PENGARUH PERBEDAAN UMUR PANEN DAN SUHU SIMPAN TERHADAP UMUR SIMPAN BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis) TRI ISTIANINGSIH A
|
|
- Yenny Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH PERBEDAAN UMUR PANEN DAN SUHU SIMPAN TERHADAP UMUR SIMPAN BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis) TRI ISTIANINGSIH A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 00
2 RINGKASAN TRI ISTIANINGSIH. Pengaruh dan terhadap Umur Simpan Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis). (Dibimbing oleh DARDA EFENDI). Buah naga merupakan buah eksotik yang mulai populer di Indonesia sejak tahun 003. Terdapat beberapa jenis buah naga di Indonesia, salah satu diantaranya adalah buah naga super red (Hylocereus costaricensis) yang memiliki daging buah merah keunguan. Daging buah naga bersifat non-klimakterik yang tidak mengalami pemasakan dramatis setelah dipetik (panen) sehingga penentuan umur panen yang tepat memiliki peran penting dalam menjaga kualitas buah pasca panen. Faktor lain yang menjadi penentu kualitas buah adalah suhu ruang simpan berupa suhu rendah yang dapat menghambat proses metabolisme buah setelah panen selama penyimpanan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah umur panen dengan 3 taraf yaitu 33 hari setelah anthesis (HSA), 35 HSA, dan 37 HSA. Faktor kedua adalah suhu simpan yang terdiri atas taraf yaitu suhu ruang dan suhu 5 o C. Buah naga super red disimpan selama 4 minggu dan dilakukan pengamatan selama periode penyimpanan. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah kesegaran buah, susut bobot kumulatif buah, warna kulit buah, kekerasan buah, padatan terlarut total, dan asam tertitrasi total. Interaksi antara umur panen dengan suhu simpan untuk peubah kesegaran buah terjadi pada hari pengamatan ke-3, 9, dan 0. Peubah susut bobot kumulatif dipengaruhi oleh interaksi antara umur panen dengan suhu simpan pada hari ke-, 9, 0,,, 3, dan 4. Kekerasan kulit buah juga dipengaruhi oleh interaksi antara umur panen dengan suhu simpan pada minggu pertama pengamatan. Peubah kekerasan daging buah, padatan terlarut total, dan asam tertitrasi total tidak dipengaruhi oleh interaksi antara umur panen dengan suhu simpan selama penyimpanan.
3 3 Perlakuan umur panen memiliki pengaruh terhadap umur simpan buah naga pada beberapa peubah pengamatan yaitu diantaranya peubah kesegaran buah (hari ke-3, 8, 9, dan 0), susut bobot kumulatif buah (hari ke-, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0,, 3, dan 4), dan asam tertitrasi total (minggu ke-). Perlakuan suhu simpan juga memiliki pengaruh terhadap umur simpan buah naga pada beberapa peubah pengamatan yaitu diantaranya pada peubah kesegaran buah (hari ke-5 sampai hari ke-), susut bobot kumulatif (hari ke-9 sampai hari ke-4), dan padatan terlarut total (minggu ke-). Warna kulit buah naga adalah merah (5R) dengan jumbai buah berwarna hijau (5GY) untuk sebagian besar buah pada semua umur panen. Tidak terjadi perubahan dalam warna kulit buah naga selama penyimpanan karena buah nonklimakterik tidak mengalami penguraian pigmen warna pada kulit buah setelah panen. Berdasarkan hasil dari peubah yang diuji pada lokasi kebun buah naga, Sentul, umur panen yang lebih disarankan untuk buah naga adalah saat 35 HSA. Hal ini disebabkan kesegaran buah lebih terjaga dengan warna kulit buah yang sudah seragam, dan nilai padatan terlarut total yang cukup tinggi. simpan 5 o C memiliki kemampuan untuk menyimpan buah lebih lama serta menjaga kandungan kimia buah seperti padatan terlarut total dan asam tertitrasi total agar tidak turun secara drastis selama penyimpanan. Buah naga super red dapat disimpan pada suhu ruang selama ± 7 hari dan pada suhu 5 o C selama ± 4 hari.
4 PENGARUH PERBEDAAN UMUR PANEN DAN SUHU SIMPAN TERHADAP UMUR SIMPAN BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis) 4 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor TRI ISTIANINGSIH A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 00
5 5 Judul : PENGARUH PERBEDAAN UMUR PANEN DAN SUHU SIMPAN TERHADAP UMUR SIMPAN BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis) Nama : TRI ISTIANINGSIH NIM : A Menyetujui: Pembimbing (Dr. Ir. Darda Efendi, MSi.) NIP: Mengetahui: Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian (Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.) NIP: Tanggal Lulus :
6 RIWAYAT HIDUP 6 Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal September 988. Penulis merupakan anak ketiga dari Sunarto, SE dan Sartiyah. Tahun 000 penulis lulus dari SDN Cipayung 04, kemudian pada tahun 003 penulis menyelesaikan studi menengah pertama di MTsN 7 Model Jakarta. Penulis lulus dari SMAN 39 Jakarta pada tahun 006. Tahun 006 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Tahun 007 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dengan program Mayor Minor. Penulis mengambil supporting course yang berkaitan dengan studi penulis dari beberapa departemen di Institut Pertanian Bogor selama masa perkuliahan. Penulis mengikuti Kuliah Kerja Profesi (KKP) pada semester 6 (Juli- Agustus 009) di Desa Pruwatan, Bumi Ayu, Brebes, Jawa Tengah. Tahun 008 penulis memiliki pengalaman magang selama satu bulan di bagian Reintroduksi Tanaman Langka, Kebun Raya Bogor, Bogor. Selanjutnya pada tahun 00 penulis pernah bekerja paruh waktu sebagai pengajar dan pemandu di Agrifun, Bogor, selama bulan.
7 KATA PENGANTAR 7 Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dan kemampuan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Penelitian Pengaruh Perbedaan Dan terhadap Umur Simpan Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis) dilaksanakan berdasarkan keingintahuan penulis mempelajari pasca panen buah naga super red yang baik berupa penentuan umur panen optimal dan suhu penyimpanan agar buah memiliki daya simpan dan mutu yang baik. Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:. Dr. Ir. Darda Efendi, MSi. atas bimbingan dan arahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi kepada penulis.. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS dan Dr. Sintho W. Ardie selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan perbaikan untuk penulisan skripsi kepada penulis. 3. Teknisi kebun dan laboratorium yang telah memberikan bantuan dan arahan selama penelitian. 4. Kedua orang tua, Bapak Sunarto dan Mama Sartiyah; kakak-kakak, Eko Prabowo S. dan Dwi Rahadi; dan abang Syamsul Bahri tersayang yang telah memberikan dorongan yang tulus, baik moril maupun materiil. 5. Serta seluruh pihak yang telah memberi bantuan berupa informasi dan kerja sama yang tulus selama penyusunan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat kelak bagi yang membaca dan memerlukan. Bogor, Oktober 00 Penulis
8 DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN... iv PENDAHULUAN... Latar Belakang... Tujuan... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Botani Buah Naga... 4 Karakteristik Panen... 5 Penanganan Panen dan Pasca Panen... 6 Fisiologi Pasca Panen... 7 BAHAN DAN METODE... 9 Tempat dan Waktu... 9 Bahan dan Alat... 9 Metode Penelitian... 9 Pelaksanaan Penelitian... 0 Pengamatan... HASIL DAN PEMBAHASAN... 5 Keadaan Umum... 5 Kesegaran Buah... 7 Susut Bobot Kumulatif Buah... 0 Warna Kulit Buah... 3 Kekerasan Buah... 7 Padatan Terlarut Total Asam Tertitrasi Total... 3 Korelasi antar Peubah Pembahasan Umum KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 4
