PENGARUH DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA"

Transkripsi

1 PENGARUH DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA PENGARUH DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA A. DALAM BIDANG POLITIK Pemerintahan tidak stabil karena sering terjadi pergantian cabinet. Adapun kabinet pada masa demokrasi liberal, yaitu : a. KABINET NATSIR (6 September Maret 1951) Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi Dipimpin Oleh : Muhammad Natsir Program : 1. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman. 2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan. 3. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang. 4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat. 5. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat. Prestasi : Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai masalah Irian Barat. Berakhirnya kekuasaan kabinet : Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden. b. KABINET SUKIMAN (27 April April 1952) Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI. Dipimpin Oleh: Sukiman Wiryosanjoyo Program : 1. Menjamin keamanan dan ketentraman

2 2. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar sesuai dengan kepentingan petani. 3. Mempercepat persiapan pemilihan umum. 4. Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI secepatnya. Prestasi : Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjutkan program Natsir hanya saja terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya program Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman. Ada pula perusahaan kecil mengalami kemajuan, perluasan pendidikan yang cepat, adanya perlindungan bagi kaum buruh. Berakhirnya kekuasaan kabinet : Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada presiden. c. KABINET WILOPO (3 April Juni 1953) Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam biangnya. Dipimpin Oleh : Mr. Wilopo Program : 1. Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan. 2. Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda, Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif. Prestasi : Berkembangnya tambang minyak Berakhirnya kekuasaan kabinet : Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden. d. KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli Agustus 1955) Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU.

3 Dipimpin Oleh : Mr. Ali Sastroamijoyo Program : 1. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu. 2. Pembebasan Irian Barat secepatnya. 3. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB. 4. Penyelesaian Pertikaian politik Prestasi : Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29 September Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun Berakhirnya kekuasaan kabinet : Nu menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden. e. KABINET BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus Maret 1956) Dipimpin Oleh : Burhanuddin Harahap Program : 1. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah. 2. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat terbentuknya parlemen baru 3. Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi 4. Perjuangan pengembalian Irian Barat 5. Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif. Prestasi : Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI. Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer.

4 Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin. Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober Berakhirnya kekuasaan kabinet : Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibentuk kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula. f. KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20 Maret Maret 1957) Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU. Dipimpin Oleh : Ali Sastroamijoyo Program : Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang, sebagai berikut. 1. Perjuangan pengembalian Irian Barat 2. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD. 3. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai. 4. Menyehatkan perimbangan keuangan negara. 5. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan rakyat. Selain itu program pokoknya adalah, Pembatalan KMB, Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri bebas aktif, Melaksanakan keputusan KAA. Prestasi : Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB. Berakhirnya kekuasaan kabinet : Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada presiden. g. KABINET DJUANDA ( 9 April Juli 1959)

5 Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar pengganti UUDS Serta terjadinya perebutan kekuasaan antara partai politik. Dipimpin Oleh : Ir. Juanda Program : Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya, programnya yaitu : Membentuk Dewan Nasional Normalisasi keadaan Republik Indonesia Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB Perjuangan pengembalian Irian Jaya Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di daerah, perjuangan pengembalian Irian Barat, menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang sangat buruk. Prestasi : Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan telah terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan daratan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin. Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah. Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional dan daerah, pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah RI. Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri tetapi tidak berhasil dengan baik. Berakhirnya kekuasaan kabinet : Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.

6 Dampak Demokrasi Liberal Terhadap Ekonomi di Indonesia tahun Meskipun Indonesia telah merdeka tetapi Kondisi ekonomi Indonesia masih sangat buruk. Upaya untuk mengubah struktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional berjalan tersendat-sendat. Faktor yang menyebabkannya adalah : 1. Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1.5 Triliun rupiah dan hutang dalam negeri sebesar 2.8 Triliun rupiah. 2. Defisit sebesar 5.1 Miliar yang harus ditanggung. 3. Perekonomian Indonesia bergantung pada jenis ekspor hasil bumi yaitu pertanian dan perkebunan, apabila permintaan berkurang, maka ekonomi Indonesia akan terpukul. 4. Politik keuangan Indonesia dirancang oleh Belanda. 5. Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem perekonomian. 6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum adanya tenaga ahli dan dana yang memadai. 7. Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung banyaknya pemberontakan dan gerakan separatisme. 8. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri yang menyebabkan pengeluaran di bidang keamanan terus meningkat. 9. Kabinet yang terus berganti menyebabkan program-program kabinet tidak dapat dilaksanakan sementara program baru mulai dirancang. 10. Meledaknya angka pertumbuhan penduduk. Masalah jangka pendek Masalah jangka pendek yang dihadapi adalah : 1. Banyaknya jumlah uang yang beredar. 2. Naiknya biaya hidup. Masalah jangka panjang Masalah jangka panjang yang dihadapi adalah Pertambahan jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan penduduk yang rendah. Pada masa kabinet Sukirman, salah satu perubahan ekonomi yang terjadi adalah nasionalisasi ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah. Proses Nasionalisasi itu menyangkut 3 bidang utama yaitu nasionaliasi de Javasche Bank menjadi Bank Indonesia, pembentukan Bank Negara Indonesia, dan pemberlakuan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI). Bank Indonesia adalah bank nasional pertama Indonesia dan dikukuhan pada 5 Juli Langkah selanjutnya adalah nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Indonesia (BI) yang berfungsi sebagai bank sentral dan bak sirkulasi. Pemerintah Indonesia juga melakukan nasionalisasi mata uang Republik Indonesia dengan menukar mata uang Jepang ke mata uang Indonesia (ORI). Pada masa demokrasi parlemeter, proses nasionalisasi ekonomi Indonesia tidak berjalan dengan

7 mulus karena konflik kepentingan antar kelompok di dalam tubuh konstituante dan parlementer. Salah satu masalah yang dihadap adalah kondisi yang timpang karena berpindahnya aset-aset modal yang dimiliki oleh para pengusaha Belanda ke tangan pengusaha nonpribumi. Untuk mengatasi masalah tersebut Kongres Nasional Importir Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan yang dinamakan Gerakan Asaat. Gerakan itu mendorong pemerintah untuk mengeluarkan peraturan yang dapat melindungi pengusaha pribumi dalam berdaya asing terhadap pengusahapengusaha nonpribumi.

