5 KEADAAN UMUM WILAYAH
|
|
- Hendri Tedjo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 85 5 KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Fisik dan Perairan. Secara geografis, wilayah penelitian yang merupakan wilayah kewenangan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) terletak antara : L.S. dan B.T. Bagian sebelah utara kawasan ini berbatasan dengan Laut Banda, bagian sebelah selatan kawasan ini berbatasan dengan Laut Timor dan Lautan Hindia, bagian sebelah barat kawasan ini berbatasan dengan Laut Flores, sedangkan bagian sebelah timur kawasan ini berbatasan dengan Laut Arafura. Tata letak dari wilayah ini diperlihatkan melalui Gambar 13. Sumber : Peta Tata Ruang Propinsi Maluku (2004), Peta Batas Wilayah Administrasi Kabupaten (2004), Peta Gugus Pulau Propinsi Maluku (2004), Gambar 13. Karakteristik Geografis Wilayah Kepulauan Maluku
2 Jumlah Pulau Mengacu pada batasan wilayah diatas, maka berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kantor BPS MTB, Tahun 2006, Luas wilayah Kabupaten MTB secara keseluruhan mencapai Km 2. Dari luas tersebut Km 2 atau 88.37% diantaranya merupakan wilayah laut. Sedangkan Km 2 atau 11.63% sisanya merupakan wilayah daratan yang terfragmentasi dalam bentuk pulau-pulau kecil dengan luasannya dibawah Km 2. Lebih lanjut dijelaskan dalam data yang dikeluarkan oleh Kantor BPS MTB Tahun 2006, jumlah pulau di kawasan penelitian mencapai 133 pulau dan dari jumlah tersebut hanya 88 pulau yang dihuni, sedangkan 54 pulau sisanya tidak didiami. Selain itu disebutkan juga bahwa secara hirarki wilayah administratif di Kabupaten MTB dan MBD terbagi atas 17 Kecamatan, 187 Desa, dan 46 Anak Desa. Secara lebih rinci banyaknya pulau dan distribusi luas daratan menurut Kecamatan dijelaskan melalui Tabel 32 berikut ini Tabel 32.. Luas Daratan dan Jumlah Pulau berdasarkan Kecamatan No Kecamatan Luas (km 2 ) Darat Laut Wilayah Didiami Banyaknya Pulau Tdk didiami Total 1 Pp. Terselatan 4,686 35,614 40, Wetar Damer Leti 1,506 11,446 12, Moa Lakor Pp. Babar 2,456 18,666 21, Mdona Heira Babar Timur Tanimbar Selatan 3,629 27,580 31, Wertamrian Wermaktian Selaru Tanimbar utara 2,307 17,533 19, Yaru Wuarlabobar Nirunnas Kormomolin - - Mal Tenggara Barat 14, , , Sumber : BPS Kab.MTB (2006), diolah (2011) Akan tetapi didalam kenyataannya, hasil analisis terhadap data keruangan yang ada, mengindikasikan akan adanya perbedaan nilai baik
3 87 dalam jumlah maupun luas dari masing-masing pulau di kawasan penelitian. Dengan mengacu pada batasan luasan pulau kecil sebagaimana dimaksud diatas yaitu dibawah Km 2, maka secara morfologis hanya ada 2 buah pulau di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kabupaten Maluku Barat Daya ini yang luasannya mencapai Km 2 yaitu Pulau Wetar dan Km 2 yaitu Pulau Yamdena. Sedangkan pulau-pulau lainnya memiliki luasan lebih kecil bahkan sangat kecil. Lebih lanjut dikemukakan bahwa hasil analisis ruang terhadap data keruangan seperti peta Regional Physical Planning Project for Transmigration (RePPProT) Tahun 1988 yang berskala 1 : , peta Google Tahun 2010, serta beberapa peta Topografi lainnya dari berbagai skala, menunjukkan bahwa setelah dihitung kembali jumlah total keseluruhan pulau yang teridentifikasi di wilayah penelitian mencapai 148 buah pulau sebagaimana dijelaskan melalui Tabel 33. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa, berdasarkan luas dari masingmasing pulau yang teridentifikasi tersebut, diketahui 1% diantaranya memiliki luas antara km 2, 6% diantaranya memiliki luas antara km 2, 33% diantaranya memiliki luas antara km 2, dan 59% sisanya, memiliki luas pulau dibawah 1 km 2. Dengan demikian, jika dibandingkan data BPS Tahun 2006 yang menyebutkan jumlah pulau yang mencapai 133 buah, maka selisih jumlah pulau yang tidak teridentifikasi oleh hasil analisis peta RePPProT, Tahun 1988 tersebut, dapat dipastikan memiliki luas dibawah 1 km 2. Sedangkan berdasarkan data banyaknya pulau yang didiami sebanyak 88 buah pulau, maka dengan mengurutkan ranking luasan pulau, tanpa memasukkan unsur pembatas lainnya seperti jarak, adat istiadat, atau aturan pemanfaatan lahan lainnya, dapat di indikasikan bahwa ukuran terkecil dari pulau-pulau yang di diami manusia mencapai ukuran 2 km 2. Ini berarti secara geografis wilayah Kabupaten MTB dan MBD didominasi oleh pulau-pulau kecil, bahkan sangat kecil, sehingga salah satu permasalahan utama yang muncul di wilayah ini cenderung dipicu oleh keberadaan sumberdaya lahan daratannya yang sangat terbatas.
4 88 Tabel 33. Luas Pulau dan Jumlah Pulau Hasil Analisis NO_URT AREA PERIMETER NM_PUL m2 m 1 3,076,700, , Yamdena 2 2,486,707, , Wetar 3 579,500, , Babar 4 338,689, , Moa 5 329,305, , Selaru 6 209,260, , Larat 7 187,599, , Damar 8 165,398, , Romang 9 144,813, , Wuliaru ,263, , Sermata ,712, , Lakor 12 93,667, , Siera 13 91,635, , Leti 14 82,801, , Kisar 15 77,310, , Selu 16 73,948, , Molu 17 43,745, , Masela 18 40,152, , Wetan 19 33,880, , Fordata 20 32,364, , Wotap 21 30,888, , Nila 22 26,620, , Liran 23 23,153, , Maru 24 17,296, , Teon 25 14,528, , Dai 26 14,434, , Mitak 27 13,919, , Dawera 28 12,808, , Daweloor 29 11,796, , Maopora 30 10,308, , Namwaan 31 8,297, , Serua 32 8,151, , Leibobar 33 7,842, , Kelapa 34 7,743, , Anggarmasa 35 7,657, , Tandula 36 6,458, , Keswu 37 6,137, , Luang 38 4,638, , Sabal 39 4,586, , Matkus 40 4,319, , Itain 41 3,995, , Wayangan 42 3,837, , Reong 43 3,550, , Nn Siera ,418, , Terbang Selatan 45 3,407, , Nn Yamdena ,398, , Terbang Utara 47 3,316, , Asutumbu 48 3,135, , Ngolin 49 2,729, , Nyata 50 2,592, , Ngafahi 51 2,051, , Nn Selaru ,764, , Nitu 53 1,692, , Nn Serua ,609, , Telang 55 1,448, , Nn Luang ,431, , Natrool 57 1,312, , Mitan 58 1,230, , Ungar 59 1,177, , Kambing 60 1,033, , Mes , , Nujanat , , Wermatan , , Vulmali , , Nn Telang , , Nn Kelapa , , Wolas , , Weru , , Nn Siera , , Natraal , , Nn Luang , , Nn Yamdena , , Kote , , Kabawa , , Nn Molu , , Farnusan , , Nn Wermatan , , Nn Larat , , Nn Siera , , Nn Yamdena , , Nn Siera , , Karata , , Nn Luang , , Nn Damar , , Nn Wuliaru , , Nuhaka , , Nn Yamdena , , Nn Damar , , Nn Yamdena , , Nn Luang , , Nn Yamdena , , Nn Wermatan , , Nn Damar , , Nn Luang , , Nn Ngafahi , , Nn Luang , , Nn Luang , , Nn Telang , , Nn Luang , , Nn Kelapa , , Nn Wetar , , Nn Yamdena , , Nn Matkus , , Nn Mitak , , Nn Yamdena , , Nn Yamdena , , Nn Yamdena , , Nn Wermatan , , Nn Wuliaru , , Nn Luang , , Nn Maopora , , Nn Yamdena , , Nn Yamdena , , Nn Namwaan , , Nn Yamdena , , Nn Yamdena , , Nn Anggarmasa , , Frinun , , Nn Wotap , , Nn Telang , , Nn Wotap , , Nn Mitak , , Nn Wuliaru , , Nn Asutumbu , , Nn Maopora , , Nn Wuliaru , , Nn Yamdena , , Nn Maopora , , Nn Liran , , Nn Mitak , Nn Maopora , , Nn Leibobar , Nn Liran , , Nn Mitak , Nn Liran , Nn Namwaan , Nn Wermatan , Nn Mitak , Nn Yamdena , , Nn Asutumbu , Nn Yamdena , Nn Asutumbu , Nn Yamdena , Nn Yamdena , Nn Yamdena , Nn Asutumbu , Nn Asutumbu , Nn Asutumbu Nn Asutumbu 07 8,614,838, ,642, Sumber : Hasil Analisis SIG (2011).
5 89 Selain jumlah dan luas pulau di kawasan penelitian, maka hasil analisis ruang sebagaimana diperlihatkan dalam Tabel 33, juga menunjukan panjang garis pantai dari masing-masing pulau yang teridentifikasi. Dengan demikian berdasarkan hasil analisis ini, luas total daratan yang teridentifikasi di kawasan penelitian diketahui mencapai km 2, sedangkan panjang total garis pantai yang teridentifikasi di kawasan penelitian ini mencapai km Topografi Berdasarkan karakteristik topografi, wilayah penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu Pulau Yamdena yang merupakan pulau terbesar di kawasan ini. Pulau ini termasuk dalam Gugusan Kepulauan Tanimbar yang juga merupakan bagian dari Busur Banda luar tak bergunung api yang ada dipermukaan laut, dan bentuknya berupa deretan pulau yang terbentang dari arah timur laut sampai barat daya. Bagian sebelah utara dari Pulau Yamdena umumnya berupa dataran dengan ketinggian kurang dari 50 meter dpl, sedang dibagian selatan pulau ini umumnya berupa daerah perbukitan dengan ketinggian mencapai 200 meter dpl. Dibagian tenggara dari selatan pulau ini terdapat perbukitan yang bergelombang dengan ketinggian 260 meter dpl dengan pola alirannya hampir sama dengan pantainya. Pulau Babar berbentuk bulat, bergunung-gunung dan berbukit-bukit dengan puncak tertinggi 825 m dpl, selain itu terdapat lereng-lereng yang curam pada bagian timur laut. Pulau Wetar berbukit-bukit dan bergununggunung dengan ketinggian berkisar antara m dpl, diujung timur dan barat terdapat puncak-puncak dengan ketinggian diatas 1000 m dpl, sedangkan dataran rendah terdapat pada pesisir barat dan selatan. Pulau Romang bergunung-gunung dengan ketinggian berkisar antara m dpl. Pulau Damar berbentuk kerucut dan bergunung-gunung dengan puncak tertinggi 870 m dpl, selain itu daerah pantainya relatif terjal. Pulau Leti berbentuk deretan bukit yang bagian sebelah timurnya lebih tinggi
6 90 dari bagian baratnya, sedangkan dataran rendah terdapat pada bagian pesisir atau pantai. Pulau Moa berbukit-bukit karang rendah, pada deretan bagian barat terdapat puncak Kagoeta dan Limar sedangkan pada bagian timur terdapat puncak Kuli dan Watumermora. Hasil analisis ruang terhadap sistem lahan yang ada di kawasan penelitian menunjukkan bahwa 63% dari total luas wilayah daratan di kawasan ini memiliki ketinggian berkisar antara m.dpl, sedangkan 23% dan 13% sisanya memiliki ketinggian yang berkisar antara m.dpl dan diatas 500 m.dpl. Berdasarkan karakter bentuk wilayahnya sebagaimana dijelaskan diatas, maka secara keseluruhan, hasil analisis ruang memperlihatkan bahwa 14.27% dari total luas wilayah daratan di kawasan ini merupakan dataran, 69.38% merupakan perbukitan dan 16.34% merupakan pegunungan. Selanjutnya dengan mengklasifikasikan tingkat kemiringan lahan dalam 4 kategori kelas kemiringan lahan (Gambar 14), yaitu (0 15%) untuk lahan datar sampe bergelombang, (15-30%) untuk lahan agak curam, (30-45%) untuk lahan curam, dan ( > 45%) untuk lahan sangat curam, maka secara keseluruhan hasil analisis ruang menunjukkan bahwa 53% dari total luas wilayah daratan di kawasan ini merupakan lahan datar sampai bergelombang, 18% merupakan lahan agak curam, 19% merupakan lahan curam, dan 11% merupakan lahan sangat curam Tanah Berdasarkan hasil analisis ruang terhadap karakteristik topografi maupun fisiografi sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka tidaklah mengherankan kalau secara hidrologis, kawasan ini memiliki kemampuan drainase lahan yang rata rata sangat baik sebagaimana ditunjukkan melalu hasil analisis ruang berikut ini, dimana 86.81% dari total luas wilayah daratan di kawasan ini memiliki kemampuan drainase yang sangat baik, sedangkan sisanya sebesar 10.53% dan 4.32% memiliki kemampuan drainase sedang dan buruk. Hal ini diperlihatkan melalui karakter sungai-sungai di kawasan
7 Gambar 14. Peta Kemiringan Lahan 91
8 92 penelitian seperti Sungai Maktian, Selwasan, Wetar, Latdalam, Tamrian, Batmafuti, Lakakway, Wesor, Sinmai, Kamliliwemusin, Sahlan, Waslieta, Tepa, Tutuwawang, Yaltubung, Sabir, Linwau, dan Arnau, yang sebagian besar merupakan sungai tadah hujan dan umumnya dengan pola aliran memancar dan hanya berair di musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau kondisinya kering atau tidak berair. Selain topografi dan fisiografi yang membantu percepatan bergeraknya air dipermukaan lahan, maka kualitas drainase di kawasan penelitian sebagaimana dijelaskan diatas, juga dipengaruhi oleh kualitas fisik tanah yang ikut berperan dalam melimpaskan air permukaan ketimbang menyerap air permukaan kedalam tanah. Berdasarkan hasil analisis ruang terhadap peta Geologi Indonesia (1965). Diketahui bahwa 55.59% dari total luas wilayah daratan di kawasan ini memiliki tekstur tanah dengan kualitas halus, sedangkan sisanya sebesar 43.93% dan 0.48% memiliki tekstur tanah dengan kualitas sedang dan kasar. Hasil analisis ruang terhadap peta Geologi Indonesia (1965), juga memperlihatkan bahwa 27.45% dari total luas wilayah daratan di kawasan ini memiliki kualitas kedalaman solum tanah yang bervariasi antara dalam sampai sangat dalam, sedangkan sisanya sebesar 66.51% dan 6.05% kualitas kedalaman solum tanahnya berkisar antara sedang sampai dalam dan dangkal sampai sedang. Selanjutnya dengan menginteraksikan ketiga karakter tanah tersebut diatas, akan dihasilkan suatu karakter jenis tanah gabungan, yang tingkatan kualitasnya kemudian disusun sesuai dengan karakter penciri dari masing masing jenis tanah. Karakter penciri dari jenis tanah dimaksud adalah Regosol, Alluvial, Litosol, Rezina, Kambisol, Brunizem, dan Podzolik. Sebaran jenis tanah di wilayah penelitian sangat diperlukan terutama didalam mengindikasikan sebaran vegetasi apa saja dalam ruang yang sesuai dengan keperluan pertanian. Secara lebih detail Interaksi ketiga karakter dimaksud didalam membentuk klasifikasi jenis tanah di kawasan penelitian dijelaskan melalui Tabel 34, sedangkan persentase sebaran jenis tanah dimaksud diperlihatkan melalui Gambar 15.
9 93 Tabel 34. Karakter Jenis Tanah Gabungan Indikasi Drainase Tanah Tekstur Tanah Solum Tanah Ket Jenis Tanah baik sedang buruk halus sedang kasar dalam sedang dangkal Vegetasi 1. Regosol Tanaman Daerah Pantai 2. Alluvial Tanaman Pertanian 3. Litosol 4. Rezina 5. Kambisol 6. Brunizem 7. Podzolik Sumber : Peta Puslitanak (2004). diolah (2011) Hutan Sek, Primer, Tanaman Campuran Hutan Sek, Primer, Tanaman Campuran Hutan Sek, Primer, Tanaman Campuran, Kebun, Ladang Hutan Sek, Primer, Tanaman Pertanian Hutan Sek, Primer, Tanaman Pertanian, Campuran, Ladang Batuan Induk Informasi lain yang bisa didapatkan melalui peta geologi Indonesia tahun 1965, berkaitan dengan jenis batuan induk yang membentuk kawasan penelitian. Kecuali Pulau Wetar, Kepulauan Tanimbar dan Kepulauan Terselatan terbentuk dari jenis batuan kapur, globerino teras kelabu dan putih. Pulau Wetar sendiri terbentuk dari batuan vulkanik kapur alkalis dan sedimen marine. Sedangkan Kepulauan Babar terbentuk dari batuan globerino. Bahan galian yang cukup banyak terdapat di daerah ini adalah batu gamping yang tersebar hampir diseluruh kepulauan Tanimbar. Batu gamping juga terdapat di sejumlah pulau kecil seperti Selaru, Larat, dan Fordata. Selain merupakan sumberdaya bahan galian, keberadaan jenis batuan induk berkaitan dengan tingkat kekerasannya didalam mendukung kestabilan kawasan, terutama jika kawasan tersebut akan dimanfaatkan bagi kepentingan hidup manusia. Mengacu pada data yang diperoleh, maka di
10 94 Gambar 15. Peta Jenis Tanah
11 95 kawasan penelitian klasifikasi batuan induk berdasarakan tingkat kekerasannya dibedakan atas 3 kelas yaitu batuan sedimen, batuan metamorpik, dan batuan beku. Sebaran jenis batuan induk di lokasi penelitian diperlihatkan pada Gambar 16. Dengan demikian melalui analisis ruang diketahui bahwa 64.21% dari total luas wilayah daratan di kawasan ini jenis batuan induknya adalah batuan sedimen. Sedangkan sisanya sebesar 7.00% dan 28.79%, jenis batuannya adalah batuan metamorphik dan batuan beku. Sebaran dari jenis batuan induk yang membentuk kawasan penelitian sekaligus juga menggambarkan akan rentannya tingkat kestabilan lahan disatu sisi, serta peluang ekonomi dari hasil galian yang cukup besar disisi lainnya Iklim Menurut Zona Agroklimat dan Klasifikasi Oldeman (LTA-72,1986), kawasan penelitian memiliki karakteristik iklim yang sangat bervariasi sesuai dengan lokasi. Untuk Pulau Wetar, Kisar dan Kepulauan Leti, Moa, Lakor, yang curah hujannya kurang dari mm pertahun, termasuk pada tipe iklim zona E 3, yang bulan basahnya lebih sedikit dari 3 bulan dan bulan keringnya 4-6 bulan. Untuk Pulau Babar, Sermata dan Romang yang curah hujannya berkisar antara mm per tahun, termasuk pada tipe iklim zona D 3, yang bulan basahnya 3 4 bulan dan bulan keringnya 4 6 bulan. Untuk Pulau Yamdena yang curah hujannya mm per tahun, termasuk pada iklim zona C 3, yang bulan basahnya 5 6 bulan dan bulan keringnya 4 5 bulan. Hasil analisis ruang terhadap besarnya presentase kawasan dari setiap klasifikasi iklim Oldeman di wilayah penelitian menunjukkan bahwa, 38.14% dari total luas wilayah daratan di kawasan ini didominasi oleh tipe iklim (II.3/D3, CH: , 5-6BB, 4-6BK), sisanya secara berurutan sebesar 25.92%, 16.15%, 11.65%, 6.30%, dan 1.84%, tipe iklimnya adalah (II.4/D3, CH: , 5-6BB, 4-6BK), (II2/E4, CH: , <3BB, >6BK), (IV1/A2, CH: , >9BB, <2BK), (II2/E3, CH: , <3BB, 4-6BK), dan (III1/C2, CH: , 5-6BB, 2-3BK).
12 96 Gambar 16. Peta Batuan Induk
13 97 Sedangkan berdasarkan data dari stasiun meteorologi Saumlaki (2005), suhu rata-rata di kawasan penelitian adalah C dengan suhu minimum absolut C dan suhu maksimum absolute C, serta kelembaban udara relatif 80.2% dan penyinaran matahari rata-rata 71%. Sebaran kualitas iklim sebagaimana dimaksud diatas, diperlihatkan melalui Gambar Vegetasi Mengacu pada data tata ruang kabupaten MTB tahun 2004, maka dengan melakukan analisis ruang dapat diketahui karakteristik klasifikasi tutupan sumberdaya lahan daratan (vegetasi darat) beserta presentase tutupannya di kawasan penelitian. Hasil analisis menunjukan bahwa 38% dari total luas wilayah daratan di kawasan ini didominasi oleh vegetasi gabungan berupa Hutan Sekunder, Hutan Primer dan Tanaman Pertanian, sedangkan sisanya secara berurutan sebesar 21%, 16%, 10%, 6%, 6%, dan 4%, vegetasinya berupa gabungan hutan sekunder dan hutan primer, hutan primer, tanaman campuran, hutan bakau, gabungan sagu, bakau dan tanaman pertanian, serta tanaman pertanian yang didominasi oleh kelapa. Selain luas tutupan sumberdaya lahan di darat, maka dalam penelitian ini juga dijelaskan karakteristik luas tutupan lahan di perairan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kantor BPS MTB, Tahun 2006, telah disebutkan bahwa luas perairan di kawasan penelitian mencapai Km 2. Namun demikian, mengacu pada batas efektifitas kewenangan pemanfaatan sumberdaya perairan sesuai dengan aksesibilitas terjauh dari masing masing pulau sebagaimana ditetapkan dalam Undang- Undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999, tentang batas wilayah kewenangan Provinsi dan Kabupaten di laut, serta dengan memperhatikan batasan sumberdaya perairan yang berupa ruang perairan disepanjang garis pantai wilayah yang diteliti, maka luasan kawasan sumberdaya perairan di wilayah penelitian ini adalah ruang sejauh 12 mil laut atau sekitar 18 km dari setiap garis pantai pulau-pulau yang ada. Hasil analisis ruang menunjukkan bahwa total luas wilayah perairan yang di buffer sejauh 18 km
14 98 Gambar 17. Peta Iklim
15 99 dari total panjang garis pantai pulau-pulau sejauh km, adalah Km 2. Sebaran karakteristik luasan tutupan lahan darat dan perairan dijelaskan melalui Gambar Jarak Antar Pulau Selain klasifikasi kualitas dan luas dari tutupan lahan darat maupun perairan sebagaimana telah dijelaskan dalam paragraf sebelum ini, maka hal lain yang juga sangat penting untuk diketahui berkaitan dengan interaksi pulau-pulau kecil didalam kawasan penelitian adalah jarak diantara pulaupulau kecil tersebut. Hasil analisis ruang terhadap jarak terdekat antar pulau yang diukur dari batas garis pantai suatu pulau menuju pulau lainnya yang terdekat menujukkan bahwa, jarak rata-rata terdekat antar pulau di wilayah Kabupaten MTB dan MBD berkisar antara km, dengan waktu tempuh laut rata-rata berkisar diatas 2 jam. Jika dibandingkan dengan batas wilayah kewenangan provinsi sebagaimana ditetapkan oleh Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999, yaitu sejauh 12 mil atau sekitar 18 km dari garis pantai, maka perjalanan antar pulau di wilayah Kabupaten MTB dan MBD dapat dikatakan sebagai perjalanan yang sama atau bahkan lebih jauh dari batas kewenangan Provinsi Maluku. 5.2 Karakteristik Sosial Karakteristik sosial yang dibahas didalam penelitian ini berkaitan dengan kualitas dan kuantitas Kependudukan, Ketenagakerjaan, Pendidikan, Kesehatan, dan Pola Konsumsi dari masyarakat di kawasan penelitian. Secara lebih detail kualitas dan kuantitas dimaksud diatas pada dasarnya lebih di fokuskan kepada rasio keberadaan penduduk terhadap fasilitas sosial di dalam wilayah penelitian yang mendukung atau justru menghambat upaya pengembangan wilayah yang sedang diteliti.
16 100 Gambar 18. Peta Vegetasi dan Perairan
17 Kependudukan Mengacu pada data kependudukan sebagaimana dikeluarkan oleh Kantor BPS Kabupaten Maluku Tenggara Barat, serta Kantor BPS Provinsi Maluku, dari tahun , diketahui bahwa jumlah penduduk di kawasan penelitian terus bertambah dari tahun ke tahun. Tahun 1980, jumlah penduduk di kawasan ini berjumlah jiwa, sepuluh tahun setelah itu yaitu pada tahun 1990 jumlah penduduknya mencapai jiwa. Pada sepuluh tahun berikutnya yaitu tahun 2000 jumlahnya menjadi jiwa. Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan tercatat tahun 2001 jumlah penduduk dikawasan ini adalah jiwa. Tahun 2002 jumlahnya jiwa, tahun 2003 jumlahnya jiwa, tahun 2004 jumlahnya jiwa, tahun 2005 jumlahnya jiwa, tahun 2006 jumlahnya jiwa, dan tahun 2007 jumlahnya menjadi jiwa. Laju pertumbuhan penduduk di kawasan ini dari tahun 1980 sampai dengan 1990 adalah sebesar 1,21% per tahun, selanjutnya dari tahun 1990 sampai dengan 2000 laju pertumbuhan penduduknya meningkat menjadi 1,38% per tahun. Namun demikian justru dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2007 laju pertumbuhan penduduknya menurun menjadi 1,18% per tahun. Untuk mendapatkan gambaran mengenai sebaran penduduk di wilayah penelitian, maka trend jumlah penduduk diatas, selanjutnya diproyeksikan berdasarkan satuan unit ruang yang lebih kecil dibawah Kabupaten. Satuan unit ruang yang dimaksud adalah ruang kecamatan, dimana jumlah kecamatan di wilayah penelitan mencapai 17 kecamatan. Proyeksi data kependudukkan dimaksud diperlihatkan melalui tabel sebaran penduduk berdasarkan ruang kecamatan sebagaimana dijelaskan pada Tabel 35. Pada Tabel 36, mengenai laju pertumbuhan penduduk per kecamatan, terlihat bahwa dengan menghitung laju pertumbuhan penduduk di kawasan penelitian dalam satuan unit ruang kecamatan, terlihat bahwa dari tahun 1980 sampai dengan 1990, Kecamatan Pp Terselatan, Damer dan Wetar, memiliki
18 102 Tabel 35. Sebaran Penduduk berdasarkan Ruang Kecamatan No Kecamatan Tahun (Jiwa) Pp. Terselatan 10,901 12,949 15,301 14,145 14,650 15,129 15,501 15,877 16,003 16,132 2 Damer 4,517 5,365 6,340 5,064 5,105 5,177 5,213 5,250 5,291 5,334 3 Wetar 3,373 4,007 4,735 7,205 6,575 6,749 6,875 7,003 7,059 7,115 4 Leti 6,442 6,966 7,489 7,535 7,526 7,533 7,487 7,443 7,503 7,564 5 Moa Lakor 7,741 8,372 9,000 9,759 9,910 9,728 9,475 9,227 9,301 9,375 6 Pp.Babar 6,097 6,706 7,621 8,242 8,454 8,479 8,443 8,411 8,479 8,546 7 Babar Timur 7,455 8,199 9,318 8,938 8,967 9,301 9,569 9,840 9,919 9,997 8 Mdona Hiera 4,026 4,428 5,032 4,689 4,862 5,006 5,113 5,223 5,264 5,307 9 Tanimbar Selatan 14,070 16,165 19,375 15,545 19,764 20,339 20,768 21,204 21,375 21, Wertamrian 6,334 7,278 8,723 11,368 9,124 9,208 9,226 9,248 9,322 11, Wermaktian 6,632 7,620 9,133 10,854 9,213 9,494 9,708 9,924 11,871 9, Selaru 7,756 8,911 10,680 10,867 10,995 11,308 11,541 11,777 10,003 10, Tanimbar Utara 9,584 10,656 11,972 12,960 12,999 13,235 13,375 13,521 13,629 13, Yaru 3,817 4,244 4,768 4,806 4,705 4,768 4,797 4,828 4,866 4, Wualabobar 5,945 6,610 7,426 7,148 7,550 7,721 7,836 7,954 8,018 8, Nirunmas 5,755 6,399 7,189 7,433 7,450 7,543 7,583 7,625 7,687 5, Kormomolin 4,601 5,116 5,748 5,884 5,685 5,719 5,711 5,706 5,752 7,749 Total Kawasan 115, , , , , , , , , ,635 Sumber : BPS Kab. MTB (2007), diolah (2011) Tabel 36. Laju Pertumbuhan Penduduk per Kecamatan No Kecamatan Tahun (Jiwa) Δ 10thn Laju Tumbuh Δ 10thn Laju Tumbuh Δ 7thn Laju Tumbuh 1 Pp. Terselatan 10,901 12,949 15,301 16,132 2, % 2, % % 2 Damer 4,517 5,365 6,340 5, % % (1,006) % 3 Wetar 3,373 4,007 4,735 7, % % 2, % 4 Leti 6,442 6,966 7,489 7, % % % 5 Moa Lakor 7,741 8,372 9,000 9, % % % 6 Pp.Babar 6,097 6,706 7,621 8, % % % 7 Babar Timur 7,455 8,199 9,318 9, % 1, % % 8 Mdona Hiera 4,026 4,428 5,032 5, % % % 9 Tanimbar Selatan 14,070 16,165 19,375 21,546 2, % 3, % 2, % 10 Wertamrian 6,334 7,278 8,723 11, % 1, % 3, % 11 Wermaktian 6,632 7,620 9,133 9, % 1, % % 12 Selaru 7,756 8,911 10,680 10,083 1, % 1, % (597) % 13 Tanimbar Utara 9,584 10,656 11,972 13,739 1, % 1, % 1, % 14 Yaru 3,817 4,244 4,768 4, % % % 15 Wualabobar 5,945 6,610 7,426 8, % % % 16 Nirunmas 5,755 6,399 7,189 5, % % (1,391) % 17 Kormomolin 4,601 5,116 5,748 7, % % 2, % Total Kawasan 115, , , ,635 14, % 19, % 12, % Sumber : BPS Kab. MTB ( ), diolah (2011)
19 103 nilai laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,736% per tahun. Ini berarti diantara kecamatan yang ada dalam kawasan penelitian, ketiga kecamatan ini memiliki nilai laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk dari kecamatan yang lain. Periode tahun 1990 sampai dengan 2000, kecamatan Tanimbar Selatan, Wertamrian, Wermaktian, dan Selaru memiliki nilai laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,828% per tahun. Ini berarti keempat kecamatan dimaksud memiliki laju pertumbuhan penduduk yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan 13 kecamatan lainnya. Meskipun Kecamatan Pp Terselatan, Damer dan Wetar, pada periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 laju pertumbuhannya menurun menjadi 1,683%, akan tetapi jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya di kawasan penelitian, kualitas laju pertumbuhan di ketiga kecamatan ini masih dikategorikan cukup tinggi dan hanya berbeda sedikit dibawah kecamatan-kecamatan seperti Tanimbar Selatan, Wertamrian, Wermaktian, dan Selaru. Pertumbuhan penduduk diatas rata-rata pertumbuhan penduduk kecamatan selama dua periode yaitu 1.21% dan 1.18%, selain mengindikasikan akan adanya perpindahan penduduk dari kecamatan lain disekitarnya juga mengindikasikan akan adanya peluang kerja dan pertumbuhan yang cukup tinggi di wilayah-wilayah kecamatan yang menjadi tujuan. Indikasi tentang peluang kerja dan pertumbuhan yang relatif lebih tinggi dari kecamatan-kecamatan tersebut diatas, sangatlah beralasan terutama jika dikaitkan dengan adanya laju kenaikan jumlah penduduk diatas rata-rata kawasan. Periode tahun 1980 sampai tahun 1990 arah pertumbuhan mengarah kepada kecamatan Pp. Terselatan dengan pusat pertumbuhannya adalah Kota Wonreli di Pulau Kisar. Hal ini disebabkan karena aksesibilitas menuju dan dari Provinsi Timor Timur lebih dekat dari pada aksesibilitas ibukota Kabupaten Maluku Tenggara yang pada saat itu berada di Tual, yang juga merupakan pulau kecil dan tidak memiliki kapasitas yang cukup memberikan pelayanan sampai di pulau-pulau terselatan seperti Pulau Wetar dan Kisar yang berjarak lebih dari 700 sampai 750 km dari Tual di kepulauan Kei.
20 104 Demikian juga aksesibiltas dari ibu kota Provinsi Maluku di Ambon yang berjarak 500 km. Sehingga aksebilitas sosial maupun ekonomi diwilayah ini cenderung berasosiasi dengan wilayah terdekatnya yang lebih maju pertumbuhannya seperti Provinsi Timor Timur, yang hanya berjarak 35 sampai 70 km saja. Ini ditunjukkan melalu jalur perdagangan dan transportasi laut maupun udara yang langsung menuju ke Pulau Kisar tanpa melalui ibu kota provinsi maupun ibu kota kabupaten. Kondisi ini mulai berakhir setelah Provinsi Timor Timur memisahkan diri dan membentuk negara sendiri pada tahun 1999 dan wilayahnya sudah bukan wilayah Indonesia lagi, sehingga aksesibilitas kemudian menjadi sulit meskipun jaraknya dekat. Demikian halnya juga dengan periode tahun 1990 sampai tahun 2000, terlihat jelas lonjakan jumlah penduduk kecamatan yang berada di bagian selatan pulau Yamdena terutama sekali kecamatan Tanimbar Selatan. Lonjakan jumlah penduduk sangatlah beralasan karena periode ini adalah periode menuju dibukanya kawasan ini sebagai kabupaten baru yaitu Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang ibukotanya berlokasi di kota Saumlaki, sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun Dengan demikian, tidaklah mengherankan kalau arah pertumbuhan penduduk yang tadinya menuju ke Pulau Kisar, kemudian berangsur-angsur berpindah menuju ke arah Pulau Yamdena Ketenagakerjaan Dari sudut pandang ketenagakerjaan, maka berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kantor BPS Kabupaten Maluku Tenggara Barat, serta Kantor BPS Provinsi Maluku, dari tahun , diketahui bahwa jumlah angkatan kerja di kawasan penelitian dari tahun ke tahun terus bertambah seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di kawasan ini. Klasifikasi data ketenagakerjaan di kawasan ini ditunjukkan melalui pengelompokan kegiatan utama yang dilakukan oleh penduduk yang berusia 10 tahun keatas di kawasan ini antara tahun 2002 sampai dengan tahun 2007, seperti bekerja, mencari kerja, sekolah, mengurus rumah tangga, serta
21 105 aktivitas lainnya. Secara lebih detail data ketenagakerjaan dimaksud dijelaskan melalui Tabel 37 berikut ini. Tabel 37. Data Angkatan Kerja di Kabupaten MTB tahun Tahun Bekerja Angkatan Kerja (orang) Mencari Kerja Jumlah Sekolah Bukan Angkatan Kerja (orang) Mengurus R. Tangga Lainnya Jumlah Total (orang) Sumber : BPS Kab. MTB ( ), diolah (2011) Angkatan kerja sangat berperan dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kawasan. Peran dari angkatan kerja ini ditunjukkan melalui data banyaknya angkatan kerja yang berpartisipasi langsung dalam setiap lapangan usaha pembentuk PDRB yang ada di kawasan penelitian. Keterlibatan angkatan kerja sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 diperlihatkan melalui Tabel 38. Tabel 38. Data Angkatan Kerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Tahun (orang) No Lapangan Pekarjaan Utama Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 48,963 59,733 63,007 63,015 63,020 65,106 2 Pertambangan dan Pengalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan Besar, Eceran dan Rumah Makan 5,754 6,992 7,353 7,355 7,360 8,265 7 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 1,107 1,362 1,447 1,449 1,445 1,462 8 Keuangan dan sejenisnya Jasa Kemasyarakatan 8,952 10,923 11,523 11,521 11,520 11, Lainnya Sumber : BPS Kab. MTB ( ), diolah (2011)
22 106 Meskipun sebagian besar dari jumlah angkatan kerja sebagaimana diperlihatkan dalam Tabel 38, sudah terserap dalam setiap lapangan usaha di kawasan ini, akan tetapi, seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang mencapai rata-rata 1,4% per tahun, berdampak terhadap semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja yang pada akhirnya berakibat pada bertambah tingginya angka pengangguran, terutama bagi mereka yang pendidikannya tidak cukup untuk bersaing didalam mendapatkan lapangan pekerjaan. Dengan demikian kualitas dari angkatan kerja juga menjadi hal yang sangat penting karena berkaitan dengan kemampuan mereka didalam mengubah keberadaan sumberdaya pulau-pulau kecil yang dimilikinya menjadi suatu nilai ekonomi yang berguna bagi pengembangan pulau-pulau kecil serta bagi kesejahteraan mereka sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pendidikan juga menjadi hal yang sangat perlu karena pendidikan merupakan investasi yang paling penting didalam menyiapkan penduduk untuk mampu bersaing dan bekerja dengan baik didalam mengelola sumberdaya yang dimilikinya khususnya sumberdaya pulau-pulau kecil secara efisien dan efektif Pendidikan Sebagaimana telah dijelaskan dalam sub-bab karakteristik fisik dan perairan, di wilayah penelitian ada kecamatan yang terdiri atas beberapa pulau dan sebaliknya juga ada pulau yang terdiri atas beberapa kecamatan. Hal ini sangat berpengaruh pada sistem pendidikan yang ada terutama berkaitan dengan aksesibilitas penduduk terhadap fasilitas pendidikan yang tersedia. Dengan demikian meskipun pemerintah setempat sudah menetapkan kebijakannya untuk paling tidak setiap kecamatan memiliki prasarana dan sarana pendidikan berupa SD sampai SMP (9 tahun belajar), akan tetapi sebarannya masih tidak merata. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kantor BPS MTB, Tahun 2006, tentang jumlah murid, guru dan kelas, untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), dapat diketahui bahwa rasio
23 107 murid dengan kelas, rasio murid dengan guru untuk setiap kecamatan di wilayah penelitian sangatlah bervariasi. Rasio sistem pendidikan yang tidak merata tersebut diperlihatkan melalui Tabel 39; Tabel 40; dan Tabel 41 berikut ini. No. Tabel 39. Sarana Pendidikan SD di Kab. MTB Tahun 2006 Kecamatan Jumlah SD R_Kls Murid Guru Kls/SD mrd/kls mrd/gru 1 Pp. Terselatan , Wetar , Damer , Leti Moa Lakor , Pp. Babar , Babar Timur , Mdona Heira , Tanimbar Selatan , Wertamrian , Wermaktian , Selaru , Tanimbar Utara , Yaru Wuarlabobar , Nirunmas , Kormomolin , Jumlah 277 1,668 28,740 1, Sumber : BPS Kab. MTB (2006), diolah (2011) Keterangan : a) SD : Sekolah Dasar d) Mrd/Kls : Murid/Kelas b) R_KLS : Ruang Kelas e) Mrd/Gru : Murid/Guru c) KLS/SD : Kelas/Sekolah Dasar Dari tabel-tabel tersebut, nampak bahwa, untuk tingkat SD rasio murid per kelas tertinggi berada di kecamatan Tanimbar Selatan, dengan nilai mencapai 28 murid per kelas, sedang yang terendah berada di kecamatan Wetar dengan nilai mencapai murid per kelas. Demikian halnya juga dengan rasio murid per guru tertinggi berada di kecamatan Damer dengan nilai mencapai murid per guru, sedang yang terendah berada di
24 108 kecamatan Leti dengan nilai mencapai 9.04 murid per guru. Untuk tingkat SMP rasio murid per kelas tertinggi berada di kecamatan Nirunmas dengan nilai mencapai murid per kelas, sedang yang terendah berada di kecamatan Wetar dengan nilai mencapai murid per kelas. Demikian halnya juga dengan rasio murid per guru tertinggi berada di kecamatan Wermaktian dengan nilai mencapai murid per guru, sedang yang terendah berada di kecamatan Wertamrian dengan nilai mencapai 7.84 murid per guru. Tabel 40. Sarana Pendidikan SMP di Kab. MTB Tahun 2006 No. Kecamatan Jumlah SMP R_Kls Murid Guru Kls/SMP Mrd/Kls Mrd/Gru 1 Pp. Terselatan Wetar Damer Leti Moa Lakor Pp. Babar Babar Timur Mdona Heira Tanimbar Selatan , Wertamrian Wermaktian Selaru Tanimbar Utara , Yaru Wuarlabobar Nirunmas Kormomolin Jumlah , Sumber : BPS Kab. MTB (2006), diolah (2011) Keterangan : a) SMP : Sekolah Menengah Pertama d) Mrd/Kls : Murid/Kelas b) R_KLS : Ruang Kelas e) Mrd/Gru : Murid/Guru c) KLS/SMP : Kelas/Sekolah Menengah Pertama Untuk tingkat SMA rasio murid per kelas tertinggi berada di kecamatan Pulau pulau Terselatan dengan nilai mencapai murid per kelas,
25 109 sedang yang terendah berada di kecamatan Yaru dengan nilai mencapai murid per kelas. Demikian halnya juga dengan rasio murid per guru tertinggi berada di kecamatan Wermaktian dengan nilai mencapai murid per guru, sedang yang terendah berada di kecamatan Wertamrian dengan nilai mencapai 9.40 murid per guru. Tabel 41. Sarana Pendidikan SMA di Kab. MTB Tahun 2006 No. Kecamatan SMA R_Kls Murid Guru Kls/SMA Mrd/Kls Mrd/Gru 1 Pp. Terselatan Wetar Damer Leti Moa Lakor Pp. Babar Babar Timur Mdona Heira Tanimbar Selatan , Wertamrian Wermaktian Selaru Tanimbar Utara Yaru Wuarlabobar Nirunmas Kormomolin Jumlah , Sumber : BPS Kab. MTB (2006), diolah (2011) Keterangan : a) SMA : Sekolah Menengah Atas d) Mrd/Kls : Murid/Kelas b) R_KLS : Ruang Kelas e) Mrd/Gru : Murid/Guru c) KLS/SMP : Kelas/Sekolah Menengah Atas Mengacu pada data yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2006, tampak bahwa rata-rata nasional rasio murid per kelas untuk tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, adalah 26, 37, 37. Sedangkan ratarata rasio murid per guru untuk setiap tingkat pendidikan yang sama adalah
26 110 19, 14, 13. Jika dibandingkan dengan rata-rata rasio murid per kelas dan ratarata rasio murid per guru untuk setiap tingkat pendidikan yang sama di wilayah penelitian, yaitu 18, 30, 38 dan 15, 11, 16, maka secara keseluruhan kualitas pendidikan di wilayah penelitian masih termasuk dalam kategori ideal. Akan tetapi secara individual nampak jelas akan adanya kecamatan yang rasio pendidikannya sangat rendah dan juga ada yang sangat tinggi bahkan melampaui kapasitas nilai rata-rata nasional. Tinggi rendahnya rasio pendidikan dibandingkan standar nasional yang ada antara lain disebabkan oleh jumlah pulau yang relatif banyak dalam satu kecamatan seperti halnya terjadi di kecamatan Pulau-pulau Terselatan, dimana fasilitas pendidikan untuk kecamatan ini hanya tersedia di salah satu pulau saja sehingga aksesibilitas terhadap fasilitas pendidikan dari pulaupulau lainnya menjadi tidak mudah. Hal serupa terjadi pada kecamatan Moa Lakor dan Mdona Heira yang bahkan tidak memiliki fasilitas pendidikan setingkat SMA, sehingga akses untuk mendapatkan fasilitas pendidikan harus dilakukan oleh siswa dengan berpindah ke pulau lain seperti di Pulau Lakor atau Pulau Babar. Kondisi ini menjadi terbalik justru untuk wilayah di Pulau Yamdena, dimana dalam satu pulau terdapat banyak kecamatan didalamnya, sehingga aksesibilitas terhadap fasilitas pendidikan bisa lebih dirasakan keberadaannya Kesehatan Selain pendidikan, maka indikator sosial lainnya yang penting adalah kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat di wilayah penelitian, dapat dilihat dari jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, yaitu rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, poliklinik desa, balai kesehatan ibu dan anak (BKIA), posyandu, termasuk jumlah tenaga medis maupun paramedik yang ada serta usaha-usaha kesehatan masyarakat lainnya seperti usaha perbaikan gizi keluarga, pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta imunisasi. Sebaran fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, serta berbagai usaha kesehatan masyarakat di wilayah penelitian diperlihatkan melalui Tabel 42.
27 111 Tabel 42. Sarana dan Usaha Kesehatan MTB Sarana Kesehatan (Unit) Tenaga Kesehatan (Orang) Swadaya (Unit) No. Kecamatan R Sakit Umum Puskesmas Puskesmas Pem bantu Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Umum Bidan Lainnya Poliklinik Desa Posyandu 1 Pp. Terselatan Wetar Damer Leti Moa Lakor Pp. Babar Babar Timur Mdona Heira Tanimbar Selatan Wertamrian Wermaktian Selaru Tanimbar Utara Yaru Wuarlabobar Nirunmas Kormomolin T o t a l Sumber : BPS Kab. MTB (2006), diolah (2011) Pada tabel tersebut, terlihat bahwa jumlah Rumah Sakit Umum hanya ada satu, yaitu di kota Saumlaki, kecamatan Tanimbar Selatan, yang merupakan ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Untuk sarana kesehatan lainnya seperti puskesmas dan puskesmas pembantu, keberadaannya sudah cukup merata sesuai dengan jumlah kecamatan yang ada di wilayah penelitian demikian halnya juga dengan usaha kesehatan masyarakat yang bersifat swadaya seperti poliklinik desa dan posyandu, namun demikian untuk tenaga kesehatan seperti dokter umum dan dokter gigi, keberadaanya masih terpusat ditiga kecamatan yaitu Tanimbar Selatan, Pp. Terselatan, dan Tanimbar Utara.
28 Karakteristik Ekonomi. Pertanian merupakan sektor strategis di kawasan penelitian yang memiliki potensi pengembangan ke depan. Pertanian yang diklasifikasikan ke dalam 9 jenis tanaman yang diusahakan, terdiri dari : bawang merah, jeruk, padi lading, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau, dan ubi-ubian. Sembilan jenis tanaman tersebut, menghasilkan produksi ratarata sebesar kg. Dari data Luas panen dan produksi sektor pertanian di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat diuraikan sebagai berikut : Komoditi Padi Ladang Luas panen ha, Produksi ton. Komoditi Jagung Luas panen ha, Produksi ton. Komoditi Kacangkacangan Luas panen 84 ha, Produksi 76 ton. Komoditi Ubi-ubian Luas panen 651 ha, Produksi ton. Nilai produksi pertanian dengan lapangan usaha tanaman bahan makanan di Maluku Tenggara Barat pada tahun 2006 adalah Rp Rincian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2006 ditunjukkan dalam Tabel 43. Perkebunan termasuk pada sektor pertanian dan diklasifikasikan atas 7 jenis komoditi, yaitu: kelapa, cengkeh, pala, kopi, kapuk, kakao, dan jambu mete. Produksi kelapa tahun 2006 sebanyak ton, Produksi cengkeh pada tahun yang sama sebanyak 1 ton, Produksi pala sebanyak 14 ton, Produksi kopi sebanyak 37.1 ton, Produksi kapuk sebanyak 58.5 ton, Produksi kakao sebanyak 8 ton, Produksi jambu mete sebanyak 148 ton. Dari hasil analisis terhadap perkembangan ke tujuh komoditi perkebunan yang ada di Maluku Tenggara Barat, maka terdapat 2 (dua) jenis komoditi yang mempunyai potensi produksi sangat tinggi, yaitu komoditi kopra dan jambu mete. Total nilai tanaman perkebunan di Maluku Tenggara Barat pada tahun 2006 adalah Rp , Berdasarkan data perkembangan hasil penangkapan ikan dan nilai ikan pada tahun 2006, produksi perikanan dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat mencapai ton, dengan nilai sebesar Rp Demikian halnya untuk peternakan, berdasarkan data populasi jenis ternak diketahui bahwa jumlah populasi ternak sapi sebanyak ekor, kerbau
29 113 Tabel 43. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) MTB Tahun 2006 Lapangan Usaha 2006 I. Pertanian 317, Tanaman Bahan Makanan 104, Tanaman Perkebunan 54, Peternakan & Hasil-hasilnya 12, Kehutanan 3, Perikanan 142, II. Pertambangan & Penggalian 5, Pertambangan 0,00 Penggalian 5, III. Industri Pengolahan 3, Industri Tanpa Migas 3, IV. Listrik, Gas & Air Bersih 3, Listrik 3, Air Bersih V. Bangunan 12, Bangunan 12, VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 161, Perdagangan 160, Hotel Restoran VII. Pengangkutan & Komunikasi 9, Angkutan 8, Angkutan Jalan Raya 2, Angkutan Laut 4, Angkutan & Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 23, Bank 2, Lembaga Keuangan Tanpa Bank Sewa Bangunan 20, Jasa Perusahaan IX. Jasa - Jasa/ Services 61, Pemerintahan Umum & Pertahanan 46, Swasta 14, Sosial Kemasyarakatan 13, Hiburan & Rekreasi Perorangan & Rumah Tangga 1, PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 597, Sumber : BPS Kab. MTB (2006), diolah (2011) sebanyak ekor, kambing sebanyak ekor, domba sebanyak ekor, babi sebanyak ekor, dan kuda sebanyak ekor. Berdasarkan populasi ternak tersebut, maka produksi daging MTB yang bisa
30 114 dihasilkan pada tahun 2006 adalah sebesar kg daging sapi, kg daging kerbau, kg daging kambing, dan kg daging babi. Sedangkan untuk ayam dan telur produksinya sebesar kg dan kg. Nilai produksi peternakan pada Tahun 2006 adalah sebesar Rp Bumi MTB mengandung berbagai macam kekayaan alam yang potensial. Potensi bahan tambang/bahan galian seperti logam mulia (emas), tembaga, plumbum, mangan, belerang, batu gamping, dll. Sebagian besar masih pada tahap eksplorasi, hanya emas (logam mulia) dan tembaga yang sudah pada tahap eksploitasi. Informasi serta data mencakup sumber-sumber bahan galian tambang, meliputi : Emas di pulau Wetar dan pulau Romang, Tembaga di pulau Wetar, Gamping, pasir di pulau Yamdena, Mangan di pulau Moa, Belerang di pulau Babar, Batu gamping di pulau Damar, Minyak (Marsela) antara P. Selaru dan P. Marsela. Pada Tahun 2006, nilai produksi bahan tambang dan galian tersebut adalah sebesar Rp Kawasan hutan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dijabarkan sesuai dengan luas fungsi kawasan hutan yaitu : Hutan Konservasi m 2, Hutan Lindung m 2, Hutan Produksi Terbatas ,000 m 2, Hutan Produksi Tetap m 2, Hutan Produksi Konversi m 2, dengan areal penggunaan lain m 2. Sedangkan Hutan Mangrove di Maluku Tenggara Barat terdapat di 3 (tiga) gugus pulau yaitu; Pulau Yamdena, Pulau Wetar dan Pulau Larat, adapun uraian masing-masing pulau adalah sebagai berikut : Di Pulau Yamdena keberadaan mangrove tersebar di beberapa pulau dan didominasi oleh Rhizophora dan Bruguiera. Mangrove terdapat di Pulau Wetar dan Pulau Lirang dan didominasi oleh tumbuhan Soneratia alba, Baringtonia asiatica, Hibiscus tilianceous, Nypha fructicans dan Acanthus licifolius. Mangrove di Pulau Larat didominasi oleh Rhizopora stylosa, Bruguiera gymnnorrhhiza, Rhizophra apiculata, Bruguiera Gymnnorrhhizal dll. Terumbu karang di Maluku Tenggara Barat tersebar di Pulau Tanimbar Selatan yang meliputi Pulau Wotap, Pulau Wuliaru, Pulau Kiswui dan Pulau Selu dengan keragaman jenis yang cukup
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.
Lebih terperinci7 MODEL PENGEMBANGAN GUGUS PULAU
159 7 MODEL PENGEMBANGAN GUGUS PULAU 7.1 Sejarah Gugus Pulau Ditinjau dari posisi geologis, pulau-pulau di Maluku di kelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok pulau Busur Banda Dalam dan kelompok
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF TERNAK KERBAU MOA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB)
Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Tenak Kerbau 2008 KAJIAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF TERNAK KERBAU MOA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB) PROCULA R. MATITAPUTTY
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinci2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah
2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang
Lebih terperinciBupati Murung Raya. Kata Pengantar
Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU
75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH STUDI
16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi
69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Pada bab IV ini Penulis akan menyajikan Gambaran Umum Obyek/Subyek yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi, kondisi ketenagakerjaan, kondisi penanaman modal
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.
STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon
KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten
Lebih terperinci5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara
GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,
Lebih terperinciBAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi
70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640
Lebih terperinci3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis
3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang
43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.
43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara
Lebih terperinciDATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864
DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinci28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec
BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciKONSEP PEMERATAAN AKSES LAYANAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT
KONSEP PEMERATAAN AKSES LAYANAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT OLEH : GIOVANNY TEFTUTUL Permasalahan Penelitian Tidak meratanya akses layanan
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA
31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang
IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan
Lebih terperinciKL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau
Lebih terperinciKONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai
Lebih terperinciPENGADILAN TINGGI AGAMA AMBON Jln. Kebun Cengkeh Batu Merah Atas (0911) Fax (0911)
[ PENGADILAN TINGGI AGAMA AMBON Jln. Kebun Cengkeh Batu Merah Atas (0911) 341171 Fax (0911) 355296 AMBON 97128 web : www.pta-ambon.go.id e-mail : surat@pta-ambon.go.id PETA WILAYAH YURIDIKSI PENGADILAN
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu
Lebih terperinci4.1. Letak dan Luas Wilayah
4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan
Lebih terperinci2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah
2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas Taman Nasional Manupeu Tanahdaru (TNMT) secara geografi terletak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur pada 119º27-119º55 BT dan 09º29`-09º54` LS sedangkan secara administratif
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia
Lebih terperinciGEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian
GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai
49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104
Lebih terperinciBAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT
BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH
29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota
66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Geografi Kabupaten Bone Bolango secara geografis memiliki batas batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis
33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang
70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka
Lebih terperinciGambar 9. Peta Batas Administrasi
IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur
Lebih terperinciKatalog BPS :
Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak
IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45
Lebih terperinciKEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan
KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun
27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi
KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM WILAYAH
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan
Lebih terperinciKAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar
BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
Lebih terperinciBAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR
20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO
STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 Nomor ISSN : Nomor Publikasi : 1706.1416 Katalog BPS : 4102004.1706040
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
18 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur Geografis Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah
5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN
BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman
Lebih terperinciProfil Kabupaten Aceh Singkil
Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian
Lebih terperincikaurkab.bps.go.id Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 Halaman i
Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 Halaman i STATISTIK KECAMATAN PADANG GUCI HILIR 2016 Halaman ii Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PADANG GUCI
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi
IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
43 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Luas Wilayah Letak Kota Ambon sebagian besar berada dalam wilayah Pulau Ambon yang secara geografis berada pada posisi astronomis
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN menjadikan kota Saumlaki semakin berkembang dengan pesat.
16 BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Kota Saumlaki, terletak di Propinsi Maluku, Indonesia. Saumlaki dahulu adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupeten Maluku Tenggara, yang kemudian melalui pemekaran
Lebih terperinci