BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II A. Kajian Teori KAJIAN PUSTAKA 1. Tanaman Kenari (Canarium indicum, L.) a. Tanaman Kenari Gambar 1. Tanaman Kenari (Dokumentasi Penelitian, 2016) Pohon kenari merupakan tanaman hutan dan belum banyak di budidayakan. Kenari merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak tumbuh di daerah Indonesia bagian timur, seperti Sulawesi Utara, Maluku dan Pulau Seram. Tanaman ini diduga berasal dari Indonesia bagian timur. Beberapa sumber menyatakan bahwa tanaman kenari juga banyak dijumpai di beberapa negara seperti Afrika, Nigeria, Thailand, Filipina, Kepulauan Fiji, dan Papuaa Nugini. Penelitian intensif tentang asal-usul tanaman ini 8

2 yang sebenarnya masih perlu dilakukan. Tanaman ini berpotensi ekonomi, kenari diambil buahnya terutama bagian dalam bijinya untuk di makan dan bijinya diolah menjadi minyak. Tumbuhan ini berasal dari kawasan Malenesian (Lukmanto,2015:6) Di Indonesia bagian timur buah kenari ini penghasilan utama warga Pulau Makian di Halmahera Selatan, Maluku Utara. Banyaknya kenari menyebabkan pulau ini dikenal sebagai Pulau Kenari. Tanaman kenari memiliki beberapa sebutan nama. Penyebutan umum atau dalam bahasa inggris diantaranya Blume Galip, C. Almond, C. Nut, Galip, Galip Nut, Almond Java, Java Olive, Kenari, Nangai Nut, Nut Ali. Penyebutan dalam bahasa daerah di Indonesia diantaranya : Jal, Jar (Ambon), Kanari Bagea (Maluku), Kenari Ambon (Suku Sunda). Kenari merupakan tanaman vascular (mempunyai system jaringan pembuluh pada batangnya), berbunga dan berbiji dikotil (Lukmanto,2015:5). Genus Canarium L. Termasuk dalam famili Burseraceae. Genus Canarium L. terdiri dari 5 spesies utama yang ditemukan di daerah tropis Asia dan Pasifik dan beberapa spesies di daerah Afrika tropis (Orwa et al., 2009). Dari spesies yang ada, spesies yang terdapat di Pasifik Barat diklasifikasikan menjadi 2 group, yaitu : 1). Maluense (spesies canarium lamili, canarium salomonense, canarium harveyi) dan 2). Vulgare (canarium vulgare, canarium indicum, canarium ovatum). Ketiga spesies yang dominan tersebut berbeda-beda asalnya Canarium vulgare berasal dari 9

3 indonesia, Canarium ovatum berasal dari Filipina dan Canarium indicum berasal dari Indonesia (Lukmanto,2015:7).. Tempat tumbuh dari tanaman kenari yaitu di hutan primer. Tanaman kenari ini tumbuh dengan baik pada tanah-tanah kapur, tanah-tanah berpasir di pantai. Tetapi dapat juga tumbuh pada tanah-tanah podsolik yang kurang subur sampai yang subur dan pada tanah-tanah latosol. Tanaman kenari dapat tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian meter di atas permukaan laut, walaupun dibeberapa tempat dapat juga tumbuh pada ketingian 1500 meter dpl. Tanaman kenari ini juga dapat tumbuh pada lahan datar, bergelombang dan bertebing-tebing curam. Ditinjau dari kondisi iklimnya, tanaman kenari ini dapat tumbuh di daerah-daerah yang beriklim kering dan basah. Tanaman kenari dapat tumbuh di daerah dengan jumlah curah hujan mm per tahun dan suhu C (Donuata, 2014:12). 10

4 b. Morfologi Tanaman Kenari Secara morfologi tanaman ta memiliki ciri-ciri ciri sebagai berikut : 1) Batang Gambar 2. Batang Pohon Kenari (Dokumentasi Penelitian, 2016) Batangnya tegak dengan warna coklat tua. Jika kulit batang pohon diiris akan menegluarkan getah kenari yang memiliki tekstur lunak, berwarna keputih-putihan, putihan, berbau aromatik seperti terpentin, dan merupakan hasil eksudasi patologis dari tumbuhan kenari itu sendiri. Pohon kenari memproduksi getah pada saat daun mulai tumbuh. Selama musim kering, pohon kenari berada dalam masa dorman, tanpa daun, dan tidak memproduksi resin (Donuata,2014:6). 11

5 2) Akar Gambar 3. Akar Pohon Kenari (Dokumentasi Penelitian, 2016) Sistem perakaran pada tanaman kenari ini adalah sistem akar tunggang. Pada sistem akar tunggang, baik akar primer maupun satu atau lebih aka akar lateral yang menggantikan akar primer pada tahap awal perkembangan kecambah tumbuh lebih cepat dan menjadi lebih besar serta kuat daripada akar-akar akar lain, sehingga terbentuk satu satu atau lebih akar akar utama (Donuata,2014:7). 12

6 3) Daun Gambar 4. Daun Kenari (Dokumentasi Penelitian, 2016) Daunnya majemuk menyirip gasal dengan pasang pinak daun yang menjorong memanjang, dengan permukaan licin dan mengkilap. Da Daun tidak mempunyai daun penumpu (Donuata,2014:8). 4) Bunga Gambar 5. Bunga Kenari (Donuata, 2014:9) 13

7 Tanaman ini adalah tumbuhan berumah dua, dengan bunganya yang tumbuh di pangkal daun yang masih muda. Seperti layaknya pada pepaya atau rambutan. Penyerbukan bunga tanaman ini dilakukan oleh serangga. Bunga tumbuhan ini muncul dalam waktu yang teratur, walaupun buahnya memerlukan waktu yang lama untuk masak. Ovarium berisi tiga locules, masing-masing dengan dua ovula, sebagian besar waktu hanya satu ovula mengembangkan. Perbungaannya berbentuk malai. Berkelamin tunggal, zigomorf, kelopak dan mahkota berbilangan 5, daun kelopak dan daun mahkota berbilangan 5, daun mahkota bebas. Benang sari 8. Tersusun dalam 2 lingkaran yang tidak lengkap (Donuata, 2014:9) 5) Buah Gambar 6. Buah Kenari (Dokumentasi Penelitian, 2016) Buahnya adalah buah berbiji, diameter 4 sampai 7 cm dan beratnya 15,7-45,7 g. Kulit (exocarp) adalah halus, tipis, mengkilap, dan berwarna hitam keunguan ketika buah matang; pulp (mesocarp) adalah kuning berserat, berdaging, dan kehijauan dalam warna, dan cangkang keras (endocarp) 14

8 dalam melindungi normal dicotyledonous embrio. Para basal akhir shell (endocarp) adalah menunjuk dan apikal akhir lebih atau kurang tumpul; antara benih dan cangkang keras (endocarp) adalah, tipis kecoklatan, berserat kulit biji dikembangkan dari lapisan bagian dalam endocarp tersebut. Ini lapisan tipis biasanya melekat erat pada dan shell / atau benih. Sebagian dari berat kernel terdiri dari kotiledons, yang sekitar 4,1-16,6% dari buah utuh. Bakal buah beruang 2-3, tiap ruang dengan 1-2 bakal biji yang apotrop atau epitrop. Berbiji, gepeng, panjang, terdapat 2-3 biji dalam satu buah (berbentuk sawo kecil). c. Taksonomi Tanaman Kenari Secara taksonomi, kenari memilki klasifikasi sebagai berikut : Kingdom Subkingdom Superdivisi Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus : Plantae : Tracheobionta : Spermatophyta : Magnoliopsida : Magnoliopsida : Rosidae : Sapindales : Burseraceae : Canarium Sumber : (Lukmanto, 2015:5). Nama binominal : Canarium indicum, L. 15

9 Canarium vulgare Leenh. d. Kandungan Kimia Daun Kenari Berdasarkan studi literatur, telah banyak dilaporkan tentang kandungan kimia dari daun spesies genus Canarium L. lainnya diantaranya C. Schweinfurthii (Atile) mengandung senyawa : 1. Flavonoid Flavonoid merupakan senyawa alami yang mengandung 15 atom karbon sebagai rangka dasarnya (William, 1955:104). Wurlina (2003:90) menyatakan flavonoid termasuk golongan fitoestrogen yaitu sumber estrogen yang berasal dari tanaman yang merupakan senyawa non steroidal dan memiliki aktivitas estogenik. 2. Saponin Senyawa saponin merupakan larutan berbuih dan merupakan steroid atau glikosida triterpenoid. Efek negatif dari saponin pada reproduksi hewan diketahui sebagai abortivum, menghambat pembentukan zigot dan anti implantasi. Saponin bersifat sitoksik terhadap sel terutama yang sedang mengalami perkembangan seperti pada saat oogenesis ( De Padua 1978 dalam Rusmiati, 2010:34). 3. Tanin Tanin merupakan senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol yang dapat membentuk kompleks dengan protein. Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan sifat tanin yang sangat kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat 16

10 logam. Tanin juga dapa berfungsi sebagai antioksidan biologis. (Lukmanto, 2015:27). Pada C. Adontophyllum mengandung terpenoid, tanin, flavonoid, fenol dan saponin sedangkan alkaloid tidak ada (Lukmanto, 2015: 8). Pada C. Album mengandung flavonoid, triterpena dan seskuiterpena dan untuk C. Indicum mengandung : senyawa flavonoid, polifenol, tanin dan saponin tetapi tidak mengandung senyawa alkaloid dan steroid (Lukmanto, 2015: 8). Penggunaan kandungan zat kimia sebagai salah satu cara untuk menentukan hubungan kekerabatan jenis (inter specific) dan dibawah tingkat jenis (infra spesific) disebut dengan kemotaksonomi. McNair (1935 dalam Lukmanto,2015:8) menyatakan bahwa semakin dekat hubungan kekerabatannya (taxa) akan menghasilkan kandungan kimia yang lebih mirip. Berdasarakan kemotaksonominya kandungan kimia daun kenari memiliki kemiripan dengan spesies Canarium lainnya. 2. Fitoestrogen Fitoestrogen memiliki struktur yang mirip dengan 17ß estradiol, sehingga dapat berikatan dengan kedua reseptor estrogen yaitu Erɑ dan Erß. Fitoestrogen berpengaruh khusus terhadap prostat, ovarium, paru-paru, vesika urinaria, ginjal, uterus dan testis. Fitoestrogen kurang poten dibandingkan estrogen tetapi sirkulasi berulang dapat menyebabkan efek yang potensial (Permana, 2009; 11). Fitoestrogen dapat terserap dalam tubuh dan mengalami berbagai macam perubahan dengan cara dipecah menjadi komponen lain yang berbeda didalam tubuh tetapi masih mengandung khasiat yang sama seperti estrogen 17

11 endogen (Biben, 2012:1-2). 2). Dalam daun kenari juga terdapat salah satu bentuk fitoestrogen, yaitu flavonoid. Nama flavonoida diberikan pada suatu golongan besar senyawa yang berasal dari kelompok senyawa yang paling umum, yaitu senyawa flavon, suatu jembatan oksigen terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto, dan atom karbon benzil yang terletak sebelah cincin B. Senyawa heterosiklik ini, pada tingkat oksidasi yang berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan. Flavon adalah alah bentuk yang mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi paling rendah dan dianggap sebagai struktur induk dalam nomenklatur kelompok senyawa-senyawa ini (Tampubolon, 2011 ; 10). Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6. Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-su kelompoknya (Redha, 2010 : 197). Gambar 7. Struktur Molekul Flavonoid (Redha, 2010 : 197) 18

12 Senyawa golongan flavonoid terbukti memilki efek hipoglikemik melalui mekanisme penghambatan aktivitas ɑ-glukosidae. Beberapa jenis senyawa golongan flavonoid yang sudah ditemukan sebelumnya dan diketahui memiliki efek penghambatan aktivitas ɑ-glukosidae antara lain 3-O-galaktosida, 3-Oglukosida, 3-O-arabinopyranoside, 3-Oramnosida dari mirisetin dan kuersetin (Fitriyandi, 2012:67). 3. Tikus Putih a. Karakteristik Tikus Putih Tabel 1. Dekskripsi Tikus Putih Berat dewasa Rata-rata rentang hidup Umur siap kawin Siklus estrus Estrus Masa Kehamilan Umur sapih Jumlah anak Berat lahir normal Berat sapih Konsumsi makanan Konsumsi air Mata terbuka Telinga terbuka Jantan : , betina : gram 2-3 tahun Jantan : 8-10 minggu, betina : 8-10 minggu 2-5 hari 9-20 jam hari hari 9-11 ekor 5-6 gram gram gram/hari (dewasa) ml/hari (dewasa) hari hari 19

13 Muncul rambut Jumlah puting 8-9 hari 3 pasang di thorax dan 2 pasang di abdomen (National Laboratory Animal Center, 2016) Tikus merupakan hewan laboratorium yang banyak digunakan dalam penelitian dan percobaan antara lain untuk mempelajari pengaruh obatobatan, toksisitas, metabolisme, embriologi maupun dalam mempelajari tingkah laku. Tikus putih (Rattus norvegicus) berasal dari Asia Tengah dan penggunaannya telah menyebar luas di seluruh dunia. Terdapat dua sifat yang membedakan tikus dengan hewan-hewan percobaan lain yaitu tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi tikus tidak lazim pada bagian esofagus yang langsung bermuara ke lambung dan tikus tidak mempunyai empedu. Selain itu juga tikus memiliki keunggulan lain diantaranya, yaitu : 1) Siklus reproduksinya sangat singkat sehingga hasil uji cepat diketahui. 2) Masa aktivasi reproduksi sangat panjang. 3) Mudah diperlakukan. 4) Reaksi-reaksi didalam tubuhnya lebih sesuai dengan manusia sehingga hasilnya akan lebih cocok daripada menggunakan spesies lain. 5) Ukuran tikus seragam dan mudah ditangkarkan. Tikus lebih cepat dewasa, tidak memperlihatkan fertilisasi musiman dan lebih mudah berkembang biak. Berat badan pada umur 4 minggu dapat mencapai gram dan setelah dewasa gram. Tikus putih galur wistar mudah didapatkan. Tikus memiliki ciri-ciri : 20

14 1) Kepala, badan dan ekor terlihat jelas, tertutup rambut, tetapi ekornya bersisik dan kadang-kadang berambut. 2) Memilki sepasang daun telinga, mata dengan membran nitikans, bibir kecil dan lentur. Di sekat hidung terdapat misae. 3) Badan tikus berukuran kecil (± 600mm) : mamalia kecil. 4) Ukuran panjang badan tikus lebih besar dari pada mencit. 5) Tikus betina memiliki kelenjar mamae berjumlah 4-6 pasang. 6) Kaki depan lebih kecil dari pada kaki belakang. Kaki depan memiliki 4 jari, sedangkan kaki belakang 5 jari. 7) Anus terdapat dibawah ekor dan organ reproduksi terletak di sebelah anterior anus. Reaksi metabolisme yang terjadi dalam tubuh tikus hampir mirip dengan metabolisme pada manusia, hasil pengamatan tehadap kondisi tikus setelah diujikan dapat digunakan sebagai salah satu acuan dosis untuk manusia (Martin dan De blalse, 2001:333). Reaksi metabolisme tubuh tikus putih dan manusia tidak jauh berbeda sehingga hasil yang akan diperoleh pada penelitian dengan menggunakan tikus putih sebagai hewan uji akan lebih cocok digunakan oleh manusia. Selain beberapa hal diatas data biologis dan angka konservasi tikus putih sudah banyak dipubllikasikan sehingga dosis bahan uji dapat diterapkan pada manusia (Smith and Mangkoedjiwo, 1998 dalam Ika, 2012:19) 21

15 b. Taksonomi Tikus Putih (Rattus norvegicus, L.) Tikus termasuk familia Muridae dari kelompok mamalia (hewan menyusui). Para ahli zoologi sepakat untuk menggolongkannya kedalam ordo rodensia (hewan yang mengerat), untuk lebih lanjut, tikus dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Familia Genus Spesies : Animalia : Chordata : Mammalia : Muridae : Rattus : Rattus norvegicus, L. (Priyambodo, 1995:55) Gambar 8. Tikus Putih Betina (Dokumentasi Pribadi, 2016) 22

16 c. Siklus Estrus Siklus reproduksi adalah proses berulang yang terjadi pada sistem reproduksi hewan betina dewasa yang meperlihatkan perubahan-perubahan orga reproduksi tertentu. Organ organ tersebut adalah organ-organ reproduksi seperti ovarium, oviduk, uterus dan vagina. Siklus reproduksi pada mamalia (primata) disebut dengan siklus menstruasi, sedangkan siklus reproduksi pada istilah yaitu satu non-primata disebut siklus estrus (Cambpell,dkk., 2004: 163) Siklus estruss adalah siklus reproduksi yang berlangsung pada hewan non primata betina dewasa seksual yang tidak hamil. Estrus dikenal dengan istilah- periode secara psikologis maupun fisiologis pada hewan betina yang bersedia menerima pejantan untuk kopulasi (Ketut, dkk., 2010: 56). Gambar 9. Mikrograf Epitel Vagina Tikus Putih Fase Estrus Perbesaran 40X (Dokumentasi Penelitian, 2016) 23

17 Siklus estrus mamalia dibedakan dalam 2 fase, yaitu fase folikular dan fase lueal. Fase folikular adalah pembentukan folikel sampai masak, sedangkan fase luteal adalah fase setelah ovulasi, kemuadian terbentuknya korpus luteum dan sampai mulainya siklus. Siklus estrus dibagi menjadi 4 fase, yaitu fase proestrus, estrus, melestrus dan diestrus. Setiap fase dalam siklus ditentukan berdasarkan bentuk sel epitel. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 2. Fase estrus tikus putih (Putri, 2012: 10). No Fase Sel Epitel Bentuk Leukosit 1. Proestrus Sel intermediet Bulat,terdapat inti Ada dan terbentuk oval ditengah dan berada ditengah sel. 2. Estrus Sel superfisial Poligonal, pipih, Tidak ada sitoplasma luas, tidak berinti, pinggiran sel melipat. 3. Melestrus Sel prabasal Bulat inti relatif Ada besar dibandingkan sitoplasma. 4. Diestrus Sel prabasal - Ada Usapan vagina pada siklus estrus dapat dibedakan menjadi 4 fase yaitu : 1) Proestrus yang diamati dengan adanya sel epitel normal. 24

18 2) Estrus yang ditandai dengan sel epitel menanduk. 3) Diestrus ditandai dengan sel epitel normal dan leukosit 4) Melestrus yang ditandai dengan sel epitel normal, sel epitel menanduk dan leukosit (Sugiyanto, 1996:22) Manifestasi birahi ditimbulkan oleh hormon seks betina, yaitu estrogen yang dihasilkan oleh folikel-folikel ovarium. Pemberian estrogen secara eksogen pada hewan betina dapat menimbulkan birahi pada hampir setiap saat selama periode siklus estrus, bahkan pada hewan betina yang di ovariektomi. Banyak hewan ketika birahi menjadi sangat aktif. Babi dan sapi pada saat birahi berjalan empat atau lima kali leih banyak dibandingkan dengan sisa masa siklusnya. Aktivitas yang tinggi ini disebabkan oleh estrogen. Tikus yang berada di dalam kandang berlari secara spontan jauh lebih banyak ketika birahi dibandingkan selama diestrus (Nalbandov, 1990:141). d. Sistem Reproduksi Tikus Putih Fisiologi reproduksi pada tikus putih akan timbul apabila berat badannya mencapai kurang lebih setengah dari berat tubuh dewasa. Keadaan ini dicapai pada umur hari. Pembukaan vagina terjadi pada umur hari, birahi pertama muncul setelah 1-2 hari mulainya pembukaan vagina (Bennet dan Vickery dalam Nanda 2013:37). Tikus merupakan spesies poliestrus yang dalam satu tahun mengalami beberapa kali siklus birahi. Selama berlangsungnya siklus estrus terjadi perubahan berkala pada berbagai alat kelamin sehingga dibedakan dalam tahap proestrus, estrus, melestrus dan diestrus (Wildan, 194, 1984:29). 25

19 Periode estrus merupakan periode birahi dan kopulasi dimungkinkan hanya pada saat ini. Setiap siklusnya berlangsung selama 9-15 jam. Sel epitel menanduk banyak terdapat pada preparat ulas vagina. Periode melestrus berlangsung selama jam, pada umumnya tidak terjadi perkawinan. Banyak leukosit terlihat dalam ulas vagina bersama dengann sedikitnya sel menanduk. Periodee diestrus berlangsung selama jam. Pada masa tersebut terjadi regresi fungsional korpus luteum. Mukosa vagina tipis dan leukosit mendominasi hasil ulasan vagina. Apabila terjadi kebuntingan, siklus akan terganggu selama masa kebuntingan namun siklusnya tertunda lagi sampai akhir laktasi (Turner dan Bragna, 1988: ). 4. Ovarium a. Karakteristik Ovarium Ovarium Gambar 10. Ovarium Tikus Putih (Dokumentasi Penelitian, 2016) Ovarium adalah organ betina yang homolog dengan testes pada hewan jantan. Berbeda dengan testes, ovarium tertinggal dalam cavum abdominalis (Feradis, 2010: 35). Ovarium merupakan kelenjar ganda, sebagai kelenjar 26

20 eksorin dan kelenjar endokrin, yang mampu menghasilkan sel reta berupa ovum sekresi eksokrin dan menghasilkan hormon ovarium terutama estrogen dan progesteron (sekresi endokrin). Struktur ovarium sangat bervariasi tergantung pada spesies dan umur tahap siklus seksual. Ovarium merupakan bagian alat kelamin yang utama (Suhandoyo,1992:29). Pada semua mamalia terdapat sepasang ovarium. Ovarium tersebut terletak dekat ginjal, yaitu tempat ovarium pertama kali mengalami diferensiasi. Selama perkembangannya ovarium terletak pada tempat semula atau tetap tidak seperti halnya pada testis yang mengalami penurunan. Ukuran ovarium sangat tergantung pada umur dan status reproduksi betina. Pertumbuhan ovarium dan perkembangan komponen-komponen histologisnya dikontrol oleh hormon-hormon yang berasal dari kelenjar pituitari (Nalbandov, 1990: 21). Besar ovarium sangat tergantung pada umur dan status reproduksi hewan betina. Pada permukaan bebas, organ ini ditutupi oleh selapis sel kuboid yaitu epitel gonade (Brown dan Dellman, 1992:489) Jaringan dasar ovarium disebut stroma, mengandung serat jaringan ikat, otot polos dan pembuluh darah yang bergelung-gelung banyak sekali. Badan ovarium terbagi atas korteks yang langsung disebelah dalam tunika albuginea dan medula berada didalamnya (Wildan Yatim, 1990:70) Ovarium dikelilingi oleh Epithel germinal. Pada bagian bawah epithel terdapat tunika albugenia yang memiliki vaskularisasi sangat sedikit. Ovarium terdiri dari korteks dan medulla. Korteks merupakan bagian 27

21 fungsional ovarium yang terdiri dari jaringan konektif yang disebut stroma yang didalamanya terdapat folikel ovarium dalam berbagai tahap perkembangan, sedangkan medulla berada dibagian tengah ovarium, terdiri atas jaringan konektif yang kaya vaskularisasi, saraf, limfa, serta terdapat sel interestial (Rusmiatik, 2013: 12). Stroma korteks berupa jaringan ikat longgar. Tunika albuginea tebal dan merupakan lapisan yang langsung berada dibawah epitel permukaan. Tebal tunika albuginea dapat menipis dan bahkan menghilang karena terdesak oleh perkembangan folikel ovarium serta corpus luteum selama aktivitas ovarium meningkat (Dellman dan Brown, 1992: ) Dua komponen pada ovarium yang terpenting adalah folikel dan korpus luteum (Nalbandov, 1990: 22). Fisiologis ovarium sangat berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan folikel (folikulogenesis). Folikulogenesis merupakan proses dimana sel-sel somatik serta menjadi matur dan mampu untuk di fertilisasi. Menurut sadler (2004), oosit primer yang bertahan hidup dikelilingi oleh sel epitel pipih yang disebut folikel primordial. Selama masa pubertas, setiap bulannya folikel primordial berkembang dan satu folikel diantaranya mengalami ovulasi setiap 28 hari. Hal ini terjadi selama tahun (Rusmiatik, 2013: 2012). b. Folikel Ovarium Ovum terbentuk karena adanya pembelahan meiosis yang sering disebut sebagai oogenesis. Sel telur berasal dari perkembangan epitel germinativum yang mengalami penggandaan yang hebat dan terdefersiansi menjadi oosit 28

22 primer (Mamet, 1978:23, Turner C.D dan J.T Bagnara 1988:461). Proses meiosis dihentikan pada stadium profase akhir, sedangkan folikel oosit itu sendiri ukurannya akan menjadi bertambah. Pada penyelesaian pembelahan meiosis pertama, selanjutnya oosit sekunder yang haploid akan mengalami pembelahan meiosis yang kedua, sel germinal akan menjadi suatu ovum yang masak setelah benda kutub kedua dilepaskan (Partowirohartono, S. 1987: 82). Gambar 11. Proses Folikulogenesis dan Ovulasi (Anwar, 2005:2) dalam ovarium Sel telur pada ovarium dikelilingi oleh sel folikel yang merupakan sel hasil deferesiansi ephitelium germinativum yang bersifat sebagai sel soma. Folikel ovarium mengalami tiga tahap perkembangan. Pada embrio betina pada pasca lahir juga sebagian besar folikel-folikelnya berupa folikel primer. Folikel-folikel tersebut membentuk lapisan tebal dibawah tunika albuginea dan memiliki ciri khusus, yaitu bahwa ovarium yang terdapat 29

23 didalamnya tidak memiliki membran vitelina. Ovarium dikelilingi oleh banyak lapisan granulosa pada folikel yang lebih masak (Dellman, H. D. dan Brown, E. M. 1992: ) Jumlah folikel yang tersedia sangat berbeda pada setiap perempuan. Oosit dan pertumbuhan folikel juga dipengaruhi oleh stress biologis seperti radikal bebas, kerusakan DNA dan menumpuknya bahan kimia yang dihasilkan oleh proses metabolisme tubuh. Folikel yang berada di korteks ovarium seluruhnya pada tahap folikel primordial sebelum mencapai masa pubertas. Oosit berhenti berkembang sampai berada pada stadium diploten. Oosit tersebut dikelilingi oleh selapis sel granulose pipih dan tidak memiliki suplai pembuluh darah. Folikel tidak dipengaruhi oleh gonadotropin. Tetapi diferensiasi dan proliferasinya dipicu oleh faktor lokal (Rusmiatik, 2013: 13). Morfologi dan ukuran folikel-folikel yang sedang tumbuh sangat berbeda-beda oleh karena folikel itu tergantung pada umurnya, dan folikel yang mulai tumbuh sampai ke folikel yang sangat besar hampir masak. Pada waktu oosit tumbuh, selapis sel folikular menjadi kuboid dan kemudian melalui pembelahan mitosis bertambah menjadi epitel berlapis. Oosit juga tumbuh menjadi lebih besar dan muncul lapisan non selular disekitar yang disebut zona pelusida (Sugiyanto, 1996:6-7). Stroma yang mengelilingi folikel membetuk teka folikuli. Lapisan tersebut selanjutnya berdiferensiansi menjadi teka interna dan teka eksterna. Batas antara kedua lapis teka ini tidak jelas, tetapi batas antara teka interna dengan lapisan 30

24 granulosa lebih jelas karena terdapat lamina basalis yang tebal. Pada waktu folikel tumbuh, terutama karena penambahan jumlah dan ukuran sel granulosa maka timbul penimbunan cairan. Beberapa ruangan yang mendukung cairan bersatu dan akhirnya membentuk satu rongga yang disebut antrum folikuli. Perkembangan folikel ovarium memiliki beberapa tahapan yang meliputi tahap pertama (pembentukan folikel primer), tahap kedua (pembentukan folikel sekunder), tahap ketiga (pembentukan folikel tersier) dan tahap keempat (pembentukan folikel de Graff) (Partodiharjdo, 1982: 45). Berikut ini merupakan tahap perkembangan folikel ovarium, yaitu : 1) Folikel Primer Folikel pada masa embrio berupa folikel primer. Folikel tersebut membentuk lapisan tebal dibagian bawah tunka albuginea dan berciri khusus yaitu bahwa ovarium yang terdapat didalamnya tidak empunyai membran vitelline (Nalbandov, 1990:22) Folikel primer (folikel unilaminar) terdiri dari oosit primer, berdiameter sekitar 20µm pada kebanyakan jenis hewan, dikelilingi oleh epitel pipih atau kubus selapis yang disebut sel-sel folikel. Folikel primer paling muda (awal) dikelilingi oleh epitel pipih selapis yang disebut dengan folikel primordia. Pada stadium lebih lanjut, epitel berubah menjadi kubus sebaris. Folikel primer, berdiameter sekitar 40µm, yang 31

25 dikelilingi membran basal dan terletak di bagian luar korteks dibawah epitel permukaan (Dellman and Brown, 1992: 491) Folikel primer berasal dari satu epitel benih yang membelah diri. Sel tersebut nantinya menjadi ovum dengan posisi berada ditengah dan dikelilingi oleh sel-sel hasil pembelahan sebelumya. Sel-sel tersebut merupakan lapisan sel yang isebut membran granulosa. Folikel primer terletak dekat atau menempel pada permukaan ovarium dan ovanya tidak terbungkus oleh membran viteline (Partodiharjdo, 1982: 45-46). 2) Folikel Sekunder Ovarium pada folikel sekunder dikelilingi oleh banyak lapisan selsel folikel, kemudian akan membentuk sel granulose pada folikel yang telah masak. Bila sebuah ovum sudah dilengkapi dengan sebuah membran (zona pelucida) dan bila folikel sudah tumbuh, maka disebut folikel sekunder (Nalbandov, 1990:22) Folikel sekunder (folikel multilaminar atau folikel tumbuh) terdiri dari epitel banyak lapis dari sel-sel granulosa yang berbentuk polihedral dan mengitari oosit primer. Folikel sekunder ditandai oleh berkembangnya 3 sampai 5 µm lapis glikoprotein tebal disebut zona pellucida, mengitari membran plasma oosit. Zona pellucida dihasilkan oleh sel-sel granulosa yang langsung mengitari oosit dan sebagian oosit itu sendiri (Dellman and Brown, 1992: ). Folikel sekunder kearah pusat stroma cortex sewaktu sel-sel folikuler memperbanyak diri membentuk suatu lapisan multiseluler 32

26 disekeliling vittelus. Pada stadium ini terbentuk suatu lapisan membran, zona pellucida, antara oogonium dan sel-sel folikuler (Feradis,2010: 37). Pada perkembangan akhir folikel sekunder terjadi pemisahan teka folikuli menjadi teka interna dan teka eksterna. Folikel sekunder memiliki ukuran yang lebih besar ari folikel primer, hal ini dikarenakan oleh jumlah sel-sel granulosanya yang lebih banyak dari sebelumnya. Pada tahap ini, folikel berbentuk oval dan sudah bergerak menjauhi korteks menuju medulla ovarium. Letak folikel sekunder agak jauh dari permukaan ovarium (Partodiharjo, 1982: 46) 3) Folikel Tersier Foliker tersier merupakan tahap perkembangan folikel yang ketiga. Folikel tersier ditandai dengan perkembangan rongga sentral yang disebut antrum. Antrum terbentuk apabila cairan pengisi celah antara selsel granulosa pada folikel sekunder bergabung untuk membentuk satu rongga besar yang Folikel tersier yaitu tahapan dari folikel sekunder menjadi folikel tersier. Folikel tersier ditandai dengan ukuran lebih besar dari folikel sekunder maupun folikel primer dan letaknya lebih jauh dari korteks. Selain itu folikel tersier ditandai dengan terbentuknya atrum menyimpan cairan folikel (Dellman and Brown, 1992: 492). Folikel tersier merupakan folikel sekunder yang telah tumbuh lebih dewasa, dimana jumlah sl-sel granulosa lebih banyak dari fase sebelumnya sehingga ukuran folikel menjadi lebih besar dari 33

27 sebelumnya. Letak folikel tersier lebih jauh dibanding letak folikel sekuder dari korteks ovarium (Partodiharjo, 1982:46). 4) Folikel de Graff Folikel de Graff merupakan tahapan keempat pembentukan folikel de Graaf. Diameter folikel de Graaf berbeda-beda menurut jenis hewan. Karena ukurannya yang selalu bertambah, folikel de Graff. Karena ukuran yang selalu bertambah, folikel de Graff yang matang menonjol keluar melalui korteks ke permukaan ovarium. Pertumbuhan meliputi dua lapis sel stroma korteks yang mengelilingi sel-sel folikuler (Feradis, 2010:37-38). Folikel de Graff merupakan folikel yang sudah masak. Folikel de Graff menghasilkan estrogen tempat pembuatan hormon ini teka interna (Syaifuddin,2009:336). Menurut Dellman and Brown (1992:496) tahapan folikel de Graff merupakan tahapan beberapa hari sebelum estrus. Dalam folikel de Graff ovum terbungkus oleh masa sel yang disebut dengan kumulus oosporus. Telur bersama dengan masa sel yang membungkus menonjol ke dalam ruang antrum yang penuh dengan cairan folikel semakin menepi menjelang ovulasi. Perkembangan folikel ovarium akan mengalami proses kematian sel (apoptosis) dalam hal ini menyebabkan folikel menjadi atresia. Apoptosis merupakan kematian sel yang terprogram secara genetik. Apoptosis merupakan proses penting dalam pengaturan homeostasis 34

28 normal untuk menghasilkan keseimbangan sel yang ditandai oleh kondensasi kromatin, fragmentasi sel dan fagositosis sel (Fitriyah, 2009: 34) 5) Corpus Luteum Corpus luteum adalah masa jaringan kuning didalam ovarium yang dibentuk oleh sebuah folikel yang telah masak dan mengeluarkan ovumnya. Dalam uteri, corpus luteum akan menghasilkan hormon progesteron yang berguna untuk mengatur siklus menstruasi, mengembangkan jaringan glandul mamae, menyiapkan uteri pada waktu kelahiran dan melindungi dari kanker endometrium. Corpus luteum akan berhenti memproduksi progesteron pada saat ovum tidak dibuahi dan berkembang menjadi corpus albican. Pada saat ini, lapisan uterus akan meluruh keluar dari uterus. c. Fungsi Ovarium Ovarium memiliki fungsi sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin selain sebagai penghasil oosit. Ukuran ovarium secara umum tergantung pada umur, spesies dan tahap siklus seksual (Dellman and Brown, 1992: 489). Kelenjar eksokrin adalah ovarium mampu menghasilkan ovum dan sebagai kelenjar endokrin adalah ovarium mampu menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Estrogen terutama dihasilkan oleh sel-sel granulosa yang mengubah androgen, yang dihasilkan oleh sel-sel teka interna menjadi estrogen. Progesteron terutama dihasilkan oleh sel-sel lutein besar selama melestrus, diestrus dan kebuntingan, disamping itu dihasilkan 35

29 pula oleh placenta. Pertumbuhan dan pemasakan folikel ovarium dan sekresi estrogen dikendalikan oleh hormon gonadotropin hipofise yaitu FSH (folicle stimulsting hormone) dan LH (Luteinizing hormone). Sekresi estrogen oleh ovarium memicu pelepasan LH yang digunakan untuk ovulasi pada masa birahi (Dellman and Brown, 1992:489) Pada beberapa spesies, seperti tikus dan mencit, hormon luteotropik (LTH) diperlukan untuk mempertahankan korpus luteum agar terus mensekresikan progesteron. Surutnya (regresi) korpus luteum dapat diikuti dengan penarikan LH, LTH atau keduanya (Dellman, H. D. dan Brown, E. M. 1992:506). Saat kebuntingan, korpus luteum tetap dipertahankan, karena korpus luteum pada saat kebuntingan berbeda dengan korpus luteum periode lain pada berbagai spesies. Pada stadium lanjut kebuntingan pada kebanyakan spesies, korpus luteum tidak penting, sebab plasenta mampu menghasilkan hormon progesteron yang diperlukan untuk memertahankan kebuntingan secara berhasil. Hormon steroid ovarium dan plasenta mempengaruhi sekresi hormon gonadotropin dari hipofise memalui efek umpan balik pada hipotalamus yang terutama mengatur pelepasan hormon pelepas hipotalamik gonadotropin. Organ diensefalon lain, seperti epifise (pinal gland), juga mempengaruhi fungsi gonadotropin (Dellman, H. D. dan Brown, E. M. 1992: ). 36

30 d. Peran Hormon Reproduksi Betina Kegiatan fisiologis dari ovarium tidak terlepas dari peranan hormon, termasuk aktifitas folikulogenesis. Ovarium menghasilkan gamet dan merangsang sekresi estrogen yang mana membutuhkan LH dan FSH merupakan hormon yang dilepas dari hipofisis anterior. Pelepasan LH dan FSH selanjutnya dikendalikan oleh hipotalamus (Neal, 2005:74) 1. Hormon Estrogen Estrogen sebagian besar dibentuk oleh folikel yang berkembang. Estrogen merangsang tumbuh kembangnya alat reproduksi wanita dan kelenjar mammae. Estrogen disintesis dari kolesterol terutaa diovarium, dan di kelenjar lain misalnya korteks adrenal, testiss dan plasenta. Kemudian melalui beberapa reaksi enzimatik dalam biosintesis steroid terbentuklah hormon steroid. Estrogen dibentuk dari aldostenedion maupun testoteron yang mempunyai 4 cincin siklik dengann 19 atom C. Gambar 12. Struktur kimia estrogen (Guyton, 1995) 37

31 Hormon estrogen berperan sebagai hormon pertumbuhan folikel ovarium dan meningkatkan pertumbuhan tuba uterus, jumlah otot uterus, kadar protein kontraktil uterus. Estrogen juga dapat mempengaruhi organ endokrin dengan menurunkan sekresi LH dan meningkatkan sekresi LH (Syaifuddin, 2009: 338) Esrogen terutama estradiol, sebagaian besar dibentuk oleh folikel yang berkembang. Estrogen merangsang tumbuh kembang alat reproduksi wanita dan kelenjar mammae. Estrogen disintesis dari kolesterol terutama ovarium dan dikelenjar lain misalnya korteks adrenal, testis dan plasenta. Pada wanita estrogen secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organ kelamin primer yaitu vagina, servik, uterus dan tuba falopi (Suherman, 1995:11). 2. Hormon Progesteron Menurut Turner (1998). Progesteron memiliki aksi yang bervariasi terhadap organ reproduksi betina, dibawah kondisi fisiologis sering bekerja secara sinergik dengan estrogen. Progesteron terdapat pada ovarium, testis, korteks adrenal dan plasenta. Hormon progesteron sebagian besar dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta. Hormon progesteron bertanggung jawab atas perubahan endometrium dan perubahan siklik dalam serviks serta vagina. Progesteron berpengaruh anti estrogenik pada sel-sel myometrium terhadap oksitosin dan aktivitas listrik spontan (Syaifuddin,2009:338). 38

32 Progesteron merupakan substansi intermedia dari sintesa androgen, estrogen dan kortisol. Dalam cairan folikel diketahui banyak mengandung estrogen dan sedikit progesteron merupakan keterangan bahwa pembentukan progesteron telah dimulai sebelum folikel pecah dan korpus luteum dibentuk (Fitriyah, 2009: 40). 3. Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone(LH) keduanya merupakan glikoprotein kecil dengan berat molekul kira-kira baik FSH maupun LH merangsang sel target ovarium dengan cara kombinasi dengan reseptor FSH dan LH yang sangat spesifik pada membran sel. Reseptor kemudian diaktifkan selanjutnya akan meningkatkan laju kecepatan sekresi dari sel-sel sekaligus pertumbuhan dan proliferasi sel. Hampir semua efek perangsangan ini dihasilkan dari pengaktifan sistem second messenger siklus adenosin monofosfat dalam sitoplasma sel, yang selanjutnya menyebabkan pembentukan protein kinase dan kemudian berbagai fosforilasi dari enzim-enzim kunci dan membangkitkan banyak fungsi intrseluler (Guyto dan Hall, 2007: 1285) FSH memiliki fungsi utama untuk merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium, namun tidak menyebabkan ovulasi. Sel-sel basophil membentuk FSH dari lobus anterior hipofisa, pembentukan FSH akan berkurang pada pembentukan estrogen dalam jumlah yang cukup, suatu keadaan yang dapat dikatakan sebagai umpan balik negatif (Partodiharjdo, 1992: 107). 39

33 LH berperan merangsang sel-sel teka pada folikel yang masak untuk memproduksi estrogen, selanjutnya oleh karena kadar estrogen yang tinggi produksi LH menjadi semakin tinggi dan ketinggian kadar LH menyebabkan terjadinya ovulasi (Partodiharjdo, 1992: 107). B. Kerangka Berfikir Perkembangan ovum dan folikel ovarium dipengaruhi oleh produksi Follicle Stimulating Hormone (FSH). Produksi FSH pada pituitari menyebabkan folikel menjadi berongga dan menghasilkan hormon estrogen. Sekresi estrogen ke dalam folikel menyebabkan sel-sel granulosa membentuk reseptor FSH semakin banyak sehinga menyebabkan suatu efek umpan balik positif terhadap FSH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior. FSH dari hipofisis dan estrogen bergabung untuk memacu reseptor LH untuk dapat merangsang sel granulosa sehingga LH dapat merangsang sel-sel granulosa sebagai tambahan terhadap rangsangan oleh FSH dan membentuk peningkatan sekresi folikular yang cepat. Peningkatan jumlah estrogen dan folikel serta peningkatan LH dari kelenjar hipofisis anterior bekerja sama untuk menyebabkan proliferasi sel-sel teka folikular dan juga mningkatkan sekresi folikular (Guyton and Hall, 1286). Untuk meningkatkan kadar estrogen dapat dilakukan dengan pemberian fitoestrogen, fitoestrogen merupakan dekomposisi alami yang ditemukan pada tumbuhan yang memiliki banyak kesamaan dengan estradiol, bentuk alami estrogen yang paling poten. Penggunaan fitoestrogen memiliki efek keamanan yang lebih baik dibandingkan dengan estrogen sintesis atau 40

34 obat-obat hormonal pengganti (hormonal replacement therapy/hrt). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kenari terhadap perkembangan folikel ovarium tikus putih. Pada tanaman dikenal beberapa kelompok fitoestrogen yaitu : isoflavon, lignan, kumestan, triterpen, glikosida, dan senyawa lain yang berefek estrogenik seperti flavones, chalconcs, diterpenoids, triterpenoids, coumarins dan acyclics (Ika,2013:34). Pada kelompok isoflavon merupakan senyawa yang banyak dimanfaatkan, dikarenakan kandungan fitoestrogen yang cukup tinggi. Senyawa isoflavon merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak disintesa oleh tanaman. Salah satu tanaman yang mengandung fitoestrogen adalah tanaman kenari (Canarium indicum, L.). Daun kenari mengandung : senyawa flavonoid, polifenol, tanin dan saponin tetapi tidak mengandung senyawa alkaloid dan steroid (Lukmanto, 2015: 49). Pemberian ekstrak daun kenari tersebut diduga dapat meningkatkan perkembangan folikel karena sifat estrogeniknya yang dimiliki oleh daun kenari tersebut. Fitoestrogen berperan dalam menjaga keseimbangan estrogen endogen dalam jumlah yang sedikit. Fitoestrogen memiliki dua gugus hidroksil (OH) yang berjarak 11,0-11,5. Struktur kimia fitoestrogen memiliki kemiripan dengan struktur kimia estrogen pada mammalia. Fitoestrogen merupakan kompetitor aktif untuk reseptor estrogen terutama reseptor β (Alif, Trisnani; 2015:2). Mekanisme kerja fitoestrogen dalam tubuh khususnya dalam jaringan adalah dengan berikatan pada reseptor estrogen dan mencegah pengikatan oleh estrogen alami, namun fitoestrogen memiliki potensi yang jauh lebih kecil 41

35 (0,01-0,001) dari kekuatan estrogen alami (Muflichatun, 2008;55). Mekanisme tersebut juga terjadi dalam penghambatan fitoestrogen terhadap siklus sel. Fitoestrogen merupakan inhibitor bagi aromatase yang berperan dalam pembentukan estradiol (Alif, Trisnani;2015:2). Daun Kenari Fitoestrogen Jenis : Flavonoid Estrogen Organ Reproduksi Betina Ovarium Berpengaruh terhadap perkembangan folikel ovarium Gambar 13. Bagan Kerangka Berpikir Pengaruh Fitoestrogen terhadap Ovarium C. Hipotesis Pemberian ekstrak daun kenari (Canarium indicum, L.) mempengaruhi perkembangan folikel ovarium tikus putih betina (Rattus norvegicus, L.). 42

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus norvegicus, L) dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-eosin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Estrogen adalah salah satu hormon yang berperan dalam reproduksi hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting adalah estradiol

Lebih terperinci

5 KINERJA REPRODUKSI

5 KINERJA REPRODUKSI 5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya kawasan hutan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai pengruh pemberian ekstrak kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.) terhadap perkembangan folikel ovarium tikus putih diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family Menispermaceae yang mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat digunakan untuk mengobati

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Oosit Pada Stadia Folikel Primer Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit pada stadia folikel primer dapat dilihat pada gambar 10.

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga sekitar spesies

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga sekitar spesies BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia dikenal sebagai megabiodiversity country, yaitu Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang besar. Di hutan tropis Indonesia terdapat sekitar 30.000 tumbuhan,

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis ini banyak diternakkan di pesisir pantai utara (Prawirodigdo et al., 2004). Kambing Jawarandu

Lebih terperinci

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol purwoceng terhadap tikus putih betina pada usia kebuntingan 1-13 hari terhadap rata-rata bobot ovarium dan bobot uterus tikus putih dapat dilihat

Lebih terperinci

PENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak kacang kedelai hitam (Glycine soja) terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis 3 TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba merupakan salah satu sumber protein yang semakin digemari oleh penduduk Indonesia. Fenomena ini semakin terlihat dengan bertambahnya warung-warung sate di pinggiran jalan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan endometrium dan kadar hemoglobin tikus putih (Rattus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap jumlah kelenjar endometrium, jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih (Rattus

Lebih terperinci

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed Sel akan membelah diri Tujuan pembelahan sel : organisme multiseluler : untuk tumbuh, berkembang dan memperbaiki sel-sel yang rusak organisme uniseluler (misal : bakteri,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Lokal Domba merupakan hewan ternak yang pertama kali di domestikasi. Bukti arkeologi menyatakan bahwa 7000 tahun sebelum masehi domestik domba dan kambing telah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina.

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kinerja Induk Parameter yang diukur untuk melihat pengaruh pemberian fitoestrogen ekstrak tempe terhadap kinerja induk adalah lama kebuntingan, dan tingkat produksi anak

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 36 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Lapisan Granulosa Folikel Primer Pengaruh pemberian ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) terhadap ketebalan lapisan granulosa pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data menunjukkan bahwa sekitar 80 % penduduk dunia memanfaatkan obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan. Hal ini timbul sebagai

Lebih terperinci

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS Titta Novianti OOGENESIS Pembelahan meiosis yang terjadi pada sel telur Oogenesis terjadi dalam dua tahapan pembelahan : yaitu mitosis meiosis I dan meiosis II Mitosis : diferensaiasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II VAGINAL SMEAR Oleh : Nama : Nur Amalah NIM : B1J011135 Rombongan : IV Kelompok : 2 Asisten : Andri Prajaka Santo LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Wijen (Sesamum indicum L) 1. Sistematika Tanaman Tanaman wijen mempunyai klasifikasi tanaman sebagai berikut : Philum : Spermatophyta Divisi : Angiospermae Sub-divisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Tanaman Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) Rumput teki (Cyprus rotundus L.) merupakan jenis tanaman yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Tanaman Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) Rumput teki (Cyprus rotundus L.) merupakan jenis tanaman yang telah 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rumput Teki (Cyperus rotundus L) 1. Klasifikasi Tanaman Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) Rumput teki (Cyprus rotundus L.) merupakan jenis tanaman yang telah banyak digunakan

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Pertambahan Bobot Badan Tikus

Gambar 4. Grafik Pertambahan Bobot Badan Tikus BAB IV HASIL PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol purwoceng (Pimpinella alpina) terhadap pertambahan bobot badan tikus betina bunting pada umur kebuntingan 0-13 hari dapat dilihat pada Tabel 2.

Lebih terperinci

SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT

SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT MEMBERIKAN TEKANAN THDP SDA & LH PERTUMBUHAN PENDUDUK YG SEMAKIN CEPAT KBUTUHAN AKAN PROTEIN HWNI MENINGKAT PENDAHULUAN - LAHAN SEMAKIN SEMPIT - PENCEMARAN PERAIRAN SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT UTK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species) 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species) bagi Provinsi Nusa Tenggara Barat, bahkan telah menjadi lambang bagi provinsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1997), rumput teki dikelompokkan ke dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1997), rumput teki dikelompokkan ke dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) 1. Klasifikasi Menurut Tjitrosoepomo (1997), rumput teki dikelompokkan ke dalam regnum Plantae. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan berbiji terbuka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berat badan dewasa : - jantan - betina g. Konsumsi air minum tikus dewasa

TINJAUAN PUSTAKA. Berat badan dewasa : - jantan - betina g. Konsumsi air minum tikus dewasa 19 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Umum Tikus Tikus digolongkan ke dalam kelas Mamalia, bangsa Rodentia, suku Muridae dan marga Rattus (Meehan 1984). Tikus merupakan hewan mamalia yang mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA II. TELAAH PUSTAKA Kelenjar mammae merupakan kelenjar kulit khusus (derivat integumen) yang terletak di dalam jaringan bawah kulit (subkutan). Kelenjar mammae merupakan kelenjar eksokrin. Kelenjar eksokrin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan di era modern ini semakin beragam bahan yang digunakan, tidak terkecuali bahan yang digunakan adalah biji-bijian. Salah satu jenis biji yang sering digunakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 30 4.1 Luas Ovarium BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak minyak jintan hitam terhadap organ reproduksi betina diawali dengan pengamatan patologi anatomi (PA) dari ovarium dan uterus. Pengamatan

Lebih terperinci

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein. Salah satu komoditas yang menjadi primadona saat ini adalah ikan lele (Clarias sp.). Ikan

Lebih terperinci

ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS. drh. Herlina Pratiwi, M.Si

ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS. drh. Herlina Pratiwi, M.Si ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS drh. Herlina Pratiwi, M.Si FEMALE GENITAL ORGANS Terdiri dari: 1. Sepasang ovarium 2. Tuba fallopii (tuba uterina) 3. Uterus

Lebih terperinci

... Tugas Milik kelompok 8...

... Tugas Milik kelompok 8... ... Tugas Milik kelompok 8... 6. Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia lain terjadi siklus estrus. Bedanya, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan maka lapisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon)

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) Modul ke: Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Pengertian Hormon Hormon berasal dari kata hormaein yang berarti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Ekstrak Metanol Buah Adas terhadap Lama Siklus Siklus estrus terdiri dari proestrus (12 jam), estrus (12 jam), metestrus (12 jam), dan diestrus (57 jam), yang secara total

Lebih terperinci

D. Uraian Pembahasan. Sistem Regulasi Hormonal 1. Tempat produksinya hormone

D. Uraian Pembahasan. Sistem Regulasi Hormonal 1. Tempat produksinya hormone SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) IX A. 1. Pokok Bahasan : Sistem Regulasi Hormonal A.2. Pertemuan minggu ke : 12 (2 jam) B. Sub Pokok Bahasan: 1. Tempat produksi hormone 2. Kelenjar indokrin dan produksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5 Kabupaten yang terdapat di provinsi Gorontalo dan secara geografis memiliki

Lebih terperinci

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh Setyo Utomo (Kuliah ke 7)

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh Setyo Utomo (Kuliah ke 7) SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh Setyo Utomo (Kuliah ke 7) TIU : 1 Memahami bentuk anatomis dan histologis alat reproduksi betina. TIK : 1 Memahami secara anatomis dan histologis ovarium sebagai kelkenjar

Lebih terperinci

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Kemampuan suatu sel atau jaringan untuk berkomunikasi satu sama lainnya dimungkinkan oleh adanya 2 (dua) sistem yang berfungsi untuk mengkoordinasi semua aktifitas sel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging dan merupakan komoditas peternakan yang sangat potensial. Dalam perkembangannya, populasi sapi potong belum mampu

Lebih terperinci

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Kelompok 3 Aswar Anas 111810401036 Antin Siti Anisa 121810401006 Nenny Aulia Rochman 121810401036 Selvi Okta Yusidha 121810401037 Qurrotul Qomariyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi Simmental dengan nama SIMPO. Sapi SIMPO merupakan hasil

Lebih terperinci

teka mulai terbentuk mengitari lapis sel-sel granulosa pada tahap akhir folikel sekunder (Dellmann dan Brown 1992).

teka mulai terbentuk mengitari lapis sel-sel granulosa pada tahap akhir folikel sekunder (Dellmann dan Brown 1992). PEMBAHASAN Organ reproduksi betina terdiri atas organ reproduksi primer yaitu ovarium dan organ reproduksi sekunder yaitu tuba uterina, uterus (kornua, korpus, dan serviks), dan vagina. Ovarium memiliki

Lebih terperinci

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc. F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc. Sasaran Pembelajaran Mahasiswa dapat menjelaskan sistem reproduksi dan laktasi Materi Kontrol gonad dan perkembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI...

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN.... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI...... ABSTRACT... ii iii v vii viii ix x xii xiii BAB I.

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1 Data nilai fisiologis tikus putih (Rattus sp.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1 Data nilai fisiologis tikus putih (Rattus sp.) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tikus Putih (Rattus sp.) Tikus putih atau rat (Rattus sp.) sering digunakan sebagai hewan percobaan atau hewan laboratorium karena telah diketahui sifat-sifatnya dan mudah dipelihara

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. Mekanisme umpan balik pelepasan hormon reproduksi pada hewan betina Rangsangan luar Cahaya, stress,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak yang dapat menyediakan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia selain dari sapi, kerbau dan unggas. Oleh karena itu populasi dan kualitasnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah

BAB II TINJAUAN TEORI. konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah BAB II TINJAUAN TEORI A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengamati preparat uterus di mikroskopdengan menghitung seluruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengamati preparat uterus di mikroskopdengan menghitung seluruh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengaruh pemberian ekstrak daun kenari terhadap jumlah kelenjar endometrium Pengamatan jumlah kelenjar endometrium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Peranakan Ongole (PO) Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia. Populasi sapi PO terbesar berada di

Lebih terperinci

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Rangsangan seksual libido Berkembang saat pubertas dan setelah dewasa berlangsung terus selama hidup Tergantung pada hormon testosteron

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda 3 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda Siklus reproduksi terkait dengan berbagai fenomena, meliputi pubertas dan kematangan seksual, musim kawin, siklus estrus, aktivitas seksual setelah beranak, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah burung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah burung 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Merak Hijau (Pavo muticus) Merak hijau (Pavo muticus) termasuk dalam filum chordata dengan subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa cairan atau makanan lain,

Lebih terperinci

Sistem Reproduksi Pria meliputi: A. Organ-organ Reproduksi Pria B. Spermatogenesis, dan C. Hormon pada pria Organ Reproduksi Dalam Testis Saluran Pengeluaran Epididimis Vas Deferens Saluran Ejakulasi Urethra

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina akan menolak dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina akan menolak dan 30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Estrus 4.1.1 Tingkah Laku Estrus Ternak yang mengalami fase estrus akan menunjukkan perilaku menerima pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar Endokrin Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komoditi ikan yang menjadi primadona di Indonesia saat ini adalah ikan lele (Clarias sp). Rasa yang gurih dan harga yang terjangkau merupakan salah satu daya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi 2.1.1. Definisi Menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Barat sekitar SM. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Barat sekitar SM. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kambing Pada mulanya domestikasi kambing terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 8000-7000 SM. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus) berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam periode 10 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode 10 tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN DAFTARISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas atau kemandulan adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan dalam memperoleh kehamilan, walaupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat produksi daging domba di Jawa Barat pada tahun 2016 lebih besar 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging domba dan kambing di

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan PENGANTAR Latar Belakang Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan produktivitasnya untuk meningkatkan pendapatan peternak. Produktivitas itik lokal sangat

Lebih terperinci

HORMON REPRODUKSI JANTAN

HORMON REPRODUKSI JANTAN HORMON REPRODUKSI JANTAN TIU : 1 Memahami hormon reproduksi ternak jantan TIK : 1 Mengenal beberapa hormon yang terlibat langsung dalam proses reproduksi, mekanisme umpan baliknya dan efek kerjanya dalam

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris, L.) TERHADAP PERKEMBANGAN FOLIKEL OVARIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris, L.) TERHADAP PERKEMBANGAN FOLIKEL OVARIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK (Rizka Qori Dwi Mastuti) 131 PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris, L.) TERHADAP PERKEMBANGAN FOLIKEL OVARIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.) Rizka

Lebih terperinci

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu : Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan

Lebih terperinci

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen,

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen, SISTEM ENDOKRIN Hormon adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh sebuah sel atau sekelompok sel dan disekresikan ke dalam pembuluh darah serta dapat mempengaruhi pengaturan fisiologi sel-sel tubuh lain.

Lebih terperinci

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS Hipotalamus merupakan bagian kecil otak yang menerima input baik langsung maupun tidak dari semua bagian otak. Hipofisis adalah kelenjar endokrin kecil yang terletak

Lebih terperinci

drh. Herlina Pratiwi

drh. Herlina Pratiwi drh. Herlina Pratiwi Fase Folikuler: Oosit primer => folikel primer => foliker sedunder => folikel tertier => folikel degraaf => ovulasi => folikel haemoraghicum Fase Luteal: corpus luteum => corpus spurium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam yang ada di bumi juga telah di jelaskan dalam. firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam yang ada di bumi juga telah di jelaskan dalam. firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban), telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional baik dalam bentuk bahan segar, kering maupun dalam bentuk ramuan. Tanaman ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Berat Badan, Berat Testis, dan Jumlah Sperma Mencit

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA

UNIVERSITAS GUNADARMA PENGARUH HORMON SEKSUAL TERHADAP WANITA Oleh : Rini Indryawati. SPsi UNIVERSITAS GUNADARMA November 2007 ABSTRAK Hormon adalah getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar dan langsung diedarkan oleh darah.

Lebih terperinci

BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN

BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN Pokok bahasan kuliah sinkronisasi alami ini meliputi pengertian hormon reproduksi mulai dari definisi, jenis, macam, sumber, cara kerja, fungsi dan pengaruhnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun katuk (Sauropus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun katuk (Sauropus BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus) terhadap berat uterus dan tebal endometrium pada tikus putih (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Organ Reproduksi Betina 2.1.1 Ovarium Organ reproduksi betina terdiri atas dua buah ovari, dua buah tuba falopii, uterus, serviks, vagina, dan vulva. Ovarium bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu contoh rusa yang ada di Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Hampir

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aplikasi bioteknologi reproduksi di bidang peternakan merupakan suatu terobosan untuk memacu pengembangan usaha peternakan. Sapi merupakan salah satu jenis ternak

Lebih terperinci