BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN"

Transkripsi

1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6. Kesimpulan Perencana kota harus memperhatikan upaya-upaya untuk membentuk citra kota dalam melakukan perencanaan dan penataan kota. Hal ini dikarenakan citra kota membentuk identitas dan jati diri kota. Selain itu, citra kota memberikan banyak hal penting bagi kota seperti memberikan kemampuan untuk berorientasi dengan mudah dan cepat bagi masyarakat, memperkuat keselarasan bagian-bagian wilayah kota, serta menjadi salah satu faktor penentu yang mempengaruhi eksistensi suatu kota. Citra Koridor Jalan M.H. Thamrin adalah salah satu contoh bad practice dalam perencanaan suatu citra koridor. Koridor Jalan M.H. Thamrin yang merupakan landmark sekaligus image ibukota Jakarta justru tidak mempunyai rancangan desain (urban design guideliness) sebagai acuan untuk membentuk dan memperkuat citra kota. Hal ini sekaligus menunjukkan peran penting seorang perencana dalam membentuk citra suatu tempat. Citra Koridor Jalan M.H. Thamrin justru bukan dibentuk oleh perancang/arsitek kota melainkan oleh perencana kota melalui kebijkan penataan ruang. Dalam studi citra di Koridor Jalan M.H. Thamrin, arahan pembentukan citra koridor termuat dalam Rencana Tata Ruang DKI Jakarta 2030 yaitu sebagai Koridor Wisata bertaraf internasional. Berikut adalah hasil penelitian ini: 6.. Persepsi masyarakat terhadap citra Koridor Jalan M.H. Thamrin A. Citra visual Koridor Jalan M.H. Thamrin Citra visual koridor Jalan M.H. Thamrin berdasarkan analisis elemen pembentuk citra kota Lynch (960), didominasi oleh gambaran/kesan/citra Bundaran Hotel Indonesia sebagai node yang kuat. Landmark dengan radius jangkauan yang luas menambah kesan citra yang kuat dengan didukung oleh batasan kawasan yang jelas. Jalur jalan yang luas dan jumlah landmark yang cukup banyak didominasi oleh gedung di sepanjang jalan menandakan koridor ini 85

2 memiliki kesan keterbukaan dengan jajaran gedung yang menjadi simbol modernitas, pusat ibukota DKI Jakarta. Koridor Jalan M.H. Thamrin memiliki citra yang kuat yang mengidentifikasian tingkat orientasi masyarakat di dalam koridor sangat tinggi sehingga kemungkinan seseorang akan tersesat didalamnya sangat kecil. Penggambaran peta mental mengalami empat fase yaitu fase mengidentifikasi elemen fisik, fase mengidentifikasi rute perjalanan, fase menggabungkan rute dan tugu/penanda dalam satu jaringan jalan, dan yang terakhir fase representasonal dimana masyarakat dapat menangkap keseluruhan gambaran mental Jalan M.H. Thamrin yang membentuk suatu pola tertentu dalam struktur ruang wilayah yang lebih luas. B. Citra kegiatan Koridor Jalan M.H. Thamrin Citra kegiatan Koridor Jalan M.H. Thamrin berdasarkan persepsi masyarakat sangat dipengaruhi oleh motivasi/kepentingan yang dilakukan oleh masyarakat dalam hal ini responden penelitian. Masyarakat yang bekerja dan melintas menilai koridor Jalan M.H. Thamrin merupakan pusat bisnis dengan kemudahan akses, sedangkan masyarakat yang berwisata menilai Koridor Jalan M.H. Thamrin yang mempunyai fungsi sebagai pusat bisnis menunjang kegiatan wisata dengan penyediaan akses (bus wisata), akomodasi (hotel), serta atraksi (event car free day, wisata belanja, dan wisata sight seeing). Maka berdasarkan dua citra yang ditangkap oleh masyarakat tersebut dirumuskan citra kegiatan Koridor Jalan M.H. Thamrin sebagai pusat bisnis yang menunjang wisata modern. Penelitian ini menemukan adanya elemen-elemen fisik di lapangan yang secara kuat mempengaruhi pembentukan citra koridor Jalan M.H. Thamrin menurut persepsi masyarakat. Elemen-elemen tersebut adalah kompleksitas bangunan, guna lahan, penanda, dan preservasi. Selain itu, berdasarkan gambar denah Jalan M.H. Thamrin yang digambarkan oleh responden dapat diketahui adanya perbedaan deliniasi ruang koridor Jalan M.H. Thamrin menurut masyarakat dengan kondisi nyata di lapangan. Masyarakat mendeliniasi Jalan M.H. Thamrin tidak pada keseluruhan koridor tetapi hanya dari Bundaran Air Mancur Bank Indonesia hingga Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel 86

3 Indonesia. Oleh karena itu, citra Jalan M.H. Thamrin sebagai pusat bisnis yang menunjang wisata modern hanya berlaku untuk penggal Jalan M.H.Thamrin dari Air Mancur Bank Indonesia hingga Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia Citra Koridor Jalan M.H. Thamrin berdasarkan elemen visual pembentuk citra Koridor Jalan M.H. Thamrin mempunyai 8 elemen visual pembentuk citra diantaranya adalah guna lahan, kompleksitas bangunan, jalur pedestrian, penanda, ruang terbuka, sirkulasi dan parkir, aktivitas pendukung, dan preservasi. Berlandarkan pada teori Redstone (976), Koridor Jalan M.H. Thamrin dapat digolongkan sebagai koridor dengan citra pusat bisnis. Hal ini dikarenakan Koridor Jalan M.H. Thamrin memenuhi indikator pembentukan citra pusat bisnis. Namun demikian, apabila ditinjau secara mikro koridor atau dalam skala penggal jalan, maka masing-masing penggal jalan memiliki citra dan karakter masingmasing. Berikut ini adalah kesimpulan citra koridor Jalan M.H. Thamrin berdasarkan elemen visual pembentuk citra yang dirangkum dalam setiap penggal jalan : 87

4 CITRA TIAP PENGGAL JALAN ORIENTASI BANGUNAN GUNA LAHAN Jalan M.M Barat PENGGAL Jl. Medan Merdeka Selatan a Selatan Jl. Medan Merdek Jalan Budi Kamulyaan pemerintahan perkantoran perbankan 2 Jalan Ke Jalan Kebon Sirih bon Sirih PENGGAL 2 Jalan Kampung Lima pemerintahan perkantoran perbankan perhotelan perbelanjaan 3 Jalan K.H. Wahid Hasyim Jalan K.H. Wahid Hasyim 3 Jalan Sunda PENGGAL 3 8 pemerintahan perkantoran perbankan perhotelan perbelanjaan mix used 5 Jalan Ke bon Kaca Jalan Su ng Raya ltan Syah rir Jalan Prof. Moh. Yamin lan Ja Im am Bo l an njo l Ja Ja ep er m Su Betung n Teluk la Jalan l Ja Ja la n Pu or w jo la n Bl or a rw Ja n la Ja Jalan rumah tinggal perkantoran perhotelan mix used Pa Jalan Blora g n tu Be Baturaja KORIDOR JALAN M.H. THAMRIN uk l Te PENGGAL 4 an as ek m an Kend udirma Jalan S 5 n al Pusat Orientasi Arah Orientasi B

5

6 JALUR PEDESTRIAN PRESERVASI BANK INDONESIA JALUR PEDESTRIAN PRESERVASI DJAKARTA THEATRE 2 JALUR PEDESTRIAN 2 PRESERVASI SARINAH PRESERVASI PATUNG SELAMAT DATANG PRESERVASI HOTEL INDONESIA JALUR PEDESTRIAN

7 Arah Sirkulasi Pohon Besar Pohon Kelapa Pohon Besar Pohon Kecil Arah Sirkulasi Pohon Besar Pohon Kecil Pohon Hias Pohon Dalam Pot Pohon Besar Pohon Kecil Pohon Hias Pohon Dalam Pot

8 Penggal Koridor Jalan M.H. Thamrin mempunyai citra sebagai jalan yang mengalami transformasi spasial guna lahan dari Kawasan Pemerintahan di Medan Merdeka menuju ke kawasan pusat bisnis dengan ditandai adanya guna lahan perkantoran. Adanya vegetasi berupa pohon kelapa mengarahkan orang yang melintas ke arah Air Mancur BI, Bunderan HI, maupun Bank Indonesia sebagai landmark penggal jalan ini Penggal 2 Koridor Jalan M.H. Thamrin mempunyai mempunyai karakter pedestrian jalan yang lebar dan vegetasi dengan tajuk yang tidak transparan. Guna lahan dipenggal jalan ini sangat mix used, dapat ditemukan bangunan perkantoran, pemerintahan, perhotelan, dan komersial dengan ketinggian lebih dari 5 lantai. Oleh karena itu, penggal jalan ini memiliki derajat keterlingkupan bangunan yang tinggi, dan menggambarkan modernitas DKI Jakarta Penggal 3 Koridor Jalan M.H. Thamrin adalah penggal jalan yang mempunyai citra paling kuat sebagai penggal pusat bisnis Thamrin. Hal ini ditandai dengan adanya Bundaran Hotel Indonesia sebagai node yang sangat kuat. Bangunan-bangunan mempunyai orientasi terarahmenghadap ke Bundaran HI yang ditengahnya terdapat Tugu selamat datang yang menjadi landmark sekaligus bangunan preservasi berdasarkan sejarahnya. Selain itu, penggal jalan ini juga mempunyai landmark lain yang sangan iconik, diantaranya adalah Sarinah, HI, GI, dan PI. Pedestrian jalan yang lebar serta vegetasi yang mempunyai karakter sebagai penghias semakin menambah karakter visual penggal jalan ini menarik. Berdasarkan teori Redstone (976), dapat disimpulkan : Koridor Jalan M.H. Thamrin Mempunyai Citra Sebagai Kawasan Pusat Bisnis. Karena : Mempunyai jalur pedestrian malls, bangunan mega struktur, jalur-jalur pedestran sebagai penghubung antar massa atau kegiatan, sedang dalam tahap pembangunan MRT, terdapat GI, PI, dan Sarinah sebagai plasa aktif dengan berbagai kegiatan (istirahat, festival, dan pakeran) bersifat mengundang sebagai magnet kawasan pusat bisnis, mempunyai Patung Jam dan Patung Selamat Datang sebagai furniture yang khas, terhubung dengan kawasankawasan penting di Jakarta karena merupakan Jalan protokol, serta mempunyai sistem pergerakan manusia dan Kendaraan yang nyaman Penggal 4 Koridor Jalan M.H. Thamrin kurang mempunyai keutuhan apabila disejajarkan dengan penggal jalan yang lain. Pada bagian utara penggal jalan ini, kesan keterbukaan ruang sangat tinggi, akibatnya citra yang mendominasi adalah jalan protokol yang menghubungkan antara Tahamrin dengan Sudirman. Karakter fisik pembentuk citra yang sangatmendominasi penggal jalan ini adalah karater sirkulasi. Hal tersebut juga menjadi alasan pemilihan vegetasi di dalam pot yang cenderung memberikan keamanan pejalan kaki dari bahaya lalu lintas kendaraan. Pedestrian di penggal jalan ini juga lebih sempit dibandingkan penggal jalan yang lain karena disepanjang jalan tidak terdapat jajaran gedung. Keberadaan rumah tinggal di penggal jalan ini juga semakin mengaburkan citra bisnis di penggal jalan ini Gambar 48 Citra Tiap Penggal Jalan M.H. Thamrin Sumber: Analisis Penulis, 205

9 6..3 Kesesuaian citra yang terbentuk dengan kebijakan tata ruang DKI Jakarta Elemen fisik pembentuk citra Koridor Jalan M.H. Thamrin terdiri dari delapan elemen diantaranya adalah guna lahan, kompleksitas bangunan, jalur pedestrian, penanda, ruang terbuka, sirkulasi dan parkir, aktivitas pendukung, dan preservasi. Jalan M.H. Thamrin tidak memenuhi kriteria pembentukan citra wisata yang direncanakan oleh pemerintah dimana mayoritas elemen masih memiliki kategori kurang sesuai dan tidak sesuai. Elemen-elemen yang membutuhkan penanganan tersebut diantaranya adalah penanda, vegetasi, preservasi, aktivitas pendukung, dan guna lahan. Ketiadaan penanda wisata di jalan ini serta tata guna lahan perkantoran yang lebih dominan menjadikan image Koridor Jalan M.H. Thamrin masih kental dengan citra sebagai pusat bisnis Keberhasilan Pembentukan Citra Keberhasilan pembentukan citra di Koridor Jalan M.H. Thamrin ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu kebijakan yang ditetapkan pemerintah, implementasi kebijakan di lapangan, dan persepsi masyarakat terhadap elemenelemen fisik di lapangan yang merupakan implementasi kebijakan. Pembentukan citra Koridor Jalan M.H. Thamrin sebagai koridor wisata dinilai masih belum berhasil. Hal ini dikarenakan, pemerintah merencanakan citra wisata yang memasukkan fungsi pusat bisnis sebagai salah satu objek wisata sight seeing, elemen fisik pembentuk citra di lapangan menunjukkan terbentuknya citra pusat bisnis dan baru dalam tahapan awal pengimplementasian elemen fisik penunjang wisata, sementara masyarakat menangkap citra pusat bisnis yang menunjang wisata modern. Selain itu, citra Jalan M.H. Thamrin sebagai pusat bisnis hanya berhasil dibentuk pada penggal jalan -3 yaitu ruas jalan dari Bundaran Air Mancur Bank Indonesia sampai Bundaran Hotel Indonesia. Maka, berdasarkan hasil penelitian Citra Koridor Jalan M.H. Thamrin didapatkan beberapa temuan penting yang dapat membantu perencana dalam merencanakan citra suatu tempat. Temuan temuan tersebut diantaranya adalah fase pembentukan peta mental dan prioritas elemen-elemen pembentuk citra dalam upaya perencanaan citra sebagai berikut : 89

10 6..5 Fase penggambaran peta mental Fase pertama dalam pembentukan peta mental adalah fase identifikasi, dimana masyarakat mengidentifikasi batasan ruang jalan koridor dengan menandai node yang terletak wilayah terluar koridor untuk. Fase kedua adalah mengidentifikasi rute atau arah perjalanan yang sering di pakai/dilewati. Fase yang ketiga adalah menggabungkan node dan rute jalan yang sering dipakai kedalam satu jaringan jalan. Kemudian, fase yang terakhir adalah fase representasional, dimana masyarakat dapat menangkap keseluruhan gambaran mental koridor yang membentuk pola dalam struktur ruang wilayah Prioritas perencanaan elemen pembentuk citra Prioritas elemen-elemen pembentuk citra yang harus direncanakan oleh perencana kota dalam merencanakan citra koridor didapatkan berdasarkan analisis dan dialog data peta mental, persepsi masyarakat, dan kondisi di lapangan elemen-elemen pembentuk citra Jalan M.H. Thamrin, nomor yang paling kecil mencerminkan prioritas yang paling tinggi (elemen yang harus direncanakan pada tahap awal pembentukan citra koridor). TEORI Elemen Pembentuk Citra Tabel 28 Prioritas Elemen Pembentuk Citra dalam Proses Perencanaan Shirvani (985) Guna Lahan Bentuk dan Masa Bangunan Jalur Pedestrian Sirkulasi dan Parkir Penanda Lynch (960) Kawasan (District) Jalur Tetenger (Landmark) Alexander (977) Pola Arsitektural (Number of Stories) Kompleksitas Bangunan Jalan Pedestrian Sirkulasi dan Parkir Bangunan Utama Smardon (986) Temuan Prioritas Elemen Pembentuk Citra - (5)Guna Lahan Pola Arsitektur Derajat Keterlingkupan Jalan Simpul Family of Ruang Terbuka (Node) Vegetasi jalan Entrance - Batas (Edge) - (6)Kompleksitas Bangunan (3)Jalur Pedestrian (2)Sirkulasi dan Parkir - (4)Penanda ()Ruang Terbuka Preservasi (8)Preservasi Aktivitas Pendukung - - Pola Aktivitas Sumber : Analisis Penulis, 205 (7)Aktivitas Pendukung 90

11 6.2 Saran 6.2. Saran untuk pemerintah Pemerintah merupakan sektor publik yang mempunyai peran utama dalam poliltik perancangan kota. Hal ini dikarenakan pemerintah merupakan wakil dari masyarakat yang memiliki pandangan terhadap kota secara luas dan umum. Dalam membangun citra Koridor Jalan M.H. Thamrin sebagai koridor wisata bertaraf internasional, pemerintah harus memperhitungkan potensi pihak swasta untuk membentuk lingkungan wisata yang kondusif, menarik (menguntungkan dan bernilai ekonomi) bagi pihak swasta tetapi sesuai dengan rencana pemerintah (RDTR DKI Jakarta). Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya beberapa elemen yang tidak mendukung pembentukan citra koridor wisata. Elemen-elemen tersebut harus mendapat penanganan yang lebih agar citra yang direncanakan dapat terbentuk. Berikut adalah beberapa elemen pembentuk citra yang perlu mendapat penanganan lebih oleh pemerintah: Tabel 29 Prioritas Penanganan Elemen Pembentuk Citra Jalan M.H. Thamin Elemen Pembentuk Citra Prioritas Penanganan Penanda (perlu penanganan karena tidak sesuai) Vegetasi (Ruang Terbuka) (perlu penanganan karena tidak sesuai) Preservasi 2 (perlu penanganan karena kurang sesuai) Aktivitas Pendukung 2 (perlu penanganan karena kurang sesuai) Guna Lahan 2 (perlu penanganan karena kurang sesuai) Sirkulasi dan Parkir 3 (sudah sesuai perlu ditingkatkan kualitasnya) Jalur Pedestrian 3 (sudah sesuai perlu ditingkatkan kualitasnya) Kompleksitas Bangunan 3 (sudah sesuai perlu ditingkatkan kualitasnya) Sumber : Analisis Penulis, 205 Salah satu elemen yang keberadaannya sangat mempengaruhi keberhasilan pembentukan citra Koridor Jalan M.H. Thamrin sebagai koridor wisata adalah penanda. Ketiadaan penanda wisata di Jalan M.H. Thamrin sangat mempengaruhi persepsi masyarakat baik yang sedang bekerja, melintas, maupun berwisata. Masyarakat telah menangkap fungsi wisatadi koridor jalan ini tetapi tidak 9

12 mengidentifikasikan Koridor Jalan M.H.Thamrin sebagai koridor wisata karena tidak ada penanda yang menunjukkan koridor jalan ini sebagai koridor wisata. Selain itu, ketiadaan penanda wisata juga mengakibatkan keberadaan bangunan preservasi menjadi tersamarkan. Oleh karena itu, pemerintah harus menyadiakan penanda wisata di koridor jalan ini. Peneliti mengusulkan adanya penanda wisata pada papan reklame elektronik yang terdapat di dinding-dinding pusat perbelanjaan, papan penanda bangunan bersejarah/bangunan cagar budaya pada gedung Hotel Indonesia, Sarinah, Djakarta Theatre, dan Gedung Bank Indonesia, serta peta wisata Koridor Jalan M.H. Thamrin yang terdiri dari wisata sight seeing (koridor pusat bisnis Indonesia), wisata event, wisata belanja, dan wisata bangunan bersejarah yang dapat diletakkan di halte pemberhentian bus Jakarta City Tour. Penanda-penanda bangunan cagar budaya tersebut dibentuk secara menarik dan disertai dengan sejarah bangunan. Perletakan patung Muhammad Husni Thamrin yang justru terletak di Jalan Medan Merdeka Selatan juga dirasa tidak tepat. Adanya patung tersebut bisa memperkuat image wisata di Koridor Jalan M.H. Thamrin apabila perletakannya tepat di salah satu penggal Jalan M.H. Thamrin karena merupakan salah satu bentuk penciptaan atraksi wisata melalui penambahan landmark. Oleh karena itu, peneliti mengusulkan pemindahan patung Muhammad Husni Thamrin. Penambahan tempat-tempat wisata juga dapat diwujudkan melalui penciptaan pocket park atau taman pada kapling bangunan yang berdekatan dengan jalur pedestrian. Namun demikian penciptaan taman ini harus melalui intervensi pemerintah melalui peraturan yang tegas mengingat harga lahan tinggi dan kepemilikannya ada di pihak swasta. Saran yang keempat bagi pemerintah adalah peninjauan kebijakan pengoperasian bus wisata. Pengoperasian bus wisata pada hari libur hanya dapat menaik turunkan penumpang di satu halte yang sama. Kebijakan ini kurang mendukung minat wisatawan yang ingin berhenti di suatu tempat untuk melihat sekelilingmya lebih detail sebelum melanjutkan perjalanan wisatanya. Jumlah armada bus wisata keliling juga dirasa masih kurang. Saat ini bus wisata keliling yang beroperasi berjumlah 5 armada, dengan jumlah tersebut waktu tunggu 92

13 wisatawan untuk menaiki bus ini sekitar 5-30 menit. Seharusnya dengan penambahan armada waktu tunggu wisatawan dapat diminimalisir sehingga kepuasan wisatawan dalam mengakses fasilitas wisata semakin tinggi. Penciptaan event-event penunjang wisata juga dapat menjadi salah satu strategi pemerintah dalam mendukung peningkatan atraksi wisata di sepanjang Koridor Jalan M.H. Thamrin. Salah satu event yang telah suskes mendukung aktivitas wisata adalah car free day. Pemerintah disarankan lebih membuka akses masyarakat menuju car free day di Jalan Thamrin dengan mengoperasikan busway Koridor Ragunan-Monas dan Koridor Pulo Gadung-Blok M, mengingat saat ini hanya busway Koridor I (Blok M-Kota) yang beroperasi pada saat car free day berlangsung. Selain itu juga terdapat konsep penciptaan atraksi wisata yang dapat diterapkan di Air Mancur Bundaran Hotel Indonesia mengingat air mancur ini merupakan pusat orientasi seluruh bangunan. Konsepnya adalah dengan membuat air mancur Bundaran Hotel Indonesia mengeluarkan nada sesuai pancuran airnya Saran untuk arsitek dan perencana kota sebagai akademisi Pada sepanjang sisi jalan Koridor Jalan M.H. Thamrin masih dapat ditemui lahan-lahan kosong yang suatu saat nanti akan dibangun. Bangunanbangunan yang akan dibangun tersebut diharapkan dapat mendukung citra Koridor Jalan M.H. Thamrin melalui kesesuaian guna lahan, dan kompleksitas bangunan (sesuai arahan RDTR DKI Jakarta). Sebagai upaya untuk menonjolkan citra wisata Jalan M.H. Thamrin, bangunan yang akan dibangun dapat didesain dengan bentuk karakter atap bangunan yang unik sehingga dapat menjadi landmark baru di Jalan M.H. Thamrin yang sekaligus menambeh keragaman wisata sight seeing berupa keragaman arsitektur bangunan di Jalan M.H. Thamrin. Penerapan kebijakan pembangunan MRT yang melewati Jalan M.H. Thamrin tentunya juga berpengaruh terhadap setting ruang dan aktivitas di sepanjang jalan. Selain itu, kebijakan larangan melintas bagi kendaraan roda dua juga menimbulkan dampak lain seperti ketidaksesuaian penggunaan pedestrian jalan serta memicu munculnya tempat park and ride. Perencana kota sebaiknya mulai memperkirakan kondisi-kondisi sejenis ini sebagai faktor x yang sangat 93

14 mempengaruhi pembentukan citra, pemanfaatan ruang, serta aktivitas yang terbentuk. Selain itu, evaluasi terhadap pelaksanaan suatu kegiatan diharapkan berlangsung secara berkala agar efektivitas kebijakan dapat dirasakan secara menerus dalam konteks positif mendukung kesejahteraan masyarakat Saran untuk penelitian selanjutnya Keberhasilan pembentukan citra koridor Jalan M.H. Thamrin sangat dipengaruhi oleh peran pemerintah dalam membuat arahan kebijakan, implementasi kebijakan di lapangan, serta persepsi masyarakat terhadap elemen fisik di Jalan M.H. Thamrin. Dalam penelitian ini tidak diketahui seberapa besar pengaruh ketiga faktor tersebut. Oleh karena itu, peneliti menganjurkan penelitian selanjutnya untuk dapat merumuskan seberapa besar pengaruh masing-masing faktor terhadap keberhasilan pembentukan citra suatu tempat. Selain itu, peneliti juga mengindikasikan adanya potensi integrasi yang saling melengkapi antara Koridor Jalan Medan Merdeka Barat, Koridor Jalan M.H. Thamrin, dan Koridor Jalan Jendral Sudirman. Namun demikian, masih perlu diadakan kajian lanjutan untuk membuktikan hipotesis diatas. 94

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencana kota harus memperhatikan upaya-upaya untuk membentuk citra kota dalam melakukan perencanaan dan penataan kota. Dalam hal ini, Shirvani (1985) mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari proses yang dilakukan mulai pengumpulan data, analisa, sintesa, appraisal yang dibantu dengan penyusunan kriteria dan dilanjutkan dengan penyusunan konsep dan arahan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) yang memiliki banyak obyek wisata. Kota Yogyakarta terkenal dengan kebudayaan yang sangat khas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SKRIPSI. Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta

TUGAS AKHIR SKRIPSI. Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta TUGAS AKHIR SKRIPSI IDENTIFIKASI FASAD ARSITEKTUR TROPIS PADA GEDUNG-GEDUNG MINIMALIS PERKANTORAN SEPANJANG JALAN JENDERAL SUDIRMAN, JAKARTA Studi kasus pada Koridor Dukuh Atas-Semanggi Diajukan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan

Lebih terperinci

Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN

Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN TEKNIK: METODE EVALUASI- KRITERIA SELEKSI TAHAP 1 Menggali atau menemukan identitas kawasan di sepanjang koridor Jalan Mastrip berdasarkan aspek kajian identitas kawasan TAHAP

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Unsur-unsur arsitektur kota berpengaruh terhadap (proses) pembentukan ruang sehingga harus dikendalikan perancangannya sesuai dengan skenario pembangunan yang telah digariskan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ruang bersama/ ruang komunal/ ruang publik menyediakan fasilitas bagi masyarakat untuk beraktivitas secara personal maupun berkelompok. Ruang publik dapat berupa ruang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan dan Sasaran... 2 1.3. Manfaat...

Lebih terperinci

PENATAAN BUNDARAN KALIBANTENG SEBAGAI SIMPUL KOTA DENGAN KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN SEMARANG

PENATAAN BUNDARAN KALIBANTENG SEBAGAI SIMPUL KOTA DENGAN KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN SEMARANG P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN BUNDARAN KALIBANTENG SEBAGAI SIMPUL KOTA DENGAN KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat kota sebagai kawasan yang akrab dengan pejalan kaki, secara cepat telah menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah menjadi lingkungan

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini BAB VI KESIMPULAN Setelah dilakukannya analisa data statistik dan juga pemaknaan, kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini didapat dari hasil pemaknaan dan diharapkan pemaknaan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu

Lebih terperinci

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota (Studi Kasus : Kawasan Pasar Buah Kota Kendari) Weko Indira Romanti Aulia weko.indira@gmail.com Perencanaan dan Perancangan

Lebih terperinci

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan 6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan Hasil dalam perubahan kawasan dapat dilihat berdasarkan teori-teori yang digunakan pada perencanaan ini. Dalam hal perancangan kawasan ini menggunakan teori yang sangat

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

Implementasi Rute Percontohan Sutan JuHI

Implementasi Rute Percontohan Sutan JuHI Implementasi Rute Percontohan Sutan JuHI Taman SUropati Tugu TANi Stasiun JUanda Bundaran HI Mendukung Program Revitalisasi Angkutan Umum Bus Perkotaan DKI Jakarta Jakarta, 24 Agustus 2016 SMART Mobility

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam beraktivitas di ruang kota pasti akan disajikan pemandangan yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karateristik Visual Kondisi visual suatu kota sangat erat berkaitan dengan fenomena psikologinya yang berkaitan dengan tampilan fisik yang dapat menimbulkan suatu rasa tertentu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Proses Perancangan 3.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten Malang ini mempunyai ruang lingkup

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG DOKUMEN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KAWASAN STRATEGIS LOMANIS KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman Jalan merupakan salah satu ruang publik dalam suatu kawasan yang memiliki peran penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Bandung memiliki daya tarik yang luar biasa dalam bidang pariwisata. Sejak jaman penjajahan Belanda, Bandung menjadi daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. menjadikan Kota Semarang sebagai pusat segala aktifitas dan interaksi

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. menjadikan Kota Semarang sebagai pusat segala aktifitas dan interaksi BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Tinjauan Umum Kota Semarang Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, sehingga menjadikan Kota Semarang sebagai pusat segala aktifitas dan interaksi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Fenomena Elemen Elemen Kawasan terhadap kawasan Tugu Pal Putih

BAB I PENDAHULUAN Fenomena Elemen Elemen Kawasan terhadap kawasan Tugu Pal Putih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seolah mengaburkan kota Jogja sebagai kota budaya, keberadan elemen - elemen kawasan secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas visual kota Yogyakarta sebagai

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN)

KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN) KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN) Pembahasan Poin-poin yang akan dibahas pada kuliah ini: 1 KONSEP 2 PRESENTASI GAMBAR 3 CONTOH PROYEK 1. Berisi KONSEP pengertian,

Lebih terperinci

5 elements IMAGES OF THE CITY ( KEVIN A. LYNCH )

5 elements IMAGES OF THE CITY ( KEVIN A. LYNCH ) IMAGES OF THE CITY ( KEVIN A. LYNCH ) Jalur (paths) Tepian (edges) Kawasan (district) Simpul (nodes) Tengaran (landmark) 5 elements paths, the streets, sidewalks, trails, and other channels in which people

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kondisi perekonomian nasional mendorong orientasi pembangunan Kota DKI Jakarta kearah barang dan jasa. Reorientasi mendorong dikembangkannya paradigma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan Orisinalitas... ii Halaman Pengesahan... iii Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi... iv Abstrak... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAKSI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAKSI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAKSI i ii iii iv v ix xiv xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.1.1 Pentingnya

Lebih terperinci

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan

Lebih terperinci

Following are the transfer of the traffic flow, as announced by the Traffic Management Center City Police on Sunday night, 30 Desember 2012:

Following are the transfer of the traffic flow, as announced by the Traffic Management Center City Police on Sunday night, 30 Desember 2012: Security Report Jakarta Traffic Flow direction on New Year s Eve 2013 Click here for Bahasa In relation to the event of Jakarta Night Festival which will be hold by DKI Jakarta Government, Jakarta Metropolitan

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada dasarnya sebuah kota terbentuk dan berkembang secara bertahap dan tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di dalamnya, di mana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar mengacu kepada tema yang telah diusung yaitu Ekspos Arsitektur untuk Rakyat, dalam tema ini arsitektur haruslah beradaptasi dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ARSITEKTUR dan PERANCANGAN KOTA

PERANCANGAN ARSITEKTUR dan PERANCANGAN KOTA PERANCANGAN ARSITEKTUR dan PERANCANGAN KOTA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa Magister Manajemen Pembangunan Kota Semester 2 akan dapat menjelaskan hubungan perancangan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1.1.1. Jalan sebagai Ruang Terbuka Publik yang Berfungsi sebagai Media Reklame Luar Ruangan Ruang terbuka merupakan elemen solid dan void yang membentuk struktur visual

Lebih terperinci

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi. Pelaksanaan PA6

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1. Konsep Dasar Konsep dasar yang melatarbelakangi perancangan stasiun tv TPI didasarkan pada empat isu utama, yaitu : Pembagian sirkulasi yang sederhana, jelas, dan efisien

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,

Lebih terperinci

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA KEDUDUKAN PERENCANAAN TATA RUANG DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG RENCANA RINCI

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data di lapangan dan kuesioner masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Elemen yang menjadi identitas

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arsitektur signage dikenal sebagai alat komunikasi dan telah digunakan sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage digunakan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Sri Aliah Ekawati Prodi Pembangunan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dilihat dari korelasi kegiatannya, terutama kegiatan transportasi, komunikasi dan perdagangan, kota Purwokerto merupakan kota transit menuju daerah Jawa Barat yang

Lebih terperinci

Matrix SWOT pada Kawasan Kemunduran Rendah

Matrix SWOT pada Kawasan Kemunduran Rendah Matrix SWOT pada Kawasan Kemunduran Rendah Faktor Internal Faktor Eksternal Opportunnity (O) 1. Adanya rencana Bappeko dalam pengembangan Kalimas sebagai kawasan berbasis waterfront city. (O1) 2. Kebijakan

Lebih terperinci

Urban Space, Mall, dan City Walk Ruang Hijau Kota (Ruhiko) atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space)

Urban Space, Mall, dan City Walk Ruang Hijau Kota (Ruhiko) atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) Urban Space, Mall, dan City Walk Ruang Hijau Kota (Ruhiko) atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang direncanakan pada proses perancangan. Hubungan yang. menjaga terlaksananya aspek fungsional (mengakomodasi kegiaan).

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang direncanakan pada proses perancangan. Hubungan yang. menjaga terlaksananya aspek fungsional (mengakomodasi kegiaan). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangunan merupakan bentuk karya dalam bidang arsitektur memiliki beberapa fungsi. Salah satu fungsi dari bangunan adalah sebagai wadah aktivitas atau kegiatan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB III DESKRIPSI PROYEK 38 3.1 Gambaran Umum BAB III DESKRIPSI PROYEK Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel (Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014) Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA DAN STUDI BANDING. Dalam desain Gedung Kantor LKPP terdapat 13 point target

BAB II STUDI PUSTAKA DAN STUDI BANDING. Dalam desain Gedung Kantor LKPP terdapat 13 point target 10 BAB II STUDI PUSTAKA DAN STUDI BANDING 2.1 Tanggapan Terhadap Kerangka Acuhan Kerja Dalam desain Gedung Kantor LKPP terdapat 13 point target perancangan yang bisa diterapkan dalam mendesain, diantaranya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN 6.1. Kesimpulan Dalam tahap kesimpulan ini, dijabarkan jawaban dari tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Jawaban ini merupakan hasil temuan dan analisis penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah

Lebih terperinci

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur BAB II TRUTHS Setelah menemukan adanya potensi pada kawasan perancangan, proses menemukan fakta tentang kawasan pun dilakukan. Ramussen (1964) dalam bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN V.1 Strategi Karena batasan luas yang besar maka pengembangan kawasan kerajinan gerabah membutuhkan pembagian pengembangan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk bermasyarakat. Jadi suatu kota bukanlah hanya

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk bermasyarakat. Jadi suatu kota bukanlah hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan produk dari peradaban manusia, yang merupakan hasil ciptaan manusia yang mendemonstrasikan satu taraf perkembangan yang khas di dalam evolusi kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shopping mall atau biasa disebut juga dengan mal adalah salah satu pusat perbelanjaan yang cepat berkembang di kota-kota besar di Indonesia. Mal merupakan bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi di Indonesia dengan ibukota propinsinya adalah Yogyakarta, sebuah kota dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penelitian disini ingin mencari suatu masukan bagi perancangan suatu wilayah yang berorientasikan pada pejalan kaki khususnya di daerah sekitar kawasan Prof. Soedharto,

Lebih terperinci

Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual

Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual 2. Geometri jalan lebar, terdapat trotoar yang lebar dan jalur sepeda. Kualitas penghubung akan kuat ketika jalurnya linear dan didukung enclosure serta merupakan konektor dari dua tujuan (Caliandro, 1978)

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA LKM PRIMA KEADILAN KELURAHAN BANTAN KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR

LEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA LKM PRIMA KEADILAN KELURAHAN BANTAN KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR LEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR Aturan Bersama Kelurahan Bantan telah disusun secara partisipatif oleh masyarakat Kelurahan Bantan melalui rangkaian

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada abad ke 14, bangsa Tionghoa mulai bermigrasi ke Pulau Jawa, terutama di sepanjang pantai utara Jawa. Perpindahan ini merupakan akibat dari aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

Dukuh Atas Interchange Station BAB III DATA 3.1 TINJAUAN UMUM DUKUH ATAS

Dukuh Atas Interchange Station BAB III DATA 3.1 TINJAUAN UMUM DUKUH ATAS BAB III DATA 3.1 TINJAUAN UMUM DUKUH ATAS Dukuh Atas adalah nama perkampungan yang terletak di sudut barat daya Kecamatan Menteng. Lokasinya sangat strategis, berada di dekat pusat bisnis Jakarta, di selatan

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN TUGU POCI SLAWI SEBAGAI LANDMARK KABUPATEN TEGAL

PENATAAN KAWASAN TUGU POCI SLAWI SEBAGAI LANDMARK KABUPATEN TEGAL LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KAWASAN TUGU POCI SLAWI SEBAGAI LANDMARK KABUPATEN TEGAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua orang di dunia bergantung pada transportasi untuk melangsungkan hidupnya, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elemen fisik yang menunjukan rupa kota itu sendiri. Aspek fisik dan sosial ini

BAB I PENDAHULUAN. elemen fisik yang menunjukan rupa kota itu sendiri. Aspek fisik dan sosial ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Karakter Kawasan Perkotaan Kota merupakan ruang bagi berlangsungnya segala bentuk interaksi sosial yang dinamis dan variatif. Sebagai sebuah ruang, kota terbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN Kota akan selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan politik yang melatar belakanginya. Perencanaan dan perancangan kota sebagai pengendali

Lebih terperinci

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA Tataguna Lahan Aktivitas Pendukung Bentuk & Massa Bangunan Linkage System Ruang Terbuka Kota Tata Informasi Preservasi & Konservasi Bentuk dan tatanan massa bangunan

Lebih terperinci