BAB 3 ANALISIS DATA. dapat diterima dengan baik oleh adat kepercayaan dan sistem religi tradisional yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 ANALISIS DATA. dapat diterima dengan baik oleh adat kepercayaan dan sistem religi tradisional yang"

Transkripsi

1 BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Analisis Hubungan Antara Obon Dengan Shinto Walaupun upacara obon tidak berasal dari kebudayaan Jepang sendiri namun dapat diterima dengan baik oleh adat kepercayaan dan sistem religi tradisional yang telah ada di Jepang sebelumnya yaitu Shinto. Hal ini dapat dilihat dari upacara obon yang telah dianggap sebagai bagian dari upacara pemujaan leluhur yang telah ada sebelumnya dan juga sebagai bagian dari festival matsuri bangsa Jepang yang dikenal di dalam Shinto. Menurut analisis penulis, hingga saat ini obon telah menjadi salah satu festival matsuri yang paling vital di dalam kehidupan masyarakat Jepang dalam hal melanjutkan tradisi pemujaan leluhur yang telah mereka kenal sebelumnya. Dibawah ini penulis akan menjabarkan beberapa ritual obon yang berhubungan dengan Shinto Analisis Penyiapan Sesaji Sebelum Upacara Obon Yang Berhubungan Dengan Shinto Menurut analisis penulis ada beberapa sesaji penting yang harus disiapkan sebelum melaksanakan upacara obon. Sesaji - sesaji ini mempunyai arti dan nilai penting tersendiri dalam hubungannya dengan Shinto. Sesaji pertama yang akan dibahas oleh penulis disini adalah bunga. Bunga-bunga obon yang biasa orang - orang Jepang kumpulkan untuk melaksanakan upacara obon antara lain adalah Petrinia scabiosafolia, broad bell flower, lilies, balloon flower, chrysanthemum ( bunga serunai ) bush clover 31

2 ( bunga semanggi ), gold banded lily ( bunga bakung ) dan wild pink. Bunga - bunga ini biasa mereka petik dari puncak gunung atau bukit. Mengumpulkan bunga untuk obon matsuri ini biasa dikenal dengan istilah bon bana mukae. Menurut konsep Shinto, mereka mempercayai bahwa roh - roh nenek moyang mereka akan memasuki bunga bunga obon ini agar dapat menemukan jalan untuk pulang ke rumah mereka. Jika wilayah tempat tinggal atau perkampungan tersebut jauh dari gunung/bukit maka para penduduknya dapat mengunjungi bon ichi ( pasar obon ) untuk dapat membeli bunga bon dan peralatan lainnya yang dibutuhkan untuk merayakan obon matsuri. Bon ichi ini menjadi semacam pasar temporer yang hanya muncul pada tanggal 12 atau 13 pada masa obon tersebut. Sesajian lain yang juga dianggap penting adalah sayur-sayuran segar, mentimun ( kyuuri ), jagung ( toumorokoshi ), terong ( nasu ). Biasanya akan dibutuhkan semangkok air dan sikat kecil dari tangkai bunga yang digunakan untuk memercikkan air pada sayuran tersebut. Mentimun tersebut biasanya akan dibentuk menyerupai kuda. Mentimun yang telah dibentuk menjadi kuda ini biasa disebut dengan kyuuri - uma. Kyuuri - uma ini menurut kepercayaan Shinto adalah kendaraan yang dibuat bagi roh - roh leluhur yang akan digunakan ketika roh - roh leluhur ini datang dan pergi dari rumah dengan membawa sesajian menuju dunia lain. Selain itu ada sesaji penting yang tidak boleh dilupakan yaitu sake. Minuman sake ini dibuat dari beras yang diolah, mengapa sake dianggap sebagai salah satu sesaji penting dalam ritual obon? Menurut analisis penulis sake adalah minuman yang terbuat dari beras. Tanaman padi yang merupakan penghasil beras adalah tanaman yang mendapat tempat istimewa sebagai bahan makanan suci bagi rakyat Jepang. Dengan tradisinya yang 32

3 panjang, budidaya padi bukanlah sekedar kegiatan pertanian, melainkan sebuah kegiatan budaya dengan beragam corak keagamaan. Menurut mitos Jepang, padi dianugerahkan kepada rakyat Jepang oleh dewa nenek - moyang bangsa Jepang, Amaterasu Omikami. Kaisar Jepang, Tenno, yang merupakan tokoh kepala simbolis bagi Jepang, juga melakukan kegiatan menanam padi dengan tangannya sendiri di kebun istana Fukiage dan mempersembahkannya kepada Dewi Amaterasu serta dewa - dewi lainnya. ( bdef275d1051fd224). Selain itu adapula kue onde - onde ( okuri danggo) dan kue mochi. Kue mochi adalah kue nasi ketan yang dibentuk bulat - bulat. Menurut kepercayaan Shinto kue okuri danggo ini disebut dengan kue perpisahan. Kue - kue ini selalu ada dalam setiap perayaan obon matsuri. Sesajian yang terakhir adalah dupa. Dupa ini akan dibawa untuk dibakar ketika mereka pergi ke makam. Dalam ajaran Shinto dupa yang dibakar ini, asapnya atau wangi dupa yang dibakar dipercaya dapat mengundang arwah - arwah leluhur. Gambar 1 : Terong dan mentimun yang telah dibentuk 33

4 3.1.2 Analisis Ritual-Ritual Dalam Obon Yang Berhubungan Dengan Konsep Shinto Seperti yang telah diketahui ajaran Shinto sejak dahulu mengakui bahwa arwah orang-orang atau keluarga yang telah meninggal akan menjadi dewa. Upacara obon sebagai upacara arwah merupakan suatu wujud tradisi atau ritual Shinto yang menjadi bagian dari kebudayaan Jepang. Obon pada umumnya dilaksanakan pada musim panas. menurut analisis penulis dalam pelaksanaan upacara obon waktu dan ruang akan berbeda - beda bergantung dari daerahnya masing-masing. Ada yang melaksanakan hanya pada tanggal Juli atau Agustus, dan ada pula yang memulainya sejak tanggal 13 Juli atau Agustus. Upacara obon yang mulai dilaksanakan pada tanggal 7 Juli disebut sebagai nanoka bon atau ikekae bon; sedangkan jika dimulai pada tanggal 1 Agustus akan disebut dengan hassaku bon atau tsuitachi bon. Pada awalnya upacara obon ini biasa dilakukan selama kira-kira sebulan, namun karena dirasakan terlalu lama maka ada beberapa daerah tertentu yang mulai mempersingkat masa upacara obon ini. Pada masa obon, akan terjadi arus penduduk yang mengalir dari daerah perkotaan menuju daerah pedesaan atau kota-kota kecil. Para penduduk ini datang ke daerah dari mana mereka berasal untuk ikut merayakan obon matsuri. Karena itu tidaklah aneh bila sarana transportasi penuh dan lalu lintas menjadi padat. Sekalipun bukan hari libur nasional, hari raya obon dijadikan libur fakultatif. Perusahaan misalnya memperbolehkan karyawan untuk tidak masuk kerja selama tiga hari agar dapat merayakan obon ini bersama keluarga. Obon dirayakan bertepatan dengan liburan musim panas anak sekolah. Anak laki-laki dan perempuan berusaha untuk bisa pulang, para pasien di rumah sakit berharap mereka akan segera sembuh agar boleh pulang 34

5 dalam perayaan obon. Mereka datang untuk mengunjungi butsudan keluarganya dan memperbaharui ikatan dengan saudara - saudaranya. Keluarga induk ( honke ) sangat mengharapkan kedatangan keluarga - keluarga cabangnya ( bunke ) untuk membantu dan ikut serta dalam pelaksanaan obon matsuri. Obon kemudian menjadi suatu reuni keluarga besar. Biasanya mereka akan menghamburkan uangnya untuk membeli hadiah - hadiah yang akan diberikan kepada sanak keluarganya. Hasil kerja keras selama setahun bagi seorang karyawan bisa dibelanjakan hanya dalam beberapa hari Dibawah ini penulis akan menganalisis ritual-ritual obon sehubungan dengan konsep Shinto Bon Michi Menurut kepercayaan Shinto, bon michi ini adalah jalan yang akan dilalui oleh arwah para leluhur yang akan datang atau pulang selama masa obon berlangsung. Pada hari - hari biasa, hakaba atau rantojo banyak yang berada dalam keadaan tidak terawat, namun menjelang upacara obon rumput - rumput yang merimbun di kuburan - kuburan maupun yang ada disepanjang jalan dari kuburan ke desa akan dipotong untuk memberi jalan bagi para arwah leluhur. Di setiap halaman depan rumah yang merayakan kedatangan arwah leluhur akan dibuat sao yaitu semacam tiang dari bambu yang tinggi dan pada sao tersebut akan digantungkan takatoro atau sejenis sejenis lentera yang di percaya digunai untuk menerangi jalan yang dilalui oleh para arwah. Pencanangan tiang dari bambu yang tinggi ini biasa disebut dengan sao o tateru Menurut ajaran Shinto pencanangan tiang kayu atau bambu ini diyakini oleh mereka bahwa dewa-dewa akan turun dari tempat yang tinggi melalui tiang itu. 35

6 Kusaichi Kusa ichi atau sering juga disebut dengan bon ichi. Kusaichi ini merupakan pasar kaget yang menjual barang barang yang dibutuhkan sewaktu obon. Pasar bon ini biasanya hanya dibuka pada tanggal 12 malam sampai tanggal 13 dan banyak muncul di berbagai tempat di sekitar jinja atau kuil - kuil yang berafiliasi pada kepercayaan Shinto. Selain menjual barang - barang dan benda - benda untuk keperluan upacara obon akan dijual pula boneka - boneka kuda atau sapi yang terbuat dari ogara, sejenis rami, terong atau semangka, yang dianggap akan membantu kelancaran pelaksanaan upacara obon tersebut. Sama halnya dengan kyuuri-uma yang telah dijelaskan sebelumnya, boneka-boneka kuda atau sapi yang biasa terbuat dari ogara ini menurut Shinto dipercaya sebagai kendaraan yang digunakan roh - roh leluhur atau dewa - dewa yang datang dan pergi dari rumah. Gambar 2: Kusaichi Bondoro Bondoro adalah lentera yang dipasang sewaktu obon. Lentera ini umumnya akan dipasang di dalam rumah, teras ataupun di halaman rumah; didepan rumah akan didirikan sao. Mengenai sao telah dijelaskan sebelumnya yaitu tiang dari bambu yang tinggi. Pada umumnya bondoro ini akan mulai dipasang sejak tanggal 7 malam pada 36

