LRC. Oleh : Maharani / Direktur LRC

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LRC. Oleh : Maharani / Direktur LRC"

Transkripsi

1

2 Oleh : Maharani / Direktur The Coffee is one of C3 plant that needs a variably light intensity differently during its growth phase. Therefore, it is needed to efforts in the young coffee manner until mature of age to achieve optimally in growth, one of it is adding the shending plant. The regulating related with light intensity will be involved in photosintesis process become optimally for it. The result of photosintesis are, the first to perform bonding and or molecules and than, the second, to perform biomass and the third, ware stored in storage tube (the result of harvest). The lower light irridation had become the result of photosintesis in the lower rate photosintesis and than the biomass is also in lower. Whereas, the acquirement related with nutrient for the plant in other fertilizer and also butchering about shanding plants that returned to the soil. The purpose of this research is to understand the contribution of shanding plant in supplying nutrient at The Coffee Plantation Property that is in Sidomulyo Village, Silo Subdistrict, Jember regency. The measurement had been conducted in the coffee property which have three shanding plants, they are the leucaena sp., erythrena microcarpa and Albizzia falcata. The result represent that shanding plant of Albizzia falcata supplied with nutrient of the carbon and nitrogen in overambudance thah is and 22,03 kilos gram hectare -1 year -1, respectively. For phosphorus and magnesium supplied with erythrena microcarpa that is and kilos gram hectare -1 year -1. The nutrient acquirement differently will become the property of nutrient is also defferent. The property of carbon and nitrogene of the soil in largest at the coffee which use Albizzia falcata shanding plant that is one percent in corbon and 0.17 percent nitrogene, respectively. For the largest phosphorus and magnesium of the soil had been presented at the coffee which use erythrena microcarpa shanding plant that is phosphorus milligram kilosgram -1 year -1 and 0.83 magnesium 100 g -1, respectively. Key words: The shanding plant, nutrient, biomass, the coffee. PENDAHULUAN Sistem agroforestri merupakan sistem pertanian yang mengkombinasikan tanaman pertanian dan tanaman hutan (tanaman keras), sistem ini telah dipraktikkan secara luas oleh petani di pulau Jawa. Tanaman yang digunakan sebagai tanaman utama yaitu tanaman Kopi karena kopi merupakan tanaman C3, sehingga hanya membutuhkan intensitas cahaya yang rendah. Cahaya yang terlalu tinggi dapat menekan kerja auksin dan sebaliknya cahaya yang rendah memacu kerja auksin (Prasetyo et al., 2006). Tertekannya kerja auksin dapat mengurangi pertumbuhan terutama perpanjangan sel tanaman. Selain itu intensitas cahaya tinggi yang terus menerus akan mengakibatkan daun-daun berwarna kuning karena klorofil rusak. Salah satu cara untuk mengatur intensitas cahaya matahari agar sesuai dengan kebutuhan tanaman dilakukan dengan pemberian naungan. Pemberian naungan dapat dilakukan dengan penanaman tanaman lain di sela tanaman pokok (ditumpangsarikan). Naungan dapat menurunkan suhu udara di sekitar tanaman kopi sehingga dapat memacu aktivitas fotosintesis, karena tanaman kopi membutuhkan suhu sekitar 20 0 C untuk dapat memaksimalkan fotosintesis (Prawoto, 2008). Cahaya yang dapat dipergunakan untuk fotosintesis adalah cahaya yang mempunyai panjang gelombang antara nm. Cahaya itu kemudian disebut sebagai radiasi aktif untuk fotosintesis (Photosynthetic Active Radiation/PAR)(Hall & Rao, 1999). Tanaman yang memperoleh pencahayaan di bawah optimum akan mengakibatkan hasil biji menjadi rendah, baik pada tanaman C4 (Sitompul 2003) maupun tanaman C3 (Adisarwanto et al., 2000). Hasil biji yang rendah

3 berhubungan dengan biomassa yang juga rendah meskipun faktor pertumbuhan lain optimum (Kiniry dan Knievel, 1995). Hasil biomasa tanaman sangat tergantung pada; 1) luas daun yang menerima cahaya matahari, 2) efesiensi penggunaan cahaya matahari oleh tanaman, 3) jumlah cahaya yang diterima selama siklus hidup tanaman dan 4) distribusi/alokasi hasil fotosintesis (fotosintat)(soedradjad, 2008). Partisi hasil fotosintesis tanaman, pertama untuk membentuk senyawa atau molekul lebih lanjut, kedua membentuk biomassa dan ketiga disimpan dalam tempat penyimpanan (hasil panen). Irradiasi cahaya rendah mengakibatkan laju fotosintesis rendah sehingga biomassa juga rendah dan akhirnya hasil tanaman rendah. Sedangkan pemenuhan keperluan unsur hara bagi tanaman kecuali tersedia adalah dari hasil biomasa tanaman naungan karena hasil pangkasan tanaman naungan dikembalikan kedalam tanah. Pemilihan spesies tanaman penaung sebaiknya diketahui keuntungannya baik dari segi ekonomis maupun dari segi perbaikan kesuburan tanah dengan kandungan unsur hara yang tinggi di dalam brangkasannya. Namun yang lebih dipentingkan adalah bahan organik yang dikembalikan tersebut cepat terdekomposisi. Laju dekomposisi seresah ditentukan oleh kualitasnya yaitu nisbah C/N, kandungan lignin dan polyphenol. Seresah dikategorikan berkualitas tinggi apabila nisbah C/N <25, kandungan lignin <15 % dan polyphenol <3 %, sehingga cepat dilapuk (Kurniatun et al., 2002). Sampai saat ini, belum banyak penelitian yang dilakukan untuk mengkaji efektifitas tanaman naungan dalam hubungannya dengan besarnya sumbangan bahan organik dari tanaman naungan yang dikembalikan ke dalam tanah dan seberapa besar sumbangan unsur hara yang diberikan dari bahan organik tersebut. Penelitian-penelitian yang sifatnya penelitian kaji tindak di lahan perkebunan rakyat juga belum banyak dilakukan, padahal sekitar 80% perkebunan kopi di Indonesia merupakan perkebunan rakyat. Untuk itu, penelitian tentang Kontribusi Tanaman Penaung dalam Memasok Unsur Hara pada Lahan Perkebunan Kopi Rakyat sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi tanaman penaung memasok unsur hara di lahan perkebunan kopi rakyat. METODE Lokasi penelitian mempunyai kemiringan lahan rata-rata 0 15 %, dengan ketinggian tempat antara meter dari permukaan laut. Letak geografisnya terletak pada 8 o 13` 04 LS dan 113 o 55` 33,4 BT. Tanah pada lokasi penelitian bertekstur pasiran dengan ordo inceptisol. Kedalaman solum tanah berkisar antara cm, serta kedalaman perakaran berkisar antara cm. Luas lahan perkebunan kopi rakyat di Desa Sidomulyo adalah 30 ha. Jenis tanaman penaung yang ada didominasi oleh tanaman sengon, lamtoro dan dadap yang ditumpangsarikan dengan tanaman kopi. Estimasi Biomas Tanaman (Berat Kering Tanaman) Diukur diameter batang setinggi dada (dbh = diameter at breast height = 1.3 m dari permukaan tanah) plot-plot yang sudah ditentukan sebelumnya. Kemudian menghitung Volume tanaman dengan rumus sebagai berikut : Volume (cm3) = Л R 2 T Dimana :

4 R = Jari-jari potongan kayu = ½ x diameter (cm) T = Panjang kayu Berat Kering (biomas tanaman) = Berat Jenis (g cm -3 ) x Volume (cm 3 ) (Kurniatun dan Subekti, 2007) Berat jenis kayu pohon naungan dari leguminose sekitar (0.3 g cm-3) lebih ringan dari pada pohon buah-buahan 0.61 g cm-3 dan kayu-kayuan berkisar antara 0.65 g cm-3. Sementara berat jenis kayu pohon komersial 0.43 g cm-3 ( HASIL Perbedaan jenis tanaman penaung akan menyebabkan perbedaan kandungan carbon (C) dalam tanah. Kandungan C yang tertinggi diperoleh pada perlakuan kopi dengan tanaman penaung sengon dan lamtoro yaitu 1,00% sedangkan pada kopi dengan tanaman penaung dadap 0,87%. Kandungan C tanah pada penaung berbeda dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Kandungan Carbon tanah pada tiga tanaman penaung yang berbeda. Perbedaan tersebut terutama disebabkan oleh jenis dan kerapatan populasi pohon yang ditanam. Kerapatan populasi pada ketiga perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Walaupun ketiga jenis tanaman penaung tersebut merupakan leguminosa, namun karekteristik jaringan seperti luas daun, karakteristik batang dan lain-lainnya berbeda. Eve et al., (2002) menyatakan bahwa kadar C di dalam tanah tergantung pada tekstur tanah, iklim, tipe dan pertumbuhan tanaman, sejarah penggunaan lahan dan manajemen lahan. Kandungan C tanah tersebut dalam taraf sesuai untuk kebutuhan kopi robusta (kebutuhan C tanaman kopi robusta >0,8). Untuk produksi tanaman yang berkelanjutan minimal C tanah harus dipertahankan sebesar 2%, dan untuk Itu diperlukan masukan bahan organik minimal sebesar 8.5 Mg ha -1 th -1 (Khasanan, 1999). C organik merupakan gambaran kandungan bahan organik di dalam tanah. Penentuan bahan organik umumnya dilakukan dengan cara mengukur C organik, karena C merupakan penyusun utama bahan organik. Tabel 2. Kerapatan Populasi Pohon Kopi dengan Tiga Penaung Berbeda

5 Jenis Penaung Jumlah Pohon/ha Kopi Penaung Sengon Lamtoro Dadap Total Populasi/ha Keterangan : Data Jumlah Populasi Pohon diperoleh dari data sekunder ( Kelompok Tani Sidomulyo I, 2007). Selain sebagai penaung, jenis-jenis legume juga memiliki fungsi ekologi yang lain yaitu memfiksasi N dari udara bebas dengan jalan bersimbiosis dengan rhizobium (Mutuo et al., 2005). Meskipun tanaman jenis legume ini dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi petani masih belum mendapatkan keuntungan ekonomi yang memadai. Oleh karena itu secara bertahap petani menanam pohon penaung bernilai ekonomi tinggi lainnya yaitu pohon buah-buahan dan kayu-kayuan (Buana et al., 2005). Kandungan karbon tanah tidak berbanding lurus dengan kandungan karbon jaringan tanaman. Dengan adanya perbedaan karakteristik daun dan jaringan pada ketiga tanaman penaung tersebut, menyebabkan perbedaan kandungan carbon dalam jaringan. Kandungan carbon jaringan yang tertinggi dimiliki oleh dadap yaitu 32,03%, selanjutnya lamtoro 30,55% dan sengon 28,83%. Tanaman penaung juga akan menjadi pesaing bagi tanaman kopi untuk menyerap hara. Kandungan carbon pada ketiga tanaman penaung tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan Carbon Seresah pada Tanaman Penaung Jenis Penaung Rata-rata Seresah (kg/pohon) Kontribusi Kandungan C (kg. (%) th -1.ha -1 ) Sengon 3 28,83 17,31 Lamtoro 3 30,55 15,33 Dadap 3 32,03 16,35 Besarnya C yang disumbangkan oleh tanaman penaung akan dipengaruhi oleh jumlah populasi dan kandungan C pada seresah tanaman tersebut. Rata-rata setiap pohonnya menghasilkan seresah 3 kg/pohon (hasil pemangkasan), maka tanaman sengon akan menyumbangkan 17,31 kg. th -1.ha -1, sedangkan dadap 16,35 kg. th -1.ha -1 dan lamtoro 15,33 kg. th -1.ha -1. Semakin tinggi berat jenis kayu pohon yang ditanam maka semakin banyak C yang disimpan dalam biomasa pohon. Berat jenis kayu pohon naungan dari leguminose sekitar (0,3 g cm-3) lebih ringan dari pada pohon buah-buahan 0,61 g cm-3 dan kayu-kayuan berkisar antara 0,65 g cm-3. Sementara berat jenis kayu pohon komersial 0,43 g cm-3 ( Perbedaan kandungan carbon pada tanah juga dipengaruhi oleh masukan yang diberikan baik berupa pupuk organik maupun anorganik. Selain pupuk anorganik berupa Urea, petani juga memberikan pupuk organik yaitu dari kulit kopi. Dari bawah permukaan, akar tanaman juga akan memberikan sumbangan C yang cukup besar. Masukan C kedalam tanah dapat melalui 3 cara yaitu (a) tajuk tanaman pohon dan tanaman semusim yang masuk sebagai serasah dan sisa panen; (b) akar tanaman, melalui akar-akar yang mati, ujung-ujung akar, eksudasi akar dan respirasi akar; (c)

6 biota (Kurniatun et al., 2003). Berat kering akar yang tertinggi dimiliki oleh lamtoro yaitu 1,34 kg, dadap 0,45 dan sengon 0,38. Besarnya masukan C asal akar tanaman tergantung pada besarnya masukan selama pertumbuhan (berat kering akar, mg/ha root turn over (umur paruh akar), kualitas masukan (nisbah C/N, lignin, polifenol) serta letaknya dalam profil tanah. Berat kering akar ketiga tanaman penaung dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Berat kering akar tiga tanaman penaung yang berbeda Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (1999), menunjukkan bahwa akar tanaman pagar memberikan masukan C dan N lebih tinggi dari pada tanaman pangan, karena kandungan C dan N (%) dan berat kering akar tanaman pagar jauh lebih tinggi dari pada tanaman pangan, walaupun root turn over (umur paruh akar) dari tanaman pangan lebih tinggi dari pada tanaman pagar. Dengan hanya mengandalkan masukan dari sisa panen dan akar saja tidak akan mencukupi target masukan minimal yang dibutuhkan untuk mempertahankan C tanah sebesar 2 %, dan dengan jalannya waktu, produksi akan mengalami penurunan sejalan dengan menurunnya C tanah PEMBAHASAN Agroforestri berbasis kopi merupakan salah satu teknik yang sudah lama diterapkan oleh petani khususnya di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo, Jember. Sistem ini memiliki potensi yang cukup bagus dalam menjaga kesuburan tanah melalui pengembalian unsur hara, baik dalam biomasa dari berbagai komponen penyusunnya, dan sebagai fraksi stabil dalam bahan organik tanah, serta dalam produksi kayu yang dihasilkan. Sistem ini sangat sesuai untuk diimplementasikan pada daerahdaerah pertanian dan daerah-daerah terdegradasi yang harus dihutankan kembali. Kontribusi yang terbesar diberikan oleh tanaman penaung, yaitu dalam bentuk biomasa hasil pemangkasan. Besarnya kontribusi tanaman penaung terhadap unsur hara dalam tanah tergantung pada kandungan jaringan tanaman penaung dan jumlah populasinya. Jumlah populasi tanaman penaung yang terbanyak yaitu tanaman sengon 800 pohon, sedangkan dadap 700 pohon dan lamtoro 600 pohon. Selain jumlah biomasa yang berbeda, perbedaan jenis tanaman penaung juga akan mengakibatkan perbedaan jumlah unsur hara yang disumbangkan kedalam tanah. Kontribusi tanaman penaung untuk Carbon dan Nitrogen diberikan oleh tanaman sengon yaitu sekitar 17, 31 kg. th -1.ha -1 dan 22,03 kg. th -1.ha -1. Untuk Forfor dan Magnesium sumbangan terbesar dari lamtoro. Perbedaan

7 karakteristik dari jaringan tanaman akan mengakibatkan perbedaan respon dalam penerimaan cahaya matahari. Data menunjukkan bahwa cahaya yang diserap oleh kanopi tanaman kopi berbeda pada tiga jenis naungan yang digunakan. Tanaman kopi dengan naungan sengon memiliki nilai serapan cahaya tertinggi (81%), sedangkan naungan dadap (77,51%) dan lamtoro (67,12%) lebih rendah (Gambar 10). Distribusi cahaya yang diterima tanaman kopi tersebut disebabkan oleh efek penaungan (mutual shading) yang digunakan. Efek tersebut diantaranya adalah: 1) distribusi cahaya dalam tajuk tidak merata, 2) ada daun yang bersifat parasit terhadap fotosintat yang dihasilkan daun yang lain, 3) tercapainya titik kompensasi cahaya, dan 4) ILD telah melampaui nilai optimumnya (June, 2008). Efek penaungan yang terjadi berhubungan dengan besarnya intensitas cahaya yang terserap pada permukaan daun kopi. Gambar 10. Cahaya yang diserap oleh kanopi tanaman kopi. Tanaman yang memperoleh pencahayaan di bawah optimum akan mengakibatkan hasil biji menjadi rendah, baik pada tanaman C4 (Sitompul, 2003) maupun tanaman C3 (Adisarwanto et al., 2000). Hasil biji yang rendah berhubungan dengan biomassa yang juga rendah meskipun faktor pertumbuhan lain optimum (Kiniry dan Knievel, 1995). Hasil biomasa tanaman sangat tergantung pada; 1) luas daun yang menerima cahaya matahari, 2) efesiensi penggunaan cahaya matahari oleh tanaman, 3) jumlah cahaya yang diterima selama siklus hidup tanaman dan 4) distribusi/alokasi hasil fotosintesis (fotosintat)(soedradjad, 2008). Bahan organik tanah merupakan kunci dalam peningkatan atau penurunan kesuburan tanah. Konversi hutan menjadi lahan pertanian dapat menurunkan persediaan hara didalam tanah. Penurunan ini akan diikuti dengan penurunan produksi tanaman. Bahan organik tanah dapat dipertahankan dengan menambahkan masukan bahan organik. Jumlah biomasa yang dihasilkan oleh tanaman dipengaruhi oleh berat jenis tanaman dan umur tanaman (Haeriah et al., 2007). Kelemahan tanaman penaung sengon yaitu ketika pada saat panen. Pada saat pemanenan Sengon, akan berdampak secara fisik maupun secara fisiologi kepada tanaman kopi itu sendiri. Secara fisik akan menyebabkan kerusakan tanaman kopi sekitar 40-50% dan secara fisiologi tanaman kopi akan mengalami gangguan dikarenakan fungsi penaung dari sengon sudah tidak ada lagi, sehingga akan mengakibatkan berkurangnya produksi dan membutuhkan masa perbaikan sekitar 3 musim. Perbedaan jenis tanaman naungan dan jumlah populasi berpengaruh terhadap jumlah biomasa tanaman. Berat kering/ biomasa total (akar, batang dan daun) tanaman pada tiga jenis tanaman naungan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 11.

8 Gambar 11. Berat Kering (Mg ha -1 ) tiga Tanaman Penaung yang Berbeda Berdasarkan hasil perhitungan biomasa total tanaman (akar, batang, daun), maka kandungan biomasa tanaman yang tertinggi terdapat pada tanaman kopi dengan penaung lamtoro yaitu 21,6 Mg ha -1, pada kopi dengan penaung dadap 16,59 Mg ha -1, dan pada kopi dengan penaung sengon 9,37 Mg ha -1. Perbedaan yang cukup besar ini diduga disebabkan oleh komposisi dan umur tanaman naungan. Kerapatan tanaman juga akan mempengaruhi kandungan biomasa tanaman. Didaerah Silo petani tidak terlalu memperhatikan jarak tanam tanaman penaung sehingga jumlah pohon pada ketiga perlakuan juga berbeda, hal ini juga akan mempengaruhi jumlah biomassa yang dihasilkan. Alih guna lahan hutan menjadi lahan agroforestri berbasis kopi, secara bertahap akan diikuti oleh menurunnya kandungan bahan organik tanah (BOT) (Haeriah at al., 2002). Kandungan bahan organik tanah yang tertinggi terdapat pada kopi dengan penaung lamtoro yaitu 1,73 %, kopi dengan penaung sengon 1,72 % dan yang terendah pada kopi dengan penaung dadap 1,5 %. Kandungan bahan organik tanah pada tiga perlakukan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kandungan Bahan Organik Tanah pada Tiga Jenis Penaung Berbeda Jenis Penaung Bahan Organik (%) Sengon 1,72 6,67 Lamtoro 1,73 6,81 Dadap 1,5 7,73 C/N (Seresah) Penurunan kandungan bahan organik pada suatu lahan ditentukan oleh sistem penggunaan lahan dan pengelolaannya. Pada lahan dengan sistem berbasis kopipun terjadi perbedaan jumlah seresah antara kopi monokultur, kopi naungan dan kopi multistrata. Pada sistem kopi monokultur dan kopi naungan ada pengelolaan intensif misalnya penyiangan rerumputan, atau pembersihan cabang dan ranting yang ada di permukaan tanah sehingga menyebabkan berkurangnya seresah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penilitian yang dilakukan di Sumberjaya Lampung, bahwa bila lahan hutan dikonversi menjadi sistem kopi multistrata, ketebalan seresah turun dari 2.1 Mg ha-1 menjadi sekitar 1.8 Mg ha-1, penurunan terus berlanjut hingga 1.2 Mg ha-1 bila lahan diusahakan menjadi kopi naungan atau kopi monokultur (Haeriah et al, 2002). Di daerah Sidomulyo, Jember petani banyak menggunakan pohon penaung untuk tanaman kopinya biasanya dari famili leguminosae. Seresah dari famili Leguminosae umumnya cepat dilapuk karena kualitasnya tinggi (Haeriah et al., 2000), sehingga keberadaannya diatas permukaan tanah relatif singkat. Semakin lambat terdekomposisi maka keberadaannya di permukaan tanah menjadi lebih lama. Laju dekomposisi seresah ditentukan oleh kualitasnya yaitu nisbah C/N, kandungan lignin dan polyphenol. Nisbah C/N dari ketiga tanaman penaung yang tertinggi yaitu dimiliki oleh dadap 7,73 dan yang terendah yaitu sengon 6,67. hal ini menmunjukkan bahwa tanaman sengon akan paling cepat didekomposisi didalam tanah., walaupun ketiga jenis naungan ini berasal dari famili yang sama yaitu leguminosae. Seresah dikategorikan berkualitas tinggi apabila nisbah C:N <25, kandungan lignin <15 % dan polyphenol <3 %, sehingga cepat dilapuk (Palm dan Sanchez, 1991). Tingginya jumlah biomasa tanaman tidak diikuti oleh tingginya sumbangan unsur hara kedalam tanah, karena sumbangan hara juga dipengaruhi oleh kandungan hara yang berada didalam jaringan

9 tanaman tersebut. Selain itu keberadaan makrofauna didalam tanah juga akan mempengaruhi keberadaan hara di dalam tanah. Populasi/jumlah makrofauna tanah yang ditemukan di lapang disajikan pada Gambar 12. Gambar 12. Jumlah/Populasi Mikrofauna Tanah pada tiga penaung yang berbeda. Perbedaan jenis biomassa tanaman yang dikembalikan ke dalam tanah memberikan pengaruh terhadap populasi makrofauna tanah. Jenis makrofauna tanah yang ditemukan pada perlakuan yaitu semut hitam, cacing tanah, gayas dan kumbang tanah. Pada perlakuan sengon ditemukan makrofauna tanah yang tertinggi yaitu 15 ekor/m2, pada dadap 4 ekor/m 2 dan pada lamtoro 10 ekor/m 2. Perbedaan diduga disebabkan oleh jenis sersah dan kandungan karbon tanah yang berbeda. Banyaknya makrofauna tanah yang ditemukan terkait dengan ketersediaan makanan dan kondisi lingkungan bagi makrofauna untuk tumbuh dan berkembang. Kandungan yang terdapat dalam bahan organik tanah dapat digunakan untuk memprediksi banyaknya jumlah cacing dalam tanah (Curry, 1998). Hal ini menunjukkan bahwa biomassa dari tanaman sengon, dadap dan lamtoro memiliki kandungan hara yang digunakan makrofauna tanah untuk tumbuh dan berkembang biak. Hasil penelitian Dlamini dan Haynes (2004) dalam Maftu ah et al., (2005) menunjukkan adanya peningkatan jumlah makrofauna dalam tanah berkorelasi positif dengan aplikasi bahan organik. Selain itu, makrofauna tanah khususnya cacing akan mempengaruhi sifat dan proses yang terjadi dalam tanah seperti aktivitas dan biomassa mikroba, bahan organik, ketersediaan hara, serapan hara tanaman dan produksinya, dan struktur tanah (Parmelee et al., 1998). Makrofauna tanah sangat besar peranannya dalam proses dekomposisi, aliran karbon, redistribusi unsur hara, siklus unsur hara, bioturbasi dan pembentukan struktur tanah (Anderson, 1994). Biomasa cacing tanah telah diketahui merupakan bioindikator yang baik untuk mendeteksi perubahan ph, keberadaan horison organik, kelembaban tanah dan kualitas humus. Rayap berperan dalam pembentukan struktur tanah dan dekomposisi bahan organik (Anderson, 1994). Makrofauna tanah biasannya menyukai bahan organik yang berkualitas tinggi (C/N ratio rendah). Hal ini ditunjukkan pada perlakuan tanaman kopi dengan tanaman penaung sengon memiliki makrofauna yang paling banyak. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Priyadarsini (1999) menyatakan bahwa fauna tanah umumnya menyukai bahan organik kualitas tinggi (bahan organik dengan rasio C/N rendah). Selain berdampak positif, keberadaan makrofauna tanah juga akan merugikan. Misalnya dengan keberadaan gayas yang berlebihan akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman penaung maupun tanaman kopi. Karena gayas mampu mematikan akar-akar tanaman dan dijadikan

10 makanan, jika bahan makanan dalam bentuk bahan organik di dalam tanah berkurang. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis, jumlah populasi dan kandungan unsur hara brangkasan tanaman penaung akan menyebabkan perbedaan jumlah unsur hara yang dikembalikan kedalam tanah. Tanaman penaung Sengon memberikan kontribusi Carbon dan Nitrogen ke dalam tanah yang tertinggi yaitu 17,31 kg th -1 ha -1 dan 22,03 kg th -1 ha -1, sedangkan untuk Magnesium dan Fosfor tanah yang tertinggi disumbangkan oleh Penaung Dadap yaitu 19, 35 kg th -1 ha -1 dan 9,9 kg th -1 ha -1. DAFTAR PUSTAKA Aak, Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius. Yogyakarta. Buana R Y, Suyanto S, Hairiah K, Kebun Lindung: Kajian ekologi dan sosioekonomi di Lampung Barat. AGRIVITA, 27(3): Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jember, Rancangan Pembuatan Tanaman Hutan Rakyat. Jember. Departemen Kehutanan Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Tehnik Pembuatan Tanaman Paraserianthes falcataria Neil. Direktorat Hutan Tanaman Industri. Jakarta. Foth N.O. and Ellis B.G Soil fertility. John Wiley & Sons. New York Singapore. 212 p. Gomez and Gomez, Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Harisusiani, Uji Alelopati Beberapa Spesies Tanaman Sela dan Penaung Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta. Jember. Hu, H., Li, X., dan He, J., Effect of Organic Acid on Desorption of Phosphate from surface of Aluminium and Agrochemistry. Huazhong Univevrsity. China. Khasanah N, Studi Dinamika Perakaran Dan Estimasi Masukan C Dan N Dari Akar Tanaman Serta Pengaruhnya Terhadap Kandungan C Tanah Dalam Sistem Budidaya Tanaman Pagar. Jurusan Tanah, Universitas Brawijaya. Malang, Indonesia. Kurniatun Hairiah, Mustofa Agung Sardjono, Sambas Sabarnurdin., Pengamtar Agroforesti. World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor Kurniatun Hairiah, Didik Suprayogo, Widianto, Berlian, Erwin Suhara, Aris Mardiastuning, Rudy Harto, Cahyo Prayogo, dan Subekti Rahayu, Alih guna lahan hutan menjadi lahan agroforestri berbasis kopi: ketebalan seresah, populasi cacing tanah Dan makroporositas tanah. Universitas Brawijaya, Fakultas Pertanian, Jurusan Tanah, Malang Kurniatun Hairiah, Subekti Rahayu, dan Berlian, Layanan Lingkungan Agroforestri Berbasis Kopi: Cadangan Karbon Dalam Biomasa Pohon Dan Bahan Organik Tanah (Studi Kasus Dari Sumberjaya, Lampung Barat. Universitas Brawijaya, Fakultas Pertanian, Jurusan Tanah, Malang

11 Kurniatun Hairiah, Subekti Rahayu, Pengukuran Carbón Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Word Agroforetry Centre. Bagor. Indonesia. Leiwakabessy, F. M., dan Koswara, O., Metode dan Teknik Pengumpulan, Analisis dan Interpretasi Data Kesuburan Tanah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Marschner, Mineral Nutrition of Higher Plants. Fifth Printing. Academic Press. London. Maftu ah E., Alwi M., Willis M., Potensi Makrofauna Tanah Sebagai Bioindikator Kualitas Tanah Gambut. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan. Menristek. Morfologi Tanaman Dadap. www. warintek.ristek.go.id. Diakses Mutuo, P.K., Cadisch, G., Albrecht, A., Palm, C.A. and Verchot, L., Potential agroforestry for carbon sequestration and mitigation of greenhouse gas emissions from soils in the tropics. Nutrient cycling in Agroecosystems 71(1): Prawoto Adi, Bahan Kuliah Fisiologi Tanaman Kopi. Program Pasca Sarjana Universitas Jember. Jember. Prasetyo, Hotma Ulianna, dan Bambang Gonggo M Pola Pertumbuhan Tanaman Jahe Merah dengan Intensitas Naungan dan Dosis Pupuk KCl pada Sistem Wanafarma di Perkebunan Karet. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Rosmarkam S dan Yuwono W.N, Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Schnitzer, M., Humic subtance, Chemistry and Reactions in Soil Organic Matter. Elsevier. Amsterdam. P : Soedradjad, R Bahan Ajar Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Jember. Jember. Subekti Rahayu, Anang Setiawan, Endang A. Husaeni dan S. Suyanto, Pengendalian Hama (Xylosandrus compactus) pada Agroforestri Kopi Multistrata Secara Hayati: Studi kasus dari Kecamatan Sumberjaya, Lampung Barat World Agroforestry Centre, ICRAF S.E. Asia, P.O.Box 161, Bogor Suprayitno, Lamtoro dan Manfaatnya. Bharatara Karya Aksara, Jakarta. Widianto, Didik Suprayogo, Herman Noveras, Rudi Harto, Pratiknyo Purnomosidhi dan Meine van Noordwijk, Alih Guna Lahan Hutan Menjadi Lahan Pertanian: Apakah Fungsi Hidrologis Hutan Dapat Digantikan Sistem Kopi Monokultur. World Agroforestry Centre, ICRAF S.E. Asia, P.O.Box 161, Bogor Wood M Soil Biology. Chapman and Hall. New York.

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast

Lebih terperinci

Studi kasus (lanjutan)

Studi kasus (lanjutan) Studi kasus (lanjutan) 25 A. Air drainasi keluar dari kedalaman tanah.8 m Air drainasi (mm) 2 15 1 5 pemupukan urea-n 6 kg ha -1 dan pemangkasan gliricidia tanam kacang tanah dan pemangkasan peltophorum

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO NERACA HARA KEBUN KAKAO PRODUKSI = f (Tanaman, Tanah, Air, Cahaya) Tanaman = bahan tanam (klon, varietas, hibrida) Tanah = kesuburan tanah Air = ketersediaan air Cahaya = intensitas cahaya KOMPOSISI TANAH

Lebih terperinci

-- Tanah dingin: pemahaman petani terhadap kesuburan tanah

-- Tanah dingin: pemahaman petani terhadap kesuburan tanah Pemberian pupuk inorganik saja memang tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan fisik akibat erosi. Tetapi jika dikelola dengan baik, usaha ini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga permukaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi Hutan Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks mengandung berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh rapat mulai dari jenis tumbuhan yang kecil hingga berukuran

Lebih terperinci

STUDI STATUS NITROGEN TANAH PERKEBUNAN KOPI RAKYAT DENGAN BERBEDA TANAMAN PENAUNG DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

STUDI STATUS NITROGEN TANAH PERKEBUNAN KOPI RAKYAT DENGAN BERBEDA TANAMAN PENAUNG DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI STUDI STATUS NITROGEN TANAH PERKEBUNAN KOPI RAKYAT DENGAN BERBEDA TANAMAN PENAUNG DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh : Anjar Ramadhani NIM. 071510101029 JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

Kondisi Hara Tanah Pada Budidaya Kopi Dengan Tanaman Kayu Industri

Kondisi Hara Tanah Pada Budidaya Kopi Dengan Tanaman Kayu Industri Pelita Perkebunan 2008, 24(1), 22 34 Erwiyono dan Prawoto Kondisi Hara Tanah Pada Budidaya Kopi Dengan Tanaman Kayu Industri Soil Nutrient Condition of Coffee Cultivation with Industrial Woody-crops Rudy

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Pembukaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian atau pemanfaatan lainnya secara langsung mengubah ekosistem kawasan gambut yang telah mantap membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jati (Tectona grandis Linn. f) Jati (Tectona grandis Linn. f) termasuk kelompok tumbuhan yang dapat menggugurkan daunnya sebagaimana mekanisme pengendalian diri terhadap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN CAHAYA Faktor esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi Fotosintesis

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan penyediaan kayu jati mendorong Perum Perhutani untuk menerapkan silvikultur intensif guna memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Kayu Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Pertumbuhan Dimensi Tanaman Paraserianthes falcataria Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tanaman pokok P. falcataria pada 3 (tiga) pola agroforestri menunjukkan rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

Estimation of Carbon Stocks in Coffee Plantation in East Java. Summary

Estimation of Carbon Stocks in Coffee Plantation in East Java. Summary Pelita Perkebunan 2010, 26(1), Estimasi 1 11 cadangan karbon pada perkebunan kopi di Jawa Timur Estimasi Cadangan Karbon pada Perkebunan Kopi di Jawa Timur Estimation of Carbon Stocks in Coffee Plantation

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI Fitri Handayani 1, Nurbani 1, dan Ita Yustina 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur; 2 Balai Pengkajian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kopi Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili Rubiceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa TINJAUAN PUSTAKA Produksi Biomassa dan Karbon Tanaman selama masa hidupnya membentuk biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan sektor pertanian. Perkebunan juga berperan dalam membangun perekonomian nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan suatu daerah di Propinsi Sumatera Utara yang terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai. Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu dalam penyediaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon 1 Presentasi ini terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama, memberikan pengantar tentang besarnya karbon yang tersimpan di lahan gambut. Bagian kedua membahas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

5 Sistem agroforestri: tawaran untuk pemecahan masalah

5 Sistem agroforestri: tawaran untuk pemecahan masalah 5 Sistem agroforestri: tawaran untuk pemecahan masalah 5.1 Pendahuluan Pertambahan penduduk selama beberapa dekade terakhir di Lampung menjadi salah satu pendorong perubahan penggunaan lahan dari kawasan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan lahan pertanian yang intensif dan tanpa memperhatikan

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan lahan pertanian yang intensif dan tanpa memperhatikan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan lahan pertanian yang intensif dan tanpa memperhatikan keseimbangan antara masukan dan keluaran dalam sistem pertanian akan mempercepat terjadinya penurunan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Biomassa Biomassa merupakan bahan organik dalam vegetasi yang masih hidup maupun yang sudah mati, misalnya pada pohon (daun, ranting, cabang, dan batang utama) dan biomassa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karbon Biomassa Atas Permukaan Karbon di atas permukaan tanah, meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar berdiameter < 5 cm, tumbuhan menjalar dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1 Hutan Tropika Dataran Rendah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Di dalam Undang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dijelaskan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (monoecious) yaitu letak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (monoecious) yaitu letak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (monoecious) yaitu letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk

Lebih terperinci

Agroforestri pada Tanah Masam di Daerah Tropis:

Agroforestri pada Tanah Masam di Daerah Tropis: Agroforestri pada Tanah Masam di Daerah Tropis: Pengelolaan interaksi antara pohon-tanah-tanaman semusim K Hairiah, SR Utami, D Suprayogo, Widianto, SM Sitompul, Sunaryo, B Lusiana, R Mulia, M van Noordwijk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L. PROPOSAL PENELITIAN PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) Oleh Diah Azhari 0910480211 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

DINAMIKA SUHU UDARA SIANG-MALAM TERHADAP FOTORESPIRASI FASE GENERATIF KOPI ROBUSTA DIBAWAH NAUNGAN YANG BERBEDA PADA SISTEM AGROFORESTRY.