8 2.1 Dampak-Dampak Demokrasi Terpimpin. Setelah Sukarno mengeluarkan Dekrit tanggal 5 Juli 1959 maka Indonesia memasuki babak baru dalam Sejarah. Dekrit Presiden menandai berdirinya rezim Demokrasi Terpimpin atau istilah lainnya adalah orde lama. Demokrasi Terpimpin didominasi oleh kehendak Presiden Soekarno, walaupun prakarsa pelaksanaannya diambil bersama-sama dengan pimpinan angkatan bersenjata. Banyak pengamat yang menganggap Presiden Soekarno sebagai diktator ulung. Dia adalah ahli manipulator rakyat daan manipulator lambanglambang. Dia dapat berpidato dengan mudah di depan khalayak ramai. Dalam pelaksaaan Demokrasi Terpimpin terjadi banyak pelanggaran terhadap UUD Dari pengangkatan Presiden Soekarno sebagai presiden seumur hidup sampai penetapan pidatonya sebagai Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Dalam pidatonya pada hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1959, Presiden Soekarno menguraikan ideologi demokrasi terpimpin yang beberapa bulan kemudian dikenal dengan Manipol (manifesto politik). Presiden Soekarno menyerukan untuk dibangkitkannya kembali semangat revolusi, keadilan sosial, dan pelengkapan kembali lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi negara demi revolusi yang berkelanjutan. Pada tahun 1960 kaidah yang samat semakin rumit karena ditambahkannya kata USDEK yang merupakan singkatan dari UUD 1945, Sosialis- Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia. Manipol-USDEK diperkenalkan di segala tingkat pendidikan dan pemerintahan, dan pers diharuskan mendukungnya. Penyebaran ideologi Manipol-USDEK ini menyebar sampai pelosok pegunungan. Bagi redaktur yang tidak mendukungnya, maka surat kabar mereka dilarang terbit seperti redaktur yang pro-masyumi dan PSI. Antara tahun terjadi penurunan sepertiganya, dari eksemplar untuk 90 surat kabar menjadi eksemplar untuk 65 surat kabar. Penerapan Manipol-USDEK menimbulkan banyak kekacauan tidak hanya dari segi ekonomi tetapi juga terhadap kebudayaan. Dalam bidang ekonomi pemerintah mengambil kebijakan mendevaluasi mata uang rupiah sebesar 75 % pada tanggal 25 Agustus Semua uang kertas Tp. 500,00 dan Rp. 1000,00 diturunkan menjadi sepersepuluhnya, dan deposito-deposito bank yang besar jumlahnya dibekukan. 2.2 Dampak ke situasi politik Era "Demokrasi Terpimpin" diwarnai kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani

9 Indonesia. Kolaborasi ini tetap gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak Indonesia kala itu. Pendapatan ekspor Indonesia menurun, cadangan devisa menurun, inflasi terus menaik dan korupsi kaum birokrat dan militer menjadi wabah sehingga situasi politik Indonesia menjadi sangat labil dan memicu banyaknya demonstrasi di seluruh Indonesia, terutama dari kalangan buruh, petani, dan mahasiswa Dampak ke situasi Ekonomi Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segalagalanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab Sosialisme). Kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain : 1. Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai berikut :Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi dibekukan. 2. Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada harga barang-baranga naik 400%. 3. Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi. Kondisi perekonomian carut marut pada masa itu. Salah satu penyakit kronis yang melanda perekonomian Indonesia adalah inflasi. Tahun 1960 inflasi di Indonesia mencapai 21,53%, dan semakin parah pada penghujung masa demokrasi terpimpin yang mencapai 660%. Ironisnya, inflasi ini berasal dari perilaku pemerintah yang melakukan pencetakkan uang dalam jumlah besar, demi membiayai proyek mercusuar bung Karno (pembangunan komplek olahraga senayan, Monas, anggaran militer, dll) dan proyek sosialis dari bung Karno (subsidi BBM yang mencapai 20% dari total anggaran, subsidi berbagai komoditas secara berlebihan, dll). Pemerintah membutuhkan uang yang sangat besar untuk membiayai

10 proyek-proyek politik tersebut, sehingga anggaran setiap tahun selalu defisit. Pada tahun 1966 pengeluaran negara mencapai 7 kali lipat dari pemasukan negara (Prawiro, 1966). Untuk menutupi lubang defisit ini pemerintah mengambil jalan pintas dengan melakukan pencetakan uang. Pencetakkan uang ini jelas menambah jumlah uang yang beredar secara drastis. Pada tahun 1960, jumlah uang beredar hanya Rp. 47 miliar. Jumlah ini melonjak drastis pada tahun 1966 yang mencapai Rp. 5,3 Triliun. Banyaknya jumlah uang beredar ini menyebabkan banyak orang yang memegang uang. Hal tersebut menyebabkan permintaan meningkat tajam tanpa diikuti dengan kemampuan produksi. Sehingga terjadi kelebihan permintaan dan kelangkaan. Efek selanjutnya mudah ditebak, Inflasi yang melambung tinggi. Indonesia juga terus mengalami defisit perdagangan internasional. Pada tahun 1960, Indonesia masih mendapat surplus US $ 97 Juta, akan tetapi, pada tahun 1965, Indonesia mengalami defisit neraca pembayaran US $ 157 juta (Budiman dan Soesatro, 2005). Ada beberapa sebab ekonomi Indonesia semakin buruk, yaitu : 1. Menumpas pemberontakan PRRI/PERMESTA. 2. Adanya inflasi yang cukup tinggi ± Konfrontasi dengan Malaysia (Dwikora). 4. Defisit negara mencapai 7,5 miliar rupiah. Langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk mengatasi kondisi ekonomi dan keuangan yang semakin buruk yaitu : 1. Mata uang bernilai nominal Rp. 500,00 didevaluasi menjadi Rp. 50,00 dan bernilai Rp ,00 dihapuskan. 2. Semua simpanan di bank yang melebihi Rp ,00 dibekukan. 3. Tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan Dekon ( Deklarasi Ekonomi) untuk mencapai ekonomi yang bersifat nasinal, demokrasi, dan bebas dari sisa-sisa imperialisme. Usaha-usaha tersebut mengalami kegagalan karena : 1. Penanganan ekonomi tidak rasional, lebih bersifat politis, dan tidak ada kontrol. 2. Tidak adanya ukuran yang objektif dalam menilai suatu usaha atau hasil orang.

11 2.6. Pengaruh Masa Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Terpimpin terhadap Ekonomi dan Sosial-Budaya Indonesia 1. Pengaruh masa demokrasi parlementer dan demokrasi terpimpin terhadap ekonomi Indonesia Pada masa demokrasi parlementer pemerintahan Indonesia lebih memfokuskan penstabilan mata uang negara Indonesia dengan cara: gunting Syafuddin, nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Indonesia, sistem ekonomi gerakan benteng, sistem ekonomi Ali-Baba dan pembubaran Uni-Indonesia Belanda. Sedangkan pada masa demokrasi terpimpin pemerintahan Indonesia yang sudah memiliki mata uang rupiah yang cukup stabil lebih memfokuskan ekonomi Indonesia pada penyelesaian masalah inflasi Indonesia dan pembuatan beberapa kebijakan-kebijakan perekonomian. 1. Pengaruh masa demokrasi parlementer dan demokrasi terpimpin terhadap sosialbudaya Indonesia Pada masa demokrasi parlementer pemerintah Indonesia pertama-tama ingin memfokuskan diri pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dan hal tersebut terbukti berhasil dengan meningkatnya keinginan penduduk untuk mengenyam bangku pendidikan. Kemudian pada masa ini juga adanya perkembangan dalam bidang media, pers dan komunikasi massa yang terbukti banyaknya majalah dan sumber komunikasi lainnya yang menyebar di seluruh daerah di Indonesia. Meskipun pada masa demokrasi terpimpin pengembangan pendidikan Indonesia tetap berjalan dalam rangka melanjutkan usaha yang dilakukan pada masa pemerintahan demokrasi parlementer, sayangnya, pada masa ini justru seni dan budaya baik dalam bentuk lagu maupun karya lainnya ditentang oleh presiden RI sendiri yaitu Presiden Soekarno semata-mata karena beliau melihat bahwa hal tersebut hanyalah manifestasi dari cita-cita imperialisme barat yang dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia. 2.7.Bagaimana Masa Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Terpimpin Mempengaruhi Ekonomi dan Sosial-Budaya Indonesia Proses bagaimana masa demokrasi parlementer dan demokrasi terpimpin dapat mempengaruhi ekonomi dan sosial-budaya Indonesia adalah melalui pemerintahan yang memiliki sistem yang berbeda dimana kita ketahui bahwa dalam masa demokrasi parlementer pemerintahan Indonesia lebih bersifat lebih bebas atau menganut paham liberalisme yang dapat dibuktikan bahwa pada masa tersebut rakyat Indonesia dapat dengan bebas mengutarakan karya-karya mereka baik lewat lagu dan karya lainnya dan pers pada masa tersebut lebih bebas untuk memberikan dan menyampaikan informasi kepada rakyat Indonesia itu sendiri sehingga pada masa demokrasi parlementer ini jelas bahwa pemerintahan pada masa itu lebih bebas. Berbalikan dengan hal tersebut, pada masa demokrasi terpimpin yang kita ketahui mempunyai makna bahwa sistem pemerintahan berpusat pada presiden RI sendiri yang pada saat itu adalah Presiden Soekarno, pada masa tersebut mulailah muncul larangan-larangan untuk bisa membuat atau menampilkan lagu atau karya rakyat Indonesia lainnya karena ketakutan pemerintahan Indonesia bahwa hal tersebut akan membawa bangsa Indonesia ke manifestasi dari cita-cita imperialisme Barat khususnya dalam bidang seni dan budaya. Oleh karena itu, dapat kita lihat bahwa keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan dimana pada masa demokrasi parlementer, pemerintahan Indonesia lebih bebas sedangkan pada masa demokrasi terpimpin, pemerintahan Indonesia terlihat lebih otoriter dengan banyaknya larangan-larangan yang ada.

12 1. Pengaruh Demokrasi Terpimpin terhadap Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Pendidikan Bangsa Indonesia Pengaruh demokrasi terpimpin terhadap kehidupan politik bangsa Indonesia. Kondisi Politik Dalam Negeri pada Masa Demokrasi Terpimpin Lima hari setelah Dekrit Presiden (5 Juli 1959), Kabinet karya dibubarkan pada 9 Juli 1959 dan diganti dengan Kabinet Kerja. Setelah itu, Presiden Soekarno pada 22 Juli 1959 membentuk Dewan Pertimbangan Agung (DPA) Demokrasi Terpimpin yang menggantikan sistem Demokrasi Liberal, berlaku tahun a. Pembentukan MPRS melalui Penetapan Presiden No. 2/1959 yang anggotanya ditunjuk dan diangkat oleh presiden dengan beberapa persyaratan: setuju kembali ke UUD 1945, setia kepada perjuangan RI, setuju dengan Manifesto Politik. b. Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh presiden. Keanggotaan MPRS menurut Penpres No. 12 tahun 1959 terdiri atas 261 orang anggota DPR, 94 orang utusan daerah, dan wakil golongan karya sebanyak 200 orang. Tugas MPRS adalah menetapkan GBHN. c. Presiden membubarkan DPR hasil pemilu tahun 1955 yang disusul dengan pembentukan DPR baru. Pernah ada reaksi dari kalangan partai antara lain NU dan PNI yang pernah menyatakan keberatan terhadap pembubaran DPRD hasil pemilu d. GBHN yang bersumber pada pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul "Penemuan Kembali Revolusi Kita" ditetapkan oleh DPA bukan oleh MPRS. Rumusan DPA atas pidato tersebut menjadi GBHN berjudul Manifesto Politik Republik Indonesia: disingkat Manipol. e. Pengangkatan presiden seumur hidup. f. Presiden Soekarno mendirikan lembaga-lembaga negara baru Front Nasional yaitu suatu organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita Proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam UUD g. Presiden juga membentuk Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPR).. Kekuatan politik pada Demokrasi Terpimpin terpusat di tangan Presiden Soekarno dengan TNI-AD dan PKI di sampingnya. Sehubungan dengan strateginya menempel pada Presiden Soekarno, PKI secara sistematis berusaha memperoleh citra sebagai Pancasilais dan yang mendukung kebijakan Soekarno yang menguntungkannya. Ajaran Nasakom

13 (Nasionalis-Agama-Komunis) ciptaan Presiden Soekarno sangat menguntungkan PKI. Ajaran Nasakom menempatkan PKI sebagai unsur yang sah dalam konstelasi politik Indonesia. Dengan demikian kedudukan PKI semakin kuat, PKI semakin meningkatkan kegiatannya dengan berbagai isu yang memberi citra sebagai partai yang paling manipolis dan pendukung Bung Karno yang paling setia. Selama masa Demokrasi Terpimpin, PKI terus melaksanakan program-programnya secara revolusioner. Bahkan mampu menguasai konstelasi politik. Puncak kegiatan PKI adalah melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah pada tanggal 30 September Pengaruh demokrasi terpimpin terhadap kehidupan ekonomi bangsa Indonesia. Menurut pasal 2 UU No. 80/1958, tugas Dewan Perancang Nasional adalah mempersiapkan rancangan UU pembangunan nasional yang berencana, dan menilai penyelenggaraan pembangunan itu. Dan pada 15 Agustus 1959 terbentuklah Dewan Perancang Nasional (Depernas) dibawah pimpinan Muh. Yamin. Namun pada tahun 1963 Depernas berganti nama menjadi Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin Presiden Soekarno. Tugasnya adalah: - Menuyusun rencana pembangunan jangka panjang dan rencana tahunan baik nasional maupun daerah - Mengawasi laporan pelaksanaan pembangunan, dan - Menyiakan dan menilai Mandataris untuk MPRS Keluarnya dekrit presiden pada tanggal 5 Juli 1959 membuat Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonominya menjurus pada sistem etatisme, yaitu segala-galanya diatur oleh pemerintah. Sistem ini bertujuan untuk kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik, dan ekonominya. Kekacauan politik tahun 1959 terjadi bersamaan dengan kekacauan ekonomi, yang melahirkan inflasi. Untuk mengatasi inflasi tersebut dikeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 2 Tahun 1959 yang berlaku pukul peraturan ini bertujuan untuk mengurangi banyaknya uang dalam peredaran untuk kepentingan perbaikan keuangan dan perekonomian negara. Untuk mencapai tujuan tersebut, nilai uang kertas pecahan Rp.500,00 dan Rp.1.000,00 yang ada dalam peredaran pada saat berlakunya peraturan tersebut diturunkan masing-masing menjadi Rp.50,00 dan Rp.100,00. Selain kebijakan menurunkan inflasi juga dikeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 3 Tahun 1959 tentang pembekuan sebagian simpanan pada bank-bank

14 yang dimaksudkan untuk mengurangi banyaknya uang yang beredar, yang terutama dalam tahun 1957 dan 1958 sangat meningkat jumlahnya. Penghasilan negara berupa devisa dan penghasilan lain yang merupakan sumbersumber penting untuk penerimaan negara dalam mata uang rupiah ikut merosot. Sehingga deficit anggaran belanja menjadi lebih besar lagi, dan hanya sebagian kecil yang dapat ditutup dengan pinjaman-pinjaman dari luar negeri. Hal-hal tersebut menyebabkan bertambahnya pencetakan uang kertas. Dibentuk Panitia Penampung Operasi Keuangan (PPOK) pada bulan Agustus 1959 yang bertugas menyelenggarakan tindak lanjut dari tindakan moneter itu, tanpa mengurangi tanggung jawab menteri, departemen, dan jawatan yang bersangkutan. Pemerintah menginstruksikan penghematan bagi instansi pemerintah serta mmperketat pengawasan semua pelaksanaan anggaran belanja. Dengan tindakan moneter 25 Agustus 1959 pemerintah berhasil mengendalikan inflasi Kebijakan moneter kedua, yakni pengeluaran uang rupiah pada 13 Desember 1965 dengan penetapan Presiden RI No. 27 tahun Akibatnya, pengeluaran pemerintah dari Rp(baru) juta dalam tahun 1965 meningkat menjadi Rp(baru) juta, atau lebih kutang 12 kali, peredaran uang dari Rp(baru) 25,72 miliar dalam tahun 1965 mnjadi Rp(baru) miliar dalam tahun 1966, atau Sembilan kali. Nilai tukar antara uang rupiah baru dengan uang rupiah lama, bergerak antara 1 : 10, jadi hanya dinilai oleh umum lebih kurang 10 kali lebih tinggi daripada uang rupiah lama dan bukan 1000 kali. Kebijakan moneter tidak mencapai sasarannya karena pemerintah tidak mempunyai kemampuan politik untuk menahan diri dalam pengeluaran-pengeluarannya. Sejak tahun 1961, Indonesia terus menerus membiayai kekuragan neraca pembayarannya dari cadangan emas dan devisa. Penetapan Presiden No. 7/1965 yang menetapkan pendirian Bank Tunggal Milik Negara. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menyediakan wadah bagi arus perputaran sirkulasi antar bank, baik itu bank sentral maupun bank umum Pengaruh demokrasi terpimpin terhadap kehidupan sosial, budaya, dan pendidikan bangsa Indonesia. Surat kabar dan majalah yang tidak bersedia seirama dengan Demokrasi Terpimpin harus menyingkir. Persyaratan untuk mendapatkan Surat Ijin Terbit dan Surat Ijin Tjetak (SIT) diperketat. Peristiwa yang paling didingat oleh masyarakat pada bidang budaya adalah mengenai Manifes Kebudayaan dan Konferensi Karyawan Pengarang Indonesia (KKPI). Manifest

15 Kebudayaan yang dikenal dengan singkatan peyoratif yang dilemparkan oleh PKI yaitu Manikebu. Yang diungkapkan adalah konsepsi humanism universal yang timbul dalam masyarakat liberal, di Eropa Barat yang menekankan kebebasan individu untuk berkarya secara kreatif. Murid-murid sekolah lanjutan tingakat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas pada tahun 1950-an jumlahnya mulai melimpah dan semua mengharapkan dapat menjadi mahasiswa. Universitas baru didirikan disetiap ibu kota provinsi, sebagian karena alasan politik psikologis untuk menyalurkan kebanggan daerah. Selain itu juga didirikan Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Sekolah Tinggi Theologia, perguruan tinggi Islam, Kristen dan Katolik seperti Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta, Universitas Kristen Indonesia, serta Universitas Katolik Atmajaya.

INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL ( )

INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL ( ) INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL (1949 1959) a. Dalam bidang politik b. Dalam bidang ekonomi c. Dalam bidang sosial budaya 1 a. Dalam bidang Politik Athif Ke-Ren Sistem Pemerintahan Parlementer Menteri

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 A. Latar Belakang 1. Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya kabinet dan persaingan partai politik yang semakin menajam.

Lebih terperinci

1. Pembentukan Badan Perencana Pembangunan Nasional

1. Pembentukan Badan Perencana Pembangunan Nasional I. Persiapan a. Tujuan - Untuk mengetahui sistem ekonomi pada masa demokrasi terpimpin - Untuk memahami usaha pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi pada masa demokrasi terpimpin b. Topik - Perkembangan

Lebih terperinci

A. Kehidupan Politik Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer B. Kehidupan Ekonomi Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer C.

A. Kehidupan Politik Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer B. Kehidupan Ekonomi Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer C. A. Kehidupan Politik Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer B. Kehidupan Ekonomi Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer C. Kehidupan Politik Indonesia di Masa Demokrasi Terpimpin D. Kehidupan Ekonomi

Lebih terperinci

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP Kurikulum 2006/2013 Kelas XII Sejarah PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP 2006 dan K-13 Standar Kompetensi 1. Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak Proklamasi

Lebih terperinci

Masa Pemerintahan Orde Lama. Masa Pemerintahan Orde Baru

Masa Pemerintahan Orde Lama. Masa Pemerintahan Orde Baru Masa Pemerintahan Orde Lama Masa Pemerintahan Orde Baru A. Orde Lama Orde lama adalah sebutan bagi orde pemerintahan sebelum orde baru yang dianggap tidak melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni

Lebih terperinci

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14 Kelompok 10 Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14 SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL 1959-1966 1. Pengertian Sistem Pemerintahan Presidensial Sistem presidensial

Lebih terperinci

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN Nama : DIMAS DWI PUTRA Kelas : XII MIPA 3 SMAN 1 SUKATANI 2017/3018 Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) 1. Lembaga tinggi negara yang terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD adalah a. DPR c. DPD e. MK f. MA 2. Yang bukan Tugas MPR adalah a. Melantik Presiden

Lebih terperinci

sherila putri melinda

sherila putri melinda sherila putri melinda Beranda Profil Rabu, 13 Maret 2013 DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA Demokrasi berasal dari kata DEMOS yang artinya RAKYAT dan

Lebih terperinci

BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI KEDAULATAN. Kata Kunci

BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI KEDAULATAN. Kata Kunci BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA PASCAPENGAKUAN KEDAULATAN AN 12345678901234567890123456789012123456 12345678901234567890123456789012123456 12345678901234567890123456789012123456 12345678901234567890123456789012123456

Lebih terperinci

BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK, EKONOMI DAN PERUBAHAN MASYARAKAT DI INDONESIA PADA TAHUN

BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK, EKONOMI DAN PERUBAHAN MASYARAKAT DI INDONESIA PADA TAHUN BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK, EKONOMI DAN PERUBAHAN MASYARAKAT DI INDONESIA PADA TAHUN 1950-1965 Standar Kompetensi 1. Menanalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya orde baru.

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL BAB 3 DEMOKRASI LIBERAL

LATIHAN SOAL BAB 3 DEMOKRASI LIBERAL LATIHAN SOAL BAB 3 DEMOKRASI LIBERAL 1. Sejak kembali menjadi Negara kesatuan, Indonesia masuk pada era demokrasi parlementer. Jalannya pemerintahan pada masa ini tetap tidak stabil karena a. Para menteri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. anikwidiastuti@uny.ac.id

BAB II GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. anikwidiastuti@uny.ac.id BAB II GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA TUJUAN PERKULIAHAN Mampu mendeskripsikan kondisi perekonomian pada masa orde lama Mampu mendeskripsikan kondisi perekonomian pada masa orde baru ERA SEBELUM

Lebih terperinci

DEMOKRASI LIBERAL. 1. KABINET Natsir (September 1950 April 1951) Kabinet ini didominasi oleh partai Masyumi

DEMOKRASI LIBERAL. 1. KABINET Natsir (September 1950 April 1951) Kabinet ini didominasi oleh partai Masyumi DEMOKRASI LIBERAL Pada periode ini Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, tahun 1950, Indonesia menganut sistem Demokrasi Parlementer (atau yang sering disebut sistem Demokrasi Liberal)dengan kabinet

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan diikuti keadaan politik yang semakin rawan dengan munculnya rasa tidak puas dari daerah terhadap

Lebih terperinci

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP Kurikulum 2006/2013 Kelas XII Sejarah PERKEMBANGAN POLITIK INDONESIA SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP 2006 dan K-13 Standar Kompetensi 1. Menganalisis Perjuangan Bangsa Indonesia sejak Proklamasi

Lebih terperinci

Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR. (Ditetapkan di Bandung 19 November 1960)

Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR. (Ditetapkan di Bandung 19 November 1960) Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR I. Periode 1960 1965 1. Ketetapan MPRS No. I/MPRS 1960 tentang Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai Garis-Garis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950- BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-1959) sangat menarik untuk dikaji. Militer adalah organ yang penting yang dimiliki

Lebih terperinci

SISTEM PRESIDENSIIL TAHUN

SISTEM PRESIDENSIIL TAHUN NAMA : 1. Aris Hadi Pranoto (14144600203) 2. Desi Muji Hartanti (14144600178) 3. Puput Wulandari (14144600191) 4. Muhammad Hafizh Alhanif (14144600215) Kelas: A5-14 SISTEM PRESIDENSIIL TAHUN 1959-1966

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa di dunia memiliki hak yaitu mendapatkan kemerdekaan, seperti didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: PEREKONOMIAN INDONESIA Sejarah Perekenomian Indonesia Periode Orde Baru Fakultas FEB Sitti Rakhman, SP., MM. Program Studi Manajemen Latar belakang lahirnya Orde Baru Terjadinya peristiwa Gerakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

Memahami usaha mempertahankan Kemerdekaan. Mendeskripsikan peristiwa peristiwa politik dan ekonomi. Indonesia pasca pengakuan kedaulatan

Memahami usaha mempertahankan Kemerdekaan. Mendeskripsikan peristiwa peristiwa politik dan ekonomi. Indonesia pasca pengakuan kedaulatan Bbb BAB IV Peristiwa Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Standar Kompetisi : Memahami usaha mempertahankan Kemerdekaan Kompetisi Dasar : Mendeskripsikan peristiwa peristiwa politik dan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

Presiden Seumur Hidup

Presiden Seumur Hidup Presiden Seumur Hidup Wawancara Suhardiman : "Tidak Ada Rekayasa dari Bung Karno Agar Diangkat Menjadi Presiden Seumur Hidup" http://tempo.co.id/ang/min/02/18/nas1.htm Bung Karno, nama yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia menjadi negara yang independen, negara yang seharusnya berdiri sendiri tanpa pengaruh

Lebih terperinci

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu;

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu; Pemilu 1955. Ini merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Waktu itu Republik Indonesia berusia 10 tahun. Kalau dikatakan pemilu merupakan syarat minimal bagi adanya demokrasi, apakah

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 5 OLEH: TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA 9 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Kemudian dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Zyunbi Iinkai)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI www.bimbinganalumniui.com 1. Setelah kabinet Amir Syarifuddin jatuh, atas persetujuan presiden KNIP memilih Hatta sebagai Perdana Menteri. Jatuhnya Amir Syarifuddin membuat kelompok kiri kehilangan basis

Lebih terperinci

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1964 TENTANG PEMBINAAN PERFILMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1964 TENTANG PEMBINAAN PERFILMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1964 TENTANG PEMBINAAN PERFILMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perfilman merupakan alat publikasi massa yang sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. faktor yang mempengaruhi didirikannya Bank Indonesia. Faktor yang paling

BAB V KESIMPULAN. faktor yang mempengaruhi didirikannya Bank Indonesia. Faktor yang paling 137 BAB V KESIMPULAN Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Terdapat beberapa hal yang penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasakom merupakan hasil buah pikiran Presiden Soekarno yang dijadikannya sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita yang belum

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA

SISTEM EKONOMI INDONESIA SISTEM EKONOMI INDONESIA Suatu sistem ekonomi mencakup nilai nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma norma, peraturanperaturan yang berkenaan dengan pemanfaatan sumber daya bagi pemenuhan kebutuhan.

Lebih terperinci

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Sistem pemerintahan negara Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Semuanya itu tidak terlepas dari sifat dan watak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA Materi Kuliah Sistem Politik Indonesia [Sri Budi Eko Wardani] Alasan Intervensi Militer dalam Politik FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL 1. Nilai dan orientasi perwira

Lebih terperinci

7. Kabinet Karya/Juanda (31 Jul Agt 1955), dibentuk pada saat negara dalam situasi memprihatinkan, dan tidak berdasar atas dukungan dari

7. Kabinet Karya/Juanda (31 Jul Agt 1955), dibentuk pada saat negara dalam situasi memprihatinkan, dan tidak berdasar atas dukungan dari DEMOKRASI LIBERAL Setelah dilaksanakan Konferensi Meja Bundar, Indonesia kembali ke bentuk negara kesatuan, dari RIS menjadi NKRI, dikarenakan bentuk negara federasi atau serikat tidak sesuai dengan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: SEJARAH NASIONAL INDONESIA 1. Tanam paksa yang diterapkan pemerintah colonial Belanda pada abad ke-19 di Indonesia merupakan perwujudan dari A. Dehumanisasi masyarakat Jawa B. Bekerjasama dengan Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA 23 BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA A. Masa Tahun 1945-1949 Masa Tahun 1945-1949 sebagai masa berlakunya UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 menghendaki sistem pemerintahan

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. MENYEBUTKAN PENGERTIAN, MAKNA DAN MANFAAT

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. ayah kandungnya baru dia ketahui setelah ia lulus sekolah AMS (Algemene

BAB VI KESIMPULAN. ayah kandungnya baru dia ketahui setelah ia lulus sekolah AMS (Algemene BAB VI KESIMPULAN Wilopo lahir di Purworejo pada 21 Oktober 1909. Wilopo merupakan anak angkat dari Prawirodiharjo. Ayah kandung Wilopo adalah orang yang selama ini dikenal sebagai pamannya yaitu Soedjono

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH KELAS XI IPA 2011

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH KELAS XI IPA 2011 KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH KELAS XI IPA 2011 Jenis sekolah : SMA/MA Jumlah soal : 55 butir Mata pelajaran : SEJARAH Bentuk soal/tes : Pilihan Ganda/essay Kurikulum : KTSP Alokasi waktu : 90

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan suatu gerakan rakyat, yang bersendikan demokrasi terpimpin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang 168 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Terdapat

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III SISTEM EKONOMI INDONESIA Ilmu Hubungan Internasional Semester III Suatu sistem ekonomi mencakup nilai-nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma-norma, peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

Antiremed Sejarah. Persiapan UAS 1 - Sejarah Kelas 12

Antiremed Sejarah. Persiapan UAS 1 - Sejarah Kelas 12 Antiremed Sejarah Persiapan UAS 1 - Sejarah Kelas 12 Doc. Name: AR12SEJ01UAS Version : 2015-05 halaman 1 01. Pemimpin pertempuran di Ambarawa pada November 1945 yang berhasil mumukul mundur tentara sekutu

Lebih terperinci

SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA. Muhlisin, S.E., M.Si.

SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA. Muhlisin, S.E., M.Si. SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA Muhlisin, S.E., M.Si. 1 Kedatangan Belanda Tahun 1596, armada Belanda dipimpin Cornelis de Houtman datang di Banten. Tahun 1602 dibentuk VOC (Vereenigde Oost- Indische Compagnie)

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT DAN PENYEDERHANAAN KEPARTAIAN (Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1959 Tanggal 31 Desember 1959) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SYARAT-SYARAT DAN PENYEDERHANAAN KEPARTAIAN (Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1959 Tanggal 31 Desember 1959) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SYARAT-SYARAT DAN PENYEDERHANAAN KEPARTAIAN (Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1959 Tanggal 31 Desember 1959) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa berhubung dengan keadaan ketatanegaraan di Indonesia,

Lebih terperinci

Perekonimian Indonesia

Perekonimian Indonesia Perekonimian Indonesia Sumber : 2. Presentasi Husnul Khatimah 3. Laporan Bank Indonesia 4. Buku Aris Budi Setyawan 5. Sumber lain yg relevan (Pertemuan 1-11) Peraturan Perkuliahan Hadir dengan berpakaian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas

PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas jajahan masih di bawah kekuasaan Kerajaan Belanda. Setelah

Lebih terperinci

Periode Pengakuan Kedaulatan RI s.d. Nasionalisasi DJB

Periode Pengakuan Kedaulatan RI s.d. Nasionalisasi DJB Periode Pengakuan Kedaulatan RI s.d. Nasionalisasi DJB Setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Lebih terperinci

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Ilustrasi: Moh. Dzikri Handika Melalui buku Peranan Koperasi Dewasa Ini (PKDI), Aidit secara tegas meletakkan koperasi sebagai gerakan sosial dan ekonomi

Lebih terperinci

S a o l a CP C N P S W w a a w s a a s n a Ke K b e a b n a g n s g a s a a n

S a o l a CP C N P S W w a a w s a a s n a Ke K b e a b n a g n s g a s a a n Soal CPNS Wawasan Kebangsaan 1. Pancasila merupakan penuntun dan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam perjuangan mewujudkan cita-cita bangsa. Hal ini berarti pancasila berfungsi sebagai... A. dasar negara

Lebih terperinci

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah 1 BAB I PNDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemerdekaan Indonesia diperoleh dengan perjuangan yang tidak mudah. Perjuangan tersebut lebih dikenal dengan sebutan revolusi nasional Indonesia. Revolusi nasional

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD SEJARAH PERKEMBANGAN UUD [18 Agustus 1945 dan Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959] Dr. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2017 Pokok Bahasan

Lebih terperinci

UUD Pasca Dekrit Presiden 5 Juli 1959

UUD Pasca Dekrit Presiden 5 Juli 1959 UUD 1945 Pasca Dekrit Presiden 5 Juli 1959 R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 11/9/2008 Sub-Pokok Bahasan Alasan pemberlakuan kembali UUD

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) DOSEN PEMBIMBING : ARI WIBOWO,M.Pd Disusun Oleh : Rizma Alifatin (176) Kurnia Widyastanti (189) Riana Asti F (213) M. Nurul Saeful (201) Kelas : A5-14

Lebih terperinci

KISI-KISI UAS SEJARAH

KISI-KISI UAS SEJARAH KISI-KISI UAS SEJARAH Reformasi Kondisi politik masa B.J. Habibie ABRI masa B.J. Habibie Kebijakan Gusdur terhadap etnis Tionghoa Kebijakan politik masa Gusdur Kebijakan ekonomi masa Megawati Prestasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dibebarapa wilayah Asia, termasuk Indonesia pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dibebarapa wilayah Asia, termasuk Indonesia pada 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi dibebarapa wilayah Asia, termasuk Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah membawa perekonomian Indonesia dibawah kendali Lembaga Moneter Internasional

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEJARAH INDONESIA SMK NEGERI 3 JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEJARAH INDONESIA SMK NEGERI 3 JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEJARAH INDONESIA SMK NEGERI 3 JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Jenis Sekolah : SMK Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu: Jumlah Soal : 40 Soal

Lebih terperinci

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF Demokrasi: Antara Teori dan Pelaksanaannya Di Indonesia Modul ini akan mempelajari pengertian, manfaat dan jenis-jenis demokrasi. selanjutnya diharapkan diperoleh

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK KISI-KISI UKG 2015 SEJARAH Indikator Pencapaian b c d e 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, 1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek

Lebih terperinci

Tentang: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG DAN SEKRETARIAT DAERAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG-ROYONG. SEKRETARIAT DAERAH.

Tentang: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG DAN SEKRETARIAT DAERAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG-ROYONG. SEKRETARIAT DAERAH. Bentuk: Oleh: PENETAPAN PRESIDEN (PENPRES) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 5 TAHUN 1960 (5/1960) Tanggal: 23 SEPTEMBER 1960 (JAKARTA) Sumber: LN 1960/103; TLN NO. 2042 Tentang: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN ( ) Insan Fahmi Siregar. Abstract PENDAHULUAN

PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN ( ) Insan Fahmi Siregar. Abstract PENDAHULUAN PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN (1945-1960) Insan Fahmi Siregar Abstract liberal democracy era, Masyumi members had seats in parliament and the party supplied prime ministers Key

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA Latar belakang Sejarah awal terbentuknya bangsa Indonesia tidak lepas dari peran militer Terdapat dwi fungsi ABRI, yaitu : (1) menjaga keamanan

Lebih terperinci

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 1 TAHUN 1964 TENTANG PEMBINAAN PERFILMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 1 TAHUN 1964 TENTANG PEMBINAAN PERFILMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 1 TAHUN 1964 TENTANG PEMBINAAN PERFILMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perfilman merupakan alat publikasi massa yang sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA A. Definisi Sistem ekonomi adalah cara suatu negara mengatur kehidupan ekonominya dalam rangka mencapai kemakmuran. Pelaksanaan sistem ekonomi suatu negara tercermin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE 2014-2015 A. Analisis Fundamental Nilai Tukar Rupiah 1. Faktor Ekonomi Faktor Ekonomi yaitu hal-hal yang

Lebih terperinci

UKBM SEJARAH 3.5/4.5/1/5-1

UKBM SEJARAH 3.5/4.5/1/5-1 UKBM SEJARAH 3.5/4.5/1/5-1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UNIT KEGIATAN BELAJAR SEJ - 3.5/4.5/1/5-1 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Sejarah

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA A. Pengertian Bank Indonesia Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, bank adalah badan usaha yang

Lebih terperinci

PEMETAAN STANDAR ISI

PEMETAAN STANDAR ISI PEMETAAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN KELAS / SEMESTER : SEJARAH : XII IPS / I STANDART KOMPTENSI KOMPETENSI DASAR THP INDIKATOR THP MATERI POKOK 1. Menganalisis perjuangan 1.1 Menganalisis peristiwa sekitar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA MENURUT MAHFUD MD

BAB IV ANALISIS TENTANG KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA MENURUT MAHFUD MD 68 BAB IV ANALISIS TENTANG KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA MENURUT MAHFUD MD A. Analisis tentang Konsep Syura dalam Islam atas Pelaksanaan Demokrasi Konstitusional

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG Jl. Sompok No. 43 Telp. 8446802 Semarang Website.www.smp 37.smg.sch.id Email: smp 37 smg @ yahoo.co.id ULANGAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN

Lebih terperinci

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1960 TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1960 TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1960 TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai lanjutan dari Penetapan Presiden No. 3 tahun

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1966-1983 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1966-2 1983 2. Arah Kebijakan 1966-1983 5 3. Langkah-Langkah Strategis 1966-1983

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi Undang Undang yang berkaitan dengan Demokrasi a. Dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 (sebelum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Demokrasi Parlementer (Liberal)

Demokrasi Parlementer (Liberal) PERTEMUAN KE 5 Demokrasi Parlementer (Liberal) UUD 1945 periode pertama (1945-1949) RIS 1949 dan UUDS 1950 secara yuridis formal berakhir pada tanggal 5 Juli 1959 Periode (1945-1949 ) dikenal beberapa

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka pada bab ini akan membahas tentang sejarah pada awal kemerdekaan sampai masa kini dan hubungannya dengan keberadaan DPR dan juga pendapat ahli hukum tentang DPR.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)

Lebih terperinci

BAB VIII Politik Hukum Pada Masa Reformasi Oleh: Prof.Gunarto.SH.SE,Akt.Mhum. Pada masa reformasi, konfigurasi politik di DPR dan MPR tidak berubah,

BAB VIII Politik Hukum Pada Masa Reformasi Oleh: Prof.Gunarto.SH.SE,Akt.Mhum. Pada masa reformasi, konfigurasi politik di DPR dan MPR tidak berubah, BAB VIII Politik Hukum Pada Masa Reformasi Oleh: Prof.Gunarto.SH.SE,Akt.Mhum. Pada masa reformasi, konfigurasi politik di DPR dan MPR tidak berubah, sama dengan konfigurasi politik yang dihasilkan melalui

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN. Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti yang kita ketahui dua figur tersebut pernah menjadi presiden Republik Indonesia.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERTAMA Ir. SOEKARNO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERTAMA Ir. SOEKARNO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERTAMA Ir. SOEKARNO Oleh: Ahlul Amalsyah Ir. Soekarno atau yang biasa disapa Bung Karno lahir pada tanggal 6 juni 1901 di Blitar, Jawa Timur adalah presiden Indonesia pertama

Lebih terperinci

BAB III Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin ( )

BAB III Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin ( ) BAB III Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965) Masalah kita, bangsa Indonesia, hanya bisa dipecahkan dengan perumusan nilai-nilai murni bangsa sendiri... (Soekarno,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEHIDUPAN POLITIK EKONOMI BANGSA INDONESIA PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI MASA DEMOKRASI LIBERAL.

PERKEMBANGAN KEHIDUPAN POLITIK EKONOMI BANGSA INDONESIA PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI MASA DEMOKRASI LIBERAL. PENDALAMAN MATERI SEJARAH INDONESIA PPG DALAM JABATAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI PERKEMBANGAN KEHIDUPAN POLITIK EKONOMI BANGSA INDONESIA PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI MASA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu ditetapkan Peraturan Tata-tertib Dewan Perwakilan Rakyat

Lebih terperinci

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1959 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1959 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENETAPAN PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 1959 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PRESIDEN, Menimbang : 1. bahwa sebagai lanjutan dari Dekrit Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang tertanggal 5 Juli 1959 tentang kembali

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang BAB V KESIMPULAN Sutan Sjahrir dan Tan Malaka merupakan dua contoh tokoh nasional yang memberikan segenap tenaga dan pikirannya pada masa kemerdekaan. Kajian terhadap pemikiran dua tokoh tersebut, tidak

Lebih terperinci