7 setiap masa obon. Diatas bukit biasanya akan dipasang lentera tinggi. Menurut kepercayaan Shinto, lentera - lentera yang dipasang diatas bukit itu dimaksudkan untuk memberi ucapan selamat datang pada arwah leluhur yang datang. Hal ini diperkuat dengan kepercayaan masyarakat Shinto dimana mereka mempercayai bahwa roh - roh leluhur yang telah meninggal ini berada ditempat dunia lain, yang bila kembali kerumah asalnya akan melewati shide no yama yaitu gunung yang menuju dunia lain. Shide no yama, karena pengaruh ajaran Buddha menjadi keadaan kesepian dan kepedihan karena ada setan yang menyiksa jiwa orang mati. Itulah mengapa dalam kepercayaan rakyat, bukit dan gunung dianggap suci dan menjadi jalan bagi roh - roh nenek moyang yang akan kembali ke kediaman asalnya selama masa obon Shoryoudana Shoryoudana atau sering juga disebut dengan tamadana, bondana, atau senzodana, merupakan tempat untuk meletakkan ihai yaitu papan nama leluhur dan juga merupakan tempat untuk meletakkan berbagai sesajian yang disiapkan untuk leluhur. Pada waktu obon di depan altar ini seorang pendeta akan melakukan tangayo yaitu pembacaan doa - doa. Shoryoudana atau bondana ini berbeda dari butsudan karena di dalamnya terdapat tempat untuk meletakkan sesajian dan papan nama leluhur. Dengan demikian dapat dikatakan bondana ini lebih lengkap dibandingkan dengan kotak butsudan. Altar khusus obon ini berbentuk persegi panjang yang biasanya berukuran 1 x 0,7 m dan di tiap tiap sudutnya ditopang dengan tiang - tiang setinggi 1 meter. Pada ujung tiang kira kira satu meter di atas tempat menaruh sesajian dikaitkan sepasang tali jerami ( shimenawa ) yang dianyam di antara tiang tiang tersebut dan dihiasi kertas - kertas putih untuk digantungi dengan berbagai benda lain yang dibutuhkan untuk 37

8 upacara seperti bunga bon. Ihai diletakkan di belakang altar dan didepannya dipajang foto-foto dari orang yang baru meninggal, di depannya lagi ada piring besar yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan sesajian Di beberapa daerah tertentu ada juga yang tidak menggunakan bondana ini dan cukup hanya dengan menggunakan butsudan. Altar ini umumnya mulai disiapkan pada tanggal 13 Juli pagi, tetapi biasanya di keluarga yang memperingati niibon atau arabon yaitu perayaan obon pertama bagi arwah orang yang meninggal ( setelah obon ditahun sebelumnya ) akan mempersiapkan lebih awal lagi yaitu sekitar tanggal 1 Juli. Setelah membuat bondana ini para anggota keluarga ( keluarga induk dan keluarga cabang ) akan berkumpul di rumah induk untuk merayakan upacara obon. Mereka akan membersihkan rumah dan mempersiapkan berbagai bagai ornamen yang dibutuhkan. Setelah itu, para anggota keluarga ( lebih dianjurkan agar melibatkan seluruh anggota keluarga ) pergi ke makam untuk memberikan sesajian dan berdoa. Mereka mempersembahkan bunga, mochi, membakar dupa dan menyiramkan air di atas batu nisan. Dalam konsep Shinto penyiraman air ini dimaksudkan untuk membersihkan makam - makam leluhur mereka, meskipun sudah dibersihkan beberapa hari sebelumnya, dan untuk memberi minum bagi orang orang yang telah wafat tersebut. Gambar 3: Bondana 38

9 Bon Odori Bon odori adalah tarian obon yang dilakukan secara bersama sama di kuil - kuil, desa-desa ataupun pada tempat tempat terbuka selama masa perayaan obon dari tanggal 13 hingga 14 Juli. Tarian ini dilakukan sejak masa matahari terbenam. Masyarakat Shinto mempercayai tarian ini dimaksudkan untuk menyambut para leluhur yang datang dan menghibur serta menenangkan para jiwa yang datang kembali ke rumah mereka. Dewasa ini bon odori yang dilakukan di kota - kota tampaknya semata - mata hanya sebagai bagian dari suatu tradisi dan unsur hiburan saja namun di daerah pedesaan tarian ini masih dianggap sebagai bagian dari ritus keagamaan yang mereka lakukan sebagai hiburan bagi para dewa. Di daerah Prefektur Iwate menjelang obon orang orang akan menarikan tarian ini dengan membentuk lingkaran dan bergerak dengan mengelilingi rumah yang ada arwah orang yang baru meninggal. Di daerah Jepang bagian selatan yaitu di daerah Fukuoka dalam membawakan tarian obon, laki-laki dan perempuan akan berjalan berputar - putar sambil memutarkan tangkai payung dan menutup muka dengan kain. Gerakan tarian yang dilakukan membentuk lingkaran dan pusat lingkaran ini dianggap oleh mereka sebagai tempat turunnya dewa dari langit. Tarian yang dilakukan dengan membentuk lingkaran ini sama halnya dengan ritual-ritual kebudayaan lain, untuk mendatangkan atau mengundang arwah leluhur maka mereka membentuk sebuah lingkaran dengan maksud agar kekuatan atau roh - roh leluhur yang mereka anggap dewa ini akan hadir ditengah - tengah mereka. Demikian pelaksanaan bon odori ini berbeda beda dari satu tempat dengan tempat lainnya di Jepang sesuai dengan tradisi di daerah tersebut. 39

10 Gambar 4: Bon odori Bon Bana Mukae Untuk menyambut arwah leluhur biasanya akan disediakan bunga - bunga yang dipetik dari puncak gunung atau bukit. Bunga-bunga obon yang biasa orang-orang Jepang kumpulkan untuk melaksanakan upacara obon antara lain adalah Petrinia scabiosafolia, broad bell flower, lilies, balloon flower, chrysanthemum ( bunga serunai ) bush clover ( bunga semanggi ), gold banded lily ( bunga bakung ) dan wild pink. Kadang kala dewasa ini mereka juga menggunakan bunga-bunga buatan sendiri yang terbuat dari kertas. Selain untuk menyambut arwah leluhur menurut pandangan Shinto, mereka mempercayai bahwa roh - roh nenek moyang mereka akan memasuki bunga bunga obon tersebut agar dapat menemukan jalan untuk pulang ke rumah mereka. Jika wilayah tempat tinggal atau perkampungan tersebut jauh dari gunung / bukit maka para penduduknya dapat mengunjungi bon ichi ( pasar bon ) untuk dapat membeli bunga bon. 40