DINAMIKA SUHU UDARA SIANG-MALAM TERHADAP FOTORESPIRASI FASE GENERATIF KOPI ROBUSTA DIBAWAH NAUNGAN YANG BERBEDA PADA SISTEM AGROFORESTRY. DINAMIKA SUHU UDARA SIANG-MALAM TERHADAP FOTORESPIRASI FASE GENERATIF KOPI ROBUSTA DIBAWAH NAUNGAN YANG BERBEDA PADA SISTEM AGROFORESTRY Skripsi Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ini dilakukan pada lokasi umur yang berbeda yaitu hutan tanaman akasia (A. crassicarpa) di tegakan berumur12 bulan dan di tegakan berumur 6 bulan. Jarak

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

For optimum plant growth

For optimum plant growth Dasar-dasar Ilmu Tanah Udara dan Temperatur Tanah SOIL COMPONENTS For optimum plant growth Air 25 % Water 25 % Mineral 45% organic 5% Representative, medium-textured surface soil (by volume) 1. Aerasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil gula dan lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman tebu (Sartono, 1995).

Lebih terperinci

Pengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan

Pengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan Pengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan Taryono Darusman 1, Asep Mulyana 2 dan Rachmat Budiono 3 Pendahuluan Lahan gambut merupakan ekosistem lahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Lebih terperinci

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk ALFARED FERNANDO SIAHAAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Pemberian dosis kotoran kambing pada budidaya secara tumpang sari antara tanaman bawang daun dan wortel dapat memperbaiki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci

Model simulasi untuk mengelola interkasi Pohon-Tanah-Tan. Semusim. 1. Agroforestri di Indonesia. 2. Interaksi Pohon-Tanah-Tan.

Model simulasi untuk mengelola interkasi Pohon-Tanah-Tan. Semusim. 1. Agroforestri di Indonesia. 2. Interaksi Pohon-Tanah-Tan. KATA PENGANTAR Eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan akan mengakibatkan kerusakan ekosistem dan berdampak negatif pada kelangsungan hidup organisme, termasuk manusia. Salah satu masalah yang banyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2017. Lokasi penelitian bertempat di Kawasan Perlindungan Setempat RPH Wagir BKPH Kepanjen KPH Malang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) sejak pertengahan abad ke 19 telah menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah lapisan gas yang berperan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KEBUN RAKYAT POLA AGROFORESTRI (HUTAN RAKYAT) MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN KEPAHIANG

PEMBANGUNAN KEBUN RAKYAT POLA AGROFORESTRI (HUTAN RAKYAT) MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN KEPAHIANG PEMBANGUNAN KEBUN RAKYAT POLA AGROFORESTRI (HUTAN RAKYAT) MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN KEPAHIANG Oleh : RIS IRIANTO ABSTRAK Pengembangan perkebunan dengan menanam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi (Coffea spp.) merupakan salah satu komoditi ekspor yang penting bagi Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi yang banyak tumbuh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH. Litterfall Production, and Decomposition Rate of

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH. Litterfall Production, and Decomposition Rate of PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH Acacia crassicarpa A. Cunn. di PT. ARARA ABADI Litterfall Production, and Decomposition Rate of Acacia crassicarpa A. Cunn in PT. Arara Abadi. Balai Penelitian Hutan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN NITROGEN PADA LAHAN AGROFORESTRI KOPI DENGAN BERBAGAI POHON PENAUNG

ANALISIS KETERSEDIAAN NITROGEN PADA LAHAN AGROFORESTRI KOPI DENGAN BERBAGAI POHON PENAUNG ISSN Online 2407-6279 Jurnal Galung Tropika, 6 (1) April 2017, hlmn. 60-65 ISSN Cetak 2302-4178 ANALISIS KETERSEDIAAN NITROGEN PADA LAHAN AGROFORESTRI KOPI DENGAN BERBAGAI POHON PENAUNG Analysis of Nitrogen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN Sumarni T., S. Fajriani, dan O. W. Effendi Fakultas Pertanian Universitas BrawijayaJalan Veteran Malang Email: sifa_03@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dengan cara bercocok tanam. Salah satu proses terpenting dalam bercocok tanam adalah

Lebih terperinci

Penaung. TRAINING OF MASTER FACILITATORS ICCRI, Jember, East Java, Indonesia, September Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia,

Penaung. TRAINING OF MASTER FACILITATORS ICCRI, Jember, East Java, Indonesia, September Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia, Managemen Tanaman Penaung TRAINING OF MASTER FACILITATORS ICCRI, Jember, East Java, Indonesia, 15-26 September 2014 PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA Jl. PB Sudirman No. 90 Jember 68118 Indonesia,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kayu Dalam proses pertumbuhannya tumbuhan memerlukan air yang berfungsi sebagai proses pengangkutan hara dan mineral ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Kadar air

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013. 30 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pekon Gunung Kemala Krui Kabupaten Lampung Barat. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan), Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji), Subdivisi Angiospermae

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk jarak tanam 3 m x 3 m terdapat 3 plot dengan jumlah

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci