ARTIKEL. Judul. Oleh : Ni Nengah Sariasih, Nim JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARTIKEL. Judul. Oleh : Ni Nengah Sariasih, Nim JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL"

Transkripsi

1 ARTIKEL Judul TRADISI MAKANDAL DALAM UPACARA PERNIKAHAN DI DESA PAKRAMAN SONGAN,KINTAMANI,BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA Oleh : Ni Nengah Sariasih, Nim JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2016

2 TRADISI MAKANDAL DALAM UPACARA PERNIKAHAN DI DESA PAKRAMAN SONGAN,KINTAMANI,BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA Oleh: Ni Nengah Sariasih*, Prof Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA.**, Dr Tuty Maryati, M.Pd.*** Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) Mendeskripsikan latar belakang Tradisi Makandal tetap dipertahankan. (2) Mendeskripsikan tata cara pelaksanaan Tradisi Makandal. (3) Mendeskripsikan nilainilai dari Tradisi Makandal yang dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap; (1) teknik penentuan lokasi penelitian penelitian ini dilakukan di Desa Pakraman Songan, Kintamani, (2) pendekatan penelitian ini mengunakan metode deskriftp kualitatif, (3) teknik penentuan informan, (4) teknik pengumpulan data ini menggunakan tehnik wawancara,observasi dan studi dokumen, (5) teknik validitas atau teknik keabsahan data menggunakan tri angulasi data. Hasil penelitian menunjukan bahwa, pemertahanan Tradisi Makandal di latar belakangi karena adanya suatu kepercayaan dan keyakinan yang telah mengakar di masyarakat, di samping adanya alasan membersihkan pengantin dari cuntaka,melegitimasi keanggotaan pada desa pakraman,mengumumkan peresmian pasangana pengantin, mempertunjukan status ekonomi social, memperkuat solidaritas keluarga laki-laki dan perempuan, memperkuat posisi kubayan, memperkuat posisi pemangku,memperkuat struktur desa adat dan desa dinas, memperkuat tradisi agama hindu. Tata cara pelaksanaan tradisi Makandal diantaranya: persiapan dan pelaksanaan upacara (tempat, waktu, perlengkapan, pemimpin dan peserta upacara). Nilai-nilai yang terdapat pada tradisi Makandal diantaranya: nilai religious, nilai ekonomi, nilai estetis, nilai social dan nilai politik dan nilai teoritis. Kata Kunci: Tradisi, Makandal, nilai tradisi.

3 Abstract This research aims (1) to describe the background of Makandal Tradition that still retained. (2) to describing the procedures of Makandal tradition. (3) to describing the values of Makandal Tradition that used as a source of history teaching in high school. This study used a qualitative method by stages; (1) location determination techniques of research, (2) the research approach, (3) determination techniques informant, (4) techniques of data collection, (5) the validity of the technique or techniques data authenticity. The results of this researched showing that, the background retention of Makandal Tradition in backs because of the people s credibility and confidence that had been taken root in their community, besides the reason to the grounds bathe the brides from cuntaka, legitimizing the members in Pakraman, announced the inauguration of couple bride, point out their economic status, social, strengthening the solidarity between man and woman s family, strengthening the position of kubayan, strengthening the position of stakeholders, strengthening the structure of the traditional village and village offices, strengthening the Hindu s tradition. The procedure for Makandal s execution traditions include: the preparation and execution of the ceremony (place, time, equipment, leaders and participants of the ceremony).the contained of values in Makandal tradition: religion values, economic values, aesthetic values, social values and political values. Keywords: Tradition, Makandal, the values of tradition. Penulis **Pembimbing I ***Pembimbing I

4 PENDAHULUAN Masyarakat/suku Bali merupakan salah satu dari beraneka ragam suku bangsa yang ada di kepulauan Nusantara, dimana suku ini terikat kepada sistem social budayanya. Suku Bali pada umumnya mayoritas beragama Hindu dan memiliki adat istiadat yang berbeda-beda pula (Widja, 1993:92) Tradisi merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang yang masih tetap dipertahankan. Tradisi-tradisi dalam budaya Bali yang diwarisi dewasa ini, berpangkal pada budaya asli Indonesia khusunya Bali. (Dharmayuda Suasthawa : 2007,11). Salah satunya dalam upacara perkawinan. Berdasarkan undangundang Republik Indonesia nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Berdasarkan pasal 1: (1). Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agama dan kepercayaannya. (2) tiap-tiap 1 perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam perkawinan adat Bali ada dua tujuan hidup yang harus bisa diselesaikan dengan tuntas yaitu mewujudkan artha dan kama yang berdasarkan dharma. Namun berbeda halnya dengan Tradisi Makandal di dalam upacara pernikahan yang berada di Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Bangli. Perkawinan dianggap sah secara adat (menjadi pengayah Desa dan masuk ke pura Desa ) apabila sudah melangsungkan tradisi tersebut. Keunikan lain dari Tradisi Mekandal adalah mempelai pria dan wanita diiringi oleh kedua keluarga belah pihak dengan berbagai jenis banten, dan mempelai pria dan wanita menggunakan pakaian adat Bali (busana agung). Selain itu keunikan lain dari tradisi ini adalah banten sampian mebaung harus dibawa oleh truna (dari keluarga mempelai). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan tradisi Makandal ini adalah dengan memasukan tradisi Makandal

5 sebagai sumber pembelajaran sejarah di sekolah khususnya sumber pembelajaran sejarah di SMA yaitu SMAN 1 Kintamani. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran sejarah di SMA masih belum mengenalkan materi tentang tradisi- tradisi lokal dalam materi pembelajaran. Yang mana dalam buku sejarah SMA kelas X (Sejarah Kajian Kehidupan Masyarakat) dalam kajian materinya masih belum menyelipkan tentang tradisi lokal dalam isi materinya yang dapat memberikan kontribusi terhadap pembelajaran sejarah). Hal ini didukung pada silabus mata pelajaran sejarah di SMA kelas X yakni KD : Mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa Praaksara dan aksara. Materi pokok yang dapat dikaitkan terhadap tradisi Makandal yaitu tradisi masyarakat masa pra sejarah (silabus mata pelajaran sejarah di SMA kelas X, kurikulum KTSP). Sejalan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis masalah tentang tradisi yang mengakar di masyarakat Desa Songam yang bernama tradisi 2 Makandal kedalam pembelajaran sejarah. Berdasar pada latar belakang permasalahan terdapat tiga permasalahan yang dikaji pada penelitian ini diantaranya yaitu: 1) Mengapa Desa Pakraman Songan Melaksanakan Tradisi Makandal?. 2) Bagaimana tata cara ritual Tradisi Makandal di lidesa Songan,Kintamani,Bangli?. 3) Nilai-nilai apakah yang terdapat dalam Tradisi Makandal yang bisa dimanfaatkan pada sumber pembelajaran Sejarah di SMA?. Teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini adalah 1) pemertahanan tradisi yang terdiri dari pengertian tradisi, latar belakang munculnya tradisi. 2) sistem ritual yang terdiri dari sistem keyakinan, sistem ritual/upacara, peralatan ritual, tempat dan waktu upacara, dan peserta upacara.3) Sejarah lokal 4) sumber belajar sejarah, yaitu dengan menjadikan tradisi Makandal sebagai pengayaan materi dalam pembelajaran sejarah. Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan latar belakang tradisi Makandal di Desa Pakraman Songan. 2)

6 Mendeskripsikan tata cara Ritual Tradisi Maknadal di Desa Pakraman Songan. 3) Mendeskripsikan nilai-nilai dari Tradisi Makandal yang dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran Sejarah. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif yaitu menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Agar lebih mudah dalam mengkaji permasalahan yang diteliti, penelitian ini menggunakan beberapa metode yang meliputi : Lokasi Penelitian,penelitian ini dilakukan di Desa Pakraman Songan, kintamani Pendekatan Penelitian ini mengunakan metode deskriftp kualitatif, teknik Penentuan informan dalam penelitian ini dipilih secara porposive sampling atau sampel bertujuan. Informan merupakan penduduk asli desa Songan yang mengetahui tentang tradisi Makandal yang dilaksanakan di desa Songan,Kintamani,Bangli. Prosedur pengambilan sampel secara purposive kemudian 3 dikembangkan melalui teknik snowball. Data dalam penyusunan proses penelitian ini diperoleh melalui data skunder dan data primer. Data skunder diperoleh dari buku-buku, arsip/dokumen, sumber-sumber. Data primer diperoleh melalui observasi wilayah dan diisi wawancara. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengumpulan data dengan wawancara dan observasi yang dilaksanakan berkaitan dengan tradisi Makandal di Desa Pakraman Songan diantaranya, yaitu: 1. Latar Belakang Pemertahanan Tradisi Makandal 1) Adanya sistem keyakinan Pemertahanan tradisi Makandal dilakukan oleh masyarakat Desa Pakraman Songan karena diyakini bahwa tradisi bagi suatu daerah pada dasarnya harus tetap dijunjung tinggi pelaksanaannya. Pemertahan tradisi disuatu tempat akan memberikan warna bagi corak kehidupan masyarakat, yang tentunya akan membedakan dengan desa maupun daerah lain.

7 Dalam mempertahankan tradisi Makandal di Desa Pakraman Songan kuat dipengaruhi oleh beberapa alasan atau faktor-faktor, yaitu adanya sistem keyakinan, membersihkan pengantin dari cuntaka,melegitimasi keanggotaan pada desa pakraman,mengumumkan peresmian pasangana pengantin, mempertunjukan status ekonomi social, memperkuat solidaritas keluarga laki-laki dan perempuan, memperkuat posisi kubayan, memperkuat posisi pemangku,memperkuat struktur desa adat dan desa dinas, memperkuat tradisi agama hindu. 2) Membersihkan Pengantin dari Keletehan/Cuntaka Tradisi Makandal merupakan suatu upacara yang dilaksanakan secara turuntemurun oleh krama Desa Pakraman Songan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Desa Songan Tradisi Makandal berasal dari akar kata kandal (kumel) yang artinya kotor. Kemudian mendapat awalan me sehingga menjadi Makandal yang artinya ngaturang pekumel atau upacara penyucian diri. Tradisi Makandal ini mengandung suatu tujuan yaitu agar pasangan suami istri dapat disucikan secara lahir dan bathin sehingga bias melakukan persembahyangan ke pura Desa. 3) Melegitimasi Keanggotaan Pada Desa Pakraman Perkawinan merupakan sesuatu yang sangat sakral dan merupakan suatu pranata sosial yang keramat karena terbentuk Grhasta Asrama yaitu tempat untuk melaksanakan Dharma dan mengusahakan Artha serta kama. Sebagai akibat dari ketentuan pasal 2 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 yang menegaskan bahwa suatu perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing adat dan agamanya (Pudja,1975:18). Begitu pula dengan tradisi Makandal, pernikahan dianggap sah secara adat jika sudah melaksanakan tradisi ini. 4) Mengumumkan Peresmian Pasangan Pengantin 4

8 Pengumuman adalah pesan atau informasi yang disampaikan kepada umum. Dalam upacara Makandal pengumuman ini diperlihatkan ketika pelaksanaannya dilangsungkan. 5) Mempertunjukan Status Ekonomi Sosial Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat `yang ditentukan oleh jenis aktifitas ekonomi, pendidikan serta pendapatan. Begitu pula dalam halnya tradisi Makandal diperlihatkan dalam prosesi pelaksanaanya terdapat berbagai perbedaan yang mencerminkan perbedaan status sosial diantara masyarakat. Contonhya seperti makanan, banten dan busana. 6) Memperkuat Solidaritas Keluarga Laki-Laki dan Perempuan Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Keluarga didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara lakilaki dan perempuan, serta pemelihara kebudayaan bersama. Demikian halnya dengan upacara Makandal dengan adanya upacara ini akan mengakar didalam masyarakat itu sendiri dalam menjaga dan melestarikan upacara Makandal ini dan menjadi salah satu cara untuk menjaga solidaritas sosial dalam berkeluarga sehingga bisa bekerja sama untuk melaksanakan upacara Mekandal. 7) Memperkuat Posisi Kubayan Upacara Makandal di desa lain sering disebut Upacara Maperagat. Upakara ini dilangsungkan di Bale Agung yang dipuput oleh Prajuru Adat bersamasama dengan Prajuru Dinas yaitu Jro Kubayan yang didampingi oleh Jro Keraman dan Prajuru Adat lainnya termasuk Perbekel (Kepala Desa) dari desa dinas. Kubayan yang ada didesa Songan di desa lain disebut Bendesa adat. Kubayan yang ada di Desa songan 5

9 tugasnya adalah mengatur segala jenis kegiatan yang ada di desa adat, dan wajib diundang oleh orang-orang yang memiliki setiap upacara agama. 8) Memperkuat Posisi Pemangku Tingkat upacara Manusa Yajña, Pitra Yajña dan Bhuta Yajña selain para pemimpin adat di atas juga dipimpin oleh Jro-jro yang sesuai dengan fungsinya masingmasing. Dalam pelaksanaan tradisi Makandal upacara byasanya dipinpin dari awal sampai akhir dipinpin oleh Jro Mangku, dengan hal ini maka pemangku yang ada di Desa Songan tetap berfungsi dalam upacara keagamaan termasuk pernikahan. 9) Memperkuat Struktur Desa Pakraman dan Desa Dinas Desa Adat Songan berada di 2 (dua) wilayah Desa Dinas yaitu Perbekelan Songan A dan Perbekelan Songan B. Namun peran Perbekel di Desa Songan masih sangat erat hubungannya dengan Desa Adat Pakraman baik dalam fungsi sosialnya maupun 6 dalam fungsi religiusnya antara Prajuru adat dengan Prajuru Dinas masih duduk bersama dalam melakukan tugasnya baik yang ada hubungannya dengan Ketuhanan, kemasyarakatan maupun yang ada hubungannya dengan pelemahan Desa. Upacara Makandal ini upacara yang mesti harus dilakukan oleh masyarakat Songan yang telah melangsungkan perkawinan, dengan hal ini maka struktur desa Pakraman dngan Desa dinas dapat diperkuat. 10 ) Memperkuat Tradisi Agama Hindu Agama adalah kepercayaan hidup pada ajaran-ajaran suci yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi yang kekal abadi (Mudjahid, 1994: 1) Tradisi adalah kebiasan nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat saat ini. Tradisi Agama Hindu banyak dijumpai di Indonesia khusunya di Bali. Salah satu tradisi agama Hindu yang masih dipertahankan sampai sekarang adalah Makandal. Tradisi Makandal masih tetap eksis dan bahkan diikuti oleh kalangan generasi muda. Hal ini menunjukan betapa mereka

10 memiliki rasa cinta yang tinggi terhadap tradisi lokal karena mau menghargai kebudayaan sendiri dengan ikut berpartisipasi. 2.Pelaksanaan Upacara 1 )Peserta Upacara Pada setiap pelaksanaan upacara keagamaan yang dilaksanakan oleh umat Hindu ada tiga kelompok yang harus dilibatkan yang disebut dengan Tri manggalaning Yadnya yaitu 1) Sang Sadaka, yaitu pendeta yang akan memimpin secara ritual suatu upacara keagamaan, 2) Sang Widya, yaitu tukang banten yang akan membuat dan mengatur upakara atau sesaji. 3) Sang Yajamana, yaitu umat yang menyelenggarakan upacara keagamaan itu (Wiana, 1996 :13). 2). Tempat Upacara Dalam hal ini upacara Makandal adalah suatu upacara yang ada di Desa Pakraman Songan, upacara ini dilaksanakan di Pura Desa karena hal ini dipercaya oleh masyarakat Desa Pakraman Songan bahwa di pura Desa merupakan salah satu pura Kahyangan Tiga (dewa Brahma) sebagai pencipta, selain itu para leluhur desa Songan percaya bahwa di desa Songan bersemayam Bhatara Setimaan.. 3 )Waktu Upacara Upacara Makandal ini dilaksanakan berdasarkan hari baik / Dewasa Ayu yang dipilih krama desa yang akan melaksanakan upacara Mekandal tersebut, yang dilaksanakan dari pagi sampai sore hal ini disesuaikan dengan adat setempat atau desa kala patra. Pelaksanaan upacara Makandal masih tetap dilaksanakan karena masyarakat Desa Pakraman Songan percaya akan mitos yang ada. Menurut penuturan masyarakat jika upacara ini tidak dilaksanakan akan membawa masalah bagi keluarga yang belum melaksanakan tradisi Makandal tersebut. 4). Alat- Alat Upacara/Ritual Pelaksanakan suatu ritual, juga memerlukan alat dan sarana yang sesuai dengan jenis upacara keagamaan yang dilakukan. Adapun peralatan/banten yang 7

11 digunakan dalam tradisi Makandal adalah Banten pangresikan yang terdiri dari prayascita, dur manggala,lis, panglukatan, toya anyar, Banten pinunasan, Kuskus pangantin 2 (dua pasang) warna hitam (purusa) dan putih (pradana) dan 90 kuskus biasa, Pejati penigasanaan Salaran, pajegan dan banten pejati piuning di jaba sisi. 5). Prosesi upacara 1. Membawa Banten Dengan Iring- Iringan Ke Pura Desa Semua anggota keluarga dari mempelai laki-laki dan perempuan membantu membawa banten ke pura desa. Dan banten khusus yang harus dibawa oleh teruna adalah kuskus pengantin, hal ini bertujuan supaya sang bujang cepat menyusul ke pelaminan. Pengantin berada dibelakang iring-iringan banten dengan busana agung Bali yang terlihat sangat bagus. Banten ini biasanya dibawa dengan berjalan kak ke pura desa, masyarakatpun antusias menonton tradisi ini, dengan hal ini secara tidak sengaja masyarakat menjadi tau bahwa ada 8 pasangan oengantin yang sedang melaksanakan ritual makandal. 2. Upacara Pejati Piuning di jaba Sisi Upacara pejati piuning dilakasanakan di Jaba Sisi dengan dipimpin oleh seorang pemangku yang nantinya akan memuput upacara MakandalTujuan dari upacara Pejati piuning adalah sebagai alat pemberitahuan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa. Adapun urutan pengahuturan pejati piuning ini adalah sebagai berikut: Pemangku menghaturkan sarana upakara pejati piuning, Nunas tirta wangsuhpada ida bhatara, Memakan buah sirih dan pinang yang dibelah menjadi duadan diberikan kepada mempelai laki-laki dan perempuan, Persembahyangan kramaning sembah. Secara keseluruhan banten ini memiliki fungsi sebagai pemberitahuan. Gambar 01 : Upacara Pejati Piunung

12 Sebelum masuk kejeroan pengantin laki-laki dan perempuan menginjakan kakinya masingmasing sebanyak tiga kali, karena angka tiga diaanggap sacral. Pengantin masuk melalui pintu kiri di pura desa (ngeranjing ) dan keluar di pintu kanan (medal ). Tujuanya adalah diharapkan kedua mempelai betul-betul memang sudah siap untuk menanggung segala kewajiban yang akan dibebankan sebagai anggota masyarakat desa yang baru. 3. Upacara Ngaturang Bakti Pekumel di Jeroan Upacara selanjutnya yaitu ngaturang bakti pekumel di jeroan. Setelah pengantin berada di jeroan dan disaksikan oleh kepala desa, kubayan, pemangku serta keluarga dari kedua mempelai, maka upacara akan dilaksanakan. Adapun proses jalannya upacara bakti pekumel adalah sebagai berikut : pemangku membuat tirta pangresikan setelah itu kedua mempelai diberikan tirta pangresikanpemangku menghaturkankan sarana upakara bakti pekumel dengan puja pangastawanya, Melaksanakan tradisi mekumel, Pemangku melaksanakan puja panyineban Gambar 02: Upacara bakti pekumel di jeroan 4. Pemutus/Penutup Upacara puncak atau pemuputnya yaitu mepelai wanita dan laki-laki melakukan persembahyang berdua tanpa pemangku, hal ini dimaksudkan pengantin yang sudah melaksanakn upacara makandal ini sudah suci dan boleh bersembahyang ke pura desa. Banten-banten yang lainnya Setelah upacara Makandal selesai akan diberikan kepada krama yang membantu dalam kegiatan ini (Ngejot) dalam istilah Bali. 9

13 Gambar 03 : mempelai laki laki dan wanita bersembahyang Adapun hal-hal lain yang harus dilakukan oleh pengantin setelah upacara keagamaanya selesai adalah sbb :Mendapatarkan diri pada penyarikan (sekertaris desa adat), Menghaturkan bakti penigasanaan disertai uang 50 ribu rupiah. Rangkain upacara ini sudh dilaksanakan, maka kubayan akan mengumumkan kepada karma bahwa pengantin ini telah sah sebagai anggota desa adat, dan waib mengemban tugas-tugas yang akan dilimpahkan. 3.Nilai-Nilai dan Pemanfaatan Sebagai Sumber Belajar Sejarah 1) Nilai-Nilai dalam Upacara Makandal (1) Nilai Religius Upacara sacral Makandal merupakan suatu upacara manusa yajnya untuk melakukan wujud bakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan meminta perlindungan dari-nya. Jadi dapat di ketahi bahwa tradisi Makandal memiliki nilai religius dalam pelaksanaannya dan merupakan bagian utama dari nilai pendidikan. (2) Nilai Ekonomi Tradisi Makandal ini sangat menguntungkan bagi para pelaku ekonomi salon,penjual banten dan makanan, pemenuhan kesxehatan. Ekonomi adalah salah satu factor pemertahanan tradisi Maknadldi Desa Pakraman Songan. (3) Nilai Estetis Nilai estetis terdapat dalam tradisi Makandal, seperti dalam hal seni kidung, tata rias gong, maupun dalam membuat banten. (4) Nilai Sosial Dalam pelaksanaan tradisi Makandal di Desa Pakraman Songan, tentu tidak terlepas dari ajaran Agama Hindu, yaitu konsep Tri Hita Karana. Dalam ajaran Agama Hindu, yaitu Tri Hita Karana ditekankan untuk menjaga harmonisasi antara manusia dengan sang penciptanya, 10

14 manusia dengan sesame manusia serta manusia dengan alam. (5) Nilai Politik Tradisi Makandal terkandung nilai politik,dimana dalam pelaksanaan upacara ini melibatkan pemimpin desa adat dan desa dinas. Dalam peranan prajuru desa dalam upacara ini sangatlah penting,karena prajuru desa adat dan desa dinas sebagai saksi dalam upakara ini. Secara tidak langsung peran dari prajuru desa dalam upacara ini akan memperkuat posisi mereka masingmasing. (6) Nilai Teoritis Dalam tradisi Makandal adapun nilai teoritis yang dimiliki adalah bagaimana latar belakang terjadinya tradisi Makandal, tata urutan pelaksanaan tradisi Makandal mengetahui nilai religious, nilai ekonomi, nilai estetika dan nilai politik yang terdapat dalam tradisi Makandal, untuk itu diharapkan kedepanya bagi generasi muda agar tradisi ini mampu dipelajari dan dpertahankan 2) Pemanfaatan Sebagai Sumber Belajar Sejarah Pemanfaatan tradisi Makandal sebagai sumber belajar khususnya dalam pembelajaran sejarah di SMA dapat dilaksanakan dengan penyesuaian kompetensi dasar mata pelajaran sejarah SMA. Tradisi Makandal tersebut digunakan sebagai pengayaan materi ajar demi mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran. Penyisipan Makandal sebagai pengayaan materi dapat dilaksanakan melalui pengembangan RPP yang disesuaikan dengan KD di silabus pada materi dan pokok bahasan yang sesuai. SIMPULAN DAN SARAN Berdasakan hasil temuan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1) Pelaksanaan Tradisi Makandal yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pakraman Songan berpedoman pada loka dresta yaitu tradisi yang sudah diterima secara turun temurun oleh masyarakat Desa Pakraman Songan. Tradisi ini sampai 11

15 sekarang masih dipertahan. Tradisi Makandal masih bertahan sampai sekarang karena adanya kepercayaan dari para masyarakat jika tidak dilaksanaka akan terjadi suatu bencana yang melanda desa. Selain itu, ada faktor lain yang turut mempengaruhi keberlangsungan tradisi Makandal antara lain adanya sistem keyakinan, membersihkan pengantin dari cuntaka,melegitimasi keanggotaan pada desa pakraman,mengumumkan peresmian pasangana pengantin, mempertunjukan status ekonomi social, memperkuat solidaritas keluarga laki-laki dan perempuan, memperkuat posisi kubayan, memperkuat posisi pemangku,memperkuat struktur desa adat dan desa dinas, memperkuat tradisi agama hindu. 2) Tradisi Makandal memiliki beberapa tata upacara sebagaimana layaknya upacara lainnya. Tahap pelaksanaan upacara Makandal yaitu: (1) Tahap Persiapan; (2) ngaturang pejati piuning di jaba sisi (3) ngaturang bakti pekumel di jeroan dan penutup. 3) Tradisi Makandal merupakan salah satu budaya lokal 12 yang memiliki nilai-nilai dan dapat di implementasikan ke dalam pembelajaran sejarah. Adapun nilai-nilai dalam Tradisi Makandal di Desa Pakraman Songan yang dapat diimplementasikan ke dalam pelajaran Sejarah di antaranya : nilai religious, teoritis, estetis, sosial dan nilai politik. Sebagai bagian akhir dari tulisan ini, penulis memberikan saran dan masukan kepada Masyarakat Desa Pakraman Songan, siswa dan guru, masyarakat umum, dan pemerintah. Masyarakat Desa Pakraman Darmasaba, hendaknya pelaksanaan Tradisi Makandal tetap dipertahankan sebagai suatu warisan budaya yang juga memiliki nilai-nilai karakter yang dapat dijadikan sumber berpijak dan bertindak yang positif. Siswa dan guru, agar tradisi Ngerebeg diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber belajar di luar sekolah sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa khususnya berkaitan dengan sejarah kebudayaan dan pendidikan karakter dapat ditingkatkan, dan khusus untuk guru agar dapat memanfaatkan sarana teknologi

16 yang ada, guna mewujudkan strategi pembelajaran inovatif. Masyarakat umum, diharapkan dapat memfungsikan Tradisi Makandal sebagai sumber belajar umum secara positif dan mampu melestarikan hasil budaya leluhur. Pemerintah yang terkait, diharapkan ikut serta menjaga eksistensi Tradisi Makandal melaui kebijakan-kebijakan yang bisa menjaga dan mempertahankan Tradisi Makandal karena merupakan bagian dari warisan leluhur yang perlu UCAPAN TERIMAKASIH Terselesaikannya artikel ini tidak terlepas dari kontribusi dan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingannya dalam menyusun artikel ini. Untuk itu dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Beliau: (1) bapak Prof Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA selaku dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta dukungan moril kepada penulis dalam dari perencanaan, pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artiel ini; (2) Ibuk Dr. Tuty Maryati,M.Pd selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan serta dukungan moril dan materiil kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artikel ini; (3) Dr. I Wayan Mudana, M.Si selaku Penguji & Pembimbing III dalam penelitian ini yang telah banyak memberikan masukan dan saran yang membangun kepada penulis selama pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artikel ini. Serta kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Hanya ucapan terimakasih dan doa yang bisa penulis ucapkan, semoga semua amal kebaikan dan pengorbanan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 13

17 DAFTAR PUSTAKA Dharmayuda, I Made Suasthawwa.2002.Pe ranan Desa Pakraman dakam Menyelesaikan Kasus Adat. Denpasar : Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Bali Pudja. Gde Pengantar Tentang Perkawinan Menutut Hukum Hindu. Jakarta : Mayasar Wiana, K Memelihara Tradisi Weda. Denpasar: BP Widja. I Gede Pelestariann Budaya.Denpasar : Makna dan Implikasinya dalam Proses Regenerasi. Denpasar : PT Upada Sastra. 14

TRADISI NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN TEGAL DARMASABA BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA KE DALAM KURIKULUM 2013 Oleh:

TRADISI NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN TEGAL DARMASABA BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA KE DALAM KURIKULUM 2013 Oleh: TRADISI NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN TEGAL DARMASABA BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA KE DALAM KURIKULUM 2013 Oleh: Ida Ayu Putu Ratna Dewi*, Prof. Dr. Bawa Atmadja. M.A**, Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan dapat merubah status kehidupan manusia dari belum dewasa menjadi dewasa atau anak muda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki beragam adat dan budaya daerah yang masih terjaga kelestariannya. Bali adalah salah satu provinsi yang kental adat dan budayanya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan dan tumbuh kembangnya sangat diperhatikan. Tak heran banyak sekali orang yang menunggu-nunggu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68 PERKAWINAN GAMYA GAMANA ANTARA MASYARAKAT TIONG HOA DENGAN MASYARAKAT BATUR DI SESA BATUR KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Kajian Aksiologi) Oleh Ni Luh Ginanti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul IDENTIFIKASI PENGARUH HINDU MAJAPAHIT DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

ARTIKEL. Judul IDENTIFIKASI PENGARUH HINDU MAJAPAHIT DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA ARTIKEL Judul IDENTIFIKASI PENGARUH HINDU MAJAPAHIT DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA Oleh : I Gede Arcana, Nim 1214021017 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

ARTIKEL Judul TRADISI NGREKES DI DESA PAKRAMAN

ARTIKEL Judul TRADISI NGREKES DI DESA PAKRAMAN ARTIKEL Judul TRADISI NGREKES DI DESA PAKRAMAN MUNTIGUNUNG, KUBU, KARANGASEM BALI (LATAR BELAKANG, SISTEM RITUAL DAN POTENSI NILAI-NILAINYA SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan 82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab IV telah dibahas mengenai jenis dan fungsi tindak tutur yang digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan dan pembahasan penelitian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasta merupakan suatu sistem pembagian atau pengelompokan masyarakat berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang tersebut bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) : SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA.

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA. ARTIKEL Judul Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA Oleh Desak Made Suprayanti 1014021014 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk adat istiadat dan tradisi ini meliputi upacara perkawinan, upacara

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk adat istiadat dan tradisi ini meliputi upacara perkawinan, upacara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Bali memiliki bentuk-bentuk kebudayaan yang cukup beraneka ragam, kebiasaan masyarakat daerah tertentu yang unik, yang kesemuanya itu memiliki daya tarik tersendiri

Lebih terperinci

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Gede Ari Duarsa Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:

Lebih terperinci

ABSTRACT The Position Switch Religion of Krama Villager who Staying In the Village area at Katung Village Territory, Kintamani, Bangli

ABSTRACT The Position Switch Religion of Krama Villager who Staying In the Village area at Katung Village Territory, Kintamani, Bangli ABSTRACT The Position Switch Religion of Krama Villager who Staying In the Village area at Katung Village Territory, Kintamani, Bangli Pakraman village is a traditional law community unit which has a whole

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa, budaya, dan golongan atas dasar

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS oleh I Wayan Sudiana, (NIM 0814021029), (Email : Sudiana_ IWayan@yahoo.com) Desak Made Oka

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

ISSN DILEMA HUKUM PENYERTIFIKATAN TANAH AYAHAN DESA DI BALI (Studi Kasus Konflik Adat Tanah Ayahan Desa di Desa Adat Panglipuran)

ISSN DILEMA HUKUM PENYERTIFIKATAN TANAH AYAHAN DESA DI BALI (Studi Kasus Konflik Adat Tanah Ayahan Desa di Desa Adat Panglipuran) ISSN 1829-5282 205 DILEMA HUKUM PENYERTIFIKATAN TANAH AYAHAN DESA DI BALI (Studi Kasus Konflik Adat Tanah Ayahan Desa di Desa Adat Panglipuran) Oleh : Ratna Artha Windari Staf Pengajar pada Jurusan PPKn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89 UPACARA MAPAG TOYA DI PURA BEDUGUL DESA PAKRAMAN NYANGLAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu) Oleh I Nyoman Hari Mukti Dananjaya, I Pt. Sudharma, I Md. Adi Surya Pradnya Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan totalitas latar belakang dari sistem nilai, lembaga dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu merupakan

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG

Lebih terperinci

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN Abstract Oleh Dewa Made Pancadana A.A. Gede Oka Parwata Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email

Lebih terperinci

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG Oleh Ni Komang Dewi Pradani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak,

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak, remaja, dewasa, dan tua. Masa dewasa inilah manusia menetapkan keputusan besar dalam hidupnya

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan pustaka 1.1 Konsep Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sosial-Budaya Secara umum, sebab terjadinya suatu perubahan dalam masyarakat adalah karena adanya sesuatu yang dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sebuah ciri dari masyarakat di suatu daerah. Contoh nyata dari kebudayaan di masyarakat adalah adanya berbagai macam pakaian adat, tradisi,

Lebih terperinci

TRADISI PENGUBURAN ARI-ARI PADA MASYARAKAT BALI AGA DI DESA PEKRAMAN

TRADISI PENGUBURAN ARI-ARI PADA MASYARAKAT BALI AGA DI DESA PEKRAMAN ARTIKEL Judul PEMERTAHANAN TRADISI PENGUBURAN ARI-ARI PADA MASYARAKAT BALI AGA DI DESA PEKRAMAN BAYUNG GEDE, KINTAMANI, BANGLI (STUDI TENTANG REPRESENTASI NILAI KEAGAMAAN PADA RITUAL DALAM MASYARAKAT PRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa penting, yaitu lahir, menikah dan meninggal dunia yang kemudian akan menimbulkan akibat hukum tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang 115 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. B. Kesimpulan Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur kepada masyarakat kampung adat cireundeu. Kesenian Angklung

Lebih terperinci

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI Oleh : DEWA AYU EKA PUTRI 1101605007 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dari negara

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dari negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara samudera pasifik dan

Lebih terperinci

UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Wayan Kartini Pratiwi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar iwickpratiwi@gmail.com

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk berinteraksi satu sama lain antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Dimana dalam berinteraksi

Lebih terperinci

PROSESI PERCERAIAN MELALUI TRADISI MESAMSAM DI DESA ADAT MENYALI KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG ARTIKEL. Oleh Ni Komang Mira Dewi NIM

PROSESI PERCERAIAN MELALUI TRADISI MESAMSAM DI DESA ADAT MENYALI KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG ARTIKEL. Oleh Ni Komang Mira Dewi NIM PROSESI PERCERAIAN MELALUI TRADISI MESAMSAM DI DESA ADAT MENYALI KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG ARTIKEL Oleh Ni Komang Mira Dewi NIM 1014041042 JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang dikenal dengan beragam tradisi yang dimilikinya. Hal tersebut menjadikan Bali memiliki daya tarik tersendiri di mata pariwisata

Lebih terperinci

UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) I Putu Arta Buana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar phutu.artha@yahoo.com

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR NI MADE MERTI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Lebih terperinci

Oleh Pande Wayan Setiawati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Pande Wayan Setiawati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar EKSISTENSI TRADISI NEKAANG TUMPENG PADA HARI RAYA GALUNGAN DI DESA PAKRAMAN TEMESI KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (PERSPEKTIF PENDIDIKAN SOSIO RELIGIUS) Oleh Pande Wayan Setiawati Institut Hindu Dharma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh : PERKAWINAN ADAT (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Ni Putu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau kecil maupun besar. Wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau menjadikan Indonenesia dihuni oleh

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPENSASI, LINGKUNGAN KERJA DAN PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT

PENGARUH KOMPENSASI, LINGKUNGAN KERJA DAN PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT PENGARUH KOMPENSASI, LINGKUNGAN KERJA DAN PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT (POS) TERHADAP RETENSI KARYAWAN: STUDI KASUS PADA GREEN VILLAS HOTEL TUBAN BALI SKRIPSI Oleh: IDA BAGUS GEDE SWAMBAWA PUTRA NIM:

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Subak sebagai bagian dari budaya Bali merupakan organisasi

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG Oleh : NI KADEK YUNIARI DEWI PROGRAM STUDI S-1 SENDRATASIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN AKTIVITAS ASPEK TRADISIONAL RELIGIUS PADA IRIGASI SUBAK: STUDI KASUS PADA SUBAK PILING, DESA BIAUNG, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN I Nyoman Norken I Ketut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari berbagai suku bangsa (etnis) yang tersebar di seluruh penjuru wilayahnya. Banyaknya suku bangsa

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 19

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 19 EKSISTENSI TARI BARIS IDIH-IDIH DI DESA PAKRAMAN PATAS, DESA TARO, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR Oleh Ni Nyoman Muliartini Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstract Hinduism is the oldest

Lebih terperinci

Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si. Abstrak

Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si. Abstrak Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si Pengantar Artikel berjudul Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna dan Nilai Budaya yang ditulis oleh Wardizal, S.Sen,

Lebih terperinci

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI Oleh : Agus Purbathin Hadi Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA) Kelembagaan Desa di Bali Bentuk Desa di Bali terutama

Lebih terperinci

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA Oleh : I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn. JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2009 KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang dimaksud dengan "ijab

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang masingmasing memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri.kekhasan dan keunikan itulah yang pada dasarnya

Lebih terperinci

ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG

ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG SKRIPSI ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG (Kajian Bentuk, Fungsi Dan Makna) OLEH I WAYAN WIDYA DHARMAYASA NIM. 09. 1.4.4.1. 0240 E-Mail : widyadharma2261@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

ISSN ANAK TIDAK SAH DALAM PERKAWINAN YANG SAH (Studi Kasus Perkawinan Menurut Hukum Adat Bonyoh )

ISSN ANAK TIDAK SAH DALAM PERKAWINAN YANG SAH (Studi Kasus Perkawinan Menurut Hukum Adat Bonyoh ) ISSN 1829-5282 179 ANAK TIDAK SAH DALAM PERKAWINAN YANG SAH (Studi Kasus Perkawinan Menurut Hukum Adat Bonyoh ) Oleh : Ni Putu Rai Yuliartini Staf Pengajar pada Jurusan PPKn FIS Undiksha ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI Oleh: DESAK PUTU DIAH DHARMAPATNI 1001605003 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati merupakan makhluk sosial, yang mana tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya manusia akan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA Elfrida Rosidah Simorangkir Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, kebudayaan berasal dari kata budaya yang dalam bahasa Sansekerta Bodhya yang berarti akal budi, yang memiliki persamaan kata dengan kultur yang berasal

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan diwariskan manusia dari generasi ke generasi. Setiap bangsa memiliki kebudayaan, meskipun

Lebih terperinci