BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 18 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Sejarah Singkat Kabupaten Maluku Tenggara Bahwa terbentuknya Kabupaten Maluku Tenggara berawal dari suatu perjuangan dan pergulatan yang panjang, dimana proses terbentuknya dilakukan dengan berbagai bentuk tahapan negosiasi dan diplomasi oleh para Pendiri Kabupaten dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Dati I Provinsi Maluku. Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara sampai pada puncaknya ditandai dengan Pelantikan DPRD sekaligus Pembukaan Sidang Perdananya pada Tanggal 22 Desember Dalam Sidang Perdana tersebut yang dilaksanakan di Gedung Madrasah Wara, dibahas satu mata acara pokok yaitu Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua DPRD. Sehubungan dengan itu, maka tanggal 22 Desember 1952 merupakan hari dimana secara formal roda Pemerintahan di Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara mulai digerakan. Proses sejarah kelahiran Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara itu kemudian lebih dikukuhkan secara konstitusional pada tahun 1958, dengan diundangkan Undang-Undang Nomor 60 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat II dalam Daerah Swatantra Tingkat I Maluku. Hari kelahiran Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara dapat ditetapkan pada Tanggal, 22 Desember 1952, dengan memperhartikan prosedur Hukum yang berlaku. Namun demikian Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara sudah berdiri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1952, maka tanggal 22 Desember 1952 saat roda Pemerintahan mulai berputar dipandang tetap sebagai Hari Kelahiran Daerah ini. Pada saat ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1952 pada Bulan Agustus 1952 sampai dengan Bulan Desember 1952 baru seluruh kelengkapan atau perangkat Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara terbentuk, dan resmi mulai bergerak pada tanggal, 22 Desember Dari Kabupaten Maluku Tenggara dengan gugusan pulau - pulau yang terbentang dari Wetar Maluku Barat Daya sampai ke Batu Goyang Kepulauan Aru, kini telah melahirkan 4 daerah otonom, yakni: (1) Kabupaten Maluku Tenggara Barat; (2) Kabupaten Kepulauan Aru; (3) Kota Tual, dan (4) Kabupaten Maluku Barat Daya. Kabupaten Maluku Tenggara telah dimekarkan menjadi Kota Tual dengan pemerintahan tersendiri berdasarkan Undang-undang No. 31 Tahun 2007 tanggal 10 Juli 2007 Tentang Pemekaran Kota Tual. Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara sekarang terdiri 6 (Enam) Kecamatan yakni: 1. Kecamatan Kei Kecil 2. Kecamatan Kei Kecil Timur 3. Kecamatan Kei Kecil Barat 4. Kecamatan Kei Besar 5. Kecamatan Kei Besar Selatan 6. Kecamatan Kei Besar Utara Timur

2 19 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2011 tanggal 20 Juli 2011tentang Pemindahan Ibukota Maluku Tenggara dari Wilayah Kota Tual ke Wilayah Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara yang selanjutnya disebut Kota Langgur. Melalui Sidang Paripurna Istimewa DPRD Maluku Tenggara yang dihadiri Berbagai Lapisan Masyarakat dan Pemerintah telah ditetapkan tanggal 8 Oktober 2011 sebagai Hari Lahir Kota Langgur sebagai Ibu Kota Maluku Tenggara yang baru bertepatan dengan Penyerahan PP 35 Tahun 2011 dari Pemerintah Pusat. Struktur organisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang dijabarkan ke dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. Struktur organisasi perangkat daerah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah (Setda) dan Sekretariat DPRD dan Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dimana struktur organisasi perangkat daerah terdiri dari 1(satu) Sekretariat Daerah dengan 2 (dua) Asisten Setda dan 7 (tujuh) Bagian; 1 (satu) Sekretariat DPRD; 8 (delapan) Lembaga Teknis Daerah yang terdiri dari 4 (empat) Badan, 4 (empat) Kantor, dan 1(satu) Rumah Sakit Daerah; 12 (dua belas) Dinas Daerah; serta 7 (tujuh) Unit PelaksanaTeknis Daerah (UPTD) sebagai pelaksana operasional dinas yakni UPTD Das Kei Besar,UPTD Pasar, UPTD BBU ohoinol, UPTD BPP Ohoiluk, UPTD Perhubungan Kei Besar, Kantor Cabang Dinas DIKPORA Ke Besar dan Kei Kecil, 14 (empat belas) Puskesmas, serta Badan Pengelola Kebersihan dan Pemakaman (BPKP2). Organisasi perangkat daerah tersebut didukung oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak orang yang terdiri dari tenaga guru orang, tenaga kesehatan 533orang, dan tenaga strategis lainnya orang. Persentase PNS berdasarkan pendidikan di Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2007 masih didominasi PNS yang menamatkan pendidikan tingkat SLTA sebesar 53,86 persen diikuti strata satu sebesar 18,50 persen; diploma dua dan satu sebesar 13,54 persen; diploma tiga sebesar persen; SD/SLTPsebesar 2.18 persen; strata dua sebesar 0,83 persen; serta strata tiga sebesar 0,04 persen. Persentase PNS berdasarkan golongan di Kabupaten Maluku Tenggara meliputi 10,62 persen golongan IV; 53,15 persen golongan III; 35,41 persen golongan II; dan 1,23 persen, golongan I. Visi Maluku Tenggara adalah Terwujudnya Masyarakat Maluku Tenggara yang sejahtera melalui pemanfaatan sumber daya alam, jasa lingkungan berbasis bahari, jasa perdagangan dan jasa pendididikan Letak Geografis Letak geografis Kabupaten Maluku Tenggara berdasarkan letak dan batas wilayah, luas wilayah, topografi, geologi, iklim, dan hidrologi adalah sebagai berikut:

3 20 a. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara menurut Astronomi terletak antara: 5º sampai 6,5º Lintang Selatan dan 131º sampai 133,5º Bujur Timur. Adapun letak dan batas wilayahnya menurut Geografis dibatasi berdasarkan arah mata angin antara lain adalah sebagai berikut: Sebelah Selatan : Laut Arafura Sebelah Utara : Irian Jaya Bagian Selatan, Wilayah Kota Tual. Sebelah Timur : Kepulauan Aru Sebelah Barat : Laut Banda dan bagian Utara Kepulauan Tanimbar. b. Luas Wilayah Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara ± 7.856,70 Km², dengan luas daratan ± 4.676,00 Km² dan luas perairannya ± 3.180,70 Km². Kabupaten Maluku Tenggara hanya terdiri atas 1 Gugusan Kepulauan yaitu: Gugusan Kepulauan Kei yang terdiri atas Kepulauan Kei Kecil dengan Luas seluruhnya 722,62 Km² dan Pulau Kei Besar dengan Luas 550,05 Km². Dengan jumlah Pulau tersebut sebanyak 25 buah pulau. Luas Kabupaten Maluku Tenggara menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10 Luas Kabupaten Maluku Tenggara menurut Kecamatan Kecamatan Luas daratan Luas Perairan Luas Total (Km 2 ) (km 2 ) (km 2 ) Kei Kecil 1.167,69 492, ,21 Kei Kecil Barat 426,70 629, ,00 Kei Kecil Timur 547,04 497, ,39 Kei Besar 1.272,05 523, ,83 Kei Besar Utara Timur 721,86 328, ,28 Kei Besar Selatan 540,67 709, ,99 Jumlah 4.676, , ,70 Sumber: BAPPEDA Kabupaten Maluku Tenggara (2010). Letak geografis Kabupaten Maluku Tenggara yang terdiri atas pulau-pulau kecil dianggap sangat strategis karena sebagai pusat penghubung antara ibukota Provinsi Maluku dengan Kabupaten Kepulauan Aru dan Maluku Tenggara Barat, serta dengan daerah luar seperti provinsi Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa Timur serta terletak pada jalur Arafuru Rim yang menghubungkan antara wilayah negara Australia dengan negara-negara di Asia Pasifik.

4 21 Gambar 4 Peta Wilayah administrasi Maluku Tenggara Secara administrasi Kabupaten Maluku Tenggara terbagi menjadi 6 kecamatan yang mencakup atau meliputi 1 kelurahan, 87 desa induk dan 104 anak Desa/Dusun. Data lebih terinci adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 11 berikut ini : Tabel 11 Ibukota Kecamatan, banyaknya desa induk,anak desa dan kelurahan menurut Kecamatan Kecamatan Ibu Kota Banyaknya Desa Induk Anak Desa Kelurahan Kei Kecil Langgur Kei Kecil Barat Ohoira Kei Kecil Timur Rumat Kei Besar Elat Kei Besar Utara Holat Kei Besar Selatan Weduar Jumlah Sumber: Bappeda Maluku Tenggara (2009). c. Topografi Secara Topografi Pulau Kei Kecil, dengan ketinggian ± 100 M diatas permukaan laut. Beberapa Bukit rendah di Tengah dan Utara mencapai 115 M. Pulau Kei Besar berbukit dan bergunung yang membujur sepanjang pulau dengan ketinggian rata-rata M dengan Gunung Dab sebagai puncak tertinggi, dataran rendah merupakan jalur sempit sepanjang pantai.

5 22 Sebaran rata-rata kedalaman perairan laut (4 mil dari garis pantai) di Kei Kecil (Nuhu Roe) adalah 100 m atau rata-rata slop 1,5 persen yaitu di Pulau Kei Kecil Bagian Barat. Sebaran rata-rata kedalaman di Pulau Kei Besar (NuhuYut), 100 m berada di bagian Barat Laut, sedangkan bagian Barat Daya dan bagian Timur kedalaman rata-rata lebih dari 300 m. Kemiringan daratan pulau (Island Flat) di Pulau Kei Kecil berkisar antara 0 persen - 40 persen, untuk Pulau Kei Besar kemiringan daratan pulau adalah curam (15 persen 40persen) sampai dengan sangat curam (> 40 persen). d. Geologi Menurut peta Geologi Indonesia [1965], Pulau atau Kepulauan di Maluku Tenggara terbentuk atau tersusun dari tanah dan batuan yang tercatat sebanyak 3 jenis Tanah dan 5 jenis Batuan. e. Iklim Iklim dipengaruhi oleh Laut Banda, Laut Arafura dan Samudera Indonesia juga dibayangi oleh Pulau Irian di Bagian Timur dan Benua Australia di Bagian Selatan, sehingga sewaktu-waktu terjadi perubahan. Musim Keadaan musim teratur, musim Timur berlangsung dari bulan April sampai Oktober. Musim ini adalah musim Kemarau. Musim Barat berlangsung dari bulan Oktober sampai Februari. Musim hujan pada bulan Desember sampai Februari dan yang paling deras terjadi pada bulan Desember dan Februari. Musim Pancaroba berlangsung dalam bulan Maret / April dan Oktober / Nopember. Bulan April sampai Oktober, bertiup angin Timur Tenggara. Angin kencang bertiup pada bulan Januari dan Februari diikuti dengan hujan deras dan laut bergelora. Bulan April sampai September bertiup angin Timur Tenggara dan Selatan sebanyak 91% dengan angin Tenggara dominan 61%.Bulan Oktober sampai Maret bertiup angin Barat Laut sebanyak 50% dengan angin Barat Laut dominan 28%. Curah Hujan Curah Hujan antara mm per tahun terdapat di Pulau Kei Kecil. Sedangkan di Pulau Kei Besar diatas mm per tahun. Tahun 2008 curah hujan di Kabupaten Maluku Tenggara secara keseluruhan adalah 2.441,9 mm per tahun atau rata-rata 203,5 mm per bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 225 hari atau rata-rata 18,8 hari hujan per bulan. Suhu, Kelembaban, Penyinaran Matahari dan Tekanan Udara Suhu rata-rata untuk tahun 2008 sesuai data dari Stasiun Meteorologi Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8 ºC dan maksimum 31,8 ºC. Kelembaban rata-rata 86,1 %, penyinaran matahari rata-rata 61,8 % dan tekanan udara rata-rata 1009,9 milibar. Tipe Iklim Berdasarkan klasifikasi Agroklimate, di Maluku Tenggara terdapat Zone Agroklimat, Zone C2 bulan basah 5-6 bulan dan kering 4-5 bulan.variasi ekstrim curah hujan berhubungan dengan sistem angin musim. Musim kering (Musim Timur) berlangsung dari bulan Juli sampai dengan Oktober dimana angin bertiup dari Timur Tenggara ke Utara Barat

