BAB I PENDAHULUAN. bahwa batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil diperpanjang menjadi 58 tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. bahwa batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil diperpanjang menjadi 58 tahun"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah surat kabar Harian Jogja Express tertanggal 13 September 2012 menulis sebuah artikel yang sangat menarik. Dalam tulisannya, diinformasikan bahwa batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil diperpanjang menjadi 58 tahun atau bertambah 2 tahun lebih lama dari sebelumnya yakni 56 tahun. Penambahan batas usia abdi negara ini tentu saja memberikan banyak dampak baik itu berdampak positif maupun dampak negatif yang akan dirasakan oleh masingmasing pihak baik pegawai bersangkutan, pegawai lain yang tidak mendapat imbas langsung, maupun dampak bagi instansi tempat Pegawai Negeri Sipil tersebut berdinas. Keputusan mengenai penambahan masa tugas Pegawai Negeri Sipil ini tertuang dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara yang disahkan DPR RI pada tanggal 10 September lalu. Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwasanya ketentuan ini hanya berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil yang masuk usia pensiun per januari 2013 dan seterusnya. Artinya, bagi pegawai yang pensiun tahun ini tetap hanya sampai batas usia 56 tahun. Hingga saat ini, dari data yang diperoleh dari BKD Kabupaten Sleman total Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Sleman mencapai orang. Pegawai yang pensiun di tahun ini sebanyak 526 orang tersebar di segala bidang mulai dari kesehatan, pendidikan sampai tenaga teknis. Rata-rata perbulan antara orang yang pensiun. 1

2 Dalam konteks kebijakan penambahan masa tugas bagi Pegawai Negeri Sipil yang masuk usia pensiun ini, ada sejumlah alasan yang menjadi latar belakang pemerintah seperti yang secara eksplisit tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 65 tahun 2008 yang merupakan perubahan dari Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 1994 dan Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun Alasan-alasan tersebut antara lain adalah untuk menjamin keberlangsungan tugastugas tertentu. Dengan memperpanjang masa tugas Pegawai Negeri Sipil yang memiliki keahlian tertentu, maka diharapkan tugas-tugas tertentu yang strategis dan fital dapat terus diisi oleh orang orang yang kompeten di bidangnya, misalnya peneliti, dokter, hakim dan lain sebagainya. Alasan kedua yang melatar belakangi keputusan ini adalah meningkatnya tingkat harapan hidup penduduk Indonesia. Dengan semakin bertambah usia harapan hidup, maka ini berarti Pegawai Negeri Sipil masih memiliki kinerja yang positif di usia yang memasuki masa senja. Dengan kenyataan ini, maka diharapkan kinerja yang masih positif ini bisa terus dimanfaatkan dengan menambah masa kerja pegawai bersangkutan. Alasan ketiga, penambahan usia pensiun ini merujuk pada rata-rata usia pensiun di negara lain yang saat ini mencapai kisaran usia tahun. Fenomena peraturan pemerintah mengenai penambahan batas usia kerja Pegawai Negeri Sipil di atas lantas melahirkan efek beragam baik positif maupun negatif. Isu efisiensi adalah efek positif yang mungkin muncul oleh kebijakan ini. Namun efek negatifnya, cukup banyak permasalahan serius yang bisa timbul oleh kebijakan ini yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. Baik dalam konteks manajemen sumber daya manusia maupun kinerja instansi secara 2

3 keseluruhan seperti gangguan atas kesehatan neraca keuangan instansi. Dalam konteks manajeman sumber daya manusia, permasalahan muncul dalam hal bagaimana timbulnya persepsi tertentu atas kebijakan ini, kebutuhan-kebutuhan pegawai, motivasi kerja, kepuasan kerja pegawai, bahkan dalam mana kebijakan ini mempengaruhi produktivitas kerja pegawai. Seperti diungkapkan sebelumnya, keputusan penambahan masa abdi Pegawai Negeri Sipil tentu akan berdampak beragam. Di satu sisi, kebijakan ini dapat mengurangi proses rekrutmen pegawai baru yang umumnya memakan biaya yang cukup besar, perhatian yang intens pemerintah setempat, hingga proses rekrutmen yang memakan waktu yang relatif lama yang kemudian membuat konsentrasi instansi menjadi terganggu. Dengan memperpanjang masa tugas, maka pegawai senior ini diharapkan mampu mengemban tugas yang telah diamanatkan sebelumnya dengan bekerja lebih baik mengingat faktor pengalaman yang dimiliki serta menyelesaikan tugas-tugas yang belum terselesaikan tanpa harus merekrut lagi pegawai baru. Tujuan ini sejalan dengan semangat efisiensi yang beberapa tahun belakangan sudah didengungkan pemerintah. Namun di sisi lain, kebijakan memperpanjang masa tugas pegawai ini dapat mendatangkan masalah baru yang kompleks, misalnya seperti masalah anggaran, terutama untuk penggajian. Selama ini, gaji Pegawai Negeri Sipil diambil dari belanja tidak langsung dana alokasi umum (DAU) yang penganggarannya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Selain mengganggu kestabilan keuangan, kebijakan ini dikhawatirkan mengganggu proses kaderisasi birokrasi di seluruh sektor instansi pemerintahan. 3

4 Gangguan kaderisasi ini berdampak buruk karena hambatan ini secara langsung akan menghambat pegawai-pegawai yang seharusnya mendapat promosi jabatan. Selain itu, kecemburuan hampir dipastikan muncul diantara sesama pegawai terutama apabila perpanjangan pegawai tersebut bersifat subjektif dalam arti tidak ada aturan atau mekanisme yang pasti seperti apa pegawai yang layak diperpanjang masa pensiunnya dan apa kriterianya. Seperti yang dikatakan oleh Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Sleman, Rendradi Suprihandoko yang dikutip dari Koran Kedaulatan Rakyat tertanggal 25 September 2012, bahwa: kami sarankan bupati membuat kriteria pejabat eselon II yang bisa diperpanjang. Jangan sampai nanti muncul tuduhan pilih kasih terhadap pejabat yang diperpanjang atau tidak diperpanjang. Tapi kalau sudah ada kriterianya, tidak akan menimbulkan kecemburuan. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa penambahan batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil ini dapat mengganggu kestabilan kinerja pemerintah. Dalam konteks manajerial secara spesifik, kebijakan ini akan berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja pegawai bersangkutan melalui proses pemenuhan atas kebutuhan-kebutuhannya. Dan dalam hal bagaimana efek yang ditimbulkan akibat kebijakan ini, permasalahan kepuasan kerja pegawai adalah masalah paling mendasar dan krusial. Motivasi secara umum didefinisikan sebagai dorongan untuk melakukan tindakan tertentu yang dianggap penting. Untuk memiliki tingkat motivasi kerja yang tinggi, maka langkah awalnya adalah pegawai harus merasa menjadi bagian penting dan tidak terpisahkan dari 4

5 organisasi atau instansi. Pegawai harus merasa masuk dalam organisasi tersebut atau paling tidak memiliki dorongan untuk terlibat dalam organisasi. Pendorong utama seseorang memasuki organisasi tertentu ialah adanya persepsi dan harapan bahwa dengan memasuki organisasi tertentu itu berbagai kepentingan pribadinya akan terlindungi dan berbagai kebutuhannya akan terpenuhi (Sutrisno. 2011). Dalam konteks ini, semakin tinggi motivasi kerja Pegawai Negeri Sipil yang memasuki usia pensiun, semakin baik kinerja yang dihasilkan secara individu dan kemudian memperbaiki kinerja instansi. Terkait dengan isu tentang pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pegawai, motivasi kerja, dan perbaikan kinerja individu, kebijakan memperpanjang masa pensiun ini tampaknya menimbulkan perdebatan. Hal ini dikarenakan bahwa terdapat banyak ahli manajemen yang berasumsi kuat bahwa terdapat korelasi antara usia pegawai dengan kinerja mereka pada instansi. Ada keyakinan yang meluas bahwa kinerja merosot dengan meningkatnya usia (Robbins. 2008). Dengan semakin tua usia pegawai, maka keluwesan dalam bekerja semakin berkurang dan rendahnya keinginan untuk belajar dan berubah. Apabila pemerintah menginginkan kinerja instansi yang lebih baik, maka kebijakan ini tentu bertolak belakang dengan asumsi di atas. Hal ini kemudian semakin menguatkan perlunya kajian atas kebijakan pemerintah tersebut. Selain itu, fakta empirik diperoleh melalui beberapa sumber informasi baik melalui media elektronik, surat kabar maupun wawancara langsung di mana cenderung terdapat kekhawatiran dari berbagai pihak mengenai kinerja pegawai yang berusia lanjut. 5

6 Menurut mereka, usia yang semakin tua akan membuat kinerja organisasi secara keseluruhan melambat yang disebabkan oleh beberapa hal. Manusia adalah makhluk yang berkebutuhan. Setiap manusia memiliki cara tersendiri dalam hal bagaimana mereka memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Begitu pula dalam pekerjaan, pegawai satu dan pegawai lain berbeda dalam hal apa yang menjadi kebutuhan mereka, dan bagaimana cara mereka agar kebutuhan tersebut terpenuhi. Ada pegawai yang membutuhkan kondisi kerja yang kompetitif dan persaingan sehat, ada pula yang membutuhkan suasana yang hangat dan bersahabat. Namun, ada juga pegawai yang justru lebih membutuhkan rasa hormat dan menjadi panutan bagi orang lain. Banyak pendekatan yang dapat dilakukan organisasi atau instansi agar mengetahui apa yang paling dibutuhkan karyawannya dan dampaknya bagi organisasi. Diantara pendekatan yang terkenal seperti teori hirarki Abraham Maslow, teori dua faktor Herzberg, teori X dan Y Douglas McGregor, teori ERG Clayton P. Alderfer, teori kebutuhan David McClelland, dan lain sebagainya. Semua teori-teori ini terbukti mampu menjelaskan fenomena motivasi manusia dalam konteks pemenuhan kebutuhankebutuhannya. Salah satu bentuk nyata dari usaha memberikan dorongan kerja bagi Pegawai Negeri Sipil adalah mengeluarkan kebijakan atau aturan dalam instansi yang mampu memberikan dorongan untuk berkinerja baik seperti gaji yang adil, bonus dan lain sebagainya. Termasuk di dalamnya adalah kebijkan pemerintah untuk memberikan kesempatan perpanjangan kerja bagi pegawai negeri yang memasuki masa-masa pensiun. Kebijakan ini tentu saja memiliki beberapa tujuan 6

7 seperti yang tertuang dalam Undang-Undang yakni untuk menjamin posisi tertentu tetap terisi oleh orang-orang yang tepat. Namun, secara implisit kebijakan tersebut memiliki dampak lain yaitu dorongan kerja bagi Pegawai Negeri Sipil bersangkutan. Dalam hal ini, semangat bekerja bisa lahir karena kebijakan ini berarti pegawai tersebut masih memiliki sumber pemasukan keuangan. Sesuatu yang paling dikhawatirkan oleh pegawai yang memasuki usia pensiun. Hal ini merupakan asumsi awal yang masih bisa diperdebatkan mengingat uang tentu saja bukan satu-satunya alasan yang semerta-merta mampu memberikan dorongan bagi pegawai, khususnya bagi mereka yang akan pensiun. Sehingga, pertanyaan yang muncul adalah apakah kebijakan pemerintah yang memungkinkan posisiposisi tertentu diperpanjang masa pensiunnya memberikan dampak semangat bekerja bagi pegawai negeri bersangkutan atau justru tidak berdampak sama sekali. Dan jika benar pegawai negeri tersebut menjadi lebih bergairah dalam bekerja, kebutuhan apa yang secara spesifik ingin dipenuhi oleh pegawai-pegawai tersebut. Instansi pemerintah, selayaknya organisasi lain baik profit maupun nonprofit merupakan sekumpulan individu yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasinya. Karenanya, kepentingan instansi seharusnya menjadi prioritas pencapaian tujuan. Karena itu, instansi seharusnya terus melakukan perbaikan diri dengan cara memperbaiki pegawai-pegawainya. Baik dengan memperbaiki etos kerja, memenuhi kebutuhan-kebutuhan pegawai, memperbaiki kepuasan kerja, menciptakan lingkungan kerja yang layak, menciptakan suasana kompetitif yang sehat, menciptakan suasana perbaikan dan pembelajaran dan lain 7

8 sebagainya. Asumsi yang berkembang adalah pekerja-pekerja yang relatif lebih muda cenderung memiliki indikasi-indikasi psikologis yang mengarah pada individu yang mendukung instansi yang baik. Pegawai yang relatif lebih muda secara umum diasumsikan sebagai pegawai yang memiliki semangat kerja yang tinggi, kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi, memiliki motivasi lebih dalam bekerja, mau belajar dan peka terhadap perubahan. Kondisi ini sepertinya tidak sejalan dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah di atas. Perbaikan organisasi adalah perbaikan kinerja yang dihasilkan. Untuk perusahaan, maka perbaikan kinerjanya adalah berupa peningkatan penjualan atau loyalitas pelanggan. Sedangkan untuk instansi pemerintah, perbaikan kinerja berupa pelayanan masyarakat yang semakin membaik. Kinerja yang dihasilkan pegawai dipengaruhi oleh tingkat motivasi dalam diri pegawai tersebut (Husaini. 2008). Karena hubungan positif antara pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan individual, motivasi dan kinerja, maka adalah sesuatu yang mustahil mengharapkan kinerja instansi yang baik sedangkan pada kenyataannya kebutuhan-kebutuhan individual pegawai tidak dipenuhi, dan atau motivasi kerja pegawai yang sangat rendah. Terkait dengan kebijakan pemerintah di atas, maka pengaruh pemenuhan atas kebutuhan pegawai terhadap kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil yang memasuki masa-masa pensiun adalah point pertama yang penting diperhatikan dan kemudian mengetahui kebutuhan apa yang paling dominan melahirkan kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil tersebut adalah point selanjutnya. 8

9 Selain masalah pemenuhan atas kebutuhan pegawai, permasalahan kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil juga penting untuk diperhatikan. Faktor motivasi kerja dan kepuasan kerja adalah dua hal yang saling terkait satu sama lain dan saling mempengaruhi kinerja organisasi. Sama halnya seperti pemenuhan kebutuhan pegawai, kepuasan kerja juga bersifat individual yang berarti tingkat kepuasan seseorang berbeda dengan dengan tingkat kepuasan orang lain. Kepuasan berkaitan erat dengan harapan. Semakin dekat antara apa yang diharapkan dengan apa yang benar-benar dirasakan, maka semakin puaslah seseorang tersebut hal ini juga terjadi di dunia kerja. Artinya, kepuasan kerja seseorang juga dipengaruhi oleh harapan yang dimiliki seorang pegawai atas performa kerjanya atau harapan-harapan lainnya seperti gaji, bonus dan lain sebagainya. Memberikan kepuasan kerja bagi pegawai bukanlah hal mudah. Sebab, banyak bukti yang menunjukkan bahwa banyak pegawai yang ternyata mengalami tingkat kepuasan kerja yang rendah meskipun mereka menerima gaji yang cukup tinggi. Artinya, fakta tersebut menunjukkan bahwa permasalahan kepuasan kerja merupakan permasalahan yang kompleks yang tidak bisa dengan mudah diselesaikan hanya dengan memberikan gaji tinggi sesuatu yang paling sering dilakukan. Hal ini karena seperti halnya pemenuhan atas kebutuhan pegawai, bahwa banyak hal di luar gaji atau uang yang ternyata memberikan dampak kepuasan kerja bagi pegawai. Inilah tantangan bagi manajemen atau pengambil kebijakan. 9

