Bab 3 Analisis Data. terdapat suatu kepercayaan mengenai empat dewa yang menjaga tiap-tiap arah mata

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 3 Analisis Data. terdapat suatu kepercayaan mengenai empat dewa yang menjaga tiap-tiap arah mata"

Transkripsi

1 Bab 3 Analisis Data Seperti yang telah disebutkan dalam Bab 2, pada masa Periode Nara ( ), terdapat suatu kepercayaan mengenai empat dewa yang menjaga tiap-tiap arah mata angin kota Kyoto yang disebut dengan istilah Shijin ( 四神 ) atau terkadang juga bisa disebut dengan Shiseijyuu ( 四聖獣 ) yang terdiri atas : Seiryuu ( 青龍 ), Byakko ( 白虎 ), Genbu ( 玄武 ), dan Suzaku ( 朱雀 ). (Nakanishi, 1991:117). 3.1 Analisis Konsep Shijin (Empat Dewa) yang Ada di Kyoto Melalui Sudut Pandang Masyarakat Kyoto Pada Masa Periode Nara ( ) Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan tentang analisis dari tiap-tiap konsep mengenai empat dewa tersebut melalui sudut pandang masyarakat Jepang Periode Nara ( ) dengan menggunakan konsep empat dewa, seperti dikemukakan oleh Nakanishi (1991:117) berikut ini : 四神とは南西東北にそれぞれの方角を守る守護神である 北に大山があ って玄武棲む 東に川流れ青龍棲む 南に大池あって朱雀棲む 西に大 道あって白虎棲む Yang disebut dengan Shijin adalah dewa penjaga yang menjaga tiap-tiap sudut arah. Di utara terdapat gunung besar tempat tinggal Genbu, di timur mengalir sungai tempat tinggal Seiryuu, di selatan terdapat kolam besar tempat tinggal Suzaku, di barat terdapat jalan besar tempat tinggal Byakko. Berikut adalah ke-empat uraian analisis dari dewa-dewa penjaga arah (Shijin) tersebut ditinjau dari sudut pandang masyarakat Kyoto masa Periode Nara ( ) yang menggunakan konsep Gogyou( 五行 ) sebagai prinsip dalam kehidupan mereka. 22

2 3.1.1 Analisis Konsep Dewa Seiryuu ( 青龍 ) dari Sudut Pandang Masyarakat Kyoto yang Menggunakan Konsep Gogyou Seiryuu, dewa berbentuk naga berwarna hijau atau biru yang diyakini mewakili musim semi dan berelemen kayu serta dipercaya menjaga arah timur kota Kyoto. (Kitagawa,1966) Di Cina, Naga disebut dengan Shenlong yaitu naga berwarna hijau yang memiliki empat tanduk dan di cakarnya selalu membawa bola permata yang melambangkan kemakmuran. Naga atau Shenlong ini, dipercaya sebagai penguasa langit yang selalu mengawasi masyarakat Cina dari atas langit. ( Hachi Hogobutsu : The Eight Protector of Twelve Zodiacs, ) Dari konsep di atas, penulis dapat menganalisis bahwa naga merupakan hewan yang tidak terdapat pada mitologi dan kebudayaan Jepang karena pada awalnya, hewan ini berasal dari mitologi dan kebudayaan Cina yang masuk ke Jepang pada Periode Asuka ( ) dan setelah masuknya budaya Cina ke Jepang, Shenlong (naga Cina berwarna hijau) tersebut berubah nama menjadi Seiryuu yang secara harafiahnya berarti naga biru. Perubahan ini disebabkan karena kanji Sei/Aoi( 青 ) dalam bahasa Jepang yang digunakan pada periode ini sering digunakan untuk menyebut warna biru/hijau contoh : 1. ( 青 ) 信号 = Aoshingou 2. ( 青 ) りんご = Aoringo 23

3 dalam konteks kata No.1 di atas, masyarakat Jepang menggunakan kanji ( 青 ) untuk mendefinisikan warna hijau rambu lalu lintas dan hal yang sama juga digunakan pada konteks kata No.2 yang digunakan untuk mendefinisikan warna hijau pada buah apel. Warna biru atau hijau diambil oleh masyarakat Jepang karena warna tersebut dianggap sebagai warna yang mempunyai arti memberi kehidupan kepada bumi dan masyarakat Jepang menganggap warna tersebut sebagai lambang kesuburan musim semi. Hal tersebut didukung oleh konsep Gogyou Moku yang dikemukakan oleh Nakanishi (1991:121). Berbeda dengan Shenlong, menurut Animonster 79 (2005:50) Seiryuu merupakan sosok dewa yang tinggal di sungai atau air dan merupakan simbol kekuatan kaisar karena dianggap mampu mengontrol hujan untuk mengisi sungai dan laut, bahkan membuat air bah/banjir. Gambar 2 Seiryuu Berdasarkan konsep Gogyou ( 木 ) - elemen kayu, penulis menganalisis bahwa masyarakat Kyoto mengambil wujud atau sosok naga sebagai sebuah perwujudan yang dipercaya untuk melindungi kota Kyoto bagian timur karena sosoknya yang panjang dan bersisik dan dipercaya sebagai hewan yang memiliki kekuatan, baik mental maupun 24

4 fisik yang kuat. Analisis penulis di atas didukung oleh kutipan konsep dari bab 2 mengenai konsep Gogyou ( 水 ) berikut ini: 春 東を象徴する 物事の眼を見抜く洞察力と 行動力 精神力を持つ Melambangkan musim semi, dan arah timur. Mempunyai kekuatan mental, kekuatan gerak dan kemampuan penglihatan yang tajam. (Nakanishi, 1991:92) Alasan mengapa Seiryuu tinggal di timur kota Kyoto adalah karena di sebelah timur kota Kyoto terdapat sebuah sungai besar yang bernama sungai Takano yang pada masa itu merupakan sumber kehidupan yang sangat vital bagi masyarakat Kyoto. Sekarang ini, sungai besar itu sudah tidak ada dan telah digantikan dengan dibangunnya kuil Ryuutaku-ji di timur Kyoto. (Inumaru, 1991:77). Secara keseluruhan, penulis dapat menganalisis bahwa, bagi masyarakat Kyoto, Seiryuu berperan sebagai dewa pelindung berwujud naga yang menjaga dan mengontrol kebutuhan masyarakat Kyoto yang berupa air sebagai sarana kehidupan Analisis Konsep Dewa Byakko( 白虎 ) dari Sudut Pandang Masyarakat Kyoto yang Menggunakan Konsep Gogyou Byakko, sosok dewa berwujud harimau putih yang diyakini mewakili musim gugur, dan berelemen logam, serta dipercaya menjaga arah barat kota Kyoto. Byakko dipercaya dapat berubah wujud menjadi Kirin. (Nakanishi, 1991:121). Kirin adalah salah satu hewan mitos Cina yang masuk bersamaan dengan masuknya ajaran dan kepercayaan Cina ke Jepang pada periode Asuka ( ). Kirin sebelum masuk ke Jepang sebenarnya memiliki wujud kuda bertanduk dengan badan 25

5 yang diselimuti api dan hanya akan muncul di hadapan seseorang apabila orang tersebut dianggap pantas olehnya. (Murakami,1987). Sosok Byakko atau harimau putih muncul karena adanya konsep Gogyou( 金 ) elemen logam seperti berikut : 秋 西を象徴する 磨くことによって 輝く原石のような華やかさを持 つ Melambangkan musim gugur dan arah barat. Jika digosok, akan memiliki kilauan indah bagai berlian. (Nakanishi, 1991:92) Gambar 3 Gambar 4 Byakko Kirin Gambar 2 adalah gambar Byakko yang berwujud harimau putih sedangkan gambar 3 adalah gambar dari Kirin yang mempunyai tubuh terselimuti api yang merupakan perubahan dari Byakko yang hanya akan muncul menjelang kelahiran orang yang bijaksana atau dianggap pantas bagi-nya. (Murakami,1987). Warna putih Byakko didasarkan pada konsep Gogyou Kin oleh Nakanishi (1991:121) mempunyai arti: kepolosan hati dan kebijaksanaan yang cemerlang bagaikan 26

6 kilauan berlian dan sosok harimau diambil karena dipercaya sebagai hewan yang memiliki kecerdikan yang tinggi. Dari hasil penggabungan konsep Shijin dan konsep Gogyou yang dikemukakan oleh Nakanishi (1991) inilah, penulis dapat menganalisis bahwa Byakko merupakan sosok dewa yang bertugas sebagai pelindung arah barat kota Kyoto karena di sebelah barat kota Kyoto terdapat sebuah jalan besar yang merupakan sumber atau jalur perdagangan yang vital bagi masyarakat kota Kyoto. Sekarang ini, di arah barat kota Kyoto terdapat sebuah jalan yang bernama Byakko-oji. Berdasarkan konsep-konsep yang yang telah dikemukakan di atas, penulis juga dapat menganalisis bahwa setelah masuk ke Jepang, Kirin memiliki sosok hewan berkepala naga, berbadan rusa, berekor lembu, berkuku kuda, dan bertanduk satu dan Kirin tersebut dipercaya hanya akan muncul menjelang kelahiran atau kematian orang yang hebat dan bijaksana. Dari pola pemikiran seperti inilah, masyarakat Kyoto mengambil wujud hewan macan putih untuk menggantikan sosok Kirin sebagai perwujudan dewa pelindung mereka karena, pada periode Nara mereka menganggap bahwa macan putih adalah sosok hewan yang memiliki kecerdikan tinggi dan dipercaya hanya akan muncul menjelang kelahiran orang yang mulia atau bijaksana (kelahiran Kaisar). Byakko dipercaya memiliki tugas untuk melindungi dan menjaga kesejahteraan perekonomian dari masyarakat kota Kyoto Analisis Konsep Dewa Genbu( 玄武 ) dari Sudut Pandang Masyarakat Kyoto yang Menggunakan Konsep Gogyou 27

7 Genbu, sosok dewa yang dilambangkan dengan wujud kura-kura hitam, mewakili musim dingin, dan berelemen air yang dipercaya menjaga arah utara kota Kyoto. Genbu yang sering digambarkan bersama seekor ular ini dianggap sebagai lambang kebijaksanaan dan panjang umur. Genbu berasal dari huruf 玄 (gen) dan 武 (bu) yang berarti ksatria/prajurit hitam. Dalam konteks ini, prajurit atau ksatria disamakan dengan kura-kura karena, pada masa itu tempurung kura-kura yang kuat sering dijadikan sebagai baju baja pelindung yang digunakan untuk berperang. (Inumaru, 1991:83). Berdasarkan konsep diatas, penulis menganalisis bahwa tidak seperti Seiryuu dan Suzaku yang mendapat pengaruh dari budaya dan dewa-dewa di Cina, Genbu merupakan salah satu hewan mitos asli Jepang yang tidak mendapat pengaruh dari budaya Cina tersebut karena, masyarakat Kyoto mengambil sosok kura-kura yang bagi masyarakat Jepang dianggap sebagai hewan yang melambangkan perlindungan. Sosok ular yang selalu terlihat bersama Genbu pun sebenarnya adalah salah satu hewan mitos Jepang yang dikenal dengan nama Orochi. (Murakami,1987). Gambar 5 Genbu 28

8 Gambar 4 adalah gambar yang menunjukkan sosok Genbu yang menjaga arah utara kota Kyoto. Pada gambar di atas terlihat sosok kura-kura dan sosok ular yang bernama Orochi seperti yang telah ditulis oleh penulis. Konsep yang menyebabkan timbulnya sosok kura-kura hitam adalah konsep Gogyou( 水 ) - elemen tanah seperti kutipan berikut : 冬 北を象徴する 流れる水のような柔軟性をもち 調和にも破壊にも 力を発揮する Melambangkan musim dingin, dan arah utara. Mempunyai sifat yang lembut bagaikan air yang mengalir, selaras dengan itu, kekuatannya juga dapat membawa kehancuran. (Nakanishi, 1991:92) Warna hitam pada Genbu melambangkan kekuatan pertahanan, di lain pihak warna hitam juga dapat melambangkan ketidakadaan atau kehampaan seperti yang dikemukakan oleh Nakanishi (1991:121). Berdasarkan perbandingan konsep Gogyou( 水 ) yang dan konsep Shijin yang dikemukakan oleh Nakanishi (1991) di atas, penulis juga dapat menganalisis bahwa dari sosok Genbu terdapat sosok kura-kura yang bagi masyarakat Kyoto dipercaya memberikan perlindungan dan mempunyai sifat lembut. Sebaliknya sosok ular dipercaya mempunyai kekuatan yang dapat membawa kehancuran. Jadi, berdasarkan prinsip keselarasan Onmyou (Yinyang) antara kedua hewan tersebut, masyarakat Kyoto periode Nara mengambil wujud kedua hewan mitos tersebut sebagai dewa pelindung mereka karena, Shijin Genbu adalah sosok dewa yang dapat bersifat melindungi maupun bersifat menyerang atau menghancurkan. Berdasarkan analisis penulis, Genbu dipercaya sebagai dewa pelindung arah utara kota Kyoto karena di sana terdapat sebuah gunung besar yang sampai masa kini 29

9 pun masih ada di kota Osaka. Pada masa periode Nara, gunung tersebut diyakini menjadi tameng atau perisai dari serangan-serangan musuh. Oleh karena itu, Genbu berperan sebagai dewa pelindung yang menjaga dan mengawasi keamanan kota Kyoto yang dilambangkan dengan sosok kura-kura dan sosok ular. Analisis penulis ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Inumaru (1991:4-7) Analisis Konsep Dewa Suzaku( 朱雀 ) dari Sudut Pandang Masyarakat Kyoto yang Menggunakan Konsep Gogyou Suzaku, sosok dewa yang digambarkan sebagai burung yang diselimuti api, dipercaya menjaga arah selatan kota Kyoto, mewakili musim panas, dan berelemen api. Suzaku berasal dari huruf 朱 (su)-yang berarti merah dan huruf 雀 (jaku)-yang berarti burung gereja. Dalam hewan mitos Cina, Suzaku sebenarnya merupakan satu pasangan dengan Seiryuu atau Shenlong. Apabila sebelumnya telah disebutkan kalau Shenlong mengawasi manusia dari atas langit, maka Suzaku mengawasi manusia dari darat atau tanah. ( Hachi Hogobutsu : The Eight Protector of Twelve Zodiacs, ) Menurut Animonster 92 (2006:53), masyarakat Cina menyebut Phoenix sebagai Fenghuang, penguasa segala burung. Phoenix jantan disebut Feng sedangkan Phoenix betina disebut Huang dan merupakan simbol kekuatan dari surga kepada Ratu. Setiap bagian tubuh Phoenix Cina, melambangkan sesuatu. Kepalanya melambangkan langit, matanya melambangkan matahari, punggungnya melambangkan 30

10 bulan, sayapnya melambangkan angin, kakinya melambangkan bumi, dan ekornya melambangkan planet. (Nakanishi, 1991:121) Phoenix Cina(Fenghuang) dan Phoenix Jepang(Suzaku) memiliki persamaan pada semua aspek seperti yang telah disebutkan dalam Animonster 92 (2006:53) seperti di atas, kecuali pada satu konsep yang dikemukakan oleh Nakanishi (1991) mengenai pengaruh prinsip Gogyou pada Suzaku yaitu : bulu-bulu Suzaku melambangkan lima warna elemen dasar yaitu hitam, merah, putih, hijau dan kuning. Phoenix atau Suzaku di Jepang, dianggap sebagai burung api suci dengan kekuatan gaib yang bisa hidup mencapai tahun. Saat mencapai akhir hidupnya, burung beserta sarangnya akan terbakar dan dari abunya akan lahir Phoenix baru. Burung ini abadi dan sangat kuat karena bisa menyembuhkan diri sendiri bila terluka. Warna merah Phoenix merupakan simbol api dan keagungan bagi masyarakat Jepang. (Nakanishi, 1991:121) Suzaku atau yang biasa lebih dikenal dengan burung Phoenix merupakan lambang dari keabadian, karena dikatakan bahwa Suzaku atau burung Phoenix tidak akan pernah mati dan akan tetap abadi selama api di tubuhnya tidak padam. (Murakami,1987:55) Gambar 6 Suzaku 31

11 Sosok Suzaku ini diambil oleh masyarakat Kyoto berdasarkan konsep Gogyou( 火 ) elemen api seperti kutipan berikut : 夏 南を象徴する 燃え上がる情熱と 活動力 向上心を持つ Melambangkan musim panas, dan arah selatan. Memiliki kekuatan hati, kekuatan usaha dan hasrat yang membara. (Nakanishi, 1991:92) Berdasarkan konsep-konsep di atas, penulis dapat menganalisis bahwa Suzaku adalah sosok dewa yang berasal dari pengaruh budaya Cina dan diambil oleh masyarakat Jepang melalui proses akulturasi budaya terutama oleh masyarakat Kyoto untuk dijadikan simbol dewa pelindung mereka karena Suzaku dianggap sebagai wujud yang melambangkan ke lima warna elemen dasar (Gogyou) dan dipercaya oleh masyarakat Kyoto periode Nara sebagai simbol api yang melambangkan keagungan dan keabadian. Analisis penulis diatas didukung oleh konsep yang dikemukakan oleh Nakanishi (1991). Suzaku dipercaya sebagai pelindung kota Kyoto di arah selatan karena dikatakan bahwa di sana konon terdapat sebuah kolam atau sumber mata air yang terus mengalir dan tidak akan pernah mengering. Sekarang ini, di lokasi ini (selatan Kyoto) terdapat peninggalan bersejarah Suzaku-mon atau gerbang Suzaku. (Tamaru, et.al., 1996) Secara garis besar, Suzaku mempunyai tugas utama untuk melindungi dan menjaga hasrat masyarakat Kyoto agar terus memiliki kekuatan untuk berusaha dan berjuang. 3.2 Analisis Perbedaan Pemakaian Konsep Fengshui di Cina dan di Jepang Sebelum menganalisis mengenai perbedaan pemakaian konsep Fengshui di Cina dan di Jepang, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai proses masuknya 32

12 konsep Fengshui dalam masyarakat Jepang. Ajaran Budha yang berasal dari India dan ajaran tentang paham Konfusianisme masuk ke Jepang Pada tahun 552 dibawa oleh orang Korea yang datang berdagang ke Jepang. Sebelum terjadi proses masuknya kedua pola pikir ini, kepercayaan/religi masyarakat Jepang masih belum terstrukturisasi dan masih berupa penggabungan atas sistem pemujaan alam dengan sekte-sekte religius. Sejak masuknya kedua ajaran tersebut, masyarakat Jepang mulai menggunakan kata Shinto yang merupakan adaptasi dari ajaran Budha dan Konfusianisme untuk menjalankan ritual-ritual kepercayaannya. (Inumaru, 1991:43) Keyakinan terhadap Fengshui dikenal di Jepang pada abad ke-6 sampai abad ke- 7, yaitu pada masa Dinasti Tang (Cina) atau pada masa periode Nara (Jepang). Pada masa itu (Nara, ), Fengshui langsung digunakan untuk menetapkan Kyoto sebagai ibukota Jepang didasarkan pada keselarasan lingkungan kota Kyoto dengan alam sekitar. (Purawiardi, 2004:11) Fengshui bagi masyarakat Cina, diciptakan dan dikembangkan untuk mengatur tata letak benda-benda dengan melihat konsep geomansi atau struktur tanah untuk memilih tempat yang baik agar selaras dan harmonis dengan keadaan sekelilingnya sehingga dapat memperkuat energi kehidupan (Chi). (Hoo, 1997:1) Menurut Miyamoto dalam Fransiska (2005:11), peraturan dan prinsip Fengshui di Cina hampir sama dengan prinsip Fengshui di Jepang, namun sebenarnya terdapat perbedaan atau penyimpangan dari pemakaian konsep Fengshui di antara kedua negara tersebut. Berdasarkan penjelasan tentang proses masuknya konsep Fengshui dalam masyarakat Jepang di atas, penulis dapat menganalisis bahwa: sejak masuknya ajaran Budha dan konsep Konfusianisme tersebut, masyarakat Jepang mengenal konsep tentang 33

13 keselarasan dan keharmonisan dengan alam, jadi ketika paham Fengshui masuk ke Jepang, masyarakat Jepang langsung mengadaptasi dan mengembangkannya untuk sistem penerapan tata letak benda-benda. Fengshui yang pada mulanya diciptakan dan dikembangkan untuk mengatur tata letak benda-benda (mengatur letak-letak penempatan meja, kursi, dsb) dengan melihat konsep geomansi atau struktur tanah untuk memilih tempat yang baik agar selaras dan harmonis dengan keadaan sekelilingnya sehingga dapat memperkuat energi kehidupan (Chi), setelah masuk ke Jepang, ajaran atau prinsip Fengshui tersebut menjadi sedikit berubah atau mengalami sedikit penyimpangan karena terjadinya proses akulturasi budaya antara budaya asli dari Cina bercampur dengan konsep Gogyou dan konsep Onmyoudou masyarakat Jepang. Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem penerapan konsep Fengshui di Jepang adalah perluasan ruang lingkup dalam sistem penerapan konsep tersebut yaitu pada proses pembuatan taman, istana kekaisaran, pembuatan kota dan rumah bangsawan, dimana masyarakat Jepang percaya bahwa dengan menciptakan keharmonisan lansekap berdasarkan konsep keselarasan antar lima elemen alam (Gogyou) akan dapat meningkatkan tatanan bangunan. Analisis penulis di atas didukung oleh konsep pergeseran fungsi Fengshui yang dikemukakan oleh Purawiardi (2004:11) berikut ini : Peraturan dan prinsip Fengshui di Jepang hampir sama dengan prinsip Fengshui di Cina, namun terdapat sedikit perbedaan atau penyimpangan dalam sistem penerapannya. 3.3 Analisis Hubungan Konsep Fengshui Dengan Konsep Onmyoudou di Jepang Di dalam konsep Fengshui, terdapat prinsip dasar mengenai filsafat tradisional masyarakat Cina tentang dua kekuatan yaitu positif dan negatif yang berupa energi 34

14 kehidupan (Chi) yang saling melengkapi yang menguasai alam, yaitu Yin dan Yang, yang digunakan dalam melakukan sistem penerapan Fuusui (Koh, 2002:95). Konsep Onmyoudou berasal dari ajaran Taoisme Cina yang karakteristik utamanya adalah pencapaian kesejahteraan fisik dan spiritual melalui perantara doa, mantera dan lain-lain. Konsep Onmyoudou ini merupakan suatu pola pikir yang menyatakan tentang bentuk keselarasan antara In (bayangan) dan You (cahaya). (Nakanishi, 1991:87) Berdasarkan konsep Fengshui dan konsep Onmyoudou tersebut, penulis menganalisis bahwa untuk menerapkan konsep Fuusui Jepang yang bertujuan memperoleh keselarasan dengan cara memperkuat energi kehidupan atau Chi, maka diperlukan suatu konsep yang menjelaskan pola tentang energi kehidupan tersebut yaitu konsep Onmyoudou. Konsep Onmyoudou ini menjelaskan mengenai hubungan antara sesuatu yang saling bertentangan yang dalam hal ini disebut dengan In(Yin) dan You(Yang). Di Cina, konsep Yinyang ini hanya merupakan filosofi semata yang hanya digunakan untuk menerapkan Fengshui di Cina; sedangkan di Jepang, konsep Onmyoudou yang samasama mengunakan prinsip serupa sudah menjadi sebuah pola pikir dan ajaran yang digunakan oleh masyrakat Jepang bukan hanya untuk penerapan Fengshui saja, tetapi juga diterapkan dalam prinsip kehidupan sehari-hari. Analisis ini didukung oleh konsep Onmyoudou yang dikemukakan oleh Nakanishi (1991:87) berikut ini : 陰陽道とはあらゆるものは陰 ( 日かけ ) と陽 ( 日なた ) の相応する二つ の気の調和する形で存在しているという考え方である 35

15 Onmyoudou adalah suatu pola pikir yang menyatakan tentang bentuk keselarasan antara kedua energi kehidupan (Chi) yang saling mendukung, yaitu In (bayangan) dan You (cahaya). Dalam konsep Onmyoudou, terdapat pola pikir yang menyatakan bahwa apabila terdapat kebaikan pastilah ada kejahatan, dalam cahaya pasti ada bayangan, dalam kemenangan pasti ada kekalahan, dan lain-lain. Pola pikir yang seperti inilah yang menyebabkan pergeseran fungsi Fengshui yang awalnya digunakan untuk menyelaraskan tata letak benda-benda menjadi digunakan untuk proses pemilihan tata letak bangunan, pembuatan struktur taman dan sebagainya. Analisis penulis ini didukung oleh konsep mengenai prinsip Opposite yang dikemukakan oleh Engel (1959:23) berikut ini : Di dalam kelemahan ada kekuatan, di dalam kepasifan dan tanpa perlawanan ada kemenangan. Hal ini adalah keseimbangan dari terang dan gelap, sisi positif Yousei( 陽性 ), dan sisi negatif Insei( 陰性 ) yaitu In dan You. Apabila konsep Opposite ini diterapkan pada alam, kita tidak akan menemukan pertentangan melainkan kesatuan karena unsur yang satu saling melengkapi unsur yang lainnya. 3.4 Analisis Konsep Inyougogyou Bagi Masyarakat Jepang Periode Nara ( ) Bagi masyarakat Jepang yang menganut ajaran tentang konsep Onmyoudou, konsep Gogyou merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari inti ajaran Onmyoudou mengenai konsep keseimbangan energi Chi yaitu In dan You. (Nakanishi, 1991:92) Menurut Miyamoto dalam Fransiska (2005:11), dalam prinsip dasar ajaran Onmyoudou, terdapat konsep mengenai Inyou-gogyousetsu, yaitu prinsip mengenai keselarasan antara lima unsur dasar yang terdiri dari air ( 水 ), api ( 火 ), tanah ( 土 ), 36

16 emas/logam ( 金 ), dan kayu ( 木 ) dimana dapat disimpulkan bahwa semua benda di dunia mempunyai sifat lima unsur. Berdasarkan prinsip ajaran Onmyoudou tersebut, penulis menganalisis bahwa dari prinsip keselarasan antara lima unsur yang dipercaya terdapat pada semua benda yang terdapat di alam semesta itu, masyarakat Jepang mulai mempercayai ilmu peramalan atau Fortune Telling, sehingga mereka juga bisa menggunakan astrologi, membaca bintang, bahkan sampai memperhitungkan kelahiran dan kematian keluarga kaisar untuk mencapai keharmonisan dalam hidup mereka. Penulis juga dapat menganalisis bahwa sesuai dengan ajaran Onmyoudou mengenai konsep keseimbangan In dan You dan konsep Opposite yang mengatakan bahwa dalam cahaya pasti ada bayangan, maka penggunaan prinsip Gogyou ini tidak terbatas hanya untuk tujuan yang baik-baik saja seperti untuk meramalkan kelahiran seseorang, untuk melakukan pengusiran roh jahat, penyucian rumah dan lain-lain, tetapi biasanya juga dapat digunakan mengutuk seseorang, bahkan sampai melakukan pembunuhan terhadap seseorang Analisis penulis diatas didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Sansom (1931:113) berikut ini : In Gogyousetsu, all beings are considered to consists of five elements, moku (wood), ka (fire), do (earth), gon (metal), sui (water) and through the combination of some of these, good or ill fortune can be told. Onmyoist can foretell the fortune of directions, days, personal lives, social events, natural phenomena and other things which based on this Chinese way of thought. Dalam Gogyousetsu, semua benda dianggap terdiri atas lima elemen, moku (kayu), ka (api), do (tanah), gon (logam), sui (air) dan dari kombinasi inilah, ramalan baik atau buruk dapat dilakukan. Para Onmyouji, dapat meramalkan tentang arah, hari, kehidupan pribadi, kejadian sosial, fenomena alam dan lainlain berdasarkan pola pikir Cina ini. 37

17 3.5 Analisis Pengaruh Konsep Inyougogyou Terhadap Konsep Shijinsouou dan Kepercayaan Shijin Menurut Miyamoto dalam Fransiska (2005:11), dalam masyarakat Jepang, konsep Inyougogyou yang mempunyai arti keselarasan antara lima unsur yang saling bertolak belakang memberikan pengaruh kepada semua agama dan ajaran yang ada di Jepang seperti Taoisme, Shinto dan Budha yang menyebabkan munculnya suatu konsep yang disebut konsep Shijinsouou. Yang dimaksud dengan konsep Shijinsouou adalah suatu konsep dimana dalam memilih tanah yang baik harus didasarkan atas prinsip keselarasan lima elemen yang masing-masing terdapat di arah utara, barat, timur, dan selatan yang dilambangkan dengan hewan-hewan mistik yang tidak terdapat dalam dua belas lambang zodiak Cina yang disebut dengan Shijin. (Miyamoto dalam Fransiska, 2005:11) Berdasarkan dua konsep di atas, penulis dapat menganalisis bahwa dalam suatu pemilihan tanah yang baik harus didasarkan atas keselarasan antara elemen-elemen yang terdapat di alam. Oleh karena itu, masyarakat Jepang menciptakan suatu konsep untuk memilih suatu tanah yang baik yaitu konsep Shijinsouou dimana dalam konsep tersebut dijelaskan mengenai keberadaan hewan-hewan yang mewakili tiap-tiap arah mata angin yang dipercaya dapat memberikan peruntungan yang baik. Dari konsep Shijinsouou tersebut, masyarakat Jepang melambangkan tiap-tiap arah mata angin tersebut dengan wujud empat hewan atau dewa dimana tiap-tiap dewa tersebut juga dipercaya mewakili 4 elemen dasar yang terdapat pada alam seperti yang dikemukakan oleh Nakanishi (1991:92) berikut ini: 38

18 Kayu Api Air Logam Melambangkan musim semi, dan arah timur. Mempunyai kekuatan mental, kekuatan gerak dan kemampuan penglihatan yang tajam. Melambangkan musim panas, dan arah selatan. Memiliki kekuatan hati, kekuatan usaha dan hasrat yang membara. Melambangkan musim dingin, dan arah utara. Mempunyai sifat yang lembut bagaikan air yang mengalir, selaras dengan itu, kekuatannya juga dapat membawa kehancuran. Melambangkan musim gugur, dan arah barat. Jika digosok, akan memiliki kilauan indah bagai berlian. Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Nakanishi (1991:92) di atas, penulis dapat menganalisis bahwa: 1. Dari konsep Gogyou elemen kayu, dipilihlah hewan naga hijau yang dalam bahasa Jepang disebut Seiryuu, karena naga dipercaya masyarakat Jepang sebagai hewan yang memiliki kekuatan baik mental maupun fisik dan mempunyai tatapan mata yang tajam dan warna hijau melambangkan kesuburan musim semi. 2. Dari konsep Gogyou elemen logam, dipilihlah hewan harimau putih yang dalam bahasa Jepang disebut Byakko, karena harimau dianggap masyarakat Jepang sebagai hewan cerdik yang akan keluar untuk berburu mangsa di musim gugur dan warna putih melambangkan kilauan indah berlian. 3. Dari konsep Gogyou elemen air, dipilihlah hewan kura-kura hitam yang dalam bahasa Jepang disebut Genbu, karena kura-kura dianggap masyarakat Jepang sebagai hewan yang mempunyai kekuatan untuk memberikan perlindungan. Warna hitam dipilih untuk mewakili musim dingin. 39

19 4. Dari konsep Gogyou elemen api, dipilihlah hewan burung merah yang disebut Phoenix atau disebut Suzaku dalam bahasa Jepang, karena Phoenix atau Suzaku dianggap melambangkan kekuatan hasrat yang membara dan warna merah dari Suzaku melambangkan musim panas. 3.6 Analisis Pemilihan Kota Kyoto Sebagai Ibukota Pada Periode Nara ( ) Berdasarkan Konsep Gogyou Menurut Miyamoto dalam Fransiska (2005:11) menjelaskan bahwa syarat-syarat tanah yang baik harus memenuhi kriteria konsep Shijinsouou dimana terdapat dewa naga hijau di timur yang menguasai sungai, dewa macan putih yang ada di barat yang menguasai jalan, dewa burung Phoenix di selatan yang menguasai kolam, dan dewa kura-kura hitam di utara yang menguasai gunung. Keane (2000:28) menuliskan bahwa Heian-Kyo yang sekarang merupakan kota Kyoto, dibangun dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam geomansi untuk menciptakan tempat kediaman yang harmonis. Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Miyamoto dalam Fransiska (2005:11) di atas, penulis dapat menganalisis bahwa tanah yang baik harus memiliki pertanda baik yaitu tanah yang dilindungi empat dewa dan di sekitar tanah tersebut dikelilingi oleh sungai, jalan, kolam, dan gunung. Kota Kyoto dianggap oleh para Onmyouji sebagai kota yang memenuhi kriteria Shijinsouou tersebut, karena jika dilihat dari peta lansekap kota Kyoto (Inumaru, 1991:77), di sekeliling kota tersebut terdapat : 1. Sungai Takano di sebelah timur Kyoto yang berfungsi sebagai sumber perairan/irigasi kota Kyoto. 40

20 2. Gunung Hiei di sebelah utara kota Kyoto yang berfungsi sebagai perisai atau pelindung kota Kyoto dari serangan-serangan tentara lain. 3. Jalan besar yang bernama Byakko-Oji di arah barat kota Kyoto yang sering digunakan sebagai jalur perdagangan masyarakat Kyoto. 4. Kolam Kurama di arah selatan kota Kyoto yang merupakan bagian dari kuil tertua di kota Kyoto yaitu kuil Kurama. Dari keadaan lansekap tersebut, kota Kyoto dipercaya memiliki prinsip-prinsip yang terkandung dalam geomansi untuk menciptakan tempat kediaman yang harmonis. Kondisi ini menggunakan ekspresi yang ada pada lansekap yang terdiri dari empat dewa pelindung (Shijin). Analisis penulis di atas didukung oleh konsep Shijin yang dikemukakan oleh Nakanishi (1991:117) berikut ini : 四神とは南西東北にそれぞれの方角を守る守護神である 北に大山があ って玄武棲む 東に川流れ青龍棲む 南に大池あって朱雀棲む 西に大 道あって白虎棲む Yang disebut dengan Shijin adalah dewa penjaga yang menjaga tiap-tiap sudut arah. Di arah utara terdapat gunung besar tempat tinggal Genbu, di arah timur mengalir sungai tempat tinggal Seiryuu, di arah selatan terdapat kolam besar tempat tinggal Suzaku, di arah barat terdapat jalan besar tempat tinggal Byakko. 3.7 Analisis Konsep Kimon Atau Gerbang Setan yang Ada Di Kyoto Kimon adalah nama dari gerbang setan tempat keluar-masuknya setan yang dipercaya berada di arah timur laut kota Kyoto. Pada saat membangun Heian-Kyo, di pojok sebelah timur laut yang terdapat lembah, masyarakat Kyoto harus mempertimbangkan pintu masuknya setan-setan atau Kimon, dimana setan-setan dapat keluar masuk dengan mudah. Kimon tersebut dipercaya oleh masyarakat Kyoto 41

21 dilindungi secara alami oleh gunung yang menonjol yaitu Hiei-Zan yang berfungsi sebagai segel atau Fuuin. (Keane, 2000:28) Menurut Nakanishi (1991:154), setan-setan atau iblis yang keluar dari gerbang setan di sebelah timur laut kota Kyoto biasa disebut oleh masyarakat Jepang sebagai Jyuren. Jyuren dapat dibagi atas dua unsur kehidupan (YinYang) dan lima unsur elemen alam (api, air, tanah, logam, dan kayu) yang kesemua setan itu diwakili oleh sepuluh setan. Dari kedua konsep mengenai Kimon tersebut, penulis menganalisis bahwa sebenarnya konsep Kimon ini merupakan konsep yang tidak dapat terlepas dari konsep Shijin karena apabila di dalam suatu lansekap terdapat pertanda baik dua unsur kehidupan dan 5 unsur elemen, maka sebaliknya akan terdapat pertanda buruk dua unsur kehidupan dan lima unsur elemen. Hal tersebut sesuai dengan konsep Opposite yang telah penulis sebutkan pada sub-bab sebelumnya tentang keseimbangan unsur positif dan negatif, dimana ada cahaya pasti ada kegelapan/bayangan. Kota Kyoto tidak terlepas dari konsep Kimon ini, karena masyarakat kota Kyoto pada masa itu percaya bahwa jiwa-jiwa orang yang telah meninggal berubah menjadi roh-roh dan menempati laut, hutan, gunung dan perairan dalam (Inumaru, 1991:45). Dalam konteks ini, masyarakat Kyoto percaya bahwa lembah dalam yang terdapat di arah timur laut Kyoto merupakan tempat tinggal para setan (Jyuren). Tapi bukan berarti pengaruh negatif dari Kimon ini akan terasa karena keempat dewa yang ada di sekeliling kota Kyoto tersebut berfungsi sebagai segel Fuuin untuk mencegah setan-setan Jyuren tersebut keluar dari gerbang setan (Kimon). Dalam konteks ini, Kimon dapat dikatakan sebagai bagian dari elemen keharmonisan yang ada di tanah Kyoto karena menurut prinsip Gogyou masyarakat 42

22 Jepang, semua makhluk yang ada di dunia, baik atau buruk, dianggap terdiri dari lima unsur elemen dan masing-masing diwakili oleh salah satu elemen. Apabila keempat dewa (Shijin) masing-masing diwakili konsep Gogyou elemen air (Genbu), logam (Byakko), api (Suzaku), dan kayu (Seiryuu), maka untuk menjaga keharmonisan konsep Gogyou, gerbang setan atau Kimon tersebut diwakili dengan konsep Gogyou elemen tanah yang dikemukakan oleh Nakanishi (1991:92) berikut ini : 季節の変わり目 中央を象徴する 流動性と安定性を併せ持ち 世界を 支える土台なる Melambangkan pergantian musim, dan melambangkan bagian tengah. Menjadi lahan/tanah yang menyangga dunia dengan menggabungkan sifat likuiditas dan stabilitas. Dari konsep yang dikemukakan oleh Nakanishi (1991:92) di atas, dapat disimpulkan bahwa bagi masyarakat Jepang, khususnya masyarakat kota Kyoto, gerbang setan atau Kimon mewakili pergantian musim dari musim dingin yang hampa menuju musim semi yang penuh dengan kehidupan dan berperan sebagai lahan penyangga dan berfungsi sebagai penjaga stabilitas kota Kyoto bersama-sama dengan eksistensi empat dewa (Shijin). Analisis penulis di atas didukung oleh Nakanishi (1991) yang mengemukakan tentang konsep Inyougogyousetsu dan oleh Engel (1959) yang mengemukakan tentang prinsip Opposite dalam In dan You, serta didukung dengan konsep Jyuren oleh Nakanishi (1991:154) berikut ini : 十千とは陰陽道における日の順序を数える数調である木 火 土 金 水を陰と陽に分けた 十千 が妖族に当てられていたのである 43

23 Yang dimaksud dengan Jyuren adalah jumlah keselarasan urutan hari berdasarkan Onmyoudou yang dapat dihitung berdasarkan elemen kayu, api, tanah, logam, air dan Jyuren yang dibagi atas Yin dan Yang dapat dikategorikan sebagai setan/iblis. 3.8 Analisis Sistem Percampuran Budaya Terhadap Seni dan Budaya Yang Ada di Jepang Ajaran Konfusianisme Cina yang berisi tentang konsep Fengshui dan Inyougogyou masuk ke Jepang pada masa kepercayaan dan religi masyarakat Jepang masih belum terstrukturisasi dan masih berupa penggabungan atas sistem pemujaan alam dengan sekte-sekte religius. Sejak masuknya kedua ajaran tersebut, masyarakat Jepang mulai menggunakan kata Shinto yang merupakan adaptasi dari ajaran Budha dan Konfusianisme untuk menjalankan ritual-ritual kepercayaannya (Inumaru, 1991:46). Berdasarkan kutipan di atas, penulis menganalisis bahwa sejak munculnya ajaran Shinto, pikiran masyarakat Jepang menjadi sedikit lebih terbuka terhadap datangnya budaya dari luar. Kata terbuka yang penulis gunakan ini bukan termasuk dalam konteks masyarakat Jepang yang menerima kebudayaan asing yang datang dari luar, tetapi mengambil dan menyerap kebudayaan tersebut serta menggabungkannya dengan konsep-konsep ajaran yang ada sudah ada di Jepang. Hal ini terjadi karena pada masa ini masyarakat Jepang masih menganggap dirinya sebagai Center of The World. (Inumaru, 1991:50) Budaya-budaya yang masuk ke Jepang dianggap oleh orang Jepang sebagai pelengkap untuk menyempurnakan seni dan budaya mereka sendiri. Dan jika dilihat dari sudut pandang percampuran budaya, konsep-konsep ajaran di Jepang dapat dilihat dari dua segi atau sudut pandang, yaitu: secara akulturasi budaya dan secara asimilasi budaya. 44

24 Ajaran Konfusianisme yang masuk ke Jepang dan menyatu dengan ajaran dan religi lokal yang terdapat di Jepang sehingga menyebabkan timbulnya ajaran Shinto di Jepang, serta konsep-konsep yang masuk kemudian seperti konsep Fengshui dan Inyougogyou, serta konsep Shijinsouou merupakan wujud proses dari akulturasi budaya di Jepang karena semua ajaran tersebut melakukan penyatuan konsep pola pikir masyarakat Cina dengan religi asli masyarakat Jepang yang pada saat itu masih memuja alam dan tidak mempunyai budaya asli yang terstruktur. Bentuk-bentuk akulturasi budaya dari konsep-konsep diatas berupa perubahan cara pola pikir masyarakat Kyoto pada periode Nara dan perubahan bentuk dari dewa-dewa yang terdapat dalam Shijin seperti Seiryuu, dan Suzaku. Analisis ini didukung oleh teori akulturasi Koentjaraningrat (1993:25) yaitu : Akulturasi budaya dilihat dari sudut pandang manusia adalah suatu tahap tertentu dari proses perubahan kebudayaan karena adanya percampuran antara dua kebudayaan atau lebih namun dalam konteks akulturasi, kedua budaya yang bercampur tidak melebur menjadi sebuah budaya yang baru melainkan menjadi sebuah budaya campuran yang masih tetap memiliki nilai-nilai dasar dari salah satu budaya yang bercampur tersebut. Sedangkan yang tergolong dalam proses asimilasi budaya adalah bentuk tata letak dalam sistem penataan kota yang terlihat dari sistem penataan kota Kyoto yang mirip dengan kota Chang An di Cina (Inumaru, 1991:7), munculnya lukisan asli Jepang yang disebut Ukiyo-e yang didasari dari seni lukis Cina dan pengambilan huruf Kanji yang diambil langsung begitu saja dari Cina yang menyebabkan munculnya huruf asli Jepang yaitu huruf-huruf Kana yang merupakan pengembangan dari huruf kanji tersebut, serta perubahan bentuk dari Kirin di Cina menjadi Byakko yang merupakan salah satu dewa pelindung kota Kyoto di Jepang. Analisis ini didukung oleh teori asimilasi budaya yang terdapat dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (1988:133) seperti berikut : 45

25 Asimilasi budaya dilihat dari sudut pandang kebudayaan manusia adalah suatu tahap tertentu dari proses pergeseran atau perubahan kebudayaan karena adanya percampuran dua kebudayaan atau lebih. Perubahan kebudayaan itu terjadi karena adanya kontak atau pergaulan antara dua atau lebih kelompok pendukung kebudayaan yang berbeda. Kontak tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang panjang sehingga ciri khas unsur kebudayaan masing-masing menjadi berubah dan kemudian lahirlah kebudayaan campuran yang benar-benar baru. Dalam analisis ini, penulis hanya mengambil konsep percampuran budaya secara umum dan secara luas (tidak dipandang dari konsep masyarakat Jepang sebagai Center of The World) menurut teori Koentjaraningrat (1993) dan menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1988). 46

Bab 2 Landasan Teori. Fuusui mempunyai dua karakter penulisan dalam huruf kanji yaitu huruf Fuu( 風 )

Bab 2 Landasan Teori. Fuusui mempunyai dua karakter penulisan dalam huruf kanji yaitu huruf Fuu( 風 ) Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep dan Pengertian Fengshui/Fuusui ( 風水 ) Fuusui mempunyai dua karakter penulisan dalam huruf kanji yaitu huruf Fuu( 風 ) dan Sui( 水 ) yang berarti angin dan air yang mengalir.

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : Konsep Pola Pikir

Abstraksi. Kata kunci : Konsep Pola Pikir Abstraksi Konsep pola pikir yang terdapat dalam budaya masyarakat Jepang mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri dalam struktur budayanya. Seperti pada halnya konsep pola pikir Fengshui yang mempengaruhi

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Giri dan Ninjou Dalam Urashima Tarou Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Tarou dalam Nihon Ohanashi Meisakuzensyuu 2 Urashima Tarou

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根

Lebih terperinci

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan penuturnya untuk menyampaikan gagasan, pikiran, ide, dan perasaannya dalam berbagai situasi. Cara penyampaian pikiran,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal BAB 3 ANALISIS DATA Dalam Bab 3 ini, saya akan menjelaskan mengenai spesifikasi kuesioner dan validasi instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal kuesioner yang

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Dikerjakan O L E H SUNITA BR PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,

Lebih terperinci

BJ システムについて Mengenai BJ System

BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムは日本語の文法 および漢字を基準にして独自に開発したシステム教材です BJ System adalah sistem pembelajaran bahasa Jepang yang berdasarkan tata bahasa dan tulisan KANJI. 文法を基準にしておりますので 汎用性の高い日本語を習得できます

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa karena bahasa merupakan alat penghubung atau alat untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu) BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persoalan kebahasaan yang sering dihadapi dalam pengajaran bahasa asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu) terhadap B2 (bahasa yang dipelajari).

Lebih terperinci

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, ABSTRAK Bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, perasaan dan pendapat yang kita utarakan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pengumpulan data Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengerti kepribadian bangsa Jepang, yakni dengan cara mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan

Lebih terperinci

MAKNA LAGU HIMAWARI KARYA KAWASAKI FUTOSHI DAN AKIMOTO YASUSHI

MAKNA LAGU HIMAWARI KARYA KAWASAKI FUTOSHI DAN AKIMOTO YASUSHI SKRIPSI MAKNA LAGU HIMAWARI KARYA KAWASAKI FUTOSHI DAN AKIMOTO YASUSHI PUTU TRISNA WINDASARI 1101705037 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Budaya Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan:

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE A. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah/Kode : Pengantar Bahasa Kode : MR 102 Bobot : 2 SKS Semester : 2 Jenjang : S-1 Dosen/Asisten : Drs. Mulyana

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan Bab 5 Ringkasan Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan dan menunjukkan keterkaitan dengan karya sastra yang terbit sebelumnya. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru dalam

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: psikologi sastra, Nymphomania, perilaku menyimpang.

ABSTRAK. Kata kunci: psikologi sastra, Nymphomania, perilaku menyimpang. ABSTRAK Penelitian ini berjudul Nymphomania pada tokoh Yuriko Hirata dalam Novel Grotesque Karya Natsuo Kirino. Penelitian ini bertujuan untuk memahami penyebab dan perilaku Nymphomania tokoh Yuriko Hirata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bagi pembelajar yang berasal dari negara yang tidak mempelajari kanji ( 非漢字圏 )seperti orang Indonesia, kanji merupakan salah satu huruf yang dirasa sulit, karena jumlahnya

Lebih terperinci

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra WAETI

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori yang berkaitan dengan analisis data. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori semantik. 2.1 Konsep

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data Analisis Kemampuan Penggunaan Kalimat Pasif pada Mahasiswa Binus

Bab 3. Analisis Data Analisis Kemampuan Penggunaan Kalimat Pasif pada Mahasiswa Binus Bab 3 Analisis Data Selanjutnya penulis akan menganalisis mengenai lima kalimat pasif yang terdapat di dalam komik Sailormoon jilid dua bahasa Jepang. 3.1. Analisis Kemampuan Penggunaan Kalimat Pasif pada

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Merupakan karya ilmiah yang saya susun di bawah bimbingan bapak Jonnie Rasmada Hutabarat, M.A., selaku Pembimbing I dan bapak Dr. Ari Artadi selaku Pembimbing II, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Bahasa Indonesia dikenal istilah kesusastraan. Kata kesusastraan merupakan bentuk dari konfiks ke-an dan susastra. Menurut Teeuw (Rokhmansyah, Alfian. 2014 :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Keigo Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang akan digunakan untuk menganalisis data. 2.1.1 Defenisi Keigo Menurut Hirabayashi, Hama (1988:1) dalam 外国人のため日本語例文

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu rangkaian kalimat. Kalimat merupakan rangkaian dari beberapa kata. Kata-kata itu terbagi dalam kelas kata, yaitu kata benda, kata kerja,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN WAKAMONO KOTOBA OLEH ANAK MUDA JEPANG DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN WAKAMONO KOTOBA OLEH ANAK MUDA JEPANG DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER SKRIPSI i ANALISIS PENGGUNAAN WAKAMONO KOTOBA OLEH ANAK MUDA JEPANG DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER SKRIPSI Nurida Ekarini 2012110088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016

Lebih terperinci

BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO

BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO 4.1 Dialek Osaka Pada Komik Yozakura Quartet Jilid ke-1 Dalam komik Yozakura Quartet jilid pertama, terdapat

Lebih terperinci

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang. PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

PDF created with FinePrint pdffactory trial version YUK BELAJAR NIHONGO

PDF created with FinePrint pdffactory trial version  YUK BELAJAR NIHONGO 1 YUK BELAJAR NIHONGO PENGANTAR Saat ini sedang bekerja di sebuah perusahaan Jepang? Atau barangkali sedang kuliah jurusan Bahasa Jepang, atau suatu saat anda ingin pergi ke Jepang baik untuk belajar atau

Lebih terperinci

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh. Kanji MORFOLOGI BAHASA JEPANG Pengantar Linguistik Jepang 7 April 2014 morfologi 形態論 けいたいろん Definisi Objek Kajian Morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses

Lebih terperinci

PERSEPSI REMAJA USIA TAHUN TERHADAP KEKERASAN DALAM ANIME NARUTO DI SMP 47 DAN SMP DIPONEGORO JAKARTA

PERSEPSI REMAJA USIA TAHUN TERHADAP KEKERASAN DALAM ANIME NARUTO DI SMP 47 DAN SMP DIPONEGORO JAKARTA PERSEPSI REMAJA USIA 12-15 TAHUN TERHADAP KEKERASAN DALAM ANIME NARUTO DI SMP 47 DAN SMP DIPONEGORO JAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra M. ARRUM ARROISI

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna Bab 4 Simpulan dan Saran Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna figuratif yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan Vol.32 sebagai bahasa sasaran dan manga クレヨンしんちゃん

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut :

Bab 2. Landasan Teori. Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Bushido Menurut Nitobe Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut : 武士道は文字通り武人あるいは騎士の道であり 武士がその職分を尽くす ときでも 日常生活の言行においても 守らなければならない道であって いいかえれば 武士の掟であり

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI OLEH FIRA JEDI INSANI NIM : 105110201111050 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Dialek di Jepang Tiap daerah hampir memiliki dialek yang berbeda. Menurut sejarahnya ini karena letak dan pengaruh terhadap daerah-daerah ini yang berlainan. Dan dimulai

Lebih terperinci

Alih Wahana Cerpen Yabu no Naka karya Akutagawa Ryunosuke ke dalam film Rashomon karya Akira Kurosaswa. *Corresponding Author

Alih Wahana Cerpen Yabu no Naka karya Akutagawa Ryunosuke ke dalam film Rashomon karya Akira Kurosaswa. *Corresponding Author Alih Wahana Cerpen Yabu no Naka karya Akutagawa Ryunosuke ke dalam film Rashomon karya Akira Kurosaswa Dina Jayanira 1*, Ni Made Andry Anita Dewi 2, Ni Luh Putu Ari Sulatri 3 [123] Program Studi Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan digunakan adalah konsep dalam bahasa Jepang, konsep kanji, teori pembentukkan kanji (rikusho) dan nikuzuki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam sebuah kehidupan bermasyarakat, saling berkomunikasi dan berinteraksi adalah hal yang selalu terjadi setiap saat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat

Lebih terperinci

FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO

FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra SKRIPSI LARAS BUDIARTI 2014110903 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prawiroatmodjo & Hoed (1997:115) dalam Dasar Dasar Linguistik Umum, menyatakan peranan bahasa sebagai berikut: Peranan bahasa dalam kehidupan manusia besar sekali.

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro (2012), penokohan adalah pelukisan gambaran yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) Hargo Saptaji, Hani Wahyuningtias, Julia Pane, ABSTRAK Dalam Bahasa Jepang, partikel (joshi) sangat

Lebih terperinci

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI OLEH: SATRIO PRIBADI NIM 105110209111012 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH SHINTO PADA ZAMAN MEIJI TERHADAP SISTEM POLITIK, BUDAYA DAN PENDIDIKAN

PENGARUH SHINTO PADA ZAMAN MEIJI TERHADAP SISTEM POLITIK, BUDAYA DAN PENDIDIKAN PENGARUH SHINTO PADA ZAMAN MEIJI TERHADAP SISTEM POLITIK, BUDAYA DAN PENDIDIKAN Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra NIDA KUDSIAH 2013110165 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA Oleh: Juju Juangsih, M.Pd Abstraksi Penelitian ini menganalisis tentang kesalahan pembelajar bahasa Jepang dilihat

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Teori Pragmatik Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek bahasa dalam penggunaannya, seperti komunikasi lisan maupun tertulis. Menurut Leech (1999:

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Yoshimura Akemi

LAMPIRAN 1. Yoshimura Akemi 81 1. Pengarang Umi yori mo Fukaku : LAMPIRAN 1 Yoshimura Akemi Seorang mangaka ( 漫画家 ) yang lahir pada tanggal 5 Maret di Nagasaki, dibesarkan di Yokohama dan sekarang tinggal di Sapporo. Zodiaknya Pisces

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009/2010 JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III TEAM PENYUSUN HERNIWATI, S.PD.M.HUM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGANCERITA RAKYAT INDONESIA DANAU TOBA DENGAN CERITA RAKYAT JEPANG UO NYOUBOU SKRIPSI OLEH MIFTA HARDIKA RAHMA PUTRI ( )

STUDI PERBANDINGANCERITA RAKYAT INDONESIA DANAU TOBA DENGAN CERITA RAKYAT JEPANG UO NYOUBOU SKRIPSI OLEH MIFTA HARDIKA RAHMA PUTRI ( ) STUDI PERBANDINGANCERITA RAKYAT INDONESIA DANAU TOBA DENGAN CERITA RAKYAT JEPANG UO NYOUBOU SKRIPSI OLEH MIFTA HARDIKA RAHMA PUTRI (0911120030) PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS

Lebih terperinci

GAMBARAN KEHIDUPAN SAMURAI PASCA KERUNTUHAN PEMERINTAHAN SHOGUN DALAM FILM RUROUNI KENSHIN KARYA SUTRADARA OTOMO KEISHI SKRIPSI

GAMBARAN KEHIDUPAN SAMURAI PASCA KERUNTUHAN PEMERINTAHAN SHOGUN DALAM FILM RUROUNI KENSHIN KARYA SUTRADARA OTOMO KEISHI SKRIPSI GAMBARAN KEHIDUPAN SAMURAI PASCA KERUNTUHAN PEMERINTAHAN SHOGUN DALAM FILM RUROUNI KENSHIN KARYA SUTRADARA OTOMO KEISHI SKRIPSI OLEH HARINA TITISANTI 0911120117 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Sinonim dan Sinonimi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna dari kata sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain. Sedangkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI OLEH HELDA DEWI ARINDAH NIM 105110200111005 PROGRAM STUDI S1 SASTRA

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TIPE INTROVERT TOKOH YUICHI TANABE DALAM NOVEL KITCHEN

ANALISIS PSIKOLOGI TIPE INTROVERT TOKOH YUICHI TANABE DALAM NOVEL KITCHEN ANALISIS PSIKOLOGI TIPE INTROVERT TOKOH YUICHI TANABE DALAM NOVEL KITCHEN KARYA BANANA YOSHIMOTO DENGAN MENGGUNAKAN TEORI JUNG TIPE INTROVERT DARI CARL GUSTAV JUNG Disusun Oleh : MILATI DEFITA RETNO PRATIWI

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat

Bab 2. Landasan Teori. saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tokoh dan Penokohan Tokoh dan penokohan merupakan unsur penting dalam karya naratif. Plot boleh saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat mempersoalkan:

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif ABSTRAK Skripsi ini berjudul Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Drama Ichi Rittoru no Namida karya Masanori Murakami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindak tutur tidak langsung literalyang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan seharihari. Bahasa yang digunakan bisa beragam sesuai bangsa

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. kata memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembentukan suatu kalimat.

Bab 2. Landasan Teori. kata memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembentukan suatu kalimat. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Kelas Kata Seperti halnya bahasa lain, dalam bahasa Jepang juga terdapat kelas kata. Setiap kelas kata memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembentukan suatu kalimat. Menurut

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003: 61), berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. tersebut digunakan untuk menganalisis korpus data.

Bab 2. Landasan Teori. tersebut digunakan untuk menganalisis korpus data. Bab 2 Landasan Teori Teori yang akan digunakan untuk mendasari penulisan analisi dalam bab ini adalah pengertian kanji, teori pembentukan kanji Rikusho ( 六書 ), teori ukanmuri, teori semantik, teori semiotika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan oleh manusia dalam kegiatannya sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

OEDIPUS-KOMPLEKS PADA TOKOH MA KUN DALAM NOVEL TOKYO TAWĀ: OKAN TO BOKU, TOKIDOKI, OTON KARYA RIRI FURANKI

OEDIPUS-KOMPLEKS PADA TOKOH MA KUN DALAM NOVEL TOKYO TAWĀ: OKAN TO BOKU, TOKIDOKI, OTON KARYA RIRI FURANKI SKRIPSI OEDIPUS-KOMPLEKS PADA TOKOH MA KUN DALAM NOVEL TOKYO TAWĀ: OKAN TO BOKU, TOKIDOKI, OTON KARYA RIRI FURANKI PUTU LINDA TRISNAYANTI PUTRAWAN 1001705010 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

Lebih terperinci

ABSTRAK INDONESIA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM KOMIK YAMATO NADESHIKO SHICHI HENGE KARYA TOMOKO HAYAKAWA

ABSTRAK INDONESIA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM KOMIK YAMATO NADESHIKO SHICHI HENGE KARYA TOMOKO HAYAKAWA ABSTRAK INDONESIA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM KOMIK YAMATO NADESHIKO SHICHI HENGE KARYA TOMOKO HAYAKAWA Skripsi ini membahas masalah psikologis dari tokoh Nakahara Sunako. Tujuan penulisan skripsi

Lebih terperinci