6 23 Laut. Musim hujan (Musim Barat) berlangsung dari Desember sampai dengan Maret, di mana angin bertiup dari Utara Barat Lautke Timur Tenggara. Pola angin lokal juga berpengaruh memodifikasi pola umum tersebut. Selama periode transisi, April sampai dengan Juli dan Nopember, komponen angin tidak menentu. f. Hidrologi Dari perspektif hidrologinya adalah memiliki sungai yang berair sepanjang tahun tercatat sebanyak 7 buah antara lain Pulau Kei Kecil sebanyak 3 buah, dan Pulau Kei Besar sebanyak 4 buah. Sedangkan keberadaan danau-danau di Kabupaten Maluku Tenggara sebanyak 2 buah, Ablel dan Wearlaai yang terletak di Pulau Kei Kecil Demografi Kabupaten Maluku Tenggara terdiri dari 119 buah pulau kecil dengan ibukota Langgur. Penduduk asli Kabupaten ini adalah suku Kei, disamping orang-orang asal daerah lain yang menetap di kabupaten ini, misalnya orang asal Jawa, Bugis dan Makasar serta Buton yang menetap sebagai pedagang. Penyebaran penduduknya tidak merata, dimana konsentrasi penduduk pada umumnya dipulau Kei Kecil, karenaalasan mencari nafkah. Hal ini terjadi karena tidak memperhatikan faktor kebutuhan maka dampaknya bisa menimbulkan kesenjangan pembangunan antar wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara dan ujung-ujungnya mengarah kepada keterisolasian. Umumnya di suatu daerah pada pusat kota, sebaran penduduk yang lebih banyak dibandingkan wilayah lain. Hal ini terjadi pula di wilayah Kei Kecil sebagai pusat kota di Kabupaten Maluku Tenggara. Sebaran dan kepadatan penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara dapat disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk per km 2 Kecamatan Luas Jumlah Kepadatan (km²) penduduk(jiwa) Penduduk per km² Kei kecil 1.167, Kei Kecil Barat 426, Kei Kecil Timur 547, Kei Besar 1.272, Kei Besar Utara Timur 721, Kei Besar Selatan 540, Jumlah 4.676, ,66 Sumber: Data Bappeda, Kabupaten Maluku Tenggara (2010). Sebaran tertinggi penduduk terdapat di Kecamatan Kei Kecil,sebagai konsekuensi dari keberadaannya sebagai pusat pemerintahan. Sementara itu, jika jumlah penduduk dikaitkan dengan luas wilayah, maka akan terlihat kepadatan penduduk pada wilayah tersebut. Kepadatan penduduk berhubungan erat dengan daya dukung (carrying capacity) wilayah.wilayah kecamatan yang kepadatan penduduknya tinggi adalah Kecamatan Kei Kecil yang mencapai 35 per km 2 yang berarti setiap 1 (satu) km 2 didiami sekitar 35 jiwa.kepadatan penduduk berikutnya yaitu Kecamatan Kei Besar dengan tingkat kepadatan 21 per km 2.

7 24 Bila dilihat dari jenis kelamin, maka secara umum jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Maluku Tenggara lebih dominan dibandingkan laki-laki dengan sex rasio sebesar 96,90. Hal ini dapat diartikan bahwa diantara 100 orang perempuan terdapat 97 orang laki-laki. Jika dilihat menurut kecamatan terlihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada laki-laki.hal dapat dilihat pada Tabel 13 sebagai berikut : Tabel 13 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Kecamatan Jumlah Penduduk (%) Laki-Laki Perempuan Sex Ratio (1) (2) (3) (4) Kei Kecil 49,32 50,68 97,33 Kei Kecil Barat 50,37 49,63 101,48 Kei Kecil Timur 49,42 50,58 97,70 Kei Besar 48,79 51,21 95,27 Kei Besar Utara Timur 49,40 50,60 97,62 Kei Besar Selatan 48,50 51,50 94, ,21 50,79 96, ,23 50,77 96, ,22 50,78 96, ,23 50,77 96,95 Sumber: BPS Maluku Tenggara (2010) Jumlah penduduk sebagaimana telah disajikan pada Tabel 4.4 tersebut di atas selanjutnya dapat diklasifikasikan dalam usia produktif dan tidak produktif. Penduduk yang produktif adalah yang mereka yang memiliki usia berkisar antara tahun. Asumsinya adalah pada kelompok usiatersebut, seseorang sudah dapat terlibat dalam dunia kerja/usaha. Sedangkan bagi mereka yang berusia kurang dari 15 tahun dan lebih dari 64 tahun, maka dianggap belum/tidak produktif lagi. Jika semakin banyak anggota rumah tangga yang bekerja maka akan makin ringan beban yang harus dipikulnya memenuhi kebutuhan rumah tangga. Demikian pula halnya dengan suatu wilayah, apabila didalamnya terdapat banyak penduduk yang produktif, maka akan semakin berkurang pula tanggungannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebaran jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia, adalah disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia Tahun Jumlah Menurut Kelompok Umur(%) Angka Beban 0-14 Tahun Tahun 65 Tahun Tanggungan (1) (2) (3) (4) (5) ,84 58,71 5,46 70, ,31 54,59 6,10 83, ,78 53,16 7,06 88, ,68 56,64 4,69 76,57 Sumber: BPS Maluku Tenggara (2010)

8 25 Berdasarkan data pada Tabel 14, dapat pula ditelaah struktur umur penduduk. Memperlihatkan struktur umur penduduk Kabupaten Maluku Tenggara masih relatif muda, disebabkan proporsi penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun masih cukup tinggi. Hal ini berakibat pada rasio beban ketergantungan di Kabupaten Maluku Tenggara yang masih cukup tinggi. Rasio ini memberi isyarat nilai tambah yang diperoleh oleh penduduk usia produktif, terbagi dengan penduduk yang belum/tidak produktif. Hal ini akan menghambat usaha-usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, segala pihak-pihak terkait harus memikirkan berbagai usaha-usaha yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada penurunan angka beban ketergantungan. Dengan angka beban tanggungan sebesar 76,57 persen, memiliki makna bahwa setiap 100 orang penduduk produktif di Kabupaten Maluku Tenggara harus menanggung sekitar 77 orang penduduk yang tidak produktif Kondisi Perekonomian Daerah Krisis ekonomi yang terjadi secara nasional dan pertikaian antar kelompok di Maluku sangat berpengaruh bagi kondisi ekonomi Maluku Tenggara seperti halnya daerah lain di Maluku. Pada era tersebut pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara mencapai titik terendah dari sebelumnya diatas 10 persen menjadi rata rata sekitar 3 4 persen selama periode Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara , diketahui struktur ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara dari tahun 2000 sampai dengan 2004 menunjukan perubahan yang cukup signifikan. Kegiatan ekonomi pada sektor primer, sekunder dan tersier yang bergerak berfluktuasi setiap tahunnya. Kontribusi sektor primer (pertanian dan pertambangan, dengan sub sektor perikanan sebagai andalannya) dalam PDRB Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2000 sebesar 24,10 persen menjadi hanya 7,15 persen pada tahun 2004, sektor sekunder (industri, listrik, gas, air bersih, dan bangunan) pada tahun 2000 sebesar 23,53 persen menjadi 15,45 persen pada tahun 2004, dan sektor tersier (perdagangan, pengangkutan, keuangan dan jasa) sebesar 42,12 persen pada tahun 2000 menjadi 20,62 persen pada tahun Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara Periode berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik Maluku Tenggara, adalah sebagaimana disajikan pada Gambar 5 di bawah ini.

9 26 Persen (%) Sumber : BPS Maluku Tenggara (2008) Gambar 5 Pertumbuhan ekonomi Maluku Tenggara Periode Selama periode ekonomi Maluku Tenggara mengalami pertumbuhan ekonomi yang cenderung tinggi, yaitu dari 4,09 persen pada tahun 2003 hingga mencapai 4.99 persen pada tahun 2007 (pernah mencapai puncak tertinggi pada tahun 2006 sebesar 5.10 persen). Tingginya pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan ekonomi secara serempak pada semua sektor. Selama periode tersebut telah terjadi perpindahan pertumbuhan dari sektor primer ke sektor tersier. Tabel 15 berikut ini memperlihatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara dari tahun berdasarkan per sektor. Tabel 15 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara per-sektor ekonomi Deskripsii Pertumbuhan (%) Pertumbuhan Ekonomi Malukuu Tenggara 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik dan air bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa Jasa 4,0 2,9 5,0 2,3 7,5 5,6 5,4 8,4 3,4 3,4 3,3 2,9 5,3 3,3 6,1 5,5 3,6 4,4 3,3 3,1 5,1 3,2 5,4 4,0 5,7 6,8 6,8 8,0 3,6 6,3 5,0 3,6 7,8 4,6 6,5 8,9 6,2 5,6 3,7 5,9 Sumber : BPS Kabupaten Maluku Tenggara (2008) Mengacu pada tabel tersebut di atas dapat diketahui sektor Pertanian hanya mengalami pertumbuhan yang tidak terlalu signifikan sedangkan pertambangan, bangunan, dan jasa mengalami pertumbuhan yang cukup tajam. Pertanian mengalami pertumbuhan 2,9 persen pada tahun 2004 hingga mencapai 3,6 persen pada tahun Pertambangan tumbuh dari 5,0 persen di tahun 2004 hingga

10 27 mencapai 7,8 persen di tahun Bangunan tumbuh dari 5,6 persen pada tahun 2004 menjadi 8,9 persen di tahun Jasa juga mengalami pertumbuhan dari 3,4 persen pada tahun 2004 menjadi 5,9 persen pada tahun Karakteristik Nelayan Status Pernikahan Profil nelayan yang menjadi responden pada penelitian ini ditinjau dari status pernikahan, ditabulasi silangkan dengan kecamatan atau wilayah di mana nelayan berada,terdapatpada Tabel 16 di bawah ini: Kecamatan Tabel 16 Status pernikahan dan domisili nelayan responden Status Pernikahan Menikah Janda/Duda Belum Total Menikah Kei Kecil Kei Kecil Timur Kei Kecil Barat Kei Besar Tengah Total Mengacu pada hasil dari Tabel 16 tersebut di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas nelayan (90%) telah menikah pada empat kecamatan wilayah penelitian. Sedangkan untuk nelayan yang belum menikah dan nelayan yang berstatus janda/duda, masing-masing memiliki proporsi yang sama yakni sebesar 5%. Hasil ini tentu saja akan sangat mendukung analisis data, dikarenakan akan dapat dieksplorasi lebih lanjut informasi yang diperoleh ini sebagai salah satu data dukung menganalisis tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan, maupun arah kebijakan pembangunan wilayah perdesaan. Data profil nelayan dalam perspektif status pernikahan ini dapat didukung dan dikonfirmasi pula dengan atribut-atribut lain, seperti latar belakang pendidikan formal, sebaran usia, dan jumlah anggota keluarga dalam satu kepala keluarga. Kebijakan pengembangan wilayah dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan, sangat terkait erat dengan eksistensi dan potensi dari sosial demografi masyarakat nelayan, khususnya di empat kecamatan wilayah penelitian Pendidikan Profil nelayan ditinjau dari perspektif pendidikan per kecamatan atau wilayah penelitian di mana nelayan berada,terdapat pada Tabel 17 di bawah ini :

11 28 Kecamatan Tabel 17 Tingkat pendidikan per-kecamatan domisili nelayan Pendidikan Tidak Total SD SMP SMA Diploma/ Sekolah Sarjana Kei Kecil Kei Kecil Timur Kei Kecil Barat Kei Besar Tengah Total Mengacu pada hasil dari Tabel 17 tersebut di atas dapat diketahui bahwa pada 4 kecamatan wilayah penelitian, sebaran data latar belakang pendidikan formal nelayan terkonsentrasi pada latar belakang pendidikan formal setingkat SMA (55%), diikuti kemudian pada latar belakang pendidikan SD (18%) dan SMP (18%), tidak sekolah maupun tidak tamat SD (5%), dan proporsi paling sedikit adalah nelayan yang memiliki pendidikan formal diploma/sarjana (4%). Apabila dilihat secara makro kondisi ini sudah cukup baik, yakni nelayan yang menjadi responden penelitian relatif mampu memenuhi program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah. Namun demikian data ini perlu dikonfirmasi lebih lanjut dengan data sebaran usia nelayan, agar dapat diperoleh informasi lanjutan yang dapat memberikan penjelasan komposisi proporsi nelayan berdasarkan latar belakang pendidikan formal tersebut. Pembagian kategori usia nelayan ke dalam 3 kategori, akan dapat menjelaskan sebaran data latar belakang pendidikan formal nelayan yang lebih terkonsentrasi pada pendidikan SD, SMP dan SMA Sebaran UsiaNelayan Sebaran usia nelayan di 4 kecamatan yang menjadi responden penelitian ini, dapat diketahui dengan bantuan SPSS sebagaimana disajikan pada diagram batangdi bawah ini : a. Sebaran Usia Nelayan di Wilayah Kecamatan Kei Kecil >59 1 Sebaran Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Gambar 6 Diagram batang sebaran usia nelayan di Kecamatan Kei Kecil

12 29 Mengacu pada Gambar 6, sebagaimana tersaji di atas maka dapat diketahui bahwa pada nelayan di wilayah Kecamatan Kei Kecil memiliki usia yang terkonsentrasi pada usia tahun. Nelayan dari wilayah Kecamatan Kei Kecil yang menjadi responden pada penelitian ini termasuk dalam kategori usia produktif. b. Sebaran Usia Nelayan di Wilayah Kecamatan Kei Kecil Timur Sebaran Usia (Tahun) > Jumlah (Orang) Gambar 7 Diagram batang sebaran usianelayan di Kecamatan Kei Kecil Timur Mengacu pada Gambar 7, dapat diketahui bahwa pada nelayan di wilayah Kecamatan Kei Kecil Timur didominasi pada nelayan yang berumur tahun. Hasil ini juga turut memberi konfirmasi bahwa nelayan yang menjadi responden penelitian didominasi oleh nelayan yang berusia produktif. c. Sebaran Usia Nelayan di Wilayah Kecamatan KeiKecil Barat Sebaran Usia (Tahun) > Jumlah (Orang) Gambar 8 Diagram batang usianelayan di Kecamatan Kei Kecil Barat Mengacu pada Gambar 8, sebagaimana tersaji di atas maka dapat diketahui bahwa pada nelayan di wilayah Kecamatan Kei Kecil Barat, memiliki sebaran data yang cukup merata.

13 30 d. Sebaran Usia Nelayan di Wilayah Kecamatan Kei Besar Tengah Sebaran Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Gambar 9 Diagram batang sebaran usiadi Kecamatan Kei Besar Tengah Mengacu pada Gambar 9, sebagaimana tersaji di atas maka dapat diketahui bahwa pada nelayan di wilayah Kecamatan Kei Besar Tengah, tersebar cukup merata dari rentang usia 21 tahun sampai dengan 57 tahun. Hal ini berarti mampu menjadi representasi dari nelayan berusia muda sampai dengan nelayan berusia dewasa. Gambaran sebaran usia nelayan yang menjadi responden penelitian secara keseluruhan pada 4 kecamatan wilayah penelitian, adalah sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini. Gambar 10 Sebaran usia nelayan Jumlah Anggota Keluarga Sebagai data dukung dari status pernikahan dan sebaran usia dari nelayan yang menjadi responden penelitian, maka perlu dianalisis pula sebaran nelayan berdasarkan kategori jumlah anggota keluarga dalam satu kepala keluarga. Data jumlah anggota keluarga nelayan yang menjadi responden penelitian ini adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 18 sebagai berikut.

14 31 Tabel 18 Komposisi jumlah anggota keluarga nelayan di empat Kecamatan Jumlah Anggota Keluarga Tabulasi Silang Total 1-4 Orang 5-8 Orang >8 Orang Kei Kecil Kei Kecil Timur Kecamatan Kei Kecil Barat Kei Besar Tengah Total Mengacu pada Tabel 18 maka dapat diketahui bahwa pada Kecamatan Kei Kecil sebaran nelayan berdasarkan jumlah anggota keluarga cukup tersebar di 3 kategori yang ditetapkan, demikian pula pada Kecamatan Kei Kecil Timur dan Kei Kecil Barat. Kecuali pada Kecamatan Kei Besar Tengah, yang lebih didominasi pada nelayan yang memiliki jumlah anggota keluarga 1-4 orang dan 5-8 orang dalam 1 kepala keluarga. Bagi nelayan yang berusia muda yakni di bawah 40 tahun terdapat kecenderungan memiliki anggota keluarga 1-4 orang, yakni sebagai sebuah kecil dan sederhana. Sedangkan bagi nelayan yang telah berusia lebih dewasa atau di atas 40 tahun, terdapat kecenderungan memiliki jumlah anggota keluarga lebih banyak atau termasuk dalam keluarga besar. Hal ini bersifat relatif hanya berlaku terbatas pada nelayan yang terpilih menjadi responden penelitian Pengalaman Menjadi Nelayan Deskripsi pengalaman atau sudah berapa lama berprofesi sebagai nelayan pada responden penelitian yang tersebar di 4 kecamatan wilayah penelitian, dapat memberikan dukungan data dan informasi yang memperjelas profil nelayan. Data deskrptif dari usia nelayan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dapat menjadi lebih bermakna apabila dikaitkan pembahasannya dengan seberapa lama atau pengalaman menjadi nelayan. Hasilnya adalah sebagaimana diuraikan oleh penulis pada Tabel 19 berikut ini. Tabel 19 Ukuran deskriptif pengalaman menjadi nelayan No Kecamatan Ukuran Pengalaman (Tahun) Maksimum Minimum Rata-rata 1 Kei Kecil (n = 51) ,18 2 Kei Kecil Timur (n = 14) ,36 3 Kei Kecil Barat (n = 7) ,86 4 Kei Besar Tengah (n = 28) ,96 Berdasarkan Tabel 19 tersebut di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata pengalaman sebagai nelayan antara nelayan di Kecamatan Kei Kecil Timur dan Kecamatan Kei Besar Tengah relatif sama yakni memiliki pengalaman sebagai nelayan rata-rata selama 23 tahun. Rata-rata pengalaman sebagai nelayan pada nelayan di Kecamatan Kei Kecil Barat merupakan yang terlama dibandingkan

15 32 dengan nelayan pada kecamatan lain. Hal tersebut sangat terkait erat dengan data yang tersedia yakni paling sedikit nelayan di Kecamatan Kei Kecil Barat telah berpengalaman sebagai nelayan, minimal selama 20 tahun dan paling lama atau maksimal selama 50 tahun. Apabila dibandingkan dengan nelayan di kecamatan lain, maka kondisi ini sangat berbeda jauh. Data ini juga memberikan informasi bahwa pada kecamatankecamatan di luar Kecamatan Kei Kecil Barat, sebarannya sangat beragam dalam hal usia nelayan. Hal ini turut memberikan dukungan informasi dari sebaran usia nelayan yang tersebar dari usia remaja/dewasa sampai dengan usia dewasa atau telah matang usianya Profesi Sampingan Nelayan Profesi sampingan nelayan atau aktivitas mencari nafkah selain menangkap ikan di laut, adalah sebagaimana disajikan datanya pada Tabel 20 di bawah ini. Tabel 20 Profesi sampingan nelayan Profesi Sampingan Kecamatan Tidak Total Buruh Wirausaha Tani Lainnya Ada Kei Kecil Kei Kecil Timur Kei Kecil Barat Kei Besar Tengah Total Berdasarkan Tabel 20 tersebut di atas, dapat diketahui bahwa profesi sampingan nelayan di 4 kecamatan wilayah penelitian didominasi pada pekerjaan sebagai buruh dan juga sebagai petani. Profesi sampingan sebagai buruh merupakan sebuah pekerjaan lepas, yakni hanya dilakukan bersifat temporer dan dalam jangka waktu tertentu yang relatif singkat. Pekerjaan sebagai buruh dilakukan oleh nelayan pada saat industri-industri yang berada di sekitar wilayahnya, membutuhkan tenaga outsourching tambahan untuk memenuhi kapasitas produksinya. Aktivitas bertani dilakukan oleh nelayan sambil mengisi waktu luang yang tersedia, baik pada saat sepulang berlayar maupun sambil menunggu waktu berlayar untuk mencari atau menangkap ikan. Terdapat 15% responden yang memiliki profesi sampingan sebagai wirausaha, 8% profesi lainnya, dan 7% berprofesi tunggal sebagai nelayan atau tidak memiliki profesi sampingan selain sebagai nelayan Tata Niaga Kegiatan pemasaran ikan-ikan hasil tangkapan nelayan di Maluku Tenggara pada umumnya dilakukan melalui Tempat Pelelangan ikan (TPI). Namun demikian tidak semua nelayan menjual hasil tangkapannya melalui TPI.Nelayan yang menjual hasil tangkapannya melalui TPI adalah nelayan yang memperoleh hasiltangkapan dalam jumlah banyak, sedang nelayan yang hasil tangkapannya sedikit biasanya langsung menjual kepada pedagang pengumpul tanpa melalui pelelangan. Selain itu hasil tangkapan nelayan juga terkadang

16 33 langsung dijual secara kepada eksportir yang menggunakan kapal-kapal besar untuk dijual ke luar negeri. Penjualan ikan di pelelangan dipimpin oleh juru lelang yang ditunjuk oleh Kepala TPI. Sistem penawaran lelang dilakukan dengan cara meningkat dan penawar tertinggi akan memperoleh prioritas untuk membeli ikan yang ditawarkan oleh nelayan. Pembayaran dari bakul kepada nelayan dilakukan secara tunai setelah dipotong biaya retribusi yang ditetapkan. Ikan-ikan yang dibeli tersebut kemudian di distribusikan kepada konsumen, baik konsumen yang berada di wilayah Maluku Tenggara maupun konsumen yang berada diluar Maluku Tenggara. Bakul pengecer memiliki saluran pemasaran yang paling pendek dibandingkan dengan bakul pengolah dan bakul pengumpul. Bakul pengecer menyalurkan ikan kepada konsumen melalui pedagang pengecer, daerah pemasaran ikan-ikan yang dijual bakul pengecer adalah daerah Maluku Tenggara dan sekitarnya. Sedang bakul pengolah menyalurkan ikan-ikan yang dibelinya dari pelelangan kepada para pengolah yang banyak terdapat di daerah tersebut atau mengolah sendiri ikan-ikan yang dibelinya. Bakul pengumpul menyalurkan ikan-ikan yang dibeli dari pelelangan kepada pedagang besar, yang terdapat diluar Maluku Tenggara. Biasanya pedagang pengumpul merupakan agen atau perwakilan pedagang besar. Dari pedagang-pedagang besar, ikan-ikan tersebut di distribusikan lagi kepada pedagang pengecer untuk kemudian dijual kepada konsumen akhir. Bakul merupakan satuan penjualan ikan tangkap, di mana apabila dikonversi ke dalam satuan kilogram bermakna 1 bakul memiliki nilai ukuran yang sama dengan 30 kilogram. Bakul itu sendiri adalah wadah atau tempat penyimpanan beragam ikan hasil tangkap yang diperoleh nelayan dari hasil melaut untuk kemudian dipasarkan melalui jaringan rantai tata niaga pemasaran yang tersedia. Penghasilan yang diperoleh nelayan secara umum relatif belum maksimal.hal terjadi akibat adanya gejala eksploitasi dalam praktik pemasaran dan penerapan sistem bagi hasil. Gejala eksploitasi dalam praktik pemasaran dilakukan pedagang perantara, yaitu bakul atau pengumpul sedangkan gejala eksploitasi dalam bagi hasil dilakukan oleh juragan terhadap ABK. Pasar Tual merupakan pasar terbesar di Kei Kecil, yakni sebagai tempat di mana hasil tangkapan nelayan dipasarkan. Selesai operasi penangkapan, ikan hasil tangkapan kemudian langsung dibawa ke pasar dengan motor tempel yang juga digunakan untuk kegiatan penangkapan. Apabila ada nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan perahu tanpa motor, maka hasil tangkapannya dititipkan pada nelayan yang menggunakan motor tempel dengan ikut menanggung bahan bakar yang diperlukan. Aktivitas ini terjadi secara rutin dari waktu ke waktu dan mengalami puncak kesibukan tertinggi yaitu pada masa panen. Pendapatan nelayan pemilik dihitung dengan mengurangkan seluruh biaya terhadap nilai hasil tangkapan. Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya investasi, operasi, perawatan dan tenaga kerja. Besarnya biaya penyusutan dan perawatan ditentukan pada persentase pemakaian. Sistem bagi hasil yang berlaku pada umumnya adalah perahu dan jaring, mesin, dan setiap tenaga kerja masing-masing menerima bagian yang sama. Perahu maupun jaring menerima bagian yang sama dengan tenaga kerja. Pembagian ini dihitung dari nilai produksi setelah dikurangi

17 34 biaya operasi, baik biaya tetap (fixed cost) maupun biaya variabel (variable cost) yang besarannya berbanding lurus dengan volume ikan hasil tangkap nelayan. Rantai tata niaga pemasaran ikan di Maluku Tenggara yang menggambarkan saluran distribusi dan perkembangan harga jual ikan khususnya dalam hal ini adalah ikan layang pada setiap saluran distribusi pemasaran, dapat diilustrasikan pada Gambar 11 di bawah ini. ( 15%) = Rp.1.000/Kg ( 10%) = Rp.766/Kg ( 18,58%) = Rp.1.567/Kg Rp.6.667/Kg per-bakul Rp Nelayan Bakul Kecil dan Pedagang Pengumpul TPI Rp.7.667/Kg per-bakul Rp Pedagang Pengumpul Rp.8.433/Kg per-bakul Rp Pedagang Pengecer per-bakul Rp Rp.7.000/Kg Rp.9.333/Kg per-bakul Rp Rp /Kg per-bakul Rp Bakul Kecil Restoran Konsumen Akhir ( 10%) = Rp.667/Kg ( 10,67%) = Rp.1.666/Kg Ket : = Rantai Pasok Pasar Lokal = Nilai Keuntungan Margin 1 bakul = 30 Kg Gambar 11 Tata niaga pemasaran ikan di Maluku Tenggara Mengacu pada Gambar 11, maka tata niaga pemasaran ikan di Maluku Tenggara pada dasarnya semua pihak mengambil keuntungan sebagai selisih antara harga jual dengan harga beli. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa asumsi perkiraan margin keuntungan pada setiap jalur distribusi cukup beragam. Dalam hal ini rantai tata niaga diawali oleh aktivitas penjualan ikan yang dapat dijual secara langsung kepada pedagang pengumpul, maupun terlebih dahulu dijual melalui TPI, terdistribusi sampai ke tangan konsumen akhir. Harga jual ikan layang pada masa panen dalam volume 30 Kg per-bakul. Rantai pasok dimulai dari nelayan yang menjual kepada TPI sebesar Rp atau Rp.6.667/Kg, kemudian oleh TPI dijual kembali kepada pedagang pengumpul sebesar Rp atau Rp.7.667/Kg yang artinya TPI mengambil margin keuntungan sebesar 15% atau Rp.1.000/Kg. Rantai tata niaga kemudian berlanjut yakni aktivitas pemasaran ikan dari pedagang pengumpul kepada pedagang pengecer sebesar Rp atau Rp.8.433/Kg artinya pedagang pengumpul mengambil margin keuntungan sebesar 10% (Rp.766/Kg). Aktivitas terakhir dari tata niaga pemasaran ikan adalah dari pedagang pengecer kepada konsumen akhir sebesar Rp atau Rp /Kg dengan margin keuntungan sebesar 18,58% (Rp.1.567/Kg). Rantai tata niaga selain dari pedagang pengumpul kepada pedagang pengecer, dapat juga terjadi dari pedagang

18 35 pengumpul kepada konsumen bisnis pengusaha restoran sebesar Rp atau Rp.9.333/Kg dan margin keuntungan sebesar 10,67% (Rp.1.666/Kg). Meskipun harga jual ikan secara langsung dari nelayan kepada pedagang pengumpul lebih besar atau lebih mahal Rp per-bakul atau Rp. 333/Kg dibandingkan dijual melalui TPI, namun nelayan membutuhkan biaya operasional khususnya di bidang biaya transportasi yang lebih besar dibandingkan dijual kepada TPI. Hal ini dikarenakan para nelayan harus menjual ikan dalam jumlah yang besar sesuai permintaan pedagang pengumpul, sehingga nelayan membutuhkan sarana transportasi untuk memasarkannya dan hal ini tentu saja memiliki konsekuensi terhadap biaya. Dengan demikian para nelayan pada umumnya lebih memilih memasarkan ikan melalui TPI, karena meski harganya lebih murah namun biaya operasional mereka pun menjadi lebih rendah. Dengan demikian TPI memiliki peranan yang sangat penting dalam kelancaran distribusi pasokan tata niaga ikan dari nelayan sampai dengan ke tangan konsumen. Adapun gambaran tata niaga dalam hal besar pendapatan rata-rata pada nelayan di empat kecamatan per-hari pada masa non panen sangat beragam dan tidak dapat dipastikan perolehannya. Namun demikian dapat dilakukan dugaan dengan mengacu pada kisaran biaya operasional setiap kali melaut dan hasil tangkapan rata-rata, sehingga dapat diperoleh nilai rata-rata pendapatannya yang merupakan laba atau keuntungan. Hasilnya adalah sebagaimana disajikan datanya pada tabel 21 berikut ini. Tabel 21 Pendapatan setiap melaut nelayan padaempatkecamatandi Maluku Tenggara No Kecamatan Rata-rata Pendapatan (Rp) Maksimum Minimum Rata-rata 1 Kei Kecil (n = 51) Kei Kecil Timur (n = 14) Kei Kecil Barat (n = 7) Kei Besar Tengah (n = 28) Mengacu pada Tabel 21 tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pendapatan terbesar adalah pada nelayan yang berada di wilayah Kecamatan Kei Kecil, yakni sebesar Rp Meskipun demikian secara keseluruhan, rata-rata pendapatan per hari nelayan di empat kecamatan penelitian tidak terlalu besar perbedaannya Sesuai dengan hukum permintaan, diketahui bahwa jika pasokan ikan atau hasil tangkapan ikan oleh nelayan mengalami penurunan yang signifikan sedangkan permintaan mengalami peningkatan, maka secara otomatis harga jual ikan akan mengalami peningkatan. Kondisi ini terjadi pada masa-masa di luar panen, yakni antara Mei sampai dengan Desember pada setiap tahunnya. Hasil wawancara dengan nelayan diketahui bahwa khususnya pada ikan layang, pada saat hasil tangkapan ikan secara agregat mengalami penurunan maka harganya bisa mencapai pada kisaran Rp hingga Rp per-bakul, di mana 1 bakul setara dengan 30 kilogram.

19 36 Pada saat pasokan ikan mengalami keterbatasan tersebut, maka terdapat beberapa hal yang mungkin terjadi terkait kondisi tersebut. Para pelaku pemasaran di saluran distribusi akan memperoleh margin keuntungan yang lebih optimal dari kenaikan harga jual ikan. Namun di sisi lain, hal ini juga berpotensi pada kenaikan biaya operasional dan tenaga yang dikeluarkan nelayan. Hal ini disebabkan nelayan perlu mengeluarkan biaya dan tenaga tambahan dalam aktivitas penangkapan ikan. Pada tingkat pengecer, potensi kerugian dapat terjadi dikarenakan biaya transportasi yang telah dikeluarkan tidak dapat memperoleh ikan dengan kuantitas optimal. Harga yang mahal juga berpotensi menimbulkan risiko pada hasil penjualan ikan tidak sesuai harapan. Masa-masa panen biasanya terjadi pada bulan Januari sampai dengan April pada setiap tahunnya. Pada saat panen, hasil tangkapan ikan oleh nelayan melimpah. Sesuai dengan hukum permintaan, bahwa pada saat pasokan agregat mengalami peningkatan sedangkan permintaan agregat cenderung tetap atau bahkan menurun, maka harga jual ikan cenderung akan mengalami penurunan yakni harganya berada pada kisaran Rp hingga Rp per-bakul. Komponen biaya operasional nelayan di antaranya adalah biaya makanan atau lauk pauk, makanan ringan, rokok, bensin, solar, minyak tanah, umpan, minyak oli dan perawatan, dan biaya overhead lain yang tidak terduga. Hasil lengkap dari keadaan ini disampaikan sebagai lampiran, pada laporan penelitian ini. Kisaran perolehan keuntungan rata-rata tiap melaut adalah Rp hingga Rp Terkait alat tangkap ikan yang digunakan nelayan di antaranya adalah purse sain atau jaring bobo dan bagan. Purse sain lebih dominan tersedia di wilayah Kecamatan Kei Kecil dan Kecamatan Kei Kecil Timur. Sedangkan untuk bagan, selain tersedia di Kecamatan Kei Kecil dan Kecamatan Kei Kecil Timur juga tersedia di Kecamatan Kei Kecil Barat dan Kecamatan Kei Besar Tengah. Kapasitas hasil tangkapan purse sain mampu mencapai hasil maksimal sampai dengan 3 ton ikan. Sedangkan pada bagan kapasitas tangkapannya mencapai hasil maksimal lebih kecil dibandingkan purse sain yakni 2 ton ikan. Purse sain memiliki ukuran berkisar antara meter untuk ukuran kecil dan meter untuk ukuran besar. Bagan memiliki ukuran panjang meter x meter, sedangkan untuk ukuran kecil adalah 12 x 15 meter. Hasil analisis margin tata niaga sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya adalah hasil analisis secara keseluruhan pada aktivitas setiap kali tangkap ikan, belum tergambarkan dengan jelas gambaran bagi hasil antara pemilik alat tangkap (juragan) dengan anak buah kapal. Mekanisme bagi hasil antara juragan dengan anak buah kapal adalah perolehan hasil tangkap dibagi dua secara merata. Jumlah tenaga kerja pada pure sain berkisar antara 7-15 orang, sedangkan pada bagan berkisar antara 4-7 orang. Sehingga dengan demikian hasil yang diperoleh oleh nelayan selama 1 bulan (asumsi 20 hari kerja) setelah dibagi dua dengan juragan, adalah sebagaimana disajikan pada tabel berikut:

20 37 Tabel 22 Pendapatan nelayan per bulan (20 hari kerja) pada empat Kecamatan di Maluku Tenggara No Kecamatan Rata-rata Pendapatan (Rp) Maksimum Minimum Rata-rata 1 Kei Kecil (n = 51) Kei Kecil Timur (n = 14) Kei Kecil Barat (n = 7) Kei Besar Tengah (n = 28) Hasil produksi perikanan skala besar dipasarkan keluar negeri (ekspor) sebesar 57% dari volume hasil tangkap melalui pelabuhan perikanan nasional di Tual dan sisanya dipasarkan secara langsung di laut oleh nelayan-nelayan kecil kepada kapal-kapal penampung dari luar yang membeli ikan hasil tangkapan nelayan langsung di laut. Pemasaran hasil tangkapan nelayan tradisional dilaksanakan oleh pedagang pengumpul yang bermukim di desa-desa nelayan dan dipasarkan di pasar lokal di wilayah Maluku Tenggara. Pedagang pengumpul di Maluku Tenggara jumlahnya tidak banyak, dan pada umumnya mereka merupakan pedagang pengumpul untuk jenis ikan kecil. Mengacu pada Berita Resmi Statistik Tahun 2012 diketahui bahwa Angka sementara ekspor Maluku bulan Januari 2012 memiliki volume ekspor sebesar ,00 kg atau sekitar 16,14 ribu ton. Nilai ekspor bulan Januari 2012 sebesar US$ Ekspor Maluku pada awal tahun 2012 seluruhnya berasal dari kelompok komoditi ikan dan udang, dengan komoditi spesifik mencakup antara lain: Ikan beku lainnya (US$7,31 juta); Udang kecil dan udang biasa lainnya beku dengan kepala (US$0,90 juta); Udang kecil dan udang biasa lainnya beku tanpa kepala (US$0,68 juta); Filletbeku ikan tuna, cakalang atau stripe bellied bonito (US$0,57 juta); Cumi lainnya beku (US$0,49 juta); Udang kecil dan udang biasa lainnya beku (US$0,44 juta); dan lainnya (US$0,26 juta). Adapun nilai ekspor Maluku menurut Negara tujuan ekspornya adalah sebagaimana disajikan pada gambar 12 di bawah ini :

21 38 Gambar 12 Nilai Ekspor Maluku Menurut Negara Tujuan Ekspor Januari 2011 (US$) Seluruh aktivitas ekspor Maluku pada Januari 2012 dilakukan melalui Pelabuhan Ambon dan Pelabuhan Tual dengan 9 negara tujuan sebagaimana telah ditunjukkan pada Gambar 12. Thailand menjadi negara tujuan ekspor utama dengan nilai ekspor mencapai US$6,04 juta. Komposisi volume dan nilai ekspor Maluku bulan Januari menurut pelabuhan muat adalah seperti digambarkan pada Gambar 13 di bawah ini. Gambar 13 Volume dan Nilai Ekspor Maluku Menurut Pelabuhan Ekspor Januari 2011 (US$) Angka sementara ekspor komoditi asal Maluku yang diekspor dari luar Maluku pada bulan Januari 2012 adalah volume ekspor sebesar 0,17 ribu ton. Nilai ekspor komoditi asal Maluku bulan Januari 2012 sebesar US$0,94 juta. Ekspor komoditi asal Malukuu namun yang diekspor dari luar Maluku (dimuat melalui Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, Jawa Timur). Pada awal tahun 2012 ini datang dari kelompokk komoditi ikan dan udang, serta kelompok komoditi biji bijian berminyak. Komoditi spesifik dari kedua kelompok komoditi adalah: Ikan tuna sirip kuning beku (US$0,50 juta); Fillet ikan tuna loin lainnya beku (US$0,39 juta); dan Rumput laut dan ganggang lainnya eucheuma spp. (US$0,05 juta). Mengacu pada data sebagaimana disajikan pada Gambar 13 dapat diketahui bahwa pada pelabuhan Tual memiliki berat atau volume dan nilai ekspor yang tertinggi dibandingkan pada pelabuhan Ambon. Hal ini menjadi indikator bahwa kapasitas produksi ikan di Maluku Tenggara telah mampu memberikan kontribusi nyata dalam transaksi perdagangan ekspor di wilayah Maluku secara luas. Adapun kontribusi secara lebih terperinci untuk setiap jenis ikan tangkap di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, belum dapat dilakukan penelaahan lebih lanjut. Hal ini disebabkan dataa kontribusi volume dan nilai ekspor tersedia secara simultan terintegrasi dari data setiap kabupaten sehingga menjadi data provinsi. Transaksi perdagangan ekspor tersebut dapat memicu pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku khususnya di Kabupaten Maluku Tenggara. Hal ini terindikasi dari data menurut BPS (2012) bahwa secara sektoral, sub sektor perikanan memberikan kontribusi yang nyata terhadap sektor perikanan dalam Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Maluku Tenggara. Pada Tahun 2011

22 tercatat sub sektor perikanan mampu memberikan kontribusi sebesar 22,88% terhadap sektor pertanian, dan sektor pertanian itu sendiri memberi kontribusi sebesar 37,68% terhadap PDRB Kabupaten Maluku Tenggara. Subsektor Perikanan sangat besar kontribusinya di Kecamatan Kei Kecil, namun berdasarkan data BPS (2012) diketahui bahwa masih didominasi oleh nelayan tradisional.hal itu terlihat dari perahu yang digunakan, yang sebagian besar Perahu tak bermotor, dan alat penangkapan ikan utama yang digunakan yaitu Pancing. Produksi Ikan Laut pada Kecamatan Kei Kecil selama tahun 2011 sebesar ,1 ton (BPS Maluku Tenggara, 2012). Berdasarkan pada data BPS (2012), subsektor Perikanan sangat besar kontribusinya di Kecamatan Kei Kecil Timur, dengan produksi Ikan Laut di Kecamatan Kei Kecil Timur selama tahun 2009 sebesar Ton. Pada Kecamatan Kei Kecil Barat, produksi ikan selama tahun 2011 adalah sebesar 5.461,40 Ton. Pada Kecamatan Kei Besar Tengah produksi ikan selama tahun 2011 sebesar 9.914,2 Ton. Secara Sektoral, sektor Pertanian adalah penyumbang terbesar dalam perekonomian daerah Maluku Tenggara dengan sub sektor andalannya yakni Perikanan. Pada tahun 2011 kontribusi Sektor Pertanian sebesar 37,68% dengan konstribusi terbesar dari sub sektor Perikanan terhadap PDRB Maluku Tenggara yakni sebesar 22,88% (Rp ,45/Rp ,63 x 100%). Data lengkap PDRB berdasarkan lapangan usaha pertanian, adalah sebagaimana disajikan pada tabel berikut: 39

23 40 Tabel 23 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Maluku Tenggara menurut lapangan usaha pertanian atas dasar harga berlaku [Jutaan / Million Rp] Lapangan Usaha S e c t o r * 2011** I. Pertanian Agriculture , , ,92 a. Tanaman Bahan Makanan Farm Food Crops , , ,77 b. Tanaman Perkebunan Non Food Crops , , ,99 c. Peternakan & Hasil-hasilnya Livestock & Products 2.729, , ,04 d. Kehutanan Forestry 4.043, , ,67 e. Perikanan Fishery , , ,45 Sumber: BPS Maluku Tenggara (2012) Mengacu pada Tabel 23 diketahui bahwa dari keempat wilayah Kecamatan lokasi penelitian, dapat diketahui bahwa terkait distribusi pemasaran ikan pada Kecamatan Kei Kecil Barat memiliki nilai rata-rata paling kecil dibandingkan pada kecamatan lainnya. Pada kecamatan ini, waktu yang dibutuhkan pada saat menjual ikan di saluran distribusi menjadi lebih lama dibandingkan pada kecamatan lainnya. Hal ini dikarenakan nelayan harus melewati laut sebagaimana posisinya yang tidak berada dalam satu pulau, atau terpisah, sehingga terjadi disparitas antar wilayah. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi disparitas khususnya di bidang tata niaga pemasaran ikan, di antaranya sebagai berikut: a. Pemerataan investasi Dengan mendorong pemerataan investasi yang terjadi pada semua sektor, maka semua wilayah secara simultan akan berkembang infrastrukturnya. Dengan terjadinya perkembangan infrastruktur yang baik, maka akan turut meminimalisir disparitas dalam rantai distribusi pemasaran ikan. b. Pemerataan permintaan Untuk mengoptimalkan perolehan margin pada setiap rantai dalam saluran distribusi pemasaran, maka diperlukan adanya pemerataan permintaan dengan cara mengembangkan indsutri dan wilayah secara simultan. Dengan demikian kondisi ini bisa menciptakan permintaan-permintaan untuk tiap produk ikan tangkap nelayan. c. Pemerataan tabungan Tabungan sangat diperlukan agar dapat menstimulus investasi bagi pengembangan pemasaran ikan nelayan. Jika jumlah tabungan di suatu wilayah meningkat, maka potensi investasi juga akan meningkat. Beberapa upaya tersebut di atas dapat diinisiasi oleh Pemerintah pusat maupun Daerah, dengan melibatkan seluruh stakeholder bagi pengembangan pembangunan wilayah perdesaan di Maluku Tenggara. Optimalisasi pengembangan wilayah perdesaan akan sangat terkait dengan kondisi tingkat

24 41 pengeluaran per kapitanya. Hal ini dapat dijadikan dasar bagi pemerintah pusat maupun daerah, dalam memfokuskan wilayah mana yang perlu lebih diprioritaskan pengembangan pembangunannya. Tabel 24 Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan menurut Kabupaten/Kota Kabupaten/ Kota Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Kepulauan Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Maluku Barat Daya Buru Selatan Ambon Tual Sumber: BPS Maluku Tenggara (2012) Mengacu pada data pada Tabel 24, diketahui bahwa rata-rata pengeluaran per Kapita sebulan pada Kabupaten Maluku Tenggara masih relatif rendah, yakni Rp pada tahun 2010 dan Rp pada Tahun 2011, atau meningkat sebesar 35,47%. Meskipun mengalami kenaikan, namun rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk wilayah Maluku Tenggara masih jauh lebih rendah jika dibandingkan Ambon maupun Maluku. Kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB Maluku Tenggara yang mampu mencapai 22,88%, perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah pusat maupun daerah, dalam upaya meningkatkan pengembangan pembangunan wilayah perdesaaannya berbasis perikanan. Berbagai kebijakan dan programprogram pengembangan pembangunan wilayah perdesaan di wilayah Maluku Tenggara berbasis sektor pertanian khususnya pada sub sektor perikanan, dapat dilakukan secara mendalam dengan memperhatikan kondisi faktor-faktor internal dan eksternalnya. Kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah sangat tergantung dari keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di wilayahnya, dalam hal ini pada Kabupaten Maluku Tenggara adalah sektor perikanan. Sebagai sebuah nilai strategis, sektor perikanan memacu atau menjadi pendorong utama pertumbuhan daerah-daerah yang ada di wilayahnya. Dengan demikian optimalisasi pemasaran ikan khususnya ikan tangkap memiliki relevansi erat dalam kerangka konseptual pembangunan wilayah yang digunakan secara luas, di samping sektor-sektor lainnya. Permintaan terhadap input dapat meningkat melalui perluasan permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis (ekspor) dan sektor non-basis (lokal atau services). Permintaan terhadap produksi sektor lokal hanya dapat meningkat jika pendapatan lokal meningkat. Peningkatan pendapatan akan terjadi jika sektor basis (ekspor) meningkat. Dengan demikian optimalisasi pemasaran ikan tangkap secara basis dan non-basis merupakan faktor penentu dalam pembangunan ekonomi bagi pembangunan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara.

25 42 Rustiandi, dkk (2011) menjelaskan bahwa arus pendapatan yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi industri basis akan meningkatkan investasi, kesempatan kerja, pendapatan dan konsumsi, pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan kesempatan kerja serta menaikkan permintaan hasil industri non basis. Hal ini berarti kegiatan industri basis memiliki peranan penggerak utama di mana setiap perubahan kenaikan atau penurunan memiliki efek pengganda terhadap perekonomian wilayah. Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan juga menuntut perlakuan dan cara pandang yang berbeda untuk berbagai karakteristik sumberdaya alam. Laut merupakan sumberdaya alam yang bersifat esensial selain lahan, udara, hutan, dan lain sebagainya. Berbagai sumberdaya alam ini bersifat melekat dengan posisi atau lokasi di atas permukaan bumi. Oleh karenanya inventarisasi dan evaluasi sumberdaya alam memerlukan pendekatan geografik serta memerlukan pendekatan dan analisis spasial. Pengelolaan sumberdaya alam sangat ditentukan oleh sikap mental dan cara pandang manusia terhadap sumberdaya alam tersebut. Pandangan yang konservatif terhadap sumberdaya alam menyebabkan sikap manusia yang sangat berhati-hati di dalam memanfaatkan sumberdaya alam, karena manusia dihadapkan pada ketidakpastian masa depan. Pandangan lainnya adalah pandangan eksploitatif, yakni memandang sumberdaya alam sebagai mesin pertumbuhan. Potensi ikan tangkap di wilayah Maluku Tenggara yang melimpah perlu dieksploitasi secara bijak, artinya mengoptimalkan keberadaannya secara efektif namun dengan tetap menjaga kelestariannya bagi keberlangsungan hidup manusia di masa depan. 3.3 Analisis Faktor Internal dan Eksternal Berdasarkan hasil pengamatan dan pengkajian yang mendalam terhadap kondisi obyektif wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, baik dari perspektif potensi daerah maupun potensi nelayan, selanjutnya adapat diuraikan analisis faktor internal dan eksternal. Hal tersebut sebagai landasan untuk menetapkan strategi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan dan pengembangan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara. Pengembangan wilayah di Maluku Tenggara harus memanfaatkan seluruh sumberdayayang dimilikinya.sampai pada tahap tertentu, bisa saja sumberdaya yang dimiliki menjadi langka. Identifikasi faktor internal dan eksternal ini dapat memberikan alternatif solusi keyakinan bahwa kelangkaan sumberdaya akan memacu perkembangan teknologi untuk menanggulanginya. Peningkatan pendapatan masyarakat nelayan akan saling mendukung dengan pengembangan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara. Pengelolaannya akan selalu berhadapan dengan berbagai bentuk permasalahan sumberdaya sebagaimana diidentifikasi dalam aspek internal dan eksternal. Identifikasi faktor internal dan eksternal akan mampu memetakan secara jernih kondisi sebenarnya pada masyarakat nelayan dan kondisi wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara. Proses pembangunan yang telah dilaksanakan saat ini tak pelak lagi memiliki efek samping negatif yang cukup kompleks, di antaranya adalah kesenjangan-kesenjangan pembangunan antarwilayah yang cukup besar. Investasi dan dan sumberdaya lebih terserap dan terkonsentrasi di wilayah perkotaan dan

26 43 pusat-pusat pertumbuhan. Ketidakseimbangan pembangunan antar wilayah atau kawasan di Kabupaten Maluku Tenggara, di satu sisi terjadi dalam bentuk buruknya distribusi dan alokasi pemanfaatan sumber daya yang menciptakan inefisiensi dan tidak optimalnya sistem ekonomi. Pemerintah dapat mempengaruhi bentuk-bentuk maupun aliran-aliran dan keterkaitan berbagai sektor melalui berbagai intervensi kebijakan. Kebijakankebijakan tersebut dapat berupa reformasi agrarian, program intensifikasi/ diversifikasi pertanian, pengembangan organisasi masyarakat desa, dan programprogram lingkungan.pengembangan infrastruktur dasar perdesaan lainnya, dapat berupa pengembangan infrastruktur seperti pembangunan jalan maupun sistem transportasi, listrik, komunikasi, pelabuhan, dan lain sebagainya. Pengembangan infrastruktur dasar perdesaan tersebut akan mendukung optimalisasi pengembangan wilayah perdesaan di Kabupaten Maluku Tenggara berbasis sektor ekonomi andalan, yakni sektor perikanan dan kelautan. Dalam wilayah yang dipandang sebagai suatu sistem ekonomi, infrastruktur dikembangkan untuk memfasilitasi sistem aliran sumberdaya yang efisien, meningkatkan produktivitas, dan mendorong interaksi yang saling memperkuat.peningkatan pendapatan masyarakat nelayan akan tercapai dengan optimal pada saat seluruh pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pemasaran ikan, mampu diselaraskan secara harmonis pada program pengembangan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara. Hal inilah yang coba dipetakan pada analisis faktor-faktor internal dan eksternal, yakni dengan melakukan elaborasi dari perspektif kondisi wilayah maupun kondisi sebenarnya dari masyarakat nelayan Faktor Internal Faktor internal terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness). Faktor kekuatan meliputi: a) Wilayah atau daerah penangkapan ikan yang luas; b) Kuantitas ketersediaan alat dan armada tangkap ikan yang mencukupi, sehingga mampu menjaga kelancaran pasokan ikan di pasar; c) Kemampuan produksi ikan tangkap yang baik; d). Memiliki potensi sumber daya ikan yang melimpah; f). Memiliki pulau pulau besar dan kecil yang dapat menjadi daya dukung pemasaran ikan dan pengembangan wilayah. Faktor kelemahan meliputi: a) daya saing perekonomian daerah dan Kualitas sumber daya manusia yang masih rendah; b). Kesenjangan pembangunan antar wilayah; c). Infrastruktur (sarana dan prasarana) yang belum memadai(hubungan antara pusat ibu kota kabupaten dengan wilayah belakangnya belum semuanya terhubung); d) Belum berkembangnya prasarana, kelembagaan dan sistem manajemen perikanan; e) Promosi potensi perikanan laut yang tidak berkesinambungan dan terbatas ruang lingkup maupun media yang digunakan; 6) Kualitas pelayanan publik yang belum terselenggara secara optimal Kekuatan a. Wilayah atau daerah penangkapan ikan yang luas Nelayan Kecamatan Kei Kecil melakukan penangkapan ikan di daerah penangkapan yang merupakan wilayah perairan di sekitarnya. Luas Perairan pada batas surut terendah hingga 4 mil laut di Kecamatan Kei Kecil adalah seluas 432,30 km 2. Nelayan melakukan aktivitas penangkapan hingga pada

27 44 batas wilayah perairan 4-12 mil laut dengan luas perairan 116,20 km 2. Sehingga, perairan yang dijadikan sebagai daerah penangkapan ikan adalah seluas 548,50 km 2. Perairan sekitar Kecamatan Kei Kecil Timur yang menjadi daerah penangkapan ikan pada wilayah 0-4 mil laut adalah seluas 158,39 km 2. Nelayan-nelayan terkadang memgoperasikan alat tangkap hingga pada wilayah 4-12 mil laut (wilayah kelola Provinsi Maluku), yang memiliki luas 177,42 km 2. Dengan demikian, sumberdaya ikan dapat dimanfaatkan melalui aktifitas operasi penangkapan ikan pada daerah penangkapan ikan seluas 335,81 km 2. Daerah penangkapan ikan di Kecamatan Kei Kecil Barat mencakup perairan di sekitarnya pada batas wilayah 0-4 mil laut, dengan luas 847,96 km 2. Namun mengoperasikan alat penangkap ikan hingga di luar batas wilayah perairan tersebut hingga pada wilayah perairan 4-12 mil laut yang merupakan wilayah kelola Provinsi Maluku yang luasnya 1.236,96 km 2.Dengan demikian, daerah penangkapan ikan bagi nelayan adalah perairan di sekitarnya seluas 2.084,92 km 2. Luas daerah penangkapan ikan di sekitar Kecamatan Kei Besar pada wilayah perairan 0-4 mil laut adalah 781,38 km 2 dan pada wilayah perairan 4-12 mil laut yang merupakan wilayah kelola Provinsi Maluku adalah 1.250,40 km 2. Semua perairan ini dapat dimanfaatkan sebagai daerah penangkapan ikan oleh nelayan-nelayan setempat, seluas 2.031,78 km 2 yang ada di sekitarnya. Iklim di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara pada umumnya dipengaruhi oleh Laut Banda, Laut Arafura, dan Samudera Indonesia yang dibayangi oleh Pulau Irian di Bagian Timur dan Benua Australia di Bagian Selatan, sehingga perubahan iklim dapat terjadi sewaktu-waktu. Adapun tipe iklim berdasarkan klasifikasi agroklimat, Kabupaten Maluku Tenggara termasuk dalam zona agroklimat C2 di mana bulan basah terjadi selama 5-6 bulan dan bulan kering terjadi selama 4-5 bulan. Kondisi obyektif tersebut di atas menjadi dasar arah pembangunan Kabupaten Maluku Tenggara ke depan, yakni memprioritaskan peningkatan kapasitas kelembagaan daerah, memberdayakan ekonomi rakyat, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan membangun infrastruktur. Prioritas pembangunan tersebut akan menjadi tumpuan perekonomian Kabupaten Maluku Tenggara masa depan yang terus digali, dikembangkan dan ditingkatkan. Rustiandi, dkk (2011) menjelaskan bahwa paradigma baru saat ini meyakini bahwa pembangunan harus diarahkan kepada terjadinya pemerataan (equity), pertumbuhan (eficiency), dan keberlanjutan (sustainability) yang berimbang dalam pembangunan ekonomi. Paradigma baru pembangunan ini dapat mengacu kepada dalil kedua fundamental ekonomi kesejahteraan (the second fundamental of welfare economics), di mana dalil ini menyatakan bahwa sebenarnya pemerintah dapat memilih target pemerataan ekonomi yang diinginkan melalui transfer, perpajakan dan subsidi, sedangkan ekonomi selebihnya dapat diserahkan kepada mekanisme pasar. Skala prioritas pembangunan yang cenderung mengejar sasaran-sasaran makro pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai ketidakseimbangan pembangunan berupa menajamnya disparitas spasial, kesenjangan desa-kota,

28 45 kesenjangan struktural, dan lain sebagainya.pendekatan makro juga cenderung mengabaikan plurality akibat keragaman sumber daya alam maupun sosial budaya.pergeseran paradigma pembangunan spasial terutama menyangkut konsep strategi kutub pertumbuhan penetesan dampak ke daerah belakang, ternyata efek bersihnya malah menimbulkan massive backwash effect.sehingga dengan demikian pembangunan wilayah perdesaan di Maluku Tenggara, harus memperhatikan aspek-aspek mikro dalam menunjang asumsi makro.salah satunya adalah potensi sumber daya ikan yang melimpah dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sebagaimana disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 Peta potensi sumber daya ikan di Kabupaten Maluku Tenggara b. Kuantitas ketersediaan alat dan armada tangkap ikan yang mencukupi Alat penangkap ikan yang terdata di Kecamatan Kei Kecil berjumlah unit, terdiri dari sedikitnya 13 jenis dan alat tangkap lainnya. Pemanfaatan sumberdaya ikan melalui aktifitas penangkapan ikan, didominasi oleh penggunaan pancing ulur (hand line) sebesar 21,31 % diikuti oleh pancing tegak sebesar 14,77%, sementara pukat cinsin (purse seine) hanya 0,31 % dan sero tancap (set net) hanya 0,1%, Pada wilayah Kecamatan Kei Kecil, ada 845 kapal/perahu yang digunakan oleh para nelayan untuk mengoperasikan alat penangkap ikan. Armada penangkap ikan di kecamatan ini terdiri dari kapal atau perahu tanpa motor sebanyak 647 unit (76,57 %) dan kapal atau perahu motor tempel sebanyak 196 unit (23,20 %) dan hanya 2 unit (0,24 %) adalahkapal motor.

29 46 Pada Kecamatan Kei Kecil Timur ada unit alat penangkap ikan yang terdiri dari 7 jenis ditambah alat pengumpul teripang, pengumpul kerang dan alat lainnya.alat-alat penangkap ikan ini tersebar di 29 desa atau dusun yang terdapat di wilayah Kecamatan Kei Kecil. Armada penangkapan ikan di Kecamatan Kei Kecil Timur berjumlah 541 unit yang terdiri dari kapal atau perahu tanpa motor sebanyak 417 unit (77,08 %), kapal atau perahu motor tempel sebanyak 120 unit (22,18 %) dan kapal motor sebanyak 4 unit (0,74%). Jenis dan jumlah alat tangkap yang digunakan para nelayan di wilayah Kecamatan Kei Kecil Barat, secara sederhana dapat memberikan informasi indikasi penggunaan teknologi penangkapan ikan dan kemampuan produksi ikan hasil tangkapan yang berasal dari sana. Jumlah alat penangkap ikan di Kecamatan Kei Kecil Barat sebanyak unit, alat tersebut didominasi oleh alat tangkap pancing (angling gear), yakni pancing tegak (vertical line) 19,64%, pancing ulur (hand line) 18,92%, pancing tonda 16,05% dan pancing lainnya 17,84%. Jumlah kapal atau perahu penangkap ikan di Kecamatan Kei Kecil Barat berjumlah 543 unit terdistribusi di 10 desa. Armadanya terdiri dari kapal/perahu tanpa motor sebanyak 231 unit (42,54 %), kapal/perahu motor tempel sebanyak 223 unit (41,07 %) dan kapal motor 89 unit (16,39 %). Kemampuan produksi perikanan sangat tergantung selain dari jenis, jumlah dan dimensi alat tangkap, juga dari aktifitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan yakni frekuensi operasi penangkapan dan musim penangkapan. Kemampuan tangkap jenis alat penangkapan ikan di Kecamatan Kei Kecil Barat, ternyata sangat bervariasi yakni rata-rata berkisar antara 1 kg/trip sampai 60 kg/trip. Keragaman kemampuan tangkap jenis alat penangkapan ikan ini merupakan sebuah keunggulan, meskipun sifatnya masih relatif dan tidak dapat dipastikan keakuratannya. Terdata sebanyak 10 jenis alat penangkap ikan dan alat lainnya dipergunakan oleh para nelayan di Kecamatan Kei Besar. Aktifitas menangkap ikan lainnya seperti dengan menggunakan pengumpul kerang dan teripang terutama ditemukan di desa Udar, Bombai, Weer Frawaf, Mun, Mun Ohoiir, Mun Kahar, Mun Werfan, Ohoiel dan Ohoiwait. Armada penangkapan ikan di Kecamatan Kei Besar berjumlah unit terdiri dari kapal tanpa motor unit (88,71 %), kapal/motor tempel sebanyak 162 unit (11,22 %) dan kapal motor hanya 1 unit (0,07 %) yakni di desa/dusun Wakol. Jumlah kapal/perahu paling banyak di desa Elat sebanyak 44 unit (3,05 %), diikuti oleh desa Elat sebanyak 41 unit (2,84 %), di desa Waur tidak terdata adanya kapal penangkap ikan.

30 47 Gambar 15 Peta sebaran alat dan armada penangkapan c. Memiliki Potensi Sumber Daya Ikan Melimpah Jenis-jenis sumberdaya ikan pelagis kecil ekonomis penting yang terdapat di Kecamatan Kei Kecil antara lain, ikan teri (Stolephorus spp.), ikan selar (Selaroides spp.), ikan layang (Decapterus spp.), ikan kembung (Rastrelliger spp.), ikan tembang (Sardinela spp.), ikan terbang (Cypsilurus spp.) dan lain sebagainya. Kepadatan sumberdaya ikan pelagis kecil sebagaimana terdeteksi dengan teknik hidroakustik di perairan kecamatan ini adalah berkisar dari 1, ,200 individu/km 2 atau ton/km 2, dengan nilai rata-rata sebesar 37,779 indivdu/km 2 atau 2.83 ton/km 2. Kecamatan Kei Kecil memiliki perairan seluas 701,02 km 2.Pada luas perairan ini, biomassa sumberdaya ikan pelagis kecil adalah sebesar 1,984 ton/tahun dengan jumlah tangkapan yang dibolehkan (JTB) sebesar 794 ton/tahun. Jenis-jenis sumberdaya ikan pelagis kecil ekonomis penting yang terdapat di Kecamatan Kei Kecil Timur antara lain, ikan teri (Stolephorus spp.), ikan layang (Decapterus spp.), ikan kembung (Rastrelliger spp.), ikan selar (Selaroides spp.), ikan tembang (Sardinela spp.), ikan terbang (Cypsilurus spp.) dan lain sebagainya. Jenis-jenis sumberdaya ikan pelagis kecil ekonomis penting yang terdapat di Kecamatan Kei Kecil Barat antara lain, ikan teri (Stolephorus spp.), ikan layang (Decapterus spp.), ikan kembung (Rastrelliger spp.), ikan selar (Selaroides spp.), ikan tembang (Sardinela spp.), ikan terbang (Cypsilurus spp.) dan lain sebagainya.

31 48 Jenis-jenis ikan pelagis besar yang dominan dijumpai di perairan Kecamatan Kei Kecil adalah ikan madidihang (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tongkol (Euthynus affinis, Auxis thazard) dan lainnya. Ikan cakalang memiliki nilai JTB tertinggi (65,90 ton/tahun), kemudian diikuti oleh JTB ikan tongkol (38,14 ton/tahun) dan madidihang (23,57 ton/tahun). Jenis-jenis ikan pelagis besar yang dominan dijumpai di perairan Kecamatan Kei Kecil Timur adalah ikan madidihang (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tongkol (Euthynus affinis, Auxis thazard) dan lainnya. Ikan cakalang memiliki nilai JTB tertinggi (54,26 ton/tahun), kemudian diikuti oleh JTB ikan tongkol (31,40 ton/tahun) dan madidihang (19,41 ton/tahun). Jenis-jenis ikan pelagis besar yang dominan dijumpai di perairan Kecamatan Kei Kecil Barat adalah ikan madidihang (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tongkol (Euthynus affinis, Auxis thazard) dan lainnya. Ikan cakalang memiliki nilai JTB tertinggi (127,06 ton/tahun), diikuti oleh JTB ikan tongkol (73,53 ton/tahun), JTB terendah dijumpai pada ikan madidihang (45,45 ton/tahun). Jenis-jenis sumberdaya ikan demersal ekonomis penting yang terdapat di Kecamatan Kei Kecil antara lain, ikan baronang, sikuda, lencam, bambangan, kerapu, kakap merah dan lain-lain. Kepadatan sumberdaya ikan demersal di Kecamatan Kei Kecil ini berkisar dari 2,479-84,730 individu/km 2 atau ton/km 2, dengan nilai rata-rata sebesar 30,113 individu/km 2 atau 3.01 ton/km 2. Kecamatan ini memiliki wilayah batimetri m seluas 547 km 2, dengan demikian, biomassa ikan demersal pada luas luas wilayah perairan tersebut dihitung sebesar 1,646 ton per tahun dengan JTB sebesar 658 ton per tahun. Jenis-jenis sumberdaya ikan demersal ekonomis penting yang terdapat di Kecamatan Kei Kecil Timur antara lain, samandar, sikuda, lencam, bambangan, kerapu dan lain-lain. Kepadatan sumberdaya ikan demersal di perairan ini adalah berkisar dari 0,10-8,13 ton/km 2 dengan nilai rata-rata sebesar 3,07 ton/km 2, sementara wilayah Batimetri m seluas 263 km 2. Dengan demikian, pada luas wilayah perairan tersebut biomassa ikan demersal dihitung sebesar 808 ton per tahun dengan JTB sebesar 323 ton per tahun. Kepadatan sumberdaya ikan demersal di Kecamatan Kei Kecil berkisar2,479-84,730 individu/km 2 atau ton/km 2, nilai rata-rata sebesar 30,113 individu/km 2 atau 3,01 ton/km 2. Kecamatan ini memiliki wilayah batimetri m seluas 547 km 2, dengan demikian, biomassa ikan demersal pada luas luas wilayah perairan tersebut dihitung sebesar 1,646 ton/tahun dengan JTB sebesar 658 ton/tahun. Perairan karang Kecamatan Kei Kecil memiliki 272 spesies ikan karang dari 111 marga dan 37 suku. Perairan pesisir Kecamatan Kei Kecil Timur memiliki 198 spesies ikan karang dari 92 marga dan 33 suku. d. Kemampuan Produksi Ikan Tangkap yang Baik Produksi ikan di Kecamatan Kei Kecil berasal dari operasi penangkapan ikan yang dilakukan dengan menggunakan 13 jenis alat penangkap ikan dan alat tangkap lainnya.kemampuan produksi ikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya seperti penguasaan teknologi penangkapan ikan, jumlah, jenis, ukuran alat penangkap ikan dan jumlah trip penangkapan, serta musim penangkapan.

32 49 Produksi ikan dari Kecamatan Kei Kecil Timur diperkirakan mencapai 648,33 ton/tahun melalui operasi penangkapan 7 jenis alat penangkap ikan, termasuk pengumpul kerang dan teripang serta lata tangkap lainnya yang dipergunakan oleh para nelayan setempat. Produksi rata-rata sebagian besar dihasilkan dari operasi penangkapan oleh para nelayan dengan menggunakan alat tangkap pancing (angling gear).produksi ikan di Kecamatan Kei Kecil Barat dihasilkan oleh 8 (delapan) jenis alat tangkap dan alat tangkap lainnya.jumlah alat tangkap dan capaian trip penangkapan menentukan kemampuan produksi ikan, selain faktor-faktor lainnya seperti keterampilan dan pengetahuan nelayan, kecukupan bahan bakar, ketersediaan ikan, musim, dan sebagainya. Nelayan-nelayan di Kecamatan Kei Besar berkemampuan untuk menghasilkan produksi ikan rata-rata sebanyak 2.026,66 ton/tahun, dengan menggunakan 10 jenis alat penangkap ikan utama dan pengumpul ikan lainnya, termasuk pengumpul kerang dan teripang. Kontribusi kemampuan produksi ikan terbanyak oleh alat tangkap pancing (angling gear) yang dapat menghasilkan ikan sebanyak 1.413,92 ton/tahun, kemudian oleh alat tangkap jaring insang (gill net) sebanyak 419,97 ton/tahun. e. Memiliki pulau pulau besar dan kecil Jumlah pulau pada wilayah Kecamatan Kei Kecil berdasarkan hasil analisis data citra satelit yang dikonfirmasi dengan pengecekan lapangan ditemukan sebanyak 31 buah pulau yang keseluruhannya telah diverifikasi dan didaftarkan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Jumlah pulau pada wilayah Kecamatan Kei Kecil Timur berdasarkan hasil analisis data citra satelit yang dikonfirmasi dengan pengecekan lapangan hanya ditemukan 2 buah pulau yang juga telah didaftarkan pada badan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Jumlah pulau pada wilayah Kecamatan Kei Kecil Barat berdasarkan hasil analisis data citra satelit yang dikonfirmasi dengan pengecekan lapangan ditemukan sebanyak 16 buah yang teridentifikasi, telah diverifikasi serta didaftarkan namanya di PBB. Jumlah pulau pada wilayah Kecamatan Kei Besar berdasarkan hasil analisis data citra satelit yang dikonfirmasi dengan pengecekan lapangan ditemukan sebanyak 6 buah yang telah diketahui namanya sehingga oleh pemerintah Pusat. f. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri Penyelenggaraan Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya, artinya daerah diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan kecuali yang menjadi urusan Pemerintah, dimana Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan prinsip tersebut, maka dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang nyata telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah serta yang

33 50 dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi. Kabupaten Maluku Tenggara sangat terbantu oleh adanya kebijakan otonomi daerah sebagai instrumen desentralisasi dan demokratisasi untuk mendukung peran pembangunan perdesaan.sejalan dengan pelaksanaan Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 telah dikeluarkan pula Undang undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan Pusat dan Daerah yang juga merupakan landasan pemberian kewenangan kepada daerah untuk mengelola keuangan daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah, berdasarkan kewenangan pada masing masing tingkatan pemerintahan. Dalam upaya mendorong kemandirian pengelolaan pembangunan daerah maka arah kebijakan pengelolaan keuangan daerah dititik beratkan pada kemandirian pemanfaatan sumberdaya daerah secara optimal, efisien, dan efektif guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Keharusan pemerintah daerah untuk mampu menghidupi diri sendiri akan semakin mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat, dengan cara menggali berbagai sumber penerimaan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, jasa giro, laba BUMD dan lain-lain terutama di sektor transportasi untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin guna membiayai penyelenggaraan pembangunan sarana dan prasarana bagi optimalisasi pemasaran ikan di wilayah Maluku Tenggara Kelemahan a. Daya saing perekonomian daerah dan Kualitas sumber daya manusia yang masih rendah Walaupun pertumbuhan ekonomi Maluku Tenggara relatif baik, namun demikian daya saingnya masih relatif rendah. Ini ditandai dengan masih rendahnya angka ekspor komoditas dan daya saing produk unggulan daerah (kelautan dan perikanan, pertanian, perkebunan, pariwisata, pertambangan, kehutanan, industri, perdagangan dan jasa) disebabkan: Pola perekonomian masih bersifat subsistem yang tidak berorientasi pada peningkatan nilai tambah. Sektor pertanian masih bersifat tradisional belum menerapkan teknologi tepat guna. Potensi yang ada yaitu kelautan dan perikanan belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Belum berkembangnya perekonomian daerah Maluku Tenggara yang disebabkan: (1) terbatasnya akses permodalan; (2) terbatasnya akses informasi pasar; (3) masih rendahnya penerapan teknologi tepat guna; (4) belum berkembangnya informasi potensi unggulan daerah. Belum kondusifnya iklim investasi (kemudahan perizinan, jaminan keamanan berinvestasi, dan lain sebagainya). Rendahnya kualitas sumber daya manusia biasanya terukur dari tingkat pendidikan dan derajat kesehatan suatu masyarakat menjadi dasar perhitungan Indeks Pembangunan Masyarakat suatu daerah seperti:

34 51 - Pendidikan Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat suatu daerah biasanya tercermindari rendahnya Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Paritisipasi Murni (APM), dan Angka Melek Huruf. Walaupun angka melek huruf telah hampir mencapai 100 % namun APK SD baru sebesar 99,65, APK SMP sebesar 90,73 dan APK SLA sebesar 66,66 sedangkan APM SD sebesar 96,78, APM SMP sebesar 78,03, dan APM SLTA sebesar 57,93. Permasalahan lain adalah terbatasnya sarana prasarana pendidikan, rasio dan penyebaran tenaga guru belum sebanding,terdapat kesenjangan partisipasi pendidikan antara kelompok masyarakat di perkotaan dan pedesaan dan antara penduduk miskin dan penduduk mampu. Pendidikan non formal yang berfungsi baik sebagai transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja maupun sebagai bentuk pendidikan sepanjang hayat, belum dapat diakses secara luas oleh masyarakat. - Kesehatan Status Kesehatan masyarakat Maluku Tenggara secara umum masih rendah dibandingkan daerah lain di Indonesia. Hal ini karena belum terselenggaranya akses pelayanan kesehatan secara paripurna yang meliputi aspek promotif, aspek preventif, aspek kuratif, dan aspek rehabilitatif.indikatornya diukur dari Angka Harapan Hidup pada tahun 2006 sekitar 67,2 persen, Angka Kematian Ibu Melahirkan 588 per kelahiran, Angka Kematian Bayi 37 per kelahiran hidup, penyebaran staus gizi kurang 8,22% dan Gizi Buruk 1,20% dan tingginya prevalensi ganguan akibat kekurangan yodium (GAKY), serta penyakit menular. b. Kesenjangan pembangunan antar wilayah Berbagai kerberhasilan pembangunan yang telah dicapai, menyisakan kesenjangan yang cukup tajam antara wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara, terutama antara wilayah Kei Besar dan Kei Kecil, perkotaan dengan perdesaan, dan antara wilayah strategis dan cepat tumbuh dengan wilayah tertinggal. Pengurangan kesenjangan pembangunan antar Kecamatan maupun antar Desa perlu dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah, tetapi juga untuk menjaga stabilitas ketahanan daerah. Tujuan yang akan dicapai untuk mengurangi kesenjangan antar daerah adalah bukan hanya memeratakan pembangunan fisik di setiap daerah, tetapi yang paling utama adalah pengurangan kesenjangan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat antar daerah. Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal pada umumnya masih belum banyak tersentuh oleh program program pembangunan sehingga akses masyarakat terhadap pelayanan sosial, ekonomi, dan politik masih sangat terbatas. Untuk penyediaan air bersih, masalah yang dihadapi adalah masih terbatasnya akses masyarakat terhadap air bersih di pedesaan, rendahnya kualitas air bersih pedesaan, kondisi PDAM yang belum sehat, tingginya tingkat kebocoran air PDAM dan permasalahan tarif yang belum mampu mencapai kondisi pemulihan biaya produksi PDAM. Masih terbatasnya akses

35 52 masyarakat terhadap pelayanan komunikasi dan informasi disebabkan keterbatasan penyediaan dan penyebaran infrastruktur informasi ke kecamatan dan terbatasnya kemampuan pembiayaan penyediaan infrastruktur komunikasi informasi. c. Infrastruktur (sarana dan prasarana) yang belum memadai Salah satu kendala utama dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat adalah persoalan keterbatasan kapasitas dan kualitas infrastruktur, baik ekonomi, sosial dan pemerintahan atau fasilitas publik lainnya. Untuk infrastruktur jalan dan jembatan, persoalan utama yang dihadapi adalah belum seluruh wilayah Kabupaten Maluku Tenggara terjangkau oleh jaringan jalan dan jembatan yang handal, khususnya di Pulau Kei Besar yang mengakibatkan sangat terbatasnya akses masyarakat terhadap ketersediaan layanan transportasi yang dapat menjangkau lokasi permukiman, lokasi produksi dan pemasaran hasil nelayan. Keterbatasan ini menyebabkan masyarakat harus membayar tinggi biaya operasional untuk memanfaatkan transportasi darat. Transportasi laut merupakan transportasi utama untuk melayani pergerakan orang dan barang antar 85 pulau di wilayah Maluku Tenggara Barat karena biayanya realatif murah jika dibandingkan dengan transportasi udara. Sarana pendukung yang tersedia saat ini adalah 5 (lima) unit kapal perintis, 2 (dua) unit kapal penumpang yang disubsidi pemerintah serta 2 (dua) unit kapal komersial (PT. PELNI) yang melayani rute hanya sampai pelabuhan Saumlaki dikarenakan prasarana pendukung yang tersedia saat ini hanya berada di Kota Saumlaki yakni pelabuhan kelas IV. Sedangkan untuk melayani interkoneksitas pulau pulau sekitar (kecamatan) disediakan 1 (satu) unit angkutan penyeberangan dengan frekuensi kunjungan setiap minggu, selebihnya menggunakan kapal rakyat (motor tempel) yang diusahan sendiri oleh masyarakat dengan kapasitas muatan orang. Dengan jumlah pulau yang begitu banyak dan kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia menjadikan transportasi laut belum bisa memenuhi kebutuhannya sendiri di wilayah Maluku Tenggara Barat. Permasalahan yang dihadapi di bidang perhubungan laut dan antar pulau dalam kabupaten yaitu belum memadainya pelabuhan rakyat di beberapa titik pusat pertumbuhan yang memiliki akses ekonomi dan sosial serta rendahnya kapasitas penyediaan sarana angkutan laut (kapal penyeberangan, kapal perintis, kapal rakyat/kapal cepat) sehingga masyarakat masih mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk membayar transportasi yang digunakan.selain itu, belum ada pelabuhan khusus barang untuk pergerakan keluar masuk. Permasalahan di bidang perhubungan udara yaitu tingginya permintaan penggunaan jasa transportasi udara yang belum dapat diimbangi dengan kapasitas dan frekuensi penerbangan pesawat dari dan ke Langgur setiap harinya.selain itu dengan pengoperasian pesawat dengan kapasitas kecil menyebabkan mahalnya biaya tiket untuk setiap penerbangan. Keterbatasan pembangkit menjadi masalah bidang energi listrik karena kapasitas yang tersedia tidak mampu untuk melayani permintaan yang terus meningkat.

36 53 Pembangkit yang ada sangat tergantung pada BBM dan rata rata umur mesin sudah tua, pasokan listrik ke pedesaan tidak mengalami peningkatan, sebagian desa yang terisolir dan tersebar di kepulauan belum memiliki listrik. Hubungan fungsional antara pusat ibu kota kabupaten/ibu kota kecamatan dengan wilayah belakangnya terutama berkaitan dengan fungsi dan peran kota sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, pusat perdagangan masih relatif rendah. Hal ini di samping kurangnya sarana dan prasarana transportasi juga pola penyebaran desa di pulau - pulau yang relatif jauh. Sejatinya dengan adanya keterpaduan antara proses perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan maka proses pemaduserasian ini tidak hanya berhenti pada rencana makro saja, namun ditindaklanjuti pada tahapan yang lebih detail lagi. Berkembangnya ilmu wilayah merupakan momentum penting di dalam kajian perencanaan dan pengembangan wilayah. Sebagai suatu kombinasi dari seni serta kumpulan-kumpulan pengalaman dan pendekatan, kajian perencanaan dan pengembangan wilayah seharusnya lebih berpihak pada publik melalui ketersediaan kelayakan sarana-prasarana. Gambar 16 Peta jalur transportasi Kabupaten Maluku Tenggara d. Belum berkembangnya prasarana, kelembagaan dan sistem manajemen perikanan Belum berkembangnya keberadaan prasarana Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan kelembagaan perikanan seperti lembaga perkreditan, perbankan, koperasi perikanan yang mandiri dan organisasi nelayan secara aktif, tepat dan benar. Pembangunan gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dalam

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 50 50 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, menurut geografis terletak pada koordinat 131-133,5 0 Bujur Timur dan 5-6,5 Lintang Selatan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU 48 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU 4.1 Geografi dan Pemerintahan 4.1.1 Geografi Secara geografi Kabupaten Kepulauan Aru mempunyai letak dan batas wilayah, luas wilayah, topografi, geologi dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Pada bab IV ini Penulis akan menyajikan Gambaran Umum Obyek/Subyek yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi, kondisi ketenagakerjaan, kondisi penanaman modal

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Letak dan kondisi Geografis a. Batas Administrasi Daerah Secara geografis Kabupaten Magetan terletak pada 7 o 38` 30 LS dan 111

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 78 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 1. Keadaan Geografis Kecamatan Teluk Betung Selatan merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang terdapat di Kota Bandar

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi 20 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur Jawa Barat dan merupakan batas sekaligus

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kota Depok 5.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00 sampai 6 o 28 00 Lintang Selatan dan 106 o 43 00 sampai 106

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA 4.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Kabupaten Muna merupakan daerah kepulauan yang terletak diwilayah Sulawesi Tenggara. Luas wilayah Kabupaten Muna adalah 488.700 hektar

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konstelasi sistem agribisnis perikanan, pasar merupakan salah satu komponen penting yang menjadi ujung tombak bagi aliran komoditas perikanan setelah dihasilkan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) merupakan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memuat capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang

BAB I PENGANTAR. sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kepulauan Mentawai terdiri dari empat pulau besar dan berpenghuni yaitu Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Setelah Indonesia merdeka dan sistem pemerintahan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci