BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Budaya menampakan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam bentukbentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakantindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang-orang yang tinggal dalam suatu masyarakat disuatu lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat perkembangan teknis pada waktu tertentu dan pada saat tertentu. Budaya juga berkenaan dengan bentuk dan struktur fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi hidup kita. Sebagian besar pengaruh budaya terhadap kehidupan yang tidak kita sadari (Mulyana dan Rakhmat, 2009:18). Budaya menjadi bagian penting dalam hidup, budaya membentuk kebiasaan-kebiasaan yang mempengaruhi kehidupan sehari hari. Kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan membabi buta. Bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemauan naluri yang terbawa dalam gen bersamaan kelahirannya (seperti makan, minum, atau berjalan dengan kedua kakinya), juga dirombak olehnya menjadi tindakan kebudayaan (Koentjaraningrat, 2009:114). Disamping istilah kebudayaan terdapat pula istilah peradaban. Istilah tersebut biasa dipakai untuk menyebut bagian dan unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan indah, misalnya: kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan dan sebagainya 1

2 (Koentjaraningrat, 2009:146). Keseluruhan dari tindakan manusia yang berpola berkisar pranata-pranata tertentu yang amat banyak jumlahnya dengan demikian sebenarnya suatu masyarakat yang luas selalu dapat diperinci ke dalam pranatapranata yang khusus. Sejajar dengan kebudayaan yang luas itu selalu dapat pula diperinci ke dalam unsur-unsur yang khusus. Terdapat tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia. Ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok kebudayaan di dunia itu antara lain Bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, system peralatan hidup dan teknologi, system mata pencaharian hidup, sistem religi, kesenian. Tiap-tiap unsur kebudayaan menjelma kedalam ketiga wujud kebudayaan yaitu berupa sistem budaya, sistem social, dan unsur kebudayaan fisik. Suku adat di Indonesia yang berjumlah ribuan melahirkan banyak keragaman budaya, seperti tari-tarian, lagu daerah, baju adat, rumah adat, serta prosesi-prosesi ritual yang dilaksanakan secara turun temurun. Setiap ragam kebudayaan tersebut memiliki arti dan fungsinya sendiri. Di Indonesia yang memiliki ragam budaya terdapat salah satu daerah yang memiliki suatu keunikan yang tidak dapat ditemui di daerah lainnya. Daerah yang dimaksud adalah Bali. Bali merupakan salah satu daerah atau provinsi di Indonesia yang memiliki banyak keunikan yang jarang dijumpai di daerah yang lainnya. Di Bali yang mayoritas penduduknya memeluk agama Hindu tetap menjaga adat warisan leluhur dengan sebaik-baiknya. Adat istiadat di Bali yang terkenal sangat kental membuat budaya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Antara kebudayaan dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Bali sangat erat hubungannya. Umat Hindu dan masyarakat Bali memiliki suatu keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan karena telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Contoh kecil hubungan antara Hindu dan Bali adalah dengan menghaturkan sesajen setiap hari setelah memasak guna meminta kesejahteraan dan kemakmuran. Selain itu upacara-upacara adat yang dilaksanakan di Bali memiliki hubungan yang erat antara budaya, adat, kepercayaan. Salah satu upacara yang erat kaitannya dengan hal tersebut adalah upacara Metatah atau Mepandes atau Potong Gigi. 2

3 Sebelum melangkah lebih lanjut mengenai Metatah ada baiknya terlebih dahulu mengetahui tentang adanya Panca Yadnya. Panca Yadnya erat kaitannya dengan agama Hindu. Panca Yandnya terdiri dari dua suku kata yaitu Panca yang berarti lima dan Yadnya yang berarti pengorbanan yang tulus ikhlas. Upacara yadnya dilandasi oleh Satyam (kabenaran), Sivam (kebajikan), dan Sundaram (kaharmonisan atau keseimbangan). Tanpa adanya pemahaman yang benar terhadap ketiganya tersebut maka ritual yang dilaksanakan tidak akan memberikan pahala yang maksimal (Swastika, 2010:6). Panca Yandnya terdiri dari : Dewa Yadnya yaitu persembahan yang dilaksanakan untuk berterimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa Rsi Yadnya yaitu persembahan yang dihaturkan kepada Rsi (Orang Suci) karena telah memberikan ilmu pengetahuan. Pitra Yadnya yaitu persembahan yang diberikan kepada para leluhur dan orang tua karena tanpa adanya mereka kita tidak dapat lahir didunia. Manusa Yadnya yaitu persembahan yang dilakukan kepada sesama manusia untuk hidup yang lebih baik. Bhuta Yadnya yaitu persembahan yang diberikan kepada bhuta (raksasa), tumbuh-tumbuhan, bumi untuk menjaga keseimbangan alam semesta. Dengan sekian banyak upacara yang dilakukan maka terdapat beberapa makna yang secara umum tersirat dalam upacara tersebut. Secara teologis makna dari upacara Panca Yadnya adalah sebagai persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang kedua secara edukatif menjadikan upacara tersebut sebagai sarana untuk merubah perilaku, dan yang terakhir secara sosiologis sebagai wujud solidaritas kebersamaan dalam kehidupan baik suka maupun duka (Swastika, 2010:9). Setelah menjelaskan mengenai Panca Yadnya maka upacara Metatah yang akan diteliti termasuk ke dalam Manusa Yadnya.upacara metatah merupakan upacara yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat manusia menjadi lebih baik lagi dalam menjalankan kehidupannya. Metatah biasanya dilaksanakan pada saat laki-laki atau perempuan telah memasuki akil balik atau dalam istilah Hindu telah Ngeraja Singa (mimpi basah) untuk laki-laki dan Ngeraja Sewala (menstruasi) untuk perempuan. 3

4 Serta biasanya upacara ini dilakukan tepat sebelum melaksanakan pernikahan. Karena upacara ini dipercaya dapat menghilangkan sifat-sifat keraksasaan yang selama ini mempengaruhi manusia. Upacara Metatah merupakan upacara yang suci yang dilaksanakan untuk membersihkan diri dari sifat sifat yang buruk, selain itu upacara Metatah bermakna dari segi spiritual memiliki nilai symbol yang sangat tinggi karena gigi yang belum dipotong merupakan symbol masih terbawa sifat-sifat keraksasaan. Dengan demikian gigi yang dipotong adalah enam gigi dirahang atas, sedangkan enam gigi rahang bawah tidak dipotong. Didalam upacara Metatah inilah bersatunya unsur adat, unsur budaya dan unsur kebudayaan (Sudarsana, 2000:1). Maksud diadakannya upacara potong gigi adalah untuk membuang pengaruh Sad Ripu dalam diri manusia. Sad Ripu adalah enam jenis musuh yang timbul dari sifat-sifat asubha karma atau perbuatan yang tidak baik dalam diri manusia itu sendiri, yaitu : Kama, sifat penuh nafsu indra. Lobha, sifat loba dan serakah. Krodha, sifat kejam dan pemarah. Mada, sifat mabuk dan kegila-gilaan Moha, sifat bingung dan angkuh. Matsarya, sifat dengki dan irihati. Upacara metatah memiliki proses yang cukup panjang. Upacara ini dapat dilakukan seorang diri atau bersamaan dengan anggota keluarga yang lainnya. Namun biasanya upacara ini dilaksanakan secara massal dengan anggota keluarga. Upacara Metatah ini merupakan salah satu kewajiban atau tanggung jawab orang tua kepada anaknya sebagai salah satu cara untuk menjadikan anaknya sebagai anusia sejati yang tidak dikelilingi oleh hal-hal buruk. Kegiatan upacara Metatah ini biasanya diselenggarakan oleh sebuah keluarga yang telah memiliki anak dengan usia yang dewasa untuk menghilangkan sifat-sifat buruk yang ada dalam diri anak tersebut, upacara yang dilaksanakan dengan melalui proses yang panjang ini dilakukan berdasarkan penentuan hari baik serta sesuai dengan adat yang berlaku disetiap daerah. Selain itu, upacara ini dilakukan sebagai 4

5 salah satu cara untuk melestarikan peninggalan leluhur yang telah diwarisi secara turun temurun. Upacara Metatah ini dilaksanakan sebagai salah satu media komunikasi antara manusia dengan kepercayaan yang telah diyakini. Menghilangkan sifat-sifat buruk yang selama ini melekat pada diri manusia, melalui ritual-ritual, sesajen serta doa-doa yang dipanjatkan agar lebih baik lagi dikemudian hari. Selain itu upacara ini akan menciptakan keseimbangan, serta kepercayaan dalam diri manusia agar lebih banyak berbuat baik dan mengontrol sifat-sifat buruk yang terdapat dalam dirinya. Lalu dalam upacara Metatah komunikasi antara orang tua dengan anak terbangun dengan baik sehingga hubungan antara anak dengan orang tua semakin dekat. Karena dalam upacara Metatah orang tua memberikan wejangan atau nasihat kepada anak mereka yang akan melaksanakan upacara Metatah agar bias menjadi lebih baik dalam mengarungi jenjangan kehidupan sebelumnya. Setiap kegiatan upacara Metatah yang dilakukan oleh suatu keluarga memiliki suatu pola atau prosesnya masing masing yang menyatukan adanya unsur bahasa, komunikasi dan budaya. Namun dalam pelaksanaannya masyarakat Bali pada umumnya hanya mengetahui serta melakukan upacara tersebut sebagai keharusan tanpa mengetahui makna sesungguhnya yang membangun komunikasi tidak hanya dengan Tuhan Yang Maha Esa tetapi juga hubungan antara orang tua dan anak. Sehingga dengan adanya keterkaitan antara komunikasi, bahasa dan budaya maka upacara Metatah berkaitan erat dengan Etnografi Komunikasi dimana fokus utama dalam etnografi komunikasi adalah perilaku komunikasi pada suatu kebudayaan tertentu dimana di dalam buku Engkus Kuswarno yang berjudul Etnografi Komunikasi mengambil fokus budaya pada anak tuna rungu. Oleh Karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan etnograi komunkasi dan lebih menekankan pada pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat. Komunikasi yang dibangun oleh suatu kebudayaan tertentu yang dilandaskan dengan kepercayaan suatu hal membuat terciptanya keterkaitan. Dengan demikian, melihat penelitian terdahulu serta beberapa referensi lainnya maka penulis membuat suatu 5

6 penelitian dengan judul Pola Komunikasi pada Upacara Adat (Studi Etnografi dalam Upacara Adat Metatah di Bali). 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang diteliti, fokus penelitian dalam penelitian ini adalah Bagaimana pola komunikasi adat Metatah di Bali? 1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini tujuan ditetapkan agar terfokus dari awal hingga akhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi adat Metatah di Bali. 1.4 Manfaat Penelitian Aspek Teoritis Sebagai sumbangan pengetahuan atau wawasan bangi pengembangan ilmu komunikasi antara manusia dan kebudayaan tentang bagaimana proses pelaksanaan upacara adat suatu daerah Aspek Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapan memberikan dan menambah wawasan tidak hanya bagi masyarakat Bali sendiri tetapi juga masyarakat luar yang ingin tahu kebudayaan Bali. 1.5 Tahapan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis melalui beberapa tahapan. Pertama melakukan observasi awal lalu menetapkan focus penelitian. Setelah itu mencari teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Selanjutnya melakukan pengumpulan data melalui cara observasi partisipasi, wawancara serta studi dokumen. Setelah pengumpulan pengumpulan data, peneliti mengolah data yang di dapat untuk mendapatkan hasil akhir penelitian serta menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan. 6

7 Gambar 1.1 Tahapan Penelitian (Olahan Peneliti) Mencari Ide Mencari topik Mencari Teori Menetapkan Fokus Pra Observasi Observasi Partisipasi, Wawancara, dan studi dokumen Pengumpulan Data Berada di lapangan Pengolahan data, reduksi data, display, analisis Deskripsi, pembahasan, dan kesimpulan Periksa Keabsahan Data Laporan Penelitian 7

8 1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada rentang waktu Oktober tahun 2016 sampai dengan Januari tahun Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Tabanan, Bali tempat sebuah keluarga melaksanakan kegiatan Metatah dengan objek penelitiannya sebuah keluarga serta masyarakat tutur daerah setempat. 1.7 Sistematika Penelitian Dalam sistematika penulisan skripsi ini akan diuraikan secara singkat dan sistematis. Isi dari setiap bab penulisan ini terdiri dari lima bab dan menguraikan masalah secara berurutan. Adapun pembagian dari seriap bab dapat diuraikan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang masalah yang mendasari penulis dalam memilih topik dan berisi sistematika penelitian yang dilakukan. Dengan pemilihan topik mengenai upacara adat Metatah di Bali peneliti ingin menggali keunikan budaya yang hanya terdapat di Bali ini. BAB II : Tinjauan Pustaka Pada bab ini berisikan tentang tinjauan penelitian terdahulu, teori-teori yang menjadi landasan pokok permasalahan pada penyusunan skripsi dan kerangka pemikiran BAB III : Metode Penelitian Pada bab ini berisikan mengenai paradigma penelitian, metode penelitian kualitatif deskriptif, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik keabsahan data, subjek penelitian dan objek penelitian. BAB IV : Hasil Penelitian Bab ini merupakan bagian utama dan ini dalam penelitian. Disebut sebagai bagian utama karena di dalam bab ini akan dibahas secara menyeluruh mengenai pelaksanaan pola komunikasi pada upacara adat Metatah di Bali berdasarkan hasil pengumpulan data yang di dalamnya terdapat informasi mengenai prosesi adat, informasi dari data sekunder dan data primer serta pembahasan mengenai masalah yang dibahas dan dianalisis. 8

9 BAB V : Simpulan dan Saran Bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian yang diperoleh serta saran-saran yang dapat diberikan penulis mengenai penelitian yang dilakukan. Daftar Pustaka Lampiran 9