PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA PELAJAR INDONESIA YANG MANDIRI DAN INOVATIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA PELAJAR INDONESIA YANG MANDIRI DAN INOVATIF"

Transkripsi

1 PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA PELAJAR INDONESIA YANG MANDIRI DAN INOVATIF London, United Kingdom, Oktober 2010 Oleh DIRGAYUZA SETIAWAN Wakil Ketua Umum PPI Australia FEBRY HENDRA JESHKIEL DIEN Ketua Bidang Kerjasama Eksternal PPI Australia SONY KUSUMASONDJAJA Sekretaris Umum PPI Australia

2 PENDAHULUAN Salah satu masalah besar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah semakin meningkatnya angka pengangguran terdidik. Data dari Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pendidikan Nasional yang dimuat di Suara Merdeka Januari 2010 menyatakan bahwa pada tahun 2010 perguruan tinggi di Indonesia menambahkan sarjana penganggur. Beberapa faktor yang diyakini banyak pihak sebagai penyebab tingginya angka pengangguran terdidik ini adalah: 1. Semakin meningkatnya jumlah lulusan perguruan tinggi justru diikuti dengan semakin menyempitnya lapangan kerja yang tersedia. 2. Kurangnya kesadaran mahasiswa dalam membekali diri dengan berbagai ketrampilan yang dibutuhkan di pasar tenaga kerja sehingga mereka lulus dalam keadaan tidak siap pakai, dan 3. Kebanyakan perguruan tinggi di Indonesia tidak mempersiapkan mahasiswanya untuk memiliki kompetensi yang memadai dan tidak mempersiapkan mereka untuk berwirausaha mandiri. Di sisi lain, muncul keluhan dari dunia usaha bahwa lulusan perguruan tinggi saat ini banyak yang memiliki kesiapan kerja yang kurang baik yang membuat mereka memiliki kinerja yang tidak memuaskan dalam pekerjaan mereka. Situasi ini didukung data komparasi internasional yang menjelaskan rendahnya kualitas lulusan pendidikan tinggi Indonesia. Dari alat ukur Human Development Index 2007/2008 yang disusun oleh United Nations Development Program, Indonesia menduduki peringkat 107 dari 155 negara. Pada tahun 2010 perguruan tinggi di Indonesia menambahkan sarjana penganggur

3 Kewirausahaan atau entrepreneurship menjadi solusi alternatif yang disarankan banyak pihak. Pendidikan yang berorientasi pada pembangunan jiwa kewirausahaan direkomendasikan oleh berbagai pakar pendidikan untuk mengatasi masalah pengangguran terdidik yang semakin hari semakin mencemaskan. Pendidikan yang berorientasi pada pembangunan jiwa kewirausahaan diharapkan tidak hanya akan menghasilkan lulusan dengan pemahaman konseptual yang baik, namun juga dilengkapi dengan berbagai soft skills yang dibutuhkan untuk menghadapi situasi persaingan lapangan kerja agar mereka memiliki daya saing yang tinggi sekaligus memiliki kemampuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Dalam jangka panjang, pendidikan yang berorientasi pada pengembangan jiwa kewirausahaan akan mendorong peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa Indonesia. Kegiatan Simposium Internasional 2010 ini merupakan bentuk kepedulian Aliansi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) tingkat Dunia atau Overseas Indonesian Students Association Alliance (OISAA) untuk memperkuat pembinaan kewirausahaan di Indonesia. Dengan ketersediaan akses pada sumbersumber informasi yang hampir tak terbatas, keberadaan para pelajar Indonesia yang sedang menempuh studi di luar negeri seyogyanya mampu memberikan kontribusi yang signifikan dengan mengambil peran kepemimpinan strategis, terutama dalam pengembangan strategi pendidikan Indonesia di masa depan untuk menjawab tantangan globalisasi. Keterlibatan PPI Australia dalam kegiatan ini tidak lain merupakan cerminan keinginan kuat PPI Australia untuk ikut berkontribusi pada perbaikan dunia pendidikan dan ekonomi Indonesia. Dengan didasarkan pada motivasi dan keinginan luhur inilah, PPI Australia memberangkatkan 3 orang delegasi pada acara Simposium Internasional 2010 OISAA. Pendidikan yang berorientasi pada pembangunan jiwa kewirausahaan diharapkan tidak hanya akan menghasilkan lulusan dengan pemahaman konseptual yang baik, namun juga dilengkapi dengan berbagai soft skills yang dibutuhkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri

4 SEKILAS TENTANG SIMPOSIUM INTERNASIONAL 2010 Simposium Internasional 2010 merupakan kegiatan tahunan OISAA (Overseas Indonesian Student Association Alliance) atau Aliansi PPI-Dunia. Awal mula kegiatan Simposium Internasional ini adalah dari Simposium Internasional 2009 yang diselenggarakan di Den Haag, Belanda pada 3-5 Juli 2009 yang menjadi cikal bakal berdirinya Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4). Kegiatan Simposium Internasional ini memungkinkan perwakilan pelajar Indonesia dari berbagai negara untuk berkumpul dalam sebuah forum dan mendiskusikan isu-isu nasional serta memberikan rekomendasi strategis langsung kepada Pemerintah Republik Indonesia. Aliansi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia atau Overseas Indonesian Student Association Alliance (OISAA) adalah penyelenggara kegiatan Simposium Internasional OISAA diresmikan pada bulan Oktober 2007 dalam Konferensi Internasional Pelajar Indonesia di Sydney, Australia. Peresmian tersebut dihadiri oleh perwakilan PPI dari 7 negara; yaitu Australia, Belanda, India, Jepang, Malaysia, Mesir, dan Singapura yang juga dihadiri oleh Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Saat ini, PPI yang telah terdaftar sebagai anggota OISAA berasal dari 45 negara. Saat ini, PPI yang telah terdaftar sebagai anggota OISAA berasal dari 45 negara; yaitu Australia, Austria, Arab Saudi, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Belanda, Belgia, China, Republik Ceko, Denmark, Finlandia, Hungaria, India, Inggris, Iran, Italia, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Lebanon, Libya, Malaysia, Maroko, Mesir, Kanada, New Zealand, Norwegia, Pakistan, Perancis, Philipina, Polandia, Portugal, Rusia, Singapura, Spanyol, Swedia, Swiss, Sudan, Syiria, Taiwan, Thailand, Turki, Tunisia, dan Yemen. Pada penyelenggaran keduanya, SI-2010 diselenggarakan oleh PPI Inggris. Tahun ini, tema yang diangkat adalah Pendidikan Kewirausahaan sebagai Upaya Peningkatan Kualitas SDM Pelajar Indonesia yang Mandiri dan Inovatif. Tiga sub-tema yang disajikan dalam Simposium ini adalah: 1. Menjadi Pengusaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi, 2. Membentuk Akademisi Indonesia dalam Menghadapi Tantangan Global, dan 3. Model Kepemimpinan dalam Menjawab Krisis Multidimensi di Indonesia. Selain membahas topik-topik tersebut, Simposium Internasional 2010 juga memiliki agenda khusus untuk membahas perkembangan keorganisasian OISAA sekaligus mendiskusikan penyelenggaraan Simposium Internasional pada tahun 2011.

5 PELAKSANAAN SIMPOSIUM INTERNASIONAL 2010 Simposium Internasional 2010 ini diselenggarakan di London, Inggris tepatnya dilaksanakan di Gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia di Inggris, 38 Grosvenor Square, London. Kegiatan diawali pada hari Jumat, 22 Oktober 2010 sampai dengan hari Minggu, 24 Oktober Para pembicara yang berpartisipasi dalam acara Simposium Internasional 2010 adalah: 1. Ibu Marie Elka Pangestu Menteri Perdagangan RI 2. Bp. Dr Dino Patti Djalal Duta Besar RI untuk Amerika Serikat 3. Bp. Dr (HC) Rahmat Gobel Presiden Komisaris Gobel Group 4. Bp. Thamrin Lubis Founder The Indonesia Overseas Network 5. Ibu Merry Maryati Atase Perdagangan KBRI Inggris 6. Bp. Wahyu Aditya Founder Sekolah Animasi Hellomotion.com 7. Bp. Dr Bima Arya Sugiarto Direktur Eksekutif The Lead Institute Universitas Paramadina 8. Bp. Prof. Dr Hikmawanto Juwana Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia 9. Bp. Jaka Aminata Peneliti dari Universitas Paul Verlaine-Metz Prancis 10. Bp. Antonius Wijaya Presiden Ciputra University Entepreneurship Centre 11. Bp. Michael Putrawena Climate Change Policy Strategist, Shell Corporation, Belanda 12. Bp. Turino Yulianto Deputi Sekretaris Jenderal Gerakan Nasional Kepedulian Sosial Perwakilan PPI Australia bersama Bp. Dr Dino Patti Djalal (kiri), Bp. Dr Bima Arya Sugiarto (tengah), Bp Dr (HC) Rachmat Gobel dan Bp. Prof. Dr Hikmawanto Juwana (kanan).

6 HASIL SIMPOSIUM INTERNASIONAL OISAA 2010 Pada penyelenggaran tahun ini, SI-2010 mengangkat tema Pendidikan Kewirausahaan sebagai Upaya Peningkatan Kualitas SDM Pelajar Indonesia yang Mandiri dan Inovatif. Tiga sub-tema yang disajikan dalam Simposium ini adalah: (1) Menjadi Pengusaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi, (2) Membentuk Akademisi Indonesia dalam Menghadapi Tantangan Global, dan (3) Model Kepemimpinan dalam Menjawab Krisis Multidimensi di Indonesia. Pembahasan tiga sub-topik tersebut diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan dan merumuskan rekomendasi kepada Pemerintah RI sehubungan dengan bagaimana pendidikan formal di Indonesia mampu menjawab tantangan perubahan di masyarakat yang membutuhkan lulusan dengan jiwa kepemimpinan yang tinggi dan semangat kewirausahaan yang unggul. Berdasarkan isu-isu yang diangkat selama acara berlangsung, ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan; di antaranya: 1. Identifikasi produk unggulan Indonesia yang kurang jelas Produk unggulan masing-masing area di Indonesia masih belum jelas teridentifikasi dan belum jelas arah pengembangannya. Produk unggulan adalah produk yang diharapkan mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah tertentu; terutama melalui kegiatan produksi dan penciptaan lapangan pekerjaan. Produk atau sektor unggulan menjadi andalan sebuah daerah untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan produk lainnya. Namun, identifikasi produk unggulan pada tiap-tiap daerah menjadi sangat penting dilakukan karena hal itu berkaitan dengan prioritas alokasi sumber daya dan perencanaan pembangunan di daerah tersebut. Terbatasnya informasi terkini tentang produk unggulan di Indonesia yang mudah diakses oleh banyak pihak diyakini menjadi salah satu penghambat besar dalam pengembangan produk unggulan Indonesia. Identifikasi produk unggulan pada tiap-tiap daerah menjadi sangat penting dilakukan karena hal itu berkaitan dengan prioritas alokasi sumber daya dan perencanaan pembangunan di daerah tersebut. Untuk itu, penyediaan informasi yang lebih lengkap mengenai produk-produk unggulan Indonesia di berbagai wilayah yang mudah diakses dan selalu updated misalnya dalam bentuk basis data yang terintegrasi pada situs web Departemen Perdagangan atau Kementerian Negara Koperasi & UKM menjadi sesuatu yang perlu dipertimbangkan.

7 2. Kurang jelasnya arah pengembangan produk unggulan Indonesia Kejelasan program pengembangan produk unggulan Indonesia juga menjadi hal yang perlu disoroti. Berbeda dengan di negara-negara lain seperti Thailand dan China yang menerapkan konsep One Village One Product untuk mengembangkan produk unggulan tiap daerah dengan pendekatan job specialization, pengembangan produk unggulan di Indonesia terkesan kurang jelas atau terarah. Paling tidak, arah pengembangannya tidak dirancang di level strategis pemerintahan supaya lebih terintegrasi, melainkan dikembangkan sesuai dengan potensi masing-masing daerah secara terpisah-pisah. Hal ini membuat program pengembangan produk unggulan di Indonesia menjadi kurang terarah. Dengan keberadaan informasi yang lengkap dan terupdate secara periodik dan terintegrasi, maka program pengembangan produk unggulan dapat diharapkan berjalan lebih terpola. 3. Lemahnya daya saing produk unggulan Indonesia dibandingkan produk sejenis dari negara lain Produk unggulan Indonesia juga dinilai banyak pihak memiliki daya saing yang lemah terhadap produkproduk sejenis yang berasal dari negara lain, baik produk yang dipasarkan di dalam maupun di luar Indonesia. Kelemahan tersebut sebagian besar disebabkan karena homogenitas produk yang dihasilkan Indonesia dengan produk-produk keluaran negara lain yang kemudian membuat posisi tawar menawar Indonesia menjadi lebih rendah. Hal ini diperparah dengan banjirnya produk China yang menawarkan produk sejenis dengan harga yang jauh lebih murah. Produk China memang menjadi masalah besar bagi produk dalam negeri karena rendahnya Memperjelas dan menjamin tingkatan kualitas produk-produk Indonesia yang dipasarkan ke pasar internasional adalah strategi yang lebih direkomendasikan. biaya tenaga kerja, adanya tax holiday bagi pengusaha lokal, serta dugaan adanya undervaluation mata uang Yuan terhadap US Dollar memungkinkan China menghasilkan produk dengan kualitas lebih bagus namun dengan biaya produksi yang jauh lebih rendah. Mengingat keunggulan China yang sulit untuk disamai, ada baiknya Pemerintah Indonesia tidak memusatkan upaya untuk menciptakan suasana yang sama dengan apa yang berlaku di China. Memperjelas dan menjamin tingkatan kualitas produk-produk Indonesia yang dipasarkan ke pasar internasional adalah strategi yang lebih direkomendasikan. Keberadaan standar kualitas produk nasional semacam SNI untuk produk-produk unggulan Indonesia yang acuan standar kualitasnya belum diatur di SNI menjadi satu solusi alternatif yang pantas dicoba. Keberadaan standar kualitas

8 yang berlaku secara nasional akan membuat pasar internasional memahami rerangka kualitas produk nasional Indonesia dan dapat menghargai produk Indonesia dengan lebih baik. 4. Kurangnya koordinasi antara instansi pemerintah dalam pengembangan pendidikan berorientasi kewirausahaan Hasil-hasil penelitian terapan di bidang teknologi tepat guna juga nampaknya masih harus rela dipendam di sudut ruangan sebatas hanya sebagai laporan riset saja. Padahal sangat banyak hasil penelitian teranyar yang dihasilkan oleh para akademisi yang dapat diaplikasikan atau diproduksi secara komersial untuk memberikan solusi atas permasalahan sebagian besar masyarakat di Indonesia. Selain itu, banyak program yang dilaksanakan oleh Departemen Perdagangan yang sangat relevan dengan pengembangan kurikulum berorientasi kewirausahaan. Keberadaan program-program ini juga terkesan kurang tersosialisasikan dengan baik di kalangan akademisi yang bertanggung jawab pada fungsi pengembangan kurikulum pendidikan tinggi. Dua permasalahan ini menunjukkan kurangnya koordinasi program antara instansi pemerintah yang sebenarnya memiliki tujuan yang searah. Menyadari kondisi ini, direkomendasikan untuk lebih meningkatkan koordinasi antara instansi yang terkait dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan programprogram, terutama yang relevan dengan pendidikan berorientasi pengembangan kewirausahaan. 5. Perlunya institusi pendidikan tinggi membekali mahasiswanya dengan soft skill Proses pendidikan di tingkat pendidikan tinggi sebaiknya tidak hanya berorientasi pada kegiatankegiatan yang mencetak dan mengukur hard skill peserta didik, namun juga memperhatikan pembentukan soft skill. Kompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan pendidikan tinggi untuk berhasil menembus persaingan pasar kerja justru lebih banyak mengandalkan soft skill yang mereka miliki. Kemampuan mengelola diri sendiri, kemampuan berpikir sistematis, kemampuan menyampaikan ide dan pemikiran secara lisan dan tertulis, kemampuan Pengembangan kurikulum nasional yang berorientasi pada pembentukan soft skill mahasiswa menjadi sesuatu yang perlu dipertimbangkan. menganalisis masalah secara terstruktur, dan keberanian mengambil risiko adalah sedikit contoh soft skill yang sangat dibutuhkan para lulusan pendidikan tinggi Indonesia baik mereka yang berniat mengawali karir sebagai karyawan sebuah perusahaan atau instansi pemerintah maupun mereka yang berniat untuk bekerja secara mandiri pada diri mereka sendiri (self-employment).

9 Memang sudah ada beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang secara intens menyelipkan pembentukan soft skill dalam kurikulum mereka, namun sebagian besar terutama institusi pendidikan tinggi yang berada di luar Jawa masih menerapkan sistem kurikulum dan metode pembelajaran klasikal. Dengan demikian, pengembangan kurikulum nasional yang berorientasi pada pembentukan soft skill mahasiswa menjadi sesuatu yang perlu dipertimbangkan. Pendidikan soft skill dapat dilakukan juga dengan bekerja sama dengan instansi pemerintah atau departemen lain di luar Departemen Pendidikan Nasional yang memiliki program-program yang relevan dengan pengembangan kurikulum berorientasi pada kewirausahaan. Dengan kurikulum yang lebih mengedepankan pada pembentukan soft skill dan jiwa kewirausahaan, dapat diharapkan para lulusan perguruan tinggi akan mampu bersikap mandiri dan menempatkan diri mereka sebagai individu yang memiliki daya saing yang tinggi di pasar tenaga kerja dan memiliki kemampuan yang cukup untuk bekerja secara mandiri. Dengan kurikulum yang mengedepankan pada pembentukan soft skill dan jiwa kewirausahaan, dapat diharapkan para lulusan perguruan tinggi akan mampu bersikap mandiri. 6. Rekomendasi pembentukan Indonesian Young Entrepreneurs Initiative (IYEI) Rekomendasi ini diusulkan sebagai bentuk inisiatif anak bangsa melalui kontribusi wirausahawan-wirausahawan muda Indonesia untuk bangsa dan negara Republik Indonesia. Melalui inisiatif ini, diharapkan dapat lebih memberikan kesempatan bagi para wirausahawan muda untuk berkarya dan berpartisipasi dalam pembangunan di Indonesia. Sekaligus diharapkan pembentukan IYEI ini dapat memotivasi munculnya wirausahawan-wirausahawan muda di Indonesia sebagai motor penggerak ekonomi kerakyatan.

10 KONGRES ALIANSI PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA SEDUNIA 2010 Kongres Aliansi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia atau OISAA (Overseas Indonesian Student Association Alliance) berlangsung selama tiga hari sejak 22 Oktober Agenda utama Kongres adalah penetapan bentuk organisasi PPI Dunia yang sudah menjadi topik hangat di mailing list OISAA beberapa saat sebelum pertemuan Simposium Internasional Agenda penting lainnya adalah penetapan pimpinan atau koordinator PPI Dunia yang akan menjalankan fungsi koordinasi dalam kegiatan PPI Dunia periode Selain itu, Kongres ini juga membahas mengenai penyelenggaraan Simposium Internasional tahun Kongres ini dihadiri oleh perwakilan PPI yang berasal dari 17 negara; yaitu Australia, Austria, Belgia, Rusia, Libya, Jepang, Jerman, Spanyol, Mesir, Perancis, Philipina, Swedia, Inggris, Korea Selatan, Thailand, Iran, dan Turki. Dalam Kongres ini, ditetapkan bahwa perwakilan dari Australia, Austria, Libya, Rusia, Inggris, dan Jepang menjadi tim formatur yang juga berfungsi sebagai pemimpin sidang Kongres. Setelah melalui proses diskusi yang panjang, dinamis dan komprehensif, diputuskan bersama bahwa bentuk aliansi antar Perhimpunan Pelajar Indonesia Sedunia ini adalah: Forum Komunikasi Aliansi Perhimpunan Pelajar Indonesia Internasional atau Overseas Indonesian Student Association Alliance (OISAA). Keberadaan Forum Komunikasi Aliansi PPI Internasional atau OISAA ini merupakan fungsi koordinasi dan komunikasi antar PPI sedunia sebagai satu kesatuan yang utuh yang beranggotakan PPI-PPI di seluruh dunia. Kongres ini juga menetapkan PPI Australia sebagai Koordinator dan PPI Perancis sebagai Wakil Koordinator OISAA periode yang berfungsi sebagai koordinator dalam berbagai kegiatan dan komunikasi antara PPI yang ada di seluruh dunia. Hasil ini merupakan suatu pencapaian yang sangat strategis dan sangat bernilai dalam penetapan posisi tawar PPI Australia dalam kancah organisasi PPI di tingkat dunia. Penetapan PPI Australia sebagai Koordinator OISAA merupakan suatu pencapaian yang sangat strategis dan sangat bernilai dalam penetapan posisi tawar PPI Australia dalam kancah organisasi PPI di tingkat dunia.

11 Dalam kongres ini, PPI Australia juga berkesempatan menyampaikan sharing tentang salah satu program unggulannya yaitu Lingkar Ide PPIA, program film dokumenter pendek garapan PPI Australia yang telah terbukti dapat membantu mewadahi kontribusi ide dan pemikiran akademis pelajar Indonesia di luar negeri bagi bangsa dan negara. Sampai dengan laporan ini ditulis, konsep dasar program Lingkar Ide PPIA sudah berhasil direplikasi oleh PPI Korea Selatan (PERPIKA), Perhimpunan Alumni Beasiswa Erasmus Mundus, dan dijalankan oleh PPI Jepang. Lingkar Ide PPIA sudah berhasil direplikasi oleh PPI Korea Selatan (PERPIKA), Perhimpunan Alumni Beasiswa Erasmus Mundus, dan dijalankan oleh PPI Jepang. Replikasi program Lingkar Ide di negara-negara lain adalah salah satu prioritas kepengurusan PPI Australia Banyak harapan yang disampaikan dalam beberapa kesempatan agar dibawah koordinasi PPI Australia dan PPI Perancis akan keberadaan Forum Komunikasi Aliansi PPI Internasional (OISAA) ini akan semakin solid dan dapat berkembang serta selanjutnya dapat berkontribusi bagi bangsa dan negara Republik Indonesia. Berkaitan dengan rencana penyelenggaraan Simposium Internasional 2011, sampai saat laporan ini ditulis telah muncul tiga negara yang mengajukan diri sebagai kandidat penyelenggara Simposium Internasional 2011 yaitu Amerika Serikat, Iran, dan Jepang. Kiri: Dirgayuza Setiawan mempresentasikan Lingkar Ide PPIA di hadapan seluruh hadirin Simposium Internasional OISAA Kanan: Febry HJ Dien memandu jalannya kongres OISAA.

12 MANFAAT KEGIATAN SIMPOSIUM INTERNASIONAL 2010 BAGI AUSTRALIA Sejak semula, keikutsertaan PPI Australia dalam kegiatan ini telah direncanakan untuk dapat berkontribusi secara maksimal. Dalam artian, keikutsertaan PPI Australia kali ini bukan hanya sekedar ikut hadir saja, melainkan dapat berkontribusi secara nyata dalam setiap Panel Diskusi yang diadakan selama acara symposium. Melalui Koordinator Bidang Kerjasama Eksternal PPIA Pusat yang disetujui oleh Ketua Umum PPIA Pusat, telah dilaksanakan pendaftaran terbuka untuk berpartisipasi di Simposium Internasional untuk semua pengurus dan anggota PPIA dari seluruh Australia. Dari penjaringan ini pada awalnya ditetapkan 4 (empat) orang peserta yang akan mendampingi perwakilan pengurus PPI Australia (2 orang) untuk SI 2010 di London. Namun karena tidak diperolehnya dukungan dana dari masing-masing universitas dimana calon peserta belajar (sebagaimana diharapkan sejak semula) akhirnya hanya 1 orang yang memastikan ikut serta, dengan demikian Tim PPI Australia untuk SI 2010 di London ini total berjumlah 3 (tiga orang) saja. Kehadiran dan keterlibatan PPI Australia pada acara Simposium Internasional 2010 merupakan bukti nyata kebersamaan KBRI Australia melalui Atase Pendidikan Nasional dan PPI Australia terhadap perubahan sosial yang ditunjukkan oleh para cendekiawan muda Indonesia yang tengah menempuh studi di berbagai penjuru dunia. Berkumpulnya para cendekiawan muda Indonesia tersebut dalam suatu forum ilmiah diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran yang signifikan yang membawa perubahan nasional ke arah yang lebih baik. Kehadiran dan keterlibatan PPI Australia pada acara Simposium Internasional 2010 merupakan bukti nyata kebersamaan KBRI Australia melalui Atase Pendidikan Nasional dan PPI Australia. Lebih lanjut lagi, dengan mempertimbangkan jumlah pelajar Indonesia yang menempuh studi di Australia jauh lebih besar dibandingkan di negara lainnya di seluruh dunia (selain Indonesia tentunya), partisipasi dan kontribusi PPI Australia dalam proses dialekta intelektual dan keorganisasian di tingkat dunia menjadi perihal yang sudah seharusnya dilakukan. Dengan demikian, keterlibatan PPI Australia dalam kegiatankegiatan dan organisasi bertaraf internasional seperti Simposium Internasional 2010 dan Kongres OISAA (Overseas Indonesian Student Association Alliance) diharapkan akan mampu memperjelas peran pelajar Indonesia di Australia dalam menyumbangkan pemikiran bagi perbaikan situasi dan kondisi bangsa dan negara Indonesia. Selain itu, keterlibatan PPI Australia dalam kegiatan-kegiatan berskala internasional seperti ini diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas hubungan kerjasama antara PPI

13 Australia dengan PPI di negara-negara lainnya serta antara lembaga pemerintah Indonesia di Australia dengan lembaga serupa di negara lainnya di dunia. Khusus bagi PPI-Australia sendiri, kehadiran pada acara Simposium Internasional 2010 di London lalu memberikan manfaat yang sangat strategis bagi PPI Australia secara kelembagaan. Keterlibatan PPI Australia pada acara ini telah mampu meningkatkan kualitas hubungan antara PPI Australia dengan PPI dari negara lain serta membuka komunikasi dan peluang kerjasama dengan organisasi lainnya. Manfaat lain yang jauh lebih berharga adalah meningkatnya posisi tawar PPI Australia di antara PPI di seluruh dunia setelah PPI Australia dipercaya sebagai koordinator PPI Dunia atau OISAA. Menguatnya posisi tawar tersebut akan memberikan kesempatan lebih besar kepada PPI Australia untuk berkontribusi lebih penuh dalam dinamika intelektual dan sosial pelajar Indonesia di luar negeri. Partisipasi PPI Australia pada acara ini membuka kesempatan lebih besar kepada seluruh pelajar Indonesia di Australia untuk berkontribusi lebih aktif dalam dinamika intelektual dan sosial pelajar Indonesia di luar negeri. Seluruh peserta Simposium Internasional OISAA 2010 yang datang dari lebih dari 20 negara berfoto bersama setelah acara ditutup oleh Andrew Sutedja dari PPI Inggris.

14 PENUTUP Melalui laporan ini, mewakili PPI Australia kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak terutama kepada Atase Pendidikan Nasional KBRI Australia di Canberra yang telah mendukung partisipasi kami dalam kegiatan ini. Demikian juga kepada rekan-rekan di kepengurusan PPIA Pusat yang turut memberikan dukungan bagi kami dalalam melaksanakan kegiatan ini dengan baik. Keberhasilan yang dicapai pada acara Simposium Internasional 2010 dan Kongres OISAA 2010 bukan hanya keberhasilan bagi kami melainkan adalah juga keberhasilan kita semua. Semoga catatan ini dapat memotivasi peran serta masing-masing kita dalam pembangunan bangsa dan negara baik secara langsung maupun tidak langsung. Ditulis di Brisbane, Perth dan Melbourne, Australia pada tanggal 10 November Delegasi PPI Australia untuk Simposium Internasional 2010, DIRGAYUZA SETIAWAN Wakil Ketua Umum PPI Australia FEBRY HENDRA JESHKIEL DIEN Ketua Bidang Kerjasama Eksternal PPI Australia SONY KUSUMASONDJAJA Sekretaris Umum PPI Australia

TENTANG HASIL REKOMENDASI SIDANG KOMISI KONGRES PPI DUNIA TAHUN 2012

TENTANG HASIL REKOMENDASI SIDANG KOMISI KONGRES PPI DUNIA TAHUN 2012 SURAT KEPUTUSAN KONGRES ALIANSI PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA INTERNASIONAL (PPI DUNIA)/ OVERSEAS INDONESIAN STUDENTS ASSOCIATION ALLIANCE (OISAA)TAHUN 2012 Nomor : 04/OISAA/KR/II/2012 TENTANG HASIL REKOMENDASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-03.GR.01.06 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR M.HH-01.GR.01.06 TAHUN 2010

Lebih terperinci

Number: 001/SI-PPI/Report/I/01 LAPORAN KEGIATAN SIMPOSIUM INTERNASIONAL PERSATUAN PELAJAR INDONESIA 2010, LONDON, INGGRIS

Number: 001/SI-PPI/Report/I/01 LAPORAN KEGIATAN SIMPOSIUM INTERNASIONAL PERSATUAN PELAJAR INDONESIA 2010, LONDON, INGGRIS Number: 001/SI-PPI/Report/I/01 LAPORAN KEGIATAN SIMPOSIUM INTERNASIONAL PERSATUAN PELAJAR INDONESIA 2010, LONDON, INGGRIS SIMPOSIUM INTERNASIONAL PPI DUNIA 2010 Sekretariat: Kedutaan Besar Republik Indonesia,

Lebih terperinci

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012 JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012 Bulan : Januari 2012 Lokasi pengambilan tiket masuk No Negara Asal 1 Afrika Selatan 3 1 4 4 3 7 - - - 11 2 Amerika Serikat 258 315

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN NOMOR P.2/II-KEU/2010 TENTANG PEDOMAN HARGA SATUAN

Lebih terperinci

Bismillahi rahmani rahiim,

Bismillahi rahmani rahiim, Pidato Utama Seminar IDB: Mencetak Sumber Daya Manusia yang Kompetitif bagi Pemberdayaan Ekonomi Dr. Hendar (Deputi Gubernur, Bank Indonesia) Jakarta, 13 Mei 2016 Bismillahi rahmani rahiim, Yang saya hormati:

Lebih terperinci

INTERNATIONAL SYMPOSIUM OISAA 2010

INTERNATIONAL SYMPOSIUM OISAA 2010 "Menjadi Pengusaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi" Kerangka Acuan untuk Diskusi Komisi Kewirausahaan pada Simposium Internasional PPI Dunia tahun 2010 di London, Inggris, pada tanggal 23 24 Oktober 2010

Lebih terperinci

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia Liliana Muliastuti, Ketua Umum Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA Pengantar Optimisme terhadap peluang bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional cenderung

Lebih terperinci

The Indonesian Student Association in Japan Persatuan Pelajar Indonesia Jepang PPI Jepang

The Indonesian Student Association in Japan Persatuan Pelajar Indonesia Jepang PPI Jepang Tokyo, 1 November 2009 Nomor : U/E/2009/11/01 Perihal : Undangan TI 2010 Lampiran : -Draft Proposal -Signifikansi Yang kami hormati Pengurus Korda, Komsat dan anggota Di Tempat Salam Sejahtera, Melalui

Lebih terperinci

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS 93 5.1. Perkembangan Umum MIHAS Pada bab ini dijelaskan perkembangan bisnis halal yang ditampilkan pada pameran bisnis halal Malaysia International Halal Showcase

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Studi Investor Global 2017

Studi Investor Global 2017 Studi Investor Global 2017 Perilaku investor: dari prioritas ke ekspektasi Studi Investor Global 2017 1 Daftar Isi 3 11 Ikhtisar Generasi milenial memiliki situasi yang bertentangan 4 12 Tren global menunjukkan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 123/PMK.04/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 123/PMK.04/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 123/PMK.04/2011 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT BELAS ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 89/KMK.04/2002 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder selama enam tahun pengamatan (2001-2006). Pemilihan komoditas yang akan diteliti adalah sebanyak lima komoditas

Lebih terperinci

A. Tesis OP Rp ,00 B. Disertasi OP Rp ,00. No Negara Satuan Biaya Maksimal

A. Tesis OP Rp ,00 B. Disertasi OP Rp ,00. No Negara Satuan Biaya Maksimal DANA BANTUAN PENELITIAN TESIS/DISERTASI No Negara Satuan Biaya Maksimal A. Tesis OP Rp25.000.000,00 B. Disertasi OP Rp75.000.000,00 DANA BANTUAN SEMINAR INTERNASIONAL No Negara Satuan Biaya Maksimal A.

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH. Sambutan Pada Upacara Peringatan Hari Pendidikan (Hardikda) Aceh ke-57 Tahun 2016 Jumat, 2 September 2016 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

GUBERNUR ACEH. Sambutan Pada Upacara Peringatan Hari Pendidikan (Hardikda) Aceh ke-57 Tahun 2016 Jumat, 2 September 2016 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR ACEH Sambutan Pada Upacara Peringatan Hari Pendidikan (Hardikda) Aceh ke-57 Tahun 2016 Jumat, 2 September 2016 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Assalamualaikumwarahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillahi

Lebih terperinci

Pengembangan Pusat Kewirausahaan dan Produktivitas Nasional

Pengembangan Pusat Kewirausahaan dan Produktivitas Nasional Pengembangan Pusat Kewirausahaan dan Produktivitas Nasional Direktorat Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional 2010 KATA PENGANTAR Produktivitas mengandung makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua menginginkan pendidikan mengedepakan pendidikan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua menginginkan pendidikan mengedepakan pendidikan sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga menjadi kebiasaan. Dalam pendidikan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat perhatian lebih dari seluruh dunia sebagai sumber perekonomian dan devisa negara. Industri pariwisata

Lebih terperinci

TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN

TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015 No 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Destination Country 1 Malaysia 1.807 1.320 1.178 804 1.334

Lebih terperinci

Konferensi Dunia Maya Seoul 2013. (Seoul Conference on Cyberspace 2013)

Konferensi Dunia Maya Seoul 2013. (Seoul Conference on Cyberspace 2013) Konferensi Dunia Maya Seoul 2013 (Seoul Conference on Cyberspace 2013) Jumlah Negara Peserta Sekitar 1.600 orang dari 87 negara, 18 organisasi internasional serta regional, berbagai lembaga riset dan perusahaan

Lebih terperinci

Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut :

Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut : Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut : Anggota Klaster Pertama No. Negara 1 Republik Rakyat China Anggota Klaster Kedua No. Negara 1 Malaysia 2 Singapura Anggota Klaster Ketiga No Negara

Lebih terperinci

PAJAK INTERNASIONAL. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PAJAK INTERNASIONAL. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com PAJAK INTERNASIONAL Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Latar Belakang Perkembangan transaksi perdagangan barang dan jasa lintas negara Pemberlakukan hukum pajak di masing-masing negara

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1321, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 PERUBAHAN KEDELAPAN

Lebih terperinci

Corruption Perception Index Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta.

Corruption Perception Index Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta. Corruption Perception Index 2016 Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta. Apa itu Corruption Perception Index (CPI)? Indeks Gabungan Hingga 13 sumber data Menggambarkan

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan I Tahun 2018 Jakarta, 30 April 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN I 2018: Dibanding Tahun 2017 II. TRIWULAN I 2018: Sektor,

Lebih terperinci

Pengembangan Pusat Kewirausahaan dan Produktivitas Nasional

Pengembangan Pusat Kewirausahaan dan Produktivitas Nasional Pengembangan Pusat Kewirausahaan dan Produktivitas Nasional Direktorat Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional 2010 KATA PENGANTAR Produktivitas mengandung makna

Lebih terperinci

RENCANA DAN REALISASI INVESTASI DAN TENAGA KERJA PMDN MENURUT SEKTOR EKONOMI DI NTB TAHUN 2013

RENCANA DAN REALISASI INVESTASI DAN TENAGA KERJA PMDN MENURUT SEKTOR EKONOMI DI NTB TAHUN 2013 RENCANA DAN REALISASI INVESTASI DAN TENAGA KERJA PMDN MENURUT SEKTOR EKONOMI DI NTB TAHUN 2013 No Sektor Ekonomi (Ribu Rp ) Kerja (Org) (Ribu Rp ) Kerja (Org) 1 Petanian Tanaman Pangan 1 40.000.000 200

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PMK.010/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 157 /PMK.010/2015 TENTANG PELAKSANMN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, pemerintah sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang yang pada hakekatnya bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia telah menyentuh semua sisi kehidupan masyarakat dari lapisan atas hingga ke lapisan bawah. Banyak masyarakat

Lebih terperinci

Program Beasiswa Erasmus Lifelong Learning Programme

Program Beasiswa Erasmus Lifelong Learning Programme Program Beasiswa Erasmus Lifelong Learning Programme Program Erasmus (EuRopean Community Action Scheme for the Mobility of University Students) atau Erasmus Project adalah program pertukaran pelajar di

Lebih terperinci

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Kelas 9 semester 1 NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG 1 2 PENGERTIAN NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi. Sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

KETUA PANITIA: TOTO SUPRIYANTO, S.T., M.T

KETUA PANITIA: TOTO SUPRIYANTO, S.T., M.T PANDUAN LOMBA sains dan TERAPAN (LST) KETUA PANITIA: TOTO SUPRIYANTO, S.T., M.T. POLITEKNIK NEGERI JAKARTA DEPOK 2017 1 I. PENDAHULUAN Era globalisasi memberi memberi dampak ganda yaitu di samping membuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah terus berupaya memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Sejalan dengan itu,

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI/CONTENTS DAFTAR GRAFIK/LIST OF FIGURE DAFTAR TABEL/LIST OF TABLE I. Tabel-1 Table-1 KEDATANGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE INDONESIA MENURUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Program Beasiswa Darmasiswa RI adalah program beasiswa yang ditawarkan kepada semua mahasiswa asing dari negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.217, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HUKUM. Imigrasi. Visa. Bebas. Kunjungan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

VISI, MISI & PROGRAM KERJA

VISI, MISI & PROGRAM KERJA VISI, MISI & PROGRAM KERJA Bersama Meningkatkan Budaya Intelektualitas dalam Mengawal Perubahan V O T E W I T H YOUR HEART YOUR BRAIN & E-Vote I PPI Prancis Dec, 6-21 1 Visi: Berkontribusi dalam pembangunan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARAAN DAN DELEGASI DALAM KONFERENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA UNTUK PERUBAHAN IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor kewirausahaan sedang gencar digalakan oleh pemerintah Indonesia karena mampu menstimulasi pertumbuhan ekonomi nasional, mengurangi tingkat pengangguran

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG MEMUTUSKAN:

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG MEMUTUSKAN: MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157/PMK.010/2015 TENTANG PELAKSANAAN PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN YANG DIDASARKAN PADA KETENTUAN DALAM PERJANJIAN

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARAAN DAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA DALAM KONFERENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA UNTUK PERUBAHAN IKLIM DENGAN

Lebih terperinci

Pernyataan Pencalonan Menjadi Calon Presidium PPI Jepang Bismillaahirrahmaanirrahiim

Pernyataan Pencalonan Menjadi Calon Presidium PPI Jepang Bismillaahirrahmaanirrahiim Pernyataan Pencalonan Menjadi Calon Presidium PPI Jepang 2011-2012 Bismillaahirrahmaanirrahiim Setelah mencermati dinamika PPI Jepang dalam 3 tahun terakhir ini, baik di tingkat komisariat (komsat), koordinator

Lebih terperinci

laporan simposium ppi kawasan eropa & amerika

laporan simposium ppi kawasan eropa & amerika PPI PRANCIS laporan simposium ppi kawasan eropa & amerika mengoptimalkan peran demokrasi dan kemajuan ekonomi indonesia sebagai modal menjadi bangsa yang besar Istanbul, Turki 16-20 mei 2013 kegiatan simposium

Lebih terperinci

MEMULAI KARIR BERBASIS KEJUJURAN DARI PENDIDIKAN DI ITB

MEMULAI KARIR BERBASIS KEJUJURAN DARI PENDIDIKAN DI ITB SAMBUTAN REKTOR ITB pada PERESMIAN PENERIMAAN MAHASISWA BARU ITB TAHUN AKADEMIK 2009/2010 MEMULAI KARIR BERBASIS KEJUJURAN DARI PENDIDIKAN DI ITB Sasana Budaya Ganesa, Kampus ITB, 12 Agustus 2009 Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini jasa telah menjadi bagian yang cukup dominan pengaruhnya di dalam kehidupan kita sehari-hari. Jasa transportasi, jasa pendidikan, jasa reparasi,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.01.IZ TAHUN 2005.

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.01.IZ TAHUN 2005. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.01.IZ.01.10 TAHUN 2005. TENTANGPERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam melaksanakan pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI 2012 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/08/62/Th. VI,1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Juni sebesar US$92,40 juta, turun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Bebas Visa K

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Bebas Visa K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.133, 2015 HUKUM. Imigrasi. Visa. Bebas. Kunjungan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode 1980-2008

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode 1980-2008 38 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode 198-28 Berdasarkan Gambar 4.1, periode 198 hingga 28 perkembangan GDP pertanian negara-negara

Lebih terperinci

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY (Catatan Pertemuan the 8 th ASEAN Finance Ministers Investor Seminar (AFMIS), 8 November 2011, Jakarta I. Latar Belakang (Nugraha Adi) Kawasan ASEAN telah menjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/06/62/Th. IX, 1 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan sebesar US$124,19 juta, turun 13,01 persen dibanding bulan yang

Lebih terperinci

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN Modul ke: ORGANIZATION THEORY AND DESIGN LINGKUNGAN ORGANISASI & DESAIN Fakultas Pascasarjana Dr. Mochammad Mukti Ali, ST., MM. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Mata Kuliah OTD Daftar

Lebih terperinci

PELAJAR, POLITIK, DAN PEMILU Oleh: Pan Mohamad Faiz

PELAJAR, POLITIK, DAN PEMILU Oleh: Pan Mohamad Faiz PELAJAR, POLITIK, DAN PEMILU 2014 Oleh: Pan Mohamad Faiz Tahun 2014 di Indonesia dianggap oleh sebagian besar kalangan sebagai Tahun Politik. Di tahun ini akan digelar hajatan politik terbesar setiap lima

Lebih terperinci

Makalah Geografi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG. Disusun oleh: R.A Adelia Sharfina Rosanti

Makalah Geografi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG. Disusun oleh: R.A Adelia Sharfina Rosanti Makalah Geografi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Disusun oleh: R.A Adelia Sharfina Rosanti KELAS 9B SMPI AL AZHAR 8 KEMANG PRATAMA TAHUN AJARAN 2009/2010 Kata Pengantar Assalamu alaikun Wr. Wb. Puji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran akan mampu. menciptakan lingkungan akademis yang harmonis dan produktif, jika

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran akan mampu. menciptakan lingkungan akademis yang harmonis dan produktif, jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan manajemen pembelajaran atau pengelolaan pembelajaran dimulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran

Lebih terperinci

SEBUAH AWAL BARU: PERTEMUAN TINGKAT TINGGI TENTANG KEWIRAUSAHAAN

SEBUAH AWAL BARU: PERTEMUAN TINGKAT TINGGI TENTANG KEWIRAUSAHAAN SEBUAH AWAL BARU: PERTEMUAN TINGKAT TINGGI TENTANG KEWIRAUSAHAAN Pertemuan Tingkat Tinggi Tentang Kewirausahaan akan menyoroti peran penting yang dapat dimainkan kewirausahaan dalam memperluas kesempatan

Lebih terperinci

Indonesian Student s Association in Japan 在日インドネシア留学生協会 Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang

Indonesian Student s Association in Japan 在日インドネシア留学生協会 Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang KETETAPAN KONGRES XXXVI PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI JEPANG Nomor: 06/TAP/KONGRES/PPI-JEPANG/IX/2016 Tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PPI JEPANG Dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, Kongres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dalam bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di masa yang akan datang, sangatlah ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kompetisi antarnegara di dunia sebagai akibat. tumbuhnya era perdagangan bebas menyebabkan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kompetisi antarnegara di dunia sebagai akibat. tumbuhnya era perdagangan bebas menyebabkan semakin meningkatnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Relakang Penelitian Berkembangnya kompetisi antarnegara di dunia sebagai akibat tumbuhnya era perdagangan bebas menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap kualitas

Lebih terperinci

Buletin. Bali ICL CONFERENCE. ORGANISASI Rapat Kerja Nasional Hotel Mercure Resort Sanur, Bali,17-19 April April - Agustus 2015

Buletin. Bali ICL CONFERENCE. ORGANISASI Rapat Kerja Nasional Hotel Mercure Resort Sanur, Bali,17-19 April April - Agustus 2015 ORGANISASI Rapat Kerja Nasional Hotel Mercure Resort Sanur, Bali,17-19 April 2015 Buletin April - Agustus 2015 Bali ICL CONFERENCE Bali ICL Conference dilaksanakan pada 15-17 April 2015 di Hotel Mercure

Lebih terperinci

IRRA MAYASARI F

IRRA MAYASARI F HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : IRRA MAYASARI F 100 050 133

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar. Jumlah penduduk di Indonesia yang tercatat pada tahun 2015 adalah sebanyak 259.940.857 jiwa. Jumlah

Lebih terperinci

PEDOMAN DASAR ORGANISASI The Association of Indonesian Postgraduate Students and Scholars in Australia (AIPSSA)

PEDOMAN DASAR ORGANISASI The Association of Indonesian Postgraduate Students and Scholars in Australia (AIPSSA) - Naskah Amandemen Pertama PEDOMAN DASAR ORGANISASI The Association of Indonesian Postgraduate Students and Scholars in Australia (AIPSSA) Mukadimah Pada hakekatnya, berorganisasi merupakan intuisi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewirausahaan merupakan bagian penting dalam pembangunan. Kewirausahaan dapat diartikan sebagai the backbone of economy yaitu syaraf pusat perekonomian atau sebagai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/07/62/Th. IX, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015 Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Mei 2015 sebesar US$121,89 juta, turun 1,85 persen dibanding

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2011 TENTANG TIM KOORDINASI MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2011 TENTANG TIM KOORDINASI MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2011 TENTANG TIM KOORDINASI MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk ikut

Lebih terperinci

Pengembangan keterampilan melalui publicprivate partnership (PPP)

Pengembangan keterampilan melalui publicprivate partnership (PPP) National Tripartite High Level Dialogue on Employment, Industrial Relations, and Social Security Session 3 Pengembangan keterampilan melalui publicprivate partnership (PPP) Akiko Sakamoto Skills Development

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

K69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL

K69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL K69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL 1 K-69 Sertifikasi Bagi Juru Masak Di Kapal 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

DATA KUNJUNGAN GEDONG KIRTYA TAHUN ,546 1,006 1,178 1,404 1,703 2,628 1,234 1, , ,051 35,671 DOMESTIK

DATA KUNJUNGAN GEDONG KIRTYA TAHUN ,546 1,006 1,178 1,404 1,703 2,628 1,234 1, , ,051 35,671 DOMESTIK AIR TERJUN GITGIT 1 AUSTRALIA 103 64 82 101 118 156 95 61 42 62 18 6 908 2 JERMAN 102 51 64 63 97 139 97 77 51 56 25 16 838 3 JEPANG 44 52 53 77 40 64 29 20 20 40 11 1,850 2,300 4 FRANCIS 80 36 91 78 88

Lebih terperinci

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era perkembangan globalisasi seperti sekarang ini, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang jauh lebih berkualitas dan kompeten menjadi hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem informasi yang mengidentifikasi, merekam dan mengkomunikasikan kejadian ekonomik dari suatu entitas pada pengguna yang berkepentingan

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN STANDAR BIAYA PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 35/06/73/Th. VIII, 1 Juli PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 31/06/73/Th. VIII, 2 Juni PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016 No. 51/09/17/Th. VII, 1 September 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016 Total Ekspor Provinsi Bengkulu mencapai nilai sebesar US$ 7,58 juta. Nilai Ekspor ini mengalami penurunan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR INDONESIAN ASSOCIATION FOR PUBLIC ADMINISTRATION (IAPA) BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAN WAKTU

ANGGARAN DASAR INDONESIAN ASSOCIATION FOR PUBLIC ADMINISTRATION (IAPA) BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAN WAKTU ANGGARAN DASAR INDONESIAN ASSOCIATION FOR PUBLIC ADMINISTRATION (IAPA) BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAN WAKTU Pasal 1 1) Organisasi ini bernama Indonesian Association for Public Administration (IAPA)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER 2012 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/12/62/Th. VI, 3 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Oktober sebesar US$62,93

Lebih terperinci

Sasaran Pemberdayaan Pemuda Berlin Ditinjau dari Aktivitas Organisasi Kepemudaannya

Sasaran Pemberdayaan Pemuda Berlin Ditinjau dari Aktivitas Organisasi Kepemudaannya Sasaran Pemberdayaan Pemuda Berlin Ditinjau dari Aktivitas Organisasi Kepemudaannya oleh Yudistira Adipratama Nomenklatur pemuda adalah sebuah kata yang sarat akan arti. Pemuda merupakan pembawa semangat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 18/03/73/Th. IX, 2 Maret PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingginya angka pengangguran di Indonesia sangat memprihatinkan. Pengangguran terjadi karena banyaknya jumlah lulusan baik dari sekolah menengah maupun perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial merupakan masalah yang sering dihadapi oleh negara Indonesia sehingga menjadi tantangan besar dalam memasuki

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/02/62/Th. X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Desember sebesar US$69,62 juta, naik 49,17 persen

Lebih terperinci

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta Sumber : Kementerian Pendidikan Nasional/Dirjen Dikti/Direktorat Kelembagaan 15 November 2008 Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta LATAR BELAKANG Hasil Survei Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

LAPORAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA PEMBUKAAN THE FIRST IORA BUSINESS SUMMIT 2017 JAKARTA, 6 MARET 2017

LAPORAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA PEMBUKAAN THE FIRST IORA BUSINESS SUMMIT 2017 JAKARTA, 6 MARET 2017 LAPORAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA PEMBUKAAN THE FIRST IORA BUSINESS SUMMIT 2017 JAKARTA, 6 MARET 2017 Yang terhormat Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo. Yang terhormat Presiden Republik

Lebih terperinci

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Berikut ini adalah daftar negara-negara yang telah terkena atau telah, atau sedang maupun bom curah. Catatan disertakan di bagian bawah tabel untuk menunjukkan

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN II DAN JANUARI JUNI TAHUN 2016

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN II DAN JANUARI JUNI TAHUN 2016 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/11/62/Th. IX, 2 November 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2015 Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan ember 2015 sebesar US$49,69 juta, turun 7,90

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sikap kewirausahaan bisa diajarkan melalui pendidikan dan pelatihan. Hal ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan merupakan kepribadian

Lebih terperinci