BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tanggal 9 Agustus 2009 oleh Bapak Edward Halim yang beralamat di Jalan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tanggal 9 Agustus 2009 oleh Bapak Edward Halim yang beralamat di Jalan"

Transkripsi

1 29 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan elektronik CV.Simatrik Semarang didirikan secara resmi pada tanggal 9 Agustus 2009 oleh Bapak Edward Halim yang beralamat di Jalan Citarum Raya Ruko F.1 Semarang.Beliau memiliki jabatan sebagai direktur yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap perusahaan. Pada saat pertama kali didirikan, CV. Simatrik Semarang bergerak di bidang penyediaan kebutuhan peralatan listrik atau barang elektronik. Seiring perkembangannya perusahaan ini berubah menjadi perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan dan pengadaan barang dan jasa. Perusahaan CV.Simatrik Semarang terus berkembang dengan sangat pesat. Produk-produk yang dihasilkan mulai dikenal dan mendapat tanggapan yang positif dari para konsumennya. Seiring dengan kemajuannya, perusahaan ini mengharapkan peningkatan labayang diperoleh dari sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan melakukan perluasan produk dengan tetap memprioritaskan pada perakitan dan pengadaan barang dan jasa. Perusahaan CV.Simatrik Semarang berdiri di JalanCitarum Raya Ruko F.1 Semarang. Penentuan lokasi perusahaan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup dari perusahaan tersebut. Apabila penentuan lokasi perusahaan tepat, berarti membantu perusahaan untuk beroperasi dengan lancar.

2 30 Lokasi pusat produksi CV.Simatrik Semarang cukup strategis dalam hubungannya dengan peningkatan produksi dan pemasaran. Posisi strategis CV.Simatrik Semarang tersebut bisa dilihat dari sisi antara lain : a). Kebutuhan suplai bahan dasar untuk proses-proses produksi, terutama bahan baku box sebagai bahan baku utama cukup mudah untuk diakses dari lokasi. b). Lingkungan berdirinya perusahaan yang strategis yang mendukung lancarnya transportasi hasil produksi 4.2 Analisis Seleksi Pemasok Responden penelitian ini meliputi satu pemilik perusahaan dan delapan karyawan CV. Simatrikyang langsung berhubungan dengan supplier. Delapankaryawan tersebut terbagi menjadi dua orang asisten manajer produksi, satu orang manajer operasi, dua orang bagian pembelian, satu orang akuntan dan dua orang karyawan bagian gudang. Kesembilan karyawan tersebut bertugas untuk menseleksi pemasok dengan mengunakan kuesioner. Seleksi pemasok dilakukan perusahan untuk menentukan pemasok terbaik bagi kemajuan perusahaan. Empat pemasok utama bahan baku Box CV. Simatrik adalah General Lighting, Panca Manunggal, Saka, dan Daya Guna Teknik. Seleksi pemasok merupakan keputusan yang tidak mudah karena ada 4 variabel kriteria penting yang harus dipertimbangkan yaitu : harga, kualitas,kecepatan pengiriman, dan kemampuan merspon. Untuk mempermudah perusahaan dalam menentukan pemasok terbaik, perusahaan menggunakan alat analisis AHP (Analytical

3 31 Hierarchy Proses) yang dibantu dengan program Expert Choice 2000 dalam mengolah 4 variabel kriteria CV.Simatrik. Adapun langkah-langkah penyelesaiannya yaitu sebagai berikut : 1. Menyusun struktur penilaian pihak responden tehadap masing-masing pemasok. Struktur penilaian ini mengukur pemasok dari kriteria harga, kualitas, ketepatan pengiriman dan kemampuan merespon. Penyusunan struktur penilaian akan dilihat melalui penyebaran kuesioner yang dibagikan ke sembilan responden terhadap masing-masing pemasok. Kriteria untuk masing-masing pemasok ini didapatkan dari jawaban responden terhadap 4 pemasok.kuesioner ini berdasarkan dari 4 variabel yang tersedia yaitu harga, kualitas, ketepatan pengiriman, dan kemampuan merespon. Berikut ini adalah hasil penilaian total masing-masing variabel pemasok : (Hasil lengkap dapat dilihat di lampiran) Tabel 4.1 Total Variabel Pemasok Variabel Total Harga 477 Kualitas 725 Ketepatan Pengiriman 464 Kemampuan Merespon 710 Sumber : Data Primer yang Diolah (2013)

4 32 2. Menghitung Rata-rata penilaian responden atas masing-masing variabel pemasok dan masing-masing pemasoknya. Setelah mengetahui jumlah masing-masing variabel, akan dilihat rata-rata variabel pemasoknya dan cara perhitungannya. Berikut ini tabel untuk melihat rata-rata variabel pemasok dengan urutan rankingnya : Tabel 4.2 Perhitungan Pentingnya Variabel Pemasok Variabel Total Rata-rata Jumlah Rata-rata Ranking Jumlah (Jumlah Indikator Variabel variabel Kuesioner Variabel 36) A b = a / 36 C d = b / c Harga ,25 2 6,63 2 Kualitas ,13 3 6,67 1 Ketepatan ,88 2 6,4 4 Pengiriman Kemampuan ,72 3 6,57 3 Merespon Sumber : Data Primer yang Diolah (2013) Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata variabel harga adalah 6,63, kualitas 6,67, ketepatan pengiriman 6,4 dan kemampuan merespon 6,57. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas dengan rata-rata 6,67 menjadi variabel yang memiliki nilai tertinggi. Hal ini berarti CV.

5 33 Simatrik memilih kualitas sebagai prioritas utama dalam seleksi pemasok karena berdasarkan atas wawancara yang diketahui bahwa seringnya ketidak sesuaian Box dalam ukuran dan kerusakan. Prioritas kedua CV.Simatrik untuk seleksi pemasok adalah harga dengan nilai 6,63 karena masing-masing pemasok menawarkan harga yang berbeda dan kemampuan dalam memberikan potongan harga yang berbeda. Prioritas ke tiga CV.Siamatrik adalah kemampuan merespon dengan nilai 6,57 karena semua pembeli harus dilayani dengan baik, tak terkecuali pula CV.Simatrik yang menggangap bahwa pelayanan konsumen harus dilakukan dengan baik. Dan prioritas terakhir CV.Simatrik adalah ketepatan pengirimana dengan nilai 6,4 ketepatan pengiriman cenderung dianggap tidak begitu penting karena CV. Simatrik kadang melakukan pengambilan barang secara langsung dari masing-masing pemasok jadi tidak ada masalah dalam ketepatan pengiriman. Nilai empat pemasok yang ada berdasarkan tiap variabel, kemudian akan didapat total masing-masing variabelnya. Berikut ini adalah tabel nilai empat pemasok berdasarkan total masing-masing variabel : (Hasil lengkap dapat dilihat di lampiran) Tabel 4.3 Nilai Empat Pemasok berdasarkan Total tiap Variabel Harga Kualitas Ketepatan Pengiriman Kemampuan Merespon General Lighting Saka Panca Manunggal Daya Guna Teknik

6 34 Maka hasil Rata-rata Pemasok berdasar variabel adalah : (tabel 4.4) Tabel 4.4 Rata-rata Pemasok Berdasarkan Variabel Pemasok Harga Kualitas Pengiriman Kemampuan Merespon General lighting 7,38 7,48 7,05 6,88 Panca Manunggal 6,66 6,29 6,11 6,59 Saka 5,66 6,22 5,94 6,11 Daya Guna Teknik 6,77 6,85 6,66 6,66 Sumber : Data Primer yang Diolah (2013) Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai untuk masing-masingpemasok diatas berdasarkan nilai rata-rata dari 9 orang responden pada penelitian ini yaitu untuk harga mendapat nilai tertinggi adalah General Lighting (7,38) dan pada urutan kedua adalah Daya Guna Teknik (6,77), lalu pada urutan ke tiga adalah Panca manunggal (6,66) serta pada urutan terakir adalah Saka (5,66). Ini artinya General Lighting pada dimensi harga dianggap yang terbaik dimana harga yang diberikan oleh General Lighting di anggap pantas dan mendapat diskon atau potongan harga, sedangkansaka adalah pemasok yang dianggap kurang mampu memberikan potongan harga. Pada variabel kualitas, General Lighting juga mampu memberikan barang yang paling berkualitas dibandingkan dengan pemasok-pemasok lainnya. Pada Variabel ketepatan pengiriman General Lighting dipersepsikan memiliki kinerja yang lebih baik di bandingkan ketiga pemasok lain untuk Variabel kemampuan merespon General Lighting cukup berimbang dengan Daya Guna Teknik dan Panca

7 35 Manunggal yaitu pada nilai 6,5-7,0 sehingga dapat dikatakan ketiganya cukup tepat dalam waktu pengiriman. Tetapi perlu di lihat bahwa Daya Guna Teknik juga tidak terlalu jauh perbedaan skornya dengan General Lighting sehingga selanjutnya akan dilakukan analisis apakah memang General Lighting adalah pemasok yang terbaik atau tidak dengan memperhatikan pula pada bobot kepentingan masing-masing Variabel pemasok. 3 Menghitung matriks untuk masing-masing supplier dan pertimbangan prioritas kriteria dengan matriks. Dalam melakukan perhitungan matriks ini, digunakan komparasi antara masing-masing variabel pemasok dan juga masing-masing supplier. Berikut ini adalah matriks prioritas variabel pemasok : Tabel 4.5 Matrik Prioritas Variabel Pemasok Variabel Harga Kualitas Pengiriman Kemampuan (6,63) (6,7) (6,4) Merespon (6,57) Harga (6,63) - 0,99 1,03 1,00 Kualitas (6,7) - 1,04 1,01 Pengiriman (6,4) - 0,97 Kemampuan Merespon(6,57) Sumber : Data Primer yang Diolah (2013) Dari tabel 4.5 nilai harga terhadap kualitas di peroleh nilai 0,99 yaitu dengan membandingkan antara rata-rata harga dengan kualitas yaitu

8 36 6,63/6,7 sehingga pembulatannya adalah 0,99 yang artinya variabel kualitas relatif seimbang dengan variabel harga tetapi prioritas cenderung pada variabel kualitas. Variabel harga dan kemampuan merespon adalah seimbang karena jumlahnya sama dengan 1,00 yang artinya kedua variabel tersebut dipersepsikan untuk sama pentingnya oleh responden. Antara harga dengan ketepatan pengiriman maka prioritasnya cenderung pada harga karena nilainya lebih dari 1 yaitu 1,03. Ini artinya bahwa kriteria harga dipersepsikan memiliki prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketepatan pengiriman.kemudian perbandingan antara kualitas dengan ketepatan pengiriman dan kemampuan merespon maka prioritasnya akan cenderung pada kualitas, karena ketepatan dan kemampuan pengiriman nilainya lebih besar dari 1 yaitu 1,04 dan 1,01. Variabel ketepatan pengiriman dengan kemampuan merespon bernilai 0,97 ini artinya bahwa kriteria kemampuan merespon lebih di utamakan. Jadi prioritas variabel pemasok yang paling penting adalah variabel kualitas, harga, kemampuan merespon, dan ketepatan pengiriman. Berikut Perhitungan Matriks Prioritas Variabel Harga( data dari tabel 4.4) :

9 37 Tabel 4.6 Matriks Prioritas Pemasok Variabel Harga Pemasok General Panca Saka Daya Guna lighting Manunggal Teknik (7,38) (6,66) (5,66) (6,77) General lighting (7,38) 1, ,1 Panca Manunggal (6,66) Saka (5,66) 0.9 Daya Guna Teknik(6,77) Sumber : Data Primer yang Diolah (2013) Dari tabel 4.6 Matriks Prioritas Pemasok Variabel Harga perbandingan antara General Lighting dan Panca Manunggal mendapat nilainya 1,1 yang berarti matriks prioritas pemasok variabel harga lebih cenderung di pemasok General Lighting. Perbandingan antara General Lighting dengan saka prioritas pemasok harga lebih cenderung pada pemasok General Lighting dengan nilai 1,3. Dan perbandingan antara General Lighting dengan Daya Guna Teknik prioritas pemasok harga lebih condong ke General Lighting karena nilainya 1,1. Perbandingan pemasok harga antara Panca Manunggal dengan Saka prioritas pemasoknya lebih condong di Panca Manunggal karena nilai perbandingannya 1,2 lebih dari 1. Antara Panca Manunggal dengan Daya Guna Teknik bernilai 1,0 yang berarti keduannya seimbang. Prioritas pemasok harga antara pemasok Saka dengan Daya Guna Teknik bernilai 0,9 yang berarti bahwa antara saka dengan Daya Guna Teknik lebih di prioritaskan Daya Guna Teknik.

