizal H. 141.0064 Varinta Putri P. 141.0103

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

ROM (Range Of Motion)

ROM (Range Of Motion) ROM (Range Of Motion) Pengertian Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma.

Lebih terperinci

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari :

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari : 116 BAB X ISOMETRIK Otot-otot Wajah terdiri dari : 1. Occopito Froratalis : otot-otot pada tulang dahi yang lebar yang berfungsi membentuk tengkorak kepala bagian belakang 2. Temporalis : otot-otot di

Lebih terperinci

SOP/ PROTAP PENGUKURAN TEKANAN DARAH

SOP/ PROTAP PENGUKURAN TEKANAN DARAH Puskesmas Kendit SOP/ PENGUKURAN TEKANAN DARAH RAWAT JALAN... drg. DINA FITRYA, M.Kes 19731026 200501 2 006 Pengerti Tatacara mengukur tekanan darah dengan menggunakan Tensimeter an Untuk mengetahui ukuran

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 JUDUL PENELITIAN HUBUNGAN LETAK LESI INSULA DENGAN FUNGSI MOTORIK PADA PASIEN STROKE ISKEMIK INSTANSI PELAKSANA : RSUP DR.

LAMPIRAN 1 JUDUL PENELITIAN HUBUNGAN LETAK LESI INSULA DENGAN FUNGSI MOTORIK PADA PASIEN STROKE ISKEMIK INSTANSI PELAKSANA : RSUP DR. LAMPIRAN 1 JUDUL PENELITIAN HUBUNGAN LETAK LESI INSULA DENGAN FUNGSI MOTORIK PADA PASIEN STROKE ISKEMIK INSTANSI PELAKSANA : RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONCENT)

Lebih terperinci

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN Lampiran 1 88 SURAT IJIN PENELITIAN Lampiran 2 89 SURAT IJIN SURVEI AWAL PENELITIAN Lampiran 3 90 SURAT IJIN PENELITIAN Lampiran 4 91 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi.

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi. Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi Ditulis pada Senin, 15 Februari 2016 03:14 WIB oleh fatima dalam katergori Kamar Bedah tag Kamar Bedah, Oka, Perawat Instrument, Perawat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Carpal tunnel syndrome

Carpal tunnel syndrome Carpal tunnel syndrome I. Definisi Carpal tunnel syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan kelelahan otot tangan. Tempat

Lebih terperinci

Fungsi dari Perlengkapan Ambulance ( Stretcher ) Stretcher a. Folding Stretcer ( Tandu Lipat ) b. Scoop Stretcher

Fungsi dari Perlengkapan Ambulance ( Stretcher ) Stretcher a. Folding Stretcer ( Tandu Lipat ) b. Scoop Stretcher Fungsi dari Perlengkapan Ambulance ( Stretcher ) Bagi sebagian orang mungkin banyak yang belum pernah melihat perlengkapan yang ada di dalam Ambulance, atau sudah pernah melihat tetapi tidak tahu nama

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG TARIF RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD Nama : NPM : Tanggal Ujian : Penguji : 1. Nilai 2 : Memuaskan : Memperagakan langkah langkah atau tugas sesuai Dengan prosedur standar atau pedoman 2. Nilai 1 :

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bertanda tangan dibawah ini : LAMPIRAN Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth.Sdra/I Responden Dengan hormat Assalamu alaikum Wr. Wb Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Yogyakarta, Maret 2016 Nama : Hasrullah

Lebih terperinci

SOP PEMAKAIAN AMBULAN UNTUK RUJUKAN

SOP PEMAKAIAN AMBULAN UNTUK RUJUKAN SOP PEMAKAIAN AMBULAN UNTUK RUJUKAN Pengertian 1. Ambulans adalah kendaraan yang digunakan untuk mengantar, menjemput dan membantu keperluan orang sakit atau jenazah. Pasien Dirujuk adalah pasien yang

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

Gangguan Pada Bagian Sendi

Gangguan Pada Bagian Sendi Gangguan Pada Bagian Sendi Haemarthrosis ( Hemarthrosis ) Hemarthrosis adalah penyakit kompleks di mana terjadi perdarahan ke dalam rongga sendi - Penyebab (Etiologi) Traumatic nontraumatic Degrees - Gejala

Lebih terperinci

CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA PEREMPUAN. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai :

CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA PEREMPUAN. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai : CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA PEREMPUAN Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai : No Aspek yang dinilai Nilai 0 1 2 Anamnesis 1 Memberi salam dan memperkenalkan diri keduanya 0 : melakukan< 2

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN FISIK SYARAF

PEMERIKSAAN FISIK SYARAF PEMERIKSAAN FISIK SYARAF. PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS. PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK DAN CEREBELLUM 3. PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS 4. PEMERIKSAAN REFLEK PATHOLOGIS 5. TEST RANGSANG MENINGEAL DISUSUN OLEH

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR SUPRACONDYLAR HUMERI DENGAN K-WIRE DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J 100 090 02

Lebih terperinci

TESIS Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

TESIS Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit ANALISIS FAKT0R FAKTOR MOTIVASI YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPATUHAN DOKTER SPESIALIS DALAM PENULISAN RESEP SESUAI FORMULARIUM DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS Untuk

Lebih terperinci

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN Tugas Mata Kuliah Sistem Muskuluskeletal Disusun Oleh: Widha Widyaningrum 2010 03 0274 PROGRAM S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG 2012 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan adalah bagian tubuh yang memiliki peran penting dalam melakukan berbagai aktivitas dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Apabila terjadi

Lebih terperinci

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine.

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine. MEMASANG KATETER A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine. B. TUJUAN 1. Menghilangkan distensi kandung kemih. 2. Sebagai penatalaksanaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA 55 LAMPIRAN TEKNIK PELAKSANAAN LATIHAN HATHA YOGA PERSIAPAN LATIHAN Partisipan menggunakan pakaian yang bersih dan longgar. Partisipan tidak memakai alas kaki selama latihan. Karena latihan yoga harus

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI BAB II RUANG LINGKUP

BAB I DEFINISI BAB II RUANG LINGKUP BAB I DEFINISI Pelayanan ambulance adalah pelayanan transportasi dengan mobil ambulance Rumah Sakit Awal Bros Batam untuk merujuk, memindahkan atau memulangkan pasien Penilaian kebutuhan transportasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spritual yang komprehensif ditunjukan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spritual yang komprehensif ditunjukan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan nilai integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya disebabkan oleh organisme obligat intraselluler Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

nonfarmakologi misalnya, teknik

nonfarmakologi misalnya, teknik LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Hari Pertama Hari/ tanggal/ Waktu Rabu, 20 Mei 2015 Pukul 09.00-10.30 No. Implementasi DX 1. 9. Mengkaji keluhan nyeri meliputi lokasi, karakteristik, awitan/durasi, frekuensi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai fenomena yang harus direspons oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dan

Lebih terperinci

Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan

Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya 2017-2018 1. Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan bulan Efisiensi dan Keselamatan Tipe Indikator Input Pelaksanaan rapat dokter umum

Lebih terperinci

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Aspek yang dinilai Membina sambung rasa, bersikap

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE Station 1: Perawatan Pasien yang Menggunakan Traksi Gambaran Umum Traksi merupakan alat immobilisasi yang menggunakan kekuatan tarikan

Lebih terperinci

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian * Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991) * Pembuatan lubang sementara atau permanen dari

Lebih terperinci

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL N o Indikator Standar Dimensi Input/Proses /Output Manajeria l/klinis 1 Kepatuhan 90% Efektifitas Proses Klinis terhadap clinical pathways

Lebih terperinci

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2 PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2 MENGGUNAKAN PENUNTUN BELAJAR Penuntun belajar keterampilan klinik dan konseling Implan-2 ini dirancang untuk membantu peserta mempelajari langkah-langkah

Lebih terperinci

CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA LAKI-LAKI. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai :

CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA LAKI-LAKI. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai : CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA LAKI-LAKI Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai : No Aspek yang dinilai Nilai 0 1 2 Anamnesis 1 Memberi salam dan memperkenalkan diri 1 : melakukan keduanya 0

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BESARNYA BIAYA JASA SARANA DAN BIAYA JASA PELAYANAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BESARNYA BIAYA JASA SARANA DAN BIAYA JASA PELAYANAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BESARNYA BIAYA JASA SARANA DAN BIAYA JASA PELAYANAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR FARMASI UPTD PUSKESMAS LADJA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR FARMASI UPTD PUSKESMAS LADJA STANDART OPERASIONAL PROSEDUR FARMASI UPTD PUSKESMAS LADJA PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT. Penyediaan dan Penggunaan obat adalah: kegiatan yang dilakukan petugas farmasi Ladja untuk Menganfrak obat ke

Lebih terperinci

INTERVENSI PADA ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK. Oleh: Dra. Sri Widati, M.Pd.

INTERVENSI PADA ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK. Oleh: Dra. Sri Widati, M.Pd. INTERVENSI PADA ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK Oleh: Dra. Sri Widati, M.Pd. A. PENDAHULUAN Anak-anak dengan gangguan motorik (gerakan) mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari, seperti:

Lebih terperinci

Lampiran 1. PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM :

Lampiran 1. PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM : Lampiran 1 PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM : 1401100002 NO KEGIATAN PENELITIAN 1. Tahap Persiapan A. Penentuan Judul B. Mencari Literatur C. Studi Pendahuluan D. Menyusun

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 4 Prosedur pemeriksaan bayi baru lahir menggunakan skala ballard : 1. Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan dan minta persetujuan tindakan. 2. Lakukan anamnesa

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK 87 SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK Di Sususn oleh : Vella Dolo Rosa ( 20160305011 ) PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Lebih terperinci

Panduan Identifikasi Pasien

Panduan Identifikasi Pasien Panduan Identifikasi Pasien IDENTIFIKASI PASIEN 1. Tujuan Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit. Mengurangi kejadian

Lebih terperinci

PEMINDAHAN PASIEN. Halaman. Nomor Dokumen Revisi RS ASTRINI KABUPATEN WONOGIRI 1/1. Ditetapkan, DIREKTUR RS ASTRINI WONOGIRI.

PEMINDAHAN PASIEN. Halaman. Nomor Dokumen Revisi RS ASTRINI KABUPATEN WONOGIRI 1/1. Ditetapkan, DIREKTUR RS ASTRINI WONOGIRI. PEMINDAHAN PASIEN Adalah pemindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap yang dilaksanakan atas perintah dokter jaga di IGD, yang ditulis dalam surat perintah mondok/ dirawat, setelah mendapatkan persetujuan

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) A. Definisi Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara rutin. Perawatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN RUMAH

Lebih terperinci

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI )

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI ) SOP INJEKSI PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI ) A. INJEKSI INTRA VENA Injeksi ini dilakukan dengan menyuntikkan obat kedalam pembuluh darah vena Injeksi intravena diberikan jika diperlukan

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK) / PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT PPK

PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK) / PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT PPK PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK) / PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT PPK RUMAH SAKIT AT-TUROTS AL-ISLAMY 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 A LATAR BELAKANG... 3 B TUJUAN BAB II LANDASAN TEORI

Lebih terperinci

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan latihan dengan gerakan-gerakan berikut ini. "Saya seorang wanita berusia 30 tahun. Secara teratur, saya melakukan olahraga jalan pagi. Setiap latihan waktunya antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kusta 1. Pengertian Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman mycobacterium leprae(m. leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya

Lebih terperinci