9 DAFTAR TABEL ii Nomor Halaman. Status Kesuburan Tanah di Pemukiman Bukit Sentul 5. Kondisi Awal Buah Naga Super Red sebelum Penyimpanan Interaksi antara dan terhadap Kesegaran Buah Naga Pengaruh dan terhadap Kesegaran Buah Naga Super Red Susut Bobot Kumulatif (%) Buah Naga Super Red sampai Hari ke-n dari Kondisi Awal pada Perlakuan dan serta Interaksinya. 6. Interaksi antara dan terhadap Susut Bobot Kumulatif Buah Naga.. 7. Warna Kulit Buah Naga Super red selama Penyimpanan Warna Jumbai Buah Naga Super Red selama Penyimpanan Kekerasan Kulit Buah Naga Super Red pada Perlakuan dan serta Interaksinya Interaksi antara dan terhadap Kekerasan Kulit Buah Naga.. 8. Kekerasan Daging Buah Naga Super Red pada Perlakuan dan. 9. Padatan Terlarut Total Buah Naga Super Red pada Kombinasi Perlakuan dan serta Interaksinya Asam Tertitrasi Total Buah Naga Super Red pada Perlakuan Umur Panen dan serta Interaksinya Korelasi antar Peubah pada Perlakuan 37 HSA dan Ruang saat Minggu ke- Penyimpanan Korelasi antar Peubah pada Perlakuan 35 HSA dan 5 C saat Minggu ke- Penyimpanan Korelasi antar Peubah pada Perlakuan 37 HSA dan 5 C saat Minggu ke- Penyimpanan.. 35
10 DAFTAR GAMBAR iii Nomor Halaman. Beberapa Jenis Buah Naga yang Populer... Pertumbuhan Buah Naga Super Red Mulai dari Kuncup Bunga sampai Buah Siap Panen 3. Morfologi Buah Naga Super Red Kesegaran buah naga menggunakan skoring Warna Kulit Buah Naga Bervariasi dalam Satu Perbandingan munshell color chart dengan warna kulit buah naga super red Perbandingan munshell color chart dengan warna jumbai buah naga super red. 5
11 DAFTAR LAMPIRAN iv Nomor Halaman. Tabel Respon Kombinasi Perlakuan dan terhadap Kesegaran Buah Naga Super Red. 4. Tabel Sidik Ragam Kesegaran Buah Naga Super Red pada Perlakuan dan Tabel Susut Bobot Kumulatif (%) Buah Naga Super Red sampai Hari ke-n dari Kondisi Awal pada Kombinasi Perlakuan dan Tabel Sidik Ragam Susut Bobot Kumulatif Buah Naga Super Red pada Perlakuan dan Tabel Respon Kombinasi Perlakuan dan terhadap Kekerasan Kulit Buah Naga Super Red Tabel Sidik Ragam Kekerasan Kulit Buah Naga Super Red pada Perlakuan dan Tabel Respon Kombinasi Perlakuan dan terhadap Kekerasan Daging Buah Naga Super Red Tabel Sidik Ragam Kekerasan Daging Buah Naga Super Red pada Perlakuan dan Tabel Respon Kombinasi Perlakuan dan terhadap Padatan Terlarut Total Buah Naga Super Red Tabel Sidik Ragam Padatan Terlarut Total Buah Naga Super Red pada Perlakuan dan 47. Tabel Respon Kombinasi Perlakuan dan terhadap Asam Tertitrasi Total Buah Naga Super Red 48. Tabel Sidik Ragam Asam Tertitrasi Total Buah Naga Super Red pada Perlakuan dan 48
12 PENDAHULUAN Latar Belakang Buah naga (Hylocereus spp.) atau dragon fruit merupakan pendatang baru yang cukup populer. Buah ini mulai memasuki kawasan agribisnis Indonesia pada awal tahun 003. Mulanya, buah naga dikenal sebagai tanaman hias karena memiliki daya tarik yang unik dari bentuk tanaman yang hanya memiliki batang karena buah naga termasuk dalam kerabat kaktus pemanjat serta keharuman bunganya yang semerbak. Selain dari penampilannya yang eksotik buah ini memiliki zat-zat berkhasiat yang bermanfaat untuk kesehatan. Buah naga yang berkhasiat untuk menurunkan kolesterol dan gula darah ini memiliki kandungan protein %, karbohidrat g, lemak g, dan vitamin seperti karoten, thiamin, riboflavin, niasin, dan asam askorbat (Morton dalam Umayah dan Amrun, 007). Tidak mengherankan apabila buah naga diminati oleh sebagian besar masyarakat yang peduli akan kesehatan. Tahun 007 pasar lokal dibanjiri produk buah naga impor. Berdasarkan catatan dari importir buah di Indonesia, buah naga ini masuk ke tanah air mencapai antara ton/tahun asal Thailand dan Vietnam (Purba, 007). Peningkatan permintaan buah umumnya terjadi pada saat menjelang hari raya Imlek. Walaupun berasal dari Amerika, saat ini pemasok terbesar buah naga berasal dari Negara Vietnam dan Thailand (Kristanto, 009). Buah naga, terutama famili cactaceae, berasal dari Amerika Utara, Tengah, dan Selatan (Luders and McMahon, 006). Buah naga terdiri atas empat jenis, yaitu buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga daging merah super (Hylocereus costaricensis), dan buah naga kulit kuning daging putih (Selenicereus megalanthus) (Gambar.).
13 (a) (b) (c) (d) Gambar. Beberapa Jenis Buah Naga yang Populer; a. S. megalanthus, b. H. polyrhizus, c. H. undatus, d. H. costaricensis; Sumber (a, b, c): Hylocereus undatus merupakan jenis buah naga yang lebih dulu dikenal oleh masyarakat Indonesia lalu diikuti dengan buah naga super red (H. costaricensis). Praktisi kebun lebih menyukai untuk mengembangkan jenis ini karena tanamannya lebih mudah berbunga dibandingkan jenis H. polyrhizus. Warna daging buahnya yang merah keunguan juga menjadi daya tarik tersendiri bagi buah naga super red. Tren masyarakat terhadap buah yang berkhasiat kesehatan pun turut menunjang kepopuleran buah naga super red yang memiliki kandungan antioksidan seperti betalain (provitamin A) yang cukup tinggi. Buah naga termasuk tanaman tropis dan dapat tumbuh dengan baik di Indonesia. Hal ini menyebabkan mulai berkembangnya kebun-kebun buah naga di wilayah Indonesia. Perkembangan ini perlu diikuti dengan teknologi budidaya dan pasca panen yang tepat sehingga dapat meningkatkan mutu buah naga di Indonesia agar dapat bersaing dengan buah naga yang berasal dari negara tropis lainnya. Bagian buah naga yang dapat dimakan (edible portion) adalah daging buahnya yang bersifat non-klimakterik, yang akan memiliki rasa, level padatan terlarut dan keasaman terbaik ketika dipanen saat warna kulit buah merah penuh. Buah naga di wilayah Australia Utara dapat dipanen saat 8 hari setelah bunga menutup yaitu ketika 85 % kulit buah berwarna pink atau merah. Penundaan panen dapat dilakukan selama 0-5 hari pada tahap ini (Luders and Mcmahon, 006).
14 3 Umur panen yang diterapkan oleh petani di kebun buah naga Sentul berada dalam rentang hari setelah anthesis (HSA), yang didasarkan pada kriteria warna buah tanpa mengetahui kandungan kimia buah pada umur panen yang diterapkan. Penyimpanan dilakukan pada suhu ruang dan refrigerator (suhu < 0 C) apabila terdapat sisa buah saat panen raya. Berdasarkan keterangan di atas maka diperlukan penentuan umur panen optimal dan suhu simpan (suhu ruang dan suhu dingin) yang dapat membantu mengurangi kehilangan hasil dari buah naga terutama akibat berkurangnya kandungan air buah. Penelitian pasca panen buah naga di Indonesia terutama dalam hal penentuan umur panen optimal dan suhu simpan yang berkaitan dengan mutu buah naga masih perlu dilakukan agar dapat membantu para praktisi kebun buah naga untuk melakukan pemanenan buah pada waktu yang tepat khususnya untuk praktisi kebun tempat pelaksanaan penelitian. Hal ini dikarenakan belum adanya standar umur panen dan suhu simpan yang tepat pada buah naga di Indonesia. Tujuan Mempelajari hubungan antara umur panen (hari setelah anthesis) terhadap mutu dan daya simpan buah naga super red (Hylocereus costaricensis) pada suhu 5 o C dan suhu ruang. Hipotesis. Perbedaan umur panen dan suhu simpan diduga memiliki interaksi dalam mempengaruhi umur simpan buah naga super red.. Terdapat umur panen optimal dari tiga perlakuan umur panen buah naga super red, yaitu 33 HSA, 35 HSA, dan 37 HSA. 3. Buah naga super red yang disimpan pada suhu 5 o C memiliki umur simpan lebih lama dibanding penyimpanan pada suhu ruang.
15 TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani Buah Naga Buah naga termasuk famili Cactaceae dengan biji berkeping dua (dikotil). Famili ini meliputi 0-00 genera yang terdiri atas spesies yang ditemukan khususnya pada wilayah semi-arid dan tropis panas di Amerika Latin (Spichiger et al. dalam Bellec et al., 006). Buah naga terdiri dari empat genera yaitu Stenocereus Britton & Rose, Cereus Mill., Selenicereus (A. Berger) Riccob dan Hylocereus Britton & Rose. Genus Hylocereus terdiri atas 6 spesies yang memiliki nilai estetika tinggi karena mempunyai bunga cantik dengan ukuran besar (5-5 cm) yang mekar saat malam hari. Walaupun tanaman dari genus ini sebagian besar dapat menghasilkan buah, hanya beberapa spesies yang dibudidayakan untuk tujuan tersebut (Bellec et al., 006). Menurut Bellec et al. (006) klasifikasi buah naga adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Caryophyllales Famili : Cactaceae Genus : Hylocereus Spesies : Hylocereus undatus, Hylocereus costaricensis, Hylocereus spp. Perbandingan dengan jenis buah kaktus lain (Opuntia sp.), Hylocereus dengan kulit merah memiliki ukuran yang lebih besar terutama pada bagian durinya dan daging buah hanya mengandung sedikit biji kecil yang berwarna hitam (Raveh et al. dalam Stintzing et al., 00) dan dikonsumsi bersama daging buah (Merten, 003). Kerabat kaktus pemanjat ini memiliki modifikasi batang yang berfungsi sebagai daun-daun, buah berbentuk bulat dengan warna merah terang ketika matang, dan mengandung daging yang berwarna putih, merah padam, dan kuning pucat (tergantung jenis kultivar) yang diselingi dengan biji kecil berwarna hitam (Hoa et al., 006).
16 5 Buah naga termasuk tanaman tahunan (perennial), kaktus pemanjat epifit dengan batang hijau segitiga dan berdaging. Tiap segmen batang tersusun atas tiga sisi dengan pinggiran yang berlekuk-lekuk. Batang ini dapat tumbuh hingga 0 ft (± 6 m) (Zee et al., 004). Bunga mulai membuka pada pukul 0.00 dan Bunga hanya mekar selama satu malam (baik diserbuki atau tidak) kemudian layu pada pagi hari di hari setelah anthesis. Keesokan harinya mahkota bunga menjadi lunak kemudian mengering, bagian bawah bunga (yang tidak diserbuki) menjadi kekuning-kuningan dan setelah 4-6 hari kemudian bunga akan gugur. Pembentukan buah terjadi ditandai dengan perubahan warna menjadi kehijauhijauan bagian bawah bunga yang diserbuki (Bellec et al., 006). Tanaman buah naga super red (H. costaricensis) merupakan tanaman merambat yang kuat dengan batang seperti berlilin putih. Memiliki bunga sangat panjang (5-30 cm), bagian kelopak bunga luar berwarna kemerah-merahan terutama di bagian ujung. Buah memiliki bobot gram dengan diameter 0-5 cm. Daging buah merah-keunguan dengan banyak biji hitam kecil, tekstur daging buah yang baik, dan rasa yang enak (Bellec et al., 006). Buah naga super red memiliki daging buah lebih merah dibanding H. polyrhizus. Buah ini memiliki tingkat kemanisan 3 5 Briks. Buah naga super red cocok ditanam di dataran rendah hingga dataran medium pada ketinggian kurang dari 700 m dpl (Cahyono, 009). Karakteristik Panen Perubahan kimiawi yang terjadi selama penuaan dan pematangan adalah perubahan warna, tekstur, rasa, karbohidrat (pati), asam organik, lemak, asam amino, protein, dan lain-lain. Pematangan meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis, penurunan asam-asam organik dan senyawasenyawa fenolik yang mengurangi rasa sepet dan masam. Kenaikan zat-zat atsiri yang memberikan aroma khas buah juga terjadi saat pematangan (Mattoo et al., 986). Penelitian pada buah naga kuning (Selenicereus megalanthus), kerabat kaktus pemanjat, memperlihatkan bahwa waktu perkembangan buah bergantung pada temperatur musiman dan buah mencapai aroma optimal saat warna buah
17 6 merata secara penuh (kuning). Tahap ini juga waktu terbaik dilakukan panen untuk pemasaran jarak dekat atau jauh (Nerd dan Mizrahi dalam Nerd et al., 999). Perubahan pertama pada warna kulit tercatat 4 5 HSA pada H. undatus dan 6 7 HSA pada H. polyrhizus. Kedua jenis ini akan berwarna merah penuh 4 5 hari setelah perubahan warna pertama (Nerd et al., 999). Perbedaan varietas dapat mempengaruhi mutu buah naga, akan tetapi waktu panen memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kualitas buah dibandingkan dengan perbedaan varietas. Warna daun-daun kecil (jumbai) pada kulit buah dapat dijadikan sebagai skala kematangan untuk buah naga Asia, tetapi masih perlu penelitian lanjutan (Merten, 003). Selanjutnya Kristanto (009) menambahkan buah siap petik umumnya merupakan buah yang sudah tua dengan beberapa karakteristik sebagai berikut: () kulit buah sudah berubah warna menjadi merah tua atau merah mengilap, () mahkota buah sudah mengecil, (3) jumbai buah sudah berubah menjadi warna kemerahan, (4) kedua pangkal buah berkeriput. Penanganan Panen dan Pasca Panen Setelah dipanen, mutu buah-buahan tidak dapat diperbaiki, tetapi dapat dipertahankan. Mutu yang baik diperoleh bila umur panen tepat. Buah-buahan yang belum masak, jika dipanen akan menghasilkan mutu yang tidak baik dan proses pematangan yang salah. Sebaliknya, penundaan umur panen akan meningkatkan kepekaan buah terhadap pembusukan, akibatnya mutu dan nilai jual rendah (Pantastico et al., 986). Selanjutnya Ashari (995) menambahkan bahwa proses perubahan itu menandakan produk buah-buahan tersebut merupakan jaringan yang masih hidup sehingga harus dijaga agar produk tersebut tetap tahan lama selepas panen. Caranya adalah dengan menekan proses metabolisme serendah mungkin misalnya dengan perlakuan suhu dingin, mengurangi kadar oksigen, meningkatkan kadar gas karbondioksida, menghilangkan gas etilen serta menggunakan bahan kimia yang dapat menghambat kematian jaringan. Burdon (997) menambahkan bahwa suhu rendah akan memperlambat metabolisme buah (meliputi respirasi dan juga
18 7 produksi dan kegiatan etilen) dan menunda perubahan-perubahan dalam pembentukan dan pengurangan panas yang diakibatkan respirasi. rendah juga memperlambat kehilangan air dan perkembangan patogen. Terdapat dua aspek yang harus dipertimbangkan dalam pendinginan yaitu suhu dan waktu selama penyimpanan pada suhu tersebut. Hubungan aktual antara suhu penyimpanan dan durasi bervariasi tergantung dari kultivar, kondisi sebelum panen, tingkat kematangan, dan perlakuan pasca panen (Arpala dalam Nakasone dan Paull, 998). H. undatus dan H. polyrhizus dikenal sebagai buah non-klimakterik, serupa dengan tanaman kaktus penghasil buah yang telah diteliti yakni buah kaktus (jenis Opuntia) dan buah naga kuning (S. megalanthus) (Nerd dan Mizrahi dalam Nerd et al., 999). Hal ini mengakibatkan buah naga sebaiknya dipanen saat matang optimal agar mutu buah tetap terjaga setelah panen hingga di penyimpanan. Bellec et al. (006) menambahkan bahwa penanganan secara hatihati dalam pengolahan dan penyimpanan untuk menghasilkan produk yang berkualitas sangat diperlukan terutama untuk buah naga jenis H. costaricensis yang memiliki jumbai buah yang mudah rusak. Nerd, et al. dalam Merten (003) menyatakan bahwa jenis H. undatus dapat mempertahankan mutunya selama dua minggu apabila disimpan pada suhu 4 o C. Hasil penelitian Solihati (008) menunjukkan bahwa H. undatus utuh yang disimpan pada suhu ruang mampu bertahan sampai empat hari, sedangkan pada suhu 5 o C buah naga bertahan jauh lebih lama hingga 8 hari. Hasil pengamatan juga menunjukkan buah yang disimpan pada suhu 5 o C dan 0 o C memiliki laju respirasi yang tidak jauh berbeda karena kisaran nilai kekerasan buah yang terlalu besar sehingga tingkat kematangan kurang seragam. Fisiologi Pasca Panen Perubahan-perubahan yang terjadi selama proses pematangan pada buah dapat diakibatkan perubahan fisik dan kimia, misalnya perubahan tekanan turgor sel, dinding sel, zat pati, protein, warna, senyawa turunan fenol, dan asam-asam organik (Winarno dan Wirakantakusumah, 98). Selanjutnya Kays (99)
19 8 menambahkan sintesis dan degradasi dari karbohidrat, asam organik, protein, lemak, pigmen, zat aromatik, fenol, vitamin, dan fitohormon diklasifikasikan sebagai proses sekunder (misalnya proses sekunder dari respirasi dan fotosintesis). Beberapa proses tersebut terjadi setelah panen untuk menyediakan energi dan prekursor untuk reaksi sintetik. Karbohidrat merupakan bagian biokimia paling melimpah dalam tanaman, berkisar antara % dari bobot kering total. Sukrosa dan fruktosa merupakan karbohidrat yang memiliki kontribusi kualitas yang penting untuk beberapa produk hasil panen. Glukosa dan fruktosa termasuk jenis gula yang memiliki kemampuan sebagai agen pengurang atau penerima elektron dalam larutan alkalin (reducing sugars) sedangkan sukrosa termasuk non-reducing sugars. Asam organik berperan penting dalam metabolisme produk lepas panen. Asam organik menyediakan sumber energi yang siap disediakan untuk dipergunakan produk setelah dipanen. Asam organik juga memiliki bagian nyata untuk karakteristik cita rasa terutama dari rasa dan bau (Kays, 99). Perubahan-perubahan dalam kandungan zat-zat yang telah disebutkan sebelumnya tidak lepas dari bantuan enzim-enzim. Mattoo et al., (986) menyatakan bahwa kegiatan enzim-enzim seperti katalase, pektinesterase, selulase, dan amilase meningkat selama penyimpanan. Kegiatan enzim bergantung pada suhu simpan dan kemasakan buah yang disimpan.
20 BAHAN DAN METODE 9 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun buah naga di daerah Sentul, Bogor yang terletak pada ketinggian 350 m dpl (di atas permukaan laut). Analisis mutu buah dan penyimpanan dilakukan di Postharvest Laboratory, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Januari sampai Maret 00. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah buah naga super red (H. costaricensis) yang berasal dari kebun buah naga di daerah Sentul, Bogor, NaOH 0. N, Oxalat dihidrat, dan aquades. Buah naga yang digunakan dipanen pada umur 33 HSA, 35 HSA, dan 37 HSA. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah ruang penyimpanan dingin (cold storage), timbangan analitik, kamera digital, munsell color chart, penetrometer, refraktometer, blender, gelas ukur, alat titrasi, ph meter, dan alat penunjang penelitian lainnya. Metode Penelitian Percobaan disusun secara faktorial dengan dua faktor yaitu umur panen dan suhu simpan. Faktor umur panen terdiri atas 3 taraf yaitu 33 HSA, 35 HSA, dan 37 HSA, sedangkan faktor suhu simpan terdiri atas taraf yaitu suhu ruang dan 5 ºC. Jumlah perlakuan dalam percobaan ini adalah 6 perlakuan yang terdiri atas 3 ulangan sehingga terdapat 8 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas dua buah. Penempatan buah di penyimpanan (suhu 5 o C dan suhu ruang) dalam satu ulangan memuat semua perlakuan. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu selama 8 hari (4 minggu). Jumlah buah naga yang dibutuhkan untuk pengamatan destruktif adalah 44 buah dan non destruktif adalah 36 buah.
21 0 Pengamatan awal membutuhkan 8 buah buah naga sehingga total buah naga yang dibutuhkan adalah 98 buah. Rancangan lingkungan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok sehingga digunakan model rancangan percobaan RAK Faktorial. Model statistik RAK Faktorial adalah sebagai berikut: Y ijk = µ + α i + β j + (αβ) ij + K k + ε ijk Keterangan: Y ij : Nilai pengamatan yang memperoleh taraf ke-i dari faktor umur panen dan taraf ke-j dari faktor suhu simpan. µ : Rataan umum α i : Pengaruh umur panen pada taraf ke-i β j : Pengaruh suhu simpan pada taraf ke-j (αβ) ij : Pengaruh interaksi antara umur panen pada taraf ke-i dengan suhu simpan pada taraf ke-j K k : Kelompok ke-k : Galat percobaan ε ij Data analisis diuji dengan uji-f dan apabila berbeda nyata maka dilakukan uji tukey pada taraf kesalahan (α) 5 % untuk membandingkan antar taraf perlakuan. Pelaksanaan Penelitian Persiapan Bahan Tanaman Penelitian ini diawali dengan pemilihan tanaman buah naga yang memiliki kondisi tumbuh baik dan optimal serta tidak terserang hama dan penyakit di kebun buah naga. Pelabelan Penandaan bunga saat anthesis dilakukan oleh petugas kebun (Gambar c). Pelabelan untuk membedakan umur panen buah dilakukan oleh penulis selama satu hari pada buah yang baru terbentuk berumur minggu setelah anthesis dengan tujuan apabila buah yang tumbuh dan digunakan untuk penelitian dapat dibedakan dengan buah yang lain serta dapat dipanen berdasarkan kriteria waktu yang telah ditentukan. Pemilihan buah saat pelabelan awalnya sama yaitu buah
22 dalam kondisi baik (jumbai buah lengkap dan tidak terserang hama serta penyakit) (Gambar e). Panen Panen dilakukan pada waktu yang berbeda-beda tergantung dari perlakuan umur panen yang diberikan dengan cara dipetik langsung menggunakan alat pangkas buah (Gambar h). Kegiatan ini dilakukan selama tiga hari sebab waktu anthesis bunga yang berbeda-beda menyebabkan umur panen juga berbeda. Kondisi lapangan pada saat dilakukan panen cerah dan dilaksanakan pada pagi hari, hal ini dilakukan agar kondisi buah yang akan dianalisis tetap segar. (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) Gambar. Pertumbuhan Buah Naga Super Red Mulai dari Kuncup Bunga sampai Buah Siap Panen; a. Kuncup Bunga, b. Bunga mulai Mekar, c. Bunga Mekar (Anthesis), d. Bunga Layu setelah Anthesis, e. Buah 7 HSA, f. Buah 8 HSA, g. Buah Siap Panen, h. Panen Menggunakan Gunting Pangkas, i. Panen sesuai Perlakuan (33/35/37 HSA)
23 Pasca Panen Kegiatan pasca panen yang dilakukan sebelum buah disimpan dan diamati adalah pencucian buah menggunakan spon yang halus. Pencucian ini bertujuan untuk membersihkan kulit dan jumbai buah pada buah naga. Pengamatan Pengamatan pada buah yang telah dipanen meliputi pengamatan fisik dan kimia. Pengamatan fisik terdiri atas kekerasan buah, susut bobot kumulatif buah, kesegaran buah, dan warna kulit buah, sedangkan pengamatan kimia berupa padatan terlarut total dan asam tertitrasi total. Buah disimpan selama 8 hari dan dilakukan pengamatan setiap hari untuk susut bobot dan kesegaran buah. Pengamatan awal, hari ke-7, 4,, dan 8 untuk pengamatan kekerasan, warna kulit, padatan terlarut total, dan asam tertitrasi total. Pengamatan Non Destruktif. Warna Kulit Buah Warna kulit diamati secara kualitatif dengan menggunakan munsell color chart. Klasifikasi warna dengan sistem ini memakai tiga ciri yaitu: Hue (rona), Value (nilai), dan Chroma (kroma), contoh: 5 R 4/4 HUE VALUE CHROMA Hue menunjukkan warna dominan dari objek yang diteliti (merah (R), hijau (G), atau kuning (Y)). Value menunjukkan gelap terangnya warna. Nilai Value berada pada angka 0 hingga 0. Nilai Value yang semakin tinggi menunjukkan warna semakin cerah. Chroma menunjukkan intensitas warna, dengan nilai berkisar antara 0 hingga 0. Nilai Chroma yang semakin tinggi menunjukkan intensitas warna semakin kuat.. Susut Bobot Kumulatif Bobot buah ditimbang setiap hari untuk menilai kualitas ukuran dari penampakan (visual) produk segar hortikultura. Susut bobot dihitung berdasarkan
24 3 persentase penurunan bobot bahan sejak awal penyimpanan sampai akhir penyimpanan. Persamaan () digunakan untuk menghitung susut bobot: Susut bobot (%) = W Wa x 00 %.. () Keterangan: W : bobot bahan awal penyimpanan (gram) : bobot bahan akhir penyimpanan (gram) W a 3. Kesegaran Buah W Kesegaran buah dinilai secara kualitatif setiap hari dengan metode skoring. Penurunan kesegaran buah dinilai berdasarkan penampilan buah secara keseluruhan (jumbai, warna kulit, dan ketahanan terhadap busuk buah). Skoring yang diberikan adalah sebagai berikut. 5 (Sangat Segar) : 00 % jumbai buah masih hijau dan segar. 4 (Segar) : >0 30 % jumbai mulai berubah warna (menguning). 3 (Cukup Segar) : >30 00 % jumbai buah sudah berubah warna (menguning dan layu) dan jumbai serta kulit buah mulai layu. (Kurang Segar) : 00 % jumbai buah mengering dan berwarna cokelat sedangkan kulit buah layu dan mengeriput. (Busuk) : Buah mulai mengalami proses busuk buah (kulit buah berwarna cokelat, lunak, terkadang disertai hifa berwarna hitam dan putih). a Gambar 3. Morfologi Buah Naga Super Red; a = jumbai buah
25 Pengamatan Destruktif 4. Kekerasan Buah Kekerasan diukur secara kuantitatif menggunakan penetrometer untuk bagian daging dan kulit buah naga. Buah naga yang akan diukur nilai kekerasannya diletakkan pada alat kemudian ditusuk pada tiga titik berbeda (ujung, tengah, dan pangkal untuk mendapatkan nilai rataan kekerasan buah) dengan tiga kali pengulangan. Prinsip kerja dari penetrometer adalah mengukur kedalaman tusukan dari jarum penetrometer per bobot beban tertentu dalam waktu tertentu (mm/g/s).. Padatan Terlarut Total Padatan terlarut total diukur dengan menggunakan refraktometer. Daging buah dari bagian tengah, pangkal, dan ujung yang diamati diambil sarinya dengan menggunakan kain atau kertas saring. Sari yang telah diperoleh diteteskan pada lensa refraktometer. Komponen utama dalam padatan terlarut adalah gula, sehingga refraktometer dikalibrasi langsung dengan persentase gula dan angka yang diperoleh dinyatakan dalam satuan ºBrix. 3. Asam Tertitrasi Total Pengukuran asam tertitrasi total dilakukan untuk menguji kandungan asam-asam organik pada jenis buah tertentu. Buah naga diblender lalu diambil 50 gram bahan kemudian diperas untuk mendapatkan sarinya. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, ditambahkan aquades sampai tanda tera, dikocok dan diambil 5 ml filtrat. Filtrat tersebut dititrasi dengan NaOH 0. N sampai menunjukkan ph 7. Persamaan () digunakan untuk menghitung nilai asam tertitrasi total (ATT) menggunakan NaOH 0. N per 00 g buah naga: ATT (ml/00 g) = ml NaOH x fp x 00.() Bobot sampel (g) Keterangan : fp : Faktor pengencer ml NaOH : ml NaOH akhir ml NaOH awal
26 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Keadaan Umum Penelitian ini dilaksanakan di kebun buah naga di Desa Bojongkoneng, Bukit Sentul. udara rata-rata bulanan kawasan permukiman Bukit Sentul berdasarkan hasil pengukuran di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Darmaga pada bulan desember 009 adalah 6. C dengan suhu maksimal sebesar 3.8 C dan minimal.9 C serta suhu rata-rata pada Januari 00 adalah 5.3 C dengan suhu maksimal 30. C dan minimal.9 C. Lokasi daerah studi terletak pada daerah basah dengan curah hujan tahunan rata-rata mm/tahun. Rata-rata curah hujan bulanannya pada Desember tahun 009 adalah 334 mm/bulan dan pada Januari 009 sebesar 35 mm/bulan. Jumlah hari hujan rata-rata 85 hari /tahun. Menurut Kuspitutri (004) berdasarkan penilaian studi AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan) yang dilakukan Agrowisata Royal Sentul Highland pada tahun 993, tanah di kawasan permukiman Bukit Sentul dikelompokkan ke dalam lima klasifikasi tanah yaitu Typic Hapludult, Typic Dystropept, Oxic Dystropept, Typic Hemipropept, dan Aquic Dytropept. Tabel. Status Kesuburan Tanah di Pemukiman Bukit Sentul No. Klasifikasi KTK KB P O 5 Bahan Organik Kesuburan Typic Hapludult S R SR-R S R Typic Dystropept S SR-R SR-R S R 3 Oxic Dystropept R-S SR-R SR R-S R 4 Typic Hemitpropept R SR SR S-T R 5 Aquic Dytropept S S S S S Keterangan : KTK = Kapasitas Tukar Kation, KB = Kejenuhan Basa, SR = Sangat Rendah, S = Sedang, R = Rendah T = Tinggi Sumber : Studi AMDAL Agrowisata Royal Sentul Highland (993) Secara umum kelima jenis tanah tersebut memiliki kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) serta kandungan P 0 5 dalam tanah yang rendah sampai sangat rendah. Kandungan bahan organik tergolong sedang sampai rendah.
27 6 Kondisi ini menyebabkan tanah di Kawasan Permukiman Bukit Sentul sangat miskin hara, sehingga kesuburan tanahnya rendah. Buah naga super red yang digunakan dalam penelitian ini dipanen pada umur panen yang berbeda yaitu 33 HSA, 35 HSA, dan 37 HSA. Pengamatan awal dilakukan untuk mengetahui kondisi awal buah naga sebelum buah disimpan pada suhu ruang atau suhu 5 C. Berikut disajikan kondisi awal buah naga untuk pengamatan fisik dan kimia. Tabel. Kondisi Awal Buah Naga Super Red sebelum Penyimpanan Peubah 33 HSA 35 HSA 37 HSA Warna Kulit Buah Merah Merah Merah Warna Jumbai Buah Hijau Hijau Hijau Kesegaran Buah Sangat Sangat Segar Segar Segar Kekerasan Kulit Buah (mm/g/s) Kekerasan Daging Buah (mm/g/s) PTT ( o Brix) ATT (ml/00 g) Keterangan : Nilai kekerasan buah, PTT, dan ATT merupakan rataan dari 6 buah, PTT = Padatan Terlarut Total, ATT = Asam tertitrasi total Warna kulit dan jumbai buah naga pada ketiga umur panen relatif seragam. Kesegaran buah juga masih baik sesaat setelah buah dipanen, walaupun untuk buah yang dipanen pada 37 HSA kesegarannya agak berkurang. Hal ini disebabkan kondisi jumbai buah ada yang sudah mulai menguning (layu) dan ada beberapa buah yang jumbainya tidak sempurna atau sudah rusak. Nilai kekerasan buah menunjukkan bahwa semakin lama umur panen buah naga maka buah semakin lunak baik dari kekerasan kulit buah maupun daging buah, walaupun untuk kekerasan kulit buah nilainya bervariasi. Nilai padatan terlarut total tertinggi pada pengamatan awal adalah pada buah yang dipanen dengan umur 35 HSA. Diduga saat 37 HSA buah sudah melewati matang optimal sehingga nilai padatan terlarut total buah berkurang. Semakin lama umur panen buah naga nilai asam tertitrasi total buah naga semakin tinggi. Diduga masih terjadi peningkatan asam-asam organik di buah naga sebelum dipanen. Namun, Nerd et al. (999) menyatakan bahwa konsentrasi
28 7 total asam tertirasi selama tahap akhir dari perkembangan buah (H. undatus dan H. polyrhizus) akan menurun dengan semakin lamanya umur panen terutama saat buah sudah berwarna merah penuh. Berdasarkan hasil pengamatan awal buah naga super red terlihat bahwa peubah-peubah antar umur panen tidak menunjukkan perbedaan yang besar terutama untuk peubah warna kulit dan jumbai buah, serta kesegaran buah. Asam tertitrasi total antar umur panen menunjukkan peningkatan dengan semakin lamanya umur panen. Padatan terlarut total tertinggi terdapat pada buah dengan umur panen 35 HSA. Diduga saat 37 HSA buah sudah melewati matang optimal sehingga nilai padatan terlarut total buah menurun. Keterbatasan jumlah buah saat panen dan harga buah yang cukup tinggi menjadi kendala dalam penelitian ini. Penambahan buah contoh yang lebih banyak diperlukan agar data pengamatan yang didapat lebih representatif. Kesegaran Buah Kesegaran buah naga selama penyimpanan sangat mempengaruhi penilaian mutu buah sebelum buah dipasarkan dan sampai ke konsumen. Buah naga segar memiliki kulit dan jumbai buah yang mulus dan tidak layu. Umumnya buah naga yang dipasarkan memiliki warna kulit buah yang merah mengkilap dan jumbai buah berwarna hijau dengan semburat kuning atau hijau dengan semburat merah. (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 4. Kesegaran buah naga menggunakan skoring; a. skala 5, b. skala 4, c. skala 3, d. skala, e. skala Penilaian kesegaran buah dilakukan menggunakan skoring dengan skala -5 (Gambar 4). Hal ini didasarkan pada penampilan buah secara keseluruhan
29 8 (kulit dan jumbai buah) mulai dari segar (5) sampai busuk (). Skoring nomor 3 (> % jumbai buah sudah berubah warna (menguning dan layu) dan jumbai serta kulit buah mulai layu) merupakan batas minimal dari kondisi buah yang dapat diterima konsumen. Interaksi antara perlakuan umur panen dan suhu simpan terhadap kesegaran buah naga terdapat pada hari pengamatan ke-3, 9, dan 0 (Tabel 4). Terlihat pada tabel 3 bahwa semakin lama umur panen maka nilai skoring kesegaran semakin kecil (hari ke-9 dan hari ke-0). Interaksi juga berpengaruh terhadap lebih rendahnya nilai kesegaran buah yang disimpan pada suhu ruang dibandingkan pada suhu 5 C. Berarti semakin lama umur panen dan semakin tinggi suhu simpan maka nilai skoring kesegaran buah naga juga semakin kecil sehingga umur simpan akan semakin singkat. Tabel 3. Interaksi antara dan terhadap Kesegaran Buah Naga Hari ke-3 Hari ke-9 Hari ke-0 Perlakuan Ruang 5 C Ruang 5 C Ruang 5 C.Skoring. 33 HSA 4Ba 4Aa 3Ba 3Aa Ba 3Aa 35 HSA 3Ab 4Aa Bb 3Ab Bb 3Aa 37 HSA 4Aa 4Aa Bb 3Ac Bc 3Aa Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf besar berbeda pada baris yang sama dan hari yang sama dan angka-angka yang diikuti huruf kecil berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji tukey taraf 5 % Hasil analisis statistik (Tabel 4) menunjukkan bahwa perlakuan suhu simpan sangat berpengaruh terhadap kesegaran buah pada hari penyimpanan ke-5 sampai hari ke-. simpan 5 C memiliki skoring kesegaran buah lebih tinggi (baik) dibandingkan penyimpanan pada suhu ruang. Perlakuan umur panen berpengaruh terhadap kesegaran buah pada hari ke-3, 8, 9, dan 0 penyimpanan. Terlihat bahwa umur panen 33 HSA dan 35 HSA memiliki tingkat skoring kesegaran lebih tinggi (baik) dibandingkan buah dengan umur panen 37 HSA. Analisis data hanya dilakukan sampai hari ke- karena buah sudah banyak busuk.
30 9 Tabel 4. Pengaruh dan terhadap Kesegaran Buah Naga Super Red Perlakuan Kesegaran Buah pada Hari Pengamatan Skoring P: 33 HSA 5 5 4a a 3a 3a P: 35 HSA 5 5 4b ab b b P3: 37 HSA 4 4 4ab b b b T: 9 ± 0.6 o C b 3b 3b b b b b b ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ T: 5 ± 0.5 o C a 3a 3a 3a 3a 3a 3a a Interaksi tn tn * tn tn tn tn tn ** * tn tn Keterangan: Nilai merupakan rataan dari buah Angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji tukey taraf 5 % tn = tidak nyata, * = berbeda nyata pada taraf 5 %, ** = berbeda nyata pada taraf % ~ = Buah sudah busuk 9
31 0 Hasil skoring kesegaran buah naga selama penyimpanan memperlihatkan buah naga yang dipanen saat 35 HSA dan disimpan pada suhu 5 o C mempunyai kesegaran buah lebih lama dibandingkan perlakuan lain sampai pada penyimpanan hari (Lampiran ). Buah yang disimpan pada suhu ruang untuk semua perlakuan panen hanya dapat disimpan selama minggu sedangkan pada suhu 5 C buah naga dapat disimpan hingga minggu ke-. Buah naga yang busuk memiliki ciri-ciri () penurunan bobot buah, () jumbai buah mulai kering dan berubah warna menjadi coklat, (3) kulit buah berubah warna menjadi coklat dan terjadi pelunakan sehingga rentan terhadap serangan hama dan patogen, (4) sebelum terjadi kebusukan terdapat bintik-bintik hifa berwarna putih dan atau hitam, (5) busuk basah apabila terserang bakteri. Hal tersebut ditegaskan dengan pernyataan Hoa et al. (006) bahwa terjadi penurunan kualitas jumbai buah naga selama penyimpanan berupa perubahan warna dan penurunan kualitas seperti dehidrasi, browning, dan curling. Susut Bobot Kumulatif Buah Buah naga merupakan salah satu buah yang memiliki kandungan air yang tinggi. Hal ini menyebabkan kehilangan bobot selama transportasi dan penyimpanan dapat menjadi faktor ekonomi yang serius karena umumnya buah naga dijual berdasarkan bobotnya. Menurut Nerd et al. (999) kandungan air daging buah naga matang berkisar antara 8-88 %. Tabel 5 menunjukkan bahwa umur panen memiliki pengaruh terhadap susut bobot buah pada hari pengamatan ke- sampai hari ke-4. Buah dengan umur panen 35 HSA memiliki rataan nilai susut bobot terbesar diikuti dengan umur panen 37 HSA lalu yang terkecil adalah susut bobot buah dengan umur panen 33 HSA. Perlakuan suhu simpan berpengaruh terhadap susut bobot buah pada hari pengamatan ke-9 sampai hari ke-4. Buah yang disimpan pada suhu ruang memiliki nilai susut bobot buah yang lebih besar dibandingkan buah yang disimpan pada suhu 5 C. Berdasarkan hasil analisis statistik (Tabel 6) interaksi antara umur panen dan suhu simpan terhadap susut bobot kumulatif buah naga terdapat pada hari pengamatan ke-, 9, 0,,, 3, dan 4. Pengaruh interaksi perlakuan umur
32 panen dan suhu simpan memberikan respon yang fluktuatif. Buah dengan umur panen 35 HSA memberikan respon (nilai susut bobot) nyata yang lebih besar pada suhu ruang daripada suhu 5 C, serta memiliki nilai susut bobot yang paling besar dibandingkan buah dengan umur panen 33 HSA dan 37 HSA. Buah yang memiliki susut bobot terkecil adalah buah dengan umur panen 33 HSA dan buah yang disimpan pada suhu 5 C. Analisis statistik dilakukan hanya pada dua minggu pertama pengamatan untuk semua perlakuan umur panen dan suhu simpan. Hal ini disebabkan buah naga yang disimpan pada suhu ruang hanya mampu bertahan hingga minggu tersebut sedangkan buah yang disimpan pada suhu 5 C mampu bertahan hingga tiga minggu. Persentase susut bobot kumulatif terbesar terdapat pada buah dengan perlakuan umur panen 35 HSA yang disimpan pada suhu ruang dari hari ke-6 sampai hari ke- dengan susut bobot 4.64 % pada hari ke-. Hal ini disebabkan buah sudah menuju busuk. Buah yang dipanen pada 33 HSA dan disimpan pada suhu 5 C memiliki persentase susut bobot kumulatif terkecil yaitu 6.5 % pada hari ke-4 (Lampiran 3). Nerd et al. (999) menyatakan bahwa kehilangan bobot sebesar lebih dari 8 % sudah cukup tinggi bagi buah naga. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kondisi buah naga karena secara fisik penampilan buah naga sudah tidak baik (Tabel 4) bahkan saat susut bobot mencapai 5 %, walaupun terdapat buah yang kondisinya masih baik saat susut bobot mencapai 7 % (Tabel 5). Berdasarkan nilai peubah susut bobot kumulatif, buah naga masih dapat dijual sampai hari ke-7 dengan nilai susut bobot kumulatif sebesar 4.6 % apabila disimpan pada suhu ruang untuk semua umur panen, sedangkan buah yang disimpan pada suhu 5 C dapat dipertahankan sampai hari ke-4 dengan nilai susut bobot kumulatif sebesar 6.99 %. Walaupun buah masih dapat dikonsumsi sampai minggu ke- pada penyimpanan suhu ruang dan minggu ke-3 pada suhu 5 C akan tetapi susut bobot buah sudah terlalu besar (> 8 %) dan skoring kesegaran sudah melewati ambang batas penerimaan oleh konsumen (< 3).
33 Tabel 5. Susut Bobot Kumulatif (%) Buah Naga Super Red sampai Hari ke-n dari Kondisi Awal pada Perlakuan dan Simpan serta Interaksinya Perlakuan (Susut Bobot Kumulatif pada Hari Pengamatan) %... P: 33 HSA b.55b.9b.50b 3.00b 3.34b 3.95b 4.3c 4.66b 5.5b 6.6b 6.95b 8.0b P: 35 HSA a.36a 3.a 3.75a 4.5a 5.03a 6.6a 7.88a 9.5a 0.73a 7.6a 7.8a 7.88a P3: 37 HSA ab.07a.39ab.97b 3.39b 3.98b 4.96b 5.67b 6.34b 6.46b 8.73a 6.4a 6.93a T: 9 ± 0.6 o C a 7.99a 9.4a 8.9a 7.96a 9.87a ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ T: 5 ± 0.5 o C b 5.44b 5.90b 6.38b 6.7b 6.99b Interaksi antara dan Uji F tn * tn tn tn tn tn tn ** ** ** ** ** ** Keterangan: Nilai merupakan rataan dari buah Angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji tukey taraf 5 % tn = tidak nyata, * = berbeda nyata pada taraf 5 %, ** = berbeda nyata pada taraf % ~ = Buah sudah busuk Tabel 6. Interaksi antara dan terhadap Susut Bobot Kumulatif Buah Naga Perlakuan Hari ke- Hari ke-9 Hari ke-0 Hari ke- Hari ke- Hari ke-3 Hari ke-4 Ruang 5 C Ruang 5 C Ruang 5 C Ruang 5 C Ruang 5 C Ruang 5 C Ruang 5 C 33 HSA.4Aa 0.7Bb 4.Ab 4.4Aa 4.65Ab 4.67Aa 5.84Ab 5.9Aa 6.70A 5.63Aa 7.96A 5.94Aa 9.87A 6.5Aa 35 HSA.69Aa.68Aa 9.79Aa 5.90Ba.84Aa 6.46Ba 4.64Aa 6.8Ba ~ 7.6a ~ 7.8a ~ 7.88a 37 HSA.Ba.5Aa 6.4Ab 5.0Aa 7.49Aab 5.0Aa 7.3Ab 5.69Aa ~ 6.35a ~ 6.4a ~ 6.93a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf besar berbeda pada baris yang sama dan hari yang sama dan angka-angka yang diikuti huruf kecil berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji tukey taraf 5 %, ~ = Buah sudah busuk
34 Warna Kulit Buah 3 Warna kulit buah merupakan salah satu parameter penentuan kualitas yang dinilai secara visual. Buah dengan umur panen 33 HSA memiliki warna kulit buah naga berbeda-beda walaupun dipetik dengan umur panen yang sama (Gambar 5), sedangkan buah dengan umur panen 35 dan 37 HSA sudah memiliki warna kulit buah yang seragam. Sebagian besar buah naga memiliki kulit buah berwarna merah dengan jumbai buah berwarna hijau kekuningan dan ada juga yang berwarna merah. Hal tersebut menandakan bahwa proses pemasakan buah naga sebelum dipanen terutama dalam perubahan warna kulit buah berbeda-beda dalam satu periode anthesis. Umumnya buah naga dipanen saat buah sudah berwarna merah penuh. Gambar 5. Warna Kulit Buah Naga Bervariasi dalam Satu Warna kulit buah pada buah naga super red di masing-masing umur panen tidak mengalami perubahan yang signifikan selama penyimpanan pada suhu ruang dan 5 C karena termasuk buah non-klimakterik. Perubahan warna yang terjadi hanya disebabkan layunya buah dan keadaan buah menuju busuk. Gejala perubahan yang jelas berupa perubahan warna jumbai buah menjadi kuning kemudian cokelat dan mengering, sedangkan kulit buah menjadi berwarna cokelat dan busuk.
35 Tabel 7. Warna Kulit Buah Naga Super red selama Penyimpanan 4 Kondisi Awal Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-3 Umur Ulangan Panen Ruang 5 C Ruang 5 C Ruang 5 C Ruang 5 C 33 HSA 5R 5/.5.5R 5/.5 5R 4/0 5R 4/0 ~ 7.5R 4/0 ~ 5R 4/0 5R 7/9.5 5R 6/ 7.5R 4/0.5R 5/.5 ~ 7.5R 4/0 ~ 5R 4/0 5R 4/0 5R 4/4.5R 4/ 5R 4/0 ~ 5R 4/0 ~ 5R 4/0.5R 6/ 5R 4/0.5R 4/ 5R 4/0 ~ 5R 4/0 ~ 6R 3/ 3 5R 4/4 5R 4/0 5R 4/0 5R 4/0 ~ 5R 4/0 ~ 6R 3/ 5R 4/0 5R 4/0 7.5R 4/0 5R 4/4 ~ 5R 4/0 ~ 6R 3/ 35 HSA 5R 7.5R 5R 6R 5R 5R ~ ~ 4/0 4/0 4/0 3/ 4/0 4/0.5R 5R 5R 7.5R.5R 5R ~ ~ 5/.5 4/0 4/4 4/0 5/.5 4/0.5R 5R 5R 5R 5R 5R ~ ~ 5/.5 4/0 4/0 4/0 4/0 4/0.5R.5R 5R 5R 7.5R 7.5R ~ ~ 5/.5 5/.5 4/4 4/0 4/0 4/0 3.5R.5R.5R 5R 5R 7.5R ~ ~ 5/.5 5/.5 5/.5 4/0 4/4 4/0 5R.5R.5R 5R 5R 5R ~ ~ 5/.5 5/.5 5/.5 4/0 4/4 4/0 37 HSA 7.5R 7.5R 7.5R.5R.5R 5R ~ ~ 4/0 4/0 4.5/6 5/.5 5/.5 4/0.5R.5R 7.5R 5R.5R 5R ~ ~ 5/.5 5/.5 4/0 4/0 5/.5 4/0 5R.5R 5R.5R.5R.5R ~ ~ 4/0 5/.5 4/0 5/.5 5/.5 5/.5 7.5R 7.5R 7.5R 5R 5R ~ 4/0 4/0 4/0 4/0 4/0 ~ ~ 3 7.5R 7.5R 7.5R 7.5R 7.5R.5R ~ ~ 4/0 4.5/6 4/0 4.5/6 4.5/6 5/.5 7.5R 7.5R 7.5R 5R 5R 5R ~ ~ 4/0 4/0 4/0 4/0 4/0 4/0 Keterangan: R = Red (Merah), ~ = Buah busuk Penilaian warna kulit buah naga menggunakan munshell color chart. Kulit buah naga memiliki warna dengan nilai hue (warna dominan) yaitu 5R (merah) untuk buah dengan umur panen 33 HSA dan 35 HSA. Buah dengan umur panen 37 HSA memiliki warna kulit dengan nilai hue 7.5R (merah). Nilai value (kecerahan) pada warna kulit buah naga memiliki kisaran nilai antara 4-7 (5R)
36 5 dan (7.5R). Nilai chroma (intensitas warna) kulit bervariasi dengan kisaran (5R) dan 0-6 (7.5R) pada tiap buah yang diamati (Tabel 7). (a) (b) Gambar 6. Perbandingan munshell color chart dengan warna kulit buah naga super red; a. 5R, b. 7.5R (a) Gambar 7. Perbandingan munshell color chart dengan warna jumbai buah naga super red; a. 5GY Jumbai kulit buah naga pada buah di semua umur panen mengalami perubahan nilai hue dari 5 GY (hijau) menuju 7.5 Y (kuning kehijau-hijauan). Perubahan ini menandakan bahwa buah mengalami penurunan kesegaran (menuju busuk). Nilai value jumbai buah naga antara (5 GY) dan (7.5 Y). Nilai chroma sangat bervariasi antara 6 - (5 GY) dan 6-3 (7.5 Y) (Tabel 8).
37 Tabel 8. Warna Jumbai Buah Naga Super Red selama Penyimpanan 6 Ulangan Kondisi Awal Minggu ke- Minggu ke- Ruang 5 C Ruang 5 C Ruang 5 C 33 HSA 5GY 5GY 7.5Y ~ ~ ~ 8/ 8/ 8.5/9 5GY 5GY 7.5Y 5GY ~ ~ 8/ 8/ 8.5/9 8/ 5GY 5GY 7.5Y ~ ~ ~ 8/ 8/ 8.5/ 5GY 8/9 5GY 7.5/6 7.5Y 9/6 5GY 7.5/6 ~.5GY 9/6 3 5GY 8.5/6 5GY 7.5/6 5GY 8/ 7.5Y 9/6 ~.5GY 9/6 5GY 5GY 7.5Y ~ ~ ~ 8/ 7.5/6 9/6 35 HSA 5GY 7.5Y.5GY 7.5Y ~ ~ 8/9 7.5/6 8/9 8.5/9 5GY 8.5/6 5GY 8/ 5GY 8/9 7.5Y 9/6 ~ 7.5Y 8.5/9 5GY 8.5/6 5GY 8/9 5GY 8/9 7.5Y 8.5/9 ~ 7.5Y 8.5/9 5GY 5GY 7.5Y 5GY ~ ~ 8.5/6 7.5/6 9/6 8/ 3 5GY 8.5/6 5GY 8/ 5GY 8.5/6 7.5Y 9/6 ~ 7.5Y 8.5/9 5GY 5GY 5GY 7.5Y ~ ~ 8/9 8/ 8.5/6 9/6 37 HSA 5GY 7.5/6 5GY 7.5/6 5GY 7.5/6 7.5Y 8.5/9 ~ 7.5Y 8.5/9 5GY 8/ 5GY 8/ ~ 7.5Y 7.5/6 ~ 7.5Y 7.5/3 5R 3/0 5GY 8/ ~ 7.5Y 8.5/9 ~ 7.5Y 9/6 5GY 5GY.5GY 7.5Y ~ ~ 8/ 8/ 8/9 9/6 3 5GY 8/ 7.5Y 7.5/6 7.5Y 9/6 5GY 7.5/6 ~ 7.5Y 9/6 5GY 8/9 5GY 8/9 7.5Y 9/6 7.5Y 9/6 ~ 7.5Y 8.5/9 Keterangan: GY = Green Yellow (Hijau-Kuning), Y = Yellow (Kuning), R = Red (Merah) ~ = Buah busuk Nilai value yang semakin tinggi menunjukkan warna makin terang (makin banyak sinar yang dipantulkan). Angka 0 menunjukkan warna gelap (hitam) dan angka 0 menunjukkan terang (putih). Semakin tinggi nilai chroma menunjukkan kemurnian spektrum atau kekuatan warna spektrum makin meningkat.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga
TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani Buah Naga Buah naga termasuk famili Cactaceae dengan biji berkeping dua (dikotil). Famili ini meliputi 120-200 genera yang terdiri atas 1 500-2 000 spesies yang ditemukan khususnya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Keadaan Umum Penelitian ini dilaksanakan di kebun buah naga di Desa Bojongkoneng, Bukit Sentul. udara rata-rata bulanan kawasan permukiman Bukit Sentul berdasarkan hasil pengukuran
Lebih terperinciPengaruh Umur Panen dan Suhu Simpan terhadap Umur Simpan Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis)
Pengaruh Umur Panen dan Suhu Simpan terhadap Umur Simpan Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis) Effects of Fruit Age and Storage Temperature on Shelf-life of Super Red-Fleshed Dragon Fruit (Hylocereus
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Tanaman buah naga yang awalnya berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Buah naga masuk ke Indonesia dan menjadi populer sekitar tahun 2000
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Buah Naga
3 TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga Tanaman buah naga termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyllales, famili Cactaceae, subfamili Cactoidae, genus Hylocereus Webb.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan
12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemanenan buah jeruk dilakukan dengan menggunakan gunting. Jeruk yang dipanen berasal dari tanaman sehat yang berumur 7-9 tahun. Pada penelitian ini buah jeruk yang diambil
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Produksi Tanaman dan RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Buah yang digunakan untuk bahan penelitian berasal dari kebun petani sentra produksi manggis Purwakarta, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret-April 2009
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat
9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012. Bahan dan
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga merupakan tanaman sejenis kaktus yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga merupakan tanaman sejenis kaktus yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Buah naga mulai masuk ke Indonesia pada awal tahun 2000. Karakter
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jatibarang, Indramayu dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,
Lebih terperinciPENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN
PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN RELA SARTIKA A24050014 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal
III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Lebih terperinciMATERI DAN METODE TempatdanWaktu
III. MATERI DAN METODE 3.1. TempatdanWaktu Penelitianinitelahdilaksanakan di LaboratoriumPemuliaandanGenetika, FakultasPertaniandanPeternakanUniversitas Islam Negeri Sultan SyarifKasim Riau Pekanbaru,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian
10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Darmaga Bogor. Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan 18 Maret 2016 sampai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis
16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam genus Lycopersicon, sub genus Eulycopersicon. Genus Lycopersicon merupakan genus sempit yang terdiri atas
Lebih terperinciII. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Buah Naga Terdapat empat jenis buah naga yang dikembangkan, yaitu buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhijus),
Lebih terperinciKriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu dan Pisang Kepok
Kriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu dan Pisang Kepok D. Sutowijoyo, W.D. Widodo Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga,
Lebih terperinciPELUANG BISNIS BUAH NAGA DI INDONESIA TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS
PELUANG BISNIS BUAH NAGA DI INDONESIA TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Disusun oleh : RAHMANDHANI KURNIAWAN 11.02.8063 D3MI-03 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Buah naga adalah buah dari beberapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring
Lebih terperinciIII. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,
III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Pencemaran Getah Kuning Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase
Lebih terperinciCreated with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:
13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di sentra produksi manggis di Desa Mulang Maya, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Penelitian berlangsung pada akhir Bulan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang Pisang adalah salah satu jenis tanaman pangan yang sudah dibudidayakan sejak dahulu. Pisang berasal dari kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, kemudian menyebar luas
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada semua parameter menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut ini merupakan rata-rata
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara
Lebih terperinciBAB I BUAH NAGA. (Hylocereus undatus) Sumber: https://www.google.co.id/search?q=budidaya+buah+naga
BAB I BUAH NAGA (Hylocereus undatus) Gambar 1.1. Tanaman buah naga (kiri) dan buah naga siap dipanen (kanan) Sumber: https://www.google.co.id/search?q=budidaya+buah+naga A. Latar Belakang Buah Naga Buah
Lebih terperinciPEMATANGAN BUAH INDEKS KEMATANGAN
PEMATANGAN BUAH & INDEKS KEMATANGAN Pemasakan Tahap akhir fase perkembangan buah,,yang meliputi pembesaran sel, akumulasi fotosintat, dan senyawa aromatik, serta penurunan kadar asam, dan posisi buah masih
Lebih terperinciPENGARUH PENGEMASAN DAN SUHU TERHADAP DAYA SIMPAN BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis) PIPIT PUSPITA A
1 PENGARUH PENGEMASAN DAN SUHU TERHADAP DAYA SIMPAN BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis) PIPIT PUSPITA A.24060025 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu
4 TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu Pisang merupakan tanaman yang termasuk kedalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas monokotiledon (berkeping satu) ordo Zingiberales dan famili Musaseae.
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya
TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Siam Jeruk siam (Citrus nobilis LOUR var Microcarpa) merupakan salah satu dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya berbentuk bulat dengan permukaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ulangan. Faktor pertama adalah jenis pati bahan edible coating (P) yang
48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan dan 3 kali ulangan. Faktor
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian mengenai kajian semi-cutting dan pelilinan terhadap beberapa parameter mutu buah manggis (Garciana mangostana L.) selama penyimpanan dingin dilaksanakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x
57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Stroberi (Fragaria x ananassa) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jenis pati bahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang
I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005
PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi
3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi Stroberi merupakan tanaman herba tahunan. Batang utama tanaman ini sangat pendek. Daun stroberi merupakan daun majemuk beranak daun tiga (trifoliate) dengan tepi daunnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengetahui banyaknya penyakit yang diderita oleh masyarakat sekarang karena pola makan atau cara hidup mereka yang kurang sehat atau tidak memperdulikan lingkungan
Lebih terperinciMenurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili
Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah
Lebih terperinciCreated with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:
22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Cemaran Getah Kuning pada Aril dan Kulit Buah Manggis Tanaman yang diberi kalsium menghasilkan skor getah kuning aril dan kulit buah yang lebih rendah daripada tanaman yang
Lebih terperinciPENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: ASLIH SRILILLAH A34303030 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Pisang Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai berikut: Regnum Divisio Classis Ordo Familya Genus : Plantae : Magnoliophyta
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Llatar Belakang, (2) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Llatar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani
3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) adalah tanaman yang berasal dari daerah Amerika tropis. Tanaman ini termasuk dalam ordo Caricales, famili Caricaceae, dan genus Carica
Lebih terperincit 74 STUDl MEMPERPANJANG DAYA SIMPAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN PELILINAN
/+/hfi af@b t 74 STUDl MEMPERPANJANG DAYA SIMPAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN PELILINAN Oieh: Rizky Widiastuti A34302042 PROGRAM STUDl HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah naga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah naga merupakan jenis buah yang sudah tidak asing lagi di negara kita. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah
Lebih terperinciPENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: ASLIH SRILILLAH A34303030 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS
Lebih terperinci