10 Mengetahui tingkat kepuasan Pegawai Negeri Sipil adalah sesuatu yang krusial karena seperti sudah dijelaskan di atas bahwa kepuasan kerja adalah seperti halnya pemenuhan atas kebutuhan pegawai di mana keduanya memiliki pengaruh terhadap kinerja instansi. Menurut Veithzal Rivai (2004), ada beberapa alasan mengapa perusahaan atau instansi harus benar-benar memperhatikan kepuasan kerja, yaitu: Pertama, manusia berhak diberlakukan secara adil dan hormat, pandangan ini menurut perspektif kemanusiaan. Kepuasan kerja merupakan perluasan refleksi perlakuan yang baik. Penting juga memperhatikan indikator emosional atau kesehatan psikologis. Kedua, perspektif kemanfaatan bahwa kepuasan kerja dapat menciptakan perilaku yang mempengaruhi fungsifungsi perusahaan atau instansi. Perbedaan kepuasan kerja antara unit-unit organisasi atau instansi dapat mendiagnosis potensi persoalan. Menurut Buhler, upaya organisasi berkelanjutan harus ditempatkan pada kepuasan kerja dan pengaruh ekonomis terhadap perusahaan. Perusahaan yang percaya bahwa karyawan dapat dengan mudah diganti dan tidak berinvestasi dalam bidang karyawan akan menghadapi bahaya. Biasanya berakibat pada tingginya tingkat turnover, diiringi dengan membengkaknya biaya pelatihan. Gaji akan memunculkan perilaku yang sama di kalangan karyawan, yaitu mudah bergantiganti perusahaan dan dengan demikian menjadi tidak loyal. Kedua alasan mengapa pengukuran atas kepuasan kerja penting dilakukan menunjukkan betapa masalah kepuasan kerja menentukan sehat tidak nya orangorang di dalam perusahaan atau instansi tempat ia bekerja. Kepuasan kerja merupakan cerminan perilaku yang diterima pegawai. Artinya, kepuasan kerja 10

11 merupakan petunjuk yang sebenarnya mengenai apakah perilaku yang ia terima dari atasan atau rekan sekerja sudah sesuai dengan yang ia harapkan. Kepuasan kerja juga petunjuk yang nyata mengenai apakah kebijakan yang ditetapkan sesuai dengan yang ia harapkan. Implikasi dari penelitian mengenai pengaruh kebutuhan untuk beprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk berkuasa terhadap kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil ini sangatlah penting. Mau tidak mau, suka ataupun tidak pengambil keputusan harus memanfaatkan pengetahuan tentang kebutuhankebutuhan apa yang ada dalam diri pegawai dan kepuasan kerja pegawainya mengenai berbagai segi kehidupan organisasionalnya termasuk upah, tunjangan, bonus, pangkat, tanggung jawab, kebebasan bekerja, ruang kerja yang menyenangkan, atmosfir kerja yang positif, dan lain sebagainya. Setiap pegawai baik swasta atau pemerintah merupakan orang-orang profesional yang bekerja untuk menghidupi diri mereka dan keluarga dengan memanfaat pemasukan dari pekerjaan tersebut berupa gaji, kompensasi, tunjangan, dan lain sebagainya. Oleh karenanya, mendapatkan kesempatan untuk terus bekerja merupakan kebahagiaan yang berarti sumber pemasukan keuangan tetap terjaga. Gaji, kompensasi, dan tunjangan merupakan alat pemenuhan kebutuhan yang paling ampuh bagi perusahaan atau instansi pemerintah untuk mendorong para karyawan atau pegawai bekerja dengan baik (Sutrisno. 2011). Artinya, gaji yang terus diterima sebagai akibat dari kebijakan perpanjangan masa pensiun melahirkan persepsi yang positif atas kebijakan itu sendiri sehingga mampu menimbulkan dorongan lebih dalam bekerja. Sebagai salah satu sumber 11

12 kebahagiaan, faktor keuangan ini merupakan alasan mengapa kebijakan pemerintah melakukan perpanjangan usia pensiun mendapatkan dukungan oleh pegawai-pegawai yang masuk pada usia menjelang pensiun. Penelitian ini sendiri secara spesifik dilakukan di lingkup Kabupaten Sleman dengan subjek penelitian adalah Pegawai Negeri Sipil yang memasuki masa pensiun yaitu Pegawai Negeri Sipil yang berusia 50 sampai 55. Alsannya adalah karena Pegawai Negeri Sipil yang berada pada kisaran usia 50 sampai 55 tahun adalah para Pegawai Negeri Sipil yang memasuki usia menjelang pensiun. Meneliti tentang pengaruh kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk berkuasa terhadap kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil yang memasuki usia menjelang pensiun sangat penting dilakukan. Kepentingan tersebut terutama bagi peningkatan kinerja instansi itu sendiri. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang jelas terkait bagaimana pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pegawai yakni kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk berkuasa mempengaruhi kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil dan kebutuhan apa diantara kebutuhan-kebutuhan tersebut yang paling dominan mempengaruhi kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil yang menjelang pensiun ini. Dengan mengetahui hal tersebut, maka diharapkan pemerintah melakukan tindakan-tindakan lanjutan yang merupakan respon dari hasil penelitian. Isu yang diangkat dalam penelitian merupakan isu yang spesifik dalam lingkup instansi pemerintah kabupaten Sleman. Oleh karena itu bisa dipastikan 12

13 bahwa permasalahan yang coba dijawab dalam penelitian ini merupakan penelitian yang belum dipecahkan sebelumnya. Sehingga, diharapkan penelitian ini bisa menjadi jawaban atas permasalahan yang terjadi dan hasilnya dapat dijadikan acuan pengambilan keputusan. Selain manfaat praktis tersebut, dari sisi ilmu pengetahuan diharapkan penelitian ini bisa menjadi rujukan teoritis dalam rangka menjawab fenomena-fenomena yang terjadi di kemudian hari. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang mendasari penelitian ini: 1. Apakah kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk berkuasa secara simultan berpengaruh terhadap kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil fungsional yang berusia tahun di Kabupaten Sleman? 2. Apakah kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk berkuasa secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil fungsional yang berusia tahun di Kabupaten Sleman? 13

14 C. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk berkuasa secara simultan berpengaruh terhadap kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil fungsional yang berusia tahun di Kabupaten Sleman. 2. Untuk mengetahui apakah kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk berkuasa secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil fungsional yang berusia tahun di Kabupaten Sleman. D. Manfaat penelitian 1. Manfaat akademis: a. Memberikan sumbangan berupa temuan-temuan dan pemikiran berkaitan dengan bagaimana pengaruh kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk berkuasa terhadap kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil yang berusia tahun di kabupaten Sleman, DIY. b. Menambah khazanah konseptual khususnya mengenai kebutuhankebutuhan dominan yang menimbulkan kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil yang berusia tahun di kabupaten Sleman, DIY. 14

15 c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berniat melaksanakan penelitian serupa. 2. Manfaat praktis: a. Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para praktisi di lingkungan pendidikan, perusahaan dan pemerintah. b. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran yang detil mengenai bagaimana pengaruh kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk berkuasa terhadap kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil di kabupaten Sleman. c. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam pengambilan kebijakan selanjutnya. 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) di dalam perusahaan merupakan faktor yang sangat penting, yaitu memegang peranan penting sebagai penggerak produksi dan roda organisasi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

II. TINJAUAN PUSTAKA.1 16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disimpulkan sebagai suatu gerak dari manusia, oleh manusia dan untuk manusia.

BAB I PENDAHULUAN. disimpulkan sebagai suatu gerak dari manusia, oleh manusia dan untuk manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu bentuk usaha tanpa manusia tidak mungkin ada dan tidak dapat diorganisasikan. Bagaimanapun sederhana ataupun kompleksnya suatu bentuk usaha, manusialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu instansi pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan misi dan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan potensi yang terkandung dalam diri

I. PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan potensi yang terkandung dalam diri 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif. SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya organisasi pada bidang industri. Setiap hari manusia melakukan berbagai kegiatan, bergabung dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, sumber daya manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting untuk membantu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting di dalam suatu perusahaan. Tanpa peran manusia meskipun berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting di dalam suatu perusahaan. Tanpa peran manusia meskipun berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam sebuah perusahaan, manusia merupakan salah satu unsur yang terpenting di dalam suatu perusahaan. Tanpa peran manusia meskipun berbagai faktor yang

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N 1 B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap lembaga pemerintah didirikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bagi Lembaga Pemerintah yang berorientasi sosial, tujuan utamanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat dan persaingan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat dan persaingan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat dan persaingan yang semakin ketat menjadikan setiap organisasi harus menghadapi tantangan yang menuntut sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa awal berdirinya PT. Pos Indonesia (Persero) adalah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa awal berdirinya PT. Pos Indonesia (Persero) adalah perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa awal berdirinya PT. Pos Indonesia (Persero) adalah perusahaan yang didirikan oleh Belanda pada masa penjajahan guna mengurusi arus suratmenyurat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas dalam perusahaan untuk mencapai tujuan bukan hanya tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas dalam perusahaan untuk mencapai tujuan bukan hanya tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu kesatuan yang kompleks yang berusaha mengalokasikan sumber daya secara penuh demi tercapainya tujuan perusahaan. Salah satu hal yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahkamah Agung (MA) saat ini tengah menghadapi suatu perubahan lingkungan seperti yang tersurat dalam Cetak Biru Pembaharuan Peradilan tahun 2010-2035. MA sebagai salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Karyawan melakukan pekerjaan di instansi maupun perusahaan untuk memperoleh gaji berupa uang untuk memenuhi kebutuhan kehidupanya seharihari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Liqa Yasifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Liqa Yasifa, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang didalamnya terdapat sejumlah kegiatan sekelompok orang yang bekerja sama dengan tata cara yang diatur

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA.

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA. PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi (2000) dengan judul Pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karyawan bekerja untuk mendapatkan penghasilan demi penghidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karyawan bekerja untuk mendapatkan penghasilan demi penghidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan bekerja untuk mendapatkan penghasilan demi penghidupan yang lebih baik. Selain penghasilan karyawan juga bekerja dengan motivasi untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori motivasi Vroom (1964) Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perasaingan dalam dunia bisnis merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh organisasi. Organisasi dituntut untuk mampu menghadapi perubahan paradigma, pergeseran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan sumber yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut perubahan dalam berbagai bidang termasuk organisasi. Organisasi merupakan tempat atau wadah bagi orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana latar belakang dilakukannya

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana latar belakang dilakukannya BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana latar belakang dilakukannya penelitian ini, kemudian dirumuskan masalah-masalah yang terjadi di lapangan selama observasi, lalu dibuat pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kondisi tersebut memaksa perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kondisi tersebut memaksa perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi yang telah melanda di berbagai aspek kehidupan manusia seperti saat ini untuk bidang perekonomian berdampak cukup besar bagi perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi dan efektivitas dalam perusahaan (Soegianto & Sutanto, 2013). Salah

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi dan efektivitas dalam perusahaan (Soegianto & Sutanto, 2013). Salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan bisnis yang cepat dan tingginya persaingan industri perbankan dan jasa keuangan menuntut pengelola perbankan menciptakan efisiensi dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan permasalahan yang cukup pelik dan sulit untuk dihindari. Jika tidak ada kesadaran dari berbagai pihak dalam pengelolaan lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan otonomi daerah di Indonesia merupakan isu menarik untuk diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di kalangan birokrat, politisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja menjadi perhatian utama bagi para pengambil keputusan di pemerintahan. Perubahan perubahan penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi. menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi. menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya manusia merupakan sumber pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi. Sumberdaya manusia merupakan aset organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap organisasi beroperasi dengan mengkombinasikan sumber dayanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap organisasi beroperasi dengan mengkombinasikan sumber dayanya 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi beroperasi dengan mengkombinasikan sumber dayanya melalui cara yang dapat menghasilkan produk dan jasa yang dipasarkan. Siapa pun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian bukanlah sekedar merupakan aset produksi, melainkan juga menjadi kunci strategi

BAB I PENDAHULUAN. demikian bukanlah sekedar merupakan aset produksi, melainkan juga menjadi kunci strategi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu faktor keberhasilan sebuah perusahaan itu ditentukan oleh keberadaan karyawan yang berdedikasi tinggi untuk kemajuan dan prestasi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu tinggi, dan sarana prasarana transportasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu tinggi, dan sarana prasarana transportasi yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan bangsa berpendapatan menengah dan memiliki tingkat pendidikan semakin tinggi, mempunyai kehidupan politik yang semakin demokratis, serta rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pokok pembahasan pada bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian meliputi manfaat teoritis dan manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat banyak sekali perusahaan, banyaknya perusahaan tersebut menjadikan berbagai macam budaya kerja yang ada. Dikemukakan oleh Republika (2008,26

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha ritel modern merupakan peluang usaha yang sangat menjanjikan di era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran produk meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kejelasan Sasaran Anggaran Menurut Halim & Syam Kusufi (2012) mengatakan bahwa anggaran memiliki peranan penting dalam organisasi sektor publik, terutama organisasi pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia usaha saat ini membuat pola pikir seorang manajer

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia usaha saat ini membuat pola pikir seorang manajer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia usaha saat ini membuat pola pikir seorang manajer atau seorang pimpinan sudah seharusnya lebih mengutamakan keberadaan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sekolah merupakan sebuah intitusi pendidikan yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen tersebut ialah kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu badan atau organisasi, sumber daya manusia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu badan atau organisasi, sumber daya manusia merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu badan atau organisasi, sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam proses pencapaian tujuan organisasi. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu instansi pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan misi dan tujuan

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. dunia industri dan organisasi menyebabkan psikologi tidak akan pernah kehilangan

`BAB I PENDAHULUAN. dunia industri dan organisasi menyebabkan psikologi tidak akan pernah kehilangan 1 `BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia organisasi di Indonesia yang berkembang semakin pesat, banyak menarik perhatian para ahli dari berbagai bidang untuk turut serta dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya untuk bereaksi secara sukarela dan positif terhadap sasaransasaran

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya untuk bereaksi secara sukarela dan positif terhadap sasaransasaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting bagi suatu instansi pemerintahan. Arti penting dari sumber daya manusia terletak pada kemampuannya untuk bereaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebut Teori Dua Faktor atau Two Factor Theory yang terdiri atas: faktor hygiene, yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebut Teori Dua Faktor atau Two Factor Theory yang terdiri atas: faktor hygiene, yaitu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Dua Faktor atau Two Factor Theory Menurut Frederick Herzberg (dalam Ardana, dkk., 2009: 34) mengembangkan suatu teori yang disebut Teori Dua Faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elektronik menjadi lebih pendek. Digitalisasi mempercepat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. elektronik menjadi lebih pendek. Digitalisasi mempercepat perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri elektronik global pada pertengahan 1990-an cepat berubah dari analog ke digital menyebabkan produk industri mengalami komoditisasi dan modularisasi. Kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak karyawan di masa kini berpindah-pindah tempat kerja. Alasan-alasan karyawan berpindah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi kesetian dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar. meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi kesetian dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar. meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur Negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat haruslah menyelenggarakan pelayanan secara adil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi ini adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas, kapabilitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tercermin dari penetapan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila

BAB I PENDAHULUAN. ini tercermin dari penetapan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Agama memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pengakuan akan kedudukan dan peran penting agama ini tercermin dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penilaian Kinerja 2.1.1.1 Pengertian Penilaian Kinerja Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan perusahaan asuransi jiwa yang pertama kali berdiri di Indonesia. PT

BAB I PENDAHULUAN. merupakan perusahaan asuransi jiwa yang pertama kali berdiri di Indonesia. PT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Asuransi Jiwasraya (Persero) atau yang lebih dikenal dengan Jiwasraya merupakan perusahaan asuransi jiwa yang pertama kali berdiri di Indonesia. PT Asuransi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang dimiliki perusahaan tersebut. Fenomena yang seringkali terjadi

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang dimiliki perusahaan tersebut. Fenomena yang seringkali terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kondisi dan perilaku karyawan yang dimiliki perusahaan tersebut. Fenomena yang seringkali terjadi adalah kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawannya untuk melakukan jenis-jenis perilaku tertentu. Perilaku seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawannya untuk melakukan jenis-jenis perilaku tertentu. Perilaku seseorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Pengertian Seperti halnya karyawan mempunyai keinginan-keinginan tertentu yang diharapkan akan dipenuhi oleh perusahaan, perusahaan juga mengharapkan karyawannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dan globalisasi pasar, perkembangan teknologi yang sangat pesat,

I. PENDAHULUAN. perubahan dan globalisasi pasar, perkembangan teknologi yang sangat pesat, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gejolak dan perubahan lingkungan bisnis yang antara lain tercermin dalam perubahan dan globalisasi pasar, perkembangan teknologi yang sangat pesat, perubahan demografi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan penyelenggaraan suatu pemerintahan yang baik ( Good

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan penyelenggaraan suatu pemerintahan yang baik ( Good BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan penyelenggaraan suatu pemerintahan yang baik ( Good Governance) maka pembangunan aparatur negara tentunya merupakan faktor determinan yang sangat dominan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan tugas perencanaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan di samping faktor yang lain seperti modal. Isu sentral yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang mempunyai peranan penting

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang mempunyai peranan penting I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset yang mempunyai peranan penting dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun organisasi swasta. Dalam organisasi pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kondisi ekonomi nasional cenderung mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kondisi ekonomi nasional cenderung mengalami pertumbuhan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan keadaan global yang sangat cepat dan dinamis saat ini berimbas terhadap kondisi ekonomi nasional cenderung mengalami pertumbuhan yang melambat,

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2. 1. Manajemen Secara Umum Keberhasilan suatu produk sangat ditunjang dengan bagaimana organisasi melakukan manajemennya dengan baik. Oleh karena itu penulis akan menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari sumber daya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari sumber daya yang dimilikinya, termasuk didalamnya sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menarik para wisatawan agar mau berkunjung. Hal ini penting dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menarik para wisatawan agar mau berkunjung. Hal ini penting dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan didirikannya museum Bank Indonesia sebagai salah satu objek wisata dan edukasi, maka Bank Indonesia dihadapkan pada tantangan bagaimana untuk menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertutup bagi dunia luar, tekhnologi informasi dan komunikasi telah merangsang

BAB I PENDAHULUAN. tertutup bagi dunia luar, tekhnologi informasi dan komunikasi telah merangsang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di era globalisasi telah melanda berbagai aspek kehidupan manusia, dimana dunia semakin menyatu tidak bisa lagi kejadian di suatu negara tertutup bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam menggerakkan roda perkembangan dan laju produktivitas organisasi. Mengingat peran yang cukup dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui perencanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan bagian terpenting dalam sebuah organisasi, baik organisasi sektor swasta ataupun sektor publik. Anggaran adalah suatu rencana yang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan mengupayakan penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif)

BAB I PENDAHULUAN. tujuan mengupayakan penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, tantangan terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, tantangan terhadap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini, tantangan terhadap perubahan lingkungan yang cepat dan kemajuan teknologi informasi menuntut kepekaan organisasi dalam merespon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang, mengupayakan pengembangan untuk mencapai tujuan guna persaingan dengan negara lain. Unsur dasar yang harus diperbaiki di

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Pembukaan UUD 1945, perwujudannya berupa pembangunan nasional dalam

BAB I P E N D A H U L U A N. Pembukaan UUD 1945, perwujudannya berupa pembangunan nasional dalam 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan merupakan suatu upaya yang digunakan pemerintah untuk mencapai tujuan negara Indonesia yang termaktub dalam alinea keempat Pembukaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Telah kita ketahui bersama bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam kegiatan suatu organisasi, karena manusia sebagai perencana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya komunikasi dan teknologi, perusahaan dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya komunikasi dan teknologi, perusahaan dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan berkembangnya komunikasi dan teknologi, perusahaan dihadapkan pada persaingan yang semakin kompetitif. Tidak sedikit perusahaan yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem yang mengatur kinerja manusia agar lebih efektif dan efisien dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem yang mengatur kinerja manusia agar lebih efektif dan efisien dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam menggerakkan roda perkembangan dan laju produktivitas organisasi. Mengingat peran yang cukup dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang berkualitas. serta biaya baru dalam merekrut karyawan baru.