11 Gambar 5: Bunga Bon Tiruan Mukaebi Pada sore hari di tanggal 13 Juli yang merupakan awal dari puncak peringatan arwah pada masa obon, akan dinyalakan mukaebi yaitu menyalakan lampu atau lentera untuk menyambut kedatangan para arwah yang datang berkunjung. Lampu - lampu tersebut menurut pandangan Shinto selain untuk menyambut para arwah juga mempunyai arti sebagai penerang atau penunjuk jalan bagi para arwah untuk mencapai rumah mereka. Pada malam itu orang - orang akan pergi berziarah ke kuburan keluarganya dengan membawa berbagai sesajian yang disiapkan. Di Gunung Gassan, Prefektur Yamagata, Mukaebi ini pertama kali dinyalakan oleh rahib ketua sekte Haguro (Shugen-do) dan kemudian diikuti oleh penyalaan api yang lain secara berurutan dari atas kebawah. Manakala api terakhir di gunung itu telah dinyalakan maka tiap tiap keluarga di kaki gunung juga akan menyalakan mukaebi yang disiapkan di depan rumah mereka untuk menyambut nenek moyang keluarga tersebut. Kebiasaan ini menggambarkan bahwa pertama kali arwah para leluhur tersebut datang di puncak Gunung Gassan dan kemudian perlahan lahan bergerak turun menuju ke rumah keluarga masing-masing. 41

12 Gambar 6: lentera-lentera ( Chouchin ) Okuribi Jika pada tanggal 13 Juli diadakan acara penyambutan arwah dengan penyalaan mukaebi maka pada tanggal 15 atau 16 para arwah leluhur akan diantar kembali pulang dengan menyalakan api atau lampu yang disebut dengan nama okuribi. Di beberapa daerah okuribi ini dikenal pula dengan nama toro nagashi. Okuribi ini dapat disebut juga dengan api selamat jalan. Menurut konsep Shinto api ini dipercaya dapat membantu menerangi roh - roh dalam perjalanannya menuju ke dunia lain tempat roh tersebut berasal. Okuribi ini bisa dibuat dalam bentuk lentera yang dihanyutkan bersama dengan sesajian yang dibawa tadi di atas kapal jerami di sungai - sungai ataupun danau. Karena banyaknya lentera yang dihanyut kan inilah maka obon matsuri sering pula dikenal dengan istilah Festival Of the Lanterns. Gambar 7 : Okuribi 42

13 Shoryoubune Shoryoubune sering juga disebut dengan bonbane. Hidangan atau sesajian yang biasanya disajikan di depan bondana pada tanggal 16 Juli akan dibungkus dan akan dihanyutkan ke sungai. Mereka akan membuat boneka kuda dan sapi dari sumpit, terong dan ketimun yang melambangkan kendaraan yang akan digunakan oleh para arwah. Pada tanggal 15 malam atau tanggal 16 akan dibuat sampan atau perahu - perahu yang diatasnya akan diletakkan sesajian yang telah disiapkan untuk kemudian dihanyutkan ke sungai, inilah yang dikenal dengan nama shoryoubune. Perahu - perahu atau sampan ini adalah kendaraan yang akan menghantarkan para roh leluhur kembali ke dunia mereka. Di beberapa daerah perahu ini diberi nama gokuraku maru yang berarti perahu surga Segaki Di setiap kuil maupun di rumah-rumah pada waktu upacara obon akan dilakukan segaki, yaitu semacam kegiatan menyediakan sesajian berupa makanan dan minuman di altar yang sebelumnya telah disiapkan. Secara bersama sama akan dibacakan doa - doa bagi para arwah yang tidak lagi mempunyai keluarga. Upacara ini menurut pandangan Shinto mempunyai tujuan agar dapat menghindarkan diri dari ancaman yang ditimbulkan oleh para arwah yang tidak mempunyai keluarga tersebut. Menurut sejarah, upacara segaki ini dilakukan sejak abad ke-9 dan dewasa ini ritual segaki ini dianggap sebagai bagian dari ritual obon yang meskipun sebenarnya segaki ini ditujukan untuk menenangkan para arwah yang tidak mempunyai keluarga lagi sementara obon adalah upacara yang bertujuan untuk mendoakan arwah para leluhur. 43

14 3.2 Analisis Fungsi Obon Matsuri Pada Masyarakat Jepang Dewasa ini. Menurut analisis penulis kegiatan upacara obon pada awalnya adalah merupakan kegiatan yang hanya diperuntukan bagi arwah leluhur. Fungsi kegiatan ini tadinya hanya dilakukan untuk menghormati arwah leluhur juga orang-orang tercinta yang telah meninggal. Jadi intinya, dahulu upacara obon ini hanya diperuntukkan bagi orang yang telah meninggal saja. Namun dewasa ini, ditengah kehidupan masyarakat Jepang yang modern penulis melihat bahwa upacara obon sebenarnya lebih berfungsi bagi orang - orang Jepang yang masih hidup. Dibawah ini penulis akan menganalisis beberapa fungsi obon yang berkembang pada masyarakat Jepang dewasa ini Obon Matsuri Sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan Manusia Manusia hidup bersama sama di dalam sebuah kelompok agar bisa menghadapi tantangan alam secara kolektif. Kebutuhan manusia sedikit banyak bersifat emosional dan psikologis yang meliputi persahabatan, kasih sayang, pengungkapan perasaan dan sentimen-sentimen, penghiburan dan rekreasi, estetika dan keindahan dan sebagainya. Diantara berbagai sarana yang ada, obon juga dapat bertindak sebagai salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melakukan pemenuhan bagi kebutuhan manusia tersebut. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan upacara obon matsuri yang memungkinkan adanya pertemuan dan perkumpulan di antara anggota anggota keluarga yang selama ini tinggal terpisah - pisah. Pada saat perayaan obon maka anggota anggota keluarga akan kembali ke daerah asal masing masing dan bergabung dengan keluarga besar mereka hal ini menunjukkan bahwa dengan perayaan obon dapat menjembatani terjadinya pemenuhan kebutuhan sosial manusia di antaranya adalah komunikasi, kegiatan bersama dengan 44

