SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP"

Transkripsi

1 Kurikulum 2006/2013 Kelas XII Sejarah PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP 2006 dan K-13 Standar Kompetensi 1. Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak Proklamasi hingga lahirnya Orde Baru. Kompetensi Dasar 1.4 Menganalisis perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan masyarakat di Indonesia dalam upaya mengisi kemerdekaan. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami sistem ekonomi liberal. 2. Memahami sistem ekonomi terpimpin. A. Sistem Ekonomi Liberal 1. Penyebab Terhambatnya Pertumbuhan Ekonomi Penerapan sistem Demokrasi Liberal dimulai setelah Republik Indonesia Serikat (RIS) dibubarkan dan Indonesia kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Seiring dengan berlakunya sistem Demokrasi Liberal, sistem perekonomian Indonesia juga menjadi liberal. Namun pada perkembangannya, sistem ekonomi liberal belum mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tersendatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa Demokrasi Liberal disebabkan oleh beberapa hal berikut.

2 a. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda, Indonesia menanggung beban utang sesuai dengan kesepakatan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB). Jumlah utang luar negeri Indonesia sebesar 1,5 triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 triliun rupiah. b. Banyaknya gerakan pemberontakan di berbagai wilayah Indonesia yang menyebabkan situasi keamanan dalam negeri tidak kondusif dan banyaknya pengeluaran negara untuk mengadakan operasi militer dalam menumpas pemberontakan. c. Banyaknya pergantian kabinet yang menyebabkan tiap kabinet tidak dapat menjalankan program dengan maksimal. d. Ekspor Indonesia hanya bertumpu pada sektor pertanian dan perkebunan. e. Indonesia belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik. Selain itu, Indonesia juga belum memiliki tenaga ahli dan dana pembangunan yang cukup. 2. Masalah Jangka Pendek Pemerintahan Pada masa Demokrasi Liberal, perekonomian Indonesia memiliki prioritas penyelesaian permasalahan jangka pendek, seperti: a. mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat; b. mengatasi kenaikan biaya hidup. Hal ini disebabkan oleh adanya ancaman inflasi yang menyebabkan nilai mata uang Indonesia yang diikuti kenaikan harga barang-barang kebutuhan hidup. 3. Masalah Jangka Panjang Pemerintahan Masalah jangka panjang yang dihadapi pemerintah Indonesia, yakni: a. pertambahan penduduk; b. tingkat kesejahteraan penduduk yang rendah. Hal ini disebabkan tersendatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertambahan penduduk yang tinggi serta tingkat kesejahteraan rakyat yang rendah dapat memicu naiknya angka pengangguran dan kemiskinan yang berujung pada terganggunya stabilitas perekonomian dan politik Indonesia. 4. Usaha Memperbaiki Perekonomian Indonesia a. Gunting Syafruddin Kebijakan Gunting Syafruddin adalah pemotongan nilai uang (sanering). Gunting Syafruddin digagas oleh Menteri Keuangan RIS, Syafruddin Prawiranegara yang dilaksanakan pada 20 Maret Dasar pelaksanaan kebijakan Gunting Syafruddin adalah Surat Keputusan Menteri Nomor 1 PU 19 Maret

3 Tujuan Gunting Syafruddin adalah untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp5,1 miliar dan mengatasi masalah jangka pendek yang dihadapi pemerintah. Tindakan Gunting Syafruddin dilakukan dengan cara memotong semua uang yang bernilai Rp2,50 ke atas hingga bernilai setengahnya. Dengan demikian, rakyat kecil tidak dirugikan sebab yang memiliki uang senilai Rp2,50 hanya kalangan menengah ke atas. b. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional dalam rangka memperbaiki perekonomian Indonesia. Sistem ekonomi Gerakan Benteng digagas oleh Sumitro Joyohadikusumo, Menteri Perdagangan pada masa Kabinet Natsir. Adapun program Gerakan Benteng meliputi hal berikut. 1.) Menumbuhkan kelas pengusaha di kalangan bangsa Indonesia. 2.) Pemberian kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional bagi para pengusaha Indonesia. 3.) Pemberian bimbingan dan bantuan kredit bagi para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah. 4.) Mendorong agar para pengusaha pribumi, secara bertahap, berkembang menjadi maju. Pelaksanaan Gerakan Benteng dimulai pada April Selama kurun waktu sekitar 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program Gerakan Benteng. Akan tetapi, tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik, hal ini disebabkan: 1.) para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha asing; 2.) para pengusaha pribumi cenderung konsumtif; 3.) para pengusaha pribumi sangat tergantung pada bantuan pemerintah; 4.) para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya; 5.) para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan dari kredit yang diperoleh. c. Nasionalisasi De Javasche Bank Nasionalisasi De Javasche Bank adalah proses pemindahan hak kepemilikan badan usaha Belanda di Indonesia ke pemerintahan Indonesia. Latar belakang nasionalisasi De Javasche Bank adalah sebagai berikut. 3

4 1.) Bank sirkulasi yang ada di Indonesia dikelola oleh orang Belanda bukan Pribumi. 2.) Adanya peraturan mengenai pemberian kredit harus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini menghambat pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi. Tujuan nasionalisasi De Javasche Bank adalah menaikkan pendapatan negara, menurunkan biaya ekspor, dan melakukan penghematan keuangan negara secara drastis. Sebagai usaha menasionalisasikan De Javasche Bank, pada 19 Juni 1951, dibentuk Panitia Nasionalisasi De Javasche Bank oleh Kabinet Sukiman. Pada 12 Juli 1951, Dr. Houwink diberhentikan oleh pemerintah Indonesia sebagai Presiden De Javasche Bank dan digantikan oleh Syafruddin Prawiranegara. Pada 3 Agustus 1951, pemerintah bersedia membeli saham De Javasche Bank. Pada 15 Desember 1951, berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1951, De Javasche Bank dinasionalisasikan menjadi Bank Indonesia (BI) yang berfungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi. d. Sistem Ekonomi Ali-Baba Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo, Menteri Perekonomian pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Dinamakan Ali-Baba karena "Ali" menggambarkan sebagai pengusaha pribumi dan "Baba" sebagai pengusaha nonpribumi. Oleh sebab itu, diperlukan adanya kerja sama antara Ali dan Baba untuk memajukan perekonomian Indonesia. Tujuan dari program ini adalah agar pengusaha pribumi bekerja sama dengan pengusaha asing, khususnya Cina dalam memajukan ekonomi Indonesia. Melalui pelaksanaan sistem ekonomi Ali-Baba, pengusaha nonpribumi diwajibkan memberikan latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf. Pemerintah juga menyediakan kredit dan lisensi bagi perusahaan swasta nasional dan memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada. Namun, sistem ekonomi Ali-Baba tidak berjalan dengan baik karena hal-hal berikut. 4

5 1.) Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. 2.) Indonesia menerapkan sistem liberal sehingga lebih mengutamakan persaingan bebas, tetapi pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas. e. Persetujuan Finansial Ekonomi (Finek) Perundingan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda berusaha diselesaikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap dengan mengirim delegasi ke Jenewa, Swiss. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Anak Agung Gede Agung. Pada 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan terhadap rencana persetujuan Finek berikut. 1.) Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan. 2.) Hubungan Finek Indonesia Belanda didasarkan atas hubungan bilateral. 3.) Hubungan Finek didasarkan pada Undang-Undang Nasional, tidak boleh diikat oleh perjanjian lain antara kedua belah pihak. Namun, pemerintah Belanda tidak mau menandatangani persetujuan Finek sehingga Indonesia mengambil langkah sepihak berupa pembubaran Uni Indonesia- Belanda pada 13 Februari1956. Tujuan pembubaran Uni-Indonesia Belanda untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda. Sebagai tindak lanjut dari pembubaran Uni Indonesia-Belanda, pada 3 Mei 1956, Presiden Soekarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB. Dampak dari pembubaran Uni Indonesia-Belanda dan pembatalan KMB adalah banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, tetapi pengusaha pribumi belum mampu mengambil alih perusahaan Belanda tersebut, akibatnya banyak perusahaan Belanda yang diambil alih nopribumi (Cina). f. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) RPLT disusun pada Mei 1956 oleh Biro Perancang Negara yang dibentuk pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo II. Rancangan Undang-Undang tentang RPLT disetujui oleh DPR pada 11 November

6 Biro Perancang Negara bertugas merancang pembangunan jangka panjang dan Ir. Djuanda diangkat sebagai menteri perancang nasional tersebut. RPLT rencananya akan dilaksanakan antara Dengan adanya perubahan situasi politik akibat ketegangan antara pusat dan daerah, sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap) pada RPLT tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan: 1.) adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir 1957 dan awal 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot; 2.) perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi; 3.) adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan kebijakan ekonominya masing-masing. g. Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap) Pada masa Kabinet Djuanda terjadi ketegangan hubungan antara pusat dan daerah akibat tidak meratanya pembangunan antara pusat dan daerah. Masalah tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan dengan diadakan Munap. Tujuan diadakan Munap adalah mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Dalam Munap terjadi perubahan sasaran dan prioritas dalam RPLT sehingga pembangunan merata. Namun, tetap saja rencana pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Berikut ini alasan kegagalan tersebut. 1.) Adanya kesulitan dalam menentukan skala prioritas. 2.) Terjadi ketegangan politik antarpusat dan daerah yang tak dapat diredakan sehingga menimbulkan pemberontakan PRRI/Permesta. 3.) Penumpasan pemberontakan PRRI/Permesta membutuhkan biaya besar sehingga meningkatkan defisit Indonesia. 4.) Ketegangan politik Indonesia-Belanda menyangkut masalah Irian Barat semakin panas hingga mencapai konfrontasi bersenjata. 6

7 B. Sistem Ekonomi Terpimpin 1. Kebijakan Ekonomi Demokrasi Terpimpin Seiring dengan perubahan politik menuju Demokrasi Terpimpin, sistem ekonomi di Indonesia juga menganut sistem ekonomi terpimpin. Dalam sistem ekonomi terpimpin, pemerintah memegang peranan utama dalam menjalankan perekonomian nasional. Tujuan dari ekonomi terpimpin adalah terciptanya pemerataan ekonomi pada semua kalangan masyarakat sehingga yang kaya tidak semakin kaya, sedangkan yang miskin tidak semakin miskin. Beberapa kebijakan ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin yang bertujuan untuk menangani krisis ekonomi dan moneter antara lain sebagai berikut. a. Berusaha menekan laju inflasi sejak Cara yang dilakukan: 1.) memberlakukan devaluasi mata uang pada 25 Agustus 1959; 2.) menetapkan pembekuan sebagian dari seluruh simpanan uang di bank-bank Indonesia dengan tujuan mengurangi banyaknya mata uang yang beredar; 3.) membentuk Panitia Penampung Operasi Keuangan (PPOK) yang bertugas untuk menindaklanjuti kebijakan keuangan pemerintah. b. Melakukan pengetatan anggaran belanja negara, serta melakukan pengawasan manajemen dan administrasi perusahaan swasta. Hal ini bertujuan agar aliran dana kredit rupiah dapat mengalir lancar untuk membantu usaha dalam rangka meningkatkan kemakmuran rakyat Indonesia. c. Memberlakukan sistem lisensi, yaitu kegiatan perekonomian, terutama impor, hanya dapat dijalankan oleh orang-orang yang mendapatkan izin dari pemerintah. Agar sistem lisensi tidak membuat kesenjangan sosial, Presiden Soekarno mengeluarkan Deklarasi Ekonomi (Dekon) pada 23 Maret Dekon berisi peraturan tentang ekspor impor dan masalah penetapan harga. d. Mengubah Dewan Perancang Nasional yang dibentuk pada 1959 menjadi Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dibentuk pada 1963 yang dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno. Tugas Bappenas untuk menyusun rencana perekonomian dan moneter jangka panjang tahunan baik dalam taraf nasional maupun daerah, serta mempersiapkan dan menilai mandataris untuk MPRS. 7

8 e. Menetapkan pendirian Bank Tunggal Milik Negara berdasarkan Penetapan Presiden No.7/1965. Tujuan kebijakan ini adalah menyediakan wadah bagi arus perputaran sirkulasi uang antarbank, baik bank sentral maupun umum. f. Pengeluaran uang rupiah baru berdasarkan Penetapan Presiden No.27/1965. Uang rupiah baru memiliki nilai 100 kali dari uang rupiah lama sehingga jumlah pengeluaran pemerintah pun membengkak dari Rp3 miliar menjadi Rp30 miliar. Kebijakan-kebijakan perekonomian Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin terdapat tumpang tindih antara kebijakan yang didasari oleh Kebijakan Presiden dengan Kebijakan yang didasari undang-undang. Hal ini disebabkan oleh adanya kewenangan presiden dalam membuat peraturan yang setingkat dengan undang-undang. Akibatnya, kondisi perekonomian Indonesia semakin menunjukkan kemunduran hingga Proyek Mercusuar (Ganefo) Pada masa Demokrasi Terpimpin, terjadi perubahan dalam kebijakan politik luar negeri Indonesia, dari politik luar negeri bebas aktif menjadi cenderung condong pada Blok Timur. Kebijakan politik luar negeri tersebut dilandasi oleh pandangan Presiden Soekarno tentang kekuatan dunia sebagai berikut. a. New Emerging Forces (Nefo), yaitu negara-negara berkembang (termasuk Indonesia dan negara-negara komunis umumnya) yang anti-imperialisme dan kolonialisme. b. Old Established Forces (Oldefo), yaitu kekuatan lama yang telah mapan yakni negaranegara kapitalis yang masih dianggap penggerak neokolonialisme dan imperialisme (Nekolim) seperti Amerika Serikat dan Sekutu. Tujuan Politik Mercusuar yang bertujuan menjadikan Indonesia sebagai mercusuar yang dapat menerangi jalan bagi Nefo di seluruh dunia. Untuk mewujudkan Politik Mercusuar, diselenggarakan proyek-proyek besar yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada kedudukan yang terkemuka di kalangan negara-negara Nefo. Proyekproyek tersebut di antaranya: a. pembangunan Monumen Nasional (Monas) yang dimulai pada 17 Agustus 1961; b. pembangunan Kompleks Gelanggang Olahraga di kawasan Senayan yang dimulai pada 8 Februari Salah satu bangunan dalam Kompleks Gelanggang Olahraga di Senayan adalah Stadion Gelora Bung Karno yang merupakan Stadion berstandar internasional di Indonesia; c. gedung Sarinah yang menjadi mall pertama dan gedung pencakar langit pertama di Indonesia pada

9 Selain membuat bangunan, politik Mercusuar juga terlihat dari diselenggarakannya Games of the New Emerging Forces (Ganefo) di kompleks olahraga Senayan sebagai pesta olahraga negara-negara berkembang guna menandingi Olimpiade sebagai perhelatan olahraga dunia yang dianggap produk negara-negara Oldefo. Ganefo pertama diadakan di Jakarta pada November Pendirian Ganefo dilatarbelakangi penangguhan keanggotaan Indonesia dalam International Olympic Comitte (IOC) akibat tindakan Indonesia yang tidak mengundang Israel dan Taiwan dalam Asian Games pada 1962 karena alasan politis. Walaupun tujuan Politik Mercusuar untuk mengangkat martabat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar, tetapi pelaksanaan Politik Mercusuar sebenarnya menuai kritikan. Pembangunan kompleks gelanggang olahraga di kawasan Senayan dianggap sebagai pemborosan uang negara. Selain itu, perhelatan Ganefo menjadi penghambat pembangunan ekonomi dan moneter karena Ganefo menghabiskan banyak biaya yang berdampak kembalinya inflasi di Indonesia. 3. Pendirian Bappenas Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) dibentuk pada Bappenas merupakan perubahan dari Dewan Perancang Nasional yang dibentuk pada 1958 pada masa Kabinet Djuanda. Dewan Perancang Nasional diketuai oleh Muhammad Yamin dan dasar pendiriannya adalah Undang-Undang No. 80 Tahun Tugas Dewan Perancang Nasional adalah mempersiapkan rancangan undang-undang pembangunan nasional yang berencana dan menilai penyelenggaraan pembangunan. Pada 26 Juli 1960, Dewan Perancang Nasional berhasil menyusun Rancangan Dasar Undang-Undang Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Tahun Kemudian hal ini disetujui MPRS melalui Tap No. 2/MPRS/1960. Selanjutnya, pada 1963, Dewan Perancang Nasional berganti nama menjadi Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas). Bappenas dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno. Hal ini menunjukkan Demokrasi Terpimpin membuat Presiden Soekarno berkuasa penuh sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Tugas Bappenas adalah menyusun rencana jangka panjang dan rencana tahunan, baik nasional maupun daerah, mengawasi dan menilai pelaksanaan pembangunan, menyiapkan dan menilai mandataris untuk MPRS. 9

10 4. Devaluasi Mata Uang Rupiah Pada awal masa Demokrasi Terpimpin, perekonomian Indonesia sudah dihadapkan pada masalah inflasi yang tinggi. Untuk mengatasi inflasi, pemerintah Indonesia melakukan devaluasi mata uang rupiah. Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang. Tujuan dilakukan devaluasi: a. membendung inflasi yang tetap tinggi; b. mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat; c. meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil tidak dirugikan. Pengumuman pelaksanaan devaluasi mata uang rupiah dimulai pada 25 Agustus Adapun devaluasi mata uang rupiah dengan cara sebagai berikut. a. Uang kertas pecahan bernilai Rp500 menjadi Rp50. b. Uang kertas pecahan bernilai Rp1.000 menjadi Rp100. c. Pembekuan semua simpanan di bank yang melebihi Rp Akan tetapi, usaha pemerintah tersebut tetap tidak mampu mengatasi kemerosotan ekonomi, terutama perbaikan dalam bidang moneter. Hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut. 1. Pengeluaran biaya untuk penyelenggaraan Asian Games IV pada 1962, Ganefo pada 1963, pembangunan dalam rangka mewujudkan proyek Mercusuar, serta usaha pembebasan Irian Barat. 2. Penurunan ekspor dan impor. 3. Pembelanjaan cadangan devisa negara sebesar 3 juta dolar Amerika Serikat akibat konfrontasi dengan Malaysia dan negara Barat. Menghadapi kondisi ekonomi demikian, pemerintah memutuskan untuk mencetak uang baru. Tanpa perhitungan matang keputusan tersebut justru menambah tinggi angka inflasi. Pada 13 Desember 1965 pemerintah kembali mengambil langkah devaluasi dengan menjadikan uang senilai Rp1.000 menjadi Rp1. Dampak dari kebijakan pemerintah tersebut adalah uang rupiah baru yang seharusnya bernilai 1000 kali lipat uang rupiah lama, tetapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai sekitar 10 kali lipat lebih tinggi dari uang rupiah lama. Tindakan moneter pemerintah untuk menekan angka inflasi justru menyebabkan meningkatnya angka inflasi. 10

11 5. Deklarasi Ekonomi Deklarasi Ekonomi (Dekon) dicetuskan pada 28 Maret 1963 oleh Presiden Soekarno. Dekon dirumuskan sebagai landasan bagi perbaikan ekonomi secara menyeluruh. Latar belakang dikeluarkan Deklarasi Ekonomi adalah sebagai berikut. a. Berbagai peraturan dikeluarkan pemerintah untuk merangsang ekspor mengalami kegagalan. b. Sulitnya memperoleh bantuan modal dan tenaga dari luar negeri sehingga pembangunan yang direncanakan guna meningkatkan taraf hidup rakyat tidak dapat terlaksana dengan baik. Dekon berlandaskan pada sistem ekonomi Indonesia, yaitu berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) dengan mengutamakan pertanian, perkebunan, dan pertambangan yang dikerjakan secara gotong royong antara rakyat dan pemerintah sebagai syarat untuk menyalurkan daya kerja dan daya kreatif secara maksimal. Tujuan utama Deklarasi Ekonomi adalah untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari sisa-sisa imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Deklarasi Ekonomi (Dekon) mempunyai program dengan bekerja membuat berbagai kebijakan di antaranya: a. diciptakan susunan ekonomi yang bersifat nasional dan demokratis, yang bersih dari sisa-sisa imperialisme dan feodalisme; b. ekonomi sosialis Indonesia, ekonomi tanpa penghisapan manusia oleh manusia. Tiap orang dijamin mendapat pekerjaan, sandang pangan, perumahan, serta kehidupan kultural dan spiritual yang layak. Namun, dalam pelaksanaannya, Dekon tidak mampu mengatasi kesulitan ekonomi dan moneter. Sebaliknya, Dekon justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem statisme karena perekonomian Indonesia diatur penuh oleh pemerintah dan banyak prinsip dasar ekonomi yang diabaikan. Akibatnya, defisit dari tahun ke tahun semakin meningkat. Defisit yang semakin meningkat tersebut diatasi dengan pencetakan uang baru tanpa perhitungan yang matang sehingga menambah berat beban inflasi. 11

12 6. Pelaksanaan Pembangunan Nasional Pelaksanaan pembangunan nasional pada masa Demokrasi Terpimpin dirumuskan dalam Sidang Umum MPRS I Tahun 1960 yang menghasilkan Tap MPRS No. II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama ( ). Peresmiannya dilakukan pada 1 Januari 1961 di halaman Gedung Proklamasi. Namun, pelaksanaan pembangunan nasional mempunyai hambatan: a. kurangnya tenaga ahli dan modal; b. bantuan luar negeri sulit didapatkan karena sikap politik Indonesia yang memusuhi negara Barat; c. penghentian ekspor ke Singapura tidak diimbangi dengan penambahan pendapatan negara. Untuk mengatasi hambatan pembangunan nasional tersebut pemerintah Indonesia melakukan beberapa cara berikut. a. Pelaksanaan Dekon yang disampaikan pada 28 Maret b. Pembentukan Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (Kotoe) dan Kesatuan Operasi (Kesop). Pembentukan lembaga ini berdasarkan peraturan pada 17 April 1964 mengenai adanya Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (Kotoe) dan Kesatuan Operasi (Kesop) dalam usaha perdagangan. c. Peleburan bank-bank negara. Presiden berusaha mempersatukan semua bank negara ke dalam satu bank sentral sehingga didirikan Bank Tunggal Milik Negara berdasarkan Penpres No. 7 Tahun Tugas bank tersebut adalah sebagai bank sirkulasi, bank sentral, dan bank umum. Pengelolaan bank sentral berada di bawah Menteri Urusan Bank Sentral. Tindakan itu menimbulkan spekulasi dan penyelewengan dalam penggunaan uang negara sebab tidak ada lembaga pengawas. SUPER "Solusi Quipper" Untuk mengingat tindakan pemerintah dalam mengatasi hambatan pembangunan nasional. PDKT Bank (Pelaksanaan Dekon, Komando Tertinggi operasi ekonomi, dan peleburan Bank) Namun, lagi-lagi usaha pemerintah mengalami kegagalan dalam menanggulangi masalah ekonomi karena beberapa hal berikut. a. Semua kegiatan ekonomi terpusat sehingga kegiatan ekonomi mengalami penurunan yang disertai dengan inflasi. 12

13 b. Masalah ekonomi tidak diatasi berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi, tetapi diatasi dengan cara-cara politis. c. Kemenangan politik diutamakan, sedangkan kehidupan ekonomi diabaikan (politik diutamakan tanpa memerhatikan ekonomi). d. Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah sering bertentangan antara satu peraturan dengan peraturan yang lainnya. e. Tidak ada ukuran yang objektif untuk menilai suatu usaha atau hasil dari suatu usaha. f. Terjadinya berbagai bentuk penyelewengan. g. Kebangkrutan tidak dapat dikendalikan, masyarakat mengalami kesulitan hidup, kemiskinan, dan angka kriminalitas meningkat. 7. Peningkatan Perdagangan Pemerintah membangkitkan ekonomi agraris atau pertanian sumber perdagangan Indonesia sebab kurang lebih 80% penduduk Indonesia hidup dari bidang pertanian. Hasil pertanian tersebut diekspor untuk memperoleh devisa yang selanjutnya digunakan untuk mengimpor berbagai bahan baku atau barang konsumsi yang belum dihasilkan di Indonesia. 8. Peningkatan Kredit Luar Negeri Indonesia juga mencari bantuan berupa kredit luar negeri guna memenuhi biaya impor dan memenuhi kebutuhan masyarakat di dalam negeri. Ketika Indonesia mampu memperbesar komoditi ekspor, dari ekspor tersebut akan digunakan untuk membayar utang luar negeri dan untuk kepentingan dalam negeri. Bantuan kredit tersebut membuka jalan perdagangan dengan negara yang memberikan pinjaman kepada Indonesia. 13

1. Pembentukan Badan Perencana Pembangunan Nasional

1. Pembentukan Badan Perencana Pembangunan Nasional I. Persiapan a. Tujuan - Untuk mengetahui sistem ekonomi pada masa demokrasi terpimpin - Untuk memahami usaha pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi pada masa demokrasi terpimpin b. Topik - Perkembangan

Lebih terperinci

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN Nama : DIMAS DWI PUTRA Kelas : XII MIPA 3 SMAN 1 SUKATANI 2017/3018 Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 A. Latar Belakang 1. Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya kabinet dan persaingan partai politik yang semakin menajam.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. anikwidiastuti@uny.ac.id

BAB II GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. anikwidiastuti@uny.ac.id BAB II GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA TUJUAN PERKULIAHAN Mampu mendeskripsikan kondisi perekonomian pada masa orde lama Mampu mendeskripsikan kondisi perekonomian pada masa orde baru ERA SEBELUM

Lebih terperinci

INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL ( )

INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL ( ) INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL (1949 1959) a. Dalam bidang politik b. Dalam bidang ekonomi c. Dalam bidang sosial budaya 1 a. Dalam bidang Politik Athif Ke-Ren Sistem Pemerintahan Parlementer Menteri

Lebih terperinci

PENGARUH DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA

PENGARUH DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA PENGARUH DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA PENGARUH DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA A. DALAM BIDANG POLITIK Pemerintahan tidak stabil karena sering terjadi pergantian cabinet. Adapun kabinet pada masa demokrasi

Lebih terperinci

BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK, EKONOMI DAN PERUBAHAN MASYARAKAT DI INDONESIA PADA TAHUN

BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK, EKONOMI DAN PERUBAHAN MASYARAKAT DI INDONESIA PADA TAHUN BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK, EKONOMI DAN PERUBAHAN MASYARAKAT DI INDONESIA PADA TAHUN 1950-1965 Standar Kompetensi 1. Menanalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya orde baru.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. faktor yang mempengaruhi didirikannya Bank Indonesia. Faktor yang paling

BAB V KESIMPULAN. faktor yang mempengaruhi didirikannya Bank Indonesia. Faktor yang paling 137 BAB V KESIMPULAN Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Terdapat beberapa hal yang penulis

Lebih terperinci

Masa Pemerintahan Orde Lama. Masa Pemerintahan Orde Baru

Masa Pemerintahan Orde Lama. Masa Pemerintahan Orde Baru Masa Pemerintahan Orde Lama Masa Pemerintahan Orde Baru A. Orde Lama Orde lama adalah sebutan bagi orde pemerintahan sebelum orde baru yang dianggap tidak melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni

Lebih terperinci

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Ilustrasi: Moh. Dzikri Handika Melalui buku Peranan Koperasi Dewasa Ini (PKDI), Aidit secara tegas meletakkan koperasi sebagai gerakan sosial dan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia menjadi negara yang independen, negara yang seharusnya berdiri sendiri tanpa pengaruh

Lebih terperinci

DEMOKRASI LIBERAL. 1. KABINET Natsir (September 1950 April 1951) Kabinet ini didominasi oleh partai Masyumi

DEMOKRASI LIBERAL. 1. KABINET Natsir (September 1950 April 1951) Kabinet ini didominasi oleh partai Masyumi DEMOKRASI LIBERAL Pada periode ini Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, tahun 1950, Indonesia menganut sistem Demokrasi Parlementer (atau yang sering disebut sistem Demokrasi Liberal)dengan kabinet

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA

SISTEM EKONOMI INDONESIA SISTEM EKONOMI INDONESIA Suatu sistem ekonomi mencakup nilai nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma norma, peraturanperaturan yang berkenaan dengan pemanfaatan sumber daya bagi pemenuhan kebutuhan.

Lebih terperinci

Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR. (Ditetapkan di Bandung 19 November 1960)

Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR. (Ditetapkan di Bandung 19 November 1960) Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR I. Periode 1960 1965 1. Ketetapan MPRS No. I/MPRS 1960 tentang Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai Garis-Garis

Lebih terperinci

Periode Pengakuan Kedaulatan RI s.d. Nasionalisasi DJB

Periode Pengakuan Kedaulatan RI s.d. Nasionalisasi DJB Periode Pengakuan Kedaulatan RI s.d. Nasionalisasi DJB Setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Lebih terperinci

MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT Nama Kelompok 1. Anisa Khafida (14144600207) 2. Rahardhika Adhi Negara (14144600182) 3. Zafitria Syahadatin (14144600195) a) Strategi perjuangan bangsa Indonesia secara

Lebih terperinci

Tentang: KEBIJAKSANAAN EKONOMI KEUANGAN TAHUN 1966 EKONOMI KEUANGAN TAHUN KEBIJAKSANAAN.

Tentang: KEBIJAKSANAAN EKONOMI KEUANGAN TAHUN 1966 EKONOMI KEUANGAN TAHUN KEBIJAKSANAAN. Bentuk: Oleh: PENETAPAN PRESIDEN (PENPRES) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 26 TAHUN 1965 (26/1965) Tanggal: 22 NOPEMBER 1965 (JAKARTA) Sumber: LN 1965/99 Tentang: KEBIJAKSANAAN EKONOMI KEUANGAN TAHUN

Lebih terperinci

SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA. Muhlisin, S.E., M.Si.

SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA. Muhlisin, S.E., M.Si. SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA Muhlisin, S.E., M.Si. 1 Kedatangan Belanda Tahun 1596, armada Belanda dipimpin Cornelis de Houtman datang di Banten. Tahun 1602 dibentuk VOC (Vereenigde Oost- Indische Compagnie)

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1965 TENTANG KEBIJAKSANAAN EKONOMI KEUANGAN TAHUN 1966 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1965 TENTANG KEBIJAKSANAAN EKONOMI KEUANGAN TAHUN 1966 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENETAPAN PRESIDEN NOMOR 26 TAHUN 1965 TENTANG KEBIJAKSANAAN EKONOMI KEUANGAN TAHUN 1966 PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk menyelamatkan dan mensukseskan revolusi pada tingkat perjoangan dewasa ini,

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI KEDAULATAN. Kata Kunci

BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI KEDAULATAN. Kata Kunci BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA PASCAPENGAKUAN KEDAULATAN AN 12345678901234567890123456789012123456 12345678901234567890123456789012123456 12345678901234567890123456789012123456 12345678901234567890123456789012123456

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: PEREKONOMIAN INDONESIA Sejarah Perekenomian Indonesia Periode Orde Baru Fakultas FEB Sitti Rakhman, SP., MM. Program Studi Manajemen Latar belakang lahirnya Orde Baru Terjadinya peristiwa Gerakan

Lebih terperinci

A. Kehidupan Politik Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer B. Kehidupan Ekonomi Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer C.

A. Kehidupan Politik Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer B. Kehidupan Ekonomi Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer C. A. Kehidupan Politik Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer B. Kehidupan Ekonomi Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer C. Kehidupan Politik Indonesia di Masa Demokrasi Terpimpin D. Kehidupan Ekonomi

Lebih terperinci

Perekonimian Indonesia

Perekonimian Indonesia Perekonimian Indonesia Sumber : 2. Presentasi Husnul Khatimah 3. Laporan Bank Indonesia 4. Buku Aris Budi Setyawan 5. Sumber lain yg relevan (Pertemuan 1-11) Peraturan Perkuliahan Hadir dengan berpakaian

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1965 TENTANG PENCABUTAN UNDANG UNDANG NO. 78 TAHUN 1958 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING (LEMBARAN NEGARA TAHUN 1958, NO. 138) YANG TELAH DIUBAH DAN DITAMBAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: Cecep Winata EKONOMI BISNIS Fakultas Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA Periode Masa Kolonial dan Order Lama Kedatangan Belanda:

Lebih terperinci

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA A. Definisi Sistem ekonomi adalah cara suatu negara mengatur kehidupan ekonominya dalam rangka mencapai kemakmuran. Pelaksanaan sistem ekonomi suatu negara tercermin

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III SISTEM EKONOMI INDONESIA Ilmu Hubungan Internasional Semester III Suatu sistem ekonomi mencakup nilai-nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma-norma, peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1965 TENTANG PENCABUTAN UNDANG-UNDANG NO. 78 TAHUN 1958 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING (LEMBARAN-NEGARA TAHUN 1958, NO. 138) YANG TELAH DIUBAH DAN DITAMBAH DENGAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KETENTUAN-KETENTUAN POKOK MENGENAI PEMBANGUNAN PERUSAHAAN DAN PROYEK NEGARA DALAM RANGKA MENGGERAKKAN DANA, DAYA DAN TENAGA MASYARAKAT Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1964 Tanggal 26 Maret 1964 PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bank Indonesia selaku bank sentral berdasarkan pasal 4 Ayat 1 Undangundang RI No. 23 Tahun 1999 merupakan lembaga negara yang independen. Hal ini berarti

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA,

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA, KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR VI/MPRS/1965 TAHUN 1965 TENTANG BANTING STIR UNTUK BERDIRI DIATAS KAKI SENDIRI DIBIDANG EKONOMI DAN PEMBANGUNAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) DOSEN PEMBIMBING : ARI WIBOWO,M.Pd Disusun Oleh : Rizma Alifatin (176) Kurnia Widyastanti (189) Riana Asti F (213) M. Nurul Saeful (201) Kelas : A5-14

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1966 TENTANG PENARIKAN DIRI REPUBLIK INDONESIA DARI KEANGGOTAAN DANA MONETER INTERNASIONAL (INTERNATIONAL MONETARY FUND) DAN BANK INTERNASIONAL UNTUK REKONSTRUKSI

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 7 TAHUN 1964 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK MENGENAI PEMBANGUNAN PERUSAHAAN DAN PROYEK NEGARA DALAM RANGKA MENGGERAKKAN DANA, DAYA DAN TENAGA MASYARAKAT PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara, baik itu negara maju maupun negara berkembang menginginkan adanya perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu

Lebih terperinci

Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana

Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana 1. Banyak yang mengira tugas Bank Indonesia sama dengan tugas bank komersial. Apa benar begitu, dan apa perbedaan Bank Indonesia dengan bank lain? 2. Banyak juga

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Perekonomian Indonesia Modul ke: 03Fakultas Ekonomi & Bisnis Membahas Sejarah Perekonomian Indonesia, meliputi Orde Reformasi, Aspek Fundemental Ekonomi Nasional dan Kebijakan Perekeonomian Nasional Abdul

Lebih terperinci

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA No. II/MPRS/1960 TENTANG GARIS-GARIS BESAR POLA PEMBANGUNAN NASIONAL SEMESTA BERENCANA TAHAPAN PERTAMA 1961-1969 MAJELIS PERMUSYAWARATAN

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi

Lebih terperinci

Oleh: Dra. Eva Kusuma Sundari, MA. MDev. DISAMPAIKAN DI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA, 18 OKTOBER 2017

Oleh: Dra. Eva Kusuma Sundari, MA. MDev. DISAMPAIKAN DI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA, 18 OKTOBER 2017 Oleh: Dra. Eva Kusuma Sundari, MA. MDev. DISAMPAIKAN DI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA, 18 OKTOBER 2017 PENDAHULUAN Sejarah, salah satu artinya, adalah interpretasi; Jangan sekali-kali

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950- BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-1959) sangat menarik untuk dikaji. Militer adalah organ yang penting yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS BANK INDONESIA. Mulyati, SE., M.T.I.

TUGAS-TUGAS BANK INDONESIA. Mulyati, SE., M.T.I. TUGAS-TUGAS BANK INDONESIA Mulyati, SE., M.T.I. Pendahuluan Fungsi utama Bank Sentral adalah mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan keuangan di suatu negara secara luas, baik dalam maupun luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutang luar negeri Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang.

BAB I PENDAHULUAN. Hutang luar negeri Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutang luar negeri Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang. Selama 30 tahun dimulai dari pemerintahan orde lama, Selama masa orde baru saja jumlah hutang luar

Lebih terperinci

Kelas : 11 IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Rabu, 10 Desember 2014 Mata pelajaran : PKN Waktu : WIB

Kelas : 11 IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Rabu, 10 Desember 2014 Mata pelajaran : PKN Waktu : WIB Kelas : 11 IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Rabu, 10 Desember 2014 Mata pelajaran : PKN Waktu : 08.00-09.30 WIB Petunjuk Pengerjaan Soal Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan! Isikan identitas Anda

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP Kurikulum 2006/2013 Kelas XII Sejarah PERKEMBANGAN POLITIK INDONESIA SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP 2006 dan K-13 Standar Kompetensi 1. Menganalisis Perjuangan Bangsa Indonesia sejak Proklamasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya 177 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya tentang Kebijakan Pemerintah Orde Baru dalam Privatisasi BUMN Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1966-1983 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1966-2 1983 2. Arah Kebijakan 1966-1983 5 3. Langkah-Langkah Strategis 1966-1983

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE 2014-2015 A. Analisis Fundamental Nilai Tukar Rupiah 1. Faktor Ekonomi Faktor Ekonomi yaitu hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) Disusun Oleh : Rizma Alifatin (14144600176) Kurnia Widyastanti (14144600189) Riana Asti F (14144600213) M. Nurul Saeful (14144600201) Sejarah Singkat RIS Pada tanggal

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami fungsi serta peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicicil pada tahun Berdasarkan risalah Konferensi Meja Bundar, utang itu

BAB I PENDAHULUAN. dicicil pada tahun Berdasarkan risalah Konferensi Meja Bundar, utang itu BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian. Sejarah perekonomian Indonesia tak bisa dilepaskan dari masalah utang luar negeri. Utang ini belum pernah pernah surut, bahkan dari tahun ke tahun makin

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999 SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1997-2 1999 2. Arah Kebijakan 1997-1999 3 3. Langkah-Langkah Strategis 1997-1999

Lebih terperinci

BAB II ISI. masyarakat indonesia harus bisa mempertahankan nilai uang negara kita yaitu Rupiah. A. PEMBAHASAN

BAB II ISI. masyarakat indonesia harus bisa mempertahankan nilai uang negara kita yaitu Rupiah. A. PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN A. ABSTRAK Pelemahan nilai mata Rupiah terhadap Dollar Amerika serikat ini membuat masyarakat kebingungan. Terutama masalah perekonomian. Para spekulan mengatakan bahwa nilai Rupiah akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: Suzan Bernadetha Stephani, S.E, M.M EKONOMI BISNIS Fakultas Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA Periode Orde Baru Orde Baru 1966-1998

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BADAN MUSYAWARAH PENGUSAHA NASIONAL SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BADAN MUSYAWARAH PENGUSAHA NASIONAL SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BADAN MUSYAWARAH PENGUSAHA NASIONAL SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka Struktur Ekonomi dan Demokrasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun

Lebih terperinci

DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF

DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF tribunnews.com Rencana pemerintah untuk membeli obligasi i yang dikeluarkan International Monetary Fund (IMF) ii seharga US$1 miliar ditentang Komisi XI DPR. Komisi

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA A. Pengertian Bank Indonesia Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, bank adalah badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di indonesia sudah dimulai sejak zaman kolonial belanda. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di indonesia sudah dimulai sejak zaman kolonial belanda. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan di indonesia sudah dimulai sejak zaman kolonial belanda. Pada waktu itu operasional bank mendasarkan pada sistem bunga. Dalam hal ini bank memberikan jasa

Lebih terperinci

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU A. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia Konstitusi (Constitution) diartikan

Lebih terperinci

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi. 1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah lembaga (tinggi) negara yang baru yang sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah Agung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Inflasi Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus maksudnya

Lebih terperinci

BAB IV BANK INDONESIA DAN PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TAHUN Bab ini merupakan interpretasi dari analisis fakta-fakta yang terkumpul

BAB IV BANK INDONESIA DAN PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TAHUN Bab ini merupakan interpretasi dari analisis fakta-fakta yang terkumpul 73 BAB IV BANK INDONESIA DAN PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1953-1966 Bab ini merupakan interpretasi dari analisis fakta-fakta yang terkumpul tentang peranan Bank Indonesia dalam perekonomian di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dilihat dari sejarah berdirinya Bank Indonesia pada tahun 1960-an dimana

PENDAHULUAN. Dilihat dari sejarah berdirinya Bank Indonesia pada tahun 1960-an dimana PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari sejarah berdirinya Bank Indonesia pada tahun 1960-an dimana pada masa itu Bank Indonesia difokuskan sebagai sarana untuk pemulihan perekonomian dengan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERTAMA Ir. SOEKARNO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERTAMA Ir. SOEKARNO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERTAMA Ir. SOEKARNO Oleh: Ahlul Amalsyah Ir. Soekarno atau yang biasa disapa Bung Karno lahir pada tanggal 6 juni 1901 di Blitar, Jawa Timur adalah presiden Indonesia pertama

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD SEJARAH PERKEMBANGAN UUD [18 Agustus 1945 dan Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959] Dr. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2017 Pokok Bahasan

Lebih terperinci

Materi Sejarah Kelas XII IPS

Materi Sejarah Kelas XII IPS 2. Perjanjian Roem Royen Perjanjian Roem-Royen merupakan perundingan yang membuka jalan ke arah terlaksananya.konferensi Meja Bundar yang menjadi cikal bakal terwujudnya Negara Kesatuan Repulik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia diperhadapkan pada masalah krisis ekonomi global yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika sehingga akan berdampak buruk

Lebih terperinci