UJI PERFORMANSI GETARAN MEKANIS DAN KEBISINGAN MIST BLOWER YANMAR MK 150-B SKRIPSI. Oleh : AHMAD NOVAL IRVANI F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI PERFORMANSI GETARAN MEKANIS DAN KEBISINGAN MIST BLOWER YANMAR MK 150-B SKRIPSI. Oleh : AHMAD NOVAL IRVANI F"

Transkripsi

1 UJI PERFORMANSI GETARAN MEKANIS DAN KEBISINGAN MIST BLOWER YANMAR MK 150-B SKRIPSI Oleh : AHMAD NOVAL IRVANI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERFORMANCE TEST OF MECHANICAL VIBRATION AND NOISE OF YANMAR MIST BLOWER MK 150-B Ahmad Noval Irvani and Mad Yamin Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology. Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone , ahmadnovalipb@yahoo.co.id ABSTRACT Mist blower is one of the mechanization tool of agriculture considered as a tool that can assist humans in fertilizer and pesticides spreading activities. Levels of motor speed in the used mist blower were 1915, 4009, and 7227 rpm. Vibration measurements were conducted on the engine and handlebar control mist blower with the three-dimensional axes namely X, Y, and Z. Mist blower noise measurements were performed on the engine, operator's right ear and left ear. Based on the analysis of vibration and noise from the mist blower of type MK 150-B was obtained the safe limit values from the use of these tools. The safe limit of the use of mist blower in motor rotation speed of 1915, 4009, and 7227 rpm after being compared with the vibration and noise were 1 hour, 1 hour and 24 minutes respectively. The farther the distance from noise source, the lower the noise level too. Moreover objectivity study of operator was conducted. The first farmer was tired faster than the second farmer. In terms of age of farmer, the second farmer (60 years) older than the first farmers (40 years), but this should not affect significantly. Activity on the previous day greatly affects the level of fatigue when operating the mist blower. This was because the first farmers did more activities and had rest periods that less than second farmer. Keyword: mist blower, vibration, noise ii

3 AHMAD NOVAL IRVANI. F Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B. Di bawah bimbingan Mad Yamin RINGKASAN Mist blower sebagai salah satu alat mekanisasi pertanian, dinilai sebagai alat yang dapat membantu pekerjaan manusia dalam mengerjakan penebaran pupuk maupun penebaran pestisida. Melihat keadaan yang ada, potensi bahaya akibat kebisingan dan getaran yang ditimbulkan oleh alat ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan psikologis dari operator. Pengukuran getaran dilakukan pada tiga sumbu yaitu sumbu X, Y, dan Z pada engine dan tuas kendali. Kecepatan putaran motor yang digunakan yaitu 1915, 4009, dan 7227 rpm. Pada engine, percepatan getaran yang ditimbulkan memiliki kisaran rata-rata 1.51 m/s m/s 2. Sedangkan percepatan getaran rata-rata pada tuas kendali mist blower memiliki kisaran 0.1 m/s m/s 2. Berdasarkan hasil plot grafik exposure limits, sumbu yang dijadikan acuan lama pengunaan mist blower adalah sumbu Z karena memberikan pengaruh paling signifikan. Berdasarkan perbandingan percepatan getaran rata-rata pada engine dan tuas kendali, batas aman penggunaan mist blower pada kecepatan putaran motor 1915 dan 4009 rpm adalah selama 1 jam. Sedangkan batas aman penggunaan pada kecepatan putaran motor 7227 rpm adalah selama 25 menit. Batas nyaman penggunaan mist blower pada setiap kecepatan putaran motor pada sumbu X, Y, dan Z adalah sama yaitu selama 8 jam. Nilai tingkat kebisingan rata-rata yang terukur pada telinga operator dengan kecepatan putaran motor 1915 rpm ialah 75,50 db(a). Sedangkan pada kecepatan putaran motor 4009 dan 7227 rpm, tingkat kebisingan rata-ratanya yaitu 87,66 db(a) dan 100,97 db(a). Nilai standar DOD lebih kritis dibandingkan dengan standar OSHA. Sehingga standar yang digunakan untuk mengetahui lama mendengar yang diijinkan adalah standar DOD. Nilai lama mendengar yang diijinkan berdasarkan standar DOD pada pengoperasian mist blower tipe MK-150-B dengan kecepatan putaran motor 1915, 4009, dan 7227 rpm masingmasing 34.9 jam, 4.2 jam,dan 24 menit. Batas pengunaan aman pada kecepatan putaran motor 1915, 4009, dan 7227 rpm setelah dibandingkan dengan getaran dan kebisingan masing-masing adalah 1 jam, 1 jam, dan 24 menit. Semakin tinggi percepatan getaran pada sumbu pengukuran, maka semakin tinggi pula tingkat kebisingan yang dihasilkan seiring dengan meningkatnya tingkat kecepatan putaran motor. Kontur kebisingan menggambarkan bahwa semakin jauh jarak dari sumber kebisingan, maka tingkat kebisingan akan semakin rendah. Pada uji objektivitas operator, petani merasakan dampak antara lain dengung pada telinga akibat kebisingan, pegal-pegal pada bagian punggung, serta pusing. Petani pertama lebih cepat merasa lelah dibandingkan dengan petani kedua. Aktifitas pada hari sebelumnya sangat berpengaruh terhadap tingkat keletihan saat mengoperasikan mist blower. Hal ini disebabkan karena petani pertama melakukan lebih banyak aktifitas dan waktu istirahat yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan petani kedua. Tingkat kecepatan putaran motor berbanding lurus dengan debit. Semakin tinggi tingkat kecepatan putaran motor, maka semakin tinggi pula debit yang dihasilkan. Selain itu, semakin tinggi debit, maka tingkat percepatan getaran dan kebisingan semakin tinggi seiring dengan meningkatnya tingkat kecepatan putaran motor. iii

4 UJI PERFORMANSI GETARAN MEKANIS DAN KEBISINGAN MIST BLOWER YANMAR MK 150-B SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Oleh : AHMAD NOVAL IRVANI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 iv

5 Judul Skripsi : Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B Nama : Ahmad Noval Irvani NIM : F Menyetujui, Pembimbing Akademik, (Ir. Mad Yamin MT) NIP Mengetahui, Ketua Departemen, (Dr. Ir. Desrial, M.Eng) NIP Tanggal lulus : v

6 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2012 Yang membuat pernyataan Ahmad Noval Irvani F vi

7 Hak cipta milik Ahmad Noval Irvani tahun 2012 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya vii

8 Surat Ali-Imran ayat ان في خلق السموات واالرض واختالف اليل والنهار آليت الولى االلباب )091( الذين يذكرون هللا قياما وقعودا وعلى جنوبهم ويتفكرون في خلق السموات واالرض ربنا ما خلقت هذا باطال سبحنك فقنا عذاب النار )090( Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (190). (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka periharalah kami dari siksa neraka. (190) viii

9 BIODATA PENULIS Ahmad Noval Irvani, lahir di Jakarta pada tanggal 30 November 1990 merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan H. M. Arief SH, MH dan Hj. Irmawati. Pendidikan formal dimulai pada tahun 1996 di SD Islam RPI Jakarta Selatan. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan studi di MTs RPI Jakarta Selatan dan kemudian dilanjutkan di SMAN 3 Jakarta pada tahun Pada tahun 2008, penulis masuk Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti unit kegiatan mahasiswa taekwondo dan mengikuti kepanitiaan yang diadakan oleh fakultas. Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung yang berada di Ciwidey, Kecamatan Pasir Jambu, desa Mekarsari, Bandung, Jawa Barat. Judul laporan Praktik Lapangan yang penulis buat adalah Mempelajari Aspek Keteknikan dan Aspek K3 di Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Untuk menyelesaikan studinya, penulis menyusun skripsi dengan judul yaitu Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B dibawah bimbingan Ir. Mad Yamin MT. ix

10 KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang tak pernah henti memberikan limpahan nikmat, rahmat, karunia dan kasih sayang-nya, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Skripsi yang penulis susun ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis berharap skripsi yang berjudul Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150- B ini dapat bermanfaat khususnya bagi diri penulis maupun pihak lain yang berkaitan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini, khusunya kepada: 1. H. M. Arief, SH. MH dan Hj. Irmawati, orang tua penulis yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, bimbingan, perhatian dan do a kepada penulis. 2. Ir. Mad Yamin M.T, selaku Dosen Pembimbing yang telah menbimbing dan memberi arahan terhadap penulis. 3. Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si. dan Ir. Agus Sutejo, M.Si selaku penguji sidang skripsi. 4. Sunu Ariastin, Aris Adhi Permana, Ramdhani Mardiansyah, dan Angga Rakay Fatahilah selaku teman satu bimbingan yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. 5. Yunita Magrima Anzani dan Sadewi Maharani selaku teman yang membantu dalam penelitian. 6. Bapak Zainus selaku pihak LIPI yang telah memberikan kesempatan untuk berkunjung ke LIPI. 7. Daun Biru Engineering yang telah berusaha memperbaiki vibration meter. 8. Bapak Darma, bapak Wana, dan kak Firman selaku teknisi yang telah membantu penulis dalam pengambilan data. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan tulisan ini karena penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak pada umumnya. Bogor, Juli 2012 Penulis x

11 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN...xv I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. Mist Blower... 3 B. Ergonomika... 4 C. Getaran... 5 D. Kebisingan... 7 III. METODOLOGI PENELITIAN...11 A. Waktu dan Tempat...11 B. Alat dan Bahan...11 C. Metode Penelitian Pengukuran Getaran Pengukuran Kebisingan Studi Obyektivitas Operator Mist Blower...18 D. Diagram Alir Rancangan Penelitian...19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...20 A. Getaran Pengukuran Getaran Analisa Getaran...21 B. Kebisingan Pengukuran Kebisingan Analisa Kebisingan...26 C. Studi Obyektivitas Operator Mist Blower...32 V. KESIMPULAN DAN SARAN...36 A. Kesimpulan...36 B. Saran...37 DAFTAR PUSTAKA...38 LAMPIRAN...40

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Bagian-bagian Mist Blower... 3 Gambar 2. Getaran Sinusoidal (Wilson 1989 dalam Nugroho 2005)... 6 Gambar 3. Grafik Hubungan Percepatan dan Frekuensi Sumbu-Z Untuk Perfomance Exposure Limits Gambar 4. Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B...11 Gambar 5. Pandangan Orthogonal Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B...11 Gambar 6. Vibration Meter...12 Gambar 7. Sound Level Meter...12 Gambar 8. Tachometer...12 Gambar 9. Stopwatch...13 Gambar 10. Pupuk Cair Organik...13 Gambar 11. Letak Sumbu-Sumbu Pengukuran Getaran pada Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B...14 Gambar 12. Letak Sumbu-Sumbu Pengukuran Getaran pada Tuas Kendali Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B...15 Gambar 13. Titik-titik Pengukuran Kebisingan pada Engine Mist Blower Tipe MK 150-B...16 Gambar 14. Titik-titik Pengukuran Kebisingan pada Engine Mist Blower Tipe MK 150-B...16 Gambar 15. Titik-titik Pengukuran Kontur Kebisingan pada Lingkungan...17 Gambar 16. Petani yang Mengoperasikan Mist Blower ke Lahan Ubi Jalar...18 Gambar 17. Diagram Alir Rancangan Penelitian...19 Gambar 18. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran... Rata-rata pada Engine Mist Blower Tipe MK 150-B Gambar 19. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Tipe MK 150-B...22 Gambar 20. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata Pada Engine Mist Blower Tipe MK 150-B (Setelah Dikalikan 2)...23 Gambar 21. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Tipe MK 150-B (Setelah Dikalikan 2) Gambar 22. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower Tipe MK 150-B (Setelah Dikalikan 0.317) Gambar 23. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Tipe MK 150-B (Setelah Dikalikan 0.317) Gambar 24. Grafik Hubungan antara Titik-Titik Pengukuran pada Setiap Kecepatan Putaran Motor terhadap Kebisingan yang Dihasilkan pada Engine Mist Blower Tipe MK 150-B Gambar 25. Grafik Hubungan antara Percepatan Getaran (Sumbu Z) di Setiap Kecepatan Putaran Motor dengan Kebisingan yang Diterima Operator Gambar 26. Kontur Kebisingan terhadap Lingkungan (a) Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (b) Kecepatan Putaran Motor 4009 rpm (c) Kecepatan Putaran Motor 7227 rpm...30 Gambar 27. Kontur Tingkat Kebisingan pada Telinga Operator (a) Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (b) Kecepatan Putaran Motor 4009 rpm (c) Kecepatan Putaran Motor 7229 rpm...32 Gambar 28. Pemupukan Lahan Ubi Jalar Menggunakan Mist Blower...33 Gambar 29. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Debit xii

13 Gambar 30. Grafik Hubungan antara Debit di Setiap Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran (Sumbu Z) pada Sumber Getaran Gambar 31. Grafik Hubungan antara Debit di Setiap Kecepatan Putaran Motor dengan Kebisingan yang Diterima Operator Mist Blower xiii

14 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Standar Nilai Ambang Batas Kebisingan dan Lama Kerja yang Diperkenankan...10 Tabel 2. Spesifikasi Mist Blower...20 Tabel 3. Tingkat Kebisingan Rata-rata pada Engine Mist Blower Tipe MK 150-B...26 Tabel 4. Tingkat Kebisingan Rata-rata pada Telinga Operator Mist Blower Tipe MK-150-B...27 Tabel 5. Lama Mendengar yang Diizinkan bagi Pengguna Mist Blower Tipe MK 150B...27 Tabel 6. Debit pada Setiap Kecepatan Putaran Motor...33 xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Percepatan Getaran pada Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz) Lampiran 2. Percepatan Getaran Pada Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 4009 rpm (66.8 Hz) Lampiran 3. Percepatan Getaran pada Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 7227 rpm (120.5 Hz) Lampiran 4. Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B...42 Lampiran 5. Percepatan Getaran pada Tuas Kendali Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz)...43 Lampiran 6. Percepatan Getaran Pada Tuas Kendali Mist blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 4009 rpm (66.8 Hz)...43 Lampiran 7. Percepatan Getaran pada Tuas Kendali Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 7227 rpm (120.5 Hz) Lampiran 8. Percepatan Getaran Rata-rata yang Merambat dari Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B ke Tuas Kendali Mist Blower Lampiran 9. Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B (Setelah Dikalikan Faktor Pengali = 2) Lampiran 10. Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B (Setelah dikalikan Faktor Pengali = 2) Lampiran 11. Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B (Setelah dikalikan Faktor Pengali = 0.317) Lampiran 12. Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B (Setelah Dikalikan Faktor pengali = 0.317) Lampiran 13. Tingkat Kebisingan Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm Lampiran 14. Tingkat Kebisingan Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 4009 rpm Lampiran 15. Tingkat Kebisingan Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 7227 rpm Lampiran 16. Tingkat Kebisingan yang Diterima Telinga Operator Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B dengan Berbagai Tingkat Kecepatan Putaran Motor Lampiran 17. Tingkat Kebisingan terhadap Lingkungan pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm...48 Lampiran 18. Tingkat Kebisingan terhadap Lingkungan pada Kecepatan Putaran Motor 4009 rpm...50 Lampiran 19. Tingkat Kebisingan terhadap Lingkungan pada Kecepatan Putaran Motor 7227 rpm...52 Lampiran 20. Rata-rata Tingkat Kebisingan terhadap Lingkungan pada Setiap Kecepatan Putaran Motor...54 Lampiran 21. Contoh Hubungan antara Frekuensi dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine untuk Mengetahui Performance Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz) Lampiran 22. Contoh Hubungan antara Frekuensi dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali untuk Mengetahui Performance Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz) xv

16 Lampiran 23. Contoh Hubungan antara Frekuensi dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine untuk Mengetahui Batas Aman Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz) Lampiran 24. Contoh Hubungan antara Frekuensi dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali untuk Mengetahui Batas Aman Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz) Lampiran 25. Contoh Hubungan antara Frekuensi dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine untuk Mengetahui Batas Nyaman Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz) Lampiran 26. Contoh Hubungan antara Frekuensi dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali untuk Mengetahui Batas Nyaman Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz) Lampiran 27. Kuisioner Studi Obyektivitas Operator Mist Blower...67 xvi

17 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, menuntut manusia untuk dapat berkembang sesuai dengan arus percepatan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian sampai saat ini masih merupakan sektor terpenting bagi negara. Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi yang dituntut untuk menghasilkan sarjana-sarjana yang mampu mengaplikasikan dan mengembangkan kemampuan serta profesi keilmuannya dalam kehidupan sehari-hari. Teknik Mesin dan Biosistem merupakan pendekatan teknik secara luas dalam bidang pertanian yang sangat dibutuhkan untuk melakukan aplikasi keteknikan yang dapat mempermudah kegiatan manusia. Dalam hal pembudidayaan dan perawatan tanaman, kegiatan pemupukan dan pengendalian hama merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Pemupukan menurut pengertian khusus ialah pemberian bahan yang dimaksudkan untuk menyediakan hara bagi tanaman. Umumnya pupuk diberikan dalam bentuk padat atau cair melalui tanah dan diserap oleh akar tanaman. Namun pupuk dapat juga diberikan lewat permukaan tanaman, terutama daun. Tujuan utama pemupukan adalah menjamin ketersediaan hara secara optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga diperoleh peningkatan hasil panen. Penggunaan pupuk yang efisien pada dasarnya adalah memberikan pupuk dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut (Nasih 2010). Selain itu, peranan pestisida dalam upaya penyelamatan produksi pertanian dari gangguan hama dan penyakit tanaman masih sangat besar, terutama apabila telah melebihi ambang batas pengendalian atau ambang batas ekonomi. Pestisida merupakan bahan yang banyak memberikan manfaat sehingga banyak dibutuhkan masyarakat pada bidang pertanian (pangan, perkebunan, perikanan, peternakan), penyimpanan hasil pertanian, kehutanan (tanaman hutan dan pengawetan hasil hutan), rumah tangga dan penyehatan lingkungan, pemukiman, bangunan, pengangkutan dan lain-lain. (Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida, 2011) Manusia sebagai sumberdaya yang kurang efisien dan efektif karena kemampuanya yang terbatas, menuntut teknologi yang dibutuhkan dalam proses pembudidayaan dan pemeliharaan tersebut. Mist blower sebagai salah satu alat mekanisasi pertanian, dinilai sebagai alat yang dapat membantu pekerjaan manusia dalam mengerjakan penebaran pupuk maupun penebaran pestisida. Melihat keadaan yang ada, potensi bahaya akibat kebisingan dan getaran yang ditimbulkan oleh alat ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan maupun psikologis dari operator. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran secara jelas tentang getaran mekanis dan kebisingan yang ditimbulkan oleh mist blower terhadap kesehatan dan waktu kerja yang aman dalam mengoperasikan alat ini. B. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah : 1. Melakukan analisis tingkat getaran mekanis dan kebisingan yang diterima operator saat mengoperasikan mist blower. 1

18 2. Menentukan lama pemakaian optimal per hari bagi operator mist blower berdasarkan parameter getaran dan kebisingan. 3. Mengetahui tingkat kebisingan terhadap lingkungan dan disekitar telinga operator. 4. Membandingkan tingkat keletihan yang dialami dua operator mist blower dengan perbedaan umur menurut hasil studi obyekvifitas operator. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui tingkat keamanan dan keselamatan kerja pada saat mengoperasikan mist blower berdasarkan parameter getaran dan kebisingan terhadap operator. 2

19 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mist Blower Mist blower adalah mesin yang menghembuskan cairan obat atau pupuk cair seperti mesin semprot menjadi butir-butir kecil oleh tenaga angin dari blower, maka dapat dikatakan bahwa mesin tersebut adalah mesin penyemprot dengan sistem tekanan angin. Bagian-bagian utama pada mist blower dapat dilihat pada Gambar 1. (Anwar 2011) Gambar 1. Bagian-bagian Mist Blower (Sumber: Mist blower dapat digunakan untuk pemupukan (pupuk cair) atau penyemprotan pestisida untuk menanggulangi hama pada tanaman. Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah dengan maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil (produksi) yang diharapkan. Hara dalam tanah secara berangsur-angsur akan berkurang karena terangkut bersama hasil panen, air limpasan permukaan, erosi atau penguapan. Pengelolaan hara terpadu antara pemberian pupuk dan pembenah akan meningkatkan efektivitas penyediaan hara, serta menjaga mutu tanah agar tetap berfungsi secara lestari. Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen kimia (Nasih 2010). Selain itu, mist blower juga dapat digunakan dalam penyebaran pestisida. Tujuan dari penggunaan pestisida ialah menekan atau mengurangi populasi jasad pengganggu sasaran (hama, penyakit, dan gulma) hingga di bawah batas nilai ambang ekonomi, tanpa menimbulkan dampak yang merugikan seperti antara lain : terjadi resistensi, resurgensi, keracunan tanaman pokok, dan pencemaran lingkungan. Keberhasilan penggunaan pestisida sangat ditentukan oleh teknik aplikasi yang tepat. Selain itu, keberhasilan juga dipengaruhi oleh faktor jenis, dosis dan saat aplikasi yang tepat. 3

20 Ada beberapa keuntungan penggunaan mist blower pada aplikasinya di lahan. Pertama, mempermudah pekerjaan manusia dalam menyebarkan pestisida/larutan pupuk cair. Kedua, waktu yang terbuang berkurang sehingga kapasitas kerja dapat meningkat. Ketiga, umumnya butiran cairan pestisida atau pupuk cair yang dihasilkan mist blower lebih halus sehingga penggunaannya lebih efektif. Keempat, jumlah penggunaan jam kerja peralatan dan manusia dapat dikurangi. Kerugian penggunaan mist blower yaitu biaya investasi tinggi, sehingga kurang ekonomis bila hanya digunakan untuk ukuran kebun kecil. Selain itu, pengenaan secara menyeluruh dari bagian-bagian mahkota daun oleh butiran pestisida atau larutan pupuk cair sangat sulit untuk tanaman yang rapat daunnya (Anwar 2001). Petunjuk penggunaan mist blower antara lain (Anwar 2001) : 1. Udara pada waktu penyemprotan harus memungkinkan antara lain keadaan tanah (tidak berangin) dan udara masih dingin misalnya pada waktu pagi hari atau sore hari. 2. Penggunaan pestisida atau pupuk cair dan cara mencampurnya harus sesuai dengan petunjuk yang telah ditentukan. 3. Menghindari kontak langsung dengan larutan agar tidak terjadi keracunan. 4. Melakukan penyemprotan tidak pada waktu banyak embun serta sebelum dan selama hujan agar jangan sampai terjadi pencucian/pengeceran. 5. Mengamati ukuran butiran cairan yang keluar, pola sebaran butiran cairan waktu mengenai bagian-bagian tanaman selama penyemprotan berlangsung. 6. Dalam keadaan udara berangin, sebaiknya berjalan mengikuti arah angin dan menghindari pengenaan pestisida atau pupuk cair secara langsung pada bunganya. Cara merawat mist blower yaitu dengan mencuci semua bagian terutama bagianbagian yang berhubungan dengan pestisida atau pupuk cair. Kemudian, mengeringkan sampai semua bagiannya kering. Setelah itu, alat tersebut disimpan dalam ruangan yang kering terpisah dengan barang-barang lain dan jauh dari jangkauan manusia (Anwar 2001). B. Ergonomika Istilah ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu: ergos yang berarti kerja dan nomos yang berarti ilmu, hukum atau aturan. Jadi, secara harfiah ergonomi dapat diartikan sebagai suatu ilmu atau aturan tentang bagaimana seharusnya melakukan kerja. Seiring dengan perkembangan sistem dan teknologi kerja itu sendiri, maka berbagai hal yang mengkaji dan mengatur interaksi antara manusia sebagai pelaku atau tenaga kerja dengan peralatan, mesin ataupun lingkungan kerja berkembang menjadi suatu cabang ilmu tersendiri, yaitu Ergonomi. Walaupun sebagian besar negara di dunia menggunakan istilah yang berasal dari padanan kata ergonomi (Ergonomics dalam Bahasa Inggris, ergonomi atau ergonomika dalam Bahasa Indonesia) untuk disiplin ilmu ini, ada beberapa negara menggunakan istilah lain. Seperti misalnya: Human Engineering atau Human Factors Engineering lazim digunakan di Amerika Utara atau Labour Science (Roudou Kagaku) digunakan di Jepang. Meskipun ada perbedaan istilah yang digunakan di beberapa negara tersebut, namun secara umum semuanya itu mempunyai definisi, misi dan tujuan yang sama (Herodian dkk 1999). Ergonomika merupakan multi disiplin ilmu yaitu perpaduan dari berbagai disiplin ilmu, antara lain antropologi, fisiologi, kesehatan, teknik, teknologi dan perencanaan kerja (Soeripto 1988 dalam Fitriani 2003). Secara umum ergonomi dapat didefinisikan sebagai suatu aplikasi sistematik dari berbagai informasi dan kajian yang relevan tentang karakteristik, kemampuan dan keterbatasan manusia serta interaksinya terhadap alat, mesin, prosedur dan lingkungan dimana 4

21 manusia melakukan kerja/aktivitas dengan tujuan agar tercapai kondisi keselamatan, kesehatan dan kenyamanan serta produktivitas kerja yang optimal. Dari definisi di atas terlihat bahwa pada dasarnya pendekatan ergonomi terdiri atas dua sub-sistem, yaitu sub-sistem perlengkapan dan lingkungan kerja serta sub-sistem manusia. Subsistem perlengkapan dan lingkungan kerja meliputi aspek-aspek yang terkait dengan desain alat/mesin, desain operasi/proses serta desain lingkungan kerja. Sedangkan sub-sistem manusia meliputi aspek-aspek yang terkait dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik dari segi fisik, fisiologis, psikologis, latar belakang sosial, dan sebagainya. Ergonomi akan mengarahkan proses perancangan agar menghasilkan produk yang tidak saja memiliki kemampuan teknis yang lebih baik, tetapi juga produk yang sesuai dan serasi dengan kemampuan dan keterbatasan manusia sebagai pengguna ataupun operatornya. Menurut Internasional Ergonomics Association (IEA), ergonomika dapat diartikan sebagai disiplin ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara manusia dan elemen lainnya dalam sistem yang berhubungan dengan perancangan, pekerjaan, produk, dan lingkungannya untuk mendapatkan kesesuaian antara kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan manusia (Syuaib 2003 dalam Nuryadi 2011). Aplikasi ergonomi berupaya untuk menciptakan suatu kombinasi yang paling sesuai dan serasi (match/compatible) antara sub-sistem peralatan dan lingkungan kerja dengan sub-sistem manusia sebagai user ataupun operatornya. Dengan terciptanya keserasian antara kedua subsistem kerja tersebut, maka keselamatan dan kenyamanan kerja dapat ditingkatkan serta kesalahan dan kecelakaan kerja dapat direduksi sehingga efektivitas dan efisiensi kerja (kinerja) dapat ditingkatkan dan pada akhirnya akan menghasilkan sistem kerja yang lebih produktif. Salah satu aspek penting dari ergonomika adalah getaran dan tingkat kebisingan yang akan menjadi pembahasan utama penelitian ini. C. Getaran Getaran adalah suatu gerak zarah atau benda yang secara teratur (periodik) melalui titik tertentu (Martono 1980 dalam Fitriani 2003), sedangkan menurut Kromer et al. (1994) dalam Fitriani (2003), getaran diartikan sebagai suatu gerak yang berulang-ulang terhadap suatu titik yang tetap atau gerak isolasi yang bergerak bolak-balik melalui lintasan yang sama, dimana terjadi suatu gerakan cycle selama selang waktu satu detik (satu putaran perdetik/hertz). Terdapat dua jenis getaran pada tubuh manusia yaitu Whole Body Vibration dan Handarm Vibration. Whole Body Vibration yaitu getaran pada seluruh tubuh secara signifikan dapat terjadi pada pengemudi traktor, alat berat, kendaraan off-road, truk dan bus. Jenis getaran ini ditimbulkan oleh permukaan lahan tempat kendaraan beroperasi dan kurangnya absoprsi shock pada sistem suspensi. Getaran dan shock pada kendaraan tersebut bertransmisi pada pengemudinya melalui tempat duduk. Hal ini sangat berbahaya bagi sistem rangka (punggung), sistem pencernaan, dan organ reproduksi wanita. Getaran dengan frekuensi 1-80 Hz memiliki efek yang kuat pada keseluruhan tubuh manusia. Sedangkan Hand-arm Vibration yaitu getaran pada tangan dan lengan mungkin terjadi pada penggunaan perkakas listrik (hand-held power tool), bor pneumatik, chain saw, chipping hammer, riveter, gerinda dan vibrator beton. Frekuensi antara Hz sangat berpengaruh pada getaran jenis ini (Herodian dkk 1999). Pada dasarnya, getaran dibedakan menjadi dua tipe yaitu getaran sinusoidal dan getaran random (acak). Getaran sinusoidal digambarkan sebagai gerak partikel pada satu sumbu dengan frekuensi dan amplitudo tertentu, tipe ini biasanya dijadikan patokan dalam percobaan di 5

22 laboratorium. Getaran random (acak) adalah getaran yang tidak beraturan dan tidak dapat diprediksi, jenis ini biasanya terjadi di alam (Sanders dan Cormick 1987 dalam Nugroho 2005). Getaran pada umumnya terjadi akibat efek-efek dinamis dan toleransi-toleransi pembuatan, keregangan, kontak-kontak berputar dan bergesek antara elemen-elemen mesin serta gaya-gaya yang menimbulkan suatu momen yang tidak seimbang pada bagian-bagian yang berputar. Osilasi kecil dapat memicu frekuensi resonansi dari beberapa bagian struktur dan diperkuat menjadi sumber-sumber kebisingan dan getaran yang utama. Getaran sinusoidal dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Getaran Sinusoidal (Wilson 1989 dalam Nugroho 2005) Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa titik proyeksi tersebut berupa satu garis lurus yang panjangnya menunjukkan amplitudo getaran. Ketika terjadi perubahan beban, maka akan terjadi kecepatan sudut dan terjadi percepatan sehingga menimbulkan getaran. Persamaan gerak dari titik hasil proyeksi tersebut adalah : x = A X sin ( + )...(1) dimana : x = jarak perpindahan titik (m) A = amplitudo (m) ω = kecepatan sudut (radian/detik) t = waktu (detik) = sudut awal (radian) = percepatan (m/ ) Persamaan kecepatan getaran adalah turunan pertama dari persamaan gerak : v = A cos ( + )...(2) Persamaan percepatan getaran adalah turunan kedua dari persamaan gerak : = A sin ( + )...(3) Pengaruh getaran dalam waktu singkat hanya memberikan sedikit efek psikologis dan tidak terjadi perubahan nyata secara kimiawi dalam darah dan kelenjar endokrin tubuh. Akan tetapi dalam jangka panjang, efek getaran menimbulkan masalah dalam spinal disorders, 6

23 hermotroids, hernias, dan kesulitan pembuangan air kemih (Waterman 1975 dalam Adinata 2003). Pengetahuan tentang hubungan getaran dan kesehatan belum nyata, tetapi terlihat bahwa getaran meningkatkan tensi otot. Salah satu fenomena yang tampak akibat getaran mekanis adalah yang disebut vibration induced finger atau pemucatan telapak tangan oleh pengecilan pembuluh darah. Menurut Wilson (1989) getaran dengan tingkat tinggi dapat menyebabkan kerusakan tulang-tulang sendi, sistem peredaran darah dan organ-organ lain. Masa getaran yang lama pada semua bagian tubuh atau getaran pada lengan tangan dapat menyebabkan kelumpuhan atau cacat, masa getaran yang pendek dapat meyebabkan kehilangan rasa, ketajaman penglihatan dan lainlain yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Getaran pada seluruh tubuh memberikan efek yang lebih kompleks mulai dari jantung, peredaran darah hingga penurunan daya lihat dan konsentrasi seseorang. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI ), nilai ambang batas getaran yaitu sebesar 4 m/s 2. Sedangkan untuk mengetahui waktu terpapar (exposure limit) operator pada tempat kerjanya dengan memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan dapat dilihat dari grafik di Gambar 3. Dengan menghubungkan percepatan dan frekuensi yang dihasilkan (Herodian dkk 1999). Gambar 3. Grafik Hubungan Percepatan dan Frekuensi Sumbu-Z Untuk Perfomance Exposure Limits. D. Kebisingan Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan, termasuk diantaranya bunyi tak beraturan dan bunyi yang ditimbulkan sebagai hasil sampingan suatu kegiatan industri atau transportasi. Bunyi dalam bentuk percakapan atau musik yang mengganggu juga dianggap sebagai kebisingan. Secara umum, kebisingan dapat diartikan sebagai suara yang merugikan terhadap manusia dan lingkungannya, termasuk pada ternak, satwa liar dan sistem di alam (Suratmo 1998 dalam Fitriani 2003). 7

24 Kebisingan mempengaruhi konsentrasi dan dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan. Tingkat kebisingan ekstrim di atas 90 db(a) dan puncak kebisingan di atas 100 db(a) dapat menyebabkan sakit kepala dan meningkatnya tekanan darah, tegangan otot, dan kelelahan. Kebisingan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketulian dan penyakit lain yang berhubungan dengan pendengaran. Kebisingan dalam waktu yang relatif singkat dapat menimbulkan iritasi dan mengganggu kenyamanan. Menurut Suma mur (1988) dalam Nuryadi (2011), kebisingan yang sering ditemukan di lingkungan kerja adalah : 1. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band noise) misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dll. 2. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrow band noise) misalnya gergaji siruler, katup gas, dll. 3. Kebisingan terputus-putus (intermitten) misalnya lalu lintas, pesawat terbang di lapangan udara, dll. 4. Kebisingan impulsif (impact or impulsif noise) misalnya pukulan, tembakan bedil atau meriam, ledakan, dll. 5. Kebisingan impulsif berulang misalnya mesin tempa di perusahaan. Menurut Buchari (2007) dalam Nuryadi (2011), berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia bising dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Bising yang mengganggu (Irritating Noise). Intensitasnya tidak terlalu keras, misalnya : suara mendengkur. 2. Bising yang menutupi (Masking Noise). Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena teriakan atau tanda bahaya tenggelam dalam bising sumber bunyi. 3. Bising yang merusak (Damaging/Injurious Noise). Merupakan bunyi yang intensitasnya melebihi nilai ambang batas kebisingan. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran. Pada dasarnya pengaruh kebisingan pada jasmani para pekerja dibagi menjadi dua golongan (Soemanegara 1975 dalam Nuryadi 2011), yaitu : 1. Tidak mempengaruhi sistem penginderaan tetapi mempengaruhi berupa keluhan samar-samar dan tidak jelas berwujud penyakit. 2. Pengaruh terhadap indera pendengaran baik bersifat sementara maupun bersifat permanen (tetap), terdiri dari : a. Accoustic trauma, yaitu tiap-tiap pelukan insidental yang merusakkan sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran disebabkan oleh letupan senjata api, ledakan-ledakan atau suara dahsyat. b. Occutional deafnedet2, yaitu kehilangan sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen pada satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh kebisingan atau suara gaduh yang terus menerus di lingungan kerja. Frekuensi adalah jumlah gelombang lengkap yang merambat per satuan waktu dengan satuan Hertz. Bunyi yang dapat diterima manusia biasanya mempunyai batas frekuensi antara Hz. Apabila frekuensi kurang dari 20 Hz maka disebut infrasound dan bila frekuensi lebih dari Hz maka disebut ultrasound dan tidak dapat didengar oleh telinga manusia. 8

25 Menurut Sears (1962), intensitas gelombang bunyi yang merambat didefinisikan sebagai jumlah rata-rata energi yang dibawa per satuan waktu oleh gelombang per satuan luas permukaan yang tegak lurus pada arah rambatannya. Singkatnya, intensitas itu ialah daya ratarata yang dibawa per satuan luas. Lama mendengar ditentukan oleh beban bising yaitu jumlah perbandingan antara waktu mendengar pada tingkat bising bersangkutan. Untuk menghitung beban bising digunakan persamaan : Beban bising = < 1... (4) dimana: Cn = Lama mendengar pada tingkat bising tertentu (jam) Tn = Lama mendengar yang diijinkan pada tingkat bising bersangkutan Sedangkan untuk perhitungan lama mendengar yang diizinkan dapat dihitung dengan menggunakan standar Department of Defenses (DOD) dan Occupational Safety and Health Administration (OSHA). Rumus yang digunakan kedua standar tersebut adalah : Waktu (jam) = DOD...(5) Waktu (jam) = OSHA...(6) Ukuran kebisingan dinyatakan dengan istilah sound pressure level (SPL) dengan satuan db(a). Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan yaitu sound level meter. Alat ini mengukur kebisingan diantara db(a) dengan frekuensi Hz. Hasil keluaran pengukuran dengan alat ini adalah desibel (db(a)) dengan menggunakan dasar persamaan (Chanlet 1979 dalan Nuryadi 2011) : SPL =10 Log (P/P ref ) 2...(7) dimana : SPL : Tingkat tekanan kebisingan (Sound Pressure Level) (db) P : Tekanan suara (N/m 2 ) P ref : Tekanan bunyi reference (2 x 10-5 N/m 2 ) Menurut Sukarmadijaya (1995), intensitas bising akan semakin berkurang jika jarak dengan sumber bising semakin jauh. Perambatan atau pengurangan tingkat bising dari sumbernya dinyatakan dengan persamaan : Untuk sumber diam : - = 20 log ( / )...(8) Untuk sumber bergerak : - = 10 log ( / )...(9) 9

26 dimana : : Intensitas suara sumbu 1 pada jarak : Intensitas suara sumbu 2 pada jarak : Jarak pertama ke sumber bising : Jarak kedua ke sumber bising Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 ditetapkan ambang batas (NAB), antara lain menyebutkan NAB kebisingan ditempat kerja adalah 85 db(a). Sebagai perbandingan dengan peraturan lainnya, berikut beberapa standar nilai ambang batas kebisingan dan lama kerja yang diperkenankan pada Tabel 1 : Tabel 1. Standar Nilai Ambang Batas Kebisingan dan Lama Kerja yang Diperkenankan Intensitas (db(a)) ISO OSHA Indonesia (Menaker) Waktu Kerja (Jam) Sumber : Sudirman 1992 dalam Wijaya A Pada lingkungan kerja, kebisingan yang terjadi tidak boleh menimbulkan kerugian bagi pekerja maupun bagi masyarakat sekitar. Untuk meminimalkan efek kebisingan yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia. Menurut Peterson dalam Nuryadi (2011), bahwa upaya pengendalian kebisingan diantaranya sebagai berikut: 1. Pengendalian keteknikan, yaitu memodifikasi peralatan penyebab kebisingan, modifikasi proses dan modifikasi lingkungan dimana peralatan dan proses tersebut berjalan dengan bahan konstruksi yang tepat. 2. Pengendalian sumber kebisingan, yaitu dilakukan dengan substitusi antar mesin, proses dan material terutama penambahan penggunaan spesifikasi kebisingan pada masing-masing peralatan dan mesin lama maupun baru. 3. Pengendalian dengan modifikasi lingkungan, bila radiasi kebisingan dari bagian-bagian peralatan tidak dapat dikurangi maka dapat digunakan peredam getaran, rongga resonansi, dan peredam suara (isolator). 4. Alat pelindung diri, yaitu menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT), misalnya sumbat telinga, tutup telinga, dan helmet. Alat-alat tersebut dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar db. 10

27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Penelitian ini berlangsung pada bulan Februari Juli Kegiatan yang dilakukan adalah studi pustaka, pengambilan data, pengukuran, dan analisis perhitungan. B. Alat dan Bahan 1. Mist Blower Mist blower yang digunakan adalah merek Yanmar tipe MK 150-B Keterangan : 1. Tangki Pupuk Cair 2. Tangki Bahan Bakar 3. Engine 4. Blower 5. Pipa Penghembus 6. Nozel Gambar 4. Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B 9 Keterangan : Tangki Pupuk Cair 2. Blower 3. Tuas Kendali 4. Tangki Bahan Bakar 5. Bantalan Busa 6. Engine 7. Tuas Pengatur Kecepatan Putaran motor 8. Pipa Penghembus 9. Nozel Gambar 5. Pandangan Orthogonal Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B 11

28 7. Vibration Meter Alat ini digunakan untuk mengukur getaran yang dihasilkan oleh mist blower. Jenis Vibration meter yang digunakan dalam penelitian ini adalah merek Luxtron tipe Gambar 6. Vibration Meter 8. Sound Level Meter Alat ini digunakan untuk mengukur kebisingan pada mist blower. Hasil pengukuran diperoleh dengan satuan desibel (db(a)). Gambar 7. Sound Level Meter 9. Tachometer Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan putaran motor mist blower Gambar 8. Tachometer 12

29 10. Stopwatch Gambar 9. Stopwatch (sumber: Pupuk Cair Pupuk cair yang digunakan bermerek Super-O. Pupuk tersebut merupakan pupuk cair organik. Perbandingan penggunaan pupuk tersebut yaitu pupuk dicampurkan dengan air. Rasio pencampuran pupuk dengan air adalah 1:700 yaitu 10 cc pupuk cair dicampurkan dengan 7 liter air. Gambar 10. Pupuk Cair Organik 12. Komputer dan Alat Tulis Alat ini berfungsi sebagai alat pencatatan dan pengolahan data 13. Subjek Subjek dalam penelitian ini terdiri dari seorang operator yang mengoperasikan mist blower untuk pengambilan data getaran dan kebisingan. Serta dua orang petani yang akan menggunakan mist blower untuk pengambilan data obyektivitas operator. 14. Alat Dokumentasi 15. Meteran 16. Software Surfer 8 13

30 C. Metode Penelitian 1. Pengukuran Getaran Pengujian getaran dengan cara mengukur percepatan getaran dilakukan pada saat mist blower mulai beroperasi. Dalam pengukuran getaran dilakukan dengan tiga kecepatan putaran motor (rpm) yang berbeda-beda. Tingkat kecepatan motor yang digunakan adalah 1915, 4009, dan 7227 rpm. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat percepatan getaran yang ditimbulkan oleh masing-masing kecepatan putaran motor tersebut. Kecepatan putaran motor diukur menggunakan tachometer. Sedangkan tingkat percepatan getaran diukur menggunakan vibration meter. Sensor getaran dipasang pada engine dan tuas kendali mist blower dengan tiga dimensi yaitu sumbu X, Y, dan Z. Pengukuran dilakukan sebanyak 10 kali ulangan pada tiap kecepatan putaran motor yang berbeda-beda. Setelah semua ulangan diperoleh, kemudian dirata-ratakan pada setiap sumbu pengukuran serta dilakukan analisa dan diplotkan pada grafik hubungan antara frekuensi dengan percepatan getaran rata-rata untuk memperoleh batas aman dan batas nyaman. Letak sumbu X, Y, dan Z yang akan diukur pada engine maupun pada tuas kendali mist blower dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12. Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Z X Y Gambar 11. Letak Sumbu-Sumbu Pengukuran Getaran pada Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B 14

31 Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Z X Y Gambar 12. Letak Sumbu-Sumbu Pengukuran Getaran pada Tuas Kendali Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B 2. Pengukuran Kebisingan Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan menggunakan sound level meter yang memiliki sensor untuk mengukur tingkat suara atau bunyi dalam satuan decibel (db(a)). Pengukuran getaran dilakukan pada lahan yang terbuka. Pengukuran kebisingan pada mist blower ini dilakukan pada engine, telinga kanan operator, dan telinga kiri operator. Pada engine tersendiri, terdapat enam titik pengukuran yaitu atas, bawah, samping kanan, samping kiri, depan, dan belakang. Jarak sound level meter ke engine sekitar 10 cm. Pengukuran kebisingan pada engine dan telinga dilakukan sebanyak 10 kali pengulangan dan dihitung rata-rata kebisingan pada setiap titik pengukuran. Setelah data diperoleh, maka dilakukan analisa dan dibandingkan dengan standar kebisingan yang ada. Titik-titik pengukuran kebisingan pada engine dan telinga operator dapat dilihat pada Gambar 13 dan Gambar 14. Selain itu dilakukan pengukuran tingkat kebisingan terhadap lingkungan. Pengukuran tingkat kebisingan terhadap lingkungan dilakukan pada petakan tanah seluas 20 x 20 m, dimana mist blower dioperasikan pada titik tengah petakan. Pengukuran dilakukan pada empat arah terhadap sumber kebisingan, yaitu depan, samping kanan, belakang, dan samping kiri. Setiap arah memiliki jarak sebesar 10 m, dengan interval pengurkuran berjarak 2 m. Pengukuran dilakukan dengan 10 kali ulangan pada setiap titik pengukuran. Kemudian di analisis dan dibuat 15

32 kontur kebisingan terhadap lingkungan dan kontur kebisingan disekitar telinga kanan operator. Titik titik pengukuran kontur kebisingan terhadap lingkungan dapat dilihat pada Gambar 15. Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Gambar 13. Titik-titik Pengukuran Kebisingan pada Engine Mist Blower Tipe MK 150-B Telinga Kiri Telinga Kanan Gambar 14. Titik-titik Pengukuran Kebisingan pada Engine Mist Blower Tipe MK 150-B 16

33 20 m 10 m DEPAN 10 m 20 m KIRI KANAN 2 m BELAKANG Depan Kanan Belakang Kiri Gambar 15. Titik-titik Pengukuran Kontur Kebisingan pada Lingkungan 17

34 3. Studi Obyektivitas Operator Mist Blower Penelitian lanjutan dilakukan di laboratorium lapangan Siswadhi Soepardjo untuk mengetahui efek penggunaan alat secara obyektif. Pengaplikasian mist blower pada lahan tersebut, dilakukan oleh dua orang petani dan memiliki perbedaan umur pada kebun ubi jalar seluas 500 m 2. Petani yang pertama berumur 40 tahun dan petani kedua berumur 60 tahun. Hal ini bertujuan untuk membandingkan tingkat keletihan yang dirasakan oleh kedua petani tersebut. Kedua petani tersebut mengoperasikan mist blower untuk memupuk lahan tersebut. Setelah mengoperasikan mist blower, kedua petani tersebut akan diberikan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut penggunaan alat tersebut dan apa yang dirasakan terkait dengan tingkat keletihannya. Pada Gambar 16 merupakan petani yang mengoperasikan mist blower. Bapak Saan (60 tahun) Bapak Dadang (40 tahun) Gambar 16. Petani yang Mengoperasikan Mist Blower ke Lahan Ubi Jalar 18

35 D. Diagram Alir Rancangan Penelitian START Pengambilan data Spesifikasi Mist Blower, Debit, Kecepatan Putaran Motor, Getaran, dan Kebisingan, Studi Obyektivitas Operator Pengolahan data percepatan getaran Pada engine dan tuas kendali Pengolahan data kebisingan Pada engine dan telinga Faktor Batas aman : 2 Batas Nyaman : Plot grafik exposure limits Perbandingan Kebisingan pada telinga Standar DOD : Standar OSHA Batas aman penggunaan mist blower berdasarkan parameter getaran Lama mendengar yang diizinkan (standar DOD) Kontur kebisingan terhadap lingkungan Batas penggunaan optimal mist blower perhari berdasarkan parameter getaran dan kebisingan Kontur kebisingan terhadap lingkungan dan di sekitar telinga operator Hubungan debit dengan kecepatan putaran motor, percepatan getaran, dan kebisingan STOP END Gambar 17. Diagram Alir Rancangan Penelitian 19

36 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 150-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena itu, keefektifannya sangat tergantung kemampuan aliran udaranya untuk mendesak (memindahkan) udara disekelilingnya. Mist blower tersebut dilengkapi dengan bantalan busa yang berada dibelakang engine yang berfungsi mengurangi getaran dan melindungi punggung operator dari getaran tersebut. Pada Tabel 2 dapat dilihat spesifikasi teknis mengenai mist blower. Tabel 2. Spesifikasi Mist Blower MIST BLOWER Model MK 150-B Merek Yanmar Tahun Pembuatan 1980 Dimensi (P x L x T) Berat Bersih Kapasitas Tangki Pupuk Cair Tipe Mesin Sistem Pendinginan Kecepatan Putaran Motor Bahan Bakar Kapasitas Tangki Bahan Bakar Tenaga Dimensi Bantalan Busa Panjang Lengan / Pipa Penyemprotan 35 cm x 30 cm x 67 cm 12 kg 12 liter Motor bensin 2 tak Udara 9000 rpm Bensin+Oli 1.5 liter 1 HP Panjang 32 cm Lebar 26 cm Tebal 3 cm 143 cm Jarak penyemprotan pestisida atau pupuk cair pada kecepatan putaran motor 1915, 4009 dan 7227 rpm masing-masing sejauh 1 meter, 1.8 meter dan 5 meter. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk cair merek Super-O yang telah dicampur dengan air. Perbandingan antara pupuk cair pekat dengan air yaitu 1:700 artinya untuk 10 cc pupuk cair, dicampur dengan 7 liter air. A. Getaran Getaran yang terjadi pada mist blower ditimbulkan dari kerja engine sebagai sumber tenaga penggerak. Komponen-komponen motor yang bergerak dan saling bergesekan menghasilkan tenaga dan perubahan bentuk energi dalam engine yang menyebabkan timbulnya getaran mekanis dan kebisingan. Getaran dengan nilai tertentu dalam jangka panjang dapat membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, perlu diketahui batas aman dan nyaman penggunaan alat tersebut. 20

37 1. Pengukuran Getaran Mist blower dioperasikan untuk menghembuskan pupuk cair ke lahan. Pengukuran getaran dilakukan pada engine dan tuas kendali mist blower. Getaran pada tangan operator ditimbulkan dari engine yang berputar dan merambat ke tuas kendali. Pengukuran getaran dilakukan pada tiga sumbu yaitu sumbu X, Y, dan Z pada engine dan tuas kendali. Pengukuran juga berdasarkan tingkat kecepatan putaran motor yang berbeda-beda. Kecepatan putaran motor yang digunakan yaitu 1915, 4009, dan 7227 rpm. Alat vibration meter yang digunakan hanya dapat mengukur tingkat percepatan getaran dan tidak bisa untuk mengukur besar frekuensi. Frekuensi pada putaran motor penggerak tentunya tidak sama dengan frekuensi pada tuas kendali. Hal ini disebabkan karena adanya rambatan getaran dari engine ke bagian-bagian lain dari mist blower. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diasumsikan frekuensi dari putaran motor penggerak sama dengan frekuensi pada tuas kendali mist blower. Nilai frekuensi diperoleh dari kecepatan putaran motor dibagi dengan 60. Frekuensi masing-masing kecepatan putaran motor secara berturut-turut sebesar 31.9, 66.8, dan Hz. Lama pemakaian mist blower yang aman diperoleh dari nilai percepatan getaran rata-rata dikalikan 2. Sedangkan untuk penentuan tingkat kenyamanan penggunaan mist blower adalah nilai percepatan getaran rata-rata dikalikan Grafik standar dan nilai faktor pengali tersebut merupakan batas toleransi getaran berdasarkan ISO. (Nugroho 2005) 2. Analisa Getaran Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI ), nilai ambang batas getaran yaitu sebesar 4 m/s 2. Pada Gambar 18 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor yaitu 1915, 4009, dan 7227 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada engine mist blower tipe MK 150-B. Percepatan Getaran rata-rata (m/s 2 ) ,25 4,71 4,75 3,88 4,15 2,15 1,64 1,51 2, Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Gambar 18. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower Tipe MK 150-B Sumbu pengukuran yang paling tinggi tingkat percepatan getaran rata-ratanya adalah sumbu Z. Sedangkan sumbu Y memiliki tingkat percepatan getaran rata-rata paling rendah. Sumbu Z merupakan sumbu yang searah dengan gerakan piston sehingga sumbu Z ini memiliki tingkat percepatan getaran rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan sumbu 21

38 pengukuran yang lainnya. Gambar 19 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor yaitu 1915, 4009, dan 7227 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada tuas kendali mist blower tipe MK 150-B. Percepatan Getaran rata-rata (m/s 2 ) ,16 2,2 2,34 2,54 1,51 0,78 0,1 0,2 0, Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Gambar 19. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Tipe MK 150-B Pada tuas kendali mist blower, nilai percepatan getaran rata-rata pada sumbu Y lebih besar dibandingkan dengan percepatan getaran rata-rata pada sumbu X dan Z. Pada tuas kendali, getaran dari engine ditransmisikan melalui komponen-komponen mist blower ke tuas kendali mist blower sehingga percepatan getaran yang lebih besar adalah yang searah sumbu Y. Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa percepatan getaran pada engine lebih besar dibandingkan percepatan getaran pada tuas kendali mist blower. Pada engine, percepatan getaran yang ditimbulkan memiliki kisaran rata-rata 1.51 m/s m/s 2. Sedangkan percepatan getaran rata-rata pada tuas kendali mist blower memiliki kisaran 0.1 m/s m/s 2. Hal ini disebabkan karena pada engine merupakan sumber putaran serta terdapat bagian yang berputar dan bergesekan sehingga menimbulkan getaran. Getaran pada engine merambat ke tuas kendali melalui berbagai komponen sehingga telah mengalami peredaman. Pada engine, nilai percepatan getaran yang terukur melebihi nilai ambang batas SNI, yaitu pada kecepatan putaran motor 4009 dan 7227 rpm. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecepatan putaran motor berbanding lurus terhadap tingkat getaran yang dihasilkan. Semakin tinggi kecepatan putaran motor, maka semakin tinggi pula getaran yang dihasilkan dan begitu pula sebaliknya. Bagian tubuh operator yang menerima getaran paling tinggi adalah bagian punggung, dan getaran yang ditimbulkan engine langsung ditransmisikan ke bagian punggung. Selain itu, massa dari mist blower itu sendiri ditumpu oleh punggung. Oleh karena itu, diberikan bantalan busa pada bagian punggung untuk meredam getaran secara langsung yang berasal dari engine. Percepatan getaran yang diterima punggung diasumsikan sebagai getaran yang diterima oleh seluruh tubuh Batas Aman Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B Penentuan lama pemakaian mist blower yang aman, diperoleh dari nilai percepatan getaran rata-rata dikalikan 2. Nilai pengali tersebut berdasarkan standar ISO yang telah ditetapkan (Nugroho 2005). Gambar 20 merupakan grafik hubungan antara 22

39 kecepatan putaran motor yaitu 1915, 4009, dan 7227 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada engine mist blower tipe MK 150-B. Percepatan Getaran rata-rata (m/s 2 ) ,5 9,42 9,5 7,76 8,3 4,3 3,283,02 4, Kecepatan Putaran Motor (rpm) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Gambar 20. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata Pada Engine Mist Blower Tipe MK 150-B (Setelah Dikalikan 2) Nilai percepatan getaran rata-rata yang telah dikalikan faktor pengali 2, diplotkan dalam grafik exposure limits. Batas aman pemakaian mist blower tipe MK 150-B dengan kecepatan putaran motor 1915, 4009, dan 7227 rpm pada engine berdasarkan sumbu X dan Y ialah sama yaitu selama 8 jam. Namun terdapat perbedaan berdasarkan sumbu Z yaitu untuk kecepatan putaran motor 1915 dan 4009 rpm adalah selama 1 jam, dan untuk kecepatan putaran motor 7227 rpm adalah selama 25 menit. Gambar 21 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor yaitu 1915, 4009, dan 7227 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada tuas kendali mist blower tipe MK 150-B. Percepatan Getaran rata-rata (m/s 2 ) ,32 4,4 4,68 5,08 3,02 1,56 0,2 0,4 0, Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Gambar 21. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Tipe MK 150-B (Setelah Dikalikan 2). Nilai percepatan getaran rata-rata yang telah dikalikan faktor pengali 2, diplotkan dalam grafik exposure limits. Batas aman pemakaian mist blower dengan kecepatan putaran motor 1915, 4009, dan 7227 rpm pada tuas kendali berdasarkan 23

40 sumbu X dan Y ialah sama yaitu selama 8 jam. Sedangkan berdasarkan sumbu Z, batas pemakaian aman mist blower dengan kecepatan putaran motor 1915 rpm ialah selama 8 jam, namun berbeda pada kecepatan putaran motor 4009 dan 7227 rpm yaitu selama 4 jam. Nilai lama penggunaan mist blower yang aman berdasarkan sumbu X, Y, dan Z, kemudian dibandingkan antara engine dengan tuas kendali. Berdasarkan hasil plot grafik exposure limits, sumbu yang dijadikan acuan lama penggunaan mist blower adalah sumbu Z karena memberikan pengaruh paling signifikan. Berdasarkan perbandingan percepatan getaran rata-rata pada engine dan tuas kendali, batas aman penggunaan mist blower pada kecepatan putaran motor 1915 dan 4009 rpm adalah selama 1 jam. Sedangkan batas aman penggunaan mist blower pada kecepatan putaran motor 7227 rpm adalah selama 25 menit Batas Nyaman Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B Penentuan lama pemakaian mist blower yang aman diperoleh dari nilai percepatan getaran rata-rata dikalikan Nilai pengali tersebut berdasarkan standar ISO yang telah ditetapkan (Nugroho 2005). Gambar 22 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor yaitu 1915, 4009, dan 7227 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada engine mist blower tipe MK 150-B. Percepatan Getaran ratarata (m/s 2 ) 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 2,93 1,49 1,51 1,23 1,32 0,68 0,520,48 0, Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Gambar 22. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower Tipe MK 150-B (Setelah Dikalikan 0.317). Gambar 23 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor yaitu 1915, 4009, dan 7227 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada tuas kendali mist blower Tipe MK 150-B. 24

41 Percepatan Getaran rata-rata (m/s 2 ) 3 2,5 2 1,5 1 0, ,7 0,74 0,48 0,81 0,030,060,04 0, Kecepatan Putaran Motor (rpm) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Gambar 23. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Tipe MK 150-B (Setelah Dikalikan 0.317). Batas nyaman diperoleh setelah data yang telah dikalikan faktor pengali 0.317, diplotkan pada grafik exposure limits. Batas nyaman penggunaan mist blower pada kecepatan putaran motor 1915, 4009, dan 7227 rpm pada sumbu X, Y, dan Z adalah sama yaitu selama 8 jam. Nilai batas aman tersebut merupakan nilai batas aman dari engine maupun tuas kendali. Jadi dapat disimpulkan bahwa operator akan masih merasa nyaman menggunakan mist blower ini dengan kecepatan putaran motor 1915, 4009, dan 7227 rpm selama 8 jam per hari. Namun, pada kenyataannya tingkat kenyamanan itu tidak hanya berdasarkan getaran yang diperoleh tetapi juga tingkat kebisingan. Selain itu, faktor beban alat yang digendong operator mist blower dan kondisi fisik pekerja juga mempengaruhi tingkat kenyamanan. Misalnya beban dari alat tersebut terlalu berat sehingga operator merasa lelah untuk menggendong alat tersebut bila terlalu lama. B. Kebisingan Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki. Kebisingan yang terjadi di tempat kerja dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap kesehatan dan konsentrasi para pekerja. Pengendalian kebisingan diperlukan agar dapat mengurangi dampak buruk bagi operator maupun lingkungan. 1. Pengukuran Kebisingan Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan sound level meter yang memiliki satuan db(a). Pengukuran kebisingan pada mist blower ini dioperasikan pada kecepatan putaran motor sebesar 1915, 4009, dan 7227 rpm. Pengukuran kecepatan putaran motor menggunakan tachometer. Pada pengukuran tersebut, tachometer diarahkan pada blower yang berputar yang sebelumnya telah diberi tanda titik putih. Kemudian nilai kecepatan putaran motor akan terbaca pada display digital. Pada pengukuran kebisingan, mist blower di gendong oleh operator di lahan sambil menyemprotkan pupuk cair ke lahan. Pengukuran kebisingan pada engine dilakukan pada enam titik pengukuran dengan jarak sekitar 10 cm dari engine terhadap sound level meter. Titik pengukuran pada engine yaitu bawah, atas, samping kiri, depan, samping 25

42 kanan, dan belakang. Pengukuran kebisingan juga dilakukan pada telinga operator dengan kecepatan putaran motor yang berbeda-beda. Pengukuran kebisingan ini dilakukan pada lahan yang terbuka dan tidak ada penghalang seperti pepohonan. Selain itu, pengukuran kebisingan juga dilakukan terhadap lingkungan kerja. 2. Analisa Kebisingan Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 ditetapkan ambang batas (NAB), antara lain menyebutkan NAB kebisingan adalah 85 db(a). Oleh karena itu, pada lingkungan kerja yang memiliki tingkat kebisingan yang melebihi NAB harus diadakan usaha untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran terhadap tenaga kerja. Berdasarkan pengukuran, diperoleh rata-rata tingkat kebisingan engine mist blower tipe MK 150-B di setiap titik-titik pengukuran. Pada Tabel 3 merupakan nilai kebisingan rata-rata pada engine mist blower tipe MK 150-B di setiap titik-titik pengukuran. Kecepatan Putaran Motor (rpm) Tabel 3. Tingkat Kebisingan Rata-rata pada Engine Mist Blower Tipe MK 150-B Titik Pengukuran pada Engine Mist Blower (db(a)) Pada Gambar 24 merupakan grafik hubungan antara titik-titik pengukuran pada engine dengan tingkat kebisingan yang dihasilkan pada setiap kecepatan putaran motor. Tingkat Kebisingan (db(a)) rpm 4009 rpm 7229 rpm Titik - Titik Pengukuran pada Engine Gambar 24. Grafik Hubungan antara Titik-Titik Pengukuran pada Setiap Kecepatan Putaran Motor terhadap Kebisingan yang Dihasilkan pada Engine Mist Blower Tipe MK 150-B. 26

43 Nilai kebisingan pada engine pada kecepatan putaran motor 1915 rpm berkisar antara db(a). Pada kecepatan putaran motor 4009 rpm berkisar antara db(a). Sedangkan pada kecepatan putaran motor 7227 rpm berkisar antara db(a). Berdasarkan Gambar 24, dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan engine yang tertinggi pada kecepatan putaran motor 1915, 4009, dan 7227 rpm ialah pada titik 5. Hal ini disebabkan karena pada titik tersebut terdapat rongga-rongga yang terbuka pada engine. Tingkat kebisingan terendah dari setiap kecepatan putaran motor tersebut ialah pada titik 2. Hal ini disebabkan karena jarak titik 2 ke engine lebih jauh dan terhalang oleh tabung penampungan pupuk cair. Tingkat kecepatan putaran motor berbanding lurus dengan tingkat kebisingan pada engine. Semakin tinggi kecepatan putaran motor maka semakin tinggi pula tingkat kebisingan yang dihasilkan. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kecepatan putaran motor maka semakin rendah pula tingkat kebisingan yang dihasilkan. Pengukuran kebisingan pada telinga operator dilakukan pada tingkat kecepatan putaran motor 1915, 4009, dan 7227 rpm. Pengukuran tersebut juga dilakukan dengan 10 kali ulangan. Tingkat kebisingan rata-rata pada telinga operator dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Tingkat Kebisingan Rata-rata pada Telinga Operator Mist Blower Tipe MK-150-B Kecepatan Tingkat Kebisingan Rata-Rata Pada Telinga (db(a)) Putaran Motor (rpm) Telinga Kanan Telinga Kiri Rata-Rata Nilai tingkat kebisingan rata-rata yang terukur pada telinga operator dengan kecepatan putaran motor 1915 rpm ialah 75,50 db(a). Nilai ini masih dibawah ambang batas yang ditetapkan berdasarkan Kepmen-51/MEN 1999 yaitu 85 db(a). Sedangkan pada kecepatan putaran motor 4009 dan 7227 rpm, tingkat kebisingan rata ratanya sudah melebihi nilai ambang batas yaitu 87,66 db(a) dan 100,97 db(a). Semakin tinggi tingkat kecepatan putaran motor maka kecepatan poros engkol akan semakin bertambah. Gesekan antar komponen menyebabkan meningkatnya getaran dan kebisingan. Pada Tabel 5 merupakan nilai lama mendengar yang diizinkan menurut standar DOD dan OSHA setelah dimasukkan ke dalam persamaan (5) dan persamaan (6). Tabel 5. Lama Mendengar yang Diizinkan bagi Pengguna Mist Blower Tipe MK 150B Kecepatan Putaran Tingkat Kebisingan Ratarata Lama Mendengar yang Diizinkan (Jam) Motor (rpm) yang Diterima Operator Standar DOD Standar OSHA (db(a)) Tingkat kebisingan yang diterima pada telinga operator mengalami penurunan dibandingkan dengan kebisingan pada engine. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor 27

44 eksternal diantaranya yaitu jarak sumber bising dan angin. Nilai lama mendengar standar DOD lebih rendah dibandingkan dengan standar OSHA. Sehingga standar yang paling kritis yang dapat digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui lama mendengar yang diijinkan adalah standar DOD. Nilai lama mendengar yang diijinkan berdasarkan standar DOD pada pengoperasian mist blower dengan kecepatan putaran motor 1915, 4009, dan 7227 rpm masing-masing 34.9 jam, 4.2 jam, dan 24 menit. Misalnya untuk kecepatan putaran motor 7227 rpm, kebisingan yang diterima oleh operator tidak boleh melebihi 24 menit. Minimal diperlukan dua orang operator untuk mengoperasikan mist blower apabila menggunakan kecepatan putaran motor 7227 rpm. Jika telah mencapai waktu kerja 24 menit, maka dilakukan pergantian operator. Berdasarkan analisa dari getaran dan kebisingan dari mist blower tipe MK 150-B, diperoleh nilai batas aman dari penggunaan alat tersebut. Batas pengunaan aman mist blower pada kecepatan putaran motor 1915, 4009, dan 7227 rpm masing-masing adalah 1 jam, 1 jam, dan 24 menit. Selain itu, berdasarkan standar getaran dan kebisingan, disarankan agar operator menggunakan mist blower pada kisaran kecepatan putaran motor rpm. Pada Gambar 25 merupakan grafik hubungan antara percepatan getaran pada sumber getaran di setiap kecepatan putaran motor dengan tingkat kebisingan yang diterima operator mist blower. Kebisingan (db(a)) Percepatan Getaran (m/s 2 ) Gambar 25. Grafik Hubungan antara Percepatan Getaran (Sumbu Z) di Setiap Kecepatan Putaran Motor dengan Kebisingan yang Diterima Operator. Pada Gambar 25 dapat dilihat bahwa semakin tinggi percepatan getaran pada sumbu pengukuran, maka semakin tinggi pula tingkat kebisingan yang dihasilkan seiring dengan meningkatnya tingkat kecepatan putaran motor. Efek gangguan kesehatan yang dialami operator biasanya adalah telinga berdenging, rasa pegal pada punggung, dan pusing dikepala. Selain itu, pengendalian kebisingan dapat dilakukan pada pengendalian sumber suara, pengendalian pada penerima suara, serta manajemen rotasi pada operator mist blower. Selain itu, upaya untuk mengatasi kebisingan antara lain dengan menggunakan ear plug atau ear muff. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat kebisingan terhadap lingkungan. Hasil pengukuran di lapangan, kemudian ditampilkan dalam bentuk kontur kebisingan pada Gambar 26.Software yang digunakan untuk membuat kontur kebisingan adalah Surfer 8. 28

45 meter db(a) (a) Kecepatan Putaran motor 1915 rpm meter meter (b) Kecepatan Putaran Motor 4009 rpm meter db(a)

46 meter (c) Kecepatan Putaran Motor 7227 rpm meter db(a) Gambar 26. Kontur Kebisingan terhadap Lingkungan (a) Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (b) Kecepatan Putaran Motor 4009 rpm (c) Kecepatan Putaran Motor 7227 rpm Berdasarkan Gambar 26, diperoleh kontur kebisingan pada tiap kecepatan putaran motor. Semakin jauh jarak dari sumber kebisingan, maka tingkat kebisingan akan semakin rendah. Begitu pula sebaliknya, semakin dekat jarak dengan sumber kebisingan, maka tingkat kebisingan semakin tinggi. Dengan kontur tersebut, dapat diketahui jarak aman mendengar yang berada dibawah nilai ambang batas (NAB) kebisingan yaitu 85 db(a). Pada Gambar 27 merupakan kontur tingkat kebisingan pada telinga operator di setiap kecepatan putaran motor. Kontur tersebut menggambarkan tingkat kebisingan di sekitar telinga kanan operator. Telinga kanan dijadikan acuan karena jaraknya dekat dengan titik kebisingan tertinggi pada engine. Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui nilai tingkat kebisingan berdasarkan posisi telinga operator. 30

47 cm cm db(a) (a) Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm cm db(a) cm (b) Kecepatan Putaran Motor 4009 rpm 31

48 cm cm db(a) (c) Kecepatan Putaran Motor 7227 rpm Gambar 27. Kontur Tingkat Kebisingan pada Telinga Operator (a) Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (b) Kecepatan Putaran Motor 4009 rpm (c) Kecepatan Putaran Motor 7229 rpm C. Studi Obyektivitas Operator Mist Blower Pada penelitian ini, dilakukan aplikasi langsung ke lahan dengan menyemprotkan larutan pupuk cair ke tanaman. Namun, larutan pupuk cair tersebut diganti dengan air. Hal ini dimaksud agar tidak terjadi over dosis pemberian pupuk pada tanaman. Pemupukan dilakukan dilahan seluas 500 m 2 pada lahan yang ditanami dengan tanaman ubi jalar. Terdapat dua orang petani yang memiliki perbedaan umur. Petani yang pertama berumur 40 tahun dan petani kedua berumur 60 tahun. Hal ini dimaksudkan agar dapat terlihat perbandingan tingkat keletihan dari kedua petani tersebut. Setelah mengoperasikan mist blower, kedua petani tersebut akan diberikan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut penggunaan alat tersebut dan apa yang dirasakan. Pada Gambar 28 merupakan kedua orang petani yang sedang mengoperasikan mist blower untuk memupuk lahan ubi jalar. 32

49 Gambar 28. Pemupukan Lahan Ubi Jalar Menggunakan Mist Blower Dampak yang dirasakan dari penggunaan mist blower oleh petani pertama (40 tahun) antara lain dengung pada telinga akibat kebisingan, pegal-pegal pada bagian punggung dan pinggang, serta pusing. Hal yang sama juga dirasakan oleh petani kedua (60 tahun). Selain itu, para petani juga mengeluh tentang berat dari mist blower itu sendiri yang harus digendong mengelilingi lahan. Keluhan yang dialami kedua petani tersebut dapat diatasi dengan penggunaan alat pelindung diri, seperti ear muff untuk mengurangi kebisingan dan bantalan busa untuk mengurangi getaran. Hal ini yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan kerja. Secara umum, semakin tinggi tingkat kecepatan putaran motor, maka semakin besar pula dampak yang dirasakan oleh petani. Penggunaan mist blower lebih efektif untuk pemupukan pada lahan yang luas. Kedua petani tidak mengunakan pelindung diri dengan lengkap dalam kesehariannya. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa petani pertama lebih cepat merasa lelah dibandingkan dengan petani kedua. Bila ditinjau dari segi umur, petani kedua (60 tahun) lebih tua dari petani pertama (40 tahun), namun hal tersebut tidak berpengaruh secara signifikan. Aktifitas pada hari sebelumnya sangat berpengaruh terhadap tingkat keletihan saat mengoperasikan mist blower. Hal ini disebabkan karena petani pertama melakukan lebih banyak aktifitas dan waktu istirahat yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan petani kedua. Selain itu, pengalaman kerja petani kedua lebih lama dibandingkan petani pertama. Petani kedua bekerja menjadi petani selama 50 tahun sedangkan petani pertama bekerja menjadi petani selama 20 tahun. Penggunaan mist blower dapat membantu dan mempermudah pekerjaan petani serta waktu kerja menjadi lebih efisien. Pengukuran debit juga dilakukan pada studi obyektivitas operator di lahan seluas 500 m 2. Pada Tabel 6 merupakan tingkat debit berdasarkan tingkat percepatan putaran motor. Kecepatan Putaran Motor (rpm) Tabel 6. Debit pada Setiap Kecepatan Putaran Motor Jumlah Cairan yang Disemprotkan (ml) Waktu (second) Debit (m 3 /s) x x x

50 Pada Tabel 6, debit pada kecepatan putaran motor 1915, 4009, dan 7227 rpm masing-masing sebesar 2.5 x 10-5 ; 2.7 x 10-5 ; 2.9 x 10-5 m 3 /s. Pada Gambar 28 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor dengan debit. 3 2,9 2,9 Debit x10-5 (m 3 /s) 2,8 2,7 2,6 2,5 2,5 2, rpm 4009 rpm 7227 rpm 2,4 2,3 Kecepatan Putaran Motor (RPM) (rpm) Gambar 29. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Debit. Berdasarkan Gambar 29, tingkat kecepatan putaran motor berbanding lurus dengan debit. Semakin tinggi tingkat kecepatan putaran motor, maka semakin tinggi pula debit yang dihasilkan. Pada Gambar 30 merupakan grafik hubungan antara debit di setiap kecepatan putaran motor dengan percepatan getaran pada sumber getaran. Percepatan Getaran (m/s2) ,4 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3 Debit x10-5 (m 3 /s) Gambar 30. Grafik Hubungan antara Debit di Setiap Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran (Sumbu Z) pada Sumber Getaran. Pada Gambar 31 merupakan grafik hubungan antara debit di setiap kecepatan putaran motor dengan kebisingan yang diterima operator mist blower. 34

51 Kebisingan (db(a)) ,4 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3 Debit x10-5 (m 3 /s) 1915 rpm 4009 rpm 7227 rpm Gambar 31. Grafik Hubungan antara Debit di Setiap Kecepatan Putaran Motor dengan Kebisingan yang Diterima Operator Mist Blower. Pada Gambar 30 dan 31, merupakan grafik hubungan antara debit dengan getaran dan kebisingan. Dapat disimpulkan yaitu semakin tinggi debit, maka tingkat percepatan getaran dan kebisingan semakin tinggi seiring dengan meningkatnya tingkat kecepatan putaran motor. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah debit, maka tingkat percepatan getaran dan kebisingan semakin rendah seiring dengan menurunnya tingkat kecepatan putaran motor. 35

52 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil analisis percepatan getaran pada engine memiliki kisaran rata-rata 1.51 m/s m/s 2. Sedangkan percepatan getaran rata-rata pada tuas kendali mist blower memiliki kisaran 0.1 m/s m/s 2. Nilai kisaran percepatan getaran rata-rata pada engine lebih besar dari nilai kisaran pada tuas kendali. Hal ini disebabkan karena pada engine terdapat bagian yang berputar dan bergesekan sehingga menimbulkan getaran. Getaran pada engine merambat ke tuas kendali melalui berbagai komponen sehingga telah mengalami peredaman. Nilai kebisingan pada engine pada kecepatan putaran motor 1915 rpm berkisar antara db(a). Pada kecepatan putaran motor 4009 rpm berkisar antara db(a). Sedangkan pada kecepatan putaran motor 7227 rpm berkisar antara db(a). Tingkat kebisingan engine yang tertinggi pada setiap kecepatan putaran motor ialah pada titik 5. Hal ini disebabkan karena pada titik tersebut terdapat rongga-rongga yang terbuka pada engine. Tingkat kebisingan terendah dari setiap kecepatan putaran motor tersebut ialah pada titik 2. Nilai tingkat kebisingan rata-rata yang terukur pada telinga operator dengan kecepatan putaran motor 1915 rpm ialah 75,50 db(a). Nilai ini masih dibawah ambang batas yang ditetapkan berdasarkan Kepmen-51/MEN 1999 yaitu 85 db(a). Sedangkan pada kecepatan putaran motor 4009 dan 7227 rpm, tingkat kebisingan rata ratanya sudah melebihi nilai ambang batas yaitu 87,66 db(a) dan 100,97 db(a). Semakin tinggi tingkat kecepatan putaran motor maka kecepatan poros engkol akan semakin bertambah. Gesekan antar komponen menyebabkan meningkatnya getaran dan kebisingan. Hasil analisa dari getaran dan kebisingan dari mist blower tipe MK 150-B, diperoleh nilai batas aman dari penggunaan alat tersebut. Batas pengunaan aman mist blower pada kecepatan putaran motor 1915, 4009, dan 7227 rpm masing-masing adalah 1 jam, 1 jam, dan 24 menit. Semakin tinggi percepatan getaran pada sumbu pengukuran, maka semakin tinggi pula tingkat kebisingan yang dihasilkan seiring dengan meningkatnya tingkat kecepatan putaran motor. Pada kontur kebisingan terhadap lingkungan menggambarkan bahwa semakin jauh jarak dari sumber kebisingan, maka tingkat kebisingan akan semakin rendah. Kontur pada telinga operator menggambarkan nilai tingkat kebisingan berdasarkan posisi telinga. Kendali kebisingan meliputi reduksi kebisingan pada sumbernya, kendali pada jaringan transmisi, dan proteksi bagi pendengar. Dampak yang dirasakan dari penggunaan mist blower oleh petani pertama (40 tahun) antara lain dengung pada telinga akibat kebisingan, pegal-pegal pada bagian punggung dan pinggang, serta pusing. Hal yang sama juga dirasakan oleh petani kedua (60 tahun). Semakin tinggi tingkat kecepatan putaran motor, maka semakin besar pula dampak yang dirasakan oleh petani. Petani pertama (40 tahun) merasa lebih lelah dibandingkan petani kedua (60 tahun) ketika setelah mengoperasikan mist blower. Hal ini diakibatkan karena petani pertama melakukan aktifitas lebih banyak pada hari sebelum pengambilan data dibandingkan petani kedua. Tingkat kecepatan putaran motor berbanding lurus dengan debit. Semakin tinggi tingkat kecepatan putaran motor, maka semakin tinggi pula debit yang dihasilkan. Selain itu, semakin tinggi debit, maka tingkat percepatan getaran dan kebisingan semakin tinggi seiring dengan meningkatnya tingkat kecepatan putaran motor. 36

53 B. Saran 1. Operator harus dilengkapi dengan perlengkapan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang memadai. Alat-alat perlindungan yang harus dikenakan operator seperti ear plug/ear muff, masker, sarung tangan, warepack dan sepatu. 2. Operator disarankan agar tidak mengoperasikan mist blower tipe MK 150-B melebihi batas waktu aman yang telah ditentukan. Apabila waktu toleransi penggunaan mist blower telah sampai batas, maka harus dilakukan pergantian operator. 3. Harus dilakukan tindakan lebih lanjut tentang keluhan terhadap beban mist blower agar operator merasa nyaman menggunakannya. 37

54 DAFTAR PUSTAKA Adinata, MC Pengukuran Getaran, Kebisingan dan Beban Kerja Pada Penggunaan Mesin Petik Teh Kawasaki Tipe NV-60 di Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung, Jawa Barat. [SKRIPSI]. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anonim Stopwatch. [terhubung berkala]. [20 maret 2012]. Anwar Pengenalan Hand Sprayer dan Mist Blower. [terhubung berkala]. [17 Januari 2012 jam WIB] Badan Standarisasi Nasional Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, Getaran Tangan-Lengan dan Radiasi Sinar Ultra Ungu di Tempat Kerja. BSN Buchari Kebisingan dan Hearing Conservation Program. USU Respository. [terhubung berkala] [18 Januari 2012 jam WIB] Chanlett, ET Environmental Protection. Edisi Kedua. USA : MC Graw-Hill Book Company Direktorat Pupuk dan Pestisida Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian. Kementrian Pertanian. Fitriani, D Uji Getaran Mekanis dan Kebisingan Terhadap Operator Traktor Dua Roda Yanmar YST-DX dan Perkasa 850-DI Pada Pengoperasian di Lahan Sawah dan Lahan Kering. [SKRIPSI]. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Herodian, S., L. Saulia, dan K. Morgan Pedoman Praktikum Ergonomika. JICA-DGHE/IPB Project/ADAET. Bogor. Mc. Cormick and Sanders Human Factor in Engineering and Design, 7th Ed, McGraw-Hill, New York. Menteri Tenaga Kerja Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia [terhubung berkala]. [19 Januari 2012 jam WIB] Nasih Pengertian Pemupukan. [terhubung berkala]. nasih.wordpress.com/2010/11/02/pengertian-pemupukan/ [20 Januari 2012 jam 20.30] Nugroho Pengukuran Getaran Mekanis dan Kebisingan Gergaji Rantai. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nuryadi Analisis Kebisingan dan Getaran pada Proses Penggilingan Padi (Studi Kasus di Lokasi Penggilingan Padi Cisalada, Bogor, Jawa Barat). Fakultas Teknologi Pertanian Bogor. Bogor. Sears, F.W Mechanics, Heat, and Sound. Addison-Wesley Publishing Co, Inc.. London Sembodo, J Evaluasi Tingkat Kebisingan Di Industri terhadap Kenyamanan dan Kesehatan Pekerja (Studi Kasus di PT. XYZ). [SKRIPSI]. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soemanegara, R Ketulian Akibat Pekerjaan dan Pemeliharaan Indera Pendengaran di dalam Lingkungan Bising. Majalah Hiegene Perusahaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 38

55 VIII (2) : Lembaga Hiperkes Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi. Jakarta 34 Sukarmadijaya, Harun Kebisingan. Proyek Pengembangan Pusat Studi Lingkungan. PPLH IPB Suma mur, P.K Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT Gunung Agung, Jakarta Wijaya, A.T Analisis Kebisingan dan Getaran Mekanis di Ruang Engineering Divisi Cold Storage PT. Central Pertiwi Bahari, Lampung. [SKRIPSI] Departemen Teknik Pertanian, IPB, Bogor Wilson, Charles E Noise Control : Measurement, Analysis and Control of Sound and Vibration. Harper & Row Publisher, Inc. New York, USA. 39

56 LAMPIRAN 40

57 Lampiran 1. Percepatan Getaran pada Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz). Ulangan Percepatan Getaran pada Engine Mist Blower (m/s 2 ) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Lampiran 2. Percepatan Getaran Pada Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 4009 rpm (66.8 Hz). Ulangan Percepatan Getaran pada Engine Mist Blower (m/s 2 ) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm)

58 Lampiran 3. Percepatan Getaran pada Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 7227 rpm (120.5 Hz). Ulangan Percepatan Getaran pada Engine Mist Blower (m/s 2 ) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Lampiran 4. Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B Kecepatan Putaran Motor (rpm) Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower (m/s 2 ) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z

59 Lampiran 5. Percepatan Getaran pada Tuas Kendali Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz). Ulangan Percepatan Getaran pada Tuas Kendali Mist Blower (m/s 2 ) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Lampiran 6. Percepatan Getaran Pada Tuas Kendali Mist blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 4009 rpm (66.8 Hz). Ulangan Percepatan Getaran pada Tuas Kendali Mist Blower (m/s 2 ) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm)

60 Lampiran 7. Percepatan Getaran pada Tuas Kendali Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 7227 rpm (120.5 Hz). Ulangan Percepatan Getaran pada Tuas Kendali Mist Blower (m/s 2 ) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Lampiran 8. Percepatan Getaran Rata-rata yang Merambat dari Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B ke Tuas Kendali Mist Blower. Kecepatan Putaran Motor (rpm) Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower (m/s 2 ) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z

61 Lampiran 9. Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B (Setelah Dikalikan Faktor Pengali = 2). Kecepatan Putaran Motor (rpm) Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower (m/s 2 ) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Lampiran 10. Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B (Setelah dikalikan Faktor Pengali = 2). Kecepatan Putaran Motor (rpm) Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower (m/s 2 ) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Lampiran 11. Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B (Setelah dikalikan Faktor Pengali = 0.317). Kecepatan Putaran Motor (rpm) Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower (m/s 2 ) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Lampiran 12. Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B (Setelah Dikalikan Faktor pengali = 0.317). Kecepatan Putaran Motor (rpm) Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower (m/s 2 ) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z

62 Lampiran 13. Tingkat Kebisingan Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm. Ulangan Titik-Titik Pengukuran db(a) Kecepatan Putaran Motor (rpm) Lampiran 14. Tingkat Kebisingan Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 4009 rpm. Ulangan Titik-Titik Pengukuran db(a) Kecepatan Putaran Motor (rpm)

63 Lampiran 15. Tingkat Kebisingan Engine Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 7227 rpm. Ulangan Titik-Titik Pengukuran db(a) Kecepatan Putaran Motor (rpm) Lampiran 16. Tingkat Kebisingan yang Diterima Telinga Operator Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B dengan Berbagai Tingkat Kecepatan Putaran Motor. Ulangan Telinga Kanan 1915 rpm 4009 rpm 7227 rpm Telinga Kiri Telinga Kanan Telinga Kiri Telinga Kanan Telinga Kiri

64 Lampiran 17. Tingkat Kebisingan terhadap Lingkungan pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm. Ulangan Tingkat Kebisingan pada Jarak (db(a)) 2 m 4 m 6 m 8 m 10 m DEPAN Ulangan Tingkat Kebisingan pada Jarak (db(a)) 2 m 4 m 6 m 8 m 10 m KANAN

65 Lampiran 17. (Lanjutan) Ulangan Tingkat Kebisingan pada Jarak (db(a)) 2 m 4 m 6 m 8 m 10 m BELAKANG Ulangan Tingkat Kebisingan pada Jarak (db(a)) 2 m 4 m 6 m 8 m 10 m KIRI

66 Lampiran 18. Tingkat Kebisingan terhadap Lingkungan pada Kecepatan Putaran Motor 4009 rpm. Ulangan Tingkat Kebisingan pada Jarak (db(a)) 2 m 4 m 6 m 8 m 10 m DEPAN Ulangan Tingkat Kebisingan pada Jarak (db(a)) 2 m 4 m 6 m 8 m 10 m KANAN

67 Lampiran 18. (Lanjutan) Ulangan Tingkat Kebisingan pada Jarak (db(a)) 2 m 4 m 6 m 8 m 10 m BELAKANG Ulangan Tingkat Kebisingan pada Jarak (db(a)) 2 m 4 m 6 m 8 m 10 m KIRI

68 Lampiran 19. Tingkat Kebisingan terhadap Lingkungan pada Kecepatan Putaran Motor 7227 rpm. Ulangan Tingkat Kebisingan pada Jarak (db(a)) 2 m 4 m 6 m 8 m 10 m DEPAN Ulangan Tingkat Kebisingan pada Jarak (db(a)) 2 m 4 m 6 m 8 m 10 m KANAN

69 Lampiran 19. (Lanjutan) Ulangan Tingkat Kebisingan pada Jarak (db(a)) 2 m 4 m 6 m 8 m 10 m BELAKANG Ulangan Tingkat Kebisingan pada Jarak (db(a)) 2 m 4 m 6 m 8 m 10 m KIRI

70 Lampiran 20. Rata-rata Tingkat Kebisingan terhadap Lingkungan pada Setiap Kecepatan Putaran Motor Kecepatan Putaran Motor (rpm) Depan Kanan Belakang Kiri 2 m 4 m 6 m 8 m 10 m 2 m 4m 6 m 8 m 10 m 2 m 4 m 6 m 8 m 10 m 2 m 4 m 6 m 8 m 10 m

71 Lampiran 21. Contoh Hubungan antara Frekuensi dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine untuk Mengetahui Performance Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz). Searah Sumbu X Searah Sumbu Y 55

72 Lampiran 21. (Lanjutan) Searah Sumbu Z 56

73 Lampiran 22. Contoh Hubungan antara Frekuensi dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali untuk Mengetahui Performance Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz). Searah Sumbu X Searah Sumbu Y 57

74 Lampiran 22. (Lanjutan) Searah Sumbu Z 58

75 Lampiran 23. Contoh Hubungan antara Frekuensi dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine untuk Mengetahui Batas Aman Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz). Searah Sumbu X Searah Sumbu Y 59

76 Lampiran 23. (Lanjutan) Searah Sumbu Z 60

77 Lampiran 24. Contoh Hubungan antara Frekuensi dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali untuk Mengetahui Batas Aman Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz). Searah Sumbu X Searah Sumbu Y 61

78 Lampiran 24. (Lanjutan) Searah Sumbu Z 62

79 Lampiran 25. Contoh Hubungan antara Frekuensi dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine untuk Mengetahui Batas Nyaman Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz). Searah Sumbu X Searah Sumbu Y 63

80 Lampiran 25. (Lanjutan) Searah Sumbu Z 64

81 Lampiran 26. Contoh Hubungan antara Frekuensi dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali untuk Mengetahui Batas Nyaman Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 150-B pada Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (31.9 Hz). Searah Sumbu X Searah Sumbu Y 65

82 Lampiran 26. (Lanjutan) Searah Sumbu Z 66

83 Lampiran 27. Kuisioner Studi Obyektivitas Operator Mist Blower KUISIONER PENELITIAN Selamat siang/sore/malam, sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i dalam membantu mengisi kuisioner ini dengan baik dan benar. Kuisioner ini merupakan bagian penelitian dari bahan dalam penyusunan skripsi mengenai UJI GETARAN MEKANIS DAN KEBISINGAN PADA MIST BLOWER YANMAR TIPE MK 150-B Nama / NRP : Ahmad Noval Irvani / F Jurusan / Fak. : Teknik Mesin dan Biosistem/ Fakultas Tekhnologi Pertanian Universitas : Institut Pertanian Bogor Informasi yang didapatkan dari kuisioner ini hanya digunakan untuk kepentingan akademis dan dijamin kerahasiaannya. I. IDENTITAS RESPONDEN Nama :... Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Usia :... Tahun Alamat:... Status Pernikahan : a. Menikah b. Belum Menikah Domisili (Bogor, Jakarta, dll) : Lama bekerja sebagai petani :... Bulan / Tahun Lama bekerja dalam sehari di lahan :... Jam II. PERTANYAAN UMUM 1. Berapa luas lahan kebun ubi? 2. Berapa umur tanaman ubi ini? 3. Berapa lama jangka waktu hingga panen? 67

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mist Blower Mist blower adalah mesin yang menghembuskan cairan obat atau pupuk cair seperti mesin semprot menjadi butir-butir kecil oleh tenaga angin dari blower, maka dapat dikatakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena

Lebih terperinci

Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B

Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B Technical Paper Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B Performance Test of Mechanical Vibration and Noise of Yanmar Mist Blower MK 150-B Ahmad Noval Irvani 1 dan Mad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja yang nyaman, aman dan kondusif dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Salah satu diantaranya adalah lingkungan kerja yang bebas dari kebisingan.

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG Oleh: BUDI SANTOSO F14104079 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Permukiman Lingkungan pemukiman/perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi

Lebih terperinci

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya,

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan 1. Pengertian Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki 3). Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM Oleh : ARIEF SALEH F14102120 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Arief Saleh. F14102120.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Kegiatan penelitian dilakukan selama 6 bulan, di mulai pada bulan Maret 2012 sampai September 2012 di Laboratorium Leuwikopo, Departemen Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR Sri umiati 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan

Lebih terperinci

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT.

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Lingkungan Kerja Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Definisi Kebisingan Adalah bunyi yang tidak menyenangkan, bunyi yg menggangu. Pengukuran : - Sound level meter - Mikrofon - Sound Analyzer ALAT

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-101 Kebisingan di Dalam Kabin Masinis Lokomotif Tipe CC201 Tri Sujarwanto, Gontjang Prajitno, dan Lila Yuwana Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebisingan 2.1.1. Definisi Kebisingan Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai

Lebih terperinci

- BUNYI DAN KEBISINGAN -

- BUNYI DAN KEBISINGAN - ERGONOMI - BUNYI DAN KEBISINGAN - Universitas Mercu Buana 2011 Telinga http://id.wikipedia.org/wiki/telinga) TELINGA LUAR TELINGA TENGAH TELINGA DALAM http://v-class.gunadarma.ac.id/mod/resource/view.php?id=2458

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG Oleh: BUDI SANTOSO F14104079 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

Penghasil Gelombang Bunyi. Gelombang. bunyi adalah gelombang. medium. Sebuah

Penghasil Gelombang Bunyi. Gelombang. bunyi adalah gelombang. medium. Sebuah Bunyi Penghasil Gelombang Bunyi Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui sebuah medium Sebuah garpu tala dapat digunakan sebagai contoh penghasil gelombang bunyi Penggunaan Garpu

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menurut UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan dan penghidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini industri permobilan terus meningkat. Peralatan industri seperti knalpot sepeda motor, peniup / penghembus, kipas angin, dan trafo menyebabkan

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA TUGAS AKHIR PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA Dosen Pembimbing 1 : Ir.Wiratno A.Asmoro,M.Sc Dosen Pembimbing 2

Lebih terperinci

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) PERTEMUAN #6 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN DAN GETARAN MEKANIS DI DALAM POWER HOUSE PABRIK KELAPA SAWIT PT CONDONG, GARUT, JAWA BARAT NUR KHIKMAWATI

ANALISIS KEBISINGAN DAN GETARAN MEKANIS DI DALAM POWER HOUSE PABRIK KELAPA SAWIT PT CONDONG, GARUT, JAWA BARAT NUR KHIKMAWATI ANALISIS KEBISINGAN DAN GETARAN MEKANIS DI DALAM POWER HOUSE PABRIK KELAPA SAWIT PT CONDONG, GARUT, JAWA BARAT NUR KHIKMAWATI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara tersebut ikut bergetar (Harnapp dan Noble, 1987). dirasakan sebagai gangguan (Mangunwijaya, 1988).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara tersebut ikut bergetar (Harnapp dan Noble, 1987). dirasakan sebagai gangguan (Mangunwijaya, 1988). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bunyi Bunyi dihasilkan dari pergesekan benda padat, gas, cair atau kombinasinya. Pergesekan tersebut mengakibatkan geteran yang akan menganggu keseimbangan molekul-molekul udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Percepatan getaran pada tangan operator

Lampiran 1. Percepatan getaran pada tangan operator LAMPIRAN Lampiran 1. Percepatan getaran pada tangan operator Ulangan Data getaran pada stang kendali sumbu x sumbu y sumbu z a hav 1 1,6 1,3 2 4,13 2 1,5 1,3 2 3,97 3 1,5 1,4 2 4,11 4 1,6 1,4 1,9 4,07

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT Oleh : SUPRIYATNO F141 02 105 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kebisingan Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. [1] Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan

Lebih terperinci

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment ERGONOMI Ergonomics Human Machine Work Environment RANCANGAN YANG ERGONOMIS Fokus Perhatian : MANUSIA dalam Perencanaan Man-Made Objects dan Lingkungan Kerja Tujuan Rancang Bangun dalam Menciptakan Produk,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : F

SKRIPSI. Oleh : F ANALISIS GETARAN MEKANIS PADA PROSES PRODUKSI GULA DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA SKRIPSI Oleh : BAYU GINANJAR MUKTI F14104044 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan kegiatan yang dilakukan guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai resiko buruk bagi kesehatan melalui upaya kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN DAN GETARAN MEKANIS PADA TRAKTOR TANGAN

ANALISIS KEBISINGAN DAN GETARAN MEKANIS PADA TRAKTOR TANGAN ANALISIS KEBISINGAN DAN GETARAN MEKANIS PADA TRAKTOR TANGAN Noise and Vibration Analysis of Hand Tractor Sigit Prabawa ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa kebisingan dan getaran mekanis

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN Ipick Setiawan 1*, Agung Sudrajad 2, Mohammad Auriga 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan lingkungan menyatakan bahwa setiap manusia mengupayakan kesehatan lingkungan yang salah satunya, lingkungan

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah dengan maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil (produksi)

Lebih terperinci

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

INVESTIGASI PAPARAN KEBISINGAN DI BENGKEL RESMI SEPEDA MOTOR KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

INVESTIGASI PAPARAN KEBISINGAN DI BENGKEL RESMI SEPEDA MOTOR KABUPATEN JEMBER SKRIPSI INVESTIGASI PAPARAN KEBISINGAN DI BENGKEL RESMI SEPEDA MOTOR KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Nur Faizah NIM 101810201050 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan makin meningkatnya perkembangan industri di indonesia, kemajuan dari industri tersebut antara lain ditandai pemakaian mesin-mesin yang dapat mengolah dan memproduksi

Lebih terperinci

TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT

TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT Yunasril 1, Heri Prabowo 2 Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang email: inoes83@yahoo.co.id

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGWRUH PEMASANGAN lsillator GETARWM TERMADAP PENURUNAN GETARAN PADA TRAKTOR TANGAM B 185 PR

MEMPELAJARI PENGWRUH PEMASANGAN lsillator GETARWM TERMADAP PENURUNAN GETARAN PADA TRAKTOR TANGAM B 185 PR MEMPELAJARI PENGWRUH PEMASANGAN lsillator GETARWM TERMADAP PENURUNAN GETARAN PADA TRAKTOR TANGAM B 185 PR Oleh DICKY SATRIO F 24. 1022 1 9 9 1 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGWRUH PEMASANGAN lsillator GETARWM TERMADAP PENURUNAN GETARAN PADA TRAKTOR TANGAM B 185 PR

MEMPELAJARI PENGWRUH PEMASANGAN lsillator GETARWM TERMADAP PENURUNAN GETARAN PADA TRAKTOR TANGAM B 185 PR MEMPELAJARI PENGWRUH PEMASANGAN lsillator GETARWM TERMADAP PENURUNAN GETARAN PADA TRAKTOR TANGAM B 185 PR Oleh DICKY SATRIO F 24. 1022 1 9 9 1 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O

Lebih terperinci

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1 PENGUKURAN INTENSITAS TINGKAT KEBISINGAN BERDASARKAN STANDAR OSHA (Occupational Safety & Health Administration) PADA AREA MESIN RING FRAME (Studi Kasus Departemen Spinning PT. Kusumaputra Santosa-Solo)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada Perancangan alat deteksi dengan sistem pneumatik ini menggunakan dasar perancangan dari buku dasar perancangan teknik mesin, teori ini digunakan sebagai

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN ANALISIS GETARAN MEKANIS PADA PROSES PRODUKSI GULA DI STASIUN PUTARAN DAN PEMBANGKIT LISTRIK DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG UTARA, LAMPUNG

PENGUKURAN DAN ANALISIS GETARAN MEKANIS PADA PROSES PRODUKSI GULA DI STASIUN PUTARAN DAN PEMBANGKIT LISTRIK DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG UTARA, LAMPUNG PENGUKURAN DAN ANALISIS GETARAN MEKANIS PADA PROSES PRODUKSI GULA DI STASIUN PUTARAN DAN PEMBANGKIT LISTRIK DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG UTARA, LAMPUNG Oleh: SUKRIS TRI CAHYONO F14104027 2008 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 11 LINGKUNGAN KERJA FISIK 2 Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Lingkungan Kerja

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. ENGINEERING DESIGN PROCESS Engineering design process atau proses desain engineering merupakan proses atau tahapan dimana seorang engineer merancang sebuah produk/alat atau mesin

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV Nidya Yutie Pramesti *, Retno Wulan Damayanti Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Wilayah Semarang Timur memiliki tiga pasar yaitu Pasar Gayamsari, Pasar Pedurungan,dan Pasar Parangkusuma. Pada masing masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media lain 5). Apabila

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PESTISIDA 2.2 SEJARAH ALAT PENYEMPROT

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PESTISIDA 2.2 SEJARAH ALAT PENYEMPROT II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PESTISIDA Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel Kebisingan dan pencahayaan merupakan aspek-aspek penting yang mempengaruhi tingkat kenyamanan dalam bekerja. Sehingga ketika aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, kemajuan teknologi di bidang transportasi turut serta berkembang dengan cepat, mulai dari transportasi darat, laut, hingga udara.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Gelombang - - GELOMBANG - GELOMBANG ------------------------------- 1 Gelombang Gelombang Berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB III PERFORMANSI PUBLIC ADDRESS SYSTEM

BAB III PERFORMANSI PUBLIC ADDRESS SYSTEM BAB III PERFORMANSI PUBLIC ADDRESS SYSTEM 3.1 Identifikasi Penelitian Kebutuhan manusia terhadap transportasi semakin lama semakin meningkat, terutama kebutuhan akan transportasi udara, yaitu pesawat terbang.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 s.d. Maret 2017 di Bank Sampah Tasikmalaya, Desa Cikunir Kecamatan Singaparna, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan apapun yang kita lakukan pasti memiliki potensi risiko (Suardi, 2007). Orang yang bekerja juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang mekanis logitudinal yang merambat. Bunyi dihasilkan melalui benda atau zat yang bergetar seperti, bunyi mesin kereta api. Bunyi tersebut berpotensi

Lebih terperinci

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang KEBISINGAN Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. SPESIFIKASI MESIN PELUBANG TANAH Sebelum menguji kinerja mesin pelubang tanah ini, perlu diketahui spesifikasi dan detail dari mesin. Mesin pelubang tanah untuk menanam sengon

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN : Rancang Bangun Kotak Peredam Generator Set (Genset) dengan Beberapa Variabel Bahan dalam Skala Rumah Tangga Ulvi Loly Amanda a, Nurhasanah a *, Dwiria Wahyuni a a Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kebisingan 2.1.1 Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

KEBISINGAN DI BAWAH LAUT

KEBISINGAN DI BAWAH LAUT KEBISINGAN DI BAWAH LAUT Kebisingan merupakan bunyi atau suara yang tidak menyenangkan untuk di dengar. Bunyi ini memiliki volume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi bising dan bisa mengakibatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu TINJAUAN PUSTAKA Pencampuran Secara ideal, proses pencampuran dimulai dengan mengelompokkan masingmasing komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu sama lain dalam bentuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga bulan Oktober 2010 yang berlokasi di areal persawahan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Lebih terperinci

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana Pengendalian Bising Oleh Gede H. Cahyana Bunyi dapat didefinisikan dari segi objektif yaitu perubahan tekanan udara akibat gelombang tekanan dan secara subjektif adalah tanggapan pendengaran yang diterima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia berkembang semakin pesat khususnya dalam bidang teknologi dan industri. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam dunia industri memberikan

Lebih terperinci

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA Kristofel Ade Wiyono Pangalila 1, Prasetio Sudjarwo 2, Januar Buntoro 3 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kombinasi campuran material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses industrialisasi di suatu negara merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kehidupan global telah mendorong dunia industri untuk senantiasa memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin 1 BAB I PENDAHULUAN Teknologi dalam industri diterapkan untuk mempermudah pekerjaan dan meningkatkan hasil kerja. Mesin-mesin dalam industri merupakan terapan dari teknologi canggih yang biasa digunakan

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasakan. Kapasitas produksi mencapai 4000 ton per hari. Sound Level Meter dengan 9 titik pengukuran yang berdasarkan European

BAB I PENDAHULUAN. pemasakan. Kapasitas produksi mencapai 4000 ton per hari. Sound Level Meter dengan 9 titik pengukuran yang berdasarkan European BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan kerja dimana pekerja melakukan pekerjaannya sehari hari, Kondisi lingkungan kerja sangat mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja, dimana ada beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mempermudah segala kegiatan di bidang industri. Penerapan teknologi dapat mempermudah segala kegiatan kerja

Lebih terperinci

Djamal Thaib, B.Sc, S.IP, M.Sc. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan 4/26/2012

Djamal Thaib, B.Sc, S.IP, M.Sc. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan 4/26/2012 Djamal Thaib, B.Sc, S.IP, M.Sc. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan 1 PENDAHULUAN Keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan adalah dambaan setiap insan. Kesehjahteraan bisa dicapai jika manusia dapat

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran dan Gelombang Getaran/Osilasi Gerak Harmonik Sederhana Gelombang Gelombang : Gangguan yang merambat Jika seutas tali yang diregangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Bunyi dapat dihasilkan oleh dua benda yang saling berbenturan, alat musik, percakapan manusia, suara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang dilaksanakan menggunakan teknologi modern dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian MULAI STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI PEMERIKSAAN DAN PENGESETAN MESIN KONDISI MESIN VALIDASI ALAT UKUR PERSIAPAN PENGUJIAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN PANGKAS RUMPUT ROTARI TIPE DORONG BERTENAGA PUTAR ENGINE BRUSH CUTTER TIPE GENDONG SKRIPSI. Oleh : DONY RAMADHAN PUTRA F

UJI KINERJA MESIN PANGKAS RUMPUT ROTARI TIPE DORONG BERTENAGA PUTAR ENGINE BRUSH CUTTER TIPE GENDONG SKRIPSI. Oleh : DONY RAMADHAN PUTRA F UJI KINERJA MESIN PANGKAS RUMPUT ROTARI TIPE DORONG BERTENAGA PUTAR ENGINE BRUSH CUTTER TIPE GENDONG SKRIPSI Oleh : DONY RAMADHAN PUTRA F14104111 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktivitas kaum muslim. Aktivitas yang sering dilakukan di dalam masjid selalu

I. PENDAHULUAN. aktivitas kaum muslim. Aktivitas yang sering dilakukan di dalam masjid selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah SWT semata. Masjid bukan hanya sekedar tempat bersujud, pensucian dan tempat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut. III. METODOLOGI PENELITIAN 3. Alat dan Bahan Pengujian. Motor bensin 4-langkah 50 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 50 cc, dengan merk Yamaha Vixion. Adapun

Lebih terperinci

KEBISINGAN (NOISE) Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS

KEBISINGAN (NOISE) Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS Peratuan MENKES No. 718/Men.Kes/Per/XI/1987 Tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan Zona A Zona

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan Lalu lintas Kebisingan adalah bentuk suara yang tidak diinginkan atau bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari FISIKA 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari MATERI Satuan besaran Fisika Gerak dalam satu dimensi Gerak dalam dua dan tiga dimensi Gelombang berdasarkan medium (gelombang mekanik dan elektromagnetik) Gelombang

Lebih terperinci