BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perusahaan yang dijadikan objek penelitian yaitu CV Bintang Prima Perkasa.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perusahaan yang dijadikan objek penelitian yaitu CV Bintang Prima Perkasa."

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Pada bagian ini akan dijelaskan sekilas mengenai gambaran umum perusahaan yang dijadikan objek penelitian yaitu CV Bintang Prima Perkasa Profil Perusahaan CV Bintang Prima Perkasa merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang industri karoseri dan konstruksi. Perusahaan ini memproduksi Cargo Box (Steel/Alumunium). Proses produksi perusahaan dibagi menjadi dua lantai produksi, yaitu produksi bak maupun box yang berbahan plat besi (Steel) dan box yang berbahan alumunium. Dengan komitmen yang kuat untuk mencapai visi perusahaan, CV Bintang Prima Perkasa saat ini telah berkembang menjadi perusahaan karoseri terbaik di Jawa Tengah. CV Bintang Prima Perkasa merupakan perusahaan karoseri terdepan karena mempunyai tenaga ahli yang sangat berpengalaman dibidangnya dan menggunakan bahan baku yang berkualitas serta didukung dengan peralatan yang berteknologi mutakhir. Setiap proses produksi pada CV Bintang Prima Perkasa dikerjakan dengan kejujuran, kecermatan dan konsistensi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan produk yang memiliki standar kualitas yang tinggi. CV Bintang Prima Perkasa selalu menjalankan program peningkatan mutu dan inovasi guna meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. 38

2 Sejarah Berdirinya Perusahaan CV Bintang Prima Perkasa didirikan oleh Bapak Agus Setiawan Hidayat pada awal bulan Oktober 2002, namun mulai beroperasional pada tanggal 3 Januari Perusahaan ini terletak di Jalan Gatot Subroto Blox XI/C-2 Semarang yang berada di dalam lingkungan Kawasan Industri Candi Krapyak. Pemilihan lokasi perusahaan yang berada di dalam lingkungan Kawasan Industri Candi sangatlah tepat, karena segmen pasar dari CV Bintang Prima Perkasa adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang membutuhkan Cargo Box Alumunium dalam mengantarkan produk mereka kepada konsumen. Sehingga perusahaan-perusahaan manufaktur yang berada di dalam lingkungan Kawasan Industri Candi tidak kesulitan mencari perusahaan karoseri dan konstruksi di Semarang. Pada awalnya, perusahaan ini hanya memiliki lantai produksi yang tidak begitu luas, namun seiring meningkatnya permintaan konsumen terhadap produk, maka perusahaan menambah lantai produksi dengan menyewa bangunan sebagai lantai produksi sekaligus gudang bahan baku besi ataupun alumunium, yang lokasinya masih berada di dalam lingkungan Kawasan Industri Candi. Sehingga dapat mempermudah transportasi bahan baku dari gudang utama ke lantai produksi kedua. Pada pertengahan tahun 2014 ini, CV Bintang Prima Perkasa melakukan perluasan lantai produksi lagi dengan membangun lantai produksi yang berlokasi tepat di sebelah kanan lantai produksi pertama.

3 Tenaga Kerja (Personalia) Personalia merupakan salah satu bagian yang sangat penting bagi perusahaan. Manusia merupakan pelaku utama kegiatan operasional perusahaan.tanpa manusia mustahil perusahaan dapat beroperasi dengan baik. Sebelum mengadakan penarikan tenaga kerja, CV Bintang Prima Perkasa terlebih dahulu menganalisa jabatan sehingga perusahaan dapat memperoleh karyawan yang tepat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Analisa jabatan disusun melalui diskripsi jabatan tugas-tugas, kewajiban, fungsi tanggung jawab dan hubungannya dengan pihak lain serta spesifikasi jabatan seperti pendidikan, ketrampilan, kecakapan, kecerdasan dan lain-lain. Adapun perincian spesifikasi jabatan dilihat dari jenjang pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Tenaga administrasi dan keuangan minimal D3. 2. Tenaga produksi, bagian rumah tangga dan satpam biasanya diambil dari SMU, SMK dan atau memiliki keahlian tertentu. 3. Tenaga teknisi diambil dari SMK. 4. Tenaga sopir diambil dari SMP atau sederajat. 5. Tenaga untuk manajerial diambil dari minimal S Segmentasi Pasar Pada awal perusahaan didirikan, pangsa pasar CV Bintang Prima Perkasa adalah perusahaan manufaktur yang berlokasi di kawasan industri candi krapyak, namun seiring perkembangan jaman CV Bintang Prima Perkasa telah memperluas

4 41 segmen pasarnya hingga merambah luar kota Semarang, bahkan merambah luar pulau Jawa. Adapun segmen-segmen itu adalah: 1. Industri manufaktur 2. Dealer penjualan truk Dalam bidang pemasaran CV Bintang Prima Perkasa mempunyai beberapa pelanggan tetap diantaranya CV Andrian, PT Polytron, PT Pura Barutama dan masih banyak lainnya Visi dan Misi Perusahaan Dalam mencapai tujuan perusahaan, CV Bintang Prima Perkasa mempunyai visi misi yang ditempuh, berikut penjelasan visi dan misi perusahaan. a. Visi Perusahaan Visi CV Bintang Prima Perkasa adalah berusaha menjadi perusahaan karoseri yang unggul dan mampu bersaing di bidang industri karoseri di Jawa Tengah. b. Misi Perusahaan Untuk menciptakan keungulan dalam bersaing, misi yang dilaksanakan adalah: 1. Mengutamakan kepuasan pelanggan dengan menghasilkan produk yang memiliki standart kualitas yang tinggi. 2. Menggunakan bahan baku yang terbaik. 3. Mempekerjakan tenaga ahli yang telah berpengalaman dibidangnya. 4. Menjalankan program peningkatan mutu dan inovasi.

5 Struktur Organisasi CV Bintang Prima Perkasa dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang membawahi empat departemen dengan tugas utama memastikan bahwa setiap kegiatan pada setiap departemen dilakukan dengan benar dan sesuai prosedur. Bagan lengkap dari struktur organisasi CV Bintang Prima Perkasa dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini: Gambar 4.1 Struktur Organisasi CV Bintang Prima Perkasa Sumber: CV Bintang Prima Perkasa, 2015 Berikut ini adalah struktur organisasi secara garis besar pada CV Bintang Prima Perkasa beserta tanggung jawabnya, yaitu: 1. Presiden Direktur Presiden Direktur merupakan pimpinan tertinggi di CV Bintang Prima Perkasa yang mempunyai tanggung jawab untuk menentukan arah perkembangan perusahaan. Presiden Direktur juga meninjau dan menyetujui rencana dalam

6 43 mengontrol pengeluaran biaya, efektivitas kerja, efisiensi bahan, masalah ketenagakerjaaan, menjalin dan mempertahankan hubungan kerja yang baik antar departemen. Presiden Direktur memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Menentukan semua kebijakan dan keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan. b. Bertanggung jawab atas semua kegiatan operasional perusahaan serta kontinuitas kegiatan perusahaan. c. Bertindak sebagai Top Management. 2. ManajerPemasaran Tugas dan tanggung jawab manajer pemasaran sebagai berikut: a. Merencanakan dan melaksanakan strategi-strategi pemasaran yang diperlukan untuk meningkatkan penjualan prduk pada CV Bintang Prima Perkasa. b. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pemasaran perusahaan. 3. Manajer Logistik Manajer Logistik bertanggung jawab untuk merencanakan, mengatur dan mengontrol semua kebutuhan bahan baku untuk proses produksi serta melakukan pemilihan pemasok dan pembelian bahan baku. 4. Manajer Administrasi Manajer Administrasi mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

7 44 a. Melakukan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan kegiatan dalam aspek keuangan perusahaan. b. Melakukan pengelolaan keuangan perusahaan secara efisien. c. Menyusun laporan keuangan perusahaan secara berkala. d. Melakukan evaluasi kinerja staf administrasi. 5. ManajerProduksi Manajer Produksi bertanggung jawab mengendalikan segala aktivitas yang berhubungan dengan proses produksi pada CV Bintang Prima Perkasa Jam Kerja Berdasarkan jam kerja, karyawan CV Bintang Prima Perkasa terbagi menjadi dua yaitu karyawan bagian produksi dan non-produksi. Pengaturan jam kerja di CV Bintang Prima Perkasa dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Pengaturan Jam Kerja CV Bintang Prima Perkasa Bagian Hari Jam Kerja Istirahat Produksi Senin-Jumat Sabtu Non-Produksi Senin-Jumat Sabtu Sumber: CV Bintang Prima Perkasa, Pelaksanaan Survei Awal Pelaksanaan survei awal dilakukan guna mengetahui nama-nama pemasok bahan baku plat besi yang selama ini digunakan oleh CV Bintang Prima Perkasa. Dalam hal ini wawancara ditujukan kepada pihak yang berwenang yaitu bagian

8 45 pengadaan bahan baku plat besi pada CV Bintang Prima Perkasa. Berikut ini tabel 4.2 yang merupakan nama-nama pemasok bahan baku plat besi yang digunakan perusahaan: Tabel 4.2 Pemasok Bahan Baku Plat Besi Kode Nama Pemasok Alamat SP1 PT Handy Mandiri Steel Kawasan Industri Candi BI 8-D/3, Jl. Jendral Gatot Subroto, kota Semarang SP2 PT Mandiri Citra Abadi Jl. Yos Sudarso kav 1, Semarang. SP3 PT Maiko Baru Jl. Letjen MT Haryono 563, Gandekpuspo, Semarang Tengah, kota Semarang Sumber: CV Bintang Prima Perkasa, 2015 Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa terdapat tiga pemasok bahan baku plat besi di CV Bintang Prima Perkasa yaitu PT Handy Mandiri Steel, PT Mandiri Citra Abadi dan PT Maiko Baru. Kode pemasok ditetapkan pada penelitian ini untuk mempermudah penggunaan simbol saat pengolahan data nantinya. 4.3 Penentuan Kriteria dan Sub Kriteria Pada awal penggunaan metode ANP, perlu didefinisikan kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan. Setiap kriteria ini mungkin dapat dibagi lagi ke dalam sub kriteria apabila diperlukan. Kriteria-kriteria ini dalam pengambilan keputusan didapatkan dari pihak CV Bintang Prima Perkasa yang memang berwenang menentukan pemasok bahan baku plat besi yang akan digunakan, selain juga dari telaah jurnal. Melalui diskusi yang dilakukan dengan

9 46 pihak CV Bintang Prima Perkasa bagian pengadaan, didapatkanlah kriteriakriteria pengambilan keputusan yang meliputi kriteria pengiriman bahan baku, kriteria karakteristik bahan baku, kriteria biaya bahan baku dan kriteria layanan dari pemasok. Setiap kriteria ini dapat dibagi lagi ke dalam sub-sub kriteria yang lebih spesifik. Berikut tabel 4.3 yang menjelaskan kriteria dan sub kriteria dalam pemilihan pemasok di CV Bintang Prima Perkasa: Tabel 4.3 Kriteria dan Sub Kriteria Kriteria Sub Kriteria Definisi Frekuensi pemenuhan Pemasok dapat selalu memenuhi Pengiriman pemesanan pesanan sesuai jumlah yang diminta. Bahan Baku Frekuensi ketepatan waktu Pemasok mampu mengirim bahan baku sesuai waktu yang telah dijanjikan. Spesifikasi ketebalan, panjang dan Ukuran bahan baku Karakteristik lebar plat besi sesuai yang dipesan. Bahan Baku Pemasok menjaga kualitas bahan baku Kualitas yang dipasok. Harga bahan baku dari pemasok Harga Biaya Bahan memberi keuntungan lebih bagi CV. Baku Pemasok memberi diskon dari biaya Diskon total pembelian. Cara pembayaran Pemasok memberi kemudahan dan toleransi dalam pembayaran. Layanan dari Perbandingan rasa percaya terhadap Kepercayaan Pemasok pemasok-pemasok yang ada. Keterbukaan terhadap Pemasok membuka diri untuk keluhan menerima keluhan dari pihak CV. Sumber: CV Bintang Prima Perkasa, 2015

10 47 Kriteria pertama adalah pengiriman bahan baku. Kriteria ini mempunyai sub kriteria frekuensi pemenuhan pemesanan dan frekuensi ketepatan waktu. Sub kriteria yang pertama adalah frekuensi pemenuhan pemesanan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan pemasok dalam memenuhi jumlah pesanan yang diminta pihak CV Bintang Prima Perkasa. Perusahaan tentunya berharap pemasok dapat selalu memenuhi pesanan sesuai dengan jumlah yang diminta. Sub kriteria yang kedua adalah frekuensi ketepatan waktu pengiriman berkaitan dengan kemampuan pemasok dalam menepati waktu pengiriman yang telah dijanjikan. Dari pengalaman yang dimiliki CV Bintang Prima Perkasa, keterlambatan kedatangan bahan baku akan berdampak buruk bagi perusahaan. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya proses produksi sehingga pemenuhan permintaan konsumen menjadi tidak tepat waktu. Oleh sebab itu, pemasok yang ideal adalah pemasok yang mampu mengirimkan barang atau pesanan sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Kriteria kedua adalah karakteristik bahan baku. Kriteria ini mempunyai sub kriteria ukuran bahan baku dan kualitas. Ukuran bahan baku mencakup ketebalan, panjang serta lebar plat besi. Satuan pesanan plat besi biasanya berupa satuan berat (kg). Pemenuhan pesanan bahan baku plat besi seringkali tidak sesuai dengan spesifikasi ukuran yang diinginkan, namun berat total plat besi tetap sesuai dengan pesanan. Hal ini memang sering dimaklumi oleh pihak perusahaan karena keperluan akan bahan baku plat besi yang mendesak. Selain itu akibat spesifikasi yang tidak sama, jumlah produk akhir yang dihasilkan bisa berkurang, hal ini tentu sangat merugikan pihak perusahaan. Oleh sebab itu, pihak CV

11 48 Bintang Prima Perkasa mengharapkan pemasok yang dapat memenuhi pesanan sesuai dengan spesifikasi produk yang diinginkan. Sub kriteria kedua adalah kualitas. Kualitas sudah menjadi hal yang umum dan sangat penting dalam pemilihan produk. Untuk menjaga kualitas pesanan konsumen yang dihasilkan CV Bintang Prima Perkasa, kualitas bahan baku perlu diperhatikan. Pemasok yang dapat memasok bahan baku dengan kualitas baik merupakan pemasok yang patut dipilih. Kriteria ketiga adalah biaya bahan baku. Kriteria ini mempunyai sub kriteria harga dan diskon. Sub kriteria biaya bahan baku muncul karena pihak CV Bintang Prima Perkasa menyadari bahwa harga bahan baku merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan terutama ketika CV Bintang Prima Perkasa memiliki keterbatasan dana pembelian. CV Bintang Prima Perkasa akan berusaha memilih pemasok yang memberikan keuntungan lebih bagi perusahaan. Sub kriteria diskon pun tentunya mencul karena inilah yang akan mempengaruhi harga akhir pembelian bahan baku. Pada kenyataannnya, terdapat pemasok yang terkadang memberikan diskon pembelian bahan baku karena suatu alasan. Tentunya pihak CV Bintang Prima Perkasa akan memilih pemasok-pemasok sedemikian untuk mengurangi biaya total pembelian. Kriteria terakhir adalah layanan dari pemasok. Kriteria ini mempunyai sub kriteria cara pembayaran, kepercayaan dan keterbukaan terhadap keluhan. Kriteria layanan dari pemasok berhubungan dengan pelayanan serta image yang diberikan pemasok kepada pembeli. Sub kriteria cara pembayaran berkaitan dengan kemudahan pembayaran yang diberikan pemasok kepada perusahaan. Terdapat

12 49 pemasok-pemasok tertentu yang terkadang memberikan toleransi pembayaran dengan cara mencicil. Hal seperti inilah yang dapat dimanfaatkan perusahaan ketika perusahaan mengalami kekurangan dana pembelian bahan baku. Sub kriteria kedua adalah kepercayaan. Keputusan dalam memilih pemasok tentunya juga dipengaruhi oleh perbandingan rasa percaya terhadap pemasok yang ada. Sub kriteria ketiga adalah keterbukaan terhadap keluhan, hal ini harus diperhatikan juga sebagai contoh keluhan terhadap kualitas produk yang kurang baik. Apabila pemasok sangat tertutup sehingga tidak mau menerima keluhan, akan sulit bagi pembeli untuk mendapatkan barang atau produk yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. 4.4 Keterkaitan Kriteria dan Sub Kriteria Selain metode ANP terdapat metode pengambilan keputusan lain yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP). Keuntungan yang dimiliki metode ANP dibandingkan AHP adalah dimungkinkannya pemodelan hubungan keterkaitan antar kriteria atau sub kriteria dalam model pengambilan keputusan. Hubungan yang terjadi antar sub kriteria didapatkan melalui cara penilaian melalui kuesioner. Hasil olah data kuesioner tersebut menunjukkan adanya hubungan antar sub kriteria yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu inner dependence dan outer dependence. Inner dependence adalah hubungan yang terjadi antar sub kriteria di dalam kriteria yang sama yaitu frekuensi pemenuhan pesanan dengan frekuensi ketepatan waktu, ukuran bahan baku denga kualitas, harga dengan diskon, cara pembayaran dengan kepercayaan dan kepercayaan dengan keterbukaan terhadap

13 50 keluhan. Kemampuan pemasok memenuhi jumlah pesanan bahan baku yang diinginkan pembeli akan mempengaruhi ketepatan waktu pengiriman. Apabila pemasok memiliki bahan baku yang cukup maka akan mudah bagi pemasok untuk mengirimkan secara tepat waktu, namun apabila sebaliknya maka sulit untuk memenuhi kesepakatan waktu yang telah ditetapkan. Keterlambatan disebabkan adanya usaha pencarian barang yang dilakukan oleh pemasok ke pemasokpemasok di cabang lainnya. Usaha ini memerlukan waktu yang tidak sebentar dan tidak dapat diprediksi dengan baik sehingga seringkali menyebabkan keterlambatan pengiriman. Diskon adalah subkriteria yang mempengaruhi harga bahan baku plat besi. Adanya diskon akan membuat bahan baku plat besi lebih murah. Sub kriteria selanjutnya adalah kepercayaan. Kepercayaan yang telah dibangun memungkinkan pemasok memberi alternatif cara pembayaran yang lebih mudah. Perlakuan pemasok ini akan berbeda apabila dihadapkan dengan pembeli yang baru. Track record pembelilah yang turut membangun kepercayaan ini. Hubungan selanjutnya adalah kepercayaan terhadap keterbukaan terhadap keluhan. Sama halnya dengan cara pembayaran, hubungan baik yang terjalin antara pembeli dengan pemasok akan meningkatkan keterbukaan dalam hal keluhan-keluhan yang disampaikan. Jenis hubungan antar sub kriteria yang kedua dinamakan outer dependence. Hubungan ini terjadi antar sub kriteria di kriteria-kriteria yang berbeda. Hubungan-hubungan ini antara lain frekuensi pemenuhan pesanan dengan ukuran bahan baku, harga, diskon, dan cara pembayaran, ukuran bahan baku dengan harga, kualitas dengan harga, dan kepercayaan dengan diskon.

14 51 Seperti telah dijelaskan sebelumnya, frekuensi pemenuhan pesanan berkaitan dengan ketersediaan barang di pihak pemasok. Ketersediaan barang akan mempengaruhi ukuran bahan baku yang dipasok ke pembeli. Perbedaanperbedaan ukuran bahan baku yang dipasok ke pembeli diakibatkan oleh kekurangan persediaan bahan baku di pihak pemasok sehingga untuk memenuhinya, pemasok mencari barang dari perusahaan-perusahaan cabang di negara lain yang seringkali memiliki spesifikasi plat besi berbeda. Ketersediaan bahan baku juga akan mempengaruhi harga dan diskon. Hubungan yang terjadi antara sub kriteria-sub kriteria ini sesuai dengan teori supply dan demand secara umum. Hubungan lainnya adalah dengan cara pembayaran. Ketersediaan bahan baku yang terlalu banyak di pihak pemasok biasanya membuat pemasok berinisiatif menawarkan cara pembayaran yang lebih mudah sebagai strategi pemasaran agar barang-barang yang dimilikinya cepat terjual. Hubungan selanjutnya adalah antara ukuran dan harga. Spesifikasi bahan baku yang berbeda tentunya memiliki harga yang berbeda pula. Hubungan antara kualitas dan harga adalah semakin tinggi kualitas bahan baku maka harga dari bahan baku tersebut akan semakin tinggi. Sub kriteria lain yang berhubungan adalah kepercayaan dan diskon. Kepercayaan yang dalam hal ini adalah relasi yang baik dan telah terjalin lama memang memberikan banyak keuntungan bagi pembeli, salah satunya adalah kemungkinan diberikannya diskon dalam pembelian bahan baku. Semua hubungan outer dependence antar sub kriteria ini secara otomatis menimbulkan hubungan antarkriteria dalam proses pengambilan keputusan. Seluruh kriteria, sub

15 52 kriteria, serta hubungan yang telah teridentifikasi pada akhirnya digunakan dalam pembangunan model pengambilan keputusan seperti pada gambar 4.2 berikut:

16 53 GOAL Mendapat pemasok plat besi Pengiriman Bahan Baku Karakteristik Bahan Baku Biaya Bahan Baku Layanan dari Pemasok Frekuensi pemenuhan pemesanan Frekuensi ketepatan waktu Ukuran bahan baku Kualitas Harga Diskon Cara pembayaran Kepercayaan Keterbukaan terhadap keluhan Alternatif Pemasok PT Handy Mandiri Steel PT Mandiri Citra Abadi PT Maiko Baru Gambar 4.2 Model Keterkaitan ANP dalam Pemilihan Supplier Bahan Baku Plat Besi CV Bintang Prima Perkasa

17 54 Setelah mendapatkan model keterkaitan antar kriteria maupun sub kriteria, pembobotan perbandingan berpasangan dilakukan melalui kueisoner yang disebarkan. Berikut cara pengumpulan data dengan menyebar kuesioner kepada responden yang telah ditentukan: a. Dilakukan perancangan responden yang akan ditanyai dan dimintai keterangan tentang kriteria-kriteria yang berkaitan dengan pemilihan alternatif model pemilihan pemasok. Responden yang termasuk dalam daftar pengisian kuesioner adalah perwakilan dari bagian pengadaan bahan baku sebanyak 6 responden. b. Pengambilan data dari responden dilakukan melalui kuesioner yang diberikan ke 6 orang bagian pengadaan bahan baku tersebut, disesuaikan dengan kondisi responden dan kemudahan pengambilan data. c. Kuesioner dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pembacaan dan pemahaman responden (kuesioner dapat dilihat pada lampiran). 4.5 Analisis Matriks Perbandingan Berpasangan Tahap Bembobotan Hasil penilaian jawaban responden terhadap tiap pertanyaan selanjutnya dapat dibentuk matriks. Pembentukan matriks dilakukan pada tiap kelompok pertanyaan dengan ordo sesuai dengan jumlah pertanyaan dalam setiap kelompok. Hasil penilaian pada bagian sebelumnya dimasukan dalam sel-sel yang berada di atas diagonal. Sel diagonal akan diisi dengan angka 1. Sementara sel lain akan

18 55 diisi dengan angka kebalikan (invers) sesuai dengan pasangan sel sejenis. Prosedur pemasukan jawaban adalah sebagai berikut: a. Tiap jawaban respoden pada tiap pertanyaan akan diberi penilaian sesuai dengan aturan Saaty. b. Hasil penilaian dalam suatu pertanyaan untuk semua responden (6 orang) lalu dirata-rata. c. Nilai rata-rata merupakan jawaban yang mewakili semua responden untuk tiap pertanyaan. d. Nilai tersebut selanjutnya dimasukan dalam matriks berpasangan dan ditempatkan sesuai dengan pasangan antar kriteria yang ditinjau. e. Tabel hasil penilaian jawaban responden dapat dilihat dalam Lampiran Tahap Matriks Perbandingan Berpasangan Setelah menyebar kuesioner dan merekapnya dalam Ms Excell, tahapan selanjutnya ialah melakukan uji perbandingan berpasangan (Pair Wise Comparison). Uji ini dilakukan untuk menghasilkan prioritas terbaik dengan mengetahui nilai pembobotan kriteria dan sub kriteria satu dengan yang lain. Setelah diolah dalam bentuk matriks-matriks, data yang didapatkan selanjutnya diolah dengan bantuan software expert choice. Penggunaan software ini dilakukan karena memudahkan peneliti dalam mendapatkan nilai bobot prioritas dari masing-masing kriteria dan sub kriteria yang diuji sekaligus bisa diurutkan prioritasnya berdasarkan nilai bobotnya tersebut. Software ini juga mempercepat peneliti dalam mendapatkan nilai Inconsistency dari masing-masing uji Pair Wise Comparison yang dilakukan. Dalam software expert choice, nilai hubungan antar

19 56 kriteria atau sub kriteria dimasukkan sesuai dengan tingkat kecenderungan kepentingannya, apakah kriteria yang satu lebih penting daripada yang lainnya dalam skala 1-9. Dimana jika pilihan mendekati kriteria yang di sebelah kiri dibandingkan di sebelah kanan, maka kriteria kiri lebih penting daripada yang kanan, begitu pula sebaliknya. 1. Matriks Antar Kriteria Dalam matriks antar kriteria ini dilakukan pengujian perbandingan berpasangan antar kriteria sehingga diketahui bobot masing-masing kriteria dan juga nilai Inconsistency. Hasil matriks antar kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: Pengiriman Bahan Baku Karakteristik Bahan Baku Biaya Bahan Baku Layanan dari Pemasok Tabel 4.4 Matriks Antar Kriteria Pengiriman Bahan Baku Karakteristik Bahan Baku Biaya Bahan Baku Layanan dari Pemasok , ,3 0, ,3 0,2 0,3 1 Dari tabel di atas dapat dilihat penilaian responden terhadap hubungan antar kriteria terkait tingkat kecenderungan kepentingannya. Setelah data matriks di atas dimasukkan dalam expert choice, maka didapatkan nilai bobot dari

20 57 masing-masing kriteria yang selanjutnya diurutkan berdasarkan prioritasnya seperti ditunjukkan tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Bobot Prioritas Antar Kriteria Kriteria Bobot Prioritas Karakteristik Bahan Baku Biaya Bahan Baku Pengiriman Bahan Baku Layanan dari Pemasok Inconsistency = 0,07 Berdasarkan tabel 4.5 yang merupakan rekap output dari uji Pair Wise Comparison antar kriteria pada expert choice, dapat dilihat bahwa kriteria dengan prioritas urutan pertama ialah karakteristik bahan baku dengan bobot 0,508, kedua yaitu biaya bahan baku dengan bobot 0,265, ketiga yaitu pengiriman bahan baku dengan bobot 0,151 dan prioritas terakhir ialah layanan dari pemasok dengan bobot 0,075. Nilai Inconsistency dalam pengujian sebesar 0,07 < 0,1 yang berarti penelitian dinyatakan konsisten dan dapat diterima. 2. Matriks Sub Kriteria Pengiriman Bahan Baku Pengujian perbandingan berpasangan terhadap sub kriteria pengiriman bahan baku digunakan untuk mengetahui sub kriteria mana yang menjadi prioritas dalam kriteria pengiriman bahan baku berdasarkan penilaian responden. Berikut tabel 4.6 yang menunjukkan matriks sub kriteria pengiriman bahan baku:

21 58 Tabel 4.6 Matriks Sub Kriteria Pengiriman Bahan Baku Frekuensi pemenuhan pemesanan Frekuensi ketepatan waktu Frekuensi pemenuhan pemesanan 1 3 Frekuensi ketepatan waktu 0,3 1 Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat penilaian responden terhadap sub kriteria pengiriman bahan baku yang terdiri dari frekuensi pemenuhan pemesanan dan frekuensi ketepatan bahan baku. Bobot prioritas sub kriteria pengiriman bahan baku hasil pengujian dengan expert choice ditunjukkan tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7 Bobot Prioritas Sub Kriteria Pengiriman Bahan Baku Kriteria Bobot Prioritas Frekuensi pemenuhan pemesanan Frekuensi ketepatan waktu Inconsistency = 0,00 Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sub kriteria dengan prioritas urutan pertama ialah frekuensi pemenuhan pemesanan dengan bobot 0,750 dan kedua yaitu frekuensi ketepatan waktu dengan bobot 0,250. Nilai Inconsistency dalam pengujian sebesar 0,00 < 0,1 yang berarti penelitian dinyatakan konsisten dan dapat diterima.

22 59 3. Matriks Sub Kriteria Karakteristik Bahan Baku Sub kriteria karakteristik bahan baku juga dilakukan uji perbandingan berpasangan berdasarkan penilaian responden. Berikut tabel 4.8 yang merupakan matriks perbandingan sub kriteria karakteristik bahan baku: Tabel 4.8 Matriks Sub Kriteria Karakteristik Bahan Baku Ukuran bahan baku Kualitas Ukuran bahan baku 1 5 Kualitas 0,2 1 Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat penilaian responden terhadap sub kriteria karakteristik bahan baku yang terdiri dari ukuran bahan baku dan kualitas. Bobot prioritas sub kriteria karakteristik bahan baku hasil pengujian dengan expert choice ditunjukkan tabel 4.9 berikut: Tabel 4.9 Bobot Prioritas Sub Kriteria Karakteristik Bahan Baku Kriteria Bobot Prioritas Kualitas Ukuran bahan baku Inconsistency = 0,00 Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa sub kriteria dengan prioritas urutan pertama ialah kualitas dengan bobot 0,833 dan kedua yaitu ukuran bahan baku dengan bobot 0,167. Nilai Inconsistency dalam pengujian sebesar 0,00 < 0,1 yang berarti penelitian dinyatakan konsisten dan dapat diterima.

23 60 4. Matriks Sub Kriteria Biaya Bahan Baku Seperti sub kriteria lainnya, pada sub kriteria biaya bahan baku juga dilakukan uji perbandingan berpasangan berdasarkan penilaian responden. Berikut tabel 4.10 yang merupakan matriks perbandingan sub kriteria biaya bahan baku: Tabel 4.10 Matriks Sub Kriteria Biaya Bahan Baku Harga Diskon Harga 1 3 Diskon 0,3 1 Dari tabel 4.10 di atas dapat dilihat penilaian responden terhadap sub kriteria biaya bahan baku yang terdiri dari harga dan diskon. Bobot prioritas sub kriteria biaya bahan baku hasil pengujian dengan expert choice ditunjukkan tabel 4.11 berikut: Tabel 4.11 Bobot Prioritas Sub Kriteria Biaya Bahan Baku Kriteria Bobot Prioritas Harga Diskon Inconsistency = 0,00 Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa sub kriteria dengan prioritas urutan pertama ialah harga dengan bobot 0,750 dan kedua yaitu diskon dengan bobot 0,250. Nilai Inconsistency dalam pengujian sebesar 0,00 < 0,1 yang berarti penelitian dinyatakan konsisten dan dapat diterima.

24 61 5. Matriks Sub Kriteria Layanan dari Pemasok Sub kriteria terakhir yang dilakukan perbandingan berpasangan ialah sub kriteria layanan dari pemasok berdasarkan penilaian responden. Berikut tabel 4.12 yang merupakan matriks perbandingan sub kriteria layanan dari pemasok: Tabel 4.12 Matriks Sub Kriteria Layanan dari Pemasok Cara Keterbukaan Kepercayaan pembayaran terhadap keluhan Cara pembayaran Kepercayaan 0,3 1 3 Keterbukaan terhadap keluhan 0,5 0,3 1 Dari tabel 4.12 di atas dapat dilihat penilaian responden terhadap sub kriteria layanan dari pemasok yang terdiri dari cara pembayaran, kepercayaan dan keterbukaan terhadap keluhan. Bobot prioritas sub kriteria layanan dari pemasok hasil pengujian dengan expert choice ditunjukkan tabel 4.13 berikut: Tabel 4.13 Bobot Prioritas Sub Kriteria Layanan dari Pemasok Kriteria Bobot Prioritas Kepercayaan Cara pembayaran Keterbukaan terhadap keluhan Inconsistency = 0,05 Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa sub kriteria dengan prioritas urutan pertama ialah kepercayaan dengan bobot 0,594, kedua cara pembayaran dengan bobot 0,249 dan terakhir keterbukaan terhadap keluhan dengan bobot 0,157. Nilai Inconsistency dalam pengujian sebesar 0,05 < 0,1 yang berarti penelitian dinyatakan konsisten dan dapat diterima.

25 62 6. Matriks Antar Sub Kriteria Setelah diketahui perbandingan berpasangan antar sub kriteria di dalam kriterianya masing-masing, langkah selanjutnya ialah melakukan uji terhadap semua sub kriteria. Matriks antar sub kriteria dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut: Tabel 4.14 Matriks Antar Sub Kriteria Dari tabel 4.14 di atas dapat dilihat penilaian responden terhadap hubungan antar sub kriteria dalam penelitian ini. Bobot prioritas antar sub kriteria hasil pengujian dengan expert choice ditunjukkan tabel 4.15 berikut: Tabel 4.15 Bobot Prioritas Antar Sub Kriteria Kriteria Bobot Prioritas Kualitas Kepercayaan Harga Keterbukaan terhadap keluhan Diskon Frekuensi ketepatan waktu Ukuran bahan baku Cara pembayaran Frekuensi pemenuhan pemesanan Inconsistency = 0,09

26 63 Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa sub kriteria yang menempati prioritas pertama adalah kualitas dengan bobot 0,360, kedua ialah kepercayaan dengan bobot 0,138, ketiga ialah harga dengan bobot 0,136, keempat ialah keterbukaan terhadap pelanggan dengan bobot 0,086, kelima ialah diskon dengan bobot 0,084, keenam ialah frekuensi ketepatan waktu dengan bobot 0,056, ketujuh ialah ukuran bahan baku dengan bobot 0,052, kedelapan ialah cara pembayaran dengan bobot 0,051 dan urutan terakhir ialah frekuensi pemenuhan pemesanan dengan bobot 0,037. Nilai Inconsistency dalam pengujian sebesar 0,09 < 0,1 yang berarti penelitian dinyatakan konsisten dan dapat diterima Matriks Perbandingan Pemasok terhadap Sub Kriteria Setelah mendapat keputusan tentang kriteria dan sub kriteria mana yang paling menjadi prioritas sebagai pertimbangan bagi perusahaan dalam memilih pemasok, tahap selanjutnya adalah penilaian terhadap masing-masing pemasok berdasarkan masing-masing sub kriteria, dimana nanti akan mendapat hasil akhir berupa nilai kumulatif ketiga pemasok dari sembilan sub kriteria yang dilakukan penilaian. Penilaian pemasok juga masih menggunakan kueisoner yang sama yaitu menggunakan skala Saaty Sub Kriteria Frekuensi Pemenuhan Pemesanan Dalam matriks ini dilakukan penilaian terhadap pemasok berkaitan dengan frekuensi pemenuhan pemesanan, yaitu nilai tingkat kepentingan satu pemasok dibandingkan pemasok lainnya dalam hal frekuensi pemenuhan pemesanan. Matriks perbandingan penilaian pemasok terhadap sub kriteria frekuensi pemenuhan pemesanan dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut:

27 64 Tabel 4.16 Matriks Penilaian Pemasok terhadap Frekuensi Pemenuhan Pemesanan SP1 SP2 SP3 SP SP2 0,3 1 2 SP3 0,3 0,5 1 Dari tabel 4.16 di atas dapat dilihat penilaian responden terhadap pemasok berkaitan frekuensi pemenuhan pemesanan. Bobot prioritas pemasok terhadap frekuensi pemenuhan pemesanan hasil pengujian dengan expert choice ditunjukkan tabel 4.17 berikut: Tabel 4.17 Bobot Prioritas Pemasok terhadap Frekuensi Pemenuhan Pemesanan Pemasok Bobot Prioritas SP SP SP Inconsistency = 0,05 Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat bahwa dalam sub kriteria frekuensi pemenuhan pemesanan, pemasok prioritas urutan pertama ialah SP1 dengan bobot 0,594, kedua SP3 dengan bobot 0,249 dan terakhir SP2 dengan bobot 0,157. Nilai Inconsistency dalam pengujian sebesar 0,05 < 0,1 yang berarti penelitian dinyatakan konsisten dan dapat diterima. 2. Sub Kriteria Frekuensi Ketepatan Waktu Dalam matriks ini dilakukan penilaian terhadap pemasok berkaitan dengan frekuensi ketepatan waktu, yaitu nilai tingkat kepentingan satu pemasok

28 65 dibandingkan pemasok lainnya dalam hal frekuensi ketepatan waktu. Matriks perbandingan penilaian pemasok terhadap sub kriteria frekuensi ketepatan waktu dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut: Tabel 4.18 Matriks Penilaian Pemasok terhadap Frekuensi Ketepatan Waktu SP1 SP2 SP3 SP SP2 0,3 1 2 SP3 0,3 0,5 1 Dari tabel 4.18 di atas dapat dilihat penilaian responden terhadap pemasok berkaitan frekuensi ketepatan waktu. Bobot prioritas pemasok terhadap frekuensi ketepatan waktu hasil pengujian dengan expert choice ditunjukkan tabel 4.19 berikut: Tabel 4.19 Bobot Prioritas Pemasok terhadap Frekuensi Ketepatan Waktu Pemasok Bobot Prioritas SP SP SP Inconsistency = 0,05 Berdasarkan tabel 4.19 dapat dilihat bahwa dalam sub kriteria frekuensi ketepatan waktu, pemasok prioritas urutan pertama ialah SP1 dengan bobot 0,594, kedua SP3 dengan bobot 0,249 dan terakhir SP2 dengan bobot 0,157. Nilai Inconsistency dalam pengujian sebesar 0,05 < 0,1 yang berarti penelitian dinyatakan konsisten dan dapat diterima.

29 66 3. Sub Kriteria Ukuran Bahan Baku Dalam matriks ini dilakukan penilaian terhadap pemasok berkaitan dengan ukuran bahan baku, yaitu nilai tingkat kepentingan satu pemasok dibandingkan pemasok lainnya dalam hal ukuran bahan baku. Matriks perbandingan penilaian pemasok terhadap sub kriteria ukuran bahan baku dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut: Tabel 4.20 Matriks Penilaian Pemasok terhadap Ukuran Bahan Baku SP1 SP2 SP3 SP SP2 0,5 1 2 SP3 0,5 0,5 1 Dari tabel 4.20 di atas dapat dilihat penilaian responden terhadap pemasok berkaitan ukuran bahan baku. Bobot prioritas pemasok terhadap ukuran bahan baku hasil pengujian dengan expert choice ditunjukkan tabel 4.21 berikut: Tabel 4.21 Bobot Prioritas Pemasok terhadap Ukuran Bahan Baku Pemasok Bobot Prioritas SP SP SP Inconsistency = 0,05 Berdasarkan tabel 4.21 dapat dilihat bahwa dalam sub kriteria ukuran bahan baku, pemasok prioritas urutan pertama ialah SP1 dengan bobot 0,493, kedua SP3 dengan bobot 0,311 dan terakhir SP2 dengan bobot 0,196. Nilai

30 67 Inconsistency dalam pengujian sebesar 0,05 < 0,1 yang berarti penelitian dinyatakan konsisten dan dapat diterima. 4. Sub Kriteria Kualitas Dalam matriks ini dilakukan penilaian terhadap pemasok berkaitan dengan kualitas bahan baku, yaitu nilai tingkat kepentingan satu pemasok dibandingkan pemasok lainnya dalam hal kualitas bahan baku. Matriks perbandingan penilaian pemasok terhadap sub kriteria kualitas bahan baku dapat dilihat pada tabel 4.22 berikut: Tabel 4.22 Matriks Penilaian Pemasok terhadap Kualitas Bahan Baku SP1 SP2 SP3 SP SP2 0,2 1 2 SP3 0,3 0,5 1 Dari tabel 4.22 di atas dapat dilihat penilaian responden terhadap pemasok berkaitan kualitas bahan baku. Bobot prioritas pemasok terhadap kualitas bahan baku hasil pengujian dengan expert choice ditunjukkan tabel 4.23 berikut: Tabel 4.23 Bobot Prioritas Pemasok terhadap Kualitas Bahan Baku Pemasok Bobot Prioritas SP SP SP Inconsistency = 0,00352

31 68 Berdasarkan tabel 4.23 dapat dilihat bahwa dalam sub kriteria kualitas bahan baku, pemasok prioritas urutan pertama ialah SP1 dengan bobot 0,648, kedua SP3 dengan bobot 0,230 dan terakhir SP2 dengan bobot 0,122. Nilai Inconsistency dalam pengujian sebesar 0,00352 < 0,1 yang berarti penelitian dinyatakan konsisten dan dapat diterima. 5. Sub Kriteria Harga Dalam matriks ini dilakukan penilaian terhadap pemasok berkaitan dengan harga bahan baku, yaitu nilai tingkat kepentingan satu pemasok dibandingkan pemasok lainnya dalam hal harga bahan baku. Matriks perbandingan penilaian pemasok terhadap sub kriteria harga bahan baku dapat dilihat pada tabel 4.24 berikut: Tabel 4.24 Matriks Penilaian Pemasok terhadap Harga Bahan Baku SP1 SP2 SP3 SP SP2 0,5 1 2 SP3 0,3 0,5 1 Dari tabel 4.24 di atas dapat dilihat penilaian responden terhadap pemasok berkaitan harga bahan baku. Bobot prioritas pemasok terhadap harga bahan baku hasil pengujian dengan expert choice ditunjukkan tabel 4.25 berikut:

32 69 Tabel 4.25 Bobot Prioritas Pemasok terhadap Harga Bahan Baku Pemasok Bobot Prioritas SP SP SP Inconsistency = 0,00877 Berdasarkan tabel 4.25 dapat dilihat bahwa dalam sub kriteria harga bahan baku, pemasok prioritas urutan pertama ialah SP1 dengan bobot 0,540, kedua SP3 dengan bobot 0,297 dan terakhir SP2 dengan bobot 0,163. Nilai Inconsistency dalam pengujian sebesar 0,00877 < 0,1 yang berarti penelitian dinyatakan konsisten dan dapat diterima. 6. Sub Kriteria Diskon Dalam matriks ini dilakukan penilaian terhadap pemasok berkaitan dengan diskon, yaitu nilai tingkat kepentingan satu pemasok dibandingkan pemasok lainnya dalam hal diskon. Matriks perbandingan penilaian pemasok terhadap sub kriteria diskon dapat dilihat pada tabel 4.26 berikut: Tabel 4.26 Matriks Penilaian Pemasok terhadap Diskon SP1 SP2 SP3 SP SP2 0,5 1 2 SP3 0,3 0,51 1

33 70 Dari tabel 4.26 di atas dapat dilihat penilaian responden terhadap pemasok berkaitan diskon. Bobot prioritas pemasok terhadap diskon hasil pengujian dengan expert choice ditunjukkan tabel 4.27 berikut: Tabel 4.27 Bobot Prioritas Pemasok terhadap Diskon Pemasok Bobot Prioritas SP SP SP Inconsistency = 0,00877 Berdasarkan tabel 4.27 dapat dilihat bahwa dalam sub kriteria diskon, pemasok prioritas urutan pertama ialah SP1 dengan bobot 0,540, kedua SP2 dengan bobot 0,297 dan terakhir SP3 dengan bobot 0,163. Nilai Inconsistency dalam pengujian sebesar 0,00877 < 0,1 yang berarti penelitian dinyatakan konsisten dan dapat diterima. 7. Sub Kriteria Cara Pembayaran Dalam matriks ini dilakukan penilaian terhadap pemasok berkaitan dengan cara pembayaran, yaitu nilai tingkat kepentingan satu pemasok dibandingkan pemasok lainnya dalam hal cara pembayaran. Matriks perbandingan penilaian pemasok terhadap sub kriteria cara pembayaran dapat dilihat pada tabel 4.28 berikut:

34 71 Tabel 4.28 Matriks Penilaian Pemasok terhadap Cara Pembayaran SP1 SP2 SP3 SP SP2 0,5 1 2 SP3 0,5 0,5 1 Dari tabel 4.28 di atas dapat dilihat penilaian responden terhadap pemasok berkaitan cara pembayaran. Bobot prioritas pemasok terhadap cara pembayaran hasil pengujian dengan expert choice ditunjukkan tabel 4.29 berikut: Tabel 4.29 Bobot Prioritas Pemasok terhadap Cara Pembayaran Pemasok Bobot Prioritas SP SP SP Inconsistency = 0,05 Berdasarkan tabel 4.29 dapat dilihat bahwa dalam sub kriteria cara pembayaran, pemasok prioritas urutan pertama ialah SP1 dengan bobot 0,493, kedua SP2 dengan bobot 0,311 dan terakhir SP3 dengan bobot 0,196. Nilai Inconsistency dalam pengujian sebesar 0,05 < 0,1 yang berarti penelitian dinyatakan konsisten dan dapat diterima. 8. Sub Kriteria Kepercayaan Dalam matriks ini dilakukan penilaian terhadap pemasok berkaitan dengan kepercayaan, yaitu nilai tingkat kepentingan satu pemasok dibandingkan pemasok

35 72 lainnya dalam hal kepercayaan. Matriks perbandingan penilaian pemasok terhadap sub kriteria kepercayaan dapat dilihat pada tabel 4.30 berikut: Tabel 4.30 Matriks Penilaian Pemasok terhadap Kepercayaan SP1 SP2 SP3 SP SP2 0,3 1 2 SP3 0,5 0,5 1 Dari tabel 4.30 di atas dapat dilihat penilaian responden terhadap pemasok berkaitan kepercayaan. Bobot prioritas pemasok terhadap kepercayaan hasil pengujian dengan expert choice ditunjukkan tabel 4.31 berikut: Tabel 4.31 Bobot Prioritas Pemasok terhadap Kepercayaan Pemasok Bobot Prioritas SP SP SP Inconsistency = 0,00877 Berdasarkan tabel 4.31 dapat dilihat bahwa dalam sub kriteria kepercayaan, pemasok prioritas urutan pertama ialah SP1 dengan bobot 0,540, kedua SP3 dengan bobot 0,297 dan terakhir SP2 dengan bobot 0,163. Nilai Inconsistency dalam pengujian sebesar 0,00877 < 0,1 yang berarti penelitian dinyatakan konsisten dan dapat diterima.

36 73 9. Sub Kriteria Keterbukaan terhadap Keluhan Dalam matriks ini dilakukan penilaian terhadap pemasok berkaitan dengan keterbukaan terhadap keluhan, yaitu nilai tingkat kepentingan satu pemasok dibandingkan pemasok lainnya dalam hal keterbukaan terhadap keluhan. Matriks perbandingan penilaian pemasok terhadap sub kriteria keterbukaan terhadap keluhan dapat dilihat pada tabel 4.32 berikut: Tabel 4.32 Matriks Penilaian Pemasok terhadap Keterbukaan terhadap Keluhan SP1 SP2 SP3 SP SP2 0,3 1 3 SP3 0,3 0,3 1 Dari tabel 4.32 di atas dapat dilihat penilaian responden terhadap pemasok berkaitan keterbukaan terhadap keluhan. Bobot prioritas pemasok terhadap keterbukaan terhadap keluhan hasil pengujian dengan expert choice ditunjukkan tabel 4.33 berikut: Tabel 4.33 Bobot Prioritas Pemasok terhadap Keterbukaan terhadap Keluhan Pemasok Bobot Prioritas SP SP SP Inconsistency = 0,05 Berdasarkan tabel 4.33 dapat dilihat bahwa dalam sub kriteria keterbukaan terhadap keluhan, pemasok prioritas urutan pertama ialah SP1 dengan bobot

37 74 0,540, kedua SP3 dengan bobot 0,297 dan terakhir SP2 dengan bobot 0,163. Nilai Inconsistency dalam pengujian sebesar 0,00877 < 0,1 yang berarti penelitian dinyatakan konsisten dan dapat diterima. 10. Rekapitulasi Prioritas Pemasok Setelah dilakukan penilaian responden berkenaan dengan prioritas pemasok di tiap-tiap sub kriteria, tahap selanjutnya adalah merekap nilai-nilai bobot tiap masing-masing pemasok tersebut sehingga didapatkan pemasok mana yang mendapat nilai paling besar. Berikut tabel 4.34 yang menunjukkan rekapitulasi prioritas pemasok: Tabel 4.34 Rekapitulasi Prioritas Pemasok Dari tabel 4.34 hasil rekapitulasi di atas bisa dilihat bahwa SP1 memiliki jumlah 5,036, SP2 memiliki jumlah 1,857 dan SP3 memiliki jumlah 2,107 yang menyatakan bahwa SP1 lebih unggul dibandingkan pemasok lainnya.

PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU PLAT BESI PADA KAROSERI CV BINTANG PRIMA PERKASA DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP)

PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU PLAT BESI PADA KAROSERI CV BINTANG PRIMA PERKASA DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU PLAT BESI PADA KAROSERI CV BINTANG PRIMA PERKASA DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) Rifqi Yohana Saputra, Rindra Yusianto, Tita Talitha Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) UNTUK PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PADA CV TX

PENERAPAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) UNTUK PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PADA CV TX PENERAPAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) UNTUK PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PADA CV TX 1) Ignatius A. Sandy, 2) Alfian, 3) Moch. Giovani A. P. Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tanggal 9 Agustus 2009 oleh Bapak Edward Halim yang beralamat di Jalan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tanggal 9 Agustus 2009 oleh Bapak Edward Halim yang beralamat di Jalan 29 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan elektronik CV.Simatrik Semarang didirikan secara resmi pada tanggal 9 Agustus 2009 oleh Bapak Edward Halim yang beralamat di Jalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasok merupakan salah satu mitra bisnis yang memegang peranan sangat penting dalam menjamin ketersediaan barang pasokan yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dan Bp. Bambang Heriyanto pada tanggal 15 September 1994 dan Surat Izin Usaha

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dan Bp. Bambang Heriyanto pada tanggal 15 September 1994 dan Surat Izin Usaha BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan CV. Bagiyat Mitra Perkasa merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang konstruksi bangunan. Perusahaan ini beralamat di Jalan

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG

PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG 1 Febriarto Adhi Wiwoho 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jalan

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv viii xv xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. barang yang dijual. Beberapa perusahaan dihadapkan pada beberapa alternatif

BAB 1 PENDAHULUAN. barang yang dijual. Beberapa perusahaan dihadapkan pada beberapa alternatif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan khususnya perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan barang, pasti bekerja sama dengan pemasok untuk menjamin ketersediaan barang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Kinerja perusahaan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Kinerja perusahaan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini persaingan bisnis yang semakin kompetitif menjadikan perusahaan yang menghasilkan produk dengan kualitas tinggi, biaya rendah dan memuaskan keinginan konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang jadi berupa kemeja pria dengan ukuran all size. CV. Dua Saudara sudah

BAB I PENDAHULUAN. barang jadi berupa kemeja pria dengan ukuran all size. CV. Dua Saudara sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian CV. Dua Saudara merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan pakaian jadi, di kota Bandung dengan output barang jadi berupa kemeja

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU ALUMINIUM INGOT ADC12S DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU ALUMINIUM INGOT ADC12S DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU ALUMINIUM INGOT ADC12S DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Nama NPM : 32412666 Jurusan Pembimbing : Fairuz Inanda

Lebih terperinci

Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent)

Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent) Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent) Agus Syamsudin 1*, Ellysa Nursanti 2, Emmalia Adriantantri 3 1 Mahasiswa Progam Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjanjikan karena untuk mendirikan usaha ini tidak memerlukan banyak modal

BAB 1 PENDAHULUAN. menjanjikan karena untuk mendirikan usaha ini tidak memerlukan banyak modal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia usaha dibidang kuliner sangat diminati dan berkembang cukup pesat. Menurut Priyono (2009), usaha kuliner merupakan usaha yang cukup menjanjikan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 168 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa kesimpulan seperti berikut; 1. Dapat disimpulkan, kriteria-kriteria yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus berkompetisi satu sama lain khususnya dalam bidang industri. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang harus berkompetisi satu sama lain khususnya dalam bidang industri. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya jaman di era globalisasi menyebabkan banyak perusahaan yang harus berkompetisi satu sama lain khususnya dalam bidang industri. Dalam menghadapi kompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan ketat dalam dunia bisnis menuntut perusahaan untuk memiliki keunggulan kompetitif dalam hal memenuhi kebutuhan konsumen. Perusahaan dapat meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 54 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi Struktur Hierarki PT. POWERPLAST memiliki kira-kira 100 supplier pilihan untuk menunjang proses produksinya mulai dari bahan baku, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan semakin berkembangnya persaingan dalam dunia industri membuat perusahaan dituntut agar mampu bersaing untuk berada di posisi terbaik diantara perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ilmiah memerlukan suatu kerangka penelitian sebelum pelaksanaannya. Kerangka penelitian tersebut harus disusun secara sistematis dan terarah, berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah CV. Karya Mina Putra adalah perusahaan pengolahan kayu bangkirai menjadi berbagai macam produk konstruksi bangunan, antara lain Antislip, Decking, dan Beam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan. Pada lingkungan yang sangat kompetitif, tidak mungkin bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan. Pada lingkungan yang sangat kompetitif, tidak mungkin bagi suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan bahan baku berkualitas memegang peranan sangat penting dari seluruh rangkaian kegiatan produksi suatu perusahaan industri terutama untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB III METODOLOGI PENILITIAN BAB III METODOLOGI PENILITIAN 3.1 Metode Penilitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

ANALISIS RANTAI PASOK PADA PT ADHIMIX PRECAST INDONESIA DENGAN METODE AHP

ANALISIS RANTAI PASOK PADA PT ADHIMIX PRECAST INDONESIA DENGAN METODE AHP ANALISIS RANTAI PASOK PADA PT ADHIMIX PRECAST INDONESIA DENGAN METODE AHP Nama : Faiz Aisyah Zuraidah NPM : 32412690 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : 1. Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT. 2. Alsen Medikano,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Bab ketiga ini adalah untuk menguraikan objek penelitian, alat, tata cara penelitian dan data yang akan dikaji serta cara analisis yang dipakai dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MODEL

BAB III ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MODEL BAB III ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MODEL Pada bab ini dijelaskan mengenai analisis penerapan sistem pengukuran kinerja menggunakan Metode Prism dan pengembangan model pengukuran kinerja tersebut pada unit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi perusahaan berada di Jalan Taman Srinindito VII/1 Semarang. Perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas pemasok terbaik untuk produkproduk yang paling laris dijual di Toko Besi Nusantara Semarang. Prioritas pemasok terbaik ditentukan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI CV PROPERTY DENGAN PENDEKATAN HUMAN RESOURCES SCORECARD

ANALISIS KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI CV PROPERTY DENGAN PENDEKATAN HUMAN RESOURCES SCORECARD ANALISIS KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI CV PROPERTY DENGAN PENDEKATAN HUMAN RESOURCES SCORECARD Ade Setiawan, Dwi Nurul Izzhati, M.MT, Jazuli S.T.,M.Eng Alumni Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Standard Operating Procedure (SOP) 2.1.1 Pengertian SOP Setiap organisasi perusahaan memiliki pola dan mekanisme tersendiri dalam menjalankan kegiatannya, pola dan mekanisme itu

Lebih terperinci

PENETAPAN KRITERIA HARGA BIAYA ANGKUT TRANSPORTASI BAHAN BAKAR SOLAR SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN

PENETAPAN KRITERIA HARGA BIAYA ANGKUT TRANSPORTASI BAHAN BAKAR SOLAR SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN Penetapan Kriteria Harga Biaya Angkut Transportasi Bahan Bakar Solar... (Sopiah dkk) PENETAPAN KRITERIA HARGA BIAYA ANGKUT TRANSPORTASI BAHAN BAKAR SOLAR SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

Fakultas Teknik Universitas Widyatama BAB I PENDAHULUAN

Fakultas Teknik Universitas Widyatama BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman era persaingan global saat ini, perusahaan dituntut untuk melakukan peningkatan produktivias dalam rangka untuk menghasilkan output yang optimal. Output

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan tentang analisa hasil dan pembahasan dari tahap perencanaan audit, tahap persiapan audit, tahap pelaksanaan audit kontrol akses sistem informasi, serta

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Struktur Hirarki

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Struktur Hirarki BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Struktur Hirarki Pada penelitian ini menggunakan Metoda Fuzzy AHP untuk mengukur kinerja supplier pada kategori catering di PT Garuda Indonesia. Adapun saat ini PT Garuda

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 57 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Inkoasku merupakan salah satu perusahaan industri otomotif yang bergerak dalam bidang Wheel Rim Manufakturing.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permintaan produk yang tinggi dari pelanggan akan membuat perusahaan semakin giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

Lebih terperinci

SKRIPSI EVALUASI PEMASOK SEMEN, BATU BATA DAN PASIR DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA CV. BAGIYAT MITRA PERKASA

SKRIPSI EVALUASI PEMASOK SEMEN, BATU BATA DAN PASIR DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA CV. BAGIYAT MITRA PERKASA SKRIPSI EVALUASI PEMASOK SEMEN, BATU BATA DAN PASIR DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA CV. BAGIYAT MITRA PERKASA Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Manajemen di Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya. Kegiatan operasional dalam perusahaan leasing ILUFA

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya. Kegiatan operasional dalam perusahaan leasing ILUFA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak dapat disangkal apabila semua perusahaan menginginkan kegiatan operasinya dapat dijalankan dengan efektif dan efisien sehingga dapat dilakukan penghematan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan PT Anugrah Plastindo Lestari adalah suatu Perseroan Terbatas yang didirikan pada tanggal 01 Desember 1994 dengan nomor akte pendirian 02-2185.HT.01.01.

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam memenangkan pasar. Salah satu cara untuk memuaskan keinginan konsumen, yaitu dengan menjaga

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 4.1 Pelaksanaan Survai Pelaksanaan survai dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada responden yang telah ditentukan. Dalam hal penyebaran kuesioner, cara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbaik. Produk dengan kualitas yang baik memerlukan bahan baku dengan

BAB I PENDAHULUAN. terbaik. Produk dengan kualitas yang baik memerlukan bahan baku dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuntutan pelanggan akan produk yang berkualitas tinggi menyebabkan perusahaan selalu berusaha untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang terbaik. Produk dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan untuk terus berkembang agar dapat bertahan dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan untuk terus berkembang agar dapat bertahan dalam kancah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia usaha saat ini telah semakin ketat dan menuntut perusahaan-perusahaan untuk terus berkembang agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN PRODUKSI (X) Pengendalian Proses

SISTEM PENGENDALIAN PRODUKSI (X) Pengendalian Proses No Pertanyaan Ya SISTEM PENGENDALIAN PRODUKSI (X) Pengendalian Proses 1 Apakah perusahaan memiliki sistem produksi? 2 Apakah para penjahit mengerti mengenai sistem produksi yang dijalankan perusahaan?

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PEWARNA KAIN DI PT KURNIA MAS TEXTILE

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PEWARNA KAIN DI PT KURNIA MAS TEXTILE ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PEWARNA KAIN DI PT KURNIA MAS TEXTILE Syafrianita Program Studi Manajemen Transportasi Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia Jl. Sari Asih No. 54, Bandung-40151

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam kebutuhan hidup manusia. Hal ini juga membawa suatu kompetisi khususnya di dunia manufaktur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin maju dan berkembangnya kondisi perekonomian menyebabkan persaingan di dunia bisnis menjadi semakin ketat. Persaingan tersebut menuntut para pelaku bisnis melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan merupakan suatu tantangan bagi perusahaan untuk terus berusaha memberikan yang terbaik bagi konsumen. Perusahaan yang mampu memenuhi keinginan konsumen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CV. Graha Putra Mandiri adalah perusahaan kontraktor yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. CV. Graha Putra Mandiri adalah perusahaan kontraktor yang bergerak BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan untuk dapat konsisten harus tangguh dan dapat bersaing. Untuk menjaga konsistensi dalam dunia bisnis hal yang paling penting adalah kepercayaan,

Lebih terperinci

KAJIAN KRITERIA DALAM SISTEM PEMILIHAN PEMASOK MATERIAL OLEH PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI KOTA KUPANG MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

KAJIAN KRITERIA DALAM SISTEM PEMILIHAN PEMASOK MATERIAL OLEH PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI KOTA KUPANG MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS KAJIAN KRITERIA DALAM SISTEM PEMILIHAN PEMASOK MATERIAL OLEH PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI KOTA KUPANG MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Yunita A. Messah 1 (yunitamessah@gmail.com) Sudiyo

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2013: 5) jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi (level explanation) dan waktu.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace - IAe) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang industri pesawat terbang, yang dimana memiliki material yang beragam dan aturan-aturan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-05A; Tgl. Efektif : 01 Desember 2015; Revisi : 00. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-05A; Tgl. Efektif : 01 Desember 2015; Revisi : 00. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-05A; Tgl. Efektif : 01 Desember 2015; Revisi : 00 Lampiran 1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan pada PT. Inti

Lebih terperinci

Hasil Pembobotan Kriteria dengan AHP

Hasil Pembobotan Kriteria dengan AHP BAB V ANALISA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis hasil pembobotan kriteria dan sub-kriteria dengan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP), analisis sensitivitas metode Grey Relational Analysis,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Dessler, Gary Manajemen Sumber Daya ManusiaEdisi Empat Belas.Jakarta : Salemba Empat.

DAFTAR PUSTAKA. Dessler, Gary Manajemen Sumber Daya ManusiaEdisi Empat Belas.Jakarta : Salemba Empat. DAFTAR PUSTAKA Dessler, Gary. 2015. Manajemen Sumber Daya ManusiaEdisi Empat Belas.Jakarta : Salemba Empat. Dokumen, L., Ahp, P., Process, A. H., & Saaty, T. L. 2010. Pengenalan Metode AHP (Analytical

Lebih terperinci

27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk)

27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk) 27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk) PENENTUAN DAN PEMBOBOTAN KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK PRODUKSI KEJU MOZARELLA DI CV. BRAWIJAYA DAIRY INDUSTRY

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MENGAPLIKASIKAN MODEL AHP ( ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ) DENGAN METODE FUZZY UNTUK MEMILIH BOBOT KRITERIA SUPPLIER

TUGAS AKHIR MENGAPLIKASIKAN MODEL AHP ( ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ) DENGAN METODE FUZZY UNTUK MEMILIH BOBOT KRITERIA SUPPLIER TUGAS AKHIR MENGAPLIKASIKAN MODEL AHP ( ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ) DENGAN METODE FUZZY UNTUK MEMILIH BOBOT KRITERIA SUPPLIER Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelarsarjana Strata

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad kedua puluh satu, era globalisasi dan pertumbuhan dunia usaha yang kian pesat menyebabkan ketatnya persaingan antar perusahaan. Untuk menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan intensitas persaingan pada industri adalah daya tawar supplier.

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan intensitas persaingan pada industri adalah daya tawar supplier. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan ekonomi pada era pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) saat ini menuntut perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing pada pasar domestik maupun internasional

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus: PT. PURA BARUTAMA KUDUS)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus: PT. PURA BARUTAMA KUDUS) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus: PT. PURA BARUTAMA KUDUS) Hafidh Munawir, Eko Wahyu Nugroho Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xvii xix Xx I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 6 1.4 Manfaat Penelitian... 7 1.5

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. Ocean Centra Furnindo PT. Ocean Centra Furnindo merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur khususnya industri spring bed. Tempat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini dunia perindustrian berkembang semakin pesat dan mengakibatkan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat. Kondisi ini menuntut dihasilkannya produk atau jasa yang lebih baik, lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Supply Chain Management (SCM) merupakan bagian penting dalam industri manufaktur. Dalam industri manufaktur, SCM memiliki kegiatan-kegiatan utama yaitu, merancang

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak: Perubahan lingkungan industri dan peningkatan persaingan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT)

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT) MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT) By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Tugas dari manajemen pengadaan adalah menyediakan input,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, metodologi penelitian merupakan suatu proses berpikir yang sistematis atau tahap-tahap penelitian yang diawali dengan mengidentifikasi masalah,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA WAWANCARA UNTUK PIMPINAN 1. Bagaimana rencana kedepan anda untuk pengembangan usaha Semarang Mulia Box? Mimpi apa yang diinginkan Semarang Mulia Box untuk kedepan?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kompetisi pada dunia bisnis terus berjalan semakin kompetitif. Perusahaan-perusahaan yang ada berusaha semaksimal mungkin

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kompetisi pada dunia bisnis terus berjalan semakin kompetitif. Perusahaan-perusahaan yang ada berusaha semaksimal mungkin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada jaman yang terus berkembang dengan cepat ini, persaingan dan kompetisi pada dunia bisnis terus berjalan semakin kompetitif. Perusahaan-perusahaan yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMESANAN PLAT BESI MENGGUNAKAN ALGORITMA WAGNER WITHIN (STUDI KASUS DI PT. PANEL MULIA TOTAL)

PERENCANAAN PEMESANAN PLAT BESI MENGGUNAKAN ALGORITMA WAGNER WITHIN (STUDI KASUS DI PT. PANEL MULIA TOTAL) PERENCANAAN PEMESANAN PLAT BESI MENGGUNAKAN ALGORITMA WAGNER WITHIN (STUDI KASUS DI PT. PANEL MULIA TOTAL) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sidang Sarjana Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA

LAMPIRAN PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA LAMPIRAN LAMPIRAN A KUISIONER PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA Pengembangan Majalaya sebagai salah satu kawasan industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman yang terjadi dalam dunia bisnis mendorong setiap perusahaan untuk terus mengalami perubahan, berkembang dan dikenal oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh strategi harga dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh strategi harga dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh strategi harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian jasa pengiriman barang PT. Pos Indonesia Cabang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen rantai pasok adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaan yang terintegrasi dari rantai pasok (Pujawan, 2005). Rantai Pasok adalah suatu kegiatan menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian secara sistematik, sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. 3.1 Tempat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Sumber Mulia Lestari merupakan salah satu perusahaan garmen di Indonesia yang memproduksi sweater baik untuk dewasa maupun untuk anakanak.perusahaan ini memiliki beberapa supplier yang memiliki

Lebih terperinci

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM Dian Gustina 1, Rendi Haposan Siahaan 2 1 Universitas Persada Indonesia Y.A.I, 2 STMIK Nusa Mandiri 1 Jl Salemba

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian CV. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam produksi seragam seperti kaos, jaket, kemeja, sweater yang berada di wilayah kampus.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Usaha perdagangan produk logam kuningan sudah ditekuni oleh pemilik perusahan semenjak tahun 2001, dimana pada saat itu hanya melayani penjualan

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian dilakukan di toko sepeda ACC semarang. Penelitian dilakukan karena terjadi penurunan penjualan dari akhir tahun 2011 sampai akhir tahun 2012 sebesar 25%. Penelitian dilakukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ Suhartanto 1, Putiri Bhuana Katili 2, Hadi Setiawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak di Jalan Raya Medan-Binjai km 15,5 Diski, Deli Serdang. PT. Wijaya

BAB I PENDAHULUAN. terletak di Jalan Raya Medan-Binjai km 15,5 Diski, Deli Serdang. PT. Wijaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Wijaya Karya Beton Pabrik Produk Beton Sumatera Utara (PPB Sumut) merupakan salah satu dari 7 pabrik PT Wijaya Karya Beton di Indonesia, terletak di Jalan Raya

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Jakarta oleh Bapak Eddy. CV. Mutiara Electronic terletak di Ruko Taman Permata Buana

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Jakarta oleh Bapak Eddy. CV. Mutiara Electronic terletak di Ruko Taman Permata Buana BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan CV. Mutiara Electronic pertama kali didirikan pada tanggal 8 Maret 00 di Jakarta oleh Bapak Eddy. CV. Mutiara Electronic terletak di Ruko Taman

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Caraka Yasa adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa ekspedisi yang berdiri pada tahun 1985. Dalam 5 tahun terakhir PT Caraka Yasa tidak mencapai target penjualan yang seharusnya yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Hando Dinamika merupakan perusahaan produsen filter untuk kendaraan yang didirikan pada tahun 2005. Saat ini perusahaan berlokasi di Jl. Soekarno

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan teknologi di Indonesia terjadi dengan sangat pesat. Hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan badan usaha, perusahaan, organisasi dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Nama : Tanggal isi : / / 1. Bagaimana pendapat Anda mengenai tampilan web secara keseluruhan?

LAMPIRAN. Nama : Tanggal isi : / / 1. Bagaimana pendapat Anda mengenai tampilan web secara keseluruhan? L1 LAMPIRAN Kuesioner Data Responden: Nama : Tanggal isi : / / Pekerjaan : Pertanyaan: (Lingkari jawaban yang sesuai) 1. Bagaimana pendapat Anda mengenai tampilan web secara keseluruhan? a. Tidak menarik

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bidang yang mendukung perekonomian negara adalah bidang industri. Industri sendiri memiliki berbagai macam jenis antara lain: industri manufaktur,

Lebih terperinci

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT 6.1 Identifikasi Tujuan Lembaga Pertanian Sehat Dalam Melakukan Kegiatan Supply Chain Management Perusahaan maupun

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI SEMEN DALAM MENDUKUNG KONSEP SUPPLY CHAIN

EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI SEMEN DALAM MENDUKUNG KONSEP SUPPLY CHAIN TUGAS AKHIR EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI SEMEN DALAM MENDUKUNG KONSEP SUPPLY CHAIN UNTUK MEMINIMASI BIAYA DISTRIBUSI (Studi Kasus pada Distributor Semen Holcim CV. Putra Abadi ) Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan perekonomian di Indonesia dan juga semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap perusahaan harus mempersiapkan diri untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASOK PADA PT KARYA SEJATI VIDYATAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)

ANALISIS PEMASOK PADA PT KARYA SEJATI VIDYATAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process) ANALISIS PEMASOK PADA PT KARYA SEJATI VIDYATAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT. Putra Mas Prima PT. Putra Mas Prima merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jual beli bijih plastik yang berdiri

Lebih terperinci