BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Rencana pengelolaan wilayah, potensi dan sumberdaya alam maupun manusia telah dikelola dengan baik antara instansi terkait dengan melibatkan partisipasi dan konsultasi masyarakat lokal secara luas. Kegiatan ini dibarengi dengan promosi yang kian gencar dilakukan oleh banyak instansi terkait demi menciptakan image yang baik bagi daerah agar menjadi wilayah yang menarik bagi tujuan investasi dan pertumbuhan ekonomi daerah yang semakin meningkat. Salah satu upaya dalam memberikan gambaran akan peluang Investasi di Kabupaten Banyuwangi adalah dengan menyediakan bentuk data/informasi tentang apa saja yang ada dan tersedia di Kabupaten Banyuwangi baik Potensi Umum Maupun Potensi Strategis Ekonomi Wilayah Kabupaten Banyuwangi. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya sebuah media yang dapat memaparkan secara detail tentang Profil Peluang Investasi di Kabupaten Banyuwangi sehingga diharapkan media ini dapat melengkapi sarana inventarisasi data dan promosi yang ada sekaligus panduan perencanaan untuk mengimplementasikan usaha bagi calon investor di Kabupaten Banyuwangi. I.2. MAKSUD Penyusunan Profil ini dimaksudkan untuk menyediakan data dan informasi tentang potensi serta peluang investasi Kabupaten Banyuwangi yang dilengkapi dengan data yang lengkap, dan akurat mengenai lokasi, ketersediaan lahan, sarana prasarana, peluang investasi potensi umum dan kondisi makro ekonomi serta data terkait lainnya yang relevan, yang dikemas dalam bentuk buku dan program interaktif Profil Investasi Kabupaten Banyuwangi; I.3. TUJUAN Tersedianya media promosi dalam bentuk Profil investasi Kabupaten Banyuwangi dan CD program Interaktif, sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dan minat investor domestik maupun asing untuk mengembangkan usahanya di Kabupaten Banyuwangi. 1

2 BAB II PROFIL KABUPATEN BANYUWANGI II.1. ADMINISTRASI Kabupaten Banyuwangi, merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, dengan Ibukotanya adalah Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur Pulau Jawa, dan terletak pada Bujur Timur serta Lintang Selatan. Kabupaten Banyuwangi sendiri terletak di bawah equator yang dikelilingi oleh laut Jawa, Selat Bali dan Samudera Indonesia dengan iklim tropis yang terbagi menjadi 2 musim yaitu : Hasil pengamatan Stasiun Meteorologi Kabupaten Banyuwangi, rata-rata curah hujan selama tahun 2010 angkanya mencapai 157 mm curah hujan terendah terjadi pada Bulan Nopember sebesar 33,7 sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Januari mencapai 306 mm, sedangkan persentase rata-rata penyinaran matahari terendah pada Bulan Januari sebesar 63 % dan tertinggi pada Bulan Maret sebesar 84 %. Banyuwangi adalah merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur. Wilayahnya cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan. Pada kawasan perbatasan dengan Kabupaten Bondowoso, terdapat rangkaian Dataran Tinggi Ijen, dengan puncaknya Gunung Raung (3.282 m) dan Gunung Merapi (2.800 m), keduanya adalah gunung api aktif. Gunung Argopuro dengan ketinggian m adalah gunung yang tertinggi di Kabupaten Banyuwangi dan Kali Baru merupakan sungai yang terpanjang di Kabupaten Banyuwangi yaitu 80,70 km. Secara keseluruhan administrasi wilayah di Kabupaten Banyuwangi terbagi menjadi 24 wilayah Kecamatan dengan total luas wilayah sebesar ± 5.782,50 Km 2. Adapun luas tiap kecamatan adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Luas Wilayah Perkecamatan Kabupaten Banyuwangi No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) 1. Pesanggaran 802,5 2. Siliragung 95,15 3. Bangorejo 137,43 4. Purwoharjo 200,30 5. Tegaldlimo 1.341,12 6. Muncar 146,07 7. Cluring 97,44 8. Gambiran 66,77 9. Tegalsari 65, Glenmore 421, Kalibaru 406,76 2

3 12. Genteng 82, Srono 100, Rogojampi 102, Kabat 107, Singojuruh 59, Sempu 174, Songgon 301, Glagah 76, Licin 169, Banyuwangi 30, Giri 21, Kalipuro 310, Wongsorejo 464,80 Jumlah 5.782,50 Sumber Data: Dokumen RTRW Kabupaten Banyuwangi Daerah Kecamatan pantai meliputi Kecamatan Wongsorejo, Giri, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Rogojampi, Muncar, Tegaldlimo, Purwoharjo dan Pesanggaran. Bagian selatan terdapat perkebunan, peninggalan sejak jaman Hindia Belanda. Di perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan, merupakan kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam Meru Betiri. Pantai Sukamade, merupakan kawasan pengembangan penyu. Semenanjung Blambangan juga terdapat cagar alam Taman Nasional Alas Purwo. Pantai timur Banyuwangi (Selat Bali) merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Jawa Timur. Di Muncar terdapat pelabuhan perikanan. Ibukota Kabupaten Banyuwangi berjarak 239 km sebelah timur Surabaya. Banyuwangi merupakan ujung paling timur jalur pantura, serta titik paling timur jalur kereta api Pulau Jawa. Pelabuhan Ketapang terletak di kota Banyuwangi bagian utara, menghubungkan Jawa dan Bali dengan kapal ferry. Dari Surabaya, Kabupaten banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang membentang dari 3

4 ujung kulon hingga pelabuhan ketapang. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur pantura dari Kabupaten Pasuruan melewati Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember. II.2 KONDISI FISIK DASAR Topografi Topografi wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi bagian barat dan utara pada umumnya merupakan pegunungan, dan bagian selatan sebagian besar merupakan dataran rendah. Tingkat kemiringan rata-rata pada wilayah bagian barat dan utara 40 0, dengan ratarata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan bagian wilayah lainnya. Daratan yang datar sebagian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 15 0, dengan rata-rata curah hujan cukup memadai sehingga bisa menambah tingkat kesuburan tanah. Kabupaten Banyuwangi terletak pada ketinggian 0 sampai dengan > 2500 meter diatas permukaan laut. Ketinggian tempat tersebut dapat dibedakan atas : Ketinggian meter diatas permukaan laut meliputi luas wilayah Ha ( 38,10 % ) dari luas kabupaten. Ketinggian ini terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi kecuali kecamatan Singojuruh, Songgon, Genteng, Glenmore dan Kalibaru. Ketinggian meter diatas permukaan laut meliputi luas wilayah Ha ( 46,01 % ) dari luas kabupaten. Ketinggian ini terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi kecuali kecamatan Banyuwangi, Muncar, dan Purwoharjo. Ketinggian meter diatas permukaan laut meliputi luas wilayah Ha ( 10,47 % ) dari luas kabupaten. Ketinggian ini terdapat di kecamatan Wongsorejo, Giri, Glagah, Songgon, Genteng, Glenmore, dan Kalibaru. Ketinggian meter diatas permukaan air laut meliputi luas wilayah ,5 Ha (2,96%) dari luas kabupaten. Ketinggian ini terdapat di kecamatan Wongsorejo, Giri, Glagah, Songgon, Genteng, Glenmore, dan Kalibaru. Ketinggian meter diatas permukaan air laut meliputi luas wilayah 5.075,5 Ha (1,48%) dari luas Kabupaten, Ketinggian ini terdapat di kecamatan Wongsorejo, Giri, Glagah, Songgon, dan Glenmore. Ketinggian meter di atas permukaan air laut meliputi luas wilayah Ha (0,65%) dari luas kabupaten ketinggian ini terdapat di kecamatan Wongsorejo, Giri, Glagah, Songgon, Genteng, Glenmore, dan Kalibaru. 4

5 Ketinggian lebih dari 2500 meter diatas permukaan air laut meliputi luas wilayah Ha (0,33%) dari luas kabupaten. Ketinggian ini terdapat di kecamatan Wongsorejo, Glagah, Songgon, dan Glenmore. Jenis Tanah Terdapat 17 jenis tanah di Kabupaten Banyuwangi yaitu Aluvial Coklat Kemerahan, Aluvial Hidromorf, Andosol Coklat Kekuningan, Assosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kekelabuan, Assosiasi Andosol Coklat Kekuningan dan Regosol Coklat Kekuningan, Asosiaso Latosol Coklat dan Regosol Kelabu, Grumosol Hitam, Grumosol Kelabu, Kompleks Latosol Coklat Kekuningan dan Litosol, Kompleks Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol, Kompleks Mediteran Coklat dan Litosol, Kompleks Mediteran Merah dan litosol, Kompleks Regosol Kelabu dan Litosol, Kompleks Brown Forest Soil, Litosol dan Mediteran, Latosol Coklat Kemerahan, Regosol Coklat, Regosol Kelabu. Luas tanah terbesar adalah tanah Asosiaso Latosol Coklat dan Regosol Kelabu yaitu seluas Ha, sedangkan luas tanah yang terkecil adalah berupa tanah Grumosol Hitam seluas 4 Ha sumber data dari dokumen RTRW Kabupaten banyuwangi Tahun Geologi Di Kabupaten Banyuwangi tekstur geologi hasil gunung api kwater muda memiliki angka paling tinggi yaitu sebesar Ha atau 38,05% dari luas wilayah Kabupaten. Lapisan batuan ini paling tinggi terdapat di Kecamatan Glenmore yaitu seluas Ha atau 19,96% dari luas total hasil gunung api kwater muda. Sedangkan yang paling rendah adalah lapisan andesit yaitu Ha atau 2,50% dari luas wilayah dan tersebar di Kecamatan Pesanggaran, Glenmore, dan Kalibaru. Potensi Sumber Daya Air Kabupaten Banyuwangi terletak di bawah Garis Katulistiwa/equator, yang dikelilingi oleh laut jawa, selat Bali, dan samudra Indonesia dengan iklim tropis terdiri dari 2 musim : 1. Musim penghujan, antara bulan Oktober sampai dengan April 2. Musim kemarau, antara bulan April sampai dengan Oktober Diantara kedua musim ini terdapat musim peralihan pancaroba yaitu sekitar bulan April sampai Mei dan bulan Oktober sampai bulan November, dengan rata-rata curah hujan sebesar 157 mm pertahun sedangkan untuk bulan kering yaitu pada bulan April, Agustus, September dan Oktober. 5

6 Kabupaten Banyuwangi terdapat Satuan Wilayah Sungai (SWS) yang mana terdapat banyak sungai besar dan sungai kecil. Adapun nama-nama sungai dan panjang sungai dapat dikemukakan sebagai berikut : Kali Selogiri, panjangnya ± 6,173 Km, melewati Kecamatan Giri Kali Ketapang, panjangnya ± 10,260 Km, melewati Kecamatan Giri Kali Sukodadi panjangnya ± 15,825 Km, melewati Kecamatan Giri Kali Bendo panjangnya ± 15,826 Km, melewati Kecamatan Glagah Kali Sobo panjangnya ± 13,818 Km, melewati Kecamatan Glagah dan Banyuwangi Kali Pakis panjangnya ± 7,043, melewati Kecamatan Banyuwangi Kali Tambong panjangnya ± 24,347 Km,melewati Kecamatan Glagah dan Kabat Kali Binau panjangnya ± 21,279 Km, melewati Kecamatan Rogojampi Kali Bomo panjangnya ± 7,417 Km, melewati Kecamatan Rogojampi Kali Bajulmati panjangnya ± 20 Km, melewati Kecamatan Wongsorejo Kali Setail panjangnya ± 73,35 Km, melewati Kecamatan Gambiran, Purwoharjo, Muncar dan Genteng Kali Probolinggo panjangnya ± 30,7 Km, melewati Kecamatan Genteng Kali Barumanis panjangnya ± 18 Km, melewati Kecamatan Kalibaru dan Glenmore Kali Wagud panjangnya ± 44,6 Km, melewati Kecamatan Genteng, Cluring dan Muncar. Kali Karangtambak panjangnya ± 44,6 Km, melewati Kecamatan Pesanggaran Kali Bargi panjangnya ± 18 Km, melewati Kecamatan Bangorejo dan Pesanggaran Kali Baru panjangnya ± 80,7 Km, melewati Kecamatan Kalibaru dan Pesanggaran. II.3. PENGGUNAAN LAHAN Dengan luas wilayah Kabupaten Banyuwangi seluas 5.782,50 km 2 maka Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang mempunyai luas daerah terbesar. Banyuwangi masih merupakan daerah kawasan hutan karena besaran wilayah yang termasuk kawasan hutan lebih banyak kalau dibandingkan kawasan-kawasan lainnya. Area kawasan hutan mencapai ,85 ha atau sekitar 31,62%; daerah persawahan yang terdiri sawah irigasi dan sawah tadah hujan sekitar ha atau 15,44%; perkebunan dengan luas sekitar ,63 ha atau 10,21%; sedangkan yang dimanfaatkan sebagai daerah permukiman mencapai luas sekitar ,22 ha atau 22,04%. Sisanya telah dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi dengan berbagai manfaat yang ada, seperti jalan, ladang dan lain-lainnya. Selain penggunaan luas daerah 6

7 yang demikian itu, Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km, serta jumlah Pulau kecil ada 13 buah. Seluruh wilayah tersebut telah memberikan manfaat besar bagi kemajuan ekonomi penduduk Kabupaten Banyuwangi. II.3.1. Tabel 2.2 Luas Kabupaten Banyuwangi dibedakan Menurut Penggunaannya Tahun 2010 No Jenis Pemanfaatan Lahan Prosentase Luas Lahan 1 Hutan Ladang Tambak Sawah Perkebunan Permukiman Lain-lain Sumber Data: Dokumen RTRW Kabupaten Banyuwangi LUAS DAN JENIS PENGGUNAAN LAHAN Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten di Jawa Timur dengan luas wilayah terbesar yaitu Ha dengan berbagai jenis penggunaan lahannya. Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Banyuwangi meliputi : 1. Lahan tidak terbangun : hutan, hutan bakau, tambak, padang rumput, pasir, perkebunan, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, semak belukar, tanah berbatu, ladang, rawa dan tanggul pasir. 2. Lahan terbangun umumnya berupa permukiman, fasilitas dan industri. Penyebaran II masing-masing jenis penggunaan lahan tersebut adalah sebagai berikut. HUTAN Hutan merupakan jenis penggunaan terbesar di Kabupaten Banyuwangi dengan luas mencapai ,78 ha atau sekitar 31,28% dari luas wilayah Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan data hutan yang ada di Kabupaten Banyuwangi dapat dibedakan berdasarkan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), sebagai berikut : a. KPH Banyuwangi Utara, memiliki jenis dan luas hutan sebagai berikut : hutan lindung seluas 1.425,80 ha, hutan produksi seluas ,46 ha. b. KPH Banyuwangi Selatan, memiliki jenis dan luas hutan sebagai berikut : hutan lindung, seluas 7.677,80 ha, hutan produksi seluas ,37 ha, hutan konservasi berupa taman nasional seluas ha, yang terdiri dari Taman Nasional Alas Purwo seluas ha yang terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Taman Nasional Meru Betiri dengan luas ha yang terletak di Kecamatan Pesanggaran. 7

8 Alas Purwo yang akrab dikenal sebagai semenanjung Blambangan, merupakan salah satu kawasan pelestarian alam di Indonesia. Ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.283/Kpts-II/1992, tanggal 26 Pebruari 1992 seluas ha dan terbagi menjadi 4 (empat) zonasi yaitu zona inti seluas ha, zona rimba seluas ha, zona pemanfaatan seluas 250 ha dan zona penyangga seluas ha. c. KPH Bayuwangi Barat, memiliki jenis dan luas hutan sebagai berikut : hutan lindung seluas ,80 ha, hutan produksi seluas ,30 ha, hutan konservasi seluas 1.720,5 ha yang terdiri dari suaka alam seluas 1.514,25 ha dan 102 ha berupa hutan wisata yang terletak di kawasan Kawah Ijen. Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi (kecuali Kecamatan Banyuwangi) memiliki hutan rakyat yang berpotensi sebagai produsen kayu-kayu jenis tertentu seperti Jati, Sengon, Mahoni dsb. Namun beberapa diantaranya belum memiliki peluang pasar karena terkendala oleh pengembangan serta upaya promosi yang minim ataupun masih tersaingi oleh produksi kecamatan lainnya. Kecamatan-kecamatan seperti Wongsorejo, Purwoharjo dan Bangorejo tercatat memiliki potensi produksi kayu yang cukup besar namun belum memiliki peluang pasar. Apabila kecamatan-kecamatan ini dibukakan pintu untuk memiliki pangsa pasar sendiri dan produksinya terdistribusi dengan baik maka tentunya akan memberikan keuntungan bagi Kabupaten Banyuwangi sendiri. Kayu Jati, Sengon dan Mahoni merupakan produksi utama Kabupaten Banyuwangi, hal ini terlihat dari jenis kayu-kayu ini produksinya tersebar merata di hampir seluruh wilayah kabupaten. Di Kabupaten Banyuwangi tercatat seluas Ha luas hutan rakyat yang dikembangkan menjadi hutan lestari dengan jenis tanaman berupa Jati, Mindi, Gmelina dan Mahoni. Hutan-hutan rakyat ini sebagian besar berada di Kecamatan Glenmore Ha. II SAWAH Sawah di Kabupaten Banyuwangi dibedakan menjadi sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Sawah irigasi tersebar hampir di seluruh kecamatan mulai dari utara, tengah, selatan dan barat. Luas keseluruhan sawah irigasi adalah ha, sedangkan sawah tadah hujan seluas 465 ha yang tersebar di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Wongsorejo, Songgon, Glagah. Luas sawah irigasi yang cukup besar tersebut (11,5%), menjadikan Kabupaten Banyuwangi sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Timur. II TAMBAK Areal tambak di Kabupaten Banyuwangi pada umumnya berada di sebelah timur tepatnya di sepanjang pantai Selat Bali mulai dari utara tepatnya di Kecamatan Wongsorejo, 8

9 Banyuwangi, Kabat, Rogojampi, Muncar, Tegaldlimo dan sebagian kecil Kecamatan Purwoharjo. Luas total areal tambak di Kabupaten Banyuwangi mencapai ha. II LADANG/ TEGAL Ladang/tegal merupakan sebagian kecil dari luas penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Banyuwangi dengan total luas ,33 ha yang tersebar di beberpa kecamatan seperti Kecamatan Wongsorejo, Kalibaru, Kabat, Sempu, Songgon, Glenmore, Pesanggaran, Siliragung, Bangorejo, Purwoharjo, Tegaldlimo. II PERKEBUNAN Perkebunan di Kabupaten Banyuwangi dapat dikelompokkan menjadi perkebunan besar seluas ,59 ha dan perkebunan rakyat seluas ha. Perkebunan besar dimaksud pada umumnya berada di wilayah barat dan selatan, tepatnya di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Glenmore, Kalibaru, Licin. Perkebunan di maksud antara lain : 1. Perkebunan Pasewaran dengan komoditas yang ditanam kelapa dan kapuk, 2. Perkebunan Kaliselogiri dengan komoditas yang yang ditanam coklat dan kopi, 3. Perkebunan Trebasala dengan komoditas yang ditanam coklat, 4. Perkebunan Malangsari dengan komoditas yang ditanam kopi, 5. Perkebunan Kendenglembu dengan komoditas yang yang ditanam kelapa dan kakao, 6. PTPN Sungai lembu dengan komoditas yang ditanam kopi, kelapa, albasia, 7. PTPN Kalirejo dengan komoditas yang ditanam karet dan kakao, 8. Perkebunan Kaliklatak dengan komoditas yang ditanam kopi, coklat dan cengkeh, 9. Perkebunan Pagergunung dengan komoditas yang ditanam kopi, coklat, cengkeh, 10. Perkebunan Lijen dengan komoditas yang ditanam cengkeh, kopi, 11. Perkebunan Bayulen dengan komoditas yang ditanam cengkeh dan pinus, 12. Perkebunan Afdeling Wonorejo dengan komoditas yang ditanam kopi, kakao, kelapa, pinus, karet, 13. Perkebunan Gunung Sanen dengan komoditas yang ditanam kopi, 14. Perkebunan Barurejo dengan komoditas yang ditanam kopi, 15. Perkebunanan Pringgodani dengan komoditas yang ditanam kopi, 16. Perkebunan Sekaran dengan komoditas yang ditanam karet. II PERMUKIMAN Lahan yang dimanfaatkan untuk permukiman mencapai luas ,22 ha. Pola pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Banyuwangi khususnya untuk wilayah 9

10 perkotaan cenderung mengarah dan mendekati pusat-pusat kegiatan, terutama ibukotaibukota kecamatan. Bila dilihat dari aspek hukumnya, permukiman di Kabupaten Banyuwangi terdiri dari permukiman formal dan permukiman informal, sebagaimana uraian berikut: 1. Permukiman Informal Permukiman informal adalah permukiman yang menempati tanah legal milik pemerintah yang dibangun atas hasil swadaya warga kota atau biasa disebut permukiman kampung (perumahan lama) yang merupakan permukiman yang sudah ada sejak zaman dahulu. Pengertian permukiman informal lainnya adalah perumahan yang dibangun tidak pada lahan yang diperuntukkan untuk membangun perumahan atau tidak mendapatkan izin pemilikan tanah dari pemerintah contohnya adalah huniar liar yang berada di stren kali maupun disepanjang rel kereta api yang merupakan lahan milik PT. KAI. 2. Permukiman formal adalah permukiman yang diberi izin oleh pemerintah dalam skala luas dan biasanya dibangun oleh developer swasta ataupun pemerintah yang bekerjasama dengan developer untuk membantu warga kota dalam mendapatkan rumah. Permukiman formal sendiri masih dibagi menjadi beberapa jenis yaitu Perumahan Nasional (Perumnas), Real Estate, dan Rumah Toko (Ruko). II PERDAGANGAN DAN JASA Penggunaan lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa pada umumnya berada di ibukota kecamatan dan perkembangannya mengikuti jaringan jalan yang ada. Penggunaan lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa berupa pasar, pertokoan, toko, bank, bengkel, showroom dll. II INDUSTRI Penggunaan lahan untuk kegiatan industri, terutama untuk lahan peruntukan industri terkonsentrasi di Kecamatan Muncar dan Kalipuro, sedangkan untuk kawasan industri Kabupaten Banyuwangi belum memiliki. Untuk penggunaan lahan industri kecil pada umumnya menyatu dengan permukiman. Jenis industri yang berkembang di Kabupaten Banyuwangi didominasi oleh industri kecil dan kerajinan rumah tangga. 10

11 Prosentase Penggunaan Lahan di Kabupaten Banyuwangi 17% 33% Hutan Ladang 22% 3% Tambak Sawah Perkebunan Permukiman 10% 0% Lain-lain 15% Sumber Data: Dokumen RTRW Kabupaten Banyuwangi II.4. PEMERINTAHAN Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 24 kecamatan, 28 kelurahan dan 189 desa, RW dan RT. Dengan jumlah desa terbanyak di Kecamatan Rogojampi sebanyak 18 desa. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Tegaldlimo dengan luas 1.341,12 km², sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Giri dengan luas 21,31 km². Pada Tahun 2010 dalam menjalankan tugas-tugasnya, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi didukung oleh orang. Terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Bila diperhatikan golongan-nya, PNS dengan golongan empat merupakan golongan paling banyak di lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Angkanya mencapai orang atau persen. Golongan tiga sebanyak orang atau persen, golongan dua sebanyak orang atau persen sedang sisanya sebanyak 443 orang atau 3.05 persen merupakan jumlah PNS golongan satu. II.5. SISTEM TATA RUANG PERWILAYAHAN Kabupaten Banyuwangi sendiri berdasarkan karakteristiknya dibagi menjadi 4 Wilayah Pengembangan yaitu : 1. Wilayah Pengembangan Banyuwangi Utara 2. Wilayah Pengembangan Banyuwangi Tengah timur 3. Wilayah Pengembangan Banyuwangi Tengah barat 4. Wilayah Pengembangan Banyuwangi Selatan Dari ke 4 (empat) Wilayah Pengembangan tersebut, ditetapkan 1 (satu) pusat Wilayah Pengembangan, yang akan menjadi pusat orientasi dari wilayah-wilayah yang ada di belakangnya. Pusat-pusat Wilayah Pengembangan tersebut ditetapkan berdasarkan hasil analisis sistem pusat kegiatan perkotaan. Pusat kegiatan perkotaan yang dimaksud adalah : 11

12 A. Banyuwangi ditetapkan sebagai pusat pengembangan seluruh Kabupaten Banyuwangi yang sekaligus sebagai pusat pengembangan wilayah Kabupaten Banyuwangi Utara. Adapun fungsi utama dari Kota Banyuwangi adalah : - Pusat pemerintahan skala kabupaten - Pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten - Pusat fasilitas umum skala kabupaten - Pusat pendidikan skala kabupaten - Pusat pergudangan skala kabupaten Sedangkan untuk wilayah turunannya meliputi Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Giri, Licin dan Glagah, dan berfungsi sebagai : - Kawasan pertanian, - Kawasan perkebunan, - Kawasan perikanan, - Kawasan peternakan - Kawasan industri, - Kawasan pelabuhan, - Kawasan lindung - Kawasan wisata B. Kota Rogojampi ditetapkan sebagai pusat pengembangan wilayah Kabupaten Banyuwangi Tengah Timur. Adapun fungsi utama dari Kota Rogojampi adalah : - Pusat pemerintahan skala kecamatan - Pusat perdagangan dan jasa skala beberapa kecamatan - Pusat fasilitas umum skala beberapa kecamatan Sedangkan wilayah turunannya meliputi Kecamatan Muncar, Songgon, Kabat, Singojuruh, Srono dan Cluring yang berfungsi sebagai : - Kawasan pertanian - Kawasan perikanan - Kawasan peternakan - Kawasan perkebunan - Kawasan pertambangan - Kawasan industri - Kawasan lindung - Kawasan bandar udara 12

13 C. Kota Genteng ditetapkan sebagai pusat pengembangan untuk wilayah Kabupaten Banyuwangi Tengah Barat. Adapun fungsi utama dari Kota Genteng adalah : - Pusat pemerintahan skala kecamatan - Pusat perdagangan dan jasa skala beberapa kecamatan - Pusat fasilitas umum skala beberapa kecamatan Sedangkan wilayah turunannya meliputi Kecamatan Kalibaru, Glenmore, Tegalsari, Sempu dan Gambiran yang berfungsi sebagai : - Kawasan pertanian - Kawasan peternakan - Kawasan perkebunan - Kawasan pariwisata - Kawasan industri kecil - Kawasan lindung D. Kota Bangorejo ditetapkan sebagai pusat pengembangan untuk wilayah Kabupaten Banyuwangi Selatan. Adapun fungsi utama Kota Bangorejo adalah : - Pusat pemerintahan skala kecamatan - Pusat perdagangan dan jasa skala beberapa kecamatan - Pusat fasilitas umum skala beberapa kecamatan Sedangkan wilayah turunannya meliputi Kecamatan Siliragung, Pesanggaran dan Tegaldlimo yang berfungsi sebagai : - Kawasan pertanian - Kawasan perikanan - Kawasan peternakan - Kawasan perkebunan - Kawasan pertambangan - Kawasan pariwisata - Kawasan industri kecil - Kawasan lindung Berdasarkan kondisi yang ada, perkembangan kota-kota di Kabupaten Banyuwangi hampir sama untuk seluruh kecamatan, namun ada beberapa kota yang menunjukkan tingkat perkembangan lebih tinggi, diantaranya adalah Kota Banyuwangi, Kota Genteng, Kota Rogojampi dan Kota Muncar 13

14 Dengan mengacu pada sistem perkotaan di Jawa Timur, maka kota-kota di Kabupaten Banyuwangi termasuk dalam kategori PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) dan PKL (Pusat Kegiatan Lingkungan). Kota dimaksud adalah Kota Banyuwangi, Kota Genteng dan Muncar dengan jumlah penduduk berkisar antara jiwa jiwa. Sedangkan bila memperhatikan jumlah penduduk yang akan berkembang, maka kota-kota di Kabupaten Banyuwangi diklasifikasikan sebagai berikut : Kota Menengah : Kota Banyuwangi Kota Kecil A : Kota Muncar,Rogojampi,Gambiran dan Genteng Kota Kecil B : Kota Bangorejo, Tegaldlimo, Cluring, Gambiran, Glenmore, dan Singojuruh Kota Desa Besar : Kota Pesanggaran, Purwoharjo, Kalibaru, Srono, Kabat, Songgon, Glagah, Giri, Kalipuro, Wongsorejo, Tegalsari dan Siliragung Kota Desa Kecil A : Kota Sempu Kota Desa Kecil B : Kota Licin Kelengkapan fasilitas suatu kota secara tidak langsung akan mencerminkan tingkat kekotaan suatu wilayah. Berdasarkan kondisi tersebut, sistem pusat kegiatan perkotaan kotakota di Kabupaten Banyuwangi sebagai berikut ; Kota Banyuwangi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kota Genteng, Muncar dan Rogojampi, Gambiran sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL) Kota Wongsorejo, Kalipuro, dan Bangorejo sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan Promosi (PKLp ) Kota Kalibaru, Singojuruh, Srono, Pesanggaran, Purwoharjo, Tegaldlimo, Cluring, Glenmore, Kabat, Sempu, Songgon, Glagah, Giri, Tegalsari, Licin, dan Siliragung sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK ) Gambar 2.3 Struktur Perkotaan Berdasarkan UUD No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 14

15 Sejalan dengan konsentrasi penduduknya Kota Banyuwangi menjadi kota paling lengkap dan paling tinggi jumlah fasilitasnya, disusul kemudian oleh Genteng, Rogojampi dan Muncar. Untuk kota-kota lain yang berada di urutan ke 3 dan 4 (PKLp dan PPK) mempunyai jumlah fasilitas yang jauh jika dibandingkan dengan kota dengan status PKW dan PKL. Dari sistem pusat kegiatan perkotaan tersebut, selanjutnya ditetapkan 4 (empat) kota pusat pertumbuhan. Kota pusat pertumbuhan dimaksud adalah : 1. Kota Banyuwangi sebagai pusat pertumbuhan bagi Kabupaten Banyuwangi bagian Utara yang sekaligus berfungsi sebagai pusat pertumbuhan bagi Kabupaten Banyuwangi. 2. Kota Rogojampi sebagai pusat pertumbuhan bagi Kabupaten Banyuwangi bagian Tengah Timur yang sekaligus berfungsi sebagai pusat pengembangan bandar udara Blimbingsari dan Fishery Town bagi Kabupaten Banyuwangi. 3. Kota Genteng sebagai pusat pertumbuhan bagi Kabupaten Banyuwangi bagian Tengah Barat yang sekaligus berfungsi sebagai pusat pertumbuhan terbesar ke-2 di Kabupaten Banyuwangi. 4. Kota Bangorejo sebagai pusat pertumbuhan bagi Kabupaten Banyuwangi bagian Selatan yang sekaligus berfungsi sebagai Agropolitan. II.6. SARANA - PRASARANA II.6.1. JARINGAN JALAN Sistem jaringan jalan utama (primer) di Kabupaten Banyuwangi dibentuk oleh ruas jalan yang menghubungkan Surabaya Banyuwangi Jember. Sistem jaringan primer ini melayani lalu lintas regional dan lokal di sepanjang jalur utama. Dengan jumlah kendaraan yang terus meningkat, diimbangi dengan keadaan jalan yang terus ditingkatkan pula. Ruas jalan yang dibangun oleh negara, pemerintah propinsi serta pemerintah kabupaten sudah seluruhnya beraspal.untuk jalan negara yang terdiri dari jalan Kelas II dan Kelas III A sepanjang km, sedangkan jalan propinsi yang terdiri dari jalan Kelas III B dan III C sepanjang km. Jumlah terminal angkutan umum di Kabupaten Banyuwangi sebagai berikut : 1. Terminal Sri Tanjung di Kecamatan Kalipuro 2. Terminal Blambangan di Kecamatan Banyuwangi 3. Terminal Brawijaya di Kecamatan Banyuwangi 4. Terminal Sasak Perot di Kecamatan Giri 5. Terminal Genteng di Kecamatan Genteng 6. Terminal Gambiran di Kecamatan Gambiran 15

16 7. Terminal Rogojampi di Kecamatan Rogojampi 8. Terminal Muncar di Kecamatan Muncar II.6.2. KERETA API Jaringan rel kereta api membelah wilayah tengah Kabupaten Banyuwangi. Jaringan Kereta Api (KA) di Kabupaten Banyuwangi meliputi jalur Surabaya, Malang, Probolinggo, Madiun, Nganjuk, dan Jember. Pelayanan arus penumpang Kereta Api di Kabupaten Banyuwangi dilayani oleh beberapa jenis kereta baik kelas ekonomi hingga eksekutif. Terdapat 2 (dua) kategori Stasiun Kereta Api di Kabupaten Banyuwangi : 1. Stasiun Kelas I Stasiun Kereta Api Banyuwangi 2. Stasiun Kelas II Stasiun Karangasem Stasiun Rogojampi Stasiun Kalisetail Stasiun Kalibaru Stasiun Temuguruh II.6.3. PERHUBUNGAN LAUT Terdapat 2 pelabuhan laut utama di Banyuwangi yaitu Pelabuhan Tanjung Wangi yang melayani bongkar muat barang serta Pelabuhan Meneng yang melayani penyeberangan Ketapang-Gilimanuk. Pelabuhan Tanjungwangi berdasarkan Surat Menteri Perhubungan No. KM.119/0/Phb.73, tanggal 2 Nopember 1973 ditetapkan sebagai pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan. Dalam dan luar negeri/antar negara dan dikategorikan sebagai pelabuhan kelas II, Pelabuhan Tanjungwangi aktivitas utamanya bongkar muat barang. Untuk Pelabuhan Meneng (Pelabuhan Ketapang) yang arus penumpangnya cenderung terus meningkat setiap tahun. Hal ini karena tingginya minat masyarakat yang menggunakan jalur darat menuju Pulau Bali, serta karena pesatnya arus migrasi masyarakat Banyuwangi ataupun di luar Kabupaten Banyuwangi menuju Bali. II.6.4. PERHUBUNGAN UDARA Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengacu perkembangan daerah serta mengantisipasi pertumbuhan wilayahnya, Kabupaten Banyuwangi membangun bandar udara, untuk mendukung mobilitas masyarakat yang semakin tinggi. 16

17 Lokasi bandar udara di Kabupaten Banyuwangi terletak sekitar 15 km dari pusat kota Banyuwangi. Secara administratif lokasi bandar udara Banyuwangi ini terletak di Desa Blimbingsari Kecamatan Rogojampi. Letak geografis Bandar Udara Banyuwangi berada pada posisi LS dan BT. Terletak pada ketinggian ± m di atas permukaan laut rata-rata. Hingga saat ini rute yang dilayanani adalah Surabaya-Banyuwangi-Surabaya dengan intensitas penerbangan 1 kali setiap hari dengan jenis pesawat Foker-28 dari Maskapai Merpati Airlines. II.6.5. ENERGI LISTRIK Energi listrik adalah salah satu sumber daya yang banyak dibutuhankan sebagai pendukung sistem operasi produksi. Hingga tahun 2010 seluruh desa di Kabupaten Banyuwangi telah teraliri listrik dengan konsumsi listrik keseluruhan mencapai Kwh/Kpt atau naik 8,5% dari tahun sebelumnya. Jumlah total pelanggan listri PLN di tahun 2010 mencapai pelanggan dimana (91%) diantaranya adalah pelanggan rumah tangga. Tertariknya investor untuk berinvestasi di Kabupaten Banyuwangi akan bergantung kepada kesiapan infrastruktur fisik, telekomunikasi dan kemudahan penyiapan energi. Semuanya akan bersumber pula pada ketersediaan sumber energi siap pakai. II.6.6. SARANA KESEHATAN Sarana kesehatan adalah salah satu bagian penting dalam sistem kehidupan masyarakat yang semakin berkembang. Kebutuhan hidup sehat terus mengalami perkembangan. Karena itu kota-kota yang memiliki rumah sakit yang bagus cenderung akan menjadi tujuan kedatangan orang. Perkembangan program pembangunan di bidang kesehatan pada tahun 2010 bisa dilihat berdasarkan jumlah fisik dari masing-masing lembaga yang ada. Seperti lembaga Rumah Sakit (RS) Umum/Khusus yang sebanyak 11 RS, Puskesmas sebanyak 45 lembaga serta Poliklinik/BP ada sebanyak 43 unit. Beberapa kecamatan yang terletak di kawasan Selatan Kabupaten Banyuwangi sampai dengan tahun 2010 masih belum tersedia fasilitas kesehatan yang berupa Rumah Sakit, atau masih dicukupi dengan adanya Puskesmas Rawat Inap. Bila diperhatikan jumlah Dokter (85 orang), Perawat dan Bidan (708 orang) pada tahun 2010, persebaran Dokter masih belum sebanding dengan persebaran penduduk. Sedang untuk Perawat dan Bidan mungkin dengan jumlah sebanyak 708 orang di tahun

18 diperkirakan belum bisa mencukupi apabila dirasiokan dengan jumlah penduduk yang mencapai jiwa. II PENDIDIKAN Pada jenjang Sekolah Dasar, Kabupaten Banyuwangi pada Tahun 2010/2011 memiliki 789 SD Negeri, 37 SD Swasta, 3 MI Negeri dan 240 MI Swasta. Jumlah tersebut relatif cukup untuk setiap desa/kelurahan. Pada jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama jumlah sekolah negeri perkembangannya terus bertambah, yang diikuti dengan bertambahnya jumlah sekolah yang dikelola oleh pihak swasta. Di Kabupaten Banyuwangi memiliki 73 SMP Negeri, 84 SMP Swasta, 12 MTs Negeri dan 69 MTs Swasta. Berlanjut ke jenjang pendidikan setingkat lebih tinggi yang disebut dengan Sekolah Menengah. Lembaga SMU sampai dengan tahun 2010 lalu keberadaannya bagi setiap kecamatan masih belum merata. Di Kabupaten Banyuwangi terdapat 17 SMA Negeri, 30 SMA Swasta, 4 MA Negeri dan 26 MA Swasta. II.6.8. PERIBADATAN Sementara itu, pluralitas dalam kehidupan beragama mewarnai masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Penganut agama Islam menduduki posisi terbesar, yakni mencapai 95,24%, disusul pemeluk agama Hindu sebanyak 2,19%, Protestan sebanyak 1,59%, Katolik sebanyak 0,74%, dan pemeluk agama Budha sebanyak 0,5%. Fasilitas peribadatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan data tahun 2009 sebagai berikut: masjid sebanyak 1.695, pura sebanyak 124, gereja sebanyak 137, dan vihara sebanyak 32. II.7. SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN BANYUWANGI Sumber daya manusia adalah aspek penting dalam usaha peningkatan aktivitas ekonomi agar memperoleh nilai tambah yang lebih tinggi. Sumber daya manusia berhubungan dengan tingkat kesejahteraan penduduk. Pada dasarnya penduduk yang lebih sejahtera memiliki peluang untuk mengembangkan diri dan memanfaatkan potensi dengan lebih baik. Kesejahteraan penduduk suatu wilayah dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dikembangkan oleh UNDP. IPM mengukur kesejahteraan berdasarkan aspek ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Aspek ekonomi yang digunakan adalah daya beli (purchasing power parity). Aspek kesehatan yang digunakan adalah angka harapan hidup (life 18

19 expectancy at birth) dan aspek pendidikan menggunakan indikator angka melek huruf (adult literacy) dan rata-rata lama sekolah (mean years schooling). Dari tahun 2008 hingga 2010 IPM Kabupaten Banyuwangi nilainya makin naik meskipun masih berada di bawah angka rata-rata Provinsi Jawa Timur. Kenaikan ini sebagai akibat dari naiknya ketiga indeks komponen IPM yang terdiri dari Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Daya Beli. Namun apabila IPM Kabupaten Banyuwangi ini dibandingkan dengan IPM Provinsi Jawa Timur, akan menghasilkan ketertinggalan pembangunan manusia di bidang pendidikan, kesehatan dan daya beli. Artinya jalan untuk menuju sasaran ideal yang berupa pembangunan manusia seutuhnya yang ditandai dengan kualitas sumber daya manusia, terciptanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar lainnya secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat Kabupaten Banyuwangi untuk bisa segera terwujud masih membutuhkan waktu yang relatif lama. II.7.1. KEPENDUDUKAN Perkembangan Penduduk Dengan luas wilayah Kabupaten Banyuwangi sekitar 5.782,50 km 2 yang didiami oleh jiwa pada tahun 2010 maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Banyuwangi adalah sebanyak 269 jiwa per km 2.Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Banyuwangi yakni sebanyak jiwa per km 2 sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Tegaldlimo yakni sebanyak 46 jiwa per km 2. Dari hasil Sensus Penduduk 2010, masih tampak bahwa penyebaran penduduk Kabupaten Banyuwangi masih tertumpu di Kecamatan Muncar yakni sebesar 8,2 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Banyuwangi sebesar 6,8 persen, Kecamatan Rogojampi sebesar 5,9 persen, Kecamatan Srono sebesar 5,6 persen, Kecamatan Genteng sebesar 5,3 persen dan kecamatan lainnya di bawah 5 persen. Kecamatan Glagah, Giri dan Licin adalah 3 kecamatan dengan urutan terbawah yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit yang masing-masing berjumlah orang, orang dan orang. Sedangkan Kecamatan Muncar dan Banyuwangi merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya di Kabupaten Banyuwangi, yakni masing-masing sebanyak orang dan orang. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun sebesar 0,44 persen. Laju pertumbuhan penduduk 19

20 Kecamatan Banyuwangi adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan lain di Kabupaten Banyuwangi yakni sebesar 1,69 persen, sedangkan yang terendah di Kecamatan Rogojampi yakni sebesar -0,14 persen. Kecamatan Muncar menempati urutan pertama dari jumlah penduduk di Kabupaten Banyuwangi dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,41 persen. No Tabel 2.3 Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk (%) Menurut Kecamatan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 Kecamatan/ Laki-laki/ Perempuan/ Jumlah/ Sumber Data: Banyuwangi Dalam Angka 2011 Sex Ratio Districts Male Female Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Pesanggaran Siliragung Bangorejo Purwoharjo Tegaldlimo Muncar Cluring Gambiran Tegalsari Glenmore Kalibaru Genteng Srono Rogojampi Kabat Singojuruh Sempu Songgon Glagah Licin Banyuwangi Giri Kalipuro Wongsorejo Jumlah/Total II.7.2. TENAGA KERJA Banyaknya pencari kerja di Kabupaten Banyuwangi yang mendaftar pada Dinas Sosial, kenaga Kerja dan Transmigrasi pada Tahun 2010 tercatat orang. Sebagian besar yakni sebanyak orang berpendidikan SMA/sederajat, orang berpendidikan S1 & S2, disusul lulusan D3 sebanyak 989 orang, selanjutnya tamatan SMP/sederajat 20

21 sebanyak 704 orang, lulusan D1 atau D2 sebanyak 493 orang dan tamatan SD sebanyak 102 orang. Dari jumlah di atas masih ada sisa pencari kerja tahun lalu sebanyak orang. Pada tahun 2010 ada penempatan tenaga kerja sebanyak 718 orang dan total pencari kerja yang belum ditempatkan pada tahun 2010 sebanyak orang. II.7.3. PENDAPATAN PERKAPITA Pada tahun 2009 dan tahun 2010 lima kecamatan yang menjadi pendukung utama perekonomian Kabupaten Banyuwangi adalah Kecamatan Muncar yang memberikan kontribusi sebesar Rp ,8 miliar atau 9,31 persen pada tahun 2009, diikuti Kecamatan Wongsorejo (8,33 persen), Kecamatan Kalipuro (6,97 persen), Kecamatan banyuwangi dan Kecamatan Rogojampi yang masing masing memberikan kontribusi sebesar 6,06 persen. Sementara itu 19 kecamatan lainnya memberikan kontribusi di bawah 5 persen. Pada tahun 2010 kondisi ini tidak banyak berubah, Kecamatan Muncar, Kecamatan Wongsorejo, Kecamatan kalipuro, Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Rogojampi masih menjadi lima kecamatan dengan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Banyuwangi, dengan kontribusi berturut-turut sebesar Rp ,3 miliar (9,45 persen), Rp ,4 miliar (8,12 persen), Rp ,1 miliar (6,73 persen), Rp ,8 miliar (6,20 persen), dan Rp ,7 miliar (6,20 persen). Sektor pertanian menjadi sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Banyuwangi, dengan kontribusinya sebesar 47,5 persen di tahun 2009 dan 46,20 persen di tahun Kecamatan Wongsorejo mempunyai kontribusi terbesar dalam pembentukan nilai tambah sektor pertanian di kabupaten Banyuwangi, yaitu Rp ,6 miliar atau 13,30 persen di tahun 2009 dan meningkat menjadi Rp ,2 miliar atau 13,08 persen di tahun 2010 dengan subsektor andalannya adalah subsektor perkebunan. Kecamatan Muncar menduduki peringkat berikutnya dengan kontribusi sebesar Rp ,2 miliar (10,74 persen) di tahun 2009 dan Rp ,9 miliar (11,36 persen) di tahun Berbeda dengan Kecamatan Wongsorejo, sektor pertanian Kecamatan Muncar didominasi oleh subsektor perikanan, terutama perikanan laut. Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Purwoharjo, dan Kecamatan Kalipuro menjadi penyumbang terbesar berikutnya dalam pembentukan nilai tambah sektor pertanian di Kabupaten Banyuwangi dengan subsektor andalannya adalah subsektor tanaman bahan makanan. Sementara itu, Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Giri memiliki kontribusi terkecil dalam sektor pertanian. 21

22 II.8. EKONOMI II.8.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) Kabupaten Banyuwangi mempunyai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang relatif besar. Pada tahun 2010 tingkat capaian realisasinya sebesar persen yaitu sebesar Rp Hubungan Pendapatan Asli Daerah dengan penyelenggaraan pembangunan praktis tidak bisa dipisahkan. Apabila dukungan PAD kurang terencana dengan baik, bisa saja penyelenggaraan pembangunan itu akan menemui banyak hambatan. Dengan memperhatikan sumber dana dari penyelenggaraan pembangunan yang didukung oleh Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp ,- untuk Dana Alokasi Khusus sebesar ,- dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak sebesar Rp II.8.2. PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banyuwangi Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tahun 2010 sebesar 23,56 trilyun rupiah. Dengan tingkat perkembangan sebesar 14 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 20,72 trilyun rupiah. PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2010 sebesar 11,02 trilyun rupiah, dengan tingkat perkembangan sebesar 6 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 10,37 trilyun rupiah. Proses penghitungan PDRB ADHK Tahun 2010 menggunakan harga tahun dasar II.8.3. PERTUMBUHAN EKONOMI Tahun 2010, laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi sebesar 6,22% mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,05%. Penyumbang terbesar untuk kenaikan angka pertumbuhan tersebut disumbang dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 9,22 %. II.8.4. STRUKTUR EKONOMI Kabupaten Banyuwangi apabila dilihat dari struktur ekonominya di dominasi oleh sektor pertanian yang luas tanah persawahan di Kabupaten Banyuwangi sekitar ha atau 11.44% dari seluruh luas wilayah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Kabupaten Banyuwangi berbasis agraris yaitu jumlah penduduk yang bergerak di sektor pertanian cukup dominan. Sektor ekonomi kedua adalah sektor perdagangan hotel dan restoran yaitu sebesar 28,67 % atau hampir sepertiga dari kegiatan ekonomi yang ada di Kabupaten Banyuwangi bergerak di sektor perdagangan, hotel dan restoran. 22

23 BAB III KEBIJAKAN PENGEMBANGAN POTENSI DAERAH III.1. VISI dan MISI KABUPATEN BANYUWANGI Visi Kabupaten Banyuwangi tahun sebagai berikut: TERWUJUDNYA MASYARAKAT BANYUWANGI YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERAKHLAK MULIA MELALUI PENINGKATAN PEREKONOMIAN DAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA. Sedangkan misi untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan sebagai berikut : 1. Mewujudkan pemerintahan yang efektif, bersih dan demokratis melalui penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, aspiratif, partisipatif dan transparan; 2. Meningkatkan kebersamaan dan kerjasama antara pemerintah, pelaku usaha dan kelompok-kelompok masyarakat untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat; 3. Membangun kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan mengoptimalkan sumberdaya daerah yang berpijak pada pemberdayaan masyarakat, berkelanjutan, dan aspek kelestarian lingkungan; 4. Meningkatkan sumber-sumber pendanaan dan ketepatan alokasi investasi pembangunan melalui penciptaan iklim yang kondusif untuk pengembangan usaha dan penciptaan lapangan kerja; 5. Mengoptimalkan ketepatan alokasi dan distribusi sumber-sumber daerah, khususnya APBD, untuk peningkatan kesejahteraan rakyat; 6. Meningkatkan kecerdasan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa; 7. Meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kearifan lokal; 8. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan; 9. Mendorong terciptanya ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan berbangsa dan bernergara melalui pembuatan peraturan daerah, penegakan peraturan dan pelaksanaan hukum yang berkeadilan. Adapun Intisari misi tersebut diatas adalah sebagai berikut: 23

24 1. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) 2. Mewujudkan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan bidang Pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya 3. Mewujudkan daya saing ekonomi daerah melalui pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan berbasis kearifan lokal 4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur fisik, ekonomi dan sosial 5. Meningkatkan kesejahateraan masyarakat melalui optimalisasi sumberdaya daerah berbasis pemberdayaan masyarakat, pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. III.2. KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUWANGI Tujuan dari penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah : Mewujudkan ruang kabupaten berbasis pertanian bersinergi dengan pengembangan perikanan, pariwisata, industri, perdagangan dan jasa yang berdaya saing dan berkelanjutan. Perwujudan ruang berbasis pertanian untuk mendukung ketahanan pangan wilayah dengan pertimbangan sosial budaya dan potensi geofisik wilayah, juga seiring untuk mendukung keseimbangan ekologis yang berkelanjutan. Adanya sinergi dengan sektor lainnya (hulu dan hilir) diharapkan meningkatkan nilai tambah pertanian sekaligus mengangkat perekonomian yang lebih merata dalam lingkup wilayah Kabupaten Banyuwangi. Sektor-sektor pendukung berdasarkan potensi wilayah yang ada turut dikembangkan secara sinergis. Pengembangan potensi kawasan pesisir didalam mendukung sektor perikanan yang telah berkembang ditunjang dengan pengembangan kawasan perikanan serta prasarana dan sarana pendukung kegiatan di sektor perikanan. Pengembangan potensi wisata baik yang sudah berkembang maupun yang belum dioptimalkan perkembangannya ditunjang pertumbuhannya melalui pengaturan ruang serta pendukungnya terutama aspek sarana prasarana dan manajerialnya. Wujud ruang wilayah yang mendukung perkembangan industri diharapkan dapat meningkatkan minat investasi, selain juga untuk mengakomodasi dampak perkembangan di wilayah sekitar Banyuwangi yang diharapkan akan memicu pertumbuhan perekonomian wilayah Kabupaten Banyuwangi. Didalam mencapai tujuan dari penataan ruang wilayah di Kabupaten Banyuwangi ditetapkan 10 (sepuluh) kebijakan penataan ruang wilayah yang dijabarkan kedalam 24

25 beberapa strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi. Adapun kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah : 1. Kebijakan pengembangan kawasan pertanian. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a) Mengembangkan lahan pertanian baru. b) Mempertahankan kawasan pertanian produktif. c) Mengendalikan alih fungsi lahan pertanian. d) Menetapkan kawasan pertanian tanamanan pangan berkelanjutan atau lahan pertanian abadi. e) Mengoptimalkan pengelolaan lahan pertanian basah dan lahan pertanian kering. f) Mengembangkan dan mengoptimalkan kawasan agropolitan. g) Mengembangkan agroindustri dan agrobisnis di lahan non pertanian. h) Mengembangkan produk-produk unggulan budidaya tanaman pangan dan hortikultura. i) Mengembangkan dan meningkatkan infrastruktur sumberdaya air. j) Meningkatkan infrastruktur penunjang kawasan pertanian. k) Mengembangkan budidaya pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang ramah lingkungan. l) Meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan pertanian. 2. Kebijakan pengembangan kawasan perikanan. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a) Mengembangkan dan mengoptimalkan kawasan perikanan tangkap. b) Mengembangkan dan mengotimalkan kawasan perikanan budidaya air laut, budidaya air payau, dan budidaya air tawar. c) Mengoptimalkan kawasan pertambakan. d) Mengoptimalkan pengembangan dan pengelolaan kawasan minapolitan. e) Mengembangkan sentra-sentra produksi perikanan yang mendukung pengoptimalan industri pengolahan perikanan di kawasan minapolitan. f) Mengendalikan pencemaran lingkungan pada sentra-sentra produksi perikanan dengan meningkatkan pengelolaan limbah industri perikanan yang bersih, sehat, dan ramah lingkungan. g) Mengembangkan dan meningkatkan infrastruktur penunjang kawasan perikanan. h) Meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan perikanan. 25

26 i) Mengawasi dan mengendalikan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya perikanan dan kelautan. j) Mengembangkan dan mengendalikan kawasan hutan bakau dan kawasan terumbu karang bagi keberlanjutan ekosistem kawasan perikanan. 3. Kebijakan pengembangan kawasan pariwisata terpadu berbasis potensi wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a) Mengembangkan potensi daya tarik wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan sesuai dengan Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP). b) Mengembangkan kawasan obyek wisata unggulan pada setiap WPP. c) Mengembangkan jalur pariwisata terpadu yang terintegrasi dengan pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah. d) Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan. e) Melestarikan nilai-nilai tradisi atau kearifan budaya masyarakat lokal beserta lingkungannya sebagai daya tarik wisata budaya. f) Melestarikan kawasan peninggalan sejarah dan situs budaya sebagai aset budaya daerah dan pariwisata. g) Meningkatkan kerjasama dalam pengelolaan pariwisata pada kawasan konservasi, kawasan lindung, cagar alam, hutan produksi, dan perkebunan melalui pengembangan ekowisata. h) Meningkatkan peranserta masyarakat dan pelaku usaha pariwisata dengan pembinaan, penyuluhan, pelatihan, dan promosi bagi pengembangan pariwisata. 4. Kebijakan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi perdesaan dan perkotaan yang menunjang sistem pemasaran hasil pertanian, perikanan, pariwisata, industri, perdagangan, dan jasa. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a) Menetapkan wilayah fungsional Kabupaten sesuai dengan potensi kawasan. b) Meningkatkan peran ibukota perkotaan Banyuwangi sebagai PKW dan peningkatan peran ibukota kecamatan bagi penunjang kegiatan skala lokal. c) Mengembangkan kawasan strategis di Kabupaten. d) Memantapkan keterkaitan dan interaksi antara simpul-simpul pertumbuhan ekonomi perkotaan dengan kawasan perdesaan sebagai hinterlandnya. Dan 26

27 e) Mengembangkan jaringan prasarana wilayah antara sentra produksi dengan pusat produksi. f) Meningkatkan aksesibilitas barang, jasa dan informasi bagi kemudahan investasi di kawasan pertanian, perikanan, pariwisata, industri, perdagangan, dan jasa. 5. Kebijakan pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah yang mendukung kawasan pertanian, perikanan, pariwisata, industri, perdagangan, dan jasa serta pelayanan dasar masyarakat. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a) Meningkatkan dan mengoptimalkan jaringan jalan bagi pengembangan kawasan agropolitan, kawasan minapolitan, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa. b) Meningkatkan dan mengoptimalkan jaringan jalan menuju pusat kegiatan pelayanan dasar masyarakat. c) Mengembangkan jalan baru menuju kawasan potensi ekonomi wilayah. d) Mengembangkan jalan lingkar perkotaan. e) Meningkatkan dan mengoptimalkan jaringan irigasi. f) Mengembangkan prasarana sumberdaya air. g) Mengembangkan prasarana telekomunikasi. h) Mengembangkan prasarana sumberdaya energi alternatif baru terbarukan. 6. Kebijakan pengelolaan wilayah yang memperhatikan daya dukung lahan, daya tampung kawasan dan aspek konservasi sumber daya alam. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a) Mengembangkan dan mengendalikan pengelolaan wilayah-wilayah pesisir, kelautan dan pulau-pulau kecil. b) Mempertahankan kawasan hutan lindung. c) Mengembangkan kawasan hutan produksi. d) Mengembangkan kawasan perkebunan. e) Mengembangkan hutan dan perkebunan rakyat. f) Mengembangkan dan mengendalikan ruang terbuka hijau pada kawasan perkotaan, sempadan jalan, sempadan sungai, sempadan pantai, ruang evakuasi bencana alam, dan kawasan perlindungan bawahan. Dan g) Melestarikan dan merehabilitasi daerah tangkapan air dan sumber-sumber air. 27

28 h) Pengendalian daya rusak air dilakukan pada sungai, danau, waduk, dan/atau bendungan, rawa, cekungan air tanah, sistem irigasi, mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, pemulihan. 7. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya dengan menumbuhkan kearifan lokal dan memperhatikan aspek ekologis. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a) Mengembangkan kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan perkebunan, kawasan peruntukan kehutanan, dan kawasan peruntukan peternakan yang terintegrasi dengan pengembangan agroindustri dan agrobisnis. b) Mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata dan kawasan budaya daerah yang berwawasan lingkungan. c) Mengembangkan kawasan peruntukan industri atau kawasan industri dengan memperhatikan daya dukung, kelestarian lingkungan, pemerataan, penyediaan infrasruktur penunjang kawasan, yaitu: 1) Tersedianya akses jalan untuk kelancaran transportasi. 2) Tersedianya sumber energi (listrik dan gas). 3) Tersedianya sumber air (air permukaan, pdam, air tanah bawah). 4) Tersedianya system dan jaringan telekomunikasi. 5) Tersedianya fasilitas penunjang lainnya, seperti: kantor pengelola, kantin, bank, pemadam kebakaran, poliklinik, sarana ibadah, pos kemanan, sarana olah raga, dan halte angkutan umum. d) Mengembangkan sentra industri kecil dan industri rumah tangga berbasis sumberdaya lokal dan ramah lingkungan. e) Mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan berdasarkan potensi bahan galian, geologi dan geohidrologi dengan prinsip memperhatikan kelestarian lingkungan. f) Mengembangkan peruntukan kawasan perdagangan dan jasa. g) Mengembangkan peruntukan kawasan permukiman perkotaan, kawasan permukiman perdesaan yang seimbang dalam penyediaan sarana dan prasarana permukiman dengan ruang terbuka hijau, berwawasan lingkungan, serta terintegrasi dengan sistem trasnportasi. 28

29 8. Kebijakan pengendalian dan pelestarian kawasan lindung. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a) Mengendalikan perubahan fungsi kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan cagar budaya dan kawasan lindung geologi. b) Memantapkan tata batas dan luasan fungsi kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan dibawahnya, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan cagar budaya dan kawasan lindung geologi. c) Menetapkan dan/atau mempertegas zona kawasan perlindungan setempat yang berfungsi sebagai sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan sekitar waduk/embung, danau, sempadan rawa, sempadan sekitar mata air dan ruang terbuka hijau. d) Meningkatkan upaya preservasi dan konservasi kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan cagar budaya dan kawasan lindung geologi untuk menjaga luasannya dan meminimalkan kerusakan. e) Mempertahankan dan meningkatkan kelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistem di kawasan lindung. f) Mencegah perkembangan kegiatan budidaya di kawasan lindung. g) Meningkatkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam pengelolaan kawasan lindung yang berkelanjutan. h) Meningkatkan nilai ekonomis kawasan lindung yang menunjang pengembangan pariwisata, pendidikan, penelitian dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya. i) Meningkatkan keterpaduan pembangunan kawasan lindung dengan pembangunan wilayah terutama peningkatan kesejahteraan dan kepedulian masyarakat disekitar kawasan konservasi. 29

30 9. Kebijakan pengendalian kawasan rawan bencana alam. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a) Menetapkan kawasan rawan bencana alam sesuai sifat dan jenis bencana alam berupa bencana gempa, bencana banjir, bencana kerentanan gerakan tanah, bencana letusan gunung berapi, bencana gelmbang pasang dantsunami, bencana kebakran hutan. b) Mengidentifikasi tingkat resiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam. c) Mengembangkan jalur dan ruang evakuasi bencana sesuai sifat dan jenis bencana, serta karakteristik wilayah. d) Mengembangkan sistem mitigasi bencana. e) Mengembangkan manajemen perencanaan, pencegahan, kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana pada kawasan rawan bencana alam. 10. Kebijakan peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a) Mendukung penetapan kawasan peruntukan Pertahanan dan Keamanan Negara. b) Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan disekitar kawasan Pertahanan dan Keamanan Negara untuk menjaga fungsi dan peruntukannya. c) Mengembangkan kawasan lindung dan atau kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan Pertahanan dan Keamanan Negara sebagai zona peyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budi daya terbangun. d) Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/ TNI. III.3. PENETAPAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS BANYUWANGI III.3.1. PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS PERTUMBUHAN EKONOMI Kawasan tersebut berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan disekitarnya, selain itu dapat mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang. Kawasan tersebut ditentukan berdasarkan potensi yang ada, serta memiliki aglomerasi terhadap pusat permukiman perkotaan dan kegiatan produksi dengan pertimbangan dapat memberikan dampak perkembangan pada suatu wilayah. Kawasan Strategis ekonomi berdasar Kawasan 30

31 Strategis Propinsi berupa agropolitan ijen sebagai kawasan agropolitan regional yang berada di Kecamatan Licin. 1. PKLp Pusat Kegiatan Lokal promosi terdapat di Perkotaan Wongsorejo, Perkotaan Kalipuro dan Perkotaan Bangorejo. 2. Kawasan Agropolitan Kawasan agropolitan, terbagi atas : - Kawasan agropolitan di Kecamatan Bangorejo berupa pengembangan pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan dengan wilayah penunjang Kecamatan Purwoharjo, Tegaldlimo, Siliragung, dan Pesanggaran - Kawasan agropolitan ijen berada di Kecamatan Licin berupa pengembangan Struktur Agropoli tan Pengha sil / Pengu mpul Bahan Baku pertanian tanaman pangan hortikultura, peternakan, perkebunan dan pariwisata dengan wilayah penunjang Kecamatan Glagah, Kalipuro serta Songgon. Sistem agropolitan Ijen didukung oleh: a. Wilayah Outlet: Kota Surabaya dengan dukungan infrastruktur Pelabuhan Tanjung Perak b. Pusat Distribusi Regional: Kabupaten Jember dengan infrastruktur pendukung pasar agrobis c. Pusat Koleksi Regional: Kabupaten Jember dengan infrastruktur pendukung pasar regional d. Penghasil/Pengumpul Bahan Baku meliputi: Pengembangan sarana dan prasarana penunjang system agropolitan. Tabel 3.1 Wilayah Penghasil/Pengumpul Bahan Baku Agropolitan Ijen Wilayah Kabupaten Sub Sektor Unggulan Kecamatan Penghasil Komoditas Utama Kab. Situbondo Perikanan (8) Panarukan Ikan laut, perkanan Perkebunan (6) Kab. Bahan Bondowoso Makanan (2) Perkebunan (3) Peternakan (8) Cerme Ternak Hewan Kab. Jember Perkebunan (2) Jenggawah Tembakau Kab. Perikanan (5) Banyuwangi Perkebunan (5) Peternakan (4) Kec. Bangorejo (Bangorejo, Jagung, Jeruk Siam, Nanas, Kelapa, Kapuk Prasarana/ sarana Arteri Primer, Kolektor Primer 31

32 Struktur Agropoli tan Wilayah Kabupaten Sub Sektor Unggulan Sumber: RTRW Kabupaten Banyuwangi Kawasan Minapolitan Kecamatan Penghasil Sambirejo, Sambimulyo ) Kawasan Minapolitan yang dimaksud terbagi menjadi : Komoditas Utama Randu, Jati, Sapi Potong, Ayam Petelur. a. Pengembangan zona inti minapolitan yang terdapat di Kecamatan Muncar Prasarana/ sarana b. Pengembangan zona sentra produksi yang terdapat di Kecamatan Purwoharjo dan Kecamatan Pesanggaran c. Pengembangan zona penyangga yang meliputi Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Srono dan Kecamatan Tegaldlimo. 4. Kawasan Industri Pengembangan kawasan industri di Kabupaten Banyuwangi didasarkan pada potensi sumberdaya alam yang ada. Berdasarkan hasil analisa ekonomi, Kabupaten Banyuwangi mempunyai potensi yang besar di sektor pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan perikanan. Saat ini lahan industri yang ada pumumnya menyatu dengan kawasan permukiman seperti di Muncar yang lebih diorientasikan pada sektor perikanan dan berkembang di sekitar kawasan pelabuhan. Untuk perencanaan di masa mendatang akan direncanakan kawasan industri yang lebih diarahkan pada Kecamatan Wongsorejo, pembagian kawasan industri sebagai berikut : a. kawasan industrial estate berada di Kecamatan Wongsorejo; b. kawasan industri terintegrasi dengan pengembangan pelabuhan umum dan pelabuhan khusus berada di Kecamatan Kalipuro; c. kawasan peruntukan industri pengolahan perikanan berada di Kecamatan Muncar terintegrasi dengan sistem minapolitan; d. kawasan fishery park berada di Kecamatan Rogojampi; dan e. kawasan peruntukan agroindustri berada di kawasan agropolitan. 5. Kawasan Pelabuhan Kawasan Pelabuhan yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. kawasan pelabuhan umum Tanjungwangi berada di Kecamatan Kalipuro; b. kawasan pelabuhan khusus berada di Kecamatan Kalipuro; dan c. kawasan pelabuhan penyeberangan Ketapang berada di Kecamatan Kalipuro. 32

33 6. Kawasan Bandar Udara Bandar Udara Kabupaten Banyuwangi adalah Bandar Udara Blimbingsari yang terdapat di Kecamatan Rogojampi dan Kecamatan Kabat. 7. Kawasan Pariwisata Rencana pengembangan wisata di Kabupaten Banyuwangi difokuskan pada 3 (tiga) obyek wisata yang menjadi wisata unggulan yaitu Kawas Ijen, Pantai Plengkung dan Pantai Sukomade. Untuk memudahkan pengembangan, maka obyek wisata yang ada dikelompokkan menjadi 3 (tiga) Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP), dan pada setiap WPP terdapat satu obyek wisata andalan. Pengembangan Pariwisata (WPP), dan pada setiap WPP terdapat satu obyek wisata andalan WPP I dengan obyek wisata andalan adalah Kawah Ijen WPP II dengan obyek wisata andalan adalah Pantai Plengkung WPP III dengan obyek wisata andalan adalah Pantai Sukamade Ketiga obyek wisata tersebut dikenal dengan Segi Tiga Berlian. III.3.2. KAWASAN STRATEGIS PENGEMBANGAN SOSIAL BUDAYA Untuk Kabupaten Banyuwangi, yang dikategorikan sebagai kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah : 1. Pendopo Kabupaten Pendopo Kabupaten dulunya merupakan Kompleks Pemerintahan Kolonial Belanda. Bangunan tersebut terdiri dari Pendopo Agung, Pendopo Alit, di sebalah kiri kanan, peringgitan kompleks perumahan dan gudang 2. Taman Wisata Sritanjung Taman ini berfungsi sebagai alun-alun kota yang berada di depan Masjid Agung, Perkantoran serta sebagai paru-paru dan jantung Kota Banyuwangi. 3. Makam Datuk Ibrahim Makam WaliAlloh ini banyak dikunjungi oleh para pendatang dari Madura, Lamongan, Tuban dan lain-lain dan terutama sangat ramai dikunjungi pada Malam Jumat Legi. 4. Makam Buyut Wongsokarjo Makam ini terletak di kelurahan Mojopanggung Kecamatan Giri di Lingkungan Cungking (Pusat kesenian gandrung). Buyut Wongsokarjo adalah orang kepercayaan dari Prabu Tawang Alun. 33

34 5. Situs Tawang Alun Situs ini terletak di Desa Macan Putih Kecamatan Kabat yang merupakan bekas kerajaan tawang Alun 6. Situs Plecutan Situs ini merupakan satu kesatuan dengan Situs Tawang Alun. Situs ini merupakan tempat Mukso (menghilangnya) Patih Grinsing dari Kerajaan Tawang Alun. 7. Makam Sayid Yusuf Makam ini terletak di Semenanjung Sembulungan, Sayid Yusuf adalah Tetua Nelayan Muncar. Pada setiap kegiatan petik laut Munpar ada acara ziarah ke makam Sayid Yusuf. Karena Sayid Yusuf senang denga kesenian gandrung, maka kuburannya itu dikenal dengan nama Makam Gandrung 8. Ompak Songo Lokasinya terletak di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar. Ompak Songo merupakan peninggalan sejarah yang berupa gong dan lain-lain. Di sekitar daerah itu terdapat bekas Kerajaan Blambangan, yang oleh orang Banyuwangi disebut Lungur. 9. Gumuk Klinting Lokasinya terletak di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar. Disebut Klinting karena banyak ditemukan benda-benda purbakala seperti klintingan/klenengan untuk sapi. 10. Gumuk Kantong Lokasinya terletak di Kecamatan Muncar. Gumuk ini merupakan benteng pertahanan peninggalan jaman Jepang. 11. Situs Sitinggil Berada 100 meter dari Pantai Muncar. Pada lokasi ini terdapat tower pada zaman Kerajaan dulu untuk melihat musuh dari Bali atau Samudera Hindia 12. Klenteng Ho Tong Bio Klenteng Ho Tong Bio terletak di Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Kota banyuwangi, tepatnya di Daerah Pecinan, suatu wilayah dimana orang-orang Banyuwangi keturunan Cina banyak tinggal. Klenteng yang juga dijuluki Menteng Perlindungan orang-orang Cina, didirikan sekitar Tahun , oleh Tan Hu Cinjin, seorang nahkoda kapal yang berlayar dari Batavia menuju Bali dalam pelariannya dari pembantaian VOC terhadap orang-orang Cina di Batavia. Dalam pelariannya Tan Hu CinJin terdampar di Kabupaten Banyuwangi. 34

35 13. Pura Giri Natha Pura Giri Natha diperkirakan dibangun lebih dari 150 tahun yang lalu dan diyakini sebagai pura tertua di P. Jawa. Terletak di Kampung Bali Kelurahan Tukangkayu Kecamatan Banyuwangi dan sampai sekarang pura ini dipercaya memiliki kekuatan magic sehingga banyak orang datang untuk melakukan sembahyang, mencari berkah atau obat. Keberadaan Candi Bentar, Kori Agung, pelinggihan menjadikan daya tarik tersendiri bagi Pura Giri Natha. 14. Suku Osing Suku Osing merupakan suku asli (penduduk asli) Kabupaten Banyuwangi, yang terutama berada di Kecamatan Glagah dan Licin. 15. Komplek Inggrisan Kompleks Inggrisan merupakan bangunan bersejarah selama penjajahan VOC Belanda, Pemerintah Inggris menjalin hubungan perdagangan dengan Kerajaan Blambangan dan membangun Komplek Inggrisan sekitar Tahun 1766, dijadikan sebagai Kantor Dagang Inggris. Lokasi Komplek Inggrisan oleh masyarakat Banyuwangi waktu itu disebut Tegalloji. Komplek Inggrisan tersebut berada di Pusat Kota Banyuwangi berdekatan dengan Taman Blambangan salah satu sarana ruang terbuka hijau publik di Kota Banyuwangi. Secara administrasi Komplek Inggrisan terletak di Kelurahan Kepatihan Kecamatan Banyuwangi. III.3.3. KAWASAN STRATEGIS PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA ALAM Kawasan strategis dari sudut Pendayagunaan Sumber Daya Alam antara lain : 1. Kawasan Pertanian Kawasan strategis ini berada di Kecamatan Wongsorejo, Tegaldlimo, Pesanggaran dan Kecamatan Muncar 2. Kawasan Perikanan Kawasan strategis kabupaten ini meliputi: a. Pengembangan kawasan perikanan tangkap berada di perairan pesisir dan laut: 1. Kecamatan Wongsorejo; 2. Kecamatan Kalipuro; 3. Kecamatan Banyuwangi; 4. Kecamatan Kabat; 35

36 5. Kecamatan Rogojampi; 6. Kecamatan Muncar; 7. Kecamatan Tegaldlimo; 8. Kecamatan Purwoharjo; 9. Kecamatan Bangorejo; 10. Kecamatan Siliragung; dan 11. Kecamatan Pesanggran. b. Pengembangan kawasan budidaya perikanan laut, budidaya perikanan payau, dan budidaya perikanan tawar tersebar diseluruh kecamatan. c. pengembangan kawasan konservasi sumberdaya perikanan dan kelautan meliputi: 1. Perairan Kayu Aking berada di Kecamatan Tegaldlimo; 2. Perairan Takatbulan berada di Kecamatan Wongsorejo; dan 3. Perairan Pulau Tabuhan berada di Kecamatan Wongsorejo. 3. Kawasan Pertambangan Kawasan strategis pertambangan Kabupaten Banyuwangi terdiri atas : a. Kawasan tambang mineral logam berupa tambang emas, perak, dan tembaga meliputi: 1. Kecamatan Pesanggaran; dan 2. Kecamatan Siliragung. b. Kawasan tambang mineral bukan logam berupa tambang belerang berada di Kecamatan Licin. c. Kawasan tambang panas bumi berada di Kecamatan Licin III.3.4. KAWASAN STRATEGIS FUNGSI Dan DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, antara lain adalah : 1. Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung ini meliputi: a. Taman Nasional Meru Betiri berada di Kecamatan Pesanggaran; b. Taman Nasional Alas Purwo berada di Kecamatan Tegaldlimo; c. Cagar Alam dan Taman Wisata Gunung Merapi Ungup-ungup - Kawah Ijen berada di Kecamatan Licin; d. Hutan Lindung, yang terdapat di: - Kecamatan Wongsorejo; 36

37 - Kecamatan Kalipuro. - Kecamatan Licin; - Kecamatan Glagah; - Kecamatan Songgon; - Kecamatan Sempu. - Kecamatan Purwoharjo; - Kecamatan Tegaldlimo; - Kecamatan Muncar; - Kecamatan Gambiran; - Kecamatan Pesanggaran; - Kecamatan Glenmore; dan - Kecamatan Kalibaru. 2. Kawasan Hutan Produksi Kawasan hutan produksi dan hutan lindung terbagi dalam 6 wilayah yang tersebar di Kabupaten Banyuwangi yaitu wilayah Perhutani KPH Banyuwangi Barat, Perhutani KPH Banyuwangi Utara, Perhutani KPH Banyuwangi Selatan, Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Meru Betiri, BKSDA, dengan jumlah keseluruhan ,85 Ha. 3. Kawasan Perkebunan Kawasan Perkebunan yang merupakan kawasan strategis kabupaten adalah pengembangan perkebunan tanaman tahunan, yang direncanakan membentang dari arah utara barat (Ijen Raung) yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan penyangga. Sedangkan wilayah selatan barat pada umumnya tersebar di Kecamatan Pesanggaran, Siliragung, Kalibaru, Glenmore. Kawasan perkebunan tersebut merupakan : - Kawasan perkebunan besar, meliputi : Kecamatan Licin, Kalipuro, Songgon, Kalibaru, Glenmore, Songgon, Sempu, Pesanggaran dan Siliragung. - Kawasan perkebunan kecil berupa perkebunan rakyat yang berada di seluruh kecamatan. III.4. KEBIJAKAN UMUM Kebijakan umum dalam pengembangan data base Potensi Kerjasama dan Penyusunan Materi Promosi Investasi sesuai dengan kebijakan umum pembangunan Kabupaten Banyuwangi tahun Kebijakan umum ini berfungsi sebagai pedoman 37

38 bagi SKPD dan instansi yang terkait di dalam merumuskan kebijakan dan program sesuai dengan fungsi masing-masing Kebijakan umum Kabupaten Banyuwangi diarahkan pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Membangun Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan efektif (good Governance) 2. Meningkatkan Kapasitas Birokrasi dan Kualitas Pelayanan Publik 3. Melakukan Revitalisasi Sektor Pertanian 4. Peningkatan Investasi 5. Mengembangkan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal 6. Pengarusutamaan Jender dan Perlindungan Anak 7. Meningkatkan Daya Saing Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Berbasis Kelompok dan Kluster 8. Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan yang bermoral dan berakhlak 9. Peningkatan Akses Pelayanan dan Kualitas Kesehatan 10. Mengembangkan Program Perlindungan dan Jaminan Sosial 11. Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran 12. Pengembangan Infrastruktur dan Tata Ruang 13. Peningkatan Kesadaran Hukum 14. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat 15. Pengembangan Jejaring antar Daerah, Pemerintah Provinsi dan Pusat serta Kekuatan-Kekuatan Ekonomi 16. Pengembangan Industri Olahan dan Kreatif Berbasis Pertanian 17. Penyusunan Regulasi Penguatan Ekonomi Kerakyatan Daerah 18. Peningkatan Akses Transportasi dan Informasi 19. Pengendalian Lingkungan, Rehabilitasi Lahan dan Hutan 20. Pelestarian dan Pengembangan Budaya Lokal III.5. KONSEP PENGEMBANGAN POTENSI INVESTASI KABUPATEN BANYUWANGI Konsep pengembangan potensi investasi adalah dengan Mewujudkan daya saing ekonomi daerah melalui pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan berbasis kearifan lokal dengan sasaran : Selanjutnya dalam rangka pengembangan sistem data base profil investasi, maka arahan pengembangan potensi sektor unggulan akan diselaraskan dengan program pembangunan di 38

39 Kabupaten Banyuwangi yang terdiri dari program pada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dikelompokkan pada masing-masing urusan, yang meliputi program dalam kerangka regulasi. Program pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi tersebut adalah : 1. Meningkatnya daya saing daerah dan kemandirian ekonomi berbasis pertanian.. 2. Meningkatkan industri olahan dan kreatif berbasis pertanian 3. Termanfaatkannya fungsi ekologi, ekonomi dan sosial hutan 4. Meningkatnya investasi di daerah baik PMA maupun PMDN 5. Meningkatnya pemanfaatan potensi pariwisata seperti Kawah Ijen, Pantai Plengkung, Sukamade dan lainnya 6. Meningkatnya profesionalisme pengelolaan Koperasi dan UMKM 7. Meningkatnya jejaring antar daerah, propinsi dan pusat serta jejaring pelaku ekonomi A. Melakukan Revitalisasi Sektor Pertanian B. Mengembangkan Industri Olahan dan Kreatif Berbasis Pertanian C. Meningkatkan Investasi D. Mengembangkan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal E. Meningkatkan Daya Saing Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Berbasis Kelompok dan Kluster F. Mengembangkan Jejaring antar Daerah, Pemerintah Provinsi dan Pusat serta Kekuatan-Kekuatan Ekonomi G. Meningkatkan Akses Transportasi dan Informasi H. Mengembangkan Infrastruktur dan Tata Ruang 39

40 BAB IV KONSEP PENGEMBANGAN INVESTASI DI KABUPATEN BANYUWANGI Perwujudan dari upaya pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan dan pendapatan penduduk pada tahap awal adalah berupa penyusunan kebijakan. Kebijakan Pemerintah ini menjadi acuan bagi tindakan-tindakan (actions) dalam bentuk program/kegiatan. Dalam konteks kebijakan investasi, maka langkah kebijakan utama yang akan ditempuh Pemerintah adalah: 1. Meningkatkan kepastian hukum dan kepastian berusaha antara lain dengan mempercepat proses penyelesaian UU Penanaman Modal agar dapat segera diundangkan, serta meningkatkan konsistensi peraturan perundangan yang terkait dengan penanaman modal baik antar sector maupun antar pemerintah pusat dan daerah. 2. Menindaklanjuti penyederhanaan prosedur perizinan investasi PMA dan PMDN melalui pelayanan satu atap (one roof service) antara lain melalui pengintegrasian sistem perijinan dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait baik di pusat maupun di provinsi dan kabupaten Banyuwangi. 3. Meningkatkan perlindungan investasi antara lain melalui pendayagunaan Tim Daerah bagi Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi untuk mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi oleh para investor. 4. Menciptakan sistem insentif baru bagi kegiatan investasi agar mampu bersaing dengan negara lain untuk menarik investasi pada sektor/bidang usaha dan lokasi tertentu, termasuk insentif perpajakan dan kepabeanan, serta insentif bagi pembangunan infrastruktur. Program peningkatan daya tarik investasi bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan nilai investasi secara signifikan. Sasaran yang ingin dicapai adalah membaiknya iklim investasi yang didukung oleh sistem pelayanan investasi yang efisien dan efektif. Dalam kaitan tersebut, maka arah kebijakan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan iklim investasi yang lebih kondusif melalui penyusunan dan penyempurnaan berbagai perangkat hukum. 2. Meningkatkan kualitas pelayanan data dan informasi; dengan kegiatan pokok antara lain membangun serta mengembangkan profil dan daya tarik investasi di suatu wilayah. 3. Meningkatkan kualitas sumberdaya aparatur penanaman modal baik melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di bidang penanaman modal. 40

41 4. Meningkatkan kegiatan promosi dan kerjasama di bidang investasi baik dengan pemerintah daerah maupun dalam forum bilateral, regional dan multilateral. 5. Meningkatkan perlindungan dan pembinaan perusahaan serta pendataan realisasi investasi PMA dan PMDN; dengan kegiatan pokok antara lain memberikan bimbingan dan pengawasan pelaksanaan investasi serta melakukan realisasi investasi PMA dan PMDN. IV. 1. ASPEK-ASPEK DALAM INVESTASI a. Lapangan usaha (sektor) sasaran investasi Jenis kegiatan investasi memiliki variasi yang banyak sekali atau tersebar dalam banyak sektor. Namun demikian secara umum lapangan usaha (sektor) yang menjadi sasaran investasi dapat dikelompokkan ke menjadi: 1) Investasi sektor produksi yaitu investasi yang ditanamkan pada kegiatan-kegiatan ekonomi yang memproduksi barang-barang (ekonomi riil). Barang yang dibuat diantaranya dapat digunakan sebagai input sektor ekonomi lainnya, diekspor/dikirim ke daerah lain/ luar negeri atau sebagian dikonsumsi langsung oleh penduduk setempat. Produk yang dibuat umumnya ditentukan atas dasar keunggulan sumber daya lokal tertentu, misalnya ketersediaan sumber daya alam yang relatif melimpah, produktivitas tenaga kerja yang tinggi dan lain sebagainya. 2) Investasi sektor konsumsi, yaitu investasi yang ditanamkan pada kegiatan-kegaitan ekonomi untuk memproduksi barang-barang yang memenuhi kebutuhan konsumsi domestik (wilayah setempat). Sebagai contoh adalah penyediaan beras, kacang, minyak goreng, sandang dan lain sebagainya. Produk yang dibuat umumnya ditentukan atas dasar besarnya kuantitas dan nilai konsumsi domestik di wilayah tersebut. 3) Investasi sektor fasilitas (support), yaitu investasi yang ditanamkan pada kegiatankegiatan yang memproduksi barang atau jasa yang penting untuk mendukung efektifitas dan efisiensi investasi pada sektor produksi riil dan sektor konsumsi. Misalnya investasi telekomunikasi, penyediaan energi, sektor keuangan dan lain sebagainya. b. Sumber investasi Secara umum investasi dapat bersumber dari swasta (private) dan pemerintah (public). Dari kedua sumber investasi itu biasanya sector yang menjadi sasaran juga berbedabeda. Umumnya investasi swasta ditanamkan pada produksi barang-barang swasta atau semi-swasta, sedangkan investasi pemerintah umumnya ditanamkan pada pada produksi barang-barang publik dan semi-publik. 41

42 Dalam konteks kajian ini, investasi yang menjadi titik tekan adalah investasi swasta. Sumber investasi swasta bisa berasal dari investasi dari dalam negeri atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi dari luar negeri atau penanaman modal asing (PMA) atau keduanya dapat bekerjasama menanamkan investasi di Kabupaten Banyuwangi. c. Faktor yang mempengaruhi pembentukan investasi Faktor-faktor yang penting akan diperhatikan dalam upaya meningkatkan daya tarik investasi adalah: Sumber Daya Alam Lokal (Natural Resources Base) adalah keunggulan ketersediaan sumber daya alam dibandingkan dengan daerah lainnya. Sumber daya alam meliputi sumber daya alam hayati, non-hayati. Sumber daya hayati meliputi sektor pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Sumber daya alam nonhayati meliputi sektor pertambangan dan galian, mineral dan berbagai jenis energi seperti panas bumi, air, angin, sinar matahari dan lain sebagainya. Sumber daya alam dapat juga dikelompokkan menjadi sumber daya alam yang dapat diperbaruhi (renewable) dan yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable). Ketersediaan/ Dukungan Sarana Prasarana (Infrastructure Support); potensi dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah dapat diwujudkan atau ditingkatkan efektivitas/efisiensinya apabila didukung ketersediaan infrastruktur, misalnya ketersediaan akses jalan, akses laut, akses udara, ketersediaan air, listrik, telekomunikasi, keuangan dan lain sebagainya. Ketersediaan infrastruktur dapat menurunkan rata-rata biaya produksi dan menekan biaya transaksi sehingga produk yang dihasilkan lebih kompetitif. Posisi Strategis Wilayah (Location); posisi/ lokasi dinilai berdasarkan pertimbangan 1) Kedekatan dengan bahan baku/ factor produksi 2) Kedekatan dengan pasar 3) Kombinasi keduanya (junction). Kebijakan Pemerintah (Government Policy); kebijakan pemerintah dapat di antaranya adalah kebijakan khusus dalam memberikan dukungan pada upaya investasi, system perijinan, insentif-disinsentif, kepastian hukum, kesiapan aparatur serta rencana-rencana pembangunan wilayah yang mungkin mempengaruhi keputusan investor di masa datang. Keterkaitan Sektor Ekonomi (Linkages); keterkaitan antar sector ekonomi meliputi keterkaitan ke depan (forward linkages) dan keterkaitan ke belakang (backward linkages). Jaringan keterkaitan diharapkan menjadi daya tarik investasi yang menarik. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (Human Resources); sumber daya manusia meliputi kuantitas dan kualitasnya. 42

43 Hubungan Internasional (International Relationship); hubungan internasional meliputi aspek ekonomi maupun non-ekonomi. Aspek ekonomi yang akan mendapat pertimbangan misalnya dengan adanya kesepakatan WTO, AFTA, APEC, NAFTA dan blok-blok perdagangan lainnya, kurs mata uang asing yang terkait dan lain sebagainya. Aspek nonekonomi yang dapat berpengaruh misalnya hubungan persahabatan dan politik antar negara baik yang bernilai historis kuat ataupun yang sifatnya respon jangka pendek. Kapasitas/ Kemampuan Teknologi (Technological Capabilities); teknologi adalah faktor produksi yang penting, bersifat akumulatif dan ada yang dapat diperoleh secara bebas ataupun memerlukan sejumlah biaya. Teknologi yang dapat mendukung upaya penanaman modal haruslah suatu teknologi yang secara teknis dapat diterapkan dan terjangkau pula oleh aspek pembiayaan maupun pemeliharaannya. Ketertiban dan Keamanan Wilayah (Security); setelah investasi dilakukan hal kritis lain yang harus diperhatikan adalah masalah keamanan dan ketertiban. Jaminan ketertiban dan keamanan menjadi sangat penting bagi investor dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Gangguan-gangguan dapat menyebabkan tersendat/macetnya kegiatan produksi/distribusi sehingga dapat menggagalkan investasi. IV.2. KUALITAS INVESTASI Jumlah investasi yang banyak belum tentu diiringi oleh kualitas investasi. Kualitas investasi yang baik diharapkan akan dapat memberikan dampak pada peningkatan pendapatan masyarakat. Pertimbangan kualitas meliputi jenis sektor yang menjadi sasaran dan risiko-risiko karena adanya investasi tersebut. Apabila sektor yang menjadi sasaran investasi tidak tepat dan atau cenderung terjadi penumpukan investasi pada sektor tertentu maka akan dapat berdampak pada disparitas pertumbuhan sektor yang terlalu besar. Kecenderungan investasi seperti ini akan mendorong terjadinya crowding out, distorsi upah dan selanjutnya pada ketidakmerataan pendapatan masyarakat. Investasi-investasi juga ada yang berisiko pada lingkungan atau kualitas lingkungan hidup masyarakat, mematikan sektor ekonomi lokal yang sudah ada, risiko keuangan dan lain sebagainya.. 43

44 BAB V POTENSI KABUPATEN BANYUWANGI V.1. DUKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN DALAM MENARIK INVESTOR V.2. KONSEP PENGEMBANGAN STRATEGIS WILAYAH 1. Kawasan Agropolitan Kawasan agropolitan, terbagi atas : - Kawasan agropolitan di Kecamatan Bangorejo berupa pengembangan pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan dengan wilayah penunjang Kecamatan Purwoharjo, Tegaldlimo, Siliragung, dan Pesanggaran - Kawasan agropolitan ijen berada di Kecamatan Licin berupa pengembangan pertanian tanaman pangan hortikultura, peternakan, perkebunan dan pariwisata dengan wilayah penunjang Kecamatan Glagah, Kalipuro serta Songgon. Sistem agropolitan Ijen didukung oleh: e. Wilayah Outlet: Kota Surabaya dengan dukungan infrastruktur Pelabuhan Tanjung Perak f. Pusat Distribusi Regional: Kabupaten Jember dengan infrastruktur pendukung pasar agrobis g. Pusat Koleksi Regional: Kabupaten Jember dengan infrastruktur pendukung pasar regional h. Penghasil/Pengumpul Bahan Baku meliputi: - Pengembangan sarana dan prasarana penunjang system agropolitan. 2. Kawasan Minapolitan Kawasan Minapolitan terbagi menjadi : (2) Pengembangan zona inti minapolitan yang terdapat di Kecamatan Muncar (3) Pengembangan zona sentra produksi yang terdapat di Kecamatan Purwoharjo dan Kecamatan Pesanggaran (4) Pengembangan zona penyangga yang meliputi Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Srono dan Kecamatan Tegaldlimo. 3. Kawasan Industri Pengembangan kawasan industri di Kabupaten Banyuwangi didasarkan pada potensi sumberdaya alam yang ada. Berdasarkan hasil analisa ekonomi, Kabupaten Banyuwangi 44

45 mempunyai potensi yang besar di sektor pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan perikanan. Saat ini lahan industri yang ada pada umumnya menyatu dengan kawasan permukiman seperti di Muncar yang lebih diorientasikan pada sektor perikanan dan berkembang di sekitar kawasan pelabuhan. Untuk perencanaan di masa mendatang akan direncanakan kawasan industri yang akan lebih diarahkan pada Kecamatan Wongsorejo, sepeti pada pembagian kawasan industri berikut : f. Kawasan industrial estate berada di Kecamatan Wongsorejo; g. Kawasan industri terintegrasi dengan pengembangan pelabuhan umum dan pelabuhan khusus berada di Kecamatan Kalipuro; h. Kawasan peruntukan industri pengolahan perikanan berada di Kecamatan Muncar terintegrasi dengan sistem minapolitan; i. Kawasan fishery park berada di Kecamatan Rogojampi; dan j. Kawasan peruntukan agroindustri berada di kawasan agropolitan. 4. Kawasan Pelabuhan Kawasan Pelabuhan yang dimaksud adalah sebagai berikut : d. Kawasan pelabuhan umum Tanjungwangi berada di Kecamatan Kalipuro; e. Kawasan pelabuhan khusus berada di Kecamatan Kalipuro; dan f. Kawasan pelabuhan penyeberangan Ketapang berada di Kecamatan Kalipuro. 5. Kawasan Pariwisata Rencana pengembangan wisata di Kabupaten Banyuwangi difokuskan pada 3 (tiga) obyek wisata yang menjadi wisata unggulan yaitu Kawasan Ijen, Pantai Plengkung dan Pantai Sukomade. Untuk memudahkan pengembangan, maka obyek wisata yang ada dikelompokkan menjadi 3 (tiga) Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP), dan pada setiap WPP terdapat satu obyek wisata andalan. Ketiga obyek wisata tersebut dikenal dengan Segi Tiga Berlian. Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP), dan pada setiap WPP terdapat satu obyek wisata andalan : WPP I dengan obyek wisata andalan adalah Kawah Ijen WPP II dengan obyek wisata andalan adalah Pantai Plengkung WPP III dengan obyek wisata andalan adalah Pantai Sukamade 45

46 6. Kawasan Strategis Pendayagunaan Sumber Daya Alam a. Kawasan Pertanian Kawasan pertanian ini berada di seluruh kecamatan dengan karakter dan kesesuaian lahan sehingga membedakan tanaman dan produksinya, misalnya Kecamatan Songgon dengan produksinya buah durian, buah manggis, dan untuk buah jeruk di Kecamatan Bangorejo. b. Kawasan Perikanan Kawasan strategis kabupaten ini meliputi: 4. Pengembangan kawasan perikanan tangkap berada di perairan pesisir dan laut meliputi: a. Kecamatan Wongsorejo; b. Kecamatan Kalipuro; c. Kecamatan Banyuwangi; d. Kecamatan Kabat; e. Kecamatan Rogojampi; f. Kecamatan Muncar; g. Kecamatan Tegaldlimo; h. Kecamatan Purwoharjo; i. Kecamatan Bangorejo; j. Kecamatan Siliragung; dan k. Kecamatan Pesanggran. 5. Pengembangan kawasan budidaya perikanan laut, budidaya perikanan payau, dan budidaya perikanan tawar tersebar diseluruh kecamatan. 6. Pengembangan kawasan konservasi sumberdaya perikanan dan kelautan meliputi: 7. Perairan Kayu Aking berada di Kecamatan Tegaldlimo; 8. Perairan Takatbulan berada di Kecamatan Wongsorejo; dan 9. Perairan Pulau Tabuhan berada di Kecamatan Wongsorejo. c. Kawasan Pertambangan Kawasan strategis pertambangan Kabupaten Banyuwangi terdiri atas : d. Kawasan tambang mineral logam berupa tambang emas, perak, dan tembaga meliputi: 1. Kecamatan Pesanggaran; dan 46

47 2. Kecamatan Siliragung. e. Kawasan tambang mineral bukan logam berupa tambang belerang berada di Kecamatan Licin. f. Kawasan tambang panas bumi berada di Kecamatan Licin 7. Kawasan Strategis Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup Kawasan Perkebunan Kawasan Perkebunan yang merupakan kawasan strategis Kabupaten adalah pengembangan perkebunan tanaman tahunan, yang direncanakan membentang dari arah utara barat (Ijen Raung) yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan penyangga. Sedangkan wilayah selatan barat pada umumnya tersebar di Kecamatan Pesanggaran, Siliragung, Kalibaru, Glenmore. Kawasan perkebunan tersebut merupakan : 2. Kawasan perkebunan besar, meliputi : Kecamatan Licin, Kalipuro, Songgon, Kalibaru, Glenmore, Songgon, Sempu, Pesanggaran dan Siliragung. 3. Kawasan perkebunan kecil berupa perkebunan rakyat yang berada di seluruh kecamatan. V.3. MEKANISME PERIZINAN Sistem Pelayanan Perizinan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi melalui Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) NO JENIS IZIN KETERANGAN 1. Izin Gangguan (HO) 12 Hari 2. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 12 Hari 3. Izin Trayek 3 Hari 4. Izin Penggunaan Fasilitas Pasar (Los Pasar) 6 Hari 5. Izin Pengusahaan Sarang Burung Walet / Sriti 6 Hari 6. Izin Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum 6 Hari 7. Izin Pengelolaan Rumah Makan 6 Hari 8. Izin usaha Industri (IUI) dan Izin Perluasan usaha Industri 6 Hari (IPUI) 9. Izin Pemasangan Reklame 12 Hari 10. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 6 Hari 11. Izin Usaha Hotel 6 Hari 12. Izin Pengambilan Air Bawah Tanah /SIPAT/ dan Surat Izin 12 Hari Pengambilan Mata Air 13. Izin Usaha Angkutan 3 Hari 14. Izin Usaha Peternakan 5 Hari 15. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) 12 Hari 16. Izin Pertambangan Bahan Galian C 12 Hari 17. Izin Penyelenggaraan Kursus 6 Hari 47

48 18. Tanda Daftar Industri (TDI) 6 Hari 19. Izin Pendirian Rumah Bersalin / Balai Pengobatan Ibu dan 6 Hari Anak / Balai Pengobatan 20. Izin Pendirian Apotek 6 Hari 21. Izin Pendirian Optik 6 Hari 22. Izin Praktek Dokter Umum / Gigi 15 Hari 23. Izin Praktek Tukang Gigi / Ahli Gizi 6 Hari 24. Izin Praktek Bersama Dokter Umum / Gigi 15 Hari 25. Izin Praktek Dokter Spesialis 15 Hari 26. Izin Praktek Bidan 6 Hari 27. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 6 Hari Sumber : Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) MEKANISME TANPA TINJAU LOKASI Gambar 5.1 Mekanisme Perijinan 48

49 V.4. KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT Prasarana Jalan Panjang jalan dapat menunjukkan tingkat keterbukaan dan perkembangan masyarakat suatu wilayah. Semakin panjang suatu jalan, maka tingkat keterbukaan dan perkembangannya semakin tinggi. Oleh karena itu, tersedianya fasilitas jalan sangat dibutuhkan dalam melayani kebutuhan masyarakat terutama menggerakkan lalulintas perekonomian di perkotaan. Menurut statusnya jalan terbagi atas 3 kategori, yaitu jalan nasional, jalan propinsi, dan jalan kabupaten/kota. Panjang jalan nasional di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2010 mencapai 101 Km, dengan kondisi baik 50 Km dan kondisi sedang 51 KM. Panjang jalan propinsi mencapai 114 Km, dengan kondisi baik 44 Km, kondisi sedang 62 Km dan rusak ringan 8 Km, sedangkan panjang jalan kabupaten mencapai Km, sehingga total panjang jalan Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 secara keseluruhan menjadi Km. Angkutan Kereta Api Kereta Api merupakan sarana transportasi yang relatif murah bagi masyarakat Kabupaten Banyuwangi, hal ini tercermin dari terus meningkatnya jumlah penumpang kereta api dari tahun ke tahun. Tahun 2008 jumlah penumpang kereta api sebanyak orang dengan nilai Rp ,- dan tahun 2010 jumlah penumpang kereta api sebanyak orang dengan nilai Rp ,-, ini menunjukkan bahwa keberadaan sarana transportasi kereta api memiliki peranan yang cukup signifikan dalam menggerakkan roda perekonomian dan pergerakan orang dan barang dari dan ke Banyuwangi TRANSPORTASI LAUT Berdasarkan kondisi yang ada, Pelabuhan Tanjungwangi mempunyai fasilitas pelabuhan sebagai berikut : kolam pelabuhan seluas 11,97 ha dengan kedalaman -12 mlws, mampu dilalui kapal niaga generasi III dengan bobot DWT serta memiliki dermaga umum sepanjang 518 m, mampu disandari 2 (dua) kapal samudera dan 2 (dua) kapal nusantara sekaligus. Berdasarkan kondisi yang ada sebenarnya Pelabuhan Tanjungwangi berdasarkan fungsinya dalam perdagangan Internasional dan Nasional dikategorikan sebagai 49

50 pelabuhan laut atau yang sering juga disebut sebagai Pelabuhan Samudera. Pelabuhan laut bebas dimasuki oleh kapal-kapal asing. Pelabuhan Ikan Dilihat dari segi perekonomian, sektor perikanan laut merupakan salah satu sektor potensial yang dapat dikembangkan. Untuk meningkatkan nilai produksinya, salah satu caranya adalah pengembangan pelabuhan ikan. Pelabuhan ikan yang juga sekaligus memiliki status sebagai Tempat Pendaratan Ikan, perlu mendapat perhatian untuk pengembangnnya sehingga arahan pengembangan pelabuhan ikan di masa yang akan datang cenderung untuk meningkatkan prasarana yang sudah ada. Rencana pengembangan pelabuhan ikan di Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut : 1. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, terintegrasi dengan pengembangan program Kawasan Minapolitan Muncar. 2. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) - PPI Pancer di Kecamatan Pesanggaran, kelas Tipe D - PPI Bimorejo di Kecamatan Wongsorejo, kelas Tipe D 3. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) - TPI Muncar, TPI Kampung Mandar, TPI Blimbingsari, TPI Grajagan, TPI Rajegwesi 4. Fishery Park Potensi perikanan di Kabupaten Banyuwangi dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatannya, sehingga perlu dipikirkan pengembangan sarana yang diperlukan seperti pelabuhan, kapal penangkap ikan, industri pengolahannya, hingga pemasarannya. Pada hasil ikan tangkapan komoditi ekspor yaitu seperti ikan tuna, udang, memerlukan transportasi yang lebih cepat, oleh karena itu pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah mengantisipasi hal ini dengan membangun pelabuhan ikan di pantai timur Banyuwangi. Pantai timur Banyuwangi sangat cocok dikembangkan untuk kawasan pelabuhan karena posisi geografis yang ada memberikan kondisi bahwa gelombang yang ada relatif kecil namun pada lokasi tertentu terdapat arus pasang surut yang cukup besar. Sehingga lokasi Fishery Park diarahkan di Bomo Kecamatan Rogojampi TRANSPORTASI UDARA Bandara Kabupaten Banyuwangi merupakan angkutan udara komersil baru dengan nama Bandara Blimbingsari yang dikelola Dirjen Perhubungan Udara. Melayani jalur penerbangan Banyuwangi Surabaya, Surabaya Banyuwangi setiap hari dengan 50

51 rata-rata tiap hari pesawat datang maupun pergi 4 penerbangan, pada tahun 2010 penerbangan lokal pesawat datang 1846, sedangkan pesawat berangkat 1856, untuk tahun 2011 penerbangan lokal pesawat datang 1846 sedangkan pesawat berangkat DATA BANDARA UDARA BLIMBINGSARI BANYUWANGI DATA BANDARA UDARA BLIMBINGSARI BANYUWANGI Kelas Bandara Satuan kerja Kelas Bandara Satuan kerja Pengelola UPT Dirjen Perhubungan Udara Pengelola UPT Dirjen Perhubungan Udara Jam Oprasi S/d Wib Jam Oprasi S/d Wib Kemampuan Oprasi ATR 72 dan sejenisnya Kemampuan Oprasi ATR 72 dan sejenisnya Pesawat Oprasi Cesna 172 (BIFA), Foker-50 (Sky Aviation), Pesawat Oprasi Cesna Cesna (TNI (BIFA), AL), Foker-50 MA 60 (Merpati), (Sky Aviation), Beechraft Cesna D (TNI AL), (Trafira MA Air). 60 (Merpati), Beechraft 1900D (Trafira Air). Jenis Pelayanan LLU Un-Attended Jenis Pelayanan LLU Un-Attended Kategori PKP-PK Kategori IV Kategori PKP-PK Kategori IV Fasilitas Bandara Udara: - Fasilitas Landasan Bandara Pacu Udara: 1400 x 30 M - - Kemampuan Landasan Pacu PCN x 30 M - - Taxiway Kemampuan PCN x 1516 MFCYT - - Apron Taxiway 6073 x x 4015 M - - Turning Apron Area 3060 x x 3040 x 2 M - - Overrun/Stopway Turning Area 30 x x 30 x x 22 MM - - RESA Overrun/Stopway 9030 x x 6030 x 2 M - - Shoulder RESA x x x 2 M - - Strip Shoulder x x Mx 2 M - - Terminal Strip M x 150 M Gedung Terminal Oprasional 240 MM Rumah Gedung Dinas Oprasional type unitm 2 - Rumah Dinas type 36 2 unit V.5. UTILITAS Sistem Jaringan Prasarana Energi Untuk saat ini di Kabupaten Banyuwangi jaringan listrik sudah menjangkau di seluruh desa, namun meski seluruh desa telah dilalui jaringan listrik masih ada masyarakat yang belum dapat menikmatinya secara langsung. Untuk itu perlu adanya optimalisasi dan pengembangan jaringan untuk memastikan seluruh kebutuhan akan energy listrik penduduk dapat terpenuhi. Untuk mengoptimalkan pelayanan energi listrik pada masa depan, direncanakan adanya peningkatan pelayanan utamanya pada daerah - daerah yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah dan wilayah yang menjadi target pengembangan. Adapun pengembangan pelayanan energi listrik yang dilakukan antara lain: 1. Pengembangan transmisi listrik termasuk penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada daerah-daerah yang masyarakatnya belum terlayani. a. pengembangan jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) berupa pengembangan jaringan transmisi SUTET 500 Kv Jawa Bali Crossing meliputi: Kecamatan Wongsorejo; dan 51

52 Kecamatan Kalipuro. b. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) terdiri atas : pengembangan jaringan transmisi SUTT 150 Kv kabel bawah laut di Selat Bali berada di Kelurahan Bulusan Kecamatan Kalipuro; pengembangan jaringan transmisi SUTT 150 Kv meliputi Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Giri, Glagah, Kabat, Singojuruh, Genteng, Glenmore dan Kecamatan Kalibaru. c. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) pengembangannya mengikuti pola jaringan jalan nasional, jalan provinsi dan jalan Kabupaten. 2. Pengembangan pembangkit PLTP Ijen dengan kapasitas 110 MW berada di Kecamatan Licin 3. Pengembangan gardu induk distribusi/ pembangkit listrik di Kecamatan Giri dan Kecamatan Genteng, sedangkan Gardu induk baru ditempatkan di Kecamatan Wongsorejo dan arah pengembangan kawasan perkotaan yang berada di kabupaten. 4. Pengembangan energi alternative antara lain: sumber energy tenaga hidro, tenaga surya, dan energi biomassa. a. sumber energi tenaga hidro diarahkan di Kecamatan Wongsorejo, Kecamatan Kalipuro, Kecamatan Licin, Kecamatan Songgon, Kecamatan Glenmore, Kecamatan Kalibaru dan Kecamatan Pesanggaran. b. sumber energi tenaga surya diarahkan pada Kecamatan Wongsorejo dan Kecamatan Kalipuro. c. sumber energi biomassa diarahkan pada Kecamatan Kalipuro, Kecamatan Glenmore, dan Kecamatan Kalibaru. Untuk jaringan SUTUT (Saluran Udara Tegangan Ultra Tinggi) arahan pengembangannya mengikuti jaringan jalan Arteri Primer Jawa-Bali yang melewati Wongsorejo dan melintasi selat Bali melalui Ketapang. Selain menyesuaikan dengan kondisi yang sudah ada, faktor akan dikembangkannya Kecamatan Wongsorejo sebagai wilayah industri juga menjadi pertimbangan adanya arahan pengembangan SUTUT. Sedangkan untuk SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) mengikuti jalan Arteri Primer Banyuwangi-Jember yang dimulai dari Ketapang 52

53 (melanjutkan jalur SUTUT) hingga di Kecamatan Kalibaru bercabang di Kecamatan Srono dan Muncar untuk memasok kebutuhan energy industri di Muncar. Arahan pengembangan jaringan SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) mengkuti pola jaringan jalan kolektor dan local di Kabupaten Banyuwangi V.6. POTENSI EKONOMI WILAYAH PERTANIAN Pertanian di Kabupaten Banyuwangi, meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan. Termasuk didalamnya lahan pertanian pangan berkelanjutan seluas Ha, dengan didukung 75 % prasarana Irigasi Teknis sedangkan sarana yaitu pengairan yang melimpah dari mata air pegunungan. Pada tahun 2010 produksi Padi sawah dan ladang sebesar ton (dalam bentuk gabah kering giling) telah mengalami kenaikan sebesar 10,95 persen dibanding tahun Kalau diperhatikan trend dari produksi padi pada tiga tahun terakhir indikasinya menunjukkan pola yang meningkat, yaitu tahun 2008 sebesar ton, tahun 2009 sebesar ton (naik 2,1 %), tahun 2010 sebesar ton (naik 10,95%). Untuk tanaman palawija yang didominasi Jagung mencapai ton, Kedelai sebanyak ton, diikuti Ubi Kayu dan Ubi Jalar sebanyak ton dan ton. Adapun untuk produksi Kacang hijau dan Kacang Tanah masing-masing sebanyak ton dan ton. Pengembangan tanaman pangan, yang dikembangkan adalah komoditas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar. Hortikultura yang dikembangkan adalah tanaman sayuran ( cabe besar, cabe kecil, tomat, kubis, kembang kol, buncis, kacang panjang, terung, ketimun, kangkung, sawi, petai, bawang merah, dan bayam), buah-buahan (manggis, durian, jeruk siam, jeruk besar, buah naga, semangka, melon, blimbing, jambu biji, alpukat, duku/langsat, salak, pisang, rambutan, sukun, sirsak, pepaya, jambu air dan sawo. Khusus untuk komoditas buah-buahan yang menjadi unggulan jika dilihat dari luas lahandan produksinya adalah pisang, jeruk, manggis dan semangka. Keberadaan komoditastersebut tersebar di enam Kecamatan yaitu: Songgon, Kalipuro, Glagah, Bangorejo,Pesanggaran dan 53

54 Purwoharjo. Adapun pemasaran komoditas buah-buahan tersebut hingasaat ini tidak menemui hambatan yang berarti. Selain buah-buahan tersebut di atas masih ada beberapa buah-buahan yangmemungkinkan untuk dikembangkan di masa mendatang, di antaranya lengkeng, durian,dan melon Untuk tanaman sayuran di Kabupaten Banyuwangi, pemasaran komoditas sayuran tersebut sudah ada yang di pasarkan di luar daerah Kabupaten Banyuwangi seperti tanaman cabe besar dan kacang panjang. Produksi Sayuran Kabupaten Banyuwangi Produksi Sayuran Kabupaten Banyuwangi Jenis Sayur Jenis Sayur Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Cabe Besar Cabe Besar Cabe Kecil Cabe Kecil Kedelai Kedelai Sumber Data: Dinas Pertanian Tahun 2011 Produksi Buah Kabupaten Banyuwangi Produksi Buah Kabupaten Banyuwangi No No Jenis Buah Jenis Buah Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Semangka Semangka Melon Melon Manggis Manggis Durian Durian Jeruk Jeruk Pisang Pisang 4.190, , , ,30 Sumber Data: Dinas Pertanian Tahun 2011 PETERNAKAN Populasi ternak besar pada Tahun 2010 Sapi Perah 344 ekor, Sapi potong ekor, Kuda 793 ekor, Kerbau ekor, Kambing ekor, domba ekor dan Babi ekor. Untuk unggas yang diternakkan Ayam buras sebesar ekor dan Ayam Potong ekor. Untuk produksi daging pada Tahun 2010 disembelih ternak sapi sebesar kg, Unggas kg Kambing sebesar kg. Sedangkan produksi Susu Sapi Perah di Tahun 2010 sebesar kg, ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar kg. 54

55 Selain daging dan susu yang dihasilkan dari sektor peternakan, di Kabupaten Banyuwangi juga menghasilkan telur yang mencapai kg yang mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar kg. KOMODITAS PETERNAKAN Sumber Data: Dinas Peternakan Tahun 2011 PERIKANAN Kabupaten Banyuwangi memiliki wilayah potensi perikanan dan kelautan yang meliputi penangkapan dan budidaya. Potensi penangkapan yang meliputi laut, pesisir dan pantai dimana wilayah laut yaitu Selat Bali yang luasnya kurang lebih 960 mil2 dengan basis pusat pendaratan di Muncar selain Wongsorejo, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Rogojampi, dan Tegaldlimo dengan hasil ikan Lemuru (Sardinella Lemuru) yang dominan hampir 80% total produksi yang didaratkan per tahun, serta samudera Indonesia dengan dominasi ikan dasar (demersal) di samping ikan pelagis. Untuk membantu para nelayan mendaratkan ikan dan pemasarannya, pemerintah telah menyediakan sarana dan prasarana berupa tempat pelelangan ikan (TPI). Demikian pula terdapat potensi pantai sepanjang kurang lebih 282 km merupakan lahan potensial bagi budidaya air payau atau tambak. Di Kabupaten Banyuwangi terdapat 81 sungai dengan panjang kurang lebih 735 km yang berfungsi untuk pertanian, perikanan, air minum dan lain-lain. Pada Tahun 2011 untuk produksi ikan di perairan umum di Kabupaten Banyuwangi yang Terdiri dari sungai, rawa dan lainnya sebesar kg dengan nilai produksi Rp , sedangkan tambak yang ada dengan luas baku 1361 Ha total produksi pada tahun 2011 sebesar Kg dengan nilai Rp

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada Rakor Persiapan

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada Rakor Persiapan

Lebih terperinci

KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016

KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016 LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 9 Tahun 206 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 206 KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I. : PERATURAN DAERAH BANYUWANGI NOMOR : 04 Tahun 205 TANGGAL : 22 JULI 205 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI 2014 STATISTIK DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI 2014 ISSN : 2356-3842 No. Publikasi : 351004.002 Katalog BPS : 1101002.3510 Ukuran Buku : 8,27 inci x 11,69 inci Jumlah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 08 TAHUN 2012

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 08 TAHUN 2012 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN Bab ini menjelaskan aspek-aspek yang dianalisis dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan data (time-series) serta peta

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia, dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 3 /KEP/429.011/2016 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN ANGGARAN BELANJA PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN Rancangan Sekolah Luar Biasa tipe C yang direncanakan berlokasi di Kabupaten Klaten. Perencanaan suatu pembangunan haruslah mengkaji dari berbagai aspek-aspek

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012.

MEMUTUSKAN: : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012. KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 8 /KEP/429.011/2012 TENTANG UANG PERSEDIAAN ANGGARAN BELANJA PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2012

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan umum Kabupaten Tulang Bawang Kabupaten Tulang Bawang adalah salah satu dari 10 Kabupaten di wilayah Propinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang terbentuk pada

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH (MP3ED)

MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH (MP3ED) MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH (MP3ED) KABUPATEN BANYUWANGI Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI [Type the company name] Dengan PUSAT INKUBATOR

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran umum Kabupaten Madiun a. Kondisi Geografis Kabupaten Madiun adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukota dari Kabupaten Madiun adalah Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN. : Perolehan jasa giro atas rekening tersebut wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Banyuwangi.

MEMUTUSKAN. : Perolehan jasa giro atas rekening tersebut wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Banyuwangi. KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/ 5 /KEP/429.011/2012 TENTANG NOMOR REKENING BENDAHARA PENGELUARAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2012 BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km. IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Sendang Agung merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, terletak pada 104 0 4905 0 104 0 56 0 BT dan 05 0 08 0 15 0 LS,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA GEOGRAFIS KABUPATEN BANGKA PKL Sungailiat PKW PKNp PKWp PKW PKW Struktur Perekonomian Kabupaten Bangka tanpa Timah Tahun 2009-2013 Sektor 2009 (%)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Semburan lumpur Lapindo terjadi di area pengeboran sumur Banjar Panji 1 yang dioperasikan oleh Lapindo Brantas Incorporation (LBI), yang berlokasi di desa Renokenongo,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan 68 V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan tingkat produksi gula antar daerah. Selain itu Jawa Timur memiliki jumlah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

NO KATALOG :

NO KATALOG : NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci