BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN BBM (BAHAN BAKAR MINYAK) BERSUBSIDI & NON SUBSIDI PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN BBM (BAHAN BAKAR MINYAK) BERSUBSIDI & NON SUBSIDI PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR I"

Transkripsi

1 BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN BBM (BAHAN BAKAR MINYAK) BERSUBSIDI & NON SUBSIDI PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR I A. SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Sistem adalah dua atau lebih komponen yang saling terkait dan berinteraksi untuk mencapai sebuah tujuan, terdiri dari subsistem yang mendukung sistem yang lebih besar. Contohnya, sekolah tinggi bisnis adalah sistem yang terdiri dari berbagai departemen, masing masing merupakan subsistem. Selanjut nya, sekolah tinggi sendiri adalah subsistem dari sebuah universitas. Akuntansi adalah proses identifikasi, pengumpulan, dan penyimpanan data serta proses pengembangan, pengukuran, dan komunikasi informasi. Berdasarkan defenisi tersebut, akuntansi adalah proses pengumpulan, pencatatan, penyimpanan dan pemprosesan data data transaksi yang dibuat untuk menghasilkan informasi bagi pembuat keputusan. Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan mengolah data untuk menghasilkan informasi bagi pengambilan keputusan.

2 2. Komponen Sistem Informasi Akuntansi Ada 6 komponen dari sistem informasi akuntansi yaitu sebagai berikut ini: Orang. Orang yang dimaksud adalah orang yang menggunakan sistem. Prosedur dan Instruksi. Prosedur dan instruksi ini digunakan untuk mengumpulkan, memproses dan menyimpan data. Data. Data yang dimaksud adalah data mengenai organisasi dan aktivitas bisnis nya. Perangkat Lunak. Perangkat yang digunakan adalah untuk mengolah data. Infrastruktur Teknologi Informasi. Hal ini meliputi komputer, perangkat periferal, dan perangkat jaringan komunikasi yang digunakan dalam sistem informasi akuntansi. Pengendalian Internal dan Pengukuran Keamanan. Hal ini digunakan untuk menyimpan dan melindungi data sistem informasi akuntansi. B. PENGERTIAN DAN JENIS PENJUALAN 1. Pengertian Penjualan. Dibawah ini akan dijelaskan secara jelas dan tegas dari pengertian penjualan menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut :

3 Menurut Moekijat dalam buku Kamus Istilah Ekonomi bahwa penjualan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari pembeli, mempengaruhi dan memberikan petunjuk agar pembeli dapat menyesuaikan kebutuhannya dengan produk yang ditawarkan serta mengadakan perjanjian mengenai harga yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Menurut Philip Kotler yang diterjemahkan oleh Ronny A. Rusli dan Hendra dalam buku Manajemen Pemasaran bahwa penjualan adalah proses sosial manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan ingingkan, menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Menurut Kusnadi dalam buku Akuntansi Keuangan bahwa penjualan adalah sejumlah uang yang dibebankan kepada pembeli atas barang dan jasa yang dijual. Dari beberapa pengertian penjualan yang telah diterangkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah kegiatan yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan kepada usaha pemuasan kebutuhan serta keinginan pembeli/ konsumen, guna untuk mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba atau keuntungan. 2. Jenis Penjualan. Dibawah ini akan dijelaskan secara jelas dan ringkas mengenai jenis-jenis dari penjualan yaitu sebagai berikut ini :

4 Trade Selling adalah suatu jenis penjualan yang dilakukan oleh wiraniaga kepada grosir-grosir, dengan tujuan untuk dijual kembali. Tehnical selling adalah berusaha meningkatkan penjualan dengan pemberian saran & nasehat kepada pembeli/konsumen akhir dari barang & jasanya. Dalam hal yang satu ini wirausaha tersebut memiliki tugas utama untuk mengidentifikasi dan juga menganalisis berbagai permasalahan yang dihadapi para pembeli lalu kemudian serta menunjukkan bagaimana produk/jasa yang ditawarkan dapat mengatasi masalah si pembeli/konsumen. Missionary Selling adalah wirausaha berusaha meningkatkan penjualan serta dengan mendorong pembeli yang tentunya untuk membeli produk atau jasa dari penyalur perusahaan, dalam hal ini perusahaan tersebut/yang bersangkutan mempunyai penyalur tersendiri dalam pendistribusian produknya/jasanya. New Business Selling adalah berusaha membuka transaksitransaksi baru dengan cara mengubah calon konsumen menjadi konsumen.

5 C. PENGERTIAN DAN JENIS BBM (BAHAN BAKAR MINYAK) 1. Pengertian BBM (Bahan Bakar Minyak). BBM (Bahan Bakar Minyak) adalah senyawa hidrokarbon yang dibentuk dari proses yang berlangsung dalam skala waktu geologis. Bahan bakar minyak sendiri merupakan hasil pengilangan dari minyak bumi (minyak mentah) yang telah melalui proses pemurnian dan pengubahan struktur serta komposisinya. Proses pemurnian dan pengubahan srtuktur serta komposisinya berlangsung di kilang minyak yang merupakan tempat pengolahah sekaligus distribusi awal BBM (Bahan Bakar Minyak). 2. Jenis BBM (Bahan Bakar Minyak). HSD/Solar Premium Pertamax Pertamax Dex Kerosene Pertalite 3. Penjualan BBM (Bahan Bakar Minyak) Berikut ini adalah penjelasan tentang jenis penjualan bahan bakar minyak yaitu sebagai berikut ini : Bahan Bakar Minyak Bersubsidi. BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi adalah bahan bakar minyak yang digunakan untuk kendaraan bermotor yang pembeliannya sebagian di tanggungoleh

6 pemerintah melalui APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap rakyat miskin dan sebagai bayaran yang harus dilakukan oleh pemerintah pada Pertamina dalam simulasi dimana pendapatan yang diperoleh Pertamina dari tugas menyediakan BBM (Bahan Bakar Minyak) di tanah air adalah lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. BBM bersubsidi ini ditujukan kepada masyarakat langsung dan juga instansi pelayanan publik seperti Rumah Sakit, kapal penumpang ASDP (Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan) serta kapal pengangkut bahan makanan sembako (sembilan bahan pokok) yang diperuntukkan kepada masyarakat luas. Bahan Bakar Minyak Non Subsidi. BBM (Bahan Bakar Minyak) non subsidi adalah bahan bakar minyak yang digunakan untuk kenderaan bermotor yang pembelian nya tidak ditanggung oleh pemerintah melalui APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara). BBM Non Subsidi ditujukan kepada para pelaku industri untuk menopang kegiatan operasional mereka seperti PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP), PT Perkebunan Nusantara, PT Wilmar dan lain-lain. Dalam hal penjualan kepada konsumen Industri ini, Pertamina tidak memberikan batasan alokasi BBM karena bersifat business to business. Konsumen melakukan pembelian sesuai dengan kebutuhan mereka dan tidak ada subsidi

7 pemerintah terhadap harga BBM yang mereka beli. Pembelian juga dapat langsung dilakukan ke Pertamina, tanpa melalui lembaga penyalur. Tidak seperti BBM bersubsidi dimana penyaluran BBM kepada masyarakat harus melalui lembaga penyalur yang sudah bermitra dengan PT Pertamina (Persero). D. PENYALURAN BBM (BAHAN BAKAR MINYAK) Seperti yang sudah dijelaskan diatas sebelum nya bahwa terdapat 2 jenis penyaluran bahan bakar minyak dapat dibagi menjadi 2 yaitu bahan bakar minyak bersubsidi dan non subsidi. Sehingga dapat dipastikan bahwa lembaga penyalur BBM (Bahan Bakar Minyak) antara bahan bakar bersubsidi dan non subsidi adalah berbeda. Untuk lebih jelasnya berikut adalah diagram penyaluran BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi dan non subsidi :

8 1. Penyaluran BBM (Bahan Bakar Minyak) Bersubsidi. Pemerintah melalui BPH Migas menetapkan alokasi BBM Bersubsidi PERTAMINA a. AMT Subsidi (Alokasi) b. APMS Subsidi (Alokasi) e. SPBU Subsidi (Alokasi) c. SPDN Subsidi (Alokasi) d. SPBN Subsidi (Alokasi) Masyarakat diwilayah terpencil/ konsumen darat Nelayan/ Konsumen di wilayah Perairan Masyarakat Luas Gambar 3.1. Penyaluran BBM (Bahan Bakar Minyak) Bersubsidi Sumber : PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR I

9 Penjelasan pennyaluran BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi yaitu sebagai berikut ini : a. AMT (Agen Minyak Tanah) Subsidi. Agen Minyak Tanah (AMT) subsidi adalah lembaga penyalur resmi yang sudah terikat perjanjian kerjasama dengan PT Pertamina (Persero) dalam menyalurkan BBM(Bahan Bakar Minyak) tanah bersubsidi kepada masyarakat yang berada di suatu wilayah tertentu. Untuk wilayah Retail Marketing Region I, hanya terdapat beberapa wilayah saja yang mendapatkan penyaluran BBM Minyak Tanah bersubsidi. Hal ini dikarenakan pada beberapa wilayah lainnya sudah melaksanakan program dry kerosene. Program ini secara garis besar adalah konversi penggunaan bahan bakar minyak tanah kepada gas bumi. Adapun wilayah yang masih mendapatkan penyaluran Minyak Tanah bersubsidi adalah Aceh (Simeulue), Kepulauan Nias dan Kepulauan Mentawai. Berikut adalah diagram pola penyaluarn minyak tanah :

10 Gambar 3.2 Pola Penyaluran Miinyak Tanah Sumber : PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR I b. APMS (Agen Premium dan Minyak Solar). Agen premium dan minyak solar adalah lembaga penyalur yang sudah memiliki perjanjian kerjasama dengan PT Pertamina (Persero) dalam hal menyalurkan BBM (Bahan Bakar Minyak) produk premium dan solar bersubsidi kepada masyarakat yang berada di wilayah tertentu. Berikut ini contoh gambar APMS (Agen Premium dan Minyak Solar) :

11 Gambar 3.3 APMS (Agen Premium dan Minyak Solar) Sumber : PT. PERTAMINA (Persero) MOR I c. SPDN (Solar Pockets Dealer Nelayan). SPDN ini terbagi menjadi 2 yaitu : SPDN (Solar Pockets Dealer Nelayan) Non Standar yaitu lembaga penyalur solar yang berada di daerah kepulauan yang tidak memiliki bangunan yang tetap bisa menggunakan canting dan drum dalam penyaluran nya kepada masyarakat nelayan yang membeli nya. SPDN (Solar Pocket Dealer Nelayan) Standart yaitu lembaga penyalur solar yang telah menggunakan format standart

12 pertamina dan memenuhi segala kriteria lembaga penyalur bahan bakar minyak. Berikut ini contoh gambar nya SPDN (Solar Pocket Dealer Nelayan) Gambar 3.4 SPDN (Solar Pockets Dealer Nelayan) Sumber : PT. PERTAMINA (Persero) MOR I d. SPBN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan) yaitu lembaga penyalur bahan bakar minyak bersubsidi dengan sarana dan fasilitas lebih komplit yaitu dengan memiliki lahan luas dan lahan

13 parkir, memiliki minimal 4 noozle dan 2 dispencer dalam tempat tersebut. e. SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) yaitu lembaga penyalur bahan bakar minya bersubsidi premium dan solar dengan sarana dan fasilitas yang komplit yaitu dengan memiliki lahan luas dan lahan parkir dan bisa memiliki lebih dari 4 noozle dan 2 dispencer. Jenis jenis SPBU di Indonesia saat ini ada 3 jenis bentuk spbu yaitu sebagai berikut ini : SPBU CODO (Company Oil Dealer Operation). SPBU ini adalah SPBU yang dimana saham atas kepemilikan usaha nya dibagi dua antara perusahaan PT. PERTAMINA (Persero) Region I yang mempunyai saham 50% dengan pihak pengusaha penyalur BBM (Bahan Bakar Minyak) yang mempunyai saham 50%. SPBU DODO (Dealer Oil Dealer Operation). SPBU ini adalah SPBU yang dimana saham atas kepemilikan usaha nya dimiliki secara penuh 100% oleh pihak pengusaha penyalur BBM (Bahan Bakar Minyak) dan seluruh kegiatan operasional dan non operasional nya dikendalikan sepenuh nya oleh pihak pengusaha. SPBU COCO (Company Oil Company Operation). SPBU ini adalah SPBU yang dimana saham kepemilikan usaha nya dimiliki secara penuh 100% dan seluruh kegiatan

14 operasional dan non operasional nya dikendalikan sepenuh nya oleh pihak perusahaan PT. PERTAMINA (Persero) Region I. Gambar 3.5 Pola Penyaluran BBM ke SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Sumber : PT. PERTAMINA (Persero) MOR I 2. Lembaga Penyalur BBM (Bahan Bakar Minyak) Non Subsidi. Jika dilihat lewat diagram akan tampak seperti berikut ini :

15 PERTAMINA MOR I Industrial Fuel Marketing Retail Fuel Marketing Aviation Direct Costumer Subsidiaries (PT. Patra Niaga) Agen industri and AgentMarine Winback Customer 1. Perkebunan 2. Mall 3. Polisi 4. TNI AD 5. Rumah Sakit 6. SKPD Konsumen yang menggunakan BBM non subsidi skala kecil 5-10 kl/bln SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) khusus yang menjual pertamax series dan pertalite Angkatan Udara Gambar 3.6 Penyaluran BBM (Bahan Bakar Minyak) Non Subsidi Sumber : PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR I

16 Penjelasan penyaluran BBM (Bahan Bakar Minyak) non subsidi yaitu sebagai berikut ini : 1. Melalui salah satu fungsi di PT. PERTAMINA (Persero) MOR I yaitu bagian industrial fuel marketing PT. PERTAMINA (Persero) MOR I menyalurkan BBM (Bahan Bakar Minyak) non subsidi kepada beberapa lembaga penyalur yang dimana lembaga penyalur ini akan siap menyalurkan BBM (Bahan Bakar Minyak) tersebut kepada konsumen akhir. Lembaga penyalur yang dimaksud kan disini akan dijelaskan sebagai berikut ini : a) Direct Costumer (Konsumen Langsung). Konsumen langsung yang dimaksud disini bukan lah konsumen akhir pengguna BBM (Bahan Bakar Minyak) non subsidi. Konsumen yang dimaksud disini sebenar nya adalah lembaga penyalur yang merupakan agen yang memasarkan bahan bakar minyak non subsidi kepada konsumen akhir. Target konsumen akhir yang dituju oleh agen direct costumer yaitu sebagai berikut ini : Perkebunan Mall Polisi Republik Indonesia TNI AD (Tentara Negara Indonesia Angkatan Darat) Rumah Sakit SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)

17 b) Agen Industri dan Agen Marine. Target konsumen akhir yang dituju oleh lembaga penyalur yang merupakan agen Industri dan agen Marine untuk memasarkan BBM (Bahan Bakar Minyak) non subsidi adalah sebagai berikut ini : Konsumen yang menggunakan BBM (Bahan Bakar Minyak) non subsidi dalam skala kecil yaitu kisaran antaran 5-10 KL/Bulan. TNI AL (Tentara Negara Indonesia Angkatan Laut) c) Subsidiaries (PT. Patra Niaga). PT. Patra Niaga merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. PERTAMINA. Dalam hal ini PT. Patra Niaga menjadi lembaga penyalur dalam penyaluran BBM (Bahan Bakar Minyak) non subsidi ke konsumen akhir. Konsumen akhir yang dituju atau menjadi target pasar dari PT. Patra Niaga selaku anak perusahaan adalah winback customer. Yang dimaksud kan dengan winback customer adalah konsumen akhir yang tidak lagi melakukan kerja sama dengan PT. PERTAMINA dalam mengambil BBM (Bahan Bakar Minyak) non subsidi dikarena kan adanya perbedaan diskon harga yang diberikan perusahaan lain penyedia bahan bakar minyak. Nah tugas PT. Patra Niaga disini untuk merebut kembali konsumen tersebut untuk kembali menggunakan BBM (Bahan Bakar Minyak) yang dijual oleh PT. PERTAMINA dengan berbagai cara salah satu nya memberikan

18 diskon harga lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain yang menjual produk yang sama. 2. RFM (Retail Fuel Marketing). Melalui salah satu fungsi di PT. PERTAMINA (Persero) MOR I yaitu bagian Retail fuel marketing PT. PERTAMINA (Persero) MOR I menyalurkan BBM (Bahan Bakar Minyak) non subsidi kepada beberapa lembaga penyalur yang dimana lembaga penyalur ini akan siap menyalurkan BBM (Bahan Bakar Minyak) tersebut kepada konsumen akhir. Lembaga penyalur yang dimaksud kan disini akan dijelaskan sebagai berikut ini : a) SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum). SPBU sebagai lembaga penyalur yang dimaksud adalah SPBU yang hanya menjual BBM (Bahan Bakar Minyak) khusus non subsidi seperti pertamax series dan pertalite. 3. Aviaton. Melalui salah satu fungsi di PT. PERTAMINA (Persero) MOR I yaitu bagian aviaton PT. PERTAMINA (Persero) MOR I menyalurkan BBM (Bahan Bakar Minyak) non subsidi kepada beberapa lembaga penyalur yang dimana lembaga penyalur ini akan siap menyalurkan BBM (Bahan Bakar Minyak) tersebut kepada konsumen akhir. Lembaga penyalur yang dimaksud kan disini akan dijelaskan sebagai berikut ini : a) TNI (Tentara Negera Indonesia) angkatan udara.

19 E. MEKANISME PENJUALAN BBM (BAHAN BAKAR MINYAK) Gambar 3.7. Proses Keseluruhan Alur Bisnis Pertamina Sumber : PT.PERTAMINA MOR I Alur proses diatas menjelaskan proses keseluruhan dari alur bisnis Pertamina, mulai dari pengeboran minyak, pengolahan sampai dengan penjualan ke pelanggan. Dari sumur pengeboran minyak, minyak mentah disimpan di dalam tangki penyimpanan di stasiun pengumpul PT PEP (Pertamina Exploration and Production). Di PT PEP, perlakuan minyak mentah ada yang langsung dijual ke pelanggan export atau dijual ke BP Migas. Dari BP Migas kemudian dilanjutkan dengan proses penjualan ke Refinery Pertamina untuk dilakukan pengolahan minyak mentah menjadi barang jadi. Minyak mentah yang sudah diolah,

20 kemudian dilakukan distribusi dari Refinery ke Depot atau Depot ke Depot dengan menggunakan proses STO dengan TD Shipmen dibawah pengawasan S&D. Gambar 3.8 Sistem Penjualan PT. PERTAMINA (Persero) MOR I Sumber : PT. PERTAMINA (Persero) MOR I Alur proses di atas menjelaskan keseluruhan alur proses yang terjadi di SAP, untuk proses Sales Distribution. Dimulai dari proses Pre Sales, yang terdiri dari proses Inquiry, Quotation, Contract dan Scheduling Agreement. Berdasarkan proses Pre Sales tersebut kemudian dilanjutkan dengan proses penerimaan order menggunakan Sales Order. Berdasarkan informasi Sales Order tersebut kemudian ditentukan apakah barang yang akan dijual tersebut akan diproduksi atau dilakukan pembelian barang ke pemasok barang. Proses mengenai ketersediaan barang tersebut akan ditindak lanjuti oleh bagian Material Management dan

21 Production Planning. Setelah barang tersebut tersedia, kemudian dilakukan proses Shipping yang terdiri dari proses Delivery,Transfer Order dan Shipment. Proses Delivery diakhiri dengan proses Good Issue, dimana ketersediaan barang di gudang akan berkurang sesuai dengan jumlah pengiriman. Proses Billing merupakan alur proses terakhir di Sales Distribution dimana dilakukan proses penagihan ke pelanggan berdasarkan jumlah barang yang dikirim. Informasi dari proses Billing tersebut nantinya akan dilanjutkan di bagian Finance untuk proses penerimaan uang. Gambar 3.9 Sistem Penjualan Pertamina Retail Business Sumber : PT. PERTAMINA (Persero) MOR I Pelanggan untuk bisnis unit ini antara lain : SPBU, Agen, Pertamina Outlet, perusahaan minyak lain dan lain lain Cara pembayaran menggunakan tiga cara yaitu :

22 Cash & Carry. Pelanggan melakukan pembayaran di bank, kemudian dalam jangka waktu maksimal 3 hari sudah dilakukan proses pengiriman barang. Pre Payment. Pelanggan melakukan pembayaran terlebih dahulu di bank kemudian berdasarkan pembayaran tersebut dilakukan pengiriman sesuai dengan tanggal permintaan pelanggan. Credit. Pembayaran dilakukan dengan cara credit, dimana proses penagihan ke pelanggan dilakukan setelah proses pengiriman barang selesai dilakukan. A. Penjualan Tunai Penjualan dengan Cash & Carry Gambar 3.10 Penjualan dengan Cash & Carry Sumber : PT. PERTAMINA (Persero) MOR I

23 1. Proses Cash & Carry : Penjualan dengan metodecash & Carry dimulai dengan pelanggan membayar terlebih dahulu di bank setelah itu memesan / meng-order barang ke Pertamina, yang terdiri dari : Pelanggan menyetor uang di bank yang terhubung ke Pertamina dengan sistem H2H. Pelanggan datang ke bank dan memberikan informasi barang yang akan dibeli. Kemudian pihak bank melakukan proses simulate Sales Order (SO) untuk memastikan apakah informasi yang dimasukkan sudah benar seperti nama customer, material, selling price. Setelah data di simulate SO sudah benar, kemudian pihak bank akan menyimpan data SO tersebut dimana otomatis akan terkena Delivery Order(DO) block. Kemudian petugas bank akan menerima uang berdasarkan SO tersebut. Setelah petugas bank menerima uang, kemudian petugas bank akan melakukan release DOblock untuk SO tersebut. Jadi DO block dipergunakan untuk memastikan bahwa sebelum dibuat DO di Depot, pihak bank sudah menerima pembayaran dari pelanggan. Kemudian, pelanggan akan mendapatkan printout SO untuk pembuatan DO di Depot Proses transfer H2H dari bank ke Pertamina tidak berfungsi sehingga pembuatan sales order dilakukan di Depot. Pelanggan membayar terlebih dahulu di bank, kemudian pelanggan akan mendapatkan struk/tanda bukti pembayaran dari bank. Berdasarkan struk tesebut, pelanggan akan ke Depot untuk pembuatan SO dan DO. Pada saat pembuatan SO, sistem tidak akan melakukan proses DO block karena uang sudah diterima oleh bank sesuai dengan struk / tanda bukti tersebut. Pada waktu pihak bank/ Depot membuat SO, sistem automatis akan melakukan

24 pengecekan apakah pelanggan masih mempunyai sisa pembayaran yang belum dibayar lebih dari 7 hari dari tanggal jatuh tempo. Jika ya, maka SO yang dibuat di bank akan terkena block credit limit. Jika SO tersebut terkena credit block, maka SO tersebut masih tetap dapat di simpan tetapi pihak Depot tidak dapat membuat delivery order. Pada malam hari, EBS akan diterima untuk mengupdate data pembayaran customer ke account down payment. Kemudian sistem secara otomatis akan melakukan clearing dari account down payment ke account receivable sehingga akan mengubah status open oldest item tidak melebihi dari 7 hari. Pada saat proses pembuatan delivery order, sistem kemudian melakukan pengecekan terhadap status SO tersebut. Jika status SO tidak terkena credit limit, maka pihak Depot dapat langsung membuat DO. Tetapi jika status SO tersebut terkena credit limit, maka pihak Depot tidak dapat membuat DO. Pelanggan harus kembali ke bank untuk melunasi kekurangan pembayaran yang sudah jatuh tempo lebih dari 7 hari. Setelah pelanggan membayar kekurangan di bank, maka pihak bank akan memberikan struk / tanda bukti pembayaran ke pelanggan. Pelanggan akan memberikan struk tersebut ke Depot. Berdasarkan struk tersebut, maka pihak finance credit analyst di Depot akan melakukan proses release credit limit untuk SO tersebut. Setelah SO di release, kemudian pihak Depot dapat membuat DO.

25 2. Proses Delivery Order : DO dapat dibuat dengan dua cara : a. Background job. Untuk depot dengan pelanggan yang banyak, DO akan dicreate buat secara background job untuk setiap periode waktu tertentu (mis setiap siang, sore, malam hari atau setiap beberapa jam) berdasarkan data SO / scheduling agreement yang sudah di release. Pencetakan printout list DO dapat dilakukan berdasarkan atas permintaan dari pelanggan, khusus untuk pelanggan dengan perlakuan customer pick up. b. Manual DO. Untuk depot dengan pelanggan yang sedikit, DO dapat dibuat secara manual baik pada saat pelanggan datang ke depot atau tidak. Untuk barang yang diambil oleh pelanggan, pelanggan akan ke depot untuk minta printoutlist DO. Pada saat pelanggan akan mengambil barang di depot, printoutlist DO tersebut diberikan ke supir sebagai surat pengantar ke depot untuk pengambilan barang. Untuk pelanggan SPBU, barang akan dikirim oleh Pertamina berdasarkan tanggal pengiriman di SO. 3. Proses TD Shipment : Delivery Order tersebut kemudian dilanjutkan dengan proses TD scheduling di Depot dimana memasukkan informasi supir dan kendaraan. Master kendaraan akan disimpan di SAP, jika tidak ada maka sementara akan menggunakan dummy kendaraan. Data kendaraan akan disimpan dalam TD shipment dimana proses pembuatan master data dilakukan oleh COE. Untuk nama

26 supir tidak dimasukkan ke dalam master data, tetapi akan dimasukkan di dalam text di TD shipment. Pencetakan filling slip dari TD scheduling dilakukan di pintu masuk depot.saat proses pemuatan barang (loading), TD loading confirmation dan TD delivery confirmation dilakukan di Depot dengan menggunakan satu proses. Proses serah terima barang dilakukan di Depot, dimana jika ada selisih antara barang yang dikirim dengan barang yang diterima bukan menjadi tanggung jawab Pertamina. Pencetakan Surat Jalan untuk pengiriman dengan franco, pencetakan dari TD load confirmation, sedangkan untuk loco pencetakan dari TD delivery confirmation. Pencetakan dilakukan di pintu keluar depot dan diberikan ke supir. 4. Proses Billing : Berdasarkan jumlah barang yang dikirim tersebut, maka akan dilanjutkan dengan pembuatan billing. Billing dapat dibuat dengan dua cara yaitu : a. Background job. Untuk depot dengan pelanggan yang banyak, billing akan dibuat secara background job untuk setiap periode waktu tertentu (mis setiap siang, sore, malam atau setiap beberapa jam). Pada saat proses background job tersebut, dilakukan juga proses otomatis pencetakan billing. Printout billing tersebut nantinya akan dikirim kepelanggan menggunakan kurir. b. Manual billing. Untuk depot dengan pelanggan yang sedikit, billing tetap dibuat secara manual supaya billing dapat segera dibuat (tidak harus menunggu background job). Proses pembuatannya dilakukan sebelum truk meninggalkan depot dan printout billing akan dititipkan ke supir truk untuk pelanggan

27 bersamaan dengan proses pengiriman barang. Billing yang sudah dibuat tersebut, nantinya akan dimonitor oleh pihak Share Processing Center (SPC) dalam proses automatic clearing. 5. Aplikasi System Aplikasi system yang dipergunakan untuk proses Cash & Carry yaitu : a. Host to Host. Aplikasi Host to Host dipergunakan di bank persepsi yang terhubung dengan sistem My SAP di Pertamina. Aplikasi ini dipergunakan untuk mengirim data transaksi My SAP yang dibuat di bank, seperti pembuatan sales order. b. Sistem OSDS. Aplikasi OSDS dilakukan di Depot untuk pembuatan sales order, delivery order, TD scheduling, TD load confirmation, TD delivery confirmation and billing.

28 Penjualan dengan Cash & Carry pada program Zero Loss Gambar 3.11 Penjualan dengan Cash & Carry pada program Zero Loss Sumber : PT.PERTAMINA (Persero) MOR I 1. Proses Cash & Carry dengan program Zero Loss : Proses penjualan Retail dengan Cash & Carry pada Zero Loss program berlaku pada pelanggan SPBU atau pengiriman yang dilakukan Pertamina (franco customer). Jika selisih antara quantity yang dikirim oleh Pertamina dan aktual quantity yang diterima oleh pelanggan terjadi kekurangan kirim melebihi toleransi 0.015% dalam suatu periode waktu tertentu. maka Pertamina akan membuat credit note untuk mengurangi piutang pelanggan dan debit note untuk mengurangi utang ke vendor pengangkutan. Berdasarkan catatan suatu periode tertentu, total jumlah

29 tersebut dihitung dan pada akhir periode akan dibuatkan credit note oleh SPC melalui program. Khusus untuk program zero loss ini pada master data customer harus dimaintain untuk field incoterm adalah CFR. Alur proses keseluruhan sama dengan Penjualan cash & carry. 2. Produk Bulk. Produk yang dijual dengan cara cash & carry dengan zero loss adalah Fuel 3. Aplikasi System Aplikasi system yang dipergunakan untuk proses Cash & Carry yaitu : a. Host to Host. Aplikasi host to host dipergunakan di bank persepsi yang terhubung dengan sistem host to host di Pertamina. Aplikasi ini dipergunakan untuk mengirim data transaksi SAP yang dibuat di bank, seperti pembuatan sales order. b. Sistem OSDS. Aplikasi OSDS dilakukan di Depot untuk pembuatan Sales Order, Delivery Order, TD Scheduling, TD Load Confirmation, TD Delivery Confirmation dan Billing.

30 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan diatas sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penjualan BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi dan non subsidi sangat tampak jelas perbedaannya yang sangat signifikan mulai dari penyaluran yang dilakukan untuk sampai pada konsumen akhir dan juga mekanisme penjualan BBM (Bahan Bakar Minyak) nya yang dilakukan oleh PT. PERTAMINA (Persero) MOR I kepada para konsumen yang dimana konsumen yang dimaksud adalah para lembaga penyalurnya. Selain itu perbedaan yang sudah dijelaskan perbedaan lain juga dapat dilihat dari jumlah bahan bakar minyak yang diberikan PT. PERTAMINA (Persero) MOR I kepada para lembaga penyalur dalam penebusannya. Untuk bahan bakar minyak yang subsidi tidak dibebaskan berapapun yang ingin diambil karena sudah dialokasi namun berbeda dengan yang non subsidi yang dapat dilakukan penebusan berapapun yang diingikan para lembaga penyalur. 2. Penjualan BBM (Bahan Bakar Minyak) baik yang bersubsidi dan juga non subsidi yang dilakukan oleh PT. PERTAMINA (Persero) MOR I pada bagian retail fuel marketing tidak dapat dilakukan secara kredit sehingga seluruh penjualan yang dilakukan oleh PT. PERTAMINA

31 (Persero) MOR I dilakukan secara tunai. Namun perlu diketahui walaupun demikian bukan berarti tidak ada penjualan secara kredit yang dilakukan PT. PERTAMINA (Persero) MOR I. Penjualan secara kredit tetap ada dilakukan tapi tidak dalam fungsi Retail Fuel Marketing melainkan di fungsi seperti Aviation. Dan penjualan secara kredit dilakukan tidak hanya dengan seenaknya saja melainkan harus memenuhi beberapa syarat tertentu seperti dalam pengambilan BBM (Bahan Bakar Minyak) dalam jumlah yang sangat besar. B. SARAN Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dari hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. PT. PERTAMINA (Persero) MOR I seharusnya lebih memikirkan cara atau solusi yang tepat agar BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi yang seharusnya dialokasikan untuk masyarakat luas yang khususnya masyarakat miskin merasakannya seluruh pasalnya pada dewasa ini BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi juga banyak dinikmati digunakan oleh masyrakat yang dapat dikatakan memiliki kekuatan finansial diatas rata-rata alias kaya raya bukannya seharusnya orang kaya seperti mereka menggunakan BBM (Bahan Bakar Minyak) yang non subsidi.

32 2. PT. PERTAMINA (Persero) MOR I hendaknya mengeluarkan peraturan yang mewajibkan para lembaga penyalur BBM (Bahan Bakar Minyak) khususnya untuk SPBU untuk meningkatkan fasilitas mereka baik dari kamar mandi yang bersih dan juga mushola yang layak untuk digunakan sebagai tempat ibadah masayrakat sekitar.

Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Pada PT XYZ. (Sales Accounting Information System On PT XYZ)

Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Pada PT XYZ. (Sales Accounting Information System On PT XYZ) Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Pada PT XYZ (Sales Accounting Information System On PT XYZ) Maya Surya Ningsih, Lihan Rini P.W. S.E., M.Si., Endang Asliana, S.E., M.Sc. Abstrak Laporan tugas akhir

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. SPBU di Indonesia memiliki 3 (tiga) macam SPBU yaitu diantaranya COCO

BAB V PENUTUP. SPBU di Indonesia memiliki 3 (tiga) macam SPBU yaitu diantaranya COCO BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan SPBU di Indonesia memiliki 3 (tiga) macam SPBU yaitu diantaranya COCO (Company Operation Company), DODO (Dealer Operation Dealer Owner), dan CODO (Company Owned Dealer Operated).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing di pasar global. Perluasan produksi yang sangat pesat telah terjadi,

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing di pasar global. Perluasan produksi yang sangat pesat telah terjadi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan jasa, perusahaan manufaktar maupun perusahaan dagang dalam menjalankan bisnisnya tidak terlepas dari strategi pemasaran yang digunakan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertamina merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Berdasarkan Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Juli 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

Lebih terperinci

MARKETING INFORMATION SYSTEM & SALES ORDER PROCESS

MARKETING INFORMATION SYSTEM & SALES ORDER PROCESS MARKETING INFORMATION SYSTEM & SALES ORDER PROCESS Materi #4 Pertanyaan Strategi Marketing 2 Produk apa yang harus dibuat? Berapa banyak yang harus dibuat dibuat untuk setiap produk? Bagaimana cara terbaik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK. kerja praktek di SPBU Rancah, penulis ditempatkan di Administrasi

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK. kerja praktek di SPBU Rancah, penulis ditempatkan di Administrasi BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa penulis melaksanakan kerja praktek di SPBU 34.46.312 Rancah,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DI KABUPATEN ALOR DENGAN

Lebih terperinci

APLIKASI SIKLUS PENDAPATAN: PENJUALAN DAN PENERIMAAN TUNAI KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

APLIKASI SIKLUS PENDAPATAN: PENJUALAN DAN PENERIMAAN TUNAI KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI APLIKASI SIKLUS PENDAPATAN: PENJUALAN DAN PENERIMAAN TUNAI KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Ikhtisar Bab ini menyajikan manajemen proses bisnis pesanan pelanggan dan manajemen pelanggan. Sasaran Belajar

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Hall (2001:5), sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponenkomponen yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu

Lebih terperinci

Lampiran Dokumen Delivery Order Sementara 1 transaksi. Lampiran Dokumen Sales Order 1 transaksi

Lampiran Dokumen Delivery Order Sementara 1 transaksi. Lampiran Dokumen Sales Order 1 transaksi Lampiran Dokumen Delivery Order Sementara 1 transaksi Lampiran Dokumen Sales Order 1 transaksi Lampiran Dokumen Permintaan Barang Urgent 1 transaksi Lampiran Dokumen Delivery Order Resmi 1 transaksi Lampiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah yang luas serta kaya keanekaragaman sumber daya alam yang salah satunya adalah minyak bumi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Kerja Praktek Dan Analisis

Bab IV Hasil Kerja Praktek Dan Analisis Bab IV Hasil Kerja Praktek Dan Analisis 1.1 Hasil Praktek Kerja Sistem Penjualan Kredit di PT Purinusa Ekapersada menggunakan SAP (System Application Product) dari Jerman. Tujuan dari perusahaan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan kas. Supaya tujuan tercapai dilakukan audit operasional pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan kas. Supaya tujuan tercapai dilakukan audit operasional pada PT BAB IV PEMBAHASAN Bab ini membahas peranan pengendalian intern atas penjualan, piutang, dan penerimaan kas. Supaya tujuan tercapai dilakukan audit operasional pada PT Geotechnical Systemindo yang dibatasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Perusahaan Kecamatan Cibinong yang termasuk dalam Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 42,49 km 2 mencakup 12 desa dan termasuk klasifikasi desa swasembada dan

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENDISTRIBUSIAN DAN PENJUALAN BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI DI KABUPATEN KOTAWARINGINN BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai. BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I 2.1 Sejarah Ringkas Di Indonesia sendiri, pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, sumber daya alam ini menjadi salah satu penunjang utama untuk menigkatkan kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

Flowchart Sistem Penjualan Kredit PT Geotechnical Systemindo. Purchase Order. Copy PO. Kalkulasi harga. Memeriksa status customer

Flowchart Sistem Penjualan Kredit PT Geotechnical Systemindo. Purchase Order. Copy PO. Kalkulasi harga. Memeriksa status customer L1 PENJUALAN KREDIT Mulai 2 1 Purchase Order Copy PO PO SC PO SC Kalkulasi harga PH SC Ke customer T 3 Memeriksa status customer Memberi otorisasi kredit SC SC PO 1 2 Flowchart Sistem Penjualan Kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rantai pasok Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan kumpulan proses bisnis kompleks, tersebar mulai dari penyedia minyak, pengolahan minyak, pengangkutan minyak, pengecer

Lebih terperinci

Chapter 4 Siklus Pendapatan. By Muhammad Luthfi, S.E.M.Si.

Chapter 4 Siklus Pendapatan. By Muhammad Luthfi, S.E.M.Si. Chapter 4 Siklus Pendapatan By Muhammad Luthfi, S.E.M.Si. Bahan yang akan dipelajari. Tinjauan Umum Kegiatan Arus Pendapatan Prosedur Manual Rangkaian Akitivitas Retur Penjualan Sistem Penerimaan Tunai/Kas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan menghadapi persaingan yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan menghadapi persaingan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan menghadapi persaingan yang ketat. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut perusahaan untuk selalu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT Pertamina (Persero) Pemasaran Region III Jakarta berkedudukan di Jalan Kramat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 21 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan Sejak didirikan pada 10 Desember 1957, Pertamina menyelenggarakan usaha minyak dan gas bumi di sektor hulu hingga hilir. Bisnis sektor hulu

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomis suatu perusahaan.

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PIUTANG BBM NON GOVERNMENT PADA PT PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGIONI MEDAN

SISTEM AKUNTANSI PIUTANG BBM NON GOVERNMENT PADA PT PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGIONI MEDAN SISTEM AKUNTANSI PIUTANG BBM NON GOVERNMENT PADA PT PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGIONI MEDAN TUGAS AKHIRld, spasi 1] Ditulis untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sistem dan teknologi di Indonesia sudah mengalami. kemajuan yang pesat. Di era informasi dan globalisasi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sistem dan teknologi di Indonesia sudah mengalami. kemajuan yang pesat. Di era informasi dan globalisasi menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan sistem dan teknologi di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang pesat. Di era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI JASA PENGANGKUTAN DAN PENGISIAN GAS ELPIJI PADA PT. GASINDO CITRA PERWIRA

SISTEM INFORMASI JASA PENGANGKUTAN DAN PENGISIAN GAS ELPIJI PADA PT. GASINDO CITRA PERWIRA SISTEM INFORMASI JASA PENGANGKUTAN DAN PENGISIAN GAS ELPIJI PADA PT. GASINDO CITRA PERWIRA Nama : Gaha Abipraya NPM : 22209090 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Sundari, SE, MM LATAR BELAKANG Pada jaman

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. Timbangan baik mekanik maupun elektronik.

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. Timbangan baik mekanik maupun elektronik. BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Organisasi 3.1.1 Perkembangan Organisasi Perusahaan PT. Indah Sakti terbentuk pada Januari tahun 2004 atas prakarsa dan tujuan serta gagasan, misi yang

Lebih terperinci

Sistem Penerimaan PT. Kimia Sukses Selalu dimulai dari datangnya Purchase Order (PO)

Sistem Penerimaan PT. Kimia Sukses Selalu dimulai dari datangnya Purchase Order (PO) Keterangan Flowchart : Sistem Penerimaan PT. Kimia Sukses Selalu dimulai dari datangnya Purchase Order (PO) dari pelanggan ke perusahaan yang diterima oleh Customer Sales Representative (CSR) perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT. Putra Mas Prima PT. Putra Mas Prima merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jual beli bijih plastik yang berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan bakar diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan bakar diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari seperti 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi peluang bisnis di Indonesia sangat bagus. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bermunculan perusahaan, baik itu bergerak di bidang jasa ataupun barang. Produk-produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu bentuk organisasi pada prinsipnya mempunyai tujuan untuk menjaga kelangsungan hidupnya sekaligus memperoleh laba yang maksimal. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. mekanikal, peralatan elektrikal, peralatan keselamatan kerja.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. mekanikal, peralatan elektrikal, peralatan keselamatan kerja. 35 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Perumusan Objek Penelitian 3.1.1 Latar Belakang Perusahaan PT. Delta Suplindo Internusa adalah sebuah perusahaan distributor yang bergerak di bidang perdagangan

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sitematis, logis

BAB III. Penelitian merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sitematis, logis BAB III METODE PENELITIAN III.1 Pemilihan Objek Penelitian Penelitian merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sitematis, logis dan objektif untuk menemukan solusi atas suatu masalah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia khususnya di Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia khususnya di Jakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia khususnya di Jakarta semakin besar dan berkembang pesat seiring perkembangan kepadatan penduduk dan juga arus globalisasi,

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA BARAT LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI MASA PERSIDANGAN V TAHUN 2015-2016 KE PROVINSI JAWA BARAT Dalam Rangka Pengawasan Kesiapan Penyediaan Bahan Bakar Minyak dan Gas serta Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Organisasi PT PANCAYASA PRIMATANGGUH berdiri pada awal tahun 1990 oleh Budi Arifandi, Yohanes Kaliman dan Soegiarto Simon. PT PANCAYASA

Lebih terperinci

Menu ini digunakan untuk user untuk login ke sistem QAD. User harus memasukkan username dan password.

Menu ini digunakan untuk user untuk login ke sistem QAD. User harus memasukkan username dan password. LAMPIRAN 1 Menu Log In Menu ini digunakan untuk user untuk login ke sistem QAD. User harus memasukkan username dan password. Menu Utama Menu ini berfungsi untuk menampilkan sistem-sistem yang ada pada

Lebih terperinci

NAMA : DWI HARYANTO NPM : FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI

NAMA : DWI HARYANTO NPM : FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN (STUDI KASUS PADA PT. INDAH KIAT PULP & PAPER CABANG TANGERANG) NAMA : DWI HARYANTO NPM : 22212284 KELAS : 3EB27 FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI LATAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, setiap pelaku bisnis pasti membutuhkan sebuah alat yang dapat mendukung kegiatan operasional bisnisnya dalam menjalankan usaha.

Lebih terperinci

Pembuatan Sistem Informasi Akuntansi Leveransir Material Galian C Berbasis Web Pada CV X

Pembuatan Sistem Informasi Akuntansi Leveransir Material Galian C Berbasis Web Pada CV X Pembuatan Sistem Informasi Akuntansi Leveransir Material Galian C Berbasis Web Pada CV X Adi Putera Nugraha Program Studi Teknik Informatika Adiputera2123@gmail.com Abstrak - CV. X adalah usaha yang begerak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV AALISA DA PEMBAHASA 4.1 Proses yang sedang berjalan 4.1.1 Gambaran umum proses yang sedang berjalan Untuk merancang sistem baru yang lebih baik, perlu dilakukan anlisa proses-proses yang sudah berjalan.

Lebih terperinci

Kuesioner Peranan Pemeriksaan Operasional (Auditor Internal) No Deskripsi Ya Tidak Keterangan

Kuesioner Peranan Pemeriksaan Operasional (Auditor Internal) No Deskripsi Ya Tidak Keterangan Kuesioner Peranan Pemeriksaan Operasional (Auditor Internal) No Deskripsi Ya Tidak Keterangan Planning Phase 1 Apakah perusahaan memiliki target penjualan yang relevan? 2 Apakah sasaran perusahaan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsipnya mempunyai tujuan untuk menjaga kelangsungan. tersebut tercapai, dengan salah satu faktornya adalah karena

BAB I PENDAHULUAN. prinsipnya mempunyai tujuan untuk menjaga kelangsungan. tersebut tercapai, dengan salah satu faktornya adalah karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan dalam keberadaannya sebagai organisasi pada prinsipnya mempunyai tujuan untuk menjaga kelangsungan hidupnya sekaligus memeperoleh laba yang optimal. Keberhasilan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori Definisi Sistem Akuntansi, Prosedur dan Penjualan

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori Definisi Sistem Akuntansi, Prosedur dan Penjualan BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Definisi Sistem Akuntansi, Prosedur dan Penjualan Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Internal Control Questioner. Penjualan. No Pernyataan Y = Ya

LAMPIRAN 1. Internal Control Questioner. Penjualan. No Pernyataan Y = Ya LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Internal Control Questioner Penjualan No Pernyataan Y = Ya Otorisasi atas transaksi dan kegiatan Setiap transaksi penjualan telah diotorisasi pejabat 1 yang berwenang. Dalam pemberian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) BERSUBSIDI DAN NON SUBSIDI PADA PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I.

TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) BERSUBSIDI DAN NON SUBSIDI PADA PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I. TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) BERSUBSIDI DAN NON SUBSIDI PADA PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I Oleh : ROY SIAGIAN 142102098 PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi telah berkembang pesat hingga menjadi kebutuhan utama bagi Perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV. Barezky Total CV. Barezky Total adalah termasuk dalam Usaha Mikro, Kecil,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa sesuai Pasal 29

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pada bagian simpulan ini penulis mengambil kesimpulan yang terkait dengan pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian pada Bab I. 1. Pertamina memiliki kekuatan jaringan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. 3.1 Sejarah Singkat PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung

BAB III ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. 3.1 Sejarah Singkat PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung BAB III ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung berdiri pada tahun 1990, merupakan perusahaan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang sampai saat ini masih terus dijalankan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang sampai saat ini masih terus dijalankan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di segala bidang sampai saat ini masih terus dijalankan dan ditingkatkan, salah satu bidang yang berperan penting dalam pembangunan ini adalah perekonomian.

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembara Negara

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembara Negara SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK JENIS PREMIUM DAN SOLAR BERSUBSIDI DI TINGKAT KIOS BBM BERSUBSIDI DI KABUPATEN BULUNGAN

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Abstrak Dalam kurun waktu tahun 2009-2014, rata-rata alokasi belanja non mandatory spending terhadap total belanja negara sebesar 43,7% dan dari alokasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan agar dapat. umumnya. Yang dimaksud dengan hukum ekonomi disini bahwa

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan agar dapat. umumnya. Yang dimaksud dengan hukum ekonomi disini bahwa 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan adalah suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber - sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. SURYAPRABHA JATISATYA merupakan suatu perusahaan swasta yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan dunia usaha bertumbuh sangat pesat, hal ini ditunjukan dengan banyaknya perusahaan baru yang bermunculan di kawasaan industri diberbagai kota

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1.1 Internal Control Questioner Penjualan

LAMPIRAN 1.1 Internal Control Questioner Penjualan LAMPIRAN 1.1 Internal Control Questioner Penjualan NO PERTANYAAN YA TIDAK JIKA TIDAK, MOHON BERI ALASAN 01 Apakah setiap penerimaan pesanan dicatat dengan baik dan benar? 02 Apakah pencatatan penjualan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa minyak dan gas bumi merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit dan Penerimaan Kas

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit dan Penerimaan Kas BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit dan Penerimaan Kas Sebagai perusahaan distributor umum yang sedang berkembang, PT Altama Surya Arsa melakukan upaya untuk peningkatan

Lebih terperinci

MODUL 4 Account Receivable

MODUL 4 Account Receivable MODUL 4 Account Receivable Daftar Isi 1. Sales Order (Pesanan Penjualan)... 3 1.1 Formulir Sales Order... 3 1.2 Contoh Kasus Sales Order... 7 1.2.1 Kasus 1 : SO dengan Mata Uang Local disertai dengan pembayaran

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG 2016-2017 02-04 Juni 2017 BAGIAN I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pemenuhan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Latar belakang perusahaan PT. Mitra Eka Persada, merupakan perusahaan dagang yang bergerak di bidang penjualan kertas. Awal mulanya PT. Mitra Eka Persada hanyalah

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab V Simpulan dan Saran 116 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan terhadap pengendalian intern siklus penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 51 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PD Anugrah Mandiri mulai berdiri pada tahun 2001. Sebelumnya perusahaan ini belum berbentuk perusahaan dagang, melainkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V A. Sejarah PT Pertamina ( Persero ) Sejarah PT Pertamina ( Persero ) dibagi menjadi beberapa sesi sebagai berikut: 1. Tahun 1957 Masa

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pick List. Lampiran 1 Tampilan Pick List

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pick List. Lampiran 1 Tampilan Pick List LAMPIRAN L1 Lampiran 1 Pick List Lampiran 1 Tampilan Pick List L2 Lampiran 2 Delivery Order Asli Lampiran 2 Tampilan Delevery Order Asli Lampiran 3 L3 Delivery Order Copy Lampiran 3 Tampilan Delevery Order

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan

BAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak cara dilakukan perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya di tengah kompetisi dengan perusahaan pesaing. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi saat ini, menuntut suatu perusahaan untuk semakin ketat bersaing

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi saat ini, menuntut suatu perusahaan untuk semakin ketat bersaing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan industri dan pembangunan di Indonesia pada era globalisasi saat ini, menuntut suatu perusahaan untuk semakin ketat bersaing antar perusahaan

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI SUMATERA UTARA

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI SUMATERA UTARA LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM RANGKA PENGAWASAN KETERSEDIAAN BAHAN BAKAR MINYAK, LPG DAN LISTRIK MENJELANG HARI RAYA IDUL FITRI 2016/1437 H 24 26 Juni 2016

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. - Internal Control Questionaire (ICQ) Pertanyaan dalam kuesioner dapat dijawab dengan :

LAMPIRAN. Lampiran 1. - Internal Control Questionaire (ICQ) Pertanyaan dalam kuesioner dapat dijawab dengan : L1 LAMPIRAN Lampiran 1. - Internal Control Questionaire (ICQ) Pertanyaan dalam kuesioner dapat dijawab dengan : 1. Ya, artinya sistem dan prosedur telah diterapkan serta dilaksanakan dengan baik sebagaimana

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTIK DI UNIT FUNGSI RETAIL FUEL MARKETING MARKETING OPERATION REGION V PT PERTAMINA (PERSERO) 19 Januari 20 Februari 2016

LAPORAN KERJA PRAKTIK DI UNIT FUNGSI RETAIL FUEL MARKETING MARKETING OPERATION REGION V PT PERTAMINA (PERSERO) 19 Januari 20 Februari 2016 LAPORAN KERJA PRAKTIK DI UNIT FUNGSI RETAIL FUEL MARKETING MARKETING OPERATION REGION V PT PERTAMINA (PERSERO) 19 Januari 20 Februari 2016 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK SERTA ANALISIS NEEDS AND WANTS KONSUMEN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Kegiatan yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan

BAB II KERANGKA TEORI. Kegiatan yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan Yaitu untuk menambah wawasan dan mengetahui penerapan teori-teori yang di peroleh selama masa perkuliahan dalam bentuk karya ilmiah. 3. Bagi Peneliti lanjutan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Berikut sistem pelayanan yang diolah ada beberapa tahap :

BAB IV PEMBAHASAN. Berikut sistem pelayanan yang diolah ada beberapa tahap : digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBAHASAN PT. Nasmoco Bengawan Motor Solo Baru merupakan salah satu perusahaan otomotif swasta cabang dari Nasmoco Group yang memberikan pelayanan penjualan, servis, dan part

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam suatu perusahaan, sistem akuntansi memegang peranan penting dalam mengatur arus pengelolaan data akuntansi untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Pertamina (Persero) merupakan badan usaha milik negara yang bergerak dibidang energi meliputi minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan. PT. Pertamina menjalankan

Lebih terperinci

PERKIRAAN PENGHUBUNG (ACCOUNT INTERFACE)

PERKIRAAN PENGHUBUNG (ACCOUNT INTERFACE) Materi 2 PERKIRAAN PENGHUBUNG (ACCOUNT INTERFACE) Account Interface adalah perkiraan yang menghubungkan modul luar (Receivable Ledger, Payable Ledger, Cash Management, Purchasing, Billing, Inventory Control)

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PENGGUNAAN, PEMBELIAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BAHAN BAKAR MINYAK KENDARAAN RODA DUA, RODA TIGA, DAN RODA EMPAT ATAU LEBIH BAGI PEJABAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2.1 Supply Chain Management

2.1 Supply Chain Management 2.1 Supply Chain Management Supply Chain Management adalah aplikasi yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan pemesanan produk-produk Pertamina serta sekaligus menjalankan pembayaran kepada Pertamina

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SPBN/SPDN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN BBM BAGI NELAYAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SPBN/SPDN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN BBM BAGI NELAYAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SPBN/SPDN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN BBM BAGI NELAYAN Jakarta, 30 Mei 2016 PT Pertamina (Persero) Jln. Medan Merdeka Timur No.1A Jakarta 10110 Telp (62-21) 381 5111 Fax (62-21) 384

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. BERNOFARM

BAB IV EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. BERNOFARM BAB IV EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. BERNOFARM IV. 1 Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Dan Penerimaan Kas Pada PT. Bernofarm. PT. Bernofarm merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Profil Perusahaan PT. Muncul Anugerah Sakti merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2004 yang merupakan anak

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PIUTANG USAHA ATAS PENJUALAN DENGAN METODE VENDOR HELD STOCK PADA PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I SUMBAGUT

SISTEM AKUNTANSI PIUTANG USAHA ATAS PENJUALAN DENGAN METODE VENDOR HELD STOCK PADA PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I SUMBAGUT SISTEM AKUNTANSI PIUTANG USAHA ATAS PENJUALAN DENGAN METODE VENDOR HELD STOCK PADA PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I SUMBAGUT TUGAS AKHIR Ditulis untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan prinsip dasar pemasaran yang berorientasi kepada pelanggannya,

BAB I PENDAHULUAN. dengan prinsip dasar pemasaran yang berorientasi kepada pelanggannya, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi persaingan usaha pada era globalisasi sekarang ini, baik pasar domestik maupun pasar internasional sangat ketat. Perusahaan ingin berkembang atau sekedar

Lebih terperinci

BAB AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG

BAB AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG BAB AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG 6.1 Karakteristik Perusahaan Dagang Perusahaan dagang (Merchandising Company) ialah perusahaan yang kegiatannya membeli dan menjual barang dagangan tanpa memprosesnya lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Perusahaan melakukan kegiatan pemasaran pada saat perusahaan ingin memuaskan kebutuhannya melalui sebuah proses transaksi. Pemasaran juga

Lebih terperinci