BAB I PENDAHULUAN. apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang berkualitas. serta biaya baru dalam merekrut karyawan baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi baik organisasi dalam skala besar maupun kecil. Pada organisasi berskala besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi semakin cepat berkembang. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. informasi semakin cepat berkembang. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia semakin memasuki era globalisasi, dimana teknologi dan informasi semakin cepat berkembang. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dengan yang lain. Dalam kehidupannya manusia sering

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dengan yang lain. Dalam kehidupannya manusia sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan harus bisa bersosialisasi dengan yang lain. Dalam kehidupannya manusia sering dipertemukan satu sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur utama sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur utama sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur utama sumber daya manusia yang mempunyai peranan yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, sejalan dengan persaingan di dunia kerja semakin ketat maka tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, sejalan dengan persaingan di dunia kerja semakin ketat maka tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, sejalan dengan persaingan di dunia kerja semakin ketat maka tuntutan di dunia kerja pun semakin bertambah. Hal ini ditambah dengan jumlah lapangan

Lebih terperinci

b. Aspek-Aspek Loyalitas Aspek-Aspek loyalitas menurut Saydam ( 2000 ) adalah sebagai berikut : 1) ketaatan atau kepatuhan ;

b. Aspek-Aspek Loyalitas Aspek-Aspek loyalitas menurut Saydam ( 2000 ) adalah sebagai berikut : 1) ketaatan atau kepatuhan ; BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Loyalitas Kerja a. Pengertian Loyalitas Kerja Hasibuan (2005), mengemukakan bahwa loyalitas atau kesetiaan merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan sampai dengan evaluasi yang mampu memanfaatkan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan sampai dengan evaluasi yang mampu memanfaatkan sumberdaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bisnis sekarang dituntut menciptakan kinerja karyawan yang tinggi untuk pengembangan perusahaan. Perusahaan harus mampu membangun dan meningkatkan kinerja di

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang dijelaskan pada bab sebelumnya, serta saran untuk perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah merupakan salah satu organisasi pelayanan publik yang sering dianggap belum produktif dan efisien dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Sebagai penyelenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perputaran karyawan (turnover intention) menjadi suatu fenomena yang menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki konsekuensi negatif dan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan amanat Pasal 28 H, ayat (1) Perubahan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga dengan fungsi strategis dalam bidang kehakiman dan peradilan,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga dengan fungsi strategis dalam bidang kehakiman dan peradilan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahkamah Agung sebagai organisasi pelayanan publik dalam bidang peradilan bertujuan untuk menegakkan keadilan dalam masyarakat, hal ini diatur berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberi perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberi perubahan yang 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberi perubahan yang cukup besar pada bidang pemerintahan. Satu diantaranya adalah adanya obsesi dari pemerintah dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam kegiatan pengembangan perusahaan zaman sekarang sangatlah dituntut terciptanya kinerja karyawan yang tinggi dan konsisten. Perusahaan harus mampu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

I. PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diindentifikasikan, bekerja secara terus menerus untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya menghasilkan SDM yang bermutu tinggi, salah satu upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya menghasilkan SDM yang bermutu tinggi, salah satu upaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya menghasilkan SDM yang bermutu tinggi, salah satu upaya yang dilakukan meningkatkan kualitas institusi pendidikan, melalui peningkatan kinerja dosen dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1 Definisi Manajemen Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan pengarahan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. agar dapat berkembang. Sehingga perusahaan dapat memperoleh keunggulan

BAB 1 PENDAHULUAN. agar dapat berkembang. Sehingga perusahaan dapat memperoleh keunggulan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan usaha yang semakin kompetitif menuntut setiap perusahaan agar mempertahankan keberadaannya. Perusahaan membutuhkan sumber daya yang berkualitas,

Lebih terperinci

2015 PENGARUH GAJI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PADA GURU HONORER SMK BINA WARGA BANDUNG

2015 PENGARUH GAJI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PADA GURU HONORER SMK BINA WARGA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berperan penting dalam terbentuknya karakter masyarakat yang lebih kritis dan juga mempunyai keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam kegiatan pengembangan perusahaan zaman sekarang sangatlah dituntut terciptanya kinerja karyawan yang tinggi dan konsisten. Perusahaan harus mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Bab ini menguraikan tentang beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian. Selain itu akan disertakan pula penelitian terdahulu yang pernah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, masyarakat memiliki stigma bahwa organisasi sektor publik (pemerintahan) hanya sebagai sarang pemborosan keuangan negara saja (Mahmudi 2005). Hal ini mendorong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. organisasi (Hasibuan, 2011:10). Walaupun suatu organisasi telah memiliki visi,

I. PENDAHULUAN. organisasi (Hasibuan, 2011:10). Walaupun suatu organisasi telah memiliki visi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi (Hasibuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang begitu cepat di

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang begitu cepat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang begitu cepat di dalam pemerintahan daerah, yang menuntut pemerintah daerah untuk lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai. Munculnya pesaing-pesaing

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN ANALISIS PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI, MOTIVASI BERAFILIASI, MOTIVASI KEKUASAAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SLEMAN A.

Lebih terperinci

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci