BAB III KERANGKA PENELITIAN. asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KERANGKA PENELITIAN. asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek"

Transkripsi

1 BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang.Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen.variabel independen, yaitu pola asuh orang tua dan variabel dependen, yaitu perkembangan sosial remaja. Kedua variabel ini akan diteliti secara korelasi untuk mengetahui hubungan dari kedua variabel tersebut. Variabel Independen Pola Asuh Orang Tua : a. Otoriter b. Demokratis c. Permisif d. Campuran Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain : - Lingkungan keluarga - Lingkungan masyarakat - Lingkungan sekolah : Diteliti : Tidak diteliti Variabel Dependen Perkembangan Sosial Remaja : - kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya - perubahan dalam perilaku sosial - pengelompokan sosial baru - nilai baru dalam memilih teman - nilai baru dalam penerimaan sosial - nilai baru dalam memilih pemimpin. : Berpengaruh Skema 3.1 Kerangka konsep hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja. 39

2 Definisi Operasional Variabel Independen Variabel independen dari penelitian ini adalah tipe pola asuh orang tua, meliputi pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif. Tabel Definisi Operasional Variabel Independen Variabel Pola asuh orang tua: a. Otoriter Definisi Operasional Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua remaja di SMK Bistek Palembang yang menekankan pada pengawasan orang tua atau kontrol yang ditunjukkan kepada anak untuk mendapatkan ketaatan dan kepatuhan dengan ciri-ciri : pemberian perintah keras, pemberian hukuman, dan intervensi fisik negatif. Alat Ukur Hasil Ukur Skala Kuesioner dengan 10 pernyataan dengan 2 pilihan jawaban. 0 = Tidak 1 = Ya Jika remaja menjawab 70% dari pernyataan nomor 1 sampai 10 dengan jawaban Ya, maka pola asuh yang diterapkan pada remaja tersebut adalah otoriter. Nominal b. Demokratis Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua remaja di SMK Bistek Palembang yang bercirikan adanya hak dan kewajiban orang tua dan anak Kuesioner dengan 10 pernyataan dengan 2 pilihan jawaban. 0 = Tidak 1 = Ya Jika remaja menjawab 70% dari pernyataan nomor 11 sampai 20 dengan jawaban Ya, maka pola asuh Nominal

3 41 adalah sama. Anak dilatih untuk bertanggung jawab dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin dengan ciri-ciri : pemberian informasi, reaksi yang positif, dan pemberian pertanyaan. yang diterapkan pada remaja tersebut adalah demokratis. c. Permisif Pola asuh permisif adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua remaja di SMK Bistek Palembang yang bercirikan orang tua memberlakukan kebebasan dalam bertindak, disiplin yang inkonsisten, tidak menetapkan batasan-batasan pada anak,reaksi penolakan secara verbal, mengabaikan anak, dan pengalihan perhatian pada hal lain. Kuesioner dengan 10 pernyataan dengan 2 pilihan jawaban. 0 = Tidak 1 = Ya Jika remaja menjawab 70% dari pernyataan nomor 21 sampai 30 dengan jawaban Ya, maka pola asuh yang diterapkan pada remaja adalah permisif. Nominal

4 42 d. Campuran Pola asuh campuran adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua remaja di SMK Bistek Palembang yang bercirikan orang tua tidak konsisten dalam mengasuh anak mereka dimana orang tua menerapkan pola asuh antara tipe demokratis, otoriter, dan permisif, orang tua tidak selamanya memberikan alternatif seperti halnya pola asuh demokratis, akan tetapi juga tidak selamanya melarang seperti halnya orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan juga tidak secara terus menerus membiarkan anak seperti pada penerapan pola asuh permisif Kuesioner dengan 2 pilihan jawaban. 0=Tidak 1=Ya Jika remaja memiliki orang tua yang menerapkan lebih dari 1 pola asuh, maka termasuk pola asuh campuran. Nominal

5 Variabel Dependen Variabel dependen dari penelitian ini adalah perkembangan sosial remaja. Tabel Definisi Operasional Variabel Dependen Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Perkembangan Sosial Perkembangan sosial adalah proses perubahan yang terjadi pada remaja di SMK Bistek Palembang sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran dari aturan-aturan sosial. Sosial remaja berkaitan dengan kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial baru, nilai baru dalam memilih teman, nilai baru dalam penerimaan sosial, dan nilai baru dalam memilih pemimpin yang akan diteliti pada remaja di SMK Bistek Palembang Kuesioner dengan 25 pernyataan dengan 5 pilihan jawaban. 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 2 = Tidak Setuju (TS) 3 = Setuju (S) 4 = Sangat Setuju (SS) Sosial Baik = Sosial Cukup = Sosial Buruk = Ordinal

6 Hipotesa Penelitian Hipotesa dalam penelitian ini, yaitu : 1. Ada hubungan antara pola asuh orangtua otoriter terhadap perkembangan sosial remaja; 2. Ada hubungan antara pola asuh orang tua demokratis terhadap perkembangan sosial remaja; 3. Ada hubungan antara pola asuh orang tua permisif terhadap perkembangan sosial remaja; 4. Ada hubungan antara pola asuh orang tua campuran terhadap perkembangan sosial remaja.

7 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasiyang bertujuan untuk melihat pola asuh orang tua dan perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang serta untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua otoriter, demokratis, dan permisif terhadap perkembangan sosial remaja. 4.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012).Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah siswa remaja pria dan wanita usia tahun yang duduk di bangku kelas 1 dan 2 SMK Bistek Palembang dimana jumlah siswa kelas 1 adalah 112 orang dan jumlah siswa kelas 2 adalah 76 orang. Jadi, totalnya berjumlah 188 orang Sampel Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).Adapun sampel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik proportionalrandom sampling.teknik ini digunakan karena populasinya mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2011).Strata yang dimaksudkan dalam penelitian ini, yaitu kelas 1 dan kelas 2. 45

8 46 Jumlah anggota sampel total ditentukan melalui rumus Slovin. Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut: n = N 1 + N (dd 2 ) Keterangan : N = Jumlah populasi n = Jumlah sampel d = Ketetapan relatif yang ditetapkan oleh peneliti (0,05) Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Diketahui : N = 188 d = 0,05 n =N 1 + N (dd 2 ) n = 188 n = (0,05 2 ) 1,47 n = 128 orang Jumlah anggota sampel bertingkat (berstrata) dilakukan dengan cara pengambilan sampel secara proportionalrandom sampling, yaitu menggunakan rumus proportional : nnnn = NNNN NN nn

9 47 Keterangan : ni = Jumlah anggota sampel menurut strata n = Jumlah anggota sampel seluruhnya Ni = Jumlah anggota populasi menurut strata N = Jumlah anggota populasi seluruhnya Maka jumlah anggota sampel adalah sebagai berikut. 1) Kelas 1 = = ) Kelas 2 = = Penentuan anggota sampel dilakukan secara acak, yaitu dengan cara mengundi nomor urut daftar hadir siswa pada setiap kelas sehingga diperoleh sesuai jumlah sampel yang dibutuhkan. 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Bistek Palembang yang beralamat di Jalan Sukabangun II No.1446 B Km.6, Palembang.Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial remaja dan adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan responden.pembuatan proposal hingga laporan penelitian dilaksanakan dimulai dari bulan Oktober 2016 sampai Juni Pertimbangan Etik Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan.Setelah mendapat izin dalam pengumpulan data dari

10 48 SMK Bistek Palembang, maka dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Kemudian, Polit & Beck (2010) menjelaskan bahwa dalam melakukan penelitian perlu diperhatikan prinsip etik penelitian, yaitu: beneficence, nonmaleficence, autonomy, anonimity, confidentiality, dan informed concent. Beneficence, penelitian yang dilakukan harus mempunyai keuntungan baik bagi peneliti maupun responden.non-maleficence, penelitian ini tidak menimbulkan bahaya bagi resonden.autonomy, penelitian ini memberikan kebebasan bagi responden menentukan keputusan sendiri bersedia ikut atau tidak untuk menjadi responden dalam penelitian ini tanpa adanya unsur paksaan atau pengaruh dari peneliti atau siapapun.anonimity, demi menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden tetapi diganti dengan nomor responden. Kemudian, confidentiality, yaitu kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan. Informed concent, lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti dengan memberikan penjelasan tentang judul penelitian dan manfaat penelitian ini, responden dapat menandatangani informed concent jika responden setuju namun jika responden tidak setuju penulis tidak memaksa dan menghormati keputusan yang telah diambil. 4.5 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini terdiri dari tiga bagian berisi data demografi, pola asuh orang tua dan perkembangan sosial remaja.

11 Kuesioner Data Demografi Kuesioner data demografi memberikan data mengenai umur, jenis kelamin, agama, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua per bulan Kuesioner Pola Asuh Orang Tua Kuesioner ini bertujuan untuk melihat gambaran pola asuh yang digunakan orang tua.kuesioner disusun berdasarkan literatur (Wong, 2008).Kuesioner disusun dalam bentuk tertutup dengan menggunakan skala Guttman, yaitu jawaban responden telah termuat dalam dua option skala.opsi yang digunakan adalah Ya, yang bernilai 1 (satu) atau Tidak, yang bernilai 0 (nol).kuesioner pola asuh terdiri dari 30 pernyataan. Kuesioner ini terbagi atas tiga kategori pola asuh orang tua meliputi : a. Kuesioner tentang pola asuh otoriter berisi 10 pernyataan dimulai dari pernyataan nomor 1 sampai 10 b. Kuesioner tentang pola asuh demokratis berisi 10 pernyataan dimulai dari pernyataan nomor 11 sampai 20 c. Kuesioner tentang pola asuh permisif berisi 10 pernyataan dimulai dari pernyataan nomor 21 sampai Kuesioner Perkembangan Sosial Remaja Kuesioner ini menggunakan skala Likert. Artinya, jawaban responden telah termuat dalam lima pilihan jawaban. Opsi yang digunakan adalah sangat setuju (SS) dengan skor 4 (empat), setuju (S) dengan skor 3 (tiga), tidak setuju (TS) dengan skor 2 (dua), dan sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1.

12 50 Pengembangan kuesioner dikembangkan dalam bentuk item-item. Item-item tersebut lah yang diberikan kepada responden. Banyaknya sebaran item tentang sosial remaja adalah 25 item, yaitu empat pernyataan untuk menilai kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya, lima pernyataan untuk menilai perubahan dalam perilaku sosial, empat pernyataan untuk menilai pengelompokan sosial baru, tiga pernyataan untuk menilai pemilihan teman, lima pernyataan untuk menilai penerimaan sosial, dan empat pernyataan untuk menilai pemilihan pemimpin. Untuk melihat gambaran umum tentang perkembangan sosial remaja, dilakukan dengan mencari panjang kelas (p) berdasarkan rumus statistik (Wahyuni, 2008) yaitu : p = Range i Berdasarkan rumus statistik tersebut, maka didapat panjang kelas untuk sosial remaja adalah : = Buruk (Sosial Buruk) = Cukup (Sosial Cukup) = Baik (Sosial Baik) 4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji Validitas Instrumen Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012).

13 51 Kuesioner ini divalidasi dengan menggunakan validitas isi (content validity) yang dilakukan oleh dosen ahli dalam topik penelitian ini.hal ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner dan proposal penelitian kepada penguji validitas.ahli diminta untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi.kemudian mengoreksi semua item yang telah dibuat. Pada akhir perbaikan, ahli diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang akan diukur. Pertimbangan ahli tersebut juga menyangkut apakah semua aspek yang hendak diukur telah dicakup melalui item pertanyaan dalam tes (Sukardi, 2009 dalam Arikunto, 2010).Pernyataan yang tidak valid langsung diganti oleh peneliti berdasarkan saran dari penguji validitas.uji validitas ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 2017.Maka, dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner pola asuh orang tua dan kuesioner perkembangan sosial remaja valid serta layak digunakan untuk penelitian Uji Reliabilitas Instrumen Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila digunakan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012). Uji reliabilitas dilakukan pada 30 siswa SMK Indo Sains Palembang karena sekolah tersebut memiliki karakteristik siswa yang hampir sama dengan siswa SMK Bistek Palembang. Data

14 52 tersebut diolah dengan menggunakan program komputerisasi, yaitu Cronbach Alpha. Alasan digunakannya Cronbach Alpha karena dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen skala likert untuk kuesioner perkembangan sosial remaja (Dahlan, 2008).Jika koefisiensi alpha lebih besar dari 0,7, maka dinyatakan bahwa instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian adalah reliabel (Riwidikdo, 2008). Setelah dilakukan uji reliabilitas, didapatkan nilai r=0,830. Nilai ini lebih tinggi dari nilai standar minimal Cronbach Alpha (0,7) sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument kuesioner sosial remaja yang digunakan reliabel dan layak digunakan untuk penelitian. Kemudian, kuesioner pola asuh orang tua diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji K-R 21 karena mempunyai jumlah pernyataan yang genap, yaitu 30 pernyataan (Arikunto, 2010). Hasil uji reliabilitas instrumen terhadap 30 orang responden menghasilkan nilai r sebesar 1,0. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki koefisien sebesar 0,7 atau lebih sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner pola asuh orang tua yang digunakan reliabel dan layak digunakan untuk penelitian. 4.7 Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian pada institusi pendidikan Falkultas Keperawatan.Kemudian, surat izin penelitan disampaikan ke Kepala SMK Bistek Palembang. Setelah mendapat izin penelitian dari kepala

15 53 sekolah, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria responden yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah didapatkan data responden dari seluruh siswa yang ada di SMK Bistek Palembang, peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, manfaat, dan cara mengisi kuesioner yang diberikan kepada responden untuk diisi. Peneliti mendampingi responden pada saat mengisi kuesioner tersebut.responden diberi waktu 15 menit untuk mengisi kuesioner.setelah semua data terkumpul, maka peneliti memeriksa kembali semua kuesioner satu per satu, yaitu identitas peserta penelitian dan memastikan semua jawaban telah di isi sesuai dengan petunjuk.kemudian data yang telah terkumpul itu dianalisa oleh peneliti. 4.8 Pengolahan Data Proses pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Pertama, editing, yaitu kegiatan melakukan pemeriksaan kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden, meliputi kelengkapan isian dan kejelasan jawaban dan tulisan. Kedua, coding, yaitu proses merubah data yang berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk angka. Hal utama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah memberikan kode untuk jawaban yang diberikan responden penelitian.penilaian pola asuh orang tua untuk jawaban Ya diberi nilai 1 dan jawaban Tidak diberi nilai 0. Penilaian sosial remaja : Sangat setuju diberi kode 4, Setuju diberi kode 3, Tidak setuju diberi kode 2, dan Sangat tidak setuju diberi kode 1. Ketiga, processing,yaitu memasukkan data ke dalam komputer untuk diproses, Keempat, cleaning, yaitu melakukan pembersihan dan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan.kegiatan ini diperlukan untuk mengetahui

16 54 apakah ada kesalahan ketika memasukkan data.kelima, komputerisasi digunakan untuk mengolah data dengan komputer. 4.9 Analisa Data Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial remaja. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara analisa univariat dan analisa bivariat. Pertama, analisa univariat.analisa univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau ratarata, median, dan standar deviasi. Pada umumnya, dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).Pada penelitian ini, frekuensi yang dilihat adalah variabel pola asuh orang tua, yaitu otoriter, demokratis, permisif sedangkan variabel perkembangan sosial remaja, yaitu perkembangan sosial baik dan buruk. Kedua, analisa bivariat.analisa bivariat merupakan metode analisa data untuk menganalisa antara dua variabel. Untuk mengetahui apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial remaja, maka uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik spearman rank dengan nilai signifikan α = 0,05. Analisis dilakukan secara komputerisasi untuk melihat hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial remaja.hasil analisa diperoleh signifikan α = 0,05 nilai p. Jika nilai p<0,05 maka Ho ditolak, ini berarti ada hubungan pola asuh orang tua otoriter, demokratis, dan permisif terhadap perkembangan sosial remaja (Dahlan, 2008).

17 55

18 5.1 Hasil Penelitian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada bulan April 2017 terhadap 128 orang responden dari kelas 1 dan 2 di SMK Bistek Palembang. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi data demografi, tipe pola asuh orang tua, perkembangan sosial remaja dan hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang Deskripsi Karakteristik Responden Deskripsi karakteristik responden terdiri dari usia, jenis kelamin, agama, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua per bulan. Data karakteristik ditampilkan hanya untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak dianalisis terhadap hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang. Dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berusia 16 tahun, yaitu 46 orang (35,9%), mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, yaitu 109 orang (85,2%), dan mayoritas responden beragama Islam sebanyak 124 orang (96,9%). Kemudian, sebagian besar pendidikan orang tua terakhir sebanyak 55 responden (43%) adalah lulusan SMA dan 73 orang tua responden (57%) sebagian besar bekerja sebagai buruh/petani. Sedangkan untuk pendapatan orang tua responden per bulan, lebih dari setengah responden, yaitu 88 orang (68,8%) berpenghasilan < Rp ,00. 55

19 56 Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden di SMK Bistek Palembang (N=128) Data Demografi Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia 15 tahun 16 tahun 17 tahun 18 tahun 19 tahun ,8 35,9 33,6 10,9 0,8 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan ,2 14,8 Agama Islam Protestan Katolik Buddha ,8 0,8 1,6 0,8 Pendidikan Orang Tua Tidak Sekolah SD SMP SMA Diploma S ,8 25,0 26,5 43,0 0,8 3,9 Pekerjaan Orang Tua PNS Pegawai Swasta Wiraswasta TNI/Polri Buruh/Petani Lain-Lain ,1 7,0 28,9 0,8 57,1 3,1 Pendapatan Orang Tua Per Bulan < Rp ,00 Rp ,00- Rp ,00 > Rp , ,7 22,7 8,6

20 Tipe Pola Asuh Orang Tua Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 128 responden, tipe pola asuh orang tua terbanyak yang digunakan adalah tipe pola asuh demokratis, yaitu sebanyak 118 responden (92,2%), diikuti dengan pola asuh campuran sebanyak 9 responden (7,0%) dan pola asuh permisif sebanyak 1 responden (0,8%). Sedangkan tipe pola asuh otoriter tidak ditemukan dari hasil penelitian di SMK Bistek Palembang. Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase Tipe Pola Asuh Orang Tua di SMK Bistek Palembang Tipe Pola Asuh Orang Tua Frekuensi Persentase (%) Demokratis ,2 Permisif 1 0,8 Campuran 9 7, Perkembangan Sosial Remaja di SMK Bistek Palembang Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 128 responden sebanyak 80 responden (62,5%) memiliki perkembangan sosial baik, 47 responden (36,7%) memiliki perkembangan sosial cukup dan 1 responden (0,8%) memiliki perkembangan sosial buruk. Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase Perkembangan Sosial Remaja di SMK Bistek Palembang Perkembangan Sosial Remaja Frekuensi Persentase (%) Baik 80 62,5 Cukup Buruk ,7 0,8

21 Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial Remaja di SMK Bistek Palembang Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 128 responden, tipe pola asuh orang tua terbanyak yang digunakan, yaitu tipe pola asuh demokratis sebanyak 118 responden (92,2%) dengan perkembangan sosial baik, yaitu 75 responden (58,6%), perkembangan sosial cukup sebanyak 42 responden (32,8%) dan perkembangan sosial buruk sebanyak 1 responden (0,8%). Sedangkan orang tua responden yang menggunakan pola asuh permisif sebanyak 1 responden (0,8%) dengan perkembangan sosial cukup, yaitu 1 responden (0,8%). Selanjutnya, orang tua responden yang menggunakan pola asuh campuran sebanyak 9 responden (7,0%) dengan perkembangan sosial baik, yaitu 5responden (3,9%) dan perkembangan sosial cukup sebanyak 4 responden (3,1%). Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Sosial Remaja di SMK Bistek Palembang Tipe Pola Asuh Perkembangan Sosial Remaja Baik Persentase Cukup Persentase Buruk Persentase Frekuensi Demokratis 75 58,6% 42 32,8% 1 0,8% 118 Permisif 0 0% 1 0,8% 0 0% 1 Campuran 5 3,9% 4 3,1% 0 0% 9 Analisa statistik diperoleh nilai significance (p value) sebesar 0,000. Nilai (p value) lebih kecil dari level of significance (α) yang ditetapkan peneliti, yaitu sebesar 0,05.

22 59 Dari tabel 5.1.5, hasil penelitian menunjukan bahwa tipe pola asuh orang tua yang demokratis memiliki hubungan yang signifikan terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang dengan nilai Spearman Rank (ρ) sebesar 0,000 dan hasil koefisien korelasi (r) sebesar 0,319. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tipe pola asuh demokratis terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang dengan arah hubungan positif. Artinya, semakin sering orang tua menerapkan pola asuh demokratis, maka semakin baik pula perkembangan sosial remaja dan memiliki kekuatan hubungan cukup yang bermakna besarnya kekuatan hubungan antara pola asuh demokratis terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang termasuk dalam kategori cukup yang berarti pola asuh demokratis cukup besar berhubungan dan mempengaruhi perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang. Tabel Hubungan Tipe Pola Asuh Demokratis Terhadap Perkembangan Sosial Remaja di SMK Bistek Palembang Tipe Pola Asuh Demokratis Perkembangan Sosial Remaja Tipe Pola Asuh Demokratis Perkembangan Sosial Remaja Correlation Coeficient Sig. (2-tailed)..000 N Correlation Coeficient Sig. (2-tailed).000. N Analisa statistik diperoleh nilai significance (ρ value) untuk hubungan pola asuh permisif dengan perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang sebesar 0,085. Nilai ini lebih besar dari level of significance (α) sebesar 0,05.

23 60 Dari tabel 5.1.6, hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe pola asuh orang tua yang permisif tidak memiliki hubungan terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang dengan nilai Spearman Rank(ρ) sebesar 0,085 dan hasil koefisien korelasi sebesar -0,153. Ini berarti tidak terdapat hubungan antara tipe pola asuh permisif terhadap perkembangan sosial remaja dengan arah hubungan negatif. Artinya, semakin sering orang tua menerapkan pola asuh permisif, maka semakin buruk perkembangan sosial remaja dan memiliki kekuatan hubungan sangat lemah yang bermakna besarnya kekuatan hubungan antara pola asuh permisif terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang termasuk dalam kategori sangat lemah yang berarti pola asuh permisif sangat lemah berhubungan dan mempengaruhi perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang. Tabel Hubungan Tipe Pola Asuh Permisif Terhadap Perkembangan Sosial Remaja Di SMK Bistek Palembang Tipe Pola Asuh Permisif Perkembangan Sosial Remaja Tipe Pola Asuh Permisif Perkembangan Sosial Remaja Correlation Coeficient Sig. (2-tailed)..085 N Correlation Coeficient Sig. (2-tailed).085. N Analisa statistik diperoleh nilai significance (ρ value) untuk hubungan pola asuh campuran dengan perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang sebesar 0,988. Nilai ini lebih besar dari level of significance (α) sebesar 0,05.

24 61 Dari tabel 5.1.7, hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe pola asuh orang tua yang campuran tidak memiliki hubungan terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang dengan nilai Spearman Rank(ρ) sebesar 0,988 dan hasil koefisien korelasi sebesar 0,001. Ini berarti tidak terdapat hubungan antara tipe pola asuh campuran terhadap perkembangan sosial remaja dengan arah hubungan positif. Artinya, semakin sering orang tua menerapkan pola asuh campuran, maka semakin baik pula perkembangan sosial remaja dan memiliki kekuatan hubungan sangat lemah yang bermakna besarnya kekuatan hubungan antara pola asuh campuran terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang termasuk dalam kategori sangat lemah yang berarti pola asuh campuran sangat lemah berhubungan dan mempengaruhi perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang. Tabel Hubungan Tipe Pola Asuh Campuran Terhadap Perkembangan Sosial Remaja Di SMK Bistek Palembang Tipe Pola Asuh Campuran Perkembangan Sosial Remaja Tipe Pola Asuh Campuran Perkembangan Sosial Remaja Correlation Coeficient Sig. (2-tailed)..988 N Correlation Coeficient Sig. (2-tailed).988. N Pembahasan Pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan tipe pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang.

25 Tipe Pola Asuh Orang Tua Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 118 responden (92,2%) memiliki orang tua dengan pola asuh demokratis. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Pertiwi (2016), dimana 29 orang tua responden (52,7%) menerapkan pola asuh demokratis kepada anaknya. Jadi, dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa lebih banyak orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis dibandingkan dengan tipe pola asuh yang lain, seperti otoriter dan permisif.hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Hapsari (2006) yang menemukan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua di SMA Negeri 1 Ungaran sebagian besar adalah masuk dalam kategori demokratis, yaitu sebanyak 92,5%.Pola asuh demokratis yang dilakukan oleh orang tua ditunjukkan dengan memberikan kebebasan terhadap anak tetapi orang tua tetap memberikan batasan-batasan untuk mengendalikan sikap dan tindakan-tindakan anak agar tetap pada aturan yang benar. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis selalu memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh perhatian antara orang tua dan anak.orang tua juga mendorong terjadinya memberi dan menerima secara verbal, memberikan alasan atas keputusan yang diambil dan memperhitungkan pendapat anak (Setiono, 2011).Ciri khas dari pola asuh demokratis adalah adanya komunikasi yang baik antara anak dan orang tua dimana orang tua melibatkan diri dan berdiskusi tentang masalah yang dialami anak.

26 63 Selain itu, orang tua biasa memberikan pujian apabila anak melakukan hal yang baik.orang tua dengan pola asuh demokratis mengajarkan anak agar melakukan segala sesuatu secara mandiri dengan rasa tanggung jawab dan mencerminkan rasa kasih sayang (Santrock, 2007). Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas orang tua responden menerapkan pola asuh demokratis.maccoby & Mc Loby (2000)mengatakan bahwa biasanya yang menerapkan pola asuh demokratis adalah orang tua yang berpendidikan tinggi dan menengah. Orang tua akan lebih siap dalam mengasuh anak karena memiliki pemahaman yang lebih luas. Sedangkan orang tua yang berpendidikan rendah, memiliki pemahaman yang kurang mengenai kebutuhan dan perkembangan anak.orang tua yang mempunyai pendidikan rendah cenderung menggunakan pola asuh otoriter. Lestari (2012) juga mengatakan bahwa orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi atau menengah, berbeda gaya pengasuhannya dengan orang tua yang hanya memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Menurut Kharmina (2011), tingkat pendidikan orang tua yang berbeda, jelas dapat mempengaruhi pengasuhan pada anaknya. Perbedaan pendidikan yang dimiliki orang tua akan dapat terlihat pada kualitas hasil proses pengasuhan. Namun, hal tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian Eka (2004) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua tidak mempengaruhi dalam keputusan orang tua untuk menerapkan pola asuh.walaupun pendidikan menengah kebawah, tidak menghalangi keputusan untuk menerapkan pola asuh yang cocok dan sesuai bagi anak-anaknya.

27 64 Tabel dapat dilihat bahwa mayoritas pekerjaan orang tua responden adalah buruh/petani, yaitu sebanyak 73 reponden (57,1%). Menurut Sartika (2012), apapun pekerjaan orang tua, jika orang tua memiliki waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan anak dan mengajarkan banyak hal, maka anak cenderung akan memiliki perkembangan sosial yang baik. Waktu yang ada dapat digunakan orang tua untuk saling bertukar pikiran, bertukar cerita, maupun untuk melakukan hal-hal yang kemungkinan dapat dilakukan bersama dengan anak mereka.hal ini lah yang membuat pola asuh yang cenderung digunakan dalam penelitian ini adalah pola asuh demokratis dimana adanya komunikasi yang dialogis antara anak dan orang tua dan adanya kehangatan yang membuat anak remaja merasa diterima oleh orang tuanya. Disamping itu, menurut Hurlock (2007), faktor lain yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua demokratis adalah faktor nilai yang dianut orang tua, yaitu nilai budaya mengenai cara terbaik memperlakukan anak, secara otoriter, secara demokratis maupun realistis, akan mempengaruhi sikap orang tua dan cara mereka memperlakukan anak mereka sendiri. Selanjutnya adalah faktor kepribadian.faktor kepribadian, yaitu cara anak bereaksi terhadap orang tua dimana hal tersebut mempengaruhi sikap orang tua terhadapnya dan juga berperan terhadap digunakannya pola asuh tertentu. Apabila anak memiliki sikap yang terbuka terhadap rangsangan yang datang padanya, maka hal ini akan mempengaruhi pemilihan pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 1 responden (0,8%) yang memiliki orang tua dengan pola asuh permisif.

28 65 Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Safitri & Hidayati (2013) bahwa remaja yang mendapat pola asuh permisif dari orang tuanya hanya 1 orang (0,8%). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtiyani (2011) yang menunjukkan bahwa remaja yang mendapatkan pola asuh permisif hanya 2 remaja (5%). Orang tua yang permisif tidak pernah memberikan hukuman dan menerima apa yang dilakukan anak tanpa memberikan intervensi. Orang tua tipe ini memberikan respon pada anak dengan cara menerima apapun tindakan anak. Orang tua memberikan tuntutan sedikit terhadap anak sehingga anak juga kurang memiliki rasa tanggung jawab.orang tua permisif tidak menegakkan aturan secara ketat dan cenderung untuk mengacuhkan serta memaafkan tingkah laku bermasalah (Setiono, 2011). Ciri khas dari pola asuh permisif adalah orang tua tidak mempedulikan apa saja yang dilakukan anak, orang tua jarang sekali mengajak berbicara apalagi berdiskusi tentang masalah anak, serta orang tua selalu memberikan apa saja yang diinginkan anak tanpa banyak bertanya. Pola asuh permisif menjadikan anak berperilaku sesuai dengan keinginannya karena orang tua tidak pernah memberikan aturan ataupun arahan kepada anak sehingga anak tidak tahu apakah perilakunya benar atau salah karena sangat minimnya pengarahan dan aturan dari orang tua (Santrock, 2007).Hal ini yang mungkin menjadi alasan sangat sedikit orang tua yang menerapkan pola asuh permisif dalam mengasuh anaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 9 responden (7,0 %) memiliki orang tua dengan pola asuh campuran.

29 66 Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Husaini (2013) bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh orang tua campuran sebanyak 6 orang (6,4%). Pada pola asuh ini, orang tua tidak konsisten dalam mengasuh anak mereka.orang tua menerapkan pola asuh antara tipe demokratis, otoriter, dan permisif. Pada pola asuh campuran, orang tua tidak selamanya memberikan alternatif seperti halnya pola asuh demokratis, akan tetapi juga tidak selamanya melarang seperti halnya orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan juga tidak secara terus menerus membiarkan anak seperti pada penerapan pola asuh permisif. Pada pola asuh campuran, orang tua memberikan larangan jika tindakan anak menurut orang tua membahayakan.lalu, membiarkan anak, jika tindakan anak masih dalam batas wajar dan memberikan alternatif jika anak paham tentang alternatif yang ditawarkan.anak yang diasuh orang tua dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang tidak mempunyai pendirian tetap karena orang tua yang tidak konsisten dalam mengasuh anaknya (Drew, 2006).Hal ini yang mungkin menjadi alasan tidak terlalu banyak orang tua yang menerapkan pola asuh campuran dalam mengasuh anaknya Perkembangan Sosial Remaja Perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Dalam perkembangan sosial, remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai, maupun perasaannya.

30 67 Remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut interest, sikap, nilai, dan kepribadian (Marliani, 2016). Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 128 responden, tipe pola asuh orang tua terbanyak yang digunakan, yaitu tipe pola asuh demokratis sebanyak 118 responden (92,2%) dengan perkembangan sosial baik, yaitu 75 responden (58,6%), perkembangan sosial cukup sebanyak 42 responden (32,8%) dan perkembangan sosial buruk sebanyak 1 responden (0,8%). Sedangkan orang tua responden yang menggunakan pola asuh permisif sebanyak 1 responden (0,8%) dengan perkembangan sosial cukup, yaitu 1 responden (0,8%). Selanjutnya, orang tua responden yang menggunakan pola asuh campuran sebanyak 9 responden (7,0%) dengan perkembangan sosial baik, yaitu 5 responden (3,9%) dan perkembangan sosial cukup sebanyak 4 responden (3,1%). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di SMK Bistek Palembang sudah dapat melakukan tugas perkembangan sosial pada masa remaja denganbaik. Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Suharsono, dkk (2009) yang menunjukkan bahwa anak yang mempunyai perkembangan sosial baik, yaitu 32 (42,1 %), sedangkan anak yang mempunyai perkembangan sosial cukup sebanyak 20 (26,3%), dan anak yang mempunyai perkembangan sosial buruk adalah24 anak (31,6 %).Hasil penelitian di SMK Bistek Palembang menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perkembangan sosial remaja yang baik karena kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya dalam sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku.pengaruh kelompok teman sebaya pada remaja lebih besar dibandingkan dengan pengaruh keluarga.

31 68 Pengaruh teman sebaya pada kelompok remaja di SMK Bistek Palembang ini memiliki dampak yang baik.hal ini dapat terlihat dari perkembangan sosial yang baik dengan tidak adanya tingkat sosial yang buruk (Hurlock, 2007). Selanjutnya, latar belakang ekonomi menjadi salah satu hal yang dinilai remaja dalam pemilihan teman.remaja yang latar belakang sosial, agama, atau ekonominya yang berbeda dianggap kurang disenangi dibandingkan dengan remaja dengan latar belakang yang sama. Pada hasil penelitian, status ekonomi orang tua responden sebagian besar masuk ke dalam kategori menengah sebanyak 88 orang (68,8%). Hal inilah yang memungkinkan remaja di SMK Bistek Palembang memiliki perkembangan sosial yang baik karena mereka memiliki latar belakang ekonomi yang relatif sama yang merupakan salah satu faktor dalam penerimaan pada masa remaja. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua.maka dari itu, remaja di SMK Bistek Palembang lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah, seperti kegiatan sekolah, ekstrakurikuler dan bermain dengan teman.dengan demikian, pada masa remaja, peran kelompok teman sebaya mempunyai pengaruh yang besar.selain itu, kelompok geng juga mempunyai pengaruh yang besar pada masa remaja.remaja yang tidak termasuk dalam kelompok besar dan yang merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin mengikuti kelompok geng.anggota geng biasanya terdiri dari remaja yang sejenis (Hurlock, 2007).Kemudian, pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat.

32 69 Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya.kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Jahja, 2011). Kemudian, salah satu aspek penting bagi perkembangan sosial remaja adalah adanya perubahan dalam perilaku sosial, yaitu terjadinya perubahan di bidang hubungan heterososial. Dalam waktu yang singkat, remaja mengadakan perubahan radikal, yaitu dari tidak menyukai lawan jenis sebagai teman menjadi lebih menyukai teman dari lawan jenisnya daripada teman sejenis.berbagai kegiatan sosial, baik kegiatan dengan sesama jenis atau lawan jenis biasanya mencapai puncaknya selama tahun-tahun tingkat sekolah menengah atas.dengan meluasnya kesempatan untuk melibatkankan diri dalam berbagai kegiatan sosial, maka wawasan sosial semakin membaik pada remaja yang lebih besar.sekarang remaja dapat menilai teman-temannya dengan lebih baik, sehingga penyesuaian diri dalam situasi sosial bertambah baik dan pertengkaran menjadi berkurang (Hurlock, 2007).Maka, hal inilah yang menjadi faktor penguat terciptanya perkembangan sosial yang baik di kalangan remaja SMK Bistek Palembang Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial Remaja di SMK Bistek Palembang Pada penelitian ini, pola asuh dibagi atas tiga tipe, yaitu otoriter, demokratis, dan permisif.

33 70 Peneliti menggunakan uji Spearman Rank untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan pola asuh (otoriter, demokratis, dan permisif) terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang.Dari analisa statistika diperoleh nilai significance (p value) sebesar 0,000 untuk tipe pola asuh demokratis. Nilai ini lebih kecil dari level of significance (α) sebesar 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara pola asuh demokratis terhadap perkembangan sosial remaja. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan antara pola asuh demokratis terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Pertiwi,dkk (2016) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja di SMA Negeri 7 Manado dengan didapati nilai significancy (p) = 0,000. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiana (2006) dengan hasil penelitian, remaja yang mempersepsikan pola asuh orang tua authoritative/demokratis akan lebih kompeten dalam bersosialisasi, lebih bertanggung jawab dan percaya diri. Dalam hal ini, peneliti berpendapat bahwa orang tua yang memberikan peraturan disertai penjelasan kepada anak dan memberikan kesempatan remaja untuk mengambil keputusan sendiri namun disertai bimbingan yang jelas dari orang tua akan mempengaruhi perkembangan sosial yang baik pula bagi remaja. Menurut Santrock (2007), semakin demokratis tipe pola asuh orang tua, maka perkembangan sosial remaja akan semakin baik.

34 71 Pola asuh demokratis bisa mengendalikan diri dan memiliki hubungan yang ramah dengan teman sebaya serta mampu mengatasi stress dengan baik sehingga akan menciptakan perkembangan sosial yang baik. Analisa statistika diperoleh nilai significance (p value) sebesar 0,085 untuk tipe pola asuh permisif. Nilai ini lebih besar dari level of significance (α) sebesar 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara pola asuh permisif terhadap perkembangan sosial remaja. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara pola asuh permisif terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sartika (2012) bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh permisif terhadap perkembangan sosial remaja. Menurut Shochib (2010), anak dengan pola asuh permisif akan lebih mungkin terlibat dalam kenakalan remaja dan memiliki prestasi yang rendah di sekolah karena anak tidak mengetahui norma-norma sosial yang harus dipatuhinya sehingga akan menciptakan perkembangan sosial yang buruk. Dalam penelitian ini, persentase orang tua yang menerapkan pola asuh permisif sangat sedikit, yaitu hanya 1 orang (0,8%). Karakteristik orang tua responden yang menerapkan pola asuh permisif ini dilihat dari pendidikan orang tuanya adalah tidak sekolah dan pekerjaan orang tua responden adalah buruh/petani.walaupun demikian, perkembangan sosial remaja dengan pola asuh permisif termasuk dalam kategori cukup baik.hal ini terlihat dari responden yang memiliki perkembangan sosialnya cukup baik.ini menunjukkan bahwa perkembangan sosial tidak selalu dipengaruhi oleh pola pengasuhan orang tua permisif.

35 72 Setiap pola asuh pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, tergantung bagaimana orang tua menerapkannya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak. Nilai significance (p value) untuk pola asuh campuran adalah sebesar 0,988. Nilai ini lebih besar dari level of significance (α) sebesar 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara pola asuh campuran terhadap perkembangan sosial remaja.hal ini menunjukan bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara pola asuh campuran terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang. Pada pola asuh campuran, orang tua tidak konsisten dalam mengasuh anak mereka.orang tua menerapkan pola asuh antara tipe demokratis, otoriter, dan permisif. Orang tua tidak selamanya memberikan alternatif seperti halnya pola asuh demokratis, akan tetapi juga tidak selamanya melarang seperti halnya orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan juga tidak secara terus menerus membiarkan anak seperti pada penerapan pola asuh permisif. Pada pola asuh campuran, orang tua memberikan larangan jika tindakan anak menurut orang tua membahayakan.lalu, membiarkan anak, jika tindakan anak masih dalam batas wajar dan memberikan alternatif jika anak paham tentang alternatif yang ditawarkan.anak yang diasuh orang tua dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang tidak mempunyai pendirian tetap karena orang tua yang tidak konsisten dalam mengasuh anaknya (Drew, 2006).

36 73 Hubungan variabel-variabel dalam penelitian ini memberikan informasi kepada kita bahwa keempat pola asuh (otoriter, demokratis, permisif, campuran) memiliki nilai hubungan yang berbeda-beda terhadap perkembangan sosial remaja.selain tipe pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya, tentu masih banyak lagi faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial pada masa remaja.menurut Hurlock, (2007) bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial yang penting pada masa remaja adalah meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, pola perilaku sosial yang lebih matang, pengelompokkan sosial baru dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman dan pemimpin, dan dalam dukungan sosial (dukungan keluarga dan lingkungan). Dukungan sosial dalam perkembangan sosialisasi remaja berkaitan dengan hubungan yang baik dengan anggota-anggota keluarga sehingga berkaitan erat dengan penerapan pola asuh dalam keluarga.

37 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian yang dilakukan terhadap 128 responden siswa SMK Bistek Palembang menggambarkan bahwa 118 responden (92,2%) memiliki tipe pola asuh orang tua yang demokratis, 1 responden (0,8%) memiliki tipe pola asuh permisif, 9 responden (7,0%) memiliki tipe pola asuh campuran dan 0% yang memiliki tipe pola asuh otoriter. Kemudian, sebanyak 80 responden (62,5%) memiliki perkembangan sosial yang baik, 47 responden (36,7%) memiliki perkembangan sosial cukup dan hanya 1 responden (0,8%) yang memiliki perkembangan sosial buruk. Data hasil penelitian menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada pola asuh demokratis terhadap perkembangan sosial remaja (p value = 0,000). Kemudian, untuk pola asuh permisif didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh permisif terhadap perkembangan sosial remaja (p value = 0,085) dan untuk pola asuh campuran didapatkan juga bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh campuran terhadap perkembangan sosial remaja (p = 0,988). 74

38 Saran Pendidikan Keperawatan Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan jiwa dan keluarga perlu diadakan penekanan materi tentang tahapan perkembangan pada remaja dan ciri-ciri pola asuh yang baik yang dapat diterapkan dalam mengasuh remaja sehingga dapat memberi informasi kepada keluarga, khususnya orang tua di lingkungan masyarakat Pelayanan Keperawatan Dalam pelayanan keperawatan anak perlu diadakan penyuluhan kepada orang tua tentang perkembangan sosial anak khususnya anak remaja. Informasi yang diberikan akan menambah pengetahuan orang tua dalam mengahadapi berbagai masalah perkembangan sosial remaja dan memberikan pemahaman yang baik kepada orang tua tentang perkembangan sosial remaja Penelitian Selanjutnya Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini, disarankan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja Orang Tua Orang tua berperan sebagai wakil masyarakat yang harus mengajarkan anaknya bagaimana berperilaku yang sesuai dalam segala situasi kehidupan sehari-hari sehingga remaja memiliki perkembangan sosial yang baik.hal inilah yang menjadikan setiap orang tua harus memahami setiap pola asuh sehingga dapat diterapkan dalam mendidik anaknya.

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN Dewi Sartika Panjaitan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang menghubungan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP. dan dependen (Nursalam, 2008, hal. 55). Variabel independen dalam penelitian ini

BAB III KERANGKA KONSEP. dan dependen (Nursalam, 2008, hal. 55). Variabel independen dalam penelitian ini BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Konsep adalah abtraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara dua variabel independen dan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan metode korelasional. Kerangka penelitian ini menggambarkan korelasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Ciri penelitian korelasional mengkaji hubungan antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam, 2003).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan rancangan deskriptif analitik, yaitu untuk memberi gambaran fenomenayang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kreativitas anak ditinjau dari ibu bekerja dan ibu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif korelation yaitu penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dengan variabel lain yang ada pada suatu objek

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dengan variabel lain yang ada pada suatu objek 72 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan jenis desain penelitian korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang BAB I METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif antara variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah diterapkan, penelitian ini merupakan penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi study yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian korelasi dimana akan menggali persepsi mengenai hemodialisis dengan tingkat kecemasan. Pendekatan yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian Descriptive Korelasional yang bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif. Penelitian komparatif untuk mencari perbandingan antara dua sampel atau dua uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 33 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gorontalo, Kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis

BAB III METODE PENELITIAN. mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah diterapkan, Penelitian ini merupakan penelitian analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis dari penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu menyusui dengan praktik pemberian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian Non Experimental (Nazir, 1999). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan pola asuh

Lebih terperinci

= 141,1 dibulatkan menjadi 141 siswa

= 141,1 dibulatkan menjadi 141 siswa BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian komparasi untuk membandingkan pengetahuan dan sikap remaja perokok dan bukan perokok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Survey Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. yaitu survey atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Survey Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. yaitu survey atau 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian dengan metode Survey Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. yaitu survey atau penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan diskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independent dan dependent, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian BAB III METODA PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah studi korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam, 2003).

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002).

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002). BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian Non Experimental karena tidak ada intervensi atau rekayasa dari peneliti. Desain yang digunakan adalah

Lebih terperinci

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 %

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 % BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional (correlational research) yang bertujuan untuk menentukan besar variasi variasi pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (kepribadian, pengaruh teman,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik, yaitu untuk mencari hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. correlative (hubungan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. correlative (hubungan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan correlative (hubungan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian korelasi

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik.

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. Peneliti akan melakukan pengukuran variabel independent dan dependent, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional.kerangka penelitian ini menggambarkan hubungan. dukungan keluarga dengan kekambuhan klien skizofrenia dimana

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional.kerangka penelitian ini menggambarkan hubungan. dukungan keluarga dengan kekambuhan klien skizofrenia dimana BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif korelasional.kerangka penelitian ini menggambarkan hubungan dukungan keluarga dengan kekambuhan

Lebih terperinci

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi non-eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan metode cross sectional. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi, dengan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi, dengan rancangan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi, dengan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yaitu penelitian untuk menelaah hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok objek.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah correlational dengan pendekatan crosss sectional, yaitu jenis penelitian yang menkankan pada waktu pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat correlational dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif analitik yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara statistik

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu akseptor KB menggunakan kontrasepsi AKDR. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksplanatory digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan atau fenomena sosial yang terjadi secara objektif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif dengan metode diskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis hubungan antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu metode BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan diantara variabel-variabel yang diteliti.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan sesaat dan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan studi

BAB III METODE PENELITIAN. maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan studi 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang hendak di capai, maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor penyebab dan hubungan antara dua variabel. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Berdasarkan hipotesis yang telah diterapkan, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi karena menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Ciri penelitian korelasional mengkaji hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variabel (Alimul,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam, 2008).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian dan metode penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimen dengan rancangan deskriptif korelasi yaitu suatu metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian non-eksperimental. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. TIPE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif. 3.2. DESAIN PENELITIAN Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar variabel dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah korelasional yaitu bentuk analisis terhadap variabel penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan, bentuk atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan analitik. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dimana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. partisipasi politik masyarakat desa, pada bab ini peneliti akan menguraikan

III. METODE PENELITIAN. partisipasi politik masyarakat desa, pada bab ini peneliti akan menguraikan III. METODE PENELITIAN Pada Bab sebelumnya peneliti telah mengkerangkakan beberapa tinjauan pustaka dalam beberapa teori yang berkaitan dengan tingkat kepercayaan terhadap partisipasi politik masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Rancangan penelitian ini adalah studi korelasi karena pada hakekatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p.

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p. 45 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian dengan melakukan percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian studi deskriptif untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Deskripsi peristiwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek. Penelitian dilakukan di Bagian Sewing CV S Sukoharjo.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek. Penelitian dilakukan di Bagian Sewing CV S Sukoharjo. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek penelitian hanya di observasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan tujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat penjelasan (Explanatory), yaitu menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah dekriptif korelasi. Penelitian korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau rancangan penelitian dan metode pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi. Peneliti melakukan pengukuran variabel independent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (pengetahuan dan sikap) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis Deskriptif Corelasional

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis Deskriptif Corelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis Deskriptif Corelasional yang meneliti tentang hubungan antara variabel dependen dan independen. Metode yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif studi korelasi (Correlation Study) dengan pendekatan belah lintang (Cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu 5 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menunjukkan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif yaitu untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel dan mengetahui hubungan antara variabel yang diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variable bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metoda Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian korelasi mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kader terhadap motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja

BAB III METODE PENELITIAN. kader terhadap motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian non ekperimental yaitu merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif mengenai hubungan dukungan kader

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini yang digunakan adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian berbentuk discriptive correlation yaitu penelitian

Lebih terperinci