15 orang lain dalam hal ini adalah dengan anggota keluarga yang berkumpul tadi. Selain hal tersebut obon juga dapat berperan untuk sarana yang dapat digunakan untuk pengungkapan kasih sayang, rasa hormat dan berbagai sentimen lainnya terhadap anggota anggota keluarga yang telah meninggal maupun yang masih ada. Dengan hal ini berarti obon juga telah berperan dalam pemenuhan kebutuhan manusia Obon Matsuri Sebagai Sarana Pengukuhan Solidaritas Keluarga Jepang Masyarakat Jepang yang berada di perkotaan terkadang pasti mereka merindukan susasana akrab di dalam keluarga mereka atau suasana akrab seperti ditempat mereka berasal. Mereka menyadari bahwa tidak semudah itu untuk mentransfer nilai nilai kekeluargaan yang telah tumbuh dan berkembang sejak lama ke dalam kehidupan di perkantoran. Mereka menyadari bahwa hubungan dengan keluarga masih tetap penting. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan orang Jepang yang menyukai hiburan yang menceritakan hubungan kehidupan kekeluargaan yang hangat seperti serial Chibi Maruko-Chan. Dengan adanya upacara obon ini maka orang-orang Jepang diberikan kesempatan untuk dapat meningkatkan dan mendekatkan hubungan kekeluargaan mereka kembali di dalam keluarga baik dengan keluaraga yang masih hidup maupun dengan anggota keluarga yang telah meninggal. Hal ini dimungkinkan karena pada saat obon tiap tiap anggota keluarga yang selama ini terpencar - pencar ke berbagai daerah kembali berkumpul bersama dan kembali merasakan kehangatan kehidupan dan hubungan di dalam keluarga di tengah tengah arus kemajuan perekonomian, industri dan teknologi di Jepang. Dari hal ini dapat kita lihat bahwa upacara obon ini berperan untuk meningkatkan hubungan solidaritas di tengah tengah keluarga masyarakat pada Jepang. 45

16 3.2.3 Obon Sebagai Sarana Rekreasi Masyarakat Jepang Pertumbuhan ekonomi yang pesat setelah perang dunia menyebabkan Jepang menjadi negara yang makmur termasuk terjadinya peningkatan standar kehidupan dan kekayaan di seluruh negeri. Hal in dibarengi dengan peningkatan aktifitas aktifitas di waktu luang. Peningkatan taraf hidup dan pendapatan masyarakat secara umum diikuti pula dengan meningkatnya kebutuhan akan hiburan. Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa perayaan yang ada di dalam obon dapat dikategorikan sebagai hiburan ataupun tidak dapat dilepaskan dari hal tersbut walaupun ritualnya sendiri sebenarnya tidak termasuk kedalam hiburan. Salah satu yang paling diminati oleh masyarakat Jepang adalah pelaksanaan upacara obon ini. Hal ini dapat dilihat dari minat masyarakat yang senantiasa tinggi dalam mengikuti upacara ini walaupun sifat dari perayaan ini adalah sukarela dan tidak bersifat paksaan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat menganggap bahwa perayaan obon ini sebagai sebuah sarana hiburan bagi mereka untuk keluar dari rutinitas monoton yang mereka hadapi sepanjang tahun. Dengan mengikuti perayaan obon ini orang orang yang bersangkutan dapat melupakan sejenak segala kesibukan yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka sehari hari dan berkumpul kembali dengan keluarga mereka walaupun hanya untuk beberapa hari saja. Dalam upacara obon ini mereka mengekspresikan kebahagian mereka dengan tertawa gembira. 3.3 Analisis Perkembangan Obon Matsuri Pada Masyarakat Jepang Modern Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan industrialisasi setelah perang Dunia II menyebabkan bangsa Jepang bisa dikategorikan sebagai masyarakat post - industri, 46

17 maju, dan modern. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kebutuhan akan hal yang bersifat sekunder dan tersier bertambah, termasuk dalam hal pendidikan. Menurut analisis penulis tingkat pendidikan yang meningkat menyebabkan orang yang benar-benar percaya bahwa roh - roh nenek moyang akan mengunjungi mereka pada masa obon semakin menurun. Pada masyarakat modern yang mengalami urbanisasi, industrialisasi dan sekulerisasi, ritual-ritual keagamaan dianggap mengalami pengausan. Akan tetapi dalam kasus Jepang, anggapan tersebut tidaklah berlaku. Ritual - ritual lama tetap dipertahankan dalam masyarakat yang mengalami kemakmuran ekonomi, termasuk Jepang. Bahkan ritual - ritual keagamaan dilaksanakan di perusahaan - perusahaan dan merupakan peristiwa yang penting. Menurut analisis penulis, obon matsuri sebagai ritual keagamaan secara terus menerus dari tahun ke tahun tidak pernah bervariasi. Para anggota keluarga membersihkan makam keluarga dan jalan, menyalakan api / lentera ( bondoro ), berdoa, mempersembahkan sesajian, menari obon dan pada akhir masa obon membawa sesajian ke makam atau menghanyutkannya diatas perahu - perahu yang diberi penerangan. Karena adanya komitmen individual, obon bagian dari matsuri atau karena adanya keinginan / minat yang lain seperti ingin bertemu dengan sanak saudara, ingin mengunjungi kampung halaman, bernostalgia dan keinginan - keinginan yang lain menyebabkan obon matsuri cenderung terus berlanjut sekalipun ada perubahan - perubahan yang terjadi. Masyarakat Jepang modern biasanya masih mempertahankan ikatan dengan furusato ( daerah asal-usul ) mereka. Mereka merasa bahwa mempertahankan ikatan itu sebagai hal yang penting, meskipun faktanya mereka jarang mengunjungi kampung halaman mereka. Ide tentang Furusato ini diperkuat lagi oleh telivisi atau media masa 47

18 lainnya yang mempromosikan nuansa pedusunan yang indah. Ditambah lagi para penduduk daerah selalu berusaha untuk menanamkan keunggulan-keunggulan daerah mereka masing-masing dibanding dengan daerah lain kepada para pendatang, orangorang asing ataupun generasi mudanya. Dengan demikian ada perasaan bangga terhadap daerah asalnya. Menurut analisa penulis salah satu faktor lain yang mendukung obon matsuri tetap bertahan adalah manfaat praktis yang diperoleh partisipannya. Manfaat yang merupakan efek samping dari obon matsuri adalah diberikannya kepada karyawan untuk libur tiga hari berturut-turut. Industrialisasi menyebabkan penurunan orang - orang yang bekerja sebagai petani ataupun nelayan, sehingga ritual permohonan panen atau tangkapan ikan yang bagus menjadi tidak lagi penting. Sebagai gantinya, mereka memohon kesuksesan karir dan kemakmuran bisnisnya. Obon sebagai bagian dari ritual keagamaan diselenggarakan oleh para anggota keluarga tersebut karena merupakan bagian dari pemujaan leluhur dan nenek moyang dari para anggota keluarga tersebut. Pada masa modern ini nilai - nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara obon semakin bertambah luas tidak lagi hanya sebagai bagian dari upacara keagamaan untuk memuja nenek moyang dan leluhur yang telah meninggal namun juga telah berperan sebagai sebuah kebiasaan sosial bagi para masyarakat yang melaksanakannya. Hal ini dapat dilihat dari makna dan fungsi penyelenggaraan upacara obon di masa modern ini yang tidak hanya dibatasi untuk menjalin hubungan dengan para leluhur yang telah meninggal namun juga sangat menekankan pada pentingnya terjalin hubungan yang baik di antara para anggota keluarga yang masih hidup. Dan pelaksanaan upacara obon ini dapat berperan untuk meningkatkan keakraban hubungan antara para anggota keluarga tersebut. Selain itu 48

19 obon juga berperan sebagai waktu untuk melepaskan diri berbagai tekanan yang menerpa dalam kehidupan sehari hari masyarakat Jepang karena obon memberikan waktu kosong yang dapat dimanfaatkan untuk beristirahat dan rekreasi. Dari berbagai perkembangan fungsi di atas dapat kita lihat bahwa di masa modern ini, dimana sebagian masyarakat Jepang mempunyai pandangan yang sangat sekuler dan tidak begitu peduli pada agama, obon tetap memegang peranan penting bagi kehidupan orang jepang dan tidak lagi hanya sebagai bagian dari ritual keagamaan yang berlangsung namun lebih dari itu pelaksanaan upacara obon bahkan telah menjadi sebuah kebiasaan sosial di tengah tengah kehidupan masyarakat Jepang yang maju. 49

BAB 1 PENDAHULUAN. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila kita bertanya pada orang Jepang, apakah mereka memiliki agama. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika kita perhatikan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tertentu. Seperti halnya tanabata (festival bintang), hinamatsuri (festival anak

Bab 1. Pendahuluan. tertentu. Seperti halnya tanabata (festival bintang), hinamatsuri (festival anak Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Jepang banyak terdapat perayaan, festival, maupun ritual-ritual yang dilakukan setiap tahunnya. Biasanya setiap perayaan tersebut memiliki suatu makna tertentu.

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Tagata Jinja Hounen matsuri merupakan sebuah festival yang diadakan di Tagata Jinja yang terletak di

Lebih terperinci

Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri, untuk dianalisis.

Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri, untuk dianalisis. Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis unsur Shinto Oharai dalam Sanja Matsuri Saya akan membagi analisis Sanja Matsuri melalui empat unsur Shinto, yaitu Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri,

Lebih terperinci

RINGKASAN SUSHI. dari luar Jepang maupun dari orang Jepang sendiri adalah sushi. Sushi adalah

RINGKASAN SUSHI. dari luar Jepang maupun dari orang Jepang sendiri adalah sushi. Sushi adalah RINGKASAN SUSHI Salah satu makanan Jepang yang sangat digemari oleh banyak orang baik dari luar Jepang maupun dari orang Jepang sendiri adalah sushi. Sushi adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat dalam Jidai matsuri, berdasarkan empat unsur penting dalam matsuri yang sesuai dengan konsep Shinto. Empat

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG. Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG. Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG 2.1 Pengertian Religi Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada yang melakukan secara sungguh-sungguh, namun tidak orang yang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis

Bab 1. Pendahuluan. masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Oshougatsu atau lebih dikenal dengan shougatsu adalah perayaan tahun baru masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis dekorasi-dekorasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak

Bab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak Bab 5 Ringkasan Agama Shinto merupakan salah satu agama tertua dan dianggap sebagai kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak terputus dari zaman pra sejarah sampai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang memiliki kekayaan teknologi yang berkembang pesat dikarenakan adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan Bab 5 Ringkasan Skripsi Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan sendiri memiliki arti sebagai pedoman yang menyeluruh bagi kehidupan masyarakat yang memiliki budaya

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha. 1 (http://id.wikipedia.org/wiki/tahun_baru_imlek).

1 Universitas Kristen Maranatha. 1 (http://id.wikipedia.org/wiki/tahun_baru_imlek). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendengar istilah Tahun Baru Imlek tentu semua orang sudah tidak asing lagi, ini dikarenakan Tahun Baru Imlek adalah sebuah tradisi yang tentunya sudah semua orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang A. Penelitian Relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian sebelumnya yaitu: a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang Tradisi Fida

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah

Bab 5. Ringkasan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah Bab 5 Ringkasan Menurut Kodansha (1993:649-658) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah 377.781km². Menurut Danandjaja (1997:1), kepulauan Jepang terbentang di sepanjang timur laut hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG 2.1. Letak Geografis Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, membentang seperti busur yang ramping sepanjang 3.800 KM. Luas totalnya adalah 377.815

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Jepang dikenal dengan istilah washoku atau nihon shoku.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Jepang dikenal dengan istilah washoku atau nihon shoku. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan Jepang dikenal dengan istilah washoku atau nihon shoku. Washoku atau nihon shoku merupakan salah satu makanan tradisional Jepang yang terdiri dari nasi,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial. BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA A. Keadaan Geografi Wanayasa merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, terletak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan. Upacara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang yang oleh penduduknya sendiri disebut Nippon atau Nihon merupakan negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: 649-658). Barisan pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga tidak luput dari kebudayaannya yang sangat kental. kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga tidak luput dari kebudayaannya yang sangat kental. kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara kepulauan yang terdiri dari 6.852 pulau. Jepang ialah salah satu negara yang sangat maju di dunia dari segi ekonomi dan juga

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki

BAB 5 RINGKASAN. Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki BAB 5 RINGKASAN Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi yang bernama Koentjaraningrat (1990:180) mengatakan bahwa, kebudayaan

Lebih terperinci

Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur

Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur Latar Belakang Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan.

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

46 47 48 49 50 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Bapak Albert Taguh (Domang Kabupaten Lamandau) 1. Apakah yang dimaksud dengan upacara Tewah? 2. Apa tujuan utama upacara Tewah dilaksanakan? 3. Siapa yang

Lebih terperinci

tidak diselenggarakan dengan baik maka akan menyebabkan ketidakberuntungan pada tahun itu

tidak diselenggarakan dengan baik maka akan menyebabkan ketidakberuntungan pada tahun itu FESTIVAL DI JEPANG Di Jepang ketika musim berganti ada perayaan yang dirayakan setiap tahunnnya. Di bawah ini akan dijelaskan kebudayaan tradisional Jepang yang telah bertahun-tahun menjadi populer sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut pandangan yang popular, masyarakat dilihat sebagai kekuatan impersonal yang mempengaruhi, mengekang dan juga menentukan tingkah laku anggota-anggotanya.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur

BAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan dengan judul Perayaan Tahun Baru Imlek 2015 di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur yang patut dilestarikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain untuk menjalin komunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain untuk menjalin komunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia mengalami proses dimana seseorang mulai lahir, menjadi dewasa, tua dan akhirnya meninggal. Dalam perjalanan hidupnya, manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan

Lebih terperinci

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA. LAMPIRAN 90 Filled Notes 1. Wawancara dengan Bapak YB Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 : Rumah Bapak YB : 16.30-18.35 WITA a) Arti kematian bagi orang Sabu. Made atau meninggal menurut kepercayaan

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan bimbingan-

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan bimbingan- ABSTRAKSI Negara Jepang adalah negara yang kaya akan budaya. Matsuri merupakan bagian dari budaya masyarakat Jepang. Ada beraneka ragam matsuri di Jepang. Matsuri dalam bahasa Indonesia artinya adalah

Lebih terperinci

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT PEZIARAH

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT PEZIARAH BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT PEZIARAH A. Pandangan terhadap Ziarah. Pada masa awal Islam, Rasulullah SAW memang melarang umat Islam untuk melakukan ziarah kubur. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga aqidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap

Bab 1. Pendahuluan. tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaannya yang tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap berpegang

Lebih terperinci

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara Danau Toba: Pesona Sumatera Utara Danau Toba yang terletak di Sumatera Utara ini merupakan salah satu danau vulkanik terindah yang dimiliki Indonesia. Dengan luas yang mencapai 1.145 kilometer persegi,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan yang Indonesia miliki, kebudayaan yang beranekaragam ini merupakan aset negara yang harus tetap dipertahankan maupun dilestarikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan mengandung nilai-nilai luhur. Aktivitas yang terdapat dalam tradisi secara turuntemurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam 40 BAB III PENYAJIAN DATA A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam masyarakat Pujud Data yang disajikan adalah data yang diperoleh dari lapangan yang dihimpun melalui observasi,

Lebih terperinci

PROLOG. Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia

PROLOG. Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia PROLOG Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia Itu potongan lagu yang sering saya nyanyikan di Sekolah Dasar ketika ada pengambilan nilai mata

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

KIAT HEMAT REKREASI RAMAI-RAMAI

KIAT HEMAT REKREASI RAMAI-RAMAI KIAT HEMAT REKREASI RAMAI-RAMAI Oleh: Safir Senduk Dikutip dari Tabloid NOVA No. 771/XV Tahun ini, pemerintah kita menetapkan libur Hari Raya yang lumayan panjang. Kalau biasanya libur resmi lebaran hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA JERUKLEGI. Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Desa tersebut berbatasan dengan:

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA JERUKLEGI. Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Desa tersebut berbatasan dengan: 24 BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA JERUKLEGI A. Keadaan Desa Jeruklegi Desa jeruklegi merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Desa tersebut berbatasan dengan: - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa

Lebih terperinci

Written by Administrator Monday, 14 September :25 - Last Updated Monday, 14 September :28

Written by Administrator Monday, 14 September :25 - Last Updated Monday, 14 September :28 Tradisi Ultah di Beberapa Negara Tiap negara punya menu khusus untuk merayakan ulang tahun. Menu itu biasanya turun-temurun terus berjalan. Misal, di Indonesia setiap ulang tahun orang menyediakan tumpeng.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh kuat dari Negara Cina baik dari segi pengetahuan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh kuat dari Negara Cina baik dari segi pengetahuan, pemerintahan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Jepang adalah sebuah Negara di bagian Asia Timur yang memiliki keunikan diantara Negara-negara lainnya. Dalam perkembangan sejarahnya, Jepang mendapat pengaruh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh tentang upaya pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai Sembahyang Rebut kepada

Lebih terperinci

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Oleh: Murti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Murti_tinah@yahoo.com.id Abstrak:

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 156 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Latar belakang

Lebih terperinci

Oleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( )

Oleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( ) Oleh : Jumbuh Karo K (13148134) Tommy Gustiansyah P (14148114) Suku Nias adalah suku bangsa atau kelompok masyarakat yang mendiami pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara. Gugusan pulaupulau yang membujur

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun lingkungan sosial artinyahubungan antara manusia dengan lingkungan dihubungkan dengan tradisi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : Tagata Jinja Hounen matsuri, kami

Abstraksi. Kata kunci : Tagata Jinja Hounen matsuri, kami Abstraksi Salah satu kebudayaan yang terus dipertahankan di Jepang hingga sekarang adalah matsuri. Tagata Jinja Hounen matsuri yang menjadi topik pembahasan skripsi ini memiliki keunikan yang terletak

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Oleh: Ade Ayu Mawarni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa adeayumawarni@yahoo.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

Matahari dan Kehidupan Kita

Matahari dan Kehidupan Kita Bab 5 Matahari dan Kehidupan Kita Tema Peristiwa dan Kesehatan Pernahkah kalian berjalan di siang hari yang terik? Misalnya, saat sepulang sekolah. Apa yang kalian rasakan? Kalian tentu merasa kepanasan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar

Lebih terperinci

Kunjungan Ke Batam. Tentang Batam Batam dihubungkan dengan pulau-pulau Repang dan Galang, luas

Kunjungan Ke Batam. Tentang Batam Batam dihubungkan dengan pulau-pulau Repang dan Galang, luas Kunjungan Ke Batam Tentang Batam Batam dihubungkan dengan pulau-pulau Repang dan Galang, luas tanahnya 415 kilometer persegi dan sekarang penduduk di sana kira-kira sejuta orang. Orang-orang di sana memakai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Gambar 1. Teru teru bozu ningyou. Gambar 2. Peralatan Membuat Teru teru bozu ningyou. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Gambar 1. Teru teru bozu ningyou. Gambar 2. Peralatan Membuat Teru teru bozu ningyou. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Gambar 1. Teru teru bozu ningyou Gambar 2. Peralatan Membuat Teru teru bozu ningyou Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Mock Joya, Volume IV, Quaint Customs and Manners of Japan https://id.wikipedia.org/wiki/teru_teru_b%c5%8dzu

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang maju dalam bidang ekonomi, industri,

Bab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang maju dalam bidang ekonomi, industri, Bab 5 Ringkasan Jepang dikenal sebagai negara yang maju dalam bidang ekonomi, industri, teknologi, seni, dan budaya. Salah satu budaya Jepang yang terkenal di jaman modern ini adalah budaya pop Jepang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa barang maupun uang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. menyerahkan sesuatu kepada orang lain sebagai bentuk ucapan terima

BAB I PENDAHULUAN. berupa barang maupun uang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. menyerahkan sesuatu kepada orang lain sebagai bentuk ucapan terima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang lazim pernah memberi sesuatu kepada orang lain, baik berupa barang maupun uang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 205), kata memberi memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan yang dinyatakan

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 Cewek mana yang nggak suka dikasih cokelat dan bunga? Apalagi kalau dikasihnya sama pacar pas hari valentine. Pasti ceweknya langsung klepek-klepek kayak ikan yang ditaroh padang pasir. Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki beragam budaya, diantaranya keberagaman dalam bentuk tarian, makanan, budaya, olahraga, dan banyak hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu. Dimana dalam lingkungan sosial budaya itu senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Tionghoa adalah salah satu kelompok masyarakat yang mendiami wilayah Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Ronggeng Kaleran Dalam Upacara Adat Nyuguh di Kampung Adat Kuta Ciamis dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup adalah sebuah karunia sang Ilahi dimana didalam hidup ini banyak hal-hal yang dapat menambah gairah untuk hidup, salah satunya adalah seni dan budaya. Indonesia

Lebih terperinci

PERTEMUAN III KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT

PERTEMUAN III KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT PERTEMUAN III KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT LAGU PEMBUKA SLAMAT PAGI BAPA S lamat pagi Bapa Tak lupa terima kasih Bapa sudah jaga saya tiap hari Matahari bersinar Burung-burung berkicau Bertambah-tambah

Lebih terperinci

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

SINOPSIS. Universitas Darma Persada SINOPSIS Watanabe Toru adalah seorang pria berusia 37 tahun yang sedang menaiki pesawat Boeing 737 menuju ke bandara Hamburg, Jerman. Sesampainya di bandara, dia mendengar suara lantunan instrumentalia

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN NAMA : AHMAD ARIFIN NIM : 140711603936 OFFERING : C Tugas untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pesta merupakan suatu acara sosial yang dimaksudkan sebagai perayaan, dengan perjamuan makan dan minum dengan suasana yang sangat meriah. Baik yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Seni tradisi merupakan warisan nenek moyang yang masih berkembang di masyarakat dan mengandung nilai-nilai budaya masyarakat sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Pengkajian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci