PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung)"

Transkripsi

1 PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung) Annisa Fitriyani 1, Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si 2, Syaifullah Syam, S.Pd., M.Si 3 1 Mahasiswa Program Magister Pendidikan Sosiologi, Sekolah Pascasarjana UPI 2 Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi ABSTRAK Budaya Sunda saat ini mengalami beberapa pergeseran akibat globalisasi budaya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bagaimana keluarga Sunda di Komp. Perum Riung Bandung dapat melaksanakan perannya sebagai sarana utama pewarisan Budaya Sunda kepada anggota keluarga, khususnya generasi muda di tengah-tengah perkembangan globalisasi budaya. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Temuan penelitian yaitu nilai-nilai budaya Sunda yang saat ini masih ditanamkan dan dikembangkan pada keluarga sunda di Komp. Perum Riung Bandung, proses pewarisan budaya yang meliputi internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi budaya sunda dalam keluarga terwujud dalam penggunaan bahasa Sunda sebagai alat komunikasi dan juga tercermin dalam perilaku sehari-hari anggota keluarga, serta model sosiologis yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan nilai budaya sunda di tengah globalisasi budaya. Kata Kunci : Keluarga, Pewarisan Budaya, dan Budaya Sunda PENDAHULUAN Budaya Sunda memiliki nilainilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Sunda yang tercermin dalam pameo silih asih (saling mengasihi), silih asah (saling memperbaiki diri), dan silih asuh (saling melindungi). Perkembangan globalisasi budaya yang sangat pesat melalui sarana media massa dan teknologi di dalam menampilkan budaya-budaya asing kepada masyarakat mengakibatkan banyak masyarakat Sunda yang lebih memilih mengadopsi budaya-budaya asing. Keluarga merupakan sarana sosialisasi primer bagi seseorang untuk mengenal dan belajar tentang budaya yang dimilikinya. Pandangan ini sejalan dengan apa yang diungkapakan juga oleh Goode (1995, hlm. 8) isi proses

2 Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 2 pemasyarakatan ialah tradisi kebudayaan dengan meneruskannya pada generasi berikut di mana keluarga berfungsi sebagai saluran penerus yang tetap menghidupkan kebudayaan itu. KELUARGA SEBAGAI KELOMPOK PRIMER Kelompok primer menurut Cooley (dalam Soekanto, 1982, hlm. 110) adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri kenalmengenal antara anggotaanggotanya serta kerja sama erat yang bersifat pribadi. Waridah (2000, hlm. 206) mengartikan pewarisan budaya sebagai suatu proses peralihan nilainilai budaya melalui proses belajar. Selanjutnya Muslikhatun (2010, hlm. 2) mengartikan pewarisan budaya merupakan proses peralihan nilainilai dan norma-norma yang dilakukan dan diberikan melalui pembelajaran oleh generasi tua ke generasi muda. Tujuan pewarisan budaya ini adalah untuk mengenalkan nilai, norma, dan adat istiadat dalam hidup kepada seorang individu agar terciptanya keadaan yang tertib, tentram, harmonis dalam masyarakat. SUNDA Istilah Sunda, menurut Ekadjati (1993, hlm. 7) mengemukakan bahwa kebudayaan Sunda merupakan kebudayaan yang hidup, tumbuh, dan berkembang dikalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili di Tanah Sunda. Orang Sunda menurut Suryalaga (dalam Hendrawan, 2013, hlm ) bisa ditelusuri melalui kajian demografi, kewilayahan, kebudayaan, peradaban, dan aspek genetika. Orang sunda bisa dibagi ke dalam empat kategori, yakni Sunda Subjektif, yaitu bila seseorang berdasarkan pertimbangan subjektifnya merasa bahwa dirinya orang Sunda, maka dia orang Sunda. Karena itu dia harus mengaktualisasikan dan mengaplikasikan kesundaannya dalam berperilaku serta mempunyai konsep hidup yang nyunda; Sunda Objektif, yaitu bila seseorang dianggap oleh orang lain sebagai orang Sunda, maka orang tersebut sepantasnya mampu mengaktualisasikan anggapan orang lain bahwa dirinya benar-benar orang Sunda. Bahasa Sunda sebagai salah satu ciri khas dari budaya Sunda merupakan sebuah hasil kebiasaan masyarakat Sunda yang berasal dari proses interaksi antar masyarakatnya terutama dalam berkomunikasi. Kebudayaan Sunda memiliki ciri khas tertentu yang membedakan dari kebudayaan lainnya. Secara umum (dalam Hufad, 2005, hlm 129) orangorang Sunda dikenal sebagai individu yang ramah, religius. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo silih asih, silih asah dan silih asuh ; yang artinya saling mengasihi, saling memperbaiki diri (melalui pendidikan dan ilmu), serta saling melindungi.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai-nilai budaya Sunda yang masih dikembangkan oleh keluarga 1 yaitu keluarga Bapak Aip ditekankan pada nilai-nilai yang terkandung dalam pameo Sunda silih asih, silih asah dan silih asuh; yang mengandung arti saling mengasihi, saling memperbaiki diri (melalui pendidikan dan ilmu), serta saling melindungi, yang selalu ditanamkan kepada anggota keluarganya. Nilai silih asih pada keluarga Bapak Aip terwujud dalam sikap antar anggota keluarga yang saling menyayangi baik ayah-ibu, ayah-anak, ibu-anak, maupun kakak-adik. Nilai silih asah dalam keluarga terwujud pada pandangan keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan bagi sang anak, sehingga anak-anak selalu diupayakan untuk dapat mengenyam pendidikan yang tinggi. Seperti yang diperlihatkan dalam keluarga ini, kedua anaknya mengenyam pendidikan formal, anak sulungnya sedang mengenyam pendidikan tingkat SMA, dan sang bungsu di tingkat SD. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai orang tua selalu mendambakan dan berusaha agar anak-anaknya dapat memperoleh pendidikan yang baik dan dapat pula melanjutkan pendidikannya hingga perguruan tinggi. Nilai silih asuh dalam keluarga ini terwujud pada sikap kedua orang tua dan anak-anak yang saling melindungi. Keadaan tempat tinggal keluarga yang berdekatan dengan orang tua sang istri membuat Bapak Aip dan istri harus dapat menjadi pelindung bagi orang tuanya dan juga anak-anaknya. Sikap saling melindungi ini diperlihatkan dengan rutinnya Bapak Aip dan istri mengantar kedua orang tuanya untuk berobat ke rumah sakit setiap bulan. Nilai-nilai budaya Sunda yang dikembangkan oleh keluarga 2 yaitu keluarga Bapak Udin tidak jauh berbeda dengan keluarga pertama, namun pada keluarga Bapak Udin penggunaan bahasa Sunda yang intensif dan penanaman pengetahuan mengenai nilai-nilai mitos dan pamali merupakan dasar dalam pengembangan budaya Sunda dalam keluarga. Pengembangan nilai-nilai kesundaan pada keluarga lebih ditekankan pada penggunaan bahasa Sunda yang dijadikan bahasa wajib bagi anggota keluarga untuk saling berkomunikasi. Bahasa Sunda digunakan tidak hanya antar suamiistri, tetapi juga anak-anaknya. Seluruh aktivitas komunikasi antar anggota keluarga selalu mempergunakan bahasa Sunda. Hal ini dilakukan untuk melestarikan budaya Sunda, khusunya bahasa Sunda. Karena, dengan menggunakan bahasa Sunda maka anak-anaknya akan mengetahui dan mengenal budaya daerah asalnya, yaitu tatar Sunda. Namun, penggunaan bahasa Sunda pada lingkup di luar keluarga yaitu di lingkungan sekitar disesuaikan dengan kebutuhan, karena lingkungan rumah yang tidak hanya berasal dari etnis Sunda saja. Sebagaimana yang diperlihatkan keluarga ini ketika ada tamu atau pembeli warung yang memang tidak bisa berbicara bahasa Sunda, maka

4 Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 2 mereka akan menggunakan bahasa Indonesia saja. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi konflik dan juga tidak membuat bingung orang lain yang memang tidak dapat berbicara menggunakan bahasa Sunda. Pengembangan nilai budaya Sunda pada keluarga 3 yaitu keluarga Ibu Rukmini lebih ditekankan pada perilaku yang berlandaskan pada nilai-nilai tolong-menolong dan gotong royong baik yang dilakukan dalam keluarga maupun dengan masyarakat luas. Sikap tolongmenolong dan juga gotong royong ditunjukkan ketika sang ibu dengan sukarela membantu persiapan anak sulungnya Hani yang sedang mempersiapkan untuk acara pernikahan. Ibu Rukmini selalu berupaya menolong sang anak ketika sang anak kewalahan dalam mempersiapkan pernikahannya yang terkadang harus bolak-balik Jakarta- Bandung untuk mempersiapkan urusan pernikahan. Proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi budaya Sunda pada masing-masing keluarga pasti terdapat beberapa perbedaan karena masing-masing keluarga memiliki cara yang berbeda-beda di dalam menanamkan budaya Sunda kepada anggota keluarga, khususnya kepada anak-anak sebagai generasi muda Sunda. Proses pewarisan budaya Sunda pada keluarga 1 yaitu keluarga Bapak Aip lebih menekankan pada penanaman pengetahuan budaya Sunda kepada anggota keluarga. Informasi mengenai budaya Sunda yang biasa diberikan keluarga Bapak Aip sebagai pengetahuan kepada anggota keluarga, khususnya anak meliputi informasi mengenai tradisi-tradisi yang dahulu biasa dilaksanakan oleh nenek-kakeknya, meskipun pada kenyataannya keluarga jarang melakukan tradisi yang ada tetapi Bapak Aip dan istri selalu berusaha untuk dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai tradisi yang pernah ada dalam budayanya. Biasanya informasi ini diberikan apabila sang anak yang bertanya kepada orang tua tentang adat istiadat atau tradisi yang dilihatnya dari masyarakat lain atau keluarga lain yang belum diketahuinya. Penyampaian informasi ini dilakukan secara perlahan kepada anak-anak agar dapat dengan mudah dipahami oleh sang anak. Bagi keluarga 2 yaitu keluarga Bapak Udin bahasa Sunda merupakan bahasa yang selalu digunakan oleh seluruh anggota keluarga untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi. Karena memang Bapak Udin dan istri sudah membiasakan anak-anaknya berbahasa Sunda sejak anakanaknya masih kecil hingga dewasa. Dapat dikatakan bahwa bahasa Sunda adalah bahasa wajib di keluarga Bapak Udin, bahkan di dalam hal menasehati pun Bapak Udin dan istri selalu menggunakan bahasa Sunda bukan bahasa Indonesia. Bahasa Sunda yang digunakan pun memperhatikan undak-usuk basa Sunda, bahasa Sunda yang digunakan Bapak Udin untuk berkomunikasi dengan istrinya akan berbeda dengan bahasa Sunda yang ia gunakan kepada anak-

5 anaknya. Sama halnya yang dilakukan anak-anaknya, bahasa Sunda yang digunakan ketika berbicara dengan orang tuanya akan berbeda ketika berbicara dengan saudaranya. Proses pewarisan budaya Sunda pada keluarga 3 yaitu keluarga Ibu Rukmini ditekankan pada proses pemaknaan nilai-nilai tolong-menolong baik dalam lingkup keluarga maupun di luar keluarga. Aktulisasi nilai-nilai tersebut ditunjukan keluarga Ibu Rukmini dalam hampir keseluruhan kegiatan sehari-hari keluarga. Dalam lingkup keluarga masing-masing anggota memiliki kesadaran untuk dapat saling membantu anggota keluarga lainnya yang sedang mengalami kesulitan. Bantuan yang diberikan pun tidak hanya berupa materi, melainkan juga melalui bantuan fisik dan moral. Begitu pula pada lingkup masyarakat yang lebih luas, Ibu Rukmini dan keluarga selalu mengusahakn untuk dapat saling tolong-menolong, terutama dengan tetangga terdekat. Model-model sosiologis yang dilakukan keluarga upaya mengembangkan nilai budaya Sunda terdiri atas model peniruan dan pembiasaan. Pada keluarga 1 dan juga keluarga 3, model yang biasa digunakan oleh keluarga Bapak Aip dan Ibu Rukmini adalah model peniruan. Model peniruan ini terlihat dari pada Apit, anak bungsu Pak Aip, ia lebih mudah memahami bahasa Sunda karena terbiasa melihat dan mendengarkan orang tua dan kakaknya yang sering berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda. Model peniruan juga diterapkan dalam, nilainilai lainnya yang ada pada keluarga baik itu nilai keagamaan, dan sopan santun. Anak-anak meniru apa yang dilakukan orang tuanya di rumah baik itu dalam hal beribadah, maupun dalam berinteraksi dengan orang lain. Seperti dalam hal cara beribadah juga sikap sopan terhadap orang lain, hal-hal ini selalu ditiru oleh anak-anak dari orang-orang terdekatnya, yaitu orang tua. Sedangkan pada keluarga 2, model yang biasa digunakan keluarga Bapak Udin adalah model pembiasaan. Model ini dianggap sangat membantu anak untuk dapat mengenal dan memahami nilai-nilai budaya Sunda yang ada pada keluarganya. Pada keluarga Bapak Udin, ketiga anaknya sangat mahir dalam berbahasa Sunda dengan menggunakan undak-usuk bahasa Sunda karena memang Bapak Udin dan istri selalu membiasakan anakanaknya untuk berbicara menggunakan bahasa Sunda dalam keluarga, bahkan ketika menasehati pun Bapak Udin dan istri terbiasa menggunakan bahasa Sunda, bukan bahasa Indonesia. Model pembiasaan ini juga diterapkan dalam aktivitas lainnya, seperti beribadah maupun dalam tata krama, anak-anak selalu dibiasakan untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya yaitu Islam. Dalam hal tata krama juga anak-anak selalu dibiasakan untuk menerapkannya dalam keluarga, baik dengan orang tua maupun dengan anggota keluarga lainnya. Keluarga sebagai lingkup terdekat individu memiliki fungsi

6 Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 2 sebagai sarana pengenalan nilai-nilai budaya tersebut kepada seluruh anggota keluarga, sebagaimana yang diungkapkan BKKBN (yang berlandaskan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994) bahwa di dalam sebuah keluarga terdapat fungsi sosialisasi yakni fungsi di dalam meneruskan nilai-nilai budaya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa nilai-nilai budaya yang senantiasa masih dikembangkan oleh masing-masing keluarga meliputi nilai-nilai keagamaan Islam, nilai-nilai sopan santun dan tata krama, serta nilainilai kesundaan dalam pameo silih asih, silih asah, dan silih asuh yang masing-masing tercermin dalam aktivitas dan interaksi sehari-hari anggota keluarga. Terdapat nilai-nilai budaya Sunda yang memang menjadi ciri khas dari masyarakat Sunda atau orang Sunda yang tercermin dalam pameo silih asih, silih asah, dan silih asuh. Nilai-nilai budaya Sunda tersebut memiliki makna yakni saling mengasihi, saling memperbaiki diri (melalui pendidikan dan ilmu), serta saling melindungi. Dan berdasarkan hasil penelitian, nilai-nilai tersebut tercermin dalam beberapa aktivitas dan interaksi masing-masing keluarga yaitu pada sikap saling menyayangi, saling tolong-menolong, gotong-royong keluarga baik dalam keluarga maupun dengan lingkungan sekitar, dan di dalam sikap keluarga untuk meraih pendidikan yang lebih baik untuk anak-anaknya, serta sikap saling melindungi antar anggota keluarga. Seperti yang tercermin dalam ketiga keluarga, nilai silih asih terwujud dalam sikap saling menyayangi satu sama lain seperti sang kakak yang selalu menyayangi dan memberikan contoh yang baik kepada sang adik, serta orang tua yang selalu melimpahkan kasih sayang kepada anak-anaknya dengan tulus. Hal ini sejalan dengan fungsi cinta kasih menurut BKKBN yang menyebutkan fungsi cinta kasih dalam keluarga adalah memberikan identitas keluarga serta rasa aman dan kasih sayang kepada seluruh anggota keluarga. Sedangkan nilai silih asah tercermin dalam pandangan keluarga, khusunya orang tua yang selalu menginginkan anaknya mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi dan dapat meraih cita-citanya. Berdasarkan hasil penelitian, ketiga keluarga selalu berusaha untuk menyekolahkan anaknya hingga tingkatan yang paling tinggi, seperti yang diperlihatkan oleh masingmasing keluarga yang minimalnya sang anak lulus tingkat SMA dan meneruskannya baik itu untuk bekerja ataupun kuliah. Dan untuk nilai silih asuh, pada ketiga keluarga ditanamkan sikap saling tolong menolong dan gotong royong, serta saling melindungi antar anggota keluarga. Di dalam upaya pengembangan nilai budaya dibutuhkan sebuah proses pewarisan budaya di dalamnya, pewarisan budaya menurut Muslikhatun (2010, hlm. 2) merupakan proses peralihan nilainilai dan norma-norma yang dilakukan dan diberikan melalui

7 pembelajaran oleh generasi tua ke generasi muda. Hal ini dapat dipahami bahwa suatu budaya haruslah diwariskan dan dilestarikan, khususnya oleh generasi muda sebagai penerus budaya. Pewarisan budaya yang paling baik adalah melalui keluarga. Keluarga merupakan sarana utama di dalam proses pewarisan budaya di masyarakat, karena seseorang sebagai individu yang hidup di masyarakat akan mempelajari budaya melalui lingkup terdekatnya yaitu keluarga, tidak terkecuali seorang anak yang mempelajari budaya Sunda melalui keluarganya. Bussard dan Ball (dalam Sudiharto, 2007, hlm.23) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan Goode (1995, hlm 8) bahwa isi proses pemasyarakatan ialah tradisi kebudayaan dengan meneruskannya pada generasi berikut di mana keluarga berfungsi sebagai saluran penerus yang tetap menghidupkan kebudayaan itu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan proses pewarisan budaya yang terjadi di dalam ketiga keluarga meliputi pewarisan bahasa Sunda, serta perilaku-perilaku yang mencerminkan budaya Sunda. Bahasa Sunda dan perilaku Sunda ini diwariskan keluarga melalui tiga tahapan, yakni proses internalisasi, sosialisasi, dan juga enkulturasi. Seperti yang ditunjukkan masingmasing keluarga dengan menanamkan perilaku-perilaku yang mencerminkan budayanya, yaitu budaya Sunda. Mempelajari budaya Sunda terutama melalui bahasa Sunda akan memudahkan anggota keluarga untuk memahami bahwa dirinya adalah bagian dari budaya Sunda dan dapat membentuk kepribadiannya sesuai dengan identitas orang Sunda. Proses penanaman nilai budaya sejak seorang anak dilahirkan hingga akhir hayat dikategorikan sebagai proses internalisasi nilai budaya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dede Kosasih, seorang dosen budaya Sunda sekaligus pengamat budaya Sunda bahwa pendidikan berbasis keluarga adalah pertama dan utama, karena pendidikan budaya dalam keluarga sangat penting bagi anak-anak. Dalam hal ini juga berlaku untuk penanaman bahasa Sunda dalam keluarga, karena ia juga menambahkan bahwa aspek budaya yang paling terlihat kasat mata adalah bagaimana ia berhujat atau berbahasa. Hal ini menandakan bahwa bukti nyata bahwa seorang individu itu orang Sunda adalah dengan menggunakan bahasa Sunda dalam kesehariannya. Ia juga menambahkan bahwa ketika orang Sunda berbicara dengan bahasa Sunda berarti dia sedang membentuk karakter dan bahasa Sunda itu penuh dengan pendidikan karakter sehingga sangat ditekankan penanaman bahasa Sunda dalam keluarga. Hasil dalam penelitian ini juga memiliki hasil yang tidak jauh berbeda dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hayati (2011)

8 Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 2 dengan judul Model Penanaman Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Genius) Pada Masyarakat Sunda Dalam Membentuk Perilaku Lingkungan Bertanggung Jawab dengan hasil diantaranya : penanaman nilai budaya pada kedua masyarakat adat tersebut diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses belajar budaya (enkulturasi) dan sosialisasi di dalam keluarga; pada masyarakat Kampung Naga, setiap warga memiliki pola pikir, sikap, dan perilaku yang berorientasi pada keselarasan lingkungan, baik lingkungan sosial budaya maupun lingkungan alam; pada masyarakat Baduy, penanaman nilai-nilai pikukuh dilakukan sejak dini terhadap anakanak, di mana orang tua merupakan tokoh dan contoh utama dalam keluarga. Upaya melestarikan dan mengembangkan budaya, khususnya budaya Sunda di tengah globalisasi budaya yang sudah tentu banyak dipengaruhi teknologi dan media massa tentu dibutuhkan upaya yang cukup ekstra dan harus selalu berkesinambungan agar tujuan tersebut dapat tercapai. Model-model yang dapat diterapkan terdiri dari : Model Imitasi (Peniruan), model ini dipandang cocok untuk diterapkan pada anak-anak usia remaja, dimana pada model ini terdapat contoh tokoh yang membudayakan budaya Sunda baik dari orang tua ataupun tokoh yang dapat dijadikan sebagai teladan ; Model Habituasi (Pembiasaan), model ini merupakan model pembiasaan yang dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Model ini sangat cocok untuk diterapkan pada anakanak kecil, baik itu pembiasaan di rumah maupun pembiasaan di lingkungan sekolah yang mayoritas siswanya berasal dari etnis Sunda; dan juga Model Himbauan, model ini dapat diterapkan dalam peraturan maupun undang-undang yang ada di masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung melalui kebijakan Rebo Nyunda yaitu sebuah kebijakan yang menghimbau warga kota Bandung, khususnya pada pegawai negeri dan sekolah untuk menggunakan bahasa Sunda dan atribut Sunda seperti kebaya ataupun iket kepala di setiap hari Rabu. Himbauan-himbauan yang terlahir diharapkan tidak hanya sekedar himbauan yang dapat menguap dengan cepat, maka dari itu penting adanya himbauan yang disertai contoh, pedoman, dan menyeluruh dalam melaksanakan himbauan-himbauan tersebut. Misalnya di dalam menjalankan himbauan Rebo Nyunda, tidak hanya kantor-kantor pemerintahan dan sekolah yang melaksanakan, namun juga dapat dicoba di beberapa pusat perbelanjaan. PENUTUP Nilai-nilai budaya Sunda yang saat ini masih ditanamkan dan dikembangkan pada keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung terdiri atas nilai-nilai keagamaan, nilai kesopanan dan tata krama, nilai-nilai Sunda silih asih silih asah dan silih asuh, nilai-nilai mitos dan pamali,

9 serta nilai tolong-menolong dan gotong royong. Terdapat beberapa model sosiologis yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan nilai budaya Sunda di tengah globalisasi budaya, yaitu : Model Imitasi (Peniruan), Model Habituasi (Pembiasaan), serta Model Himbauan. DAFTAR PUSTAKA BUKU Ekadjati, E. (1993). Kebudayaan Sunda, Suatu Pendekatan Sejarah Jilid 1. Jakarta : Pustaka Jaya. Goode, W. (1995). Sosiologi Keluarga. Jakarta : Bumi Aksara Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada DISERTASI Hendrawan, J. (2013). Transformasi Nilai-nilai Kepemimpinan Sunda melalui Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Studi Fenomenologi pada Sekolah Mengengah Pertama di Lingkungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan). (DISERTASI). Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung INTERNET Muslikhatun. (2010). Antropologi. [Online]. Tersedia : antropologi.blogspot/2010/11/pewar isan -budaya.html

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Budaya Sunda (dalam Ekadjati, 1993, hlm. 8) merupakan budaya yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili di

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beragam kebudayaan daerah yang seiring dengan kemajuan teknologi saat ini akan berpengaruh besar kepada nilai-nilai kebudayaan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etika ramah adalah salah satu budaya yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia, yang identik dengan bertegur sapa dan murah senyum. Sikap ramah yang selama ini ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya. Salah satu contoh kekayaan budaya tersebut adalah beragamnya bahasa daerah yang tersebar di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Setelah penulis memaparkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian, maka skripsi yang penulis beri judul Pewarisan Nilai Adat Pikukuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak ketika dilahirkan di dunia dalam keadaan lemah tanpa pertolongan orang lain, terutama orang tuanya mereka tidak bisa berbuat banyak. Di balik keadaan yang lemah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratifika Dewi Irianto, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratifika Dewi Irianto, 2014 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal keberadaanya, seorang individu akan memiliki sebuah relasi yang mutlak dengan satuan sosialnya. Satuan sosial tersebut adalah keluarga yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu dengan yang lain. Realitanya di zaman sekarang banyak terlihat konflikkonflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu dengan yang lain. Realitanya di zaman sekarang banyak terlihat konflikkonflik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari kelompokkelompok etnis, agama, suku, dan budaya yang berbeda-beda. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,

Lebih terperinci

PERAN PROGRAM REBO NYUNDA TERHADAP PARTISIPASI SISWA DALAM MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL

PERAN PROGRAM REBO NYUNDA TERHADAP PARTISIPASI SISWA DALAM MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang multikultural (memiliki banyak budaya), hal ini tercermin dari semboyan Bhineka Tunggal Ika. Seperti yang dikatakan Wijanarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari aspek demografisnya, karena negara ini merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga adalah tempat pertama bagi anak belajar mengenai segala hal yang ada dalam kehidupan. Orang tua berperan penting dalam perkembangan anak dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter

Lebih terperinci

PERESMIAN LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK (LPKA) DAN LEMBAGA PENEMPATAN ANAK SEMENTARA (LPAS)

PERESMIAN LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK (LPKA) DAN LEMBAGA PENEMPATAN ANAK SEMENTARA (LPAS) SAMBUTAN MENTERI HUKUM DAN HAM DALAM RANGKA PERESMIAN LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK (LPKA) DAN LEMBAGA PENEMPATAN ANAK SEMENTARA (LPAS) Rabu, 5 Agustus 2015 Assalamuallaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Lebih terperinci

PERANAN NILAI BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

PERANAN NILAI BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA PERANAN NILAI BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka budaya dengan lebih dari 700 suku bangsa. Terdapat 74.754 desa yang memiliki hukum/aturan lokal di

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA Mata Kuliah Nama Dosen : Landasan Pendidikan : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag.,M.Pd.H PENDIDIKAN DALAM KELUARGA OLEH PUTU YULIA SHARA DEWI NIM : 15.1.2.5.2.0861 PROGRAM MAGISTER (S2) DHARMA ACARYA PROGRAM

Lebih terperinci

Perubahan Sosial dalam Perkembangan Pariwisata Desa Cibodas Kecamatan Lembang

Perubahan Sosial dalam Perkembangan Pariwisata Desa Cibodas Kecamatan Lembang Perubahan Sosial dalam Perkembangan Pariwisata Desa Cibodas Kecamatan Lembang Hilman Nugraha 1, Dasim Budimansyah 2, Mirna Nur Alia A 3 ¹Mahasiswa Program Magister Pendidikan Sosiologi, Sekolah Pascasarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT NAMA : AZKA FAZA AULIARAHMA NIM : 11.11.5215 KELOMPOK JURUSAN DOSEN : E : S1-TI : Dr. Abidarin Rosidi, M.Ma Tugas Akhir Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai

Lebih terperinci

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Berbagai keragaman di setiap wilayahnya membuat Indonesia disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan satu sama lain dan tidak bisa hidup sendiri, begitu juga dalam kehidupan manusia yang berlainan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun

I. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Jawa adalah salah satu suku di Indonesia yang banyak memiliki keunikan seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun perhubungan-perhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 142 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap temuan penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan studi literatur, maka

Lebih terperinci

Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata

Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata Hanifah Gunawan 1, Karim Suryadi 2, Elly Malihah 3 1 SMA Negeri 2 Cianjur 2 Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi 3 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unsur penentu pertama dan utama keberhasilan pembinaan anak sebagai generasi penerus. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonsia adalah suatu kekayaan yang tak ternilai harganya, oleh karenanya perlu mendapat dukungan serta kepedulian bersama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Religius (religiosity) merupakan ekspresi spiritual seseorang yang berkaitan dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku. Religiusitas diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya, kerap sekali keluarga itu tidak hanya terdiri dari suami istri dan anakanaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan segenap potensi peserta didiknya secara optimal. Potensi ini mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup dalam situasi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup dalam situasi lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup dalam situasi lingkungan sosial. Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Penelitian ini membuktikan bahwa keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kedisiplinan anak dalam melaksanakan norma-norma sekolah, dalam hal ini adalah

Lebih terperinci

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Saudara mahasiswa, kita berjumpa kembali dalam kegiatan Tutorial Online yang ketiga untuk

Lebih terperinci

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) merupakan salah satu pendidikan yang memiliki peran penting didalam upaya pembentukan karakter dan penerapan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN Lingkungan Lingkungan menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan

Lebih terperinci

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK Artikel MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK Oleh : Drs. Mardiya Banyaknya anak yang cenderung nakal, tidak sopan, suka berkata kasar, tidak disiplin, tidak mau bekerjasama dengan teman, malas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL Firdauzia Nur Fatimah, Edy Tri Sulistyo Universitas Sebelas Maret ningfirda15@gmail.com, edytrisulistyo9@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dimana manusia mempunyai perasaan, jiwa, hati dan pikiran masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga Sejahtera dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup dan memiliki hubungan yang sama, selaras dan seimbang antar anggota

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KARAKTER PEDULI SOSIAL PADA PETANI (Studi Kasus Di Desa Tanjungsari Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

IMPLEMENTASI KARAKTER PEDULI SOSIAL PADA PETANI (Studi Kasus Di Desa Tanjungsari Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI KARAKTER PEDULI SOSIAL PADA PETANI (Studi Kasus Di Desa Tanjungsari Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan Tamansiswa, yaitu melaksanakan sepenuhnya ketentuan dari sistem pendidikan nasional dengan tetap mengamalkan

Lebih terperinci

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG Bangsa Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki beraneka ragam suku bangsa dan budaya. Masing-masing budaya memiliki adat-istiadat, kebiasaan, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah banyak pernyataan yang dikemukakan bahwa Indonesia sekarang krisis keteladanan. Krisis keteladanan maksudnya tidak ada lagi tokoh yang pantas menjadi idola,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi

Lebih terperinci

FUNGSI BUDAYA MESOKO DALAM SOLIDARITAS MASYARAKAT TOLAKI (Studi Pada Masyarakat di Desa Kosebo Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan)

FUNGSI BUDAYA MESOKO DALAM SOLIDARITAS MASYARAKAT TOLAKI (Studi Pada Masyarakat di Desa Kosebo Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan) FUNGSI BUDAYA MESOKO DALAM SOLIDARITAS MASYARAKAT TOLAKI (Studi Pada Masyarakat di Desa Kosebo Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan) Oleh: Dewianti, H. Sulsalman Moita, dan Bakri Yusuf Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya transformasi budaya dan nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh generasi terdahulu

Lebih terperinci

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupan dan memenuhi segala kebutuhannya. Seperti yang dikemukakan oleh Soekanto (2007, hlm.23) Manusia senantiasa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis profil keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat memiliki keragaman adat dan budaya, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mempunyai wadah berkumpulnya tokoh-tokoh seniman dan budayawan. Garut adalah

Lebih terperinci

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA

PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA BAB II PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA 2.1 Keluarga Sejahtera Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI 189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan dimana kesemuanya itu merupakan anugrah dari Tuhan yang maha

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan BAB V PENUTUP Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan keluarga di Jemaat GPIB Immanuel Semarang, maka penulis membuat suatu kesimpulan berdasarkan pembahasan-pembahasan

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hidup manusia berkembang dari mulai masa konsepsi, bayi, balita, anak-anak, remaja hingga menjadi dewasa. Masa anak-anak merupakan saat yang terbaik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gambaran situasi masyarakat dan dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu ditanamkan

Lebih terperinci

2015 INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

2015 INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan yang dihadapi masyarakat semakin kompleks dalam tatanan kehidupan yang semakin global. Sekat-sekat budaya, Ideologi, dan letak geografis tidak lagi

Lebih terperinci

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu bersifat abstrak yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dengan gagasan atau sistem ide yang di dalamnya terdapat sebuah pikiran manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan

Lebih terperinci

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL Setelah diperoleh data yang dibutuhkan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa semua data untuk menjawab pertanyaan yang

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG 77 BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

RETNONINGSIH SUHARNO, S.Pd

RETNONINGSIH SUHARNO, S.Pd RETNONINGSIH SUHARNO, S.Pd BIODA TA My name is Achmad Sopian, S.Pd. I Was born in Jakarta, 30 Juni 1982 I live in Kebonjeruk Jakarta Barat I Work for Pusdiklat Kependudukan dan KB BKKBN Pusat Telp. 081281665572

Lebih terperinci

\Pengertian Lembaga Keluarga

\Pengertian Lembaga Keluarga \Pengertian Lembaga Keluarga Lembaga keluarga merupakan unit sosial yang terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. Dalam sebuah keluarga, diatur hubungan antar anggota keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Indonesia merupakan masyarakat yang plural dan multikultural.

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin PERNYATAAN Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin Topik Makalah/Tulisan RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21 Tanggal Penyerahan Makalah : 25 Juni

Lebih terperinci

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017 Drs. Suprijatna 1. Pendidikan harus merupakan aset atau modal kekuatan yang bisa menumbuhkan peradaban bangsa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana pengembangan potensi diri dalam meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma budaya masyarakat, baik secara horisontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Cerita Rakyat Cerita rakyat merupakan bagian folklore, yang dimaksud adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak (baik yang dilahirkan ataupun diadopsi). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan di Indonesia bertujuan membentuk manusia yang berkualitas bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter individu, dan hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi persoalan karakter menjadi sorotan tajam masyarakat dalam sistem pendidikan. Persoalan yang muncul seperti kekerasan dan kurusuhan, kejahatan

Lebih terperinci