ARTIKEL Judul TRADISI NGREKES DI DESA PAKRAMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARTIKEL Judul TRADISI NGREKES DI DESA PAKRAMAN"

Transkripsi

1 ARTIKEL Judul TRADISI NGREKES DI DESA PAKRAMAN MUNTIGUNUNG, KUBU, KARANGASEM BALI (LATAR BELAKANG, SISTEM RITUAL DAN POTENSI NILAI-NILAINYA SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA) Oleh Ni Wayan Nonoriati JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014

2 TRADISI NGREKES DI DESA PAKRAMAN MUNTIGUNUNG, KUBU, KARANGASEM BALI (LATAR BELAKANG, SISTEM RITUAL DAN POTENSI NILAI-NILAINYA SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA) Ni Wayan Nonoriati, Dr. Luh Putu Sendratari, M. Hum, Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,Indonisia {wayannonoriati@yahoo.co.id, lpsendra@yahoo.co.id, Sedana.Arta@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) latar belakang masyarakat Desa Pakraman Muntigunung tetap mempertahankan tradisi Ngrekes; (2) sistem ritual pelaksanaan tradisi Ngrekes, (3) Nilai- nilai karakter yang terdapat pada tradisi Ngrekes yang dapat dipakai sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) teknik penentuan informan; (2) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi analisis/content); (3) teknik analisis data; (4) teknik penulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang pemertahanan tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung berkaitan erat dengan fungsi dari tradisi yaitu; (1) pemenuhan kebutuhan fisik yaitu: (1) fungsi individu yang berkaitan erat dengan kekuatan rasa aman dan suatu kepuasan diri secara emosional; (2) fungsi sosial berkaitan erat dengan peningkatan solidaritas sosial antara sesama sehingga menumbuhkan rasa integrasi sosial antar masyarakat sehingga dapat bekerja sama dengan baik; (2) pemenuhan kebutuhan psikologis yaitu: (1) keyakinan; (2) memohon keselamatan dan umur yang panjang; (3) historis, hal ini berkaitan erat untuk menghindarkan diri dari mara bahaya serta rasa takut oleh hal yang bersifat gaib, yang ada di luar kemampuan dan nalar manusia atau alam niskala. Sistem ritual pelaksanaan tradisi Ngrekes meliputi aspek-aspek : (1) lokasi upacara yaitu di Catus Pata Desa; (2) waktu pelaksanaan; (3) peserta upacara. Rangkaian pelaksanaan upacara Ngrekes diantaranya: (1) tahap perisiapan mencari dewasa ayu;( 2) ngulemin pemangku; (3) bakti piuning; (4) upacara memutus. Kata Kunci : Ngrekes, Potensi, Pendidikan Karakter Abstract This study aims to determine, (1) background people Pakraman Muntigunung maintain the tradition Ngrekes, (2) system implementation ritual tradition Ngrekes, (3) karakter values contained in the tradition Ngrekes that can be used as a source of teaching history in high school. This study used a qualitative approach is: (1) determination techniques informant; (2) data collection techniques (observation, interviews, analysis study/ content our documentation); (3) data analysis techniques; (4) writing techniques. Results showed that the background retention in the tradition Ngrekes Pakraman Muntigunung closely related to the function of tradition, namely : (1) physical needs, ie: (1) individual functions are closely related to strength and a sense of self satisfaction emotionally; (2) social function is closely related to an increase in social solidarity among fellow that foster a sense of social integration among the people so that they can work well together; (2) fulfillment of psychological needs, namely: (1) confidence; (2) invoke the safety and long life; (3) historically, it relates closely to avoid distress an fear by the things that are unseen, that is beyond the ability of human reason or nature and abstract.. The system rituals implementation tradition Ngrekes aspects of cover : (1) the location of the ceremony is in catus pata village;(2) execution time; (3) participants of the ceremony. Series implementation of ceremonies such Ngrekes: (1) stage of preparation looking for adult ayu; (2) ngulemin pemangku; (3) bakti piuning; (4) upacara memutus. Keywords: Ngrekes, potential,character education

3 PENDAHULUAN Kebudayaan memiliki arti luas, yang meliputi pemahaman suatu bangsa yang komplek, yang meliputi pengetahuan, kesenian, moral adat-istiadat dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari masyarakat Istilah peradaban sering dipakai untuk menyebutkan suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa dan sistem kenegaraan dan masyarakat kota yang maju dan kompleks (Koentjaraningrat,1989:147). Perbedaan ini disebabkan oleh penglaman-pengalaman yang berbeda-beda dari masing-masing masyarakat (Soerjono,1982: 24). Menyimak karagaman susunan masyarakat yang dikenal di dunia ini sepanjang zaman, maka dapat diperkirakan bahwa posisi seni dalam masing- masing masyarakat tersebut dapat berbeda-beda (Sedyawati, 2006: 125). Masyarakat Bali pada umumnya tidak bisa lepas dari latar belakang agama Hindu yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat Bali yang selalu berpandangan teguh pada ajaran Tri Hita Karana, yaitu keharmonisan antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia (Pawongan), serta hubungan manusia dengan alam (Palemahan). Dalam kehidupan agama Hindu, upacara agama merupakan unsur yang utama. Tujuan hidup masyarakat Bali tertuang dalam ajaran agama Hindunya: Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma (Kesejahtraan lahir-batin dalam kehidupan dunia dan akhirat). Dalam menjaga keharmonisan masyarakat Bali yang mayoritas memeluk Agama Hindu maka diwajibakan melakukan suatu persembahan yang disebut Yadnya.Yadnya yang dilaksanakan yang beragama Hindu terbagi menjadi lima persembahan yang disebut dengan Panca Yadnya, yang terdiri dari Dewa yadnya, Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya dan Bhuta Yadnya. Panca yadnya ini diatur melalui persebahan korban suci yang dilakukan dengan rasa tulus ikhlas (Linggih, ). Masyarakat Desa Pakraman Muntigunung yang mayoritas memeluk agama Hindu memiliki berbagai tradisi yang dikemas dalam berbagai kegiatan upacara keagamaan,serta penataan kemasyarakatan dan pengaturan palemahan atau wilayah yang mengacu pada konsep Tri Hita Karana. Dalam bidang keagamaan masyarakat Desa Pakraman Muntigunung memiliki berbagai jenis upacara salah satunya adalah upacara Ngrekes yang erat kaitannya dengan upacara yang dilakukan masyarakat dalam memohon keselamatan. Dalam kamus Bali Indonesia disebutkan, Rekes artinya : a) permohonan, b) permintaan, c) Ngrekes artinya mengajukan permohonan ( Ruddyanto dkk, 2005: 613). Upacara Ngrekes merupakan upacara selamatan diri agar mendapat keselamatan dan kesejahteraan (Kusuma, 1986 : 18). Ngrekes juga mengandung pengertian yaitu upacara yang dilaksanakan oleh warga agar mendapat keselamatan dengan mempersembahkan sesaji kehadapan Ida Sang Hyang Widhi untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia ini (Wijayananda,2004 : 20). Tradisi Ngrekes adalah suatu upacara keagamaan yang dilaksanakan dalam sebuah keluarga, khusunya bagi masyarakat yang sudah masuk dalam ikatan berkeluarga atau masyarakat yang sudah menikah. Tradisi ini sudah dilaksanakan secara turuntemurun dan menjadi kepercayaan untuk mengajukan permohonan keselamatan agar terhindar dari hal-hal yang tidak baik sehingga dapat hidup sejahtera dalam kehidupan ini. Pada umumnya pernikahan yang dilaksanakan oleh masyarakat Bali yang beragama Hindu pasca pernikahan telah ada rentetan upacara yang dilakansanakan oleh masyarakat seperti halnya diawali dengan upacara Mebyekala- Byakaon yaitu upacara proses penyucian atau pengesahan suatu perkawinan. Serta melalui berbagai tahap yang disebut dengan Tri Upasaksi. Berbeda dengan di Desa Pakraman Muntigunung dalam sebuah pernikahan memang sudah ada tahapan-tahapan upacara yang sudah dilaksanakan. Namun uniknya setelah

4 adanya upacar pernikahan masyarakat melaksanakan pula upacara Ngrekes yang dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Pakraman Muntigunung dalam hal memohon keselamatan, kesejahteraan, dan kedamaian, umur yang panjang kehadapan Ida Shang Widhi. Disamping tradisi Ngrekes yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pakraman Muntigunung mengandung nilainilai yang amat penting dalam pelaksanaannya seperti nilai karakter antara lain nilai religius, nilai cinta damai, nilai disiplin, nilai tanggung jawab, dan nilai peduli sosial. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikannya tradisi Ngrekes ini adalah dengan memasukan tradisi Ngrekes ini sebagai sumber pembelajaran sejarah di sekolah khususnya sumber pembelajaran sejarah di SMA. Hal ini juga didukung oleh Silabus mata pelajaran sejarah di SMA kelas X kurikulum Dari penjelasan mengenai kebudayaan kehidupan awal masyarakat Indonesia di bidang kepercayaan, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini, guru dapat menyelipkan tradisi Ngrekes ini sebagai sumber pembelajaran sejarah di sekolah. Hal dikarenakan pembelajaran sejarah di sekolah merupakan salah satu pembelajaran yang harus dipelajari oleh siswa. Dimasukannya tradisi Ngrekes sebagai sumber pembelajaran sajarah di SMA karena dapat memberikan kontribusi terhadap pengetahuan siswa, terhdap tradisi lokal yang merupakan kebudayaan bangsa. Yang mana tradisi Ngrekes dikaji secara historis yang menekankan pada latar belakang, sistem ritual, serta potensi nilainilainya sebagai media pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di SMA. Atas dasar itu penulis tertarik mengkaji lebih dalam mengenai tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung. Dengan mengambil judul penelitian yakni Tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung, Kubu, Karangasem Bali (Latar Belakang, Sistem Ritual dan Potensi Nilai-Nilainya Sebagai Media Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah di SMA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Latar belakang masyarakat Desa Pakraman Muntigunung tetap mempertahankan tradisi Ngrekes; (2) Sistem ritual pelaksanaan tradisi Ngrekes; (3) Nilai- nilai karakter yang terdapat pada tradisi Ngrekes yang dapat dipakai sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada rumusan masalah di antaranya : (1) Latar belakang masyarakat tetap mempertahankan tradisi; (2) Sistem ritual pelaksanaan tradisi; (3) Tinjuan tentang sumber pembelajaran sejarah. METODE PENELITIAN Metode merupakan cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dalam mencapai suatu tujuan penelitian. Di dalam melakukan penelitian, metode penelitian merupakan cara atau jalan yang mengatur dan menentukan langkah peneliti dalam penyelesaian penelitiannya. Hal ini memegang peranan penting karena berhasil tidaknya suatu penelitian atau tinggi rendahnya kualitas hasil penelitian banyak ditentukan oleh ketepatan dari seorang peneliti dalam memilih metode suatu penelitian (Moeleong, 2001 : 130). Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian yang bersifat deskritif kualitatif dengan menekankan pada teknik-teknik pendekatan kualitatif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) teknik penentuan informan; (2) teknik pengumpulan data (observasi,wawancara, studi analisis/content atau dokumentasi); (3) teknik analisis data; (4) teknik penulisan. Penulisan laporan ini menggunakan gaya penulisan berupa pola deduktif dan juga menggunakan pola Induktif. Pendekatan Deduktif adalah suatu pendekatan untuk menggambarkan laporan jika ide pokok atau rekomendasikan dibahas terlebih dahulu, sebelum menjelaskan hal-hal yang rinci, sedangkan pendekatan induktif adalah menggambarkan fakta-fakta yang ada dijelaskan sebelum ide-ide pokok dan rekomendasi dikemukakan. Adapun teknik penulisan yang dipergunakan dalam mengkaji tradisi Ngrekes ialah teknik penulisan dengan pendekatan deduktif yang

5 membahas hal-hal bersifat umum terlebih dahulu dan diakhiri dengan hal yang bersifat khusus membahas keunikan tradisi Ngrekes. HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Pemertahanan Tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung. Tradisi merupakan kebiasaan dan dianggap sebagai suatu keyakinan yang di ikat oleh waktu sehingga kegiatan menjadi sakral. Ada beberapa yang melatar belakangi dipertahankannya tradisi Ngrekes oleh masyarakat Desa Pakraman Muntigunung diantaranya: 1. Pemenuhan Kebutuhan Fisik a. Fungsi Individu Tradisi merupakan suatu institusi kegiatan budaya yang dianggap manakala memiliki fungsi dan andil bagi masyarakat itu sendiri baik fungsi individu, sosial yang dapat mengurangi kecemasan dalam menghadapi hal-hal yang tak dipahami. Fungsi individu dalam pemertahanan tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung tentunya adalah untuk berbagi kepada dewa- dewa serta sebagai ucapan terimakasih kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas diberikannya umur yang panjang selain juga sebagai sumber kekeuatan rasa aman. Fungsi individu dalam sebuah tradisi akan memberikan suatu kepuasan diri secara emosional, serta dapat menumbuhkan rasa pekercayaan diri yang basar, sehingga individu yang melakukan suatu ritual akan merasa lebih aman dan nyaman. Berdasarkan wawancara (2 Juni 2014) dengan Nengah Ciri, (65 tahun), selaku masyarakat yang sudah melaksanakan upacara Ngrekes menyatakan bahwa. Dengan melaksanakan upacara Ngrekes berarti telah mendapatkan makna hidup dan identitas serta rasa kebersamaan kembali karena dengan melaksanakan tradisi Ngrekes ini Tuhan telah memberikan umur yang panjang, serta dalam kehidupan berkeluarga hidup secara sejahtera dan damai, terhindar dari hal- hal negatif yang tidak diinginkan sehingga dapat memberikan rasa aman dalam diri manusia yang takut akan hal- hal yang bersifat gaib yang ada diluar nalar manusia yang dapat mengganggu kehidupan manusia itu sendiri. Selain memberikan rasa aman pelaksanaan tradisi Ngrekes oleh juga sebagai ungkapan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi atas karunia yang telah diberikan yang menjaga keseimbangan, keharmonisan dan keselarasan dalam diri sendiri dan krama/ masyarakat b. Fungsi sosial Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain, manusia juga tidak bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup ditengah- tengah manusia lainnya. Menurut I Gede Putu Dana (50 tahun) selaku Kelian adat (wawancara tanggal 12 Maret 2014), menyatakan bahwa pelaksanaan upacara keagamaan dikatakan dapat meningkatkan solidaritas sosial, hal ini dikarenakan dari pelaksanaan upacara keagamaan dapat tercapai keharmonisan antara manusia dengan sesamanya dan sebagai sarana interaksi sosial secara terus menerus hingga munumbuhkan integrasi sosial atau solidaritas sosial. Demikian halnya dengan upacara Ngrekes yang dilaksanakan oleh khususnya masyarakat yang sudah terikat oleh perkawinanm, menjadi salah satu cara untuk menjaga solidaritas sosial dalam berkeluarga maupaun solidaritas dalam bermasyarakat. Dalam pelaksanaan upacara Ngrekes ini keluarga, teman dan tetangga wajib datang (ngayah ) serta membantu proses persiapan mulai dari persiapan sarana-sarana upacara, pemotongan sarana upacara hingga pelaksanaan upacara Ngrekes serta ikut dalam pelaksanakan persembahyang sebagai saksi telah dilaksanakannya

6 upacara hingga sampai dengan makan bersama serta silahturami antar warga yakni dengan Ngejot seperti dengan istilah Bali. hal ini sejalan dengan pendapat Durkheim (1968) yang menyatakan bahwa solidaritas sosial menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang berdasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Sejalan dengan pendapat tersebut di atas bisa disimpulkan, bahwa pelaksanaan upacara Ngekes ini membawa dampak yang positf bagi kehidupan masyarakat Desa Pakraman Muntigunung. Di mana dengan dilaksanakannya tradisi ini akan memperkuat hubungan antar anggota keluarga, masyarakat yang telah renggang akibat kesibukan masing-masingakan menjadi lebih dekat dengan berkumpulnya semua anggota keluarga serta masyarakat. 2 Pemenuhan Kebutahan Psikologis a. Keyakinan Keyakinan masyarakat Desa Pakraman Muntigunung, menjadi salah satu faktor terpenting bagi bertahannya tradisi Ngrekes. Masyarakat Desa Pakraman Muntigunung tidak berani mengubah atau memotong setiap bagian dari upacara atau tradisi tersebut. Pada dasarnya suatu upacara yang dilaksanakan oleh umat manusia tentunya didasari oleh kepercayaan atau keyakinan masyarakat setempat yang melaksanakan upacara tersebut. Pelaksanaan tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung ini merupakan upacara Manusa Yadnya yang dilaksanakan oleh umat Hindu khususnya oleh masyarakat Desa Pakraman Muntigunung yang sudah terikat dalam sebuah perkawinan( berkeluarga) khusunya bagi orang yang sudah berumur tahun keatas. Pelaksanaan tradisi Ngrekes ini dikarenakan adanya kepercayaan bahwa setiap manusia yang lahir kedunia akan kembali lagi kedunia sunia loka (orang tersebut akan meninggal dunia) diambil oleh Sang Jogor Manik atau Sang Suratme sebagai pencabut nyawa seseorang, maka dari itu untuk memperlambat orang tersebut kembali ke dunia sunia loka (meninggal dunia) maka dibuatkanlah upacara Ngrekes guna untuk menebus kembali atma orang tersebut untuk bisa bertahan hidup di dunia sekala atau dunia marcapada, serta untuk memperbaharui surat yang ada di suargaan yang sudah buram / luntur kerena perbuatan manusia sendiri agar tidak cepat- cepat di panggil atau meninggal dunia sehingga orang tersebut dapat bertahanan hidup di dunia sekala sampai dengan umur yang panjang hingga akhir tua dalam keadaan hidup yang tentram dan sejahtera. Menurut informasi, I Made Giter (52 tahun), (wawancara tanggal 10 Maret 2014), mengatakan bahwa: Jika tradisi Ngrekes tidak dilaksanakan oleh orang yang sudah menikah, maka akan ada sanksi niskala yang ditakuti masyarakat Desa Pakraman Muntigunung seperti dalam suatu keluarga akan menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan/ orang tersebut menderita sakit kebaya-baya, serta dalam kehidupan berkelurga tidak dapat hidup secara damai. Maka dari itu untuk menghidari halhal yang terjadi yang dapat menimpa keluarga yang bersifat negatif maka tradisi Ngrekes harus tetap dilaksanakan, agar dalam kehidupan berkeluarga maupun bermasyarakat Ida Sang Widhi berkenan memberikan umur yang panjang, keselamatan, kerahayuan dalam hidup ini. b. Memohon Keselamatan dan Umur Yang Panjang Masyarakat Desa Pakraman Muntigunung yang mayoritas beragama Hindu percaya akan adanya kekuatan gaib yang juga mempengaruhi keharmonisan dalam hidup di dunia (dunia sekala). Pelaksanaan suatu tradisi oleh masyarakat, karena di yakini memiliki fungsi yang amat besar bagi kehidupan bermasyarakat seperti halnya pelaksanaan tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung yang juga

7 memiliki fungsi yang amat besar dalam hal memohon ketentraman, kesejahteraan dan kedamaian serta umur yang panjang. Made Gondoran (54 tahun) menggungkapkan (wawancara tanggal 18 Maret 2014), pelaksanaan tradisi Ngrekes ini juga sebagai ungkapan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi telah memberikan umur yang panjang serta keselamatan dan kerahayuan dalam hidup ini. Pelaksanaan tradisi Ngrekes juga sebagai makna dari pemujaan manifestasi Hyang Widhi bahwa masyarakat Desa Pakraman Muntigunung percaya akan adanya Ida Sang Hyang Widi yang merupakan sumber dari segala yang ada di dunia yang menentukan hidup dan matinya setiap makhluk memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi agar memberikan umur yang panjang. Selain hal tersebut juga adanya keyakinan bahwa mengamalkan ajaran agama yang dilakukan dengan persembahan yang tulus ikhlas akan mendatangkan hasil berupa kesejahteraan dan terhindar dari mara bahaya, sebagai perbuatan baik yang mensyukuri karunia yang diberikan oleh Ida Sang Hyang widhi nantinya kalau meninggal dan menjelma menjadi manusia yang lebih baik. c. Historis Pelaksanaan tradisi Ngrekes ini dalah bersifat Dresta ( gugon Tuwon). Tidak ada yang tahu dengan pasti mengapa tradisi ini dilaksanakan. Berdasarakan wawancara dengan Jro Mangku Pura Dalem, I Made Giter menyatakan ada beberapa peristiwa yang pernah melatar belakangi mengapa tradisi Ngrekes tetap dipertahankan yakni adanya penyakit yang diderita oleh masyarakat dalam suatau keluarga yang tidak dapat disembuhkan (menderita sakit ke baya- baya) yang tidak diketahui penyebabnya, sehingga tradisi Ngrekes sampai saat ini masih dilaksanakan. Menurut ( Harsojo, 1999: 2), mengatakan bahwa apa yang dulu sudah ada dalam tradisi lokal tetap lestari sampai sekarang karena dipelihara oleh manusia. Disamping itu dilihat dari fungsi agama tradisi lokal tetap dipertahankan karena memiliki fungsi sakral dan memenuhi kebutuhan manusia sebagai individu maupun struktur sosial. Fungsi individu mencangkup makna (memberikan manusia makna hidup) dan identitas serta kebersamaan. Fungsi sosial adalah sebagai penentu garis yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan. Dalam era moderenisasi terkait dengan tradisi akan bertahan jika disertai oleh sistem pewarisan nilai dari generasi sebelumnya ke generasi penerusnya. Atau dapat pula disebut sebagai proses belajar kebudayaan sendiri dari generasi muda.. Begitu pula dalam upaya mempertahankan tradisi Ngerekes akan sangat diperlukan adanya sosialisasi dalam pewarisannya. Hal ini proses sosialisasi yang dilaksanakan dapat melalui beberapa lembaga di antaranya: (1) sosialisasi yang terjadi di keluarga; (2) sosialisasi masyarakat; (3) sosialisasi di sekolah. Sistem Ritual Tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung Tradisi Ngrekes merupakan suatu upacara yang dilaksanakan secara turuntemurun oleh krama Desa Pakraman Muntigunun. Dimana upacara ini merupakan faktor amat penting dalam tata cara memohon, keselamatan serta umur yang panjang kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Adapun tata cara dalam pelaksanaan upacara Ngrekes yakni: (1) lokasi upacara Ngrekes di Catus Pata Desa; (2) waktu pelaksanaan; (3) peserta upacara. Adapun rangkaian/ proses jalannya pelaksanaan tradisi Ngrekes (1) Tahap Persiapan/ pencaraian Dewasa Ayu, (2) Penyampaian/ ngulemin pemangku, (3) Upacara Bakti Piuning,( 4) Upacara Pemutus / penutup. Nilai-Nilai Karakter Yang Terdapat Pada Tradisi Ngrekes Yang Dapat Dipakai Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Dalam pelaksanaan suatu tradisi/ uapacara yang dilakukan oleh masyarakat tentunya harus memahami nilai-nilai yang terkandung didalamnya mengingat nilai adalah segala sesuatu yang berharaga bagi kehidupan manusia. Pentingnya memahami nilai- nilai yang terkandung dalam setiap pelaksanan tradisi khususnya nilai karakter hal ini bawasannya karakter adalah watak, tabiat, ahlak, atau keperibadian seseorang

8 yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang berpikir, bersikap dan bertindak (Wibowo,2012: 33). Dengan memahami nilai yang terkandung dari setiap pelaksanaan sebuah tradisi yang dilaksanakan tentunya akan dapat mengetahui juga berapa besar perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Demikian pula dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigung juga terdapat nilai-nilai karakter dalam setiap pelaksaannya yang nantinya dapat digunakan sebagai pedoman hidup dalam bermasyarakat, tidak hanya sebagai pedoman hidup dalam bermasyarakat nilainilai karakter yang terdapat pada tradisis Ngrekes juga dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah bagi peserta didik. mengingat tradisi Ngrekes adalah tradisi lokal yang juga merupakan sebuah kebudayaan masyarakat yang muncul dari adanya akivitas manusia itu sendiri yang bersifat sakral, yang memiliki fungsi yang amat besar baik fungsi individu maupun fungsi sosial. Adapun nilai- nilai karakter yang terdapat dalam tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung yang dapat dipakai sebagai sumber belajar sejarah sebagai berikut: 1. Nilai Religius Secara umum tradisi merupakan sesuatu yang disakralkan dan diwariskan dari masa lalu hingga masa kini. Secara sederhana, tradisi dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah disakralkan sejak lama dan menjadi bagaian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama. Tradisi Ngrekes juga merupakan sebuah wujud kebudayaan yang terlahir dari segala aktivitas manusia yang di dalamnya terkandung nilai- nilai yang amat penting bagi masyarakat. Nilai- nilai yang amat penting dari tradisi Ngrekes ini yakni nilai karakter salah satunya adalah nilai religius yang mana nilai religius ini menekankan masyarakat dalam bersikap dan berperilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes nilai relegius dapat di lihat dari berapa besar ketaqwaan seseorang dalam menjalankan agamanya. Serta dari setiap ritual yang dilaksanakan nantinya dapat mendekatkan diri dengan Ida Sang Hyang widhi. Pelaksanan tradisi Ngrekes juga sebagai bentuk adanya keyakinan masyrakat Desa Pakraman Muntigunung bawasannya Ida Sang Widhi Wasa yang merupakan sumber dari segala yang ada didunia, yang menentukan hidup dan matinya setiap makhluk memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi agar memberikan umur yang panjang. Nilai religius juga tercermin sebelum masyarakat melaksanakan tradisi Ngrekes masyarakat melakukan persembahyangan terlebih dahulu agar nantinya dalam melaksanakan tradisi sersebut memperoleh keselamatan dan bisa berjalan dengan lancar. Dengan adanya nilai-nilai religius dalam pelaksanaan Tradisi Ngrekes ini membuat masyarakat Desa pakraman Muntigunung sadar akan pentingnya pendidikan karakter dalam suatu ritual yang harus dilakukan. 2. Cinta Damai Dalam setiap pelaksanaan tradisi tidak hanya mementingkan apa yang ingin dicapai akan tetapi yang paling penting adalah memahami nilai- nilai yang terdapat dalam tradisi tersebut seperti halnya dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes. Nilai karakter cinta damai ini lebih menekankan pada sikap, tindakan dan perkataan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes nilai cinta damai dapat dilihat dari solidaritas sosial yang terjalin antara masyarakat hingga bisa bekerja sama saling membantu dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes. Selain itu dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes masyarakat yang melaksanakannya memiliki rasa persatuan dan solidaritas yang tinggi tanpa ada rasa saling bermusuhan dalam melaksanakan ritualnya, sehingga dapat memperkuat hubungan antar keluarga dan bermasyarakat dengan berkumpulnya sanak keluarga dalam pelaksanaan upacara.

9 3. Disiplin Dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes nilai disiplin sangat penting dalam pelaksanaan upacaranya, hal ini terkait dengan prilaku tertib dalam berbagai ketentuan dan peraturan yang ada dalam setiap pelaksanaannya. Dalam pelaksanaan upacara Ngrekes nilai disiplin dapat dilihat dari aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar oleh masyarakat yang melaksanankan tradisi Ngrekes seperti halnya ketika melakukan proses ritual baik mengawali dengan kegiatan, pencaraian dewasa ayau, ngulemin Jro Mangku yang akan memimpin upacara, serta pada saat pemotongan sarana ritual didahului dengan mantramantra begitu pula dalam pelaksanaan upacara diharapkan dapat berbicara sopan berpikir jernih yang sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha. 4. Tanggung Jawab Dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes niai tanggung jawab ini dapat dilihat dari kegiatan- kegiatan ritual yang dilakukan oleh, yang mana upacara yang dilaksanakan merupakan segala yang disakralkan dan diwariskan dari masa lalu hingga masa kini dan menjadi bagian dari kehidupan masayarakat Desa Pakraman Muntigunung dalam memohon keselamatan dan umur yang panjang kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes nilai tanggung jawab juga terlihat dari rentetan-rentetan upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat misalnya seperti sebelum melaksanakan tradisi pertama-tama mempersiapkan alat-alat yang digunakan, kemudian melakukan persembahyangan atau melakukan upacaraupacara tertentu setelah itu selesai barulah melaksanakan ritual tersebut sampai upacara berakhir. Nilai tanggung jawab ini sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat sehingga nantinya dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan upacara keagamaan. 5. Peduli sosial Dalam pelaksanaan tradisi Ngrekes nilai pedili sosial ini sangat penting bagi dalam pelaksanaan upacara keagamaan sehigga dapat saling membantu dari setiap upacara keagamaan yang dilaksanakan. Sikap kepedulian sosial dalam kontek tradisi Ngrekes dapat terlihat dalam pembuatan bebanten,serta pada saat pemotongan sarana ritual, yang dilakukan dengan cara gotong royong. Nilai-nilai gotong royong yang ditanamkan kepada para krama Muntigunung, sebagai bentuk contoh kepedulian kepada sesama. Benih-benih kepedulian tersebut diharapkan mampu diterapakan kembali kepada generasi mendatang. Dimasukannya tradisi Ngrekes sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA I Kubu, kelas X pada program IPS ini juga didukung oleh silabus mata pelajaran sejarah SMA kurikulum Dimasukannya tradisi Ngrekes sebagai sumber pembelajaran hal ini dikarena dapat memberikan kontribusi dalam hal menambah pemahaman siswa untuk mengenali tradisi yang ada di wilayah daerah setempat, seperti tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung yang dalam pelaksanaannya banyak terdapat nilai- nilai karakter yang amat penting untuk diketahui oleh peserta didik yang nantinya dapat digunakan sebagai pedoman dalam bertindak maupun bertingkah laku. Berdasarkan potensi nilai karakter terdapat pada tradisi Ngrekes, seperti halnya nilai religius, cinta damai, disiplin, tanggung jawab, peduli sosial sehingga memungkinkan untuk diterapkan sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA. Pemanfaatan tradisi Ngrekes sebagai sumber pembelajaran sejarah diharapkan dapat dapat meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama siswa tentang pentingnya melestarikan hasil kebudayaan bangsa sehingga menumbuhkan kebanggaan sebagai putra-putri daerah. Siswa maupun masyarakat juga akan terbuka wawasan dan kesadarannya untuk merasa memiliki daerahnya yang ternyata mengandung nilai budaya seperti tradisi Ngrekes di Desa Pakraman Muntigunung.

10 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan dari penelitian ini dipaparkan sebagai berikut. Tradisi merupakan kebiasaan dan dianggap sebagai suatu keyakinan yang diikat oleh waktu sehingga kegiatan menjadi sakral. Tradisi akan bertahan apa bila dianggap memiliki fungsi dan andil bagi masyarakat itu sendiri. Begitu pula dengan tradisi Ngrekes di Desa Pakrman Muntigunung masih dipertahankan dan dilestarikan karena memiliki fungsi dan andil bagi masyarakat seperti halnya fungsi pemenuhan kebutuhan fisik yang didalamnya terdapat fungsi individu dan sosialt. Selain memiliki fungsi pemenuhan kebutuhan psikologis pemertahan tradisi Ngrekes ini juga memiliki fungsi sebagai pemenuhan kebutuhan psikologos yang didalamnya terdapat: (1) keyakinan; (2) memohon keselamatan dan umur yang panjang; ( 3) historis. Adapun upaya pemertahanan tradisi Ngrekes ini diantaranya; (1) sosialisasi yang terjadi di keluarga; (2) sosialisasi masyarakat; ( 3) sosialisasi di sekolah. Dalam pelaksaan suatu upacara tentunya perlu untuk mengetahui sistem ritual dari pelaksanaan pelaksanaan upacara, seperti halnya pelaksanaan upacara Ngrekes tentunya harus memperhatikan sistem ritual dari pelaksanaan upacaranya. Adapun sistem ritual pelaksanaan upacara Ngrekes di antaranya: (1) lokasi upacara Ngrekes di Catus Pata Desa; (2) waktu pelaksanaan; (3) peserta upacara. Adapun rangkaian/ proses jalannya pelaksanaan tradisi Ngrekes (1) Tahap Persiapan/ pencaraian Dewasa Ayu,(2) Penyampaian/ ngulemin pemangku, (3) Upacara Bakti Piuning,( 4) Upacara Pemutus / penutup. Berdasarkan potensi nilai karakter terdapat pada tradisi Ngrekes, seperti halnya nilai religius, cinta damai, disiplin, tanggung jawab, peduli sosial sehingga memungkinkan untuk diterapkan sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA. Hal ini juga di dukung oleh silabus kelas X kurikulum Pemanfaatan tradisi Ngrekes sebagai sumber pembelajaran sejarah diharapkan dapat dapat meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama siswa tentang pentingnya melestarikan hasil kebudayaan bangsa sehingga menumbuhkan kebanggaan sebagai putra-putri daerah. Serta kesadarannya untuk merasa memiliki daerahnya yang ternyata mengandung nilai budaya yang amat pentig untuk dilestarikan. Saran dari penulisan ini ditujukan kepada. 1. Kepada krama Desa Pakraman Muntigunung diharapkan agar tetap melestarikan adat-istiadat dan melaksanakan upacara sesuai tuntunan agama. 2. Untuk sekolah dengan dimasukannya tradisi Ngrekes sebagai sumber pembelajaran sejarah diharapkan nantinya dapat memberikan pengetahuan baru kepada peserta didik terait dengan tradisi. Selain dari kedua di atas saran ini juga ditujukan kepada guru agar dapat menempatkan tradisi Ngrekes ini sebagai sumber pembelajaran, kepada pemerintah dan generasi muda agar lebih memperhatikan dan melestarikan hasil budaya daerah. UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur di panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat rahmat-nya,artikel ini terselesaikan. Artikel ini disusun guna memenuhi persyaratan tugas akhir perkuliahan. Dalam penyusunan artikel ini tentu ada bantuan dari beberapa pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikannya, untuk itu di sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terkait. Adapun pihak yang ikut membantu baik itu dari dukungan dan bimbingan dalam penyelesaian artikel ini, yaitu: 1. Dr. Luh Putu Sendratari, M. Hum sebagai Pembimbing I yang telah memberikan motivasi, saran dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini sehingga penyusunan skripsi ini menjadi lancar. 2. Ketut Sedana Artha, S.Pd, M.Pd selaku Pembimbing Akademik (PA) dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya

11 kepada penulis dalam memberikan pengetahuannya, memotivasi dan membimbing dari awal sehingga penyusunan skrispsi ini menjadi lancar dan dapat terselesaikan dengan baik. Untuk semua itu semoga Tuhan memberikan imbalan yang setinggi-tinggi- Nya serta melimpahkan berkah yang menyertai semua orang yang telah membantu dalam penyelesaian artikel ini. DAFTAR PUSTAKA Harsojo, dkk, Manusia dan Fenomena Budaya. Yogyakarta : Pustaka Relajar. Koentjaraninggrat Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia. Kusuma Acara Agama Hindu. Denpasar : Peradah Bali. Moleong, Lexy. J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya. Sedyawati, Edi Budaya Indonesia kajian Arkeologi, Seni dan sejarah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Soerjono, Soekanto Sejarah Kebudayaan. Jakarta: Erlangga. Wibowo, Agus Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta : Pustaka Belajar Cerebon Timur. Wijayananda Makna filosofis Upacara dan Upakara. Paramita : Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk

Lebih terperinci

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : Drs. I Ketut Rindawan, SH.,MH. ketut.rindawan@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA.

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA. ARTIKEL Judul Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA Oleh Desak Made Suprayanti 1014021014 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV. BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan

Lebih terperinci

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN AKTIVITAS ASPEK TRADISIONAL RELIGIUS PADA IRIGASI SUBAK: STUDI KASUS PADA SUBAK PILING, DESA BIAUNG, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN I Nyoman Norken I Ketut

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari

Lebih terperinci

EKSISTENSI TRADISI ADAT NGONCANG DI DESA PEGADUNGAN, KACAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG DITINJAU DARI SEGI NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA

EKSISTENSI TRADISI ADAT NGONCANG DI DESA PEGADUNGAN, KACAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG DITINJAU DARI SEGI NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA EKSISTENSI TRADISI ADAT NGONCANG DI DESA PEGADUNGAN, KACAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG DITINJAU DARI SEGI NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ARTIKEL OLEH NI PUTU DIAH LISTIANI 0914041069 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang telah menciptakan kebudayaan yang sangat kompleks di bidang astronomi, ilmu pengetahuan, filsafat dan lain-lain sehingga timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si. Abstrak

Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si. Abstrak Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si Pengantar Artikel berjudul Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna dan Nilai Budaya yang ditulis oleh Wardizal, S.Sen,

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68 PERKAWINAN GAMYA GAMANA ANTARA MASYARAKAT TIONG HOA DENGAN MASYARAKAT BATUR DI SESA BATUR KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Kajian Aksiologi) Oleh Ni Luh Ginanti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,

Lebih terperinci

TESIS. Oleh I WAYAN BUDIARTA, S.Pd

TESIS. Oleh I WAYAN BUDIARTA, S.Pd i PENERAPAN PENDEKATAN BELAJAR CATUR ASRAMA MELALUI TAKSONOMI TRI KAYA PARISUDHA DALAM PKN (Studi Quasi Experiment Terhadap Peningkatan Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMA Negeri Di Kota Singaraja) TESIS

Lebih terperinci

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD 27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

Lebih terperinci

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) : SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Oleh : Ni Nengah Sariasih, Nim JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

ARTIKEL. Judul. Oleh : Ni Nengah Sariasih, Nim JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL ARTIKEL Judul TRADISI MAKANDAL DALAM UPACARA PERNIKAHAN DI DESA PAKRAMAN SONGAN,KINTAMANI,BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA Oleh : Ni Nengah Sariasih, Nim 1214021006 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan semakin berkembangnya cara berfikir masyarakat pada masa sekarang ini. Ternyata tak jarang juga dapat menyebabkan berubahnya pola pikir masyarakat

Lebih terperinci

PROFESIONALITAS GURU AGAMA HINDU DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA DI SD GUGUS6 KECAMATAN KERAMBITAN, KABUPATEN TABANAN.

PROFESIONALITAS GURU AGAMA HINDU DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA DI SD GUGUS6 KECAMATAN KERAMBITAN, KABUPATEN TABANAN. PROFESIONALITAS GURU AGAMA HINDU DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA DI SD GUGUS6 KECAMATAN KERAMBITAN, KABUPATEN TABANAN. Oleh ; Ni Komang Murniati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar ABSTRAK Pada kenyataannya

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Wayan Kartini Pratiwi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar iwickpratiwi@gmail.com

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA Oleh Ni Made Ardani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar made.ardani6@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Subak sebagai bagian dari budaya Bali merupakan organisasi

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) OLEH: KOMANG HERI YANTI email : heryan36@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayuk Denyka Mayrina Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Bali selama ini dikenal dengan kebudayaannya yang khas. Beragam tradisi yang mencerminkan adat Bali menarik banyak orang luar untuk melihat lebih dekat keunikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR Oleh: I Made Sedana, S.Pd., M.Pd.. Abstrak Sekolah merupakan institusi sosial yang dibangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Lebih terperinci

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM 0501215003 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BALI JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009 GEGURITAN

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar UPACARA NILAPATI BAGI WARGA MAHA GOTRA PASEK SANAK SAPTA RSI DI BANJAR ROBAN DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang BAB IV TINJAUAN KRITIS Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya kita dapat melihat bahwa manusia selalu menyatu dengan kebudayaannya dan budaya itu pun menyatu dalam diri manusia. Karena itu budaya menjadi

Lebih terperinci

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI Oleh : DEWA AYU EKA PUTRI 1101605007 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan BAB IV Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan Jika kita kembali melihat kehidupan jemaat GKJW Magetan tentang kebudayaan slametan mau tidak mau gereja

Lebih terperinci

UPACARA NGAJAGA-JAGA DI PURA DALEM DESA ADAT TIYINGAN KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGAJAGA-JAGA DI PURA DALEM DESA ADAT TIYINGAN KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGAJAGA-JAGA DI PURA DALEM DESA ADAT TIYINGAN KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Putu Ayu Ariastuti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar ayu_aryastuti@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Mata Kuliah : Landasan Pendidikan NamaDosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag, M.Pd.H. Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Oleh; PUTU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI Oleh: DESAK PUTU DIAH DHARMAPATNI 1001605003 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK : ANALISIS TERHADAP PERAN GURU DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK DIDIK MELALUI REVITALISASI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI SEKOLAH

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK : ANALISIS TERHADAP PERAN GURU DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK DIDIK MELALUI REVITALISASI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI SEKOLAH PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK : ANALISIS TERHADAP PERAN GURU DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK DIDIK MELALUI REVITALISASI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI SEKOLAH Oleh Ni Luh Putu Novita Martiani Institut Hindu Dharma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK 1 KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK oleh Ni Putu Ika Nopitasari Suatra Putrawan Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Tri Hita Karana is a basic concept that have been

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : NI NYOMAN ERNA CAHYANI NIM. 1221503003 PROGRAM STUDI D3 PERPUSTAKAAN FAKULTAS

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

ARTIKEL PEMERTAHANAN TRADISI BUDAYA PETIK LAUT OLEH NELAYAN HINDU DAN ISLAM DI DESA PEKUTATAN, JEMBRANA -BALI

ARTIKEL PEMERTAHANAN TRADISI BUDAYA PETIK LAUT OLEH NELAYAN HINDU DAN ISLAM DI DESA PEKUTATAN, JEMBRANA -BALI ARTIKEL Judul PEMERTAHANAN TRADISI BUDAYA PETIK LAUT OLEH NELAYAN HINDU DAN ISLAM DI DESA PEKUTATAN, JEMBRANA -BALI Oleh IDA AYU KOMANG SINTIA DEWI NIM. 1014021050 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

TEGALLALANG, GIANYAR, BALI (LATAR BELAKANG PEMERTAHANAN DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PELAJARAN SEJARAH)

TEGALLALANG, GIANYAR, BALI (LATAR BELAKANG PEMERTAHANAN DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PELAJARAN SEJARAH) TRADISI NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN TEGALLALANG, GIANYAR, BALI (LATAR BELAKANG PEMERTAHANAN DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PELAJARAN SEJARAH) Oleh: I Wayan Suwartika 1014021021

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG Oleh Ni Komang Dewi Pradani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstract

Lebih terperinci

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN Abstract Oleh Dewa Made Pancadana A.A. Gede Oka Parwata Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR NI MADE MERTI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA - 446 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Oleh. I Putu Sandiasa Adiawan JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

ARTIKEL. Judul. Oleh. I Putu Sandiasa Adiawan JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA ARTIKEL Judul SINKRETISME HINDU-BUDDHA (KONGHUCU) DI PURA BATU MERINGGIT, DESA CANDIKUNING, TABANAN, BALI (STUDI TENTANG SEJARAH DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH) Oleh I Putu Sandiasa Adiawan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama. Salah satu di antaranya adalah suku Bali yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku, agama, ras, etnis, bahasa, adat istiadat, tradisi, serta budaya yang disatukan dalam konsep

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat Terhadap Upacara Pengerupukan Pra Hari Raya Nyepi di Kecamatan Wonosari

Persepsi Masyarakat Terhadap Upacara Pengerupukan Pra Hari Raya Nyepi di Kecamatan Wonosari Persepsi Masyarakat Terhadap Upacara Pengerupukan Pra Hari Raya Nyepi di Kecamatan Wonosari Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu sosial Universitas Negeri Gorontalo 2014 ABSTRAK I Kadek Muliasa: 2014,

Lebih terperinci

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari I Ketut Sudarsana > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari Ajaran Tri Kaya Parisudha dapat dilaksanakan dengan cara memberikan arahan

Lebih terperinci

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah 1. Pengertian Atman adalah. a. Percikan terkecil dari Sang Hyang Widhi Wasa b. Tidak terlukai oleh api c. Tidak terlukai oleh senjata d. Tidak bergerak e. Subha Karma Wasa 2. Fungsi Atman dalam mahluk

Lebih terperinci

PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung)

PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung) PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung) Annisa Fitriyani 1, Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si 2, Syaifullah Syam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki beragam adat dan budaya daerah yang masih terjaga kelestariannya. Bali adalah salah satu provinsi yang kental adat dan budayanya.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

1. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamnnya serta menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI Oleh : Pande Putu Indra Wirajaya I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari I Gusti Ngurah Dharma Laksana

Lebih terperinci

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci