BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
|
|
- Hadian Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 21 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan Sejak didirikan pada 10 Desember 1957, Pertamina menyelenggarakan usaha minyak dan gas bumi di sektor hulu hingga hilir. Bisnis sektor hulu Pertamina yang dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dan luar negeri meliputi kegiatan di bidang-bidang eksplorasi, produksi, serta transmisi minyak dan gas. Untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan produksi tersebut, Pertamina juga menekuni bisnis jasa teknologi dan pengeboran, serta aktivitas lainnya yang terdiri atas pengembangan energi panas bumi dan Coal Bed Methane (CBM). Dalam pengusahaan migas baik di dalam dan luar negeri, Pertamina beroperasi baik secara independen maupun melalui beberapa pola kerja sama dengan mitra kerja yaitu Kerja Sama Operasi (KSO), Joint Operation Body (JOB), Technical Assistance Contract (TAC), Indonesia Participating/ Pertamina Participating Interest (IP/PPI), dan Badan Operasi Bersama (BOB). Aktivitas eksplorasi dan produksi panas bumi oleh Pertamina sepenuhnya dilakukan di dalam negeri dan ditujukan untuk mendukung program pemerintah menyediakan Mega Watt (MW) listrik tahap kedua. Di samping itu Pertamina mengembangkan CBM atau juga dikenal dengan gas metana batubara (GMB) dalam rangka mendukung program diversifikasi sumber energi serta peningkatan pasokan gas nasional pemerintah.
2 22 Sektor hilir Pertamina meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah, pemasaran dan niaga produk hasil minyak, gas dan petrokimia, dan bisnis perkapalan terkait untuk pendistribusian produk Perusahaan. Kegiatan pengolahan terdiri dari: RU II (Dumai), RU III (Plaju), RU IV (Cilacap), RU V (Balikpapan), RU VI (Balongan) dan RU VII (Sorong). Pertamina juga mengoperasikan Unit Kilang LNG Arun (Aceh) dan Unit Kilang LNG Bontang (Kalimantan Timur). Sedangkan produk yang dihasilkan meliputi bahan bakar minyak (BBM) seperti premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, minyak bakar dan Non BBM seperti pelumas, aspal, Liquefied Petroleum Gas (LPG), Musicool, serta Liquefied Natural Gas (LNG), Paraxylene, Propylene, Polytam, PTA dan produk lainnya. Terminal BBM Pulau Baai, PT Pertamina (Persero) berlokasi di jalan Ir. Rustandi Sugianto No. 11, Pulau Baai, Bengkulu. Luas tanah M 2 dan luas perairan untuk dermaga Berikut adalah tata letak fasilitas yang dimiliki Terminal BBM Pulau Baai : Gudang Serba Guna Gudang Pelumas Gate Keeper Kantor Filling Sheed Bak P.A.K R. Pompa Parkir Mobil 1 2 Ruang Bengkel Drum Yard 7 8 Tangki Timbun Gambar 4.1Tata letak fasilitas Terminal BBM Pulau Baai
3 23 Fasilitas Dermaga Dermaga Beton Ukuran : 15 M x 15 M Kapasitas Sandar : DWT Gambar 4.2 Dermaga Terminal BBM Pulau Baai 4.2 Struktur Organisasi Perusahaan Gambar 4.3 Struktur Organisasi Perusahaan
4 24 Gambar 4.4 Struktur Organisasi Perusahaan 4.3 Penanganan Bahan Terminal BBM Pulau Baai dalam proses pendistribusian produk BBM ke SPBU, SPDN dan AMT menggunakan berbagai jenis armada truk tangki, yaitu : Truk Tangki Premium : 11 Unit Kapasitas : 176 KL Truk Tangki Solar : 4 Unit Kapasitas : 64 KL Truk Tangki Kerosene : 20 Unit Kapasitas : 100 KL
5 25 Tangki Timbun Tangki Avtur (Jet A1) : 1 Buah Kapasitas : 500 KL Tangki Premium : 4 Buah Kapasitas : KL Tangki Solar : 3 Buah Kapasitas : KL Tangki Kerosene : 2 Buah Kapasitas : KL Gambar 4.5 Tangki Timbun Terminal BBM Pulau Baai... Berikut ini adalah perincian ketahanan persediaan yang dimiliki oleh Terminal BBM Pulau Baai : Tangki Avtur (Jet A1) = 41 Hari Tangki Premium = 20 Hari Tangki Solar = 18 Hari Tangki Kerosene = 23 Hari
6 26 Pipa Penanganan bahan dengan menggunakan pipa menggunakan tekanan sebesar 2 Kilogram untuk menerima BBM dari pompa tangker ke tangki timbun di Terminal BBM Pulau Baai. Gambar 4.6 Pipa BBM Terminal BBM Pulau Baai 4.4 Kondisi Lingkungan Kerja Perancangan kondisi lingkungan kerja salah satu hal penting, disebabkan lingkungan kerja yang kondusif dapat meningkatkan produktivitas serta dapat menciptakan suasana yang nyaman,sehingga dapat mencegah terjadinya kelelahan dalam bekerja. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan kerja adalah sebagai berikut: 1. Temperatur (suhu) Suhu dapat mempengaruhi tingkatan kinerja seseorang terhadap suatu pekerjaaan. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan pekerja mudah kelelahan, tingginya tingkat dehidrasi dan mengurangi konsentrasi pekerja sehingga meningkatnya tingkat kesalahan. Upaya pencegahan terhadap suhu yang panas dengan menggunakan kipas angin dan blower, agar suhu ruang menjadi lebih kondusif untuk bekerja.
7 27 Pertamina, khususnya Terminal BBM Pulau Baai telah melakukan pengujian suhu lingkungan kerja, yaitu31,4 0 C 34,6 0 C. 2. Kebisingan Bising merupakan suara - suara yang tidak diharapkan yang dapat berpengaruh terhadap kinerja, hilangnya konsentrasi, terjadinya kesalahan, terganggunya komunikasi dan merusak sistem pendengaran. Pengujian kebisingan di Terminal BBM Pulau Baai pada area filling sheed dan tempat parkir, dapat diketahui tingkat kebisingan area tersebut : Ls 37,98 39,49 dba. Lm 33,36 33,51 dba. Lsm 38,17 39, Peraturan Waktu Kerja Waktu kerja adalah jam kerja dimana para pekerja melakukan aktivitas pekerjaan, sesuai dengan job description masing-masing pekerja. Waktu kerja kantor pada Terminal BBM Pulau Baai PT. Pertamina (Persero) adalah : Pagi : Istirahat : Siang : Waktu kerja operasional dilakukan di Terminal BBM Pulau Baai berdasarkan shift, dengan 8 jam waktu kerja, yaitu : Pagi : Sore : Malam : Perencanaan Permintaan BBM Bersubsidi SPBU baru yang terdapat di provinsi Bengkulu dengan jumlah tiga buah SPBU baru dan meningkatnya permintaan produk Solar yang disebabkan peningkatan angkutan truk batubara yang melintas, mengakibatkan jumlah konsumsi BBM yang semakin meningkat. Semakin bertambahnya jumlah permintaan produk BBM setiap tahunnya, belum sesuai dengan jumlah BBM
8 28 yang dapat disediakan, khususnya BBM bersubsidi. Data tersebut dapat diketahui dengan perkiraan permintaan BBM produk Premium dan Solar pada setiap periode bulanan. Peningkatan permintaan BBM dapat diketahui dari data mengenai realisasi pengiriman jumlah BBM, khususnya produk Premium dan Solar, sehingga dari data tersebut bisa diperkirakan adanya peningkatan jumlah konsumsi BBM produk Premium dan Solar pada setiap periode bulanan. Premium Solar Tabel 4.1. Realisasi Premium dan Solar 2011 REALISASI TAHUN 2011 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES Jumlah Permintaan Premium pada provinsi Bengkulu yang semakin meningkat dapat diketahui dengan metode perkiraan Trend Analysis pada tabel berikut : TABEL 4.2. Perkiraan permintaan Premium Periode Perkiraan Permintaan (KL) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Permintaan Solar pada provinsi Bengkulu yang semakin meningkat dapat diketahui dengan metode perkiraan Trend Analysis pada tabel berikut :
9 29 TABEL 4.3 Perkiraan permintaan Solar Periode Perkiraan Permintaan (KL) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Data mengenai perkiraan jumlah permintaan Premium tersebut dilakukan penyesuaian dengan jumlah kuota subsidi Premium dan Solar yang diberikan oleh pemerintah. Hal tersebut dilakukan agar perencanaan jumlah penjualan Premium dan Solar di wilayah provinsi Bengkulu sesuai dengan jumlah kuota subsidi Premium dan Solar yang diberikan oleh pemerintah. Perencanaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Kuota dan rencana pengiriman Premium dan Solar 2012 RENCANA KIRIM TAHUN 2012 (KL) JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES Premium Solar Permintaan jumlah kebutuhan BBM yang meningkat, menyebabkan adanya masyarakat yang tidak terpenuhi kebutuhan untuk bahan bakar kendaraan bermotornya, khususnya Premium. Pertamina pada wilayah unit pemasaran Sumatera Bagian Selatan melakukan strategi penjualan produk Pertamax, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan bakar kendaraan bermotor. 4.7 Proses Pemesanan dan Pengiriman Produk BBM Pertamina bagian pemasaran BBM retail merencanakan jumlah pengiriman Premium, Solar dan Kerosene yang dilakukan setiap hari, serta selalu
10 30 menyesuaikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan pengusaha SPBU dan agen minyak tanah. Pembayaran pembelian produk BBM yang dilakukan oleh pengusaha SPBU dan agen minyak tanah disetorkan ke bank persepsi yang ditunjuk Pertamina, yaitu bank BRI, bank Mandiri, bank BNI, bank BCA dan bank Bukopin. Pengusaha harus melakukan penyetoran tersebut ke bank persepsi minimal satu hari (H-1) sebelum pengusaha SPBU dan agen minyak tanah melakukan pesanan kepada pihak Pertamina. Pengusaha SPBU dan agen minyak tanah yang telah mengirimkan pembayaran ke bank persepsi, selanjutnya mendapatkan Sales Order (SO) / bukti pembayaran yang telah disetorkan pengusaha SPBU dan agen minyak tanah kepada pihak Pertamina. Pertamina di instansi / Terminal BBM setiap hari Senin sampai Jumat mendapatkan Sales Order (SO) yang telah dikirimkan pengusaha SPBU dan agen minyak tanah. Kemudian, Pertamina di instansi / Terminal BBM tersebut menyesuaikan jumlah Sales Order (SO) yang telah diterima dengan jumlah persediaan yang ada di Terminal BBM Pertamina. Instansi / Terminal BBM Pertamina yang telah menyesuaikan antara jumlah Sales Order (SO) dengan persediaan yang ada di Terminal BBM Pertamina, selanjutnya membuat Loading Order (LO) untuk pengiriman pada hari berikutnya kepada pihak transportir. Terminal BBM Pertamina memastikan bahwa pihak Transportir yang berangkat membawa produk Premium, Solar dan Kerosene ke lokasi SPBU, sudah dalam keadaaan bebas air pada tangki yang berisi produk BBM tersebut. Transportir tersebut diperiksa jumlah BBM yang diterimanya, dan diberikan surat jalan (DO) serta dokumen BBM bebas air. Kemudian, pihak Pertamina memberitahukan kepada pengusaha SPBU dan agen minyak tanah mengenai Transportir yang telah berangkat menuju SPBU dan agen minyak tanah tersebut melalui SMS ke telepon genggam pengusaha SPBU dan agen minyak tanah. Hal ini dapat diketahui dari Gambar 4.7.
11 31 Gambar 4.7 Pola pemesanan dan pengiriman produk BBM 4.8 Manajemen Rantai Pasok Premium, Solar dan Kerosene Aspek yang berperan penting dalam operasional suatu perusahaan adalah manajemen rantai pasok, dengan mengetahui proses manajemen rantai pasok pada perusahaan, memberikan pemahaman mengenai proses bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Gambar 4.8 Aliran Material BBM
12 32 Gambar aliran material BBM bersubsidi memberikan informasi mengenai sumber minyak mentah yang diperoleh oleh Pertamina unit pengolahan untuk melakukan kegiatan pengolahan. Sumber minyak mentah untuk diolah berasal dari Pertamina eksplorasi atau impor luar negeri dengan menggunakan tangker dan tongkang. Minyak mentah diolah menjadi berbagai produk, seperti Premium, Solar dan Kerosene. Pertamina unit pengolahan mengirimkan berbagai produk tersebut ke konsumen internal (Pertamina unit pemasaran), khususnya produk Premium, Solar dan Kerosene. Pertamina unit pemasaran yang menerima produk Premium, Solar dan Kerosene, kemudian mengirimkan produk tersebut ke Terminal Transit untuk disimpan pada periode tertentu (biasanya perminggu). Terminal Transit adalah suatu lokasi untuk mengumpulkan BBM dari hasil produksi Pertamina unit pengolahan dan impor dari luar negeri dalam bentuk produk jadi Premium, Solar dan kerosene. Terminal Transit memiliki tugas untuk menyimpan produk BBM, dan mengirimkan produk BBM ke terminal BBM pada setiap wilayah pasokan Terminal Transit, sesuai dengan jumlah permintaan produk BBM dan kapasitas penyimpanan pada setiap Terminal BBM dengan menggunakan tangker dan tongkang. Terminal BBM sebagai penerima produk BBM memiliki tugas untuk menyalurkan produk BBM ke seluruh SPBU dan agen minyak tanah yang berada di wilayah penyaluran Terminal BBM. Contohnya, Terminal BBM Pulau Baai menyalurkan produk BBM ke : SPBU, SPDN dan Agen Minyak Tanah di kota Bengkulu, SPBU, SPDN dan Agen Minyak Tanah di wilayah Bengkulu Utara, SPBU, SPDN dan Agen Minyak Tanah di wilayah Bengkulu Selatan. Produk BBM yang sudah dikirimkan ke SPBU, kemudian dijual ke masyarakat dengan harga eceran tertinggi untuk BBM yang bersubsidi. Karakteristik produk tesebut adalah produk fungsional.
13 Keputusan Pasokan Aliran Material BBM Produk BBM yang ada pada setiap Terminal Transit dan Terminal BBM diperoleh dari pasokan unit pengolahan Pertamina serta impor luar negeri. Pasokan yang dikirimkan dari unit pengolahan Pertamina dan impor luar negeri ke Terminal Transit dan Terminal BBM, sampai dengan produk BBM sampai ke SPBU masih belum optimal dalam pelaksanaan di lapangan, seperti waktu pengiriman yang terlambat, jumlah BBM yang diterima belum sesuai dengan kebutuhan setiap harinya. Kendala ini terjadi disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya : Faktor alam (pendangkalan pantai, badai besar, tanah longsor, gempa bumi dan banjir). Faktor sosial masyarakat (pencurian BBM, penimbunan BBM secara illegal dan kekhawatiran masyarakat mengenai kelangkaan BBM). Faktor internal (produksi BBM unit pengolahan Pertamina yang tidak sesuai permintaan unit pemasaran Pertamina, kurang tersedianya kendaraan pengangkut BBM dan belum lengkapnya fasilitas penerimaan serta penyaluran BBM pada Terminal BBM). Faktor eksternal (infrastruktur jalan yang rusak dan pemberitaan media massa yang mengakibatkan kepanikan masyarakat mengenai ketersediaan BBM). Berbagai faktor yang menyebabkan terkendalanya pendistribusian produk BBM, membuat Pertamina menerapkan pola suplai reguler, alternatif dan emergency dalam pendistribusian produk BBM. Strategi supply chain yang diterapkan Pertamina, khususnya di unit pemasaran Sumbagsel PT. Pertamina (Persero) menggunakan beberapa titik pengiriman produk BBM dan pola suplai, yaitu :
14 34 No. 1. Terminal BBM Pulau Baai Tabel 4.5 Titik SuplaiPertamina Sumbagsel Sumber Pasokan BBM Reguler Alternatif Emergency - TT. Teluk - Kilang Plaju Kabung Panjang - TT. Tj. Gerem Lubuk Linggau Lubuklinggau Lahat Lahat Baturaja Baturaja 2. Kertapati - Kilang Plaju - Injeksi Kilang - Injeksi Kilang Palju dari Plaju dari Kilang Kilang Balongan Cilacap dan Kilang Dumai 3. Panjang - Kilang Plaju - Kilang Plaju - Batam Grup (Premium, Solar - Kilang Dumai dan Minyak - Kilang Bakar) Balongan - TTU.Balongan - Kilang Cilacap -Impor Singapura 4. Pangkalan - Kilang Plaju - TT. Tj. Gerem - Kilang Dumai Balam (Premium dan - Batam Grup - Kilang Balongan Kerosene) - Kilang Plaju - Batam Grup - TT. Tj. Gerem 5. Jobber Tj. - Kilang Plaju - Batam Grup - TT. Tj. Gerem Pandan - Kilang Plaju - Batam Grup
15 35 6. Jambi - Kilang Plaju - TT. Teluk - Kilang Dumai - Batam Grup Kabung - TT. Teluk Kabung Kertapati - Batam Grup Kertapati - Kilang Plaju Lubuk Linggau 7. Lubuklinggau - Terminal BBM Kertapati Pulau Baai Panjang Jambi Baturaja - Terminal Kertapati Lahat 8. Lahat - Terminal BBM Kertapati Pulau Baai Baturaja Lubuk Linggau 9. Baturaja - Terminal BBM Kertapati Panjang Pulau Baai Lahat Tabel tersebut memberikan informasi mengenai titik suplai yang dilakukan PT. Pertamina (Persero) regionii Sumbagsel, mulai dari pola suplai reguler, alternatif dan emergency. Pola suplai reguler
16 36 Gambar 4.9 Pola Suplai Reguler Pertamina Sumbagsel Gambar tersebut memberikan informasi mengenai pola suplai reguler yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) region II Sumbagsel. Pola suplai reguler dilakukan PT. Pertamina (Persero) region II Sumbagsel, pada saat kondisi permintaan BBM stabil dan persediaan BBM yang terdapat di Refinery Unit, Terminal Transit dan Terminal BBM tersedia dalam jangka waktu 5 hari untuk memenuhi kebutuhan BBM yang dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya di wilayah Sumbagsel. Pola suplai alternatif Gambar 4.10 Pola suplai alternatif Pertamina Sumbagsel
17 37 Gambar 4.10 memberikan informasi mengenai pola suplai alternatif yang dilakukan olehpt. Pertamina (Persero) regionii Sumbagsel. Pola suplai alternatif dilakukan pada saat kondisi permintaan BBM mengalami peningkatan permintaan, disebabkan konsumsi masyarakat terhadap BBM meningkat. Konsumsi BBM tersebut meningkat ketika hari raya keagamaan dan tahun baru. Pola suplai alternatif diberlakukan untuk memenuhi persediaan BBM dari setiap Terminal BBM yang kekurangan persediaan BBM. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi persediaan BBM yang kritis sampai dengan langka. Pola suplai emergency Gambar 4.11 Pola suplai emergency Pertamina Sumbagsel Dari gambar 4.11 dapat diketahui pola suplai emergency yang dilakukan oleh PT. Pertamina region II Sumbagsel. Pola suplai emergency dilakukan ketika persediaan BBM di setiap Terminal BBM mengalami persediaan yang kritis, sehingga diperlukan keputusan untuk melakukan suplai dari berbagai titik suplai yang dipastikan bisa memenuhi permintaan pada wilayah Sumbagsel. Pertamina dalam menetukan pola suplai yang dilakukan berdasarkan koordinasi bersama antara bagian suplai dan distribusi, bagian pemasaran BBM
18 38 retail dan bagian marine Pertamina, dengan koordinasi tersebut dapat diketahui tingkat kebutuhan untuk pola suplai di setiap wilayah. Strategi supply chain yang dilakukan Pertamina pada kondisi pola suplai reguler adalah strategi efisiensi. Dalam kondisi pola suplai alternatif dan emergency, strategi supply chain yang dilakukan Pertamina adalah strategi responsif. Strategi responsif ini dilakukan untuk mengatasi kondisi kelangkaan BBM yang terjadi pada Terminal BBM Pertamina sampai dengan SPBU Aliran Informasi Pengiriman Kuota BBM Bersubsidi Pengiriman produk Premium, Solar dan Kerosene bersubsidi pada setiap periode (pertahun) pada provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka, Jambi dan Lampung dilakukan oleh unit pemasaran Sumbagsel PT. Pertamina (Persero), khususnya oleh bagian pemasaran dan retail, dengan melihat jumlah kuota subsidi Premium, Solar dan Kerosene yang telah diberikan oleh DPR ke pihak Pertamina. Gambar 4.12 Aliran informasi BBM bersubsidi
19 39 Kouta tersebut diperinci dari pertahun pada wilayah Sumbagsel (Sumsel, Bengkulu, Bangka, Jambi dan Lampung) menjadi rencana pengiriman perbulan sampai dengan pembagian kuota tersebut di setiap wilayah oleh Pertamina bagian Sales Area Manager. Pembagian kuota ditentukan perbulan pada setiap wilayah, Sales Representative bertugas untuk melakukan perencanaan jumlah pengiriman produk Premium, Solar dan Kerosene bersubsidi perhari, pada setiap SPBU di wilayah Sales Representative tersebut bertanggung jawab Aliran Uang dalam Supply Chain Pertamina Pertamina mengelola aliran uang dalam hal pendapatan serta pembiayaan rutin, dilakukan menggunakan sistem informasi mysap dan kerjasama dengan bank persepsi (BRI, BNI, Mandiri, BCA dan Bukopin) untuk membantu dalam proses pengelolaan aliran uang Pertamina. Hal tersebut dapat diketahui pada gambar 12. Gambar 4.13Aliran uang Pertamina Sumbagsel
20 40 Gambar 4.13 memberikan informasi mengenai aliran awal uang yang disetorkan dari pelanggan (SPBU dan AMT) ke Pertamina melalui rekening polling kantor unit dari bank persepsi (BRI, BNI, BCA, Mandiri dan Bukopin). Uang setoran yang masuk ke rekening polling Pertamina kantor unit, secara otomatis ditransferkan ke rekening Pertamina pusat pada jam sampai dengan pada hari tersebut. Pertamina pusat mengelola aliran uang yang diperoleh dari rekening polling yang ditransferkan kantor unit, untuk membiayai anggaran belanja investasi, anggaran belanja operasional dan belanja produk yang dilakukan oleh Pertamina, baik di pusat sampai dengan Pertamina di unit. Rincian anggaran biaya tersebut adalah : a) Anggaran belanja investasi : pembangunan pabrik, pembangunan gudang dan pembangunan sarana fasilitas. b) Anggaran belanja operasional : upah, penghargaan, tagihan operasional dan kesejahteraan. c) Belanja produk : impor minyak. Anggaran belanja investasi dilakukan dengan pertimbangan jangka panjang. Yaitu belanja investasi dapat dipergunakan perusahaan dalam jangka waktu 5 tahun. Anggaran untuk belanja operasional dan belanja produk merupakan biaya yang rutin dilakukan dalam jangka waktu bulanan. 4.9 Total Productive Maintenance Perawatan yang dilakukan Terminal BBM Pulau Baai menggunakan jadwal preventivemaintenace, yaitu perawatan pencegahan sebelum terjadinya kerusakan pada mesin dan fasilitas pada Terminal BBM Pulau Baai. Total productivemaintenanceterkait dengan Prinsip 5S di Pertamina mengikuti istilah KAIZEN yaitu Seiri(sisih), Seiton(susun), Seiso(sapu), Seiketsu(standar), Shitsuke (sikap). Penerapan 5S tersebut yang dilakukan Pertamina adalah :
21 41 Sisih Memisahkan dan menyisihkan barang-barang yang tidak diperlukan. Kegiatan ini dilakukan saat memilah dokumen dan barang dengan melakukan pengecekan terlebih dahulu. Susun Menyusun barang-barang dengan rapi pada tempatnya agar mudah dijangkau dan ditemukan, saat diperlukan. Sapu Membersihkan setiap peralatan dan tempat kerja dari kotoran. Hal tersebut dilakukan agar tempat kerja bersih dan meningkatkan produktivitas. Standar Menjaga agar semua barang / peralatan / tempat kerja tetap dalam kondisi bersih dan tersusun rapi. Serta mencegah kesalahan agar tidak terulang, tolak ukur keberhasilan dan terus menerus melaukan penyempurnaan. Sikap Pembentukan kebiasaan agar tercipta tempat kerja yang baik dan menaati peraturan. Dengan tujuan supaya terciptanya partisipasi penuh seluruh pekerja dalam mengembangkan kebiasaan yang baik dan tempat kerja yang nyaman, serta senantiasa mematuhi peraturan yang berlaku dengan adanya komunikasi dan umpan balik sebagai rutinitas sehari-hari.
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Indragiri hulu Berdasarkan Undang-undang nomor 10 tahun 1948 dibentuk Kabupaten Indragiri hulu yang termasuk didalam provinsi Sumatra Tengah dan Diralisi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Profil Perusahaan Sebagai sebuah perusahaan milik negara yang bergerak di bidang usaha minyak dan gas bumi beserta kegiatan usaha terkait lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT Pertamina (Persero)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan PT Pertamina (Persero) PT Pertamina (Persero) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak,
Lebih terperinciLAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG 2016-2017 02-04 Juni 2017 BAGIAN I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pemenuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, sumber daya alam ini menjadi salah satu penunjang utama untuk menigkatkan kegiatan pembangunan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN Nomor 11 Tahun 2014 WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN ATAU KEGIATAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013
KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar
Lebih terperinciLAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA BARAT
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI MASA PERSIDANGAN V TAHUN 2015-2016 KE PROVINSI JAWA BARAT Dalam Rangka Pengawasan Kesiapan Penyediaan Bahan Bakar Minyak dan Gas serta Ketenagalistrikan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa minyak dan gas bumi merupakan
Lebih terperinciBAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN
BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN 2.1 Proses Bisnis Utama Dalam proses bisnis utamanya, Pertamina merupakan keseluruhan rantai kegiatan utama perusahaan yang terdiri dari beberapa proses bisnis yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rantai pasok Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan kumpulan proses bisnis kompleks, tersebar mulai dari penyedia minyak, pengolahan minyak, pengangkutan minyak, pengecer
Lebih terperinciDATA DAN INFORMASI MIGAS
DATA DAN INFORMASI MIGAS A. BAHAN BAKAR MINYAK/BBM Foto kesiapan penyediaan BBM/foto pengeboran minyak lepas pantai Foto kapal tangker pertamina Foto depot pertamina dan truk tangki Jumlah lembaga penyalur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini semakin menarik untuk dicermati, karena terjadi fluktuasi harga BBM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan pada industri bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia dewasa ini semakin menarik untuk dicermati, karena terjadi fluktuasi harga BBM bersubsidi sejak
Lebih terperinciANALISIS MASALAH BBM
1 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) ANALISIS MASALAH BBM Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Jakarta,
Lebih terperinciBAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.
BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I 2.1 Sejarah Ringkas Di Indonesia sendiri, pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian,
Lebih terperinciDIREKTORAT PEMBINAAN USAHA HILIR MIGAS
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PENGANGKUTAN MINYAK DAN GAS BUMI DIREKTORAT PEMBINAAN USAHA HILIR MIGAS BALIKPAPAN, 9 MARET
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis pada intinya adalah organisasi yang berusaha untuk membuat produk atau menyediakan jasa dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan (Lawrence, Weber, dan Post,
Lebih terperinciBAB II PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I MEDAN
BAB II PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I MEDAN A. Sejarah Ringkas Di Indonesia sendiri, pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian, sumur produksi
Lebih terperinciBAB II PROFIL PERUSAHAAN
5 BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan Di Indonesia sendiri, pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian, sumur produksi pertama adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki total konsumsi bahan bakar minyak yang cukup tinggi. Konsumsi bahan bakar tersebut digunakan untuk menjalankan kendaraan seperti kendaraan bermotor
Lebih terperinciMENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA
MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 021 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYEDIAAW DAN PENDlSTRlBUSlAN LIQUEFIED PETROLEUM
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser
No.188, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK
Lebih terperinciBAB III METODE PENULISAN. organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi.
BAB III METODE PENULISAN 3.1 Sumber Data Berdasarkan cara memperolehnya, data dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Pertamina (Persero) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. PT. Pertamina
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan salah satu perusahaan dibawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang transportasi
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK, BAHAN BAKAR GAS DAN LIQUEFIED PETROLEUM GAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.399, 2014 BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PT PERTAMINA PERSERO MARKETING OPERATIONREGION II PALEMBANG
BAB II DESKRIPSI PT PERTAMINA PERSERO MARKETING OPERATIONREGION II PALEMBANG Bab ini akan mendeskripsikan mengenai proses manajemen isu yang dilaksanakan PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Persaingan di dalam dunia bisnis untuk saat ini sudah tidak bisa dihindarkan lagi. Namun, disamping adanya persaingan bisnis tersebut, juga terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gas alam merupakan salah satu sumber daya energi dunia yang sangat penting untuk saat ini. Sebagian besar gas alam yang dijual di pasaran berupa sales gas (gas pipa)
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/KMK.06/2002 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAYARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/KMK.06/2002 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAYARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) Menimbang : MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak cara dilakukan perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya di tengah kompetisi dengan perusahaan pesaing. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengurangan
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENDISTRIBUSIAN DAN PENJUALAN BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI DI KABUPATEN KOTAWARINGINN BARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang LPG merupakan bahan bakar berupa gas yang dicairkan (Liquified Petroleum Gasses) dan merupakan produk minyak bumi yang ramah lingkungan dan banyak digunakan oleh rumah
Lebih terperinciREKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015
REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas Jakarta, 13 Mei 2015 Outline Rekomendasi 1. Rekomendasi Umum 2. Pengelolaan Penerimaan Negara Dari Sektor Minyak dan Gas Bumi 3. Format Tata Kelola
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT WORKSHOP. 2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO)
BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT WORKSHOP 2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) PERTAMINA adalah Badan Usaha Milik Negara minyak dan perusahaan gas (National Oil Company), yang didirikan pada tanggal 10
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS
Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester I Tahun 2015 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan suatu jenis bahan bakar yang dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah menjadi kebutuhan pokok dalam
Lebih terperinciPENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM
PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM sumber gambar: republika.co.id I. PENDAHULUAN Energi mempunyai peran penting dan strategis untuk pencapaian tujuan sosial, ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan jumlah pembangkit listrik di Indonesia merupakan akibat langsung dari kebutuhan listrik yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, karena listrik merupakan energi
Lebih terperinciLAPORAN HARIAN PELAKSANAAN POSKO NASIONAL SEKTOR ESDM
LAPORAN HARIAN PELAKSANAAN POSKO NASIONAL SEKTOR ESDM IDUL FITRI 1438 H / TAHUN 2017 RESUME PELAKSANAAN POSKO ESDM 1. Status BBM dan LPG a. Permasalahan Penyediaan BBM dan LPG: Secara Nasional, tidak terdapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah gencar - gencarnya program pemerintah mengenai konversi energi, maka sumber energi alternatif sudah menjadi pilihan yang tidak terelakkan, tak terkecuali
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1),
Lebih terperinciPENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo
PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL Agus Nurhudoyo Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi agusn@p3tkebt.esdm.go.id
Lebih terperinciRancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net
Rancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus Widdya P. Sierliawati, Subiono Widdya P. Sierliawati 1 *, Subiono 2 Institut
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.
No.555, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN PERBAIKAN JADWAL PERAWATAN POMPA PRODUK DI PT PERTAMINA TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK SEMARANG GROUP
ANALISIS PENERAPAN PERBAIKAN JADWAL PERAWATAN POMPA PRODUK DI PT PERTAMINA TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK SEMARANG GROUP Dinar Ratna Widhia, Rani Rumita Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinci2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.169, 2018 KEMEN-ESDM. Pengusahaan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUSAHAAN GAS
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI JASA PENGANGKUTAN DAN PENGISIAN GAS ELPIJI PADA PT. GASINDO CITRA PERWIRA
SISTEM INFORMASI JASA PENGANGKUTAN DAN PENGISIAN GAS ELPIJI PADA PT. GASINDO CITRA PERWIRA Nama : Gaha Abipraya NPM : 22209090 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Sundari, SE, MM LATAR BELAKANG Pada jaman
Lebih terperinciBIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM
INEFISIENSI BBM Kenaikan harga minyak yang mencapai lebih dari US$100 per barel telah memberikan dampak besaran alokasi dalam APBN TA 2012. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mendorong pemerintah
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem
BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini, audit operasional atas fungsi produksi pada PT Dunia Daging Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan
Lebih terperinciKEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR
SEMINAR KONVERSI BBG UNTUK KENDARAAN BERMOTOR LEMBAGA PENGEMBANGAN INOVASI DAN KEWIRAUSAHAAN ITB Bandung, 23 Februari 2012 KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR Dr. Retno Gumilang
Lebih terperinciBUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DI KABUPATEN ALOR DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK
PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertamina merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya
Lebih terperinciPertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013
Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS Semester I Tahun 2013 DAFTAR ISI Pertumbuhan Simpanan pada BPR/BPRS Grafik 1 10 Dsitribusi Simpanan pada BPR/BPRS Tabel 9 11 Pertumbuhan Simpanan Berdasarkan Kategori Grafik
Lebih terperinciBAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. Langkat, Sumatera Utara ketika Aeilko Janszoon Zijlker berhasil
BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I 1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Ringkas Perusahaan Pada awalnya produksi minyak di Indonesia dimulai dari daerah Langkat, Sumatera Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Berdasarkan Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Juli 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1),
Lebih terperinciBAB I fpendahuluan Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. Adapun Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) :
BAB I fpendahuluan 1.1. Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha Sejak didirikan pada 10 Desember 1957, Pertamina menyelenggarakan usaha minyak dan gas bumi di sektor hulu hingga hilir.
Lebih terperinciBADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 07/P/BPH MIGAS/IX/2005 TENTANG
BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 07/P/BPH MIGAS/IX/2005 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Lebih terperinciBAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak
BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V A. Sejarah PT Pertamina ( Persero ) Sejarah PT Pertamina ( Persero ) dibagi menjadi beberapa sesi sebagai berikut: 1. Tahun 1957 Masa
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V
Pangkat/Gol. : Perguruan Tinggi : Universitas Ahmad Dahlan Jabatan Fungsional : Bulan : Januari 2014 No. HARI TANGGAL DATANG PULANG. DATANG PULANG 1 Rabu 01-Jan-14 Libur Libur Libur 2 Kamis 02-Jan-14 1.
Lebih terperinciPengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi
Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi A. Pendahuluan Volume konsumsi BBM bersubsidi dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2008 realisasi konsumsi BBM bersubsidi 1 menjadi
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 14/02/21/Th.X, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK (BATAM DAN TANJUNGPINANG) JANUARI 2015 DEFLASI 0,32 PERSEN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/01/Th. XIX, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2015 INFLASI 0,96 PERSEN Pada 2015 terjadi inflasi sebesar 0,96 persen dengan Indeks Harga Konsumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero) 1.1.2 Lokasi Perusahaan Jl. Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta 10110
Lebih terperinciLAPORAN HARIAN PELAKSANAAN POSKO NASIONAL SEKTOR ESDM
LAPORAN HARIAN PELAKSANAAN POSKO NASIONAL SEKTOR ESDM IDUL FITRI 1438 H / TAHUN 2017 RESUME PELAKSANAAN POSKO ESDM 1. Status BBM dan LPG a. Permasalahan Penyediaan BBM dan LPG: Secara Nasional, tidak terdapat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No.40/07/Th.XIV, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$18,33 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$18,33 miliar atau
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciPertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS
Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester II Tahun 2013 GROUP PENJAMINAN DIREKTORAT PENJAMINAN DAN MANAJEMEN RISIKO 0 DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik 1 3 Pertumbuhan Simpanan pada
Lebih terperinciPROFIL PERUSAHAAN. 2) Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
PROFIL PERUSAHAAN PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pada tahun
Lebih terperinciINDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI
Maret 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Maret 2008, pertumbuhan tahunan dan bulanan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga Sementara itu, kontraksi tertinggi secara tahunan terjadi pada penjualan
Lebih terperinciOPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA
OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA Prof. Indra Bastian, MBA, Ph.D, CA, CMA, Mediator PSE-UGM Yogyakarta,25 Agustus 2014 PRODUK GAS 1. Gas alam kondensat 2. Sulfur 3. Etana 4. Gas alam cair (NGL): propana,
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciLAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh
Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode
Lebih terperinciOleh Kamis, 19 Oktober :36 - Update Terakhir Kamis, 02 November :21
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro hari Rabu (18/10) memaparkan kesiapan sektor ESDM terutama bidang listrik, migas dan geologi menghadapi Hari Raya Idul Fitri 1427 Hijriyah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan oleh penduduk Indonesia, sektor transportasi khususnya kendaraan bermotor
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS
KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi DASAR HUKUM UU No. 22/2001 PP 36 / 2004 Permen 0007/2005 PELAKSANAAN UU NO. 22 / 2001 Pemisahan yang jelas antara
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGATURAN BBM BERSUBSIDI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEBIJAKAN PENGATURAN BBM BERSUBSIDI Oleh: Dr.-Ing. Evita H. Legowo Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi disampaikan pada:
Lebih terperinci2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom
No. 316, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Alokasi, Pemanfaatan dan Harga. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06
Lebih terperinciREFINERY LOCATION OPERATION AREAS HISTORY PROCESS FLOW DIAGRAM PROCESS UNIT & SUPPORTING FACILITIES PRODUCTS MAN POWER DEVELOPMENT
MUSI REFINERY OVERVIEW REFINERY LOCATION OPERATION AREAS HISTORY AGENDA ORGANISATION STRUCTURE PROCESS FLOW DIAGRAM PROCESS UNIT & SUPPORTING FACILITIES PRODUCTS MAN POWER DEVELOPMENT REFINERY LOCATION
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan oleh penduduk Indonesia, sector transportasi khususnya kendaraan bermotor adalah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
pres-lambang01.gif (3256 bytes) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1354, 2015 BPH Migas. Badan Usaha. Penyediaan. Pendistribusian. Bahan Bakar Minyak Tertentu. Bahan Bakar Minyak Khusus. Penugasan. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGATUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10Desember 1957 dengan nama PT.
Lebih terperinciPertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS
Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester I Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik
Lebih terperinciCopyright BPH Migas 2014, All Rights Reserved
2 A. KUOTA JENIS BBM TERTENTU TAHUN 2014 Kuota Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu (JBT) sesuai dengan APBN Tahun 2014 sebesar 48,00 Juta KL, dan Kuota Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu (JBT) sesuai dengan
Lebih terperinciPenetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.
- 583 - BB. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air
Lebih terperinci2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULLUAN. I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULLUAN I.1 Latar Belakang BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman, berkembang pula gaya hidup konsumen saat ini yang semakin dinamis, pemenuhan akan kebutuhan masyarakat pun semakin berkembang ke arah yang
Lebih terperinciANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL
ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL Biro Riset BUMN Center LM FEUI Meningkatnya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini membuat pemerintah berupaya menekan subsidi melalui penggunaan energi alternatif,
Lebih terperinci