10 38 Kesimpulan dari matriks prioritas pemasok variable harga yang paling penting yaitu General Lighting, Daya Guna Teknik, Panca Manunggal, dan terakhir Saka. Berikut Perhitungan Matriks Prioritas Pemasok Variabel Kualitas ( data dari tabel4.4) : Tabel 4.7 Matriks Prioritas Pemasok Variabel Kualitas Pemasok General Panca Saka Daya Guna lighting Manunggal Teknik (7,48) (6,29) (6,22) (6,85) General lighting (7,48) 1,2 1,2 1,1 Panca Manunggal (6,29) 1,00 0,9 Saka (6,22) 0,9 Daya Guna Teknik (6,85) Sumber : Data Primer yang Diolah (2013) Dari tabel 4.7 matriks prioritas pemasok antara General Lighting dibandingkan dengan Panca Manunggal mendapat nilai 1,2yang berarti maka matriks prioritas pemasok variable kualitas lebih cenderung di pemasok General Lighting. Perbandingan antara general lighting dengan Saka prioritas pemasok lebih cenderung di pemasok General Lighting dengan nilai 1,2. Dan perbandingan antara General Lighting dengan Daya Guna Teknik prioritas pemasoknya lebih condong ke General Lighting karena nilainya 1,1. Perbandingan pemasok Panca Manunggal dengan Saka prioritas pemasoknya cenderung sama atau seimbang karena bernilai 1,00. Dan antara Panca Manunggal dengan Daya Guna Teknik bernilai 0,9

11 39 yang berarti pemasok variable kualitasnya lebih condong di Daya Guna Teknik. Prioritas pemasok antara pemasok Saka dengan Daya Guna Teknik bernilai 0,9 yang berarti bahwa antara Saka dengan Daya Guna Teknik lebih di prioritaskan Daya Guna Teknik. Kesimpulan dari matriks prioritas pemasok variable kualitas yang paling penting yaitu yang pertama General Lighting,kedua Daya Guna Teknik, dan antara Panca Manunggal dan Saka seimbang. Berikut Perhitungan Matriks Prioritas Pemasok Variabel Ketepatan Pengiriman (data dari tabel 4.4) : Tabel 4.8 Matriks Prioritas Pemasok Variabel Ketepatan Pengiriman Pemasok General Panca Saka Daya Guna lighting Manunggal Teknik (7,05) (6,11) (5,94) (6,66) General lighting(7,05) 1,2 1,2 1,05 Panca Manunggal(6,11) 1,00 0,9 Saka (5,94) 0,8 Daya Guna Teknik(6,66) Sumber : Data Primer yang Diolah (2013) Dari tabel 4.8Matriks prioritas pemasok variabel ketepatan pengirima antara General Lighting dibandingkan dengan Panca Manunggal mendapat nilai 1,2 yang artinya matriks prioritas pemasok variabel ketepatan pengiriman lebih cenderung di pemasok General Lighting. Perbandingan antara General Lighting dengan Saka prioritas pemasok lebih cenderung di pemasok General Lighting dengan nilai 1,3.

12 40 Dan perbandingan antara General Lighting dengan Daya Guna Teknik prioritas pemasoknya lebih condong ke General Lighting karena nilainya 1,05. Perbandingan pemasok Panca Manunggal dengan Saka prioritas pemasoknya cenderung sama karena bernilai 1,00. Dan antara Panca Manunggal dengan Daya Guna Teknik bernilai 0,9 yang berarti prioritas pemasok ketepatan pengiriman lebin cenderung ke Daya Guna Teknik. Prioritas pemasok antara pemasok Saka dengan Daya Guna Teknik bernilai 0,8 yang berarti bahwa antara saka dengan Daya Guna Teknik lebih di prioritaskan Daya Guna Teknik. Kesimpulan dari matriks prioritas pemasok variable ketepatan pengiriman yang paling penting yaitu yang pertama General Lighting,kedua Daya Guna Teknik, dan antara Panca Manunggal dan Saka seimbang atau sama. Berikut Perhitungan matriks prioritas pemasok variabel kemampuan merespon (data dari tabel 4.4) : Tabel 4.9 Matriks Prioritas Pemasok Variabel Kemampuan Merespon Pemasok General Panca Saka Daya Guna lighting Manunggal Teknik (6,88) (6,59) (6,11) (6,66) General lighting (6,88) 1,1 1,1 1,1 Panca Manunggal (6,59) Saka (6,11) 0,9 Daya Guna Teknik(6,66) Sumber : Data Primer yang Diolah (2013) Tabel 4.9 matrik prioritas pemasok variabel kemampuan merespon antara General Lighting dibandingkan dengan Panca Manunggal mendapat

13 41 nilai 1,1 yang artinya untuk variabel Kemampuan Merespon lebih cenderung di pemasok General Lighting. Perbandingan antara general lighting dengan saka dan Daya Guna Teknik prioritas pemasoknya lebih condong ke General Lighting karena nilainya 1,1. Perbandingan pemasok Panca Manunggal dengan Saka prioritas pemasoknya cenderung ke panca manunggal karena bernilai 1,1. Dan antara Panca Manunggal dengan Daya Guna Teknik bernilai 1,00 yang berarti prioritas pemasok kemampuan merespon cenderung seimbang atau sama. Prioritas pemasok antara pemasok Saka dengan Daya Guna Teknik bernilai 0,9 yang berarti bahwa antara saka dengan Daya Guna Teknik lebih di prioritaskan Daya Guna Teknik. Kesimpulan dari matriks prioritas pemasok variable kemampuan merespon yang paling penting yaitu yang pertama General Lighting, kedua Daya Guna Teknik, ketiga Panca Manunggal dan terakhir Saka. 4 Melakukan Sintesis Hierarki Melakukan sintesis hierarki yang digunakan untuk menghitung nilai vektor menurut kriteria bobot rata-rata tertimbang.penjumlahan dari semua nilai vektor yang dibobotkan bergantung pada tingkatan hierarki berikutnya. Untuk melakukan sintesis ini digunakan bantuan program Expert Choice 2000 dengan istilah Pairwise Verbal Comparison dimanadiasumsikan setiap kenaikan 0,01 maka menaikan tingkat kepentingan untuk variabel pemasok. Berikut cara menghitung matriks prioritas variabel pemasok (tabel

14 42 4.5) dengan menggunakan Expert Choice Untuk variabel harga berbanding dengan kualitas memiliki nilai0,99 yang artinya variabel kualitas akan lebih diprioritaskan satu garis ke bawah (antara equal dan moderate). Untuk variable harga dibandingkan dengan ketepatan pengiriman memiliki nilai 1,03 yang artinya variable harga akan lebih diprioritaskan dengan naik tiga garis ke atas ( antara strong dan moderate). Untuk variable harga di bandingkan dengan kemampua merespon memiliki nilai 1,00 yang kedua variabel tersebut seimbang dan berada di titik equal. Untuk variabel kualitas dibandingkan dengan ketepatan pengiriman memiliki nilai 1,04 yang artinya variable kualitas akan lebih diprioritaskan dengan naik empat garis ke atas di titik strong. Untuk variable kualitas dibandingkan dengan kemampuan merespon bernilai 1,01 yang artinya variabel kualitas akan lebih diprioritaskan dengan naik 1 garis ke atas (diantara equal dan moderate). Untuk ketepatan pengiriman dibandingkan dengan kemampuan merespon bernilai 0,97 yang artinya variabel kemampuan merespon lebih diprioritaskan dengan menurunkan 4 garis ke bawah (diantara moderate dan strong). Dari pembahasan di atas maka nilai vektor menurut kriteria bobot ratarata tertimbang dari yang pertama adalah kualitas, harga, kemampuaan merespon, dan ketepatan pengiriman.gambar outputnya adalah sebagai berikut :

15 43 Gambar 4.1 Output Prioritas Variabel Pemasok dengan Expert Choice 2000 Hasil dari bobot prioritas untuk masing-masing variabel pemasok yaitu sebagai berikut : Gambar 4.2 Hasil Bobot Prioritas Variabel Pemasok Keterangan : L merupakan singkatan dari Local Priority yang mewakili persentase dari prioritas masing-masing anak tujuan. Penjumlahan dari semua local priority ini adalah sebesar satu. Terlihat dari pada hasil bobot prioritas untuk masing-masing variabel pemasok bahwa prioritas yang utama adalah kualitas (0,439),

16 44 kemudian harga dan kemampuan meresepon (0,246), lalu ketepatan pengiriman (0,070). a. Variabel kualitas menjadi prioritas utama yang diinginkan oleh responden karena masing-masing pemasok memiliki kualitas yang berbeda-beda, dan berdasarkan atas wawancara yang dilakukan, pemasok terkadang memberikan ukuran box yang tidak sesuai, box yang kondisinya tidak bagus, sehingga kualitas harus diutamakan demi kelancaran proses produksi box. b. Variabel yang tidak kalah penting adalah variabel harga dan kemampuan merespon yang artinya pemasok memberikan harga dan potongan yang berbeda-beda, dan hasil dari wawancara yang ada perusahaan memperhatikan pemasok yang mudah untuk di hubungi,jelas memberikan informasi, cepat menanggapi permintaan dan kemampuan untuk memberikan info secara jelasdan mudah dimengerti perusahaan karena pemasok menjadi mitra bisnis utama bagi kelangsungan produksi perusahaan. c. Ketepatan pengiriman menjadi kurang begitu dominan prioritasnya karena ketepatan pengiriman dari masing masing pemasok relatif sama.

17 45 5 Menentukan Perbandingan berpasangan antara variabel dan pemasok Untuk menentukan perbandingan berpasangan ini digunakan bantuan program Expert Choice 2000 dengan istilah Pairwise Verbal Comparison dimana diasumsikan setiap kenaikan 0,01 maka dinaikan tingkat kepentingan untuk variabel pemasok bersangkutan Berikut analisis variabel harga dan pemasok, data diperoleh dari tabel 4.6 untuk prioritas variabel harga, pemasok General Lighting dibandingkan dengan Panca manunggal memiliki nilai 1,1 yang artinya General Lighting akan diprioritaskan 1 bar ke atas antara equal dan moderate. Perbandingan antara General Lighting dengan Saka prioritas pemasok harga lebih cenderung di pemasok General Lighting dengan nilai 1,3 yang artinya General Lighting lebih di prioritaskan 3 bar ke atas antara moderate dan strong. Dan perbandingan antara General Lighting dengan Daya Guna Teknik prioritas pemasok harga lebih condong ke General Lighting dengan nilainya 1,1yang artinya General Lighting akan diprioritaskan 1 bar ke atas antara equal dan moderate. Perbandingan pemasok harga antara Panca Manunggal dengan Saka prioritas pemasoknya lebih condong di Panca Manunggal karena nilai perbandingannya 1,2 yang berarti panca manunggal akan diprioritaskan 2 bar ke atas di posisi moderate. Diantara Panca Manunggal dengan Daya Guna Teknik bernilai 1,0 yang berarti keduannya seimbang dan berada di posisi equal. Prioritas pemasok harga antara pemasok Saka dengan Daya Guna Teknik bernilai 0,9 yang berarti bahwa antara Saka dan Daya Guna

18 46 Teknik lebih di prioritaskan Daya Guna Teknik dengan menurunkan 1 bar di posisi equal dan moderate. Output dapat dilihat di gambar 4.3 : Gambar 4.3 Output Kriteria Prioritas Pemasok Variabel Harga Dengan Expert Choice 2000 Berikut analisis variabel kualitas dan pemasok, data di peroleh dari tabel 4.7 untuk prioritas variabelkualitas, antara General Lighting dibandingkan dengan Panca Manunggal mendapat nilai 1,2 yang berarti maka matriks prioritas pemasok variable kualitas lebih cenderung di pemasok General Lighting dengan menaikan 2 bar ke atas di posisi moderate. Perbandingan antara general lighting dengan saka prioritas pemasok lebih cenderung di pemasok General Lighting dengan nilai 1,2 yang berarti general lighting lebih diprioritaskan 2 bar ke atas di posisi moderate. Dan perbandingan antara General Lighting dengan Daya Guna Teknik prioritas pemasoknya lebih condong ke General Lighting karena nilainya 1,1 yang artinya General Lighting akan di prioritaskan 1 bar ke atas antara equal dan moderate. Perbandingan pemasok Panca Manunggal dengan Saka prioritas pemasoknya

19 47 cenderung sama atau seimbang karena bernilai 1,00 yang berarti seimbang berada di posisi equal. Dan antara Panca Manunggal dengan Daya Guna Teknik bernilai 0,9 yang berarti pemasok variable kualitasnya lebih condong di Daya Guna Teknik maka diprioritaskan 1 bar ke bawah antara equal dan moderate. Prioritas pemasok antara pemasok Saka dengan Daya Guna Teknik bernilai 0,9 yang berarti bahwa antara Saka dengan Daya Guna Teknik lebih di prioritaskan Daya Guna Teknik dengan menurunkan 1 bar antara equal dan moderate. Output dapat dilihat di gambar 4.4 : Gambar 4.4 Output Kriteria Prioritas Pemasok Variabel Kualitas Dengan Expert Choice 2000 Berikut analisis variabel ketepatan pengiriman dan pemasok, data di peroleh dari tabel 4.8 untuk prioritas variabelketepatan pengiriman, antara General Lighting dibandingkan dengan Panca Manunggal mendapat nilai 1,2 yang artinya matriks prioritas pemasok variabel ketepatan pengiriman lebih cenderung di pemasok General Lighting dengan menaikan 2 bar di posisi moderate. Perbandingan antara general lighting

20 48 dengan saka prioritas pemasok lebih cenderung di pemasok General Lighting dengan nilai 1,3 yang artinya pemasok general lighting akan dinaikan 3 bar antara moderate dan strong. Dan perbandingan antara General Lighting dengan Daya Guna Teknik prioritas pemasoknya lebih condong ke General Lighting dengan nilai 1,05 yang artinya general lighting akan dinaikan 1 bar antara equal dan moderate. Perbandingan pemasok Panca Manunggal dengan Saka prioritas pemasoknya cenderung sama karena bernilai 1,00 yang berarti keduanya seimbang dan berada di posisi equal. Dan antara Panca Manunggal dengan Daya Guna Teknik bernilai 0,9 yang berarti prioritas pemasok ketepatan pengiriman lebin cenderung ke Daya Guna Teknik dengan menurunkan 1 bar antara equal dan moderate. Prioritas pemasok antara pemasok Saka dengan Daya Guna Teknik bernilai 0,8 yang berarti bahwa antara saka dengan Daya Guna Teknik lebih di prioritaskan Daya Guna Teknik dengan menurunkan 2 bar di posisi moderate. Output dapat dilihat digambar 4.5 : Gambar 4.5 Output Kriteria Prioritas Pemasok Variabel Ketepatan PengirimanDengan Expert Choice 2000

21 49 Berikut analisis variabel kemampuan Merespon dan pemasok, data di peroleh dari tabel 4.9 untuk prioritas variabelkemampuan merespon, antara General Lighting dibandingkan dengan Panca Manunggal mendapat nilai 1,1 yang artinya untuk variabel Kemampuan Merespon lebih cenderung di pemasok General Lighting dengan menaikan 1 bar antara equal dan moderate. Perbandingan antara general lighting dengan saka dan Daya Guna Teknik prioritas pemasoknya lebih condong ke General Lighting karena nilainya 1,1 maka general lighting akan di naikan 1 bar antara equal dan moderate. Perbandingan pemasok Panca Manunggal dengan Saka prioritas pemasoknya cenderung ke panca manunggal karena bernilai 1,1 yang berarti panca manunggal di naikan 1 bar antara equal dan moderate. Dan antara Panca Manunggal dengan Daya Guna Teknik bernilai 1,00 yang berarti prioritas pemasok kemampuan merspon cenderung seimbang atau sama berada di posisi equal. Prioritas pemasok antara pemasok Saka dengan Daya Guna Teknik bernilai 0,9 yang berarti bahwa antara saka dengan Daya Guna Teknik lebih di prioritaskan Daya Guna Teknik dengan menurunkan 1 bar antara equal dan moderate. Output dapat dilihat di gambar 4.6 :

22 50 Gambar 4.6 Output Kriteria Prioritas Pemasok Variabel Kemampuan MeresponDengan Expert Choice Tes Konsistensi untuk masing-masing matriks dan struktur Hierarki. Tes konsistensi secara keseluruhan terlihat bahwa CR adalah sebesar 0,01 yang artinya penilaian matriks konsisten karena nilai CR < 0,10. Hal ini menunjukan hasil perhitungan tersebut dapat digunakan sebagai hasil yang dapat di percaya atau valid. Hasilnya adalah sebagai berikut : Overall Inconsistency =,01 Gambar 4.7 Hasil Perhitungan Prioritas Pemasok dan Hasil Inconsistency atau CR dengan Exspert Choice 2000

23 51 Hasil dari pengolahan Expert Choice 2000 adalah sebagai berikut : Distributive mode Ideal Mode Summary Detail Show Tolals Outline By Alternative Aks Level 1 Pxy Total General Lighting 0,426 Harga(L:,246) 0,10479 Kualitas (L:,439) 0,18701 Ketepatan Pengiriman (L:,70) 0,2982 Kemampuan Merespon (L:,246) 0,10479 Total Panca Manunggal 0,215 Harga(L:,246) 0,05289 Kualitas (L:,439) 0,09438 Ketepatan Pengiriman (L:,70) 0,1505 Kemampuan Merespon (L:,246) 0,05289 Total Saka 0,126 Harga(L:,246) 0,03099 Kualitas (L:,439) 0,06250 Ketepatan Pengiriman (L:,70) 0,0882 Kemampuan Merespon (L:,246) 0,03099 Total Daya Guna Teknik 0,234 Harga(L:,246) 0,05756 Kualitas (L:,439) 0,10272 Ketepatan Pengiriman (L:,70) 0,1638 Kemampuan Merespon (L:,246) 0,05756 Gambar 4.8 Hasil Pengolahan Seleksi Pemasok Box CV. Simatrik Semarang Terlihat pada gambar 4.8 di atas bahwa pemasok yang dipilih adalah General Lighting dengan nilai evaluasi keseluruhan tertinggi sebesar 0,426 yang berarti dengan mempertimbangkan tingkat prioritas masing-masing variabel pemasok serta juga kinerja yang dimiliki, maka General Lighting adalah pemasok yang terbaik bagi CV.Simatrik dibandingkan dengan kinerja pemasok lainnya (masing-masing nilai untuk Daya Guna Teknik 0,234, Panca Manunggal 0,215, dan Saka sebesar 0,126 ). Berikut ini tabel urutan prioritas pemasok :

24 52 Tabel 4.10 Urutan Pemasok Nama Pemasok Nilai CR Urutan General Lighting 0,426 1 Daya Guna Teknik 0,234 2 Panca Manunggal 0,215 3 Saka 0,126 4 Sumber : Data Primer yang Diolah (2013) Maka berdasarkan pada hasil pengolahan data dan perhitungan analisis tersebut dapat dilihat urutan pemasok terbaik CV.Simatrik adalah : General Lighting dengan nilai evaluasi keseluruhan terbesar yaitu sebesar 0,426 yang dilihat dari variabel harga, kualitas, ketepatan pengiriman, dan kemampuan merespon. Setelah itu, pada urutan kedua yaitu Daya Guna Teknik dengan nilai 0,234 dan berturut-turut Panca Manunggal dansaka masing-masing dengan nilai 0,215 dan 0,126. Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka General Lighting merupakan pemasok yang mendapat prioritas utama ditinjau dari berbagai dimensi : a. Berdasarkan Variabel kualitas yang merupakan Variabel pemasok yang menjadi prioritas utama dalam seleksi pemasok untuk CV.Simatrik adalah General Lighting mendapat nilai tertinggi sebesar (0,18701). Nilai tersebut berarti bahwa untuk variabel kualitas General lighting paling diprioritaskan dibanding dengan ketiga pemasok lainnya, yang kedua Daya Guna Teknik sebesar ( 0,10272) ketiga Panca Manunggal sebesar (

25 53 0,09438) dan terakhir Saka sebesar ( 0,06250). Dari hasil tersebut setelah menggunakan alat bantu expert choice 2000 yang berarti pemasok variabel kualitas yang diberikan General Ligting pantas dengan harga box yang diinginkan oleh CV.Simatrik serta adanya kualitas box yang sesuai dengan spesifikasi yang telah di tetapkan dan kualitas bahan baku Box yang sesuai. b. Variabel harga yang juga diprioritaskan oleh CV.Simatrik. General Lighting yang mendapat nilai tertinggi sebesar (0,10479). Nilai tersebut berarti bahwa untuk variabel harga General lighting paling diprioritaskan dibanding dengan ketiga pemasok lainnya yaitu yang kedua Daya Guna Teknik sebesar (0,05756), ketiga Panca Manunggal (0,05289), ke empat Saka sebesar (0, Ini berarti harga yang dibayarkan CV.Simatrik pada pemasok General Lighting pantas dengan kualitas box yang diiginkan oleh CV.Simatrik serta adanya potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu untuk CV.Simatrik. c. Variabel Kemampuan merespon juga diprioritaskan seperti halnya harga dalam seleksi pemasok. General Lighting mendapat nilai (0,10479). Nilai tersebut berarti bahwa untuk Variabel kemampuan merespon General Lighting paling diprioritaskan dibanding dengan ketiga pemasok lainnya, dengan ini berarti General Lighting mudah dihubungi dan selalu memberikan informasi yang jelas, cepat, tanggap terhadap permintaan maupun keluhan dari CV.Simatrik.

26 54 d. Untuk variabel ketepatan pengiriman yang merupakan variabel yang kurang diprioritaskan atau tidak dianggap penting oleh CV.Simatrik nilainya relatif sama antara empat pemasok yang ada, yang berarti untuk variabel ketepatan pengiriman CV.Simatrik mempersepsikan bahwa ke empat pemasok memiliki prioritas yang sama, karena masing-masing mampu memberikan box sesuai dengan standart yang telah ditetapkan CV.Simatrik. 4.3 Implikasi Manajerial Berdasarkan pada pembahasan di atas, maka sebagai implikasi manajerial untuk CV. Simatrik, dengan mempertimbangkan bobot prioritas variabel pemasok yang ada adalah sebagai berikut : 1. Kualitas Dikembangkan sistem sharing information tentang kualitas dengan masing-masing pemasok, sehingga pemasok dapat memenuhi kirteria kualitas yang telah di tetapkan. Untuk saat ini semua pemasok cenderung mampu memberikan Box dengan kualitas yang sesuai dengan keinginan CV.Simatrik, tetapi secara berkala spesifikasi bahan baku Box yang diinginkan oleh CV.Simatrik perlu diperbarui seiring dengan pengembangan produk baru yang disesuaikan dengan selera konsumen, sehingga pemasok dapat selalu memberikan barang sesuai dengan kualitas yang akan ditetapkan oleh CV.Simatrik. 2. Harga

27 55 Menginformasikan tentang harga dengan masing-masing pemasok seperti membertau harga box terbaru beserta diskon yang di berikan, sehingga CV.Simatrik dapat memenuhi kriteria harga yang telah ditetapkan. Membuat ikatan kontrak jangka panjang sehingga yang diberikan pemasok tidak akan berubah sewaktu-waktu sebelum masa kontak tersebut habis. 3. Kemampuan Merespon Melakukan komunikasi tidak hanya pada saat melakukan pemesanan atau menyampaikan keluhan saja, jika sudah terbina hubungan yang baik dengan pemasok, CV.Simatrik dapat juga meminta pertimbangan saran kepada pemasok prihal penyesuaian bahan baku dengan produk baru yang akan dibuat. 4. Ketepatan Pengiriman Mendorong pemasok untuk mempertahankan kinerjanya yang sudah optimal dalam hal ketepatan pengiriman, dan memberikan denda apabila suatu saat terdapat pemasok yang terlibat melakukan pengiriman diluar batas toleransi yang telah disepakati bersama oleh CV.Simatrik maupun masing-masing pemasok.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dan Bp. Bambang Heriyanto pada tanggal 15 September 1994 dan Surat Izin Usaha

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dan Bp. Bambang Heriyanto pada tanggal 15 September 1994 dan Surat Izin Usaha BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan CV. Bagiyat Mitra Perkasa merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang konstruksi bangunan. Perusahaan ini beralamat di Jalan

Lebih terperinci

SELEKSI PEMASOK BOX DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA CV. SIMATRIK

SELEKSI PEMASOK BOX DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA CV. SIMATRIK SELEKSI PEMASOK BOX DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA CV. SIMATRIK SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Citarum Raya Ruko f.1 Semarang. Perusahaan ini bergerak dalam bidang

BAB III METODE PENELITIAN. Citarum Raya Ruko f.1 Semarang. Perusahaan ini bergerak dalam bidang 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah CV. Simatrik yang berlokasi di jalan Citarum Raya Ruko f.1 Semarang. Perusahaan ini bergerak dalam bidang perakitan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi perusahaan berada di Jalan Taman Srinindito VII/1 Semarang. Perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perusahaan yang dijadikan objek penelitian yaitu CV Bintang Prima Perkasa.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perusahaan yang dijadikan objek penelitian yaitu CV Bintang Prima Perkasa. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Pada bagian ini akan dijelaskan sekilas mengenai gambaran umum perusahaan yang dijadikan objek penelitian yaitu CV Bintang Prima Perkasa. 4.1.1

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN 106 Identitas Responden: Nama : Umur : Jabatan : KUESIONER KEPENTINGAN DIMENSI PEMASOK EVALUASI PEMASOK SEMEN, BATU BATA DAN PASIR DENGAN METODE AHP PADA CV. BAGIYAT MITRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Konsumen tidak lagi hanya menginginkan produk yang berkualitas, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Konsumen tidak lagi hanya menginginkan produk yang berkualitas, tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Di era globalisasi saat ini, persaingan antar perusahaan semakin ketat. Konsumen tidak lagi hanya menginginkan produk yang berkualitas, tetapi juga menuntut

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASOK PADA PT KARYA SEJATI VIDYATAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)

ANALISIS PEMASOK PADA PT KARYA SEJATI VIDYATAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process) ANALISIS PEMASOK PADA PT KARYA SEJATI VIDYATAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara 135-141 Yogyakarta. 3.2 Penentuan Kriteria Identifikasi kriteria menurut Verma dan Pullman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasok merupakan salah satu mitra bisnis yang memegang peranan sangat penting dalam menjamin ketersediaan barang pasokan yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent)

Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent) Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent) Agus Syamsudin 1*, Ellysa Nursanti 2, Emmalia Adriantantri 3 1 Mahasiswa Progam Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Bab ketiga ini adalah untuk menguraikan objek penelitian, alat, tata cara penelitian dan data yang akan dikaji serta cara analisis yang dipakai dan

Lebih terperinci

Abstrak

Abstrak PEMILIHAN ALTERNATIF SUPPLIER MENGGUNAKAN PENDEKATAN VENDOR PERFORMANCE INDICATOR (VPI) DAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCES (AHP) DI PT SUMBER BERKAT ANUGERAH INDONESIA Euis Nina Saparina Yuliani 1,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas pemasok terbaik untuk produkproduk yang paling laris dijual di Toko Besi Nusantara Semarang. Prioritas pemasok terbaik ditentukan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Tahapan AHP 5.1.1 Kuesioner Tahap Pertama Dari hasil kalkulasi pada Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa rasio 2 yaitu perbandingan antara total produk yang dihasilkan

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 54 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi Struktur Hierarki PT. POWERPLAST memiliki kira-kira 100 supplier pilihan untuk menunjang proses produksinya mulai dari bahan baku, yakni

Lebih terperinci

ANALISIS RANTAI PASOK PADA PT ADHIMIX PRECAST INDONESIA DENGAN METODE AHP

ANALISIS RANTAI PASOK PADA PT ADHIMIX PRECAST INDONESIA DENGAN METODE AHP ANALISIS RANTAI PASOK PADA PT ADHIMIX PRECAST INDONESIA DENGAN METODE AHP Nama : Faiz Aisyah Zuraidah NPM : 32412690 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : 1. Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT. 2. Alsen Medikano,

Lebih terperinci

PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU ALUMINIUM INGOT ADC12S DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU ALUMINIUM INGOT ADC12S DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU ALUMINIUM INGOT ADC12S DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Nama NPM : 32412666 Jurusan Pembimbing : Fairuz Inanda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 168 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa kesimpulan seperti berikut; 1. Dapat disimpulkan, kriteria-kriteria yang menjadi

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Supplier Botol Galon Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Supplier Botol Galon Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Supplier Botol Galon Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Yanuar Angga Prayoga 1, Ellysa Nursanti 2, Thomas Priyasmanu 3 1,3) Program Studi Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace - IAe) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang industri pesawat terbang, yang dimana memiliki material yang beragam dan aturan-aturan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP Fitriyani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Email : bilalzakwan12@yahoo.com ABSTRAK Sistem Pendukung Keputusan dirancang

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN

BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisa data, termasuk gambaran umum data yang di analisa guna mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian dan pengolahan

Lebih terperinci

27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk)

27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk) 27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk) PENENTUAN DAN PEMBOBOTAN KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK PRODUKSI KEJU MOZARELLA DI CV. BRAWIJAYA DAIRY INDUSTRY

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ Suhartanto 1, Putiri Bhuana Katili 2, Hadi Setiawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN KRITERIA DALAM SISTEM PEMILIHAN PEMASOK MATERIAL OLEH PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI KOTA KUPANG MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

KAJIAN KRITERIA DALAM SISTEM PEMILIHAN PEMASOK MATERIAL OLEH PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI KOTA KUPANG MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS KAJIAN KRITERIA DALAM SISTEM PEMILIHAN PEMASOK MATERIAL OLEH PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI KOTA KUPANG MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Yunita A. Messah 1 (yunitamessah@gmail.com) Sudiyo

Lebih terperinci

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Prosiding INSAHP5 Semarang,14 Mei 2007 ISBN :... Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Evi Yuliawati Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ilmiah memerlukan suatu kerangka penelitian sebelum pelaksanaannya. Kerangka penelitian tersebut harus disusun secara sistematis dan terarah, berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV. Motekar merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan boneka, dimana pemenuhan kebutuhan bahan baku bergantung sepenuhnya dari supplier. Saat ini perusahaan memiliki 2 supplier produksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah tata cara yang terperinci mengenai tahaptahap melakukan sebuah penelitian. Metodologi penelitian pada penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan penelitian. Dalam penelitian ini, jenis desain yang digunakan bersifat penelitian eksploratif.

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA KOMPONEN LAMP CORD ASSY UNTUK SPEEDOMETER HONDA BLADE DI PT. INDONESIA NIPPON SEIKI

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA KOMPONEN LAMP CORD ASSY UNTUK SPEEDOMETER HONDA BLADE DI PT. INDONESIA NIPPON SEIKI ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA KOMPONEN LAMP CORD ASSY UNTUK SPEEDOMETER HONDA BLADE DI PT. INDONESIA NIPPON SEIKI Sambas Sundana, Yossy Yulia Sari Jurusan Teknik Industri Universitas Muhamadiyah Jakarta

Lebih terperinci

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM Dian Gustina 1, Rendi Haposan Siahaan 2 1 Universitas Persada Indonesia Y.A.I, 2 STMIK Nusa Mandiri 1 Jl Salemba

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan merupakan suatu tantangan bagi perusahaan untuk terus berusaha memberikan yang terbaik bagi konsumen. Perusahaan yang mampu memenuhi keinginan konsumen,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah tata cara yang terperinci mengenai tahap-tahap melakukan sebuah penelitian. Metodologi penelitian pada penelitian ini

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah CV. Karya Mina Putra adalah perusahaan pengolahan kayu bangkirai menjadi berbagai macam produk konstruksi bangunan, antara lain Antislip, Decking, dan Beam.

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa beberapa materi yang ada di kamus kompetensi saat ini tidak terdapat pada materi yang ada dalam form penilaian saat ini sehingga perlu

Lebih terperinci

Pendidikan Responden

Pendidikan Responden BAB IV BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini meliputi para panitia pengadaan barang/jasa, serta jajaran dinas teknis terkait dengan pengadaan

Lebih terperinci

PROGRAM VBA EXCEL UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN INCOMPLETE PAIRWISE COMPARISON DALAM ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PROGRAM VBA EXCEL UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN INCOMPLETE PAIRWISE COMPARISON DALAM ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PROGRAM VBA EXCEL UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN INCOMPLETE PAIRWISE COMPARISON DALAM ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Teknik Industri

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU BANGUNAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PT. CIPTA NUANSA PRIMA TANGERANG

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU BANGUNAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PT. CIPTA NUANSA PRIMA TANGERANG Jurnal Techno Nusa Mandiri Vol.XIV, No.1, Maret 2017 1 PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU BANGUNAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PT. CIPTA NUANSA PRIMA TANGERANG Rani Irma Handayani

Lebih terperinci

Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical. Hierarchy Process)

Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical. Hierarchy Process) K O M P U Vol13, No.2, Juli 2016, pp. 94-104 ISSN: 1693 7-554 Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical A Hierarchy Process) S I, Lis. Uta.ri V

Lebih terperinci

Analytic Hierarchy Process

Analytic Hierarchy Process Analytic Hierarchy Process Entin Martiana INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kepuasan Konsumen, Pentingnya Kepuasan Konsumen Dalam Pemasaran,

BAB II LANDASAN TEORI. Kepuasan Konsumen, Pentingnya Kepuasan Konsumen Dalam Pemasaran, 10 BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas lebih mendalam mengenai Pengertian Kepuasan Konsumen, Pentingnya Kepuasan Konsumen Dalam Pemasaran, Hubungan Supply Chain Management, Kepuasan Konsumen

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 75 ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Dyna

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Pendahuluan Ngatawi 1 dan Ira Setyaningsih 2 Abstrak:

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP Mayang Anglingsari Putri 1, Indra Dharma Wijaya 2 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, metodologi penelitian merupakan suatu proses berpikir yang sistematis atau tahap-tahap penelitian yang diawali dengan mengidentifikasi masalah,

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv viii xv xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 37 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan produk merupakan hal yang sangat penting bagi setiap perusahaan. Tahapan awal dari pengembangan produk adalah mengidentifikasi keinginan

Lebih terperinci

Pengertian Metode AHP

Pengertian Metode AHP Pengertian Metode AHP Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data 19 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Papua Barat. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa Papua Barat sebagai wilayah yang mempunyai potensi sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Yang Digunakan 3.1.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan penelitian. Dalam penelitian ini, jenis desain yang digunakan

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Penelitian Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya peneliti membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah yang akan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN TECHNIQUE FOR ORDER PREFERENCE BY SIMILARITY TO IDEAL SOLUTION (TOPSIS) DI PT. INDO CAFCO TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran San Diego Hills Visi dan Misi Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran Bauran Pemasaran Perusahaan: 1. Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE AHP DAN SAW DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN JAKET PADA CV. WIDIA PRATAMA KREASI

PENERAPAN METODE AHP DAN SAW DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN JAKET PADA CV. WIDIA PRATAMA KREASI `322 Seminar Nasional Teknologi Informasi Universitas Ibn Khaldun Bogor 2018 PENERAPAN METODE AHP DAN SAW DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN JAKET PADA CV. WIDIA PRATAMA KREASI Humisar

Lebih terperinci

PENETAPAN KRITERIA HARGA BIAYA ANGKUT TRANSPORTASI BAHAN BAKAR SOLAR SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN

PENETAPAN KRITERIA HARGA BIAYA ANGKUT TRANSPORTASI BAHAN BAKAR SOLAR SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN Penetapan Kriteria Harga Biaya Angkut Transportasi Bahan Bakar Solar... (Sopiah dkk) PENETAPAN KRITERIA HARGA BIAYA ANGKUT TRANSPORTASI BAHAN BAKAR SOLAR SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE Galang Bogar Santos 1, Hendra Pradipta 2, Mungki Astiningrum 3 1,2 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Bahan baku merupakan sumber daya utama dalam kegiatan produksi selain sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dan mesin sebagai sumber daya teknologi, dengan alasan diatas maka perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2013: 5) jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi (level explanation) dan waktu.

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ambar Widayanti (ambarwidayanti@gmail.com) Muhammad Hasbi (hasbb63@yahoo.com) Teguh Susyanto (teguh@sinus.ac.id)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh strategi harga dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh strategi harga dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh strategi harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian jasa pengiriman barang PT. Pos Indonesia Cabang

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI Jakarta Imam Sunoto, Fiqih Ismawan, Ade Lukman Nulhakim,, Dosen Universitas Indraprasta PGRI Email : raidersimam@gmail.com, vq.ismaone@gmail.com,

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bidang yang mendukung perekonomian negara adalah bidang industri. Industri sendiri memiliki berbagai macam jenis antara lain: industri manufaktur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan dalam permasalahan.(isikan sesuai dengan masalah di

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan dalam permasalahan.(isikan sesuai dengan masalah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Permasalahan Tuliskan latar belakang sesuai dengan yang ada pada Format Umum Laporan. Persoalan didefinisikan secara mendetail sesuai dengan ruang lingkup persoalan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian CV. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam produksi seragam seperti kaos, jaket, kemeja, sweater yang berada di wilayah kampus.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE AHP UNTUK PEMILIHAN EKSTRAKURIKULER PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENERAPAN METODE AHP UNTUK PEMILIHAN EKSTRAKURIKULER PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2017, pp. 503~508 503 PENERAPAN METODE AHP UNTUK PEMILIHAN EKSTRAKURIKULER PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Veti Apriana 1, Titin Kristiana

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Kesimpulan mencakup hasil

BAB V PENUTUP. hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Kesimpulan mencakup hasil BAB V PENUTUP Dalam bagian penutup akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Kesimpulan mencakup hasil pembobotan dan urutan

Lebih terperinci

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Email : yusuf@akprind.ac.id ABSTRAK Pemilihan lokasi yang

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG Fitriyani STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl. Jend. Sudirman Selindung Pangkalpinang bilalzakwan12@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. barang yang dijual. Beberapa perusahaan dihadapkan pada beberapa alternatif

BAB 1 PENDAHULUAN. barang yang dijual. Beberapa perusahaan dihadapkan pada beberapa alternatif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan khususnya perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan barang, pasti bekerja sama dengan pemasok untuk menjamin ketersediaan barang yang

Lebih terperinci

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Sunggito Oyama 1, Ernawati 2, Paulus Mudjihartono 3 1,2,3) Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AN ANALYSIS OF THE TUITION FEE PAYMENT SYSTEM IN UKRIDA USING ANALYTICAL

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini dunia perindustrian berkembang semakin pesat dan mengakibatkan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat. Kondisi ini menuntut dihasilkannya produk atau jasa yang lebih baik, lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan semakin berkembangnya persaingan dalam dunia industri membuat perusahaan dituntut agar mampu bersaing untuk berada di posisi terbaik diantara perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

Technology Science and Engineering Journal, Volume 1 No 2 June 2017 E-ISSN:

Technology Science and Engineering Journal, Volume 1 No 2 June 2017 E-ISSN: Implementasi Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Sebagai Solusi Alternatif Dalam Pemilihan Supplier Bahan Baku Apel Di PT. Mannasatria Kusumajaya Endang Sulistiyani 1, Muh. Idil Haq Amir 2, Yusuf

Lebih terperinci

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015 PENGUKURAN KINERJA SUPPLIER DAN PEMILIHAN SUPPLIER TAMBAHAN DI PT. SERDANG JAYA PERDANA, KECAMATAN TANDEM HILIR TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Bab V. Kesimpulan Dan Saran

Bab V. Kesimpulan Dan Saran Bab V Kesimpulan dan Saran - 117 - Bab V Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan dalam ban IV, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU PLAT BESI PADA KAROSERI CV BINTANG PRIMA PERKASA DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP)

PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU PLAT BESI PADA KAROSERI CV BINTANG PRIMA PERKASA DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU PLAT BESI PADA KAROSERI CV BINTANG PRIMA PERKASA DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) Rifqi Yohana Saputra, Rindra Yusianto, Tita Talitha Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 PENILAIAN KINERJA KARYAWAN DENGAN PENDEKATAN MALCOLM BALDRIGE NATIONAL QUALITY AWARD DI PT.BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Penulisan

Lebih terperinci

SKRIPSI EVALUASI PEMASOK SEMEN, BATU BATA DAN PASIR DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA CV. BAGIYAT MITRA PERKASA

SKRIPSI EVALUASI PEMASOK SEMEN, BATU BATA DAN PASIR DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA CV. BAGIYAT MITRA PERKASA SKRIPSI EVALUASI PEMASOK SEMEN, BATU BATA DAN PASIR DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA CV. BAGIYAT MITRA PERKASA Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Manajemen di Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi. Sistem

Lebih terperinci