BAB IV BANK INDONESIA DAN PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TAHUN Bab ini merupakan interpretasi dari analisis fakta-fakta yang terkumpul

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV BANK INDONESIA DAN PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TAHUN Bab ini merupakan interpretasi dari analisis fakta-fakta yang terkumpul"

Transkripsi

1 73 BAB IV BANK INDONESIA DAN PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TAHUN Bab ini merupakan interpretasi dari analisis fakta-fakta yang terkumpul tentang peranan Bank Indonesia dalam perekonomian di Indonesia Tahun Pembahasan dikembangkan menjadi tiga sub pokok yang mengacu kepada rumusan dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan pada bab I. Hal ini dilakukan agar dapat memudahkan peneliti dalam penyusunan permasalahan yang sedang dikaji. Fakta-fakta dalam bab ini diperoleh melalui berbagai sumber tertulis seperti buku, arsip, maupun karya tulis ilmiah. Sub-sub pokok antara lain pertama, mengenai latar belakang berdirinya Bank Indonesia dengan melihat keadaan politik dan ekonomi dalam negeri pada waktu sekitar kemerdekaan RI. Kedua, perkembangan Bank Indonesia yang meliputi aspek fungsi dan tugas Bank Indonesia, struktur organisasi Bank Indonesia dan masalah modal awal Bank Indonesia. Ketiga, mengenai kedudukan Bank Indonesia dalam sistem ekonomi Indonesia tahun , dengan melihat aspek kebijakankebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia meliputi kebijakan moneter Bank Indonesia dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia tahun serta kebijakan ekspor-impor Bank Indonesia dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia tahun

2 Latar Belakang Berdirinya Bank Indonesia Kondisi Sosial-Politik Indonesia Tahun Sejak dideklarasikannya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, status negara Indonesia berubah menjadi negara yang merdeka dari penjajahan kolonial Belanda dan pendudukan tentara Jepang. Namun, status itu baru secara de facto, sedangkan status de jure belum didapatkan oleh Indonesia karena pihak Belanda belum mau mengakui Indonesia merdeka. Oleh karena itu, pihak Belanda masih melakukan suatu agresi di Indonesia yaitu Agresi Militer Belanda I tahun 1947 dan Agresi Militer Belanda II tahun 1948 dengan tujuan untuk dapat menduduki kembali wilayah Indonesia. Namun, tujuan dari agresi tersebut tidak tercapai dengan diadakannya beberapa perundingan yang melibatkan kedua belah pihak, seperti perundingan renville, perundingan linggar Jati, Roem- Royen dan perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB). Dari semua perundingan yang dilakukan, hanya Konferensi Meja Bundarlah yang berhasil menjadikan Indonesia diakui oleh pihak Belanda. Pada tanggal 27 Desember 1949, Indonesia sah menjadi negara yang merdeka secara de facto dan de jure. Tahun merupakan kurun waktu yang dipenuhi oleh perjuangan fisik dan militer disamping usaha-usaha politik untuk memperoleh pengakuan resmi kemerdekaan Indonesia, baik dari pihak Belanda maupun dunia Internasional. Perlawanan terhadap agresi Belanda telah menelan banyak korban dari masyarakat Indonesia yang rela memperjuangkan bangsanya sehingga menyebabkan pula terpurukya perekonomian negara. Hasil dari perundangan KMB di antaranya ialah

3 75 pembentukan Uni-Indonesia-Nederland, pembayaran utang Pemerintah Hindia- Belanda oleh Pemerintah Indonesia, dan kesepakatan undang-undang mata uang baru yang akan dikeluarkan yang juga harus dimusyawarahkan dengan pemerintah Belanda. Selain itu, hasil keputusan KMB pun menetapkan sebuah bank sentral untuk megatur perekonomian Indonesia yaitu dengan ditetapkannya De Javasche Bank yang awalnya merupakan bank sirkulasi pada masa Hindia-Belanda. Setelah masa Revolusi kemerdekaan berakhir, Indonesia memasuki masa dengan konsep Demokrasi Liberal. Demokrasi Liberal ditandai dengan berlakunya UUDS tahun 1950 dengan menetapkan berlakunya sistem perlementer dimana badan eksekutif terdiri dari presiden sebagai kepala negara berserta menterinya yang memiliki tanggung jawab politik. Sementara itu kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang memiliki kekuasaan melebihi Presiden. Dalam hal ini Presiden dianggap sebagai simbol atau lambang negara saja sedangkan yang mengatur pemerintahan dan memiliki kekuasaan utuh ialah Perdana Menteri. Disetujuinya hasil-hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 2 November 1949 di Den Haag, maka terbentuklah negara Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS menjadi bentuk negara pada awal masa Demokrasi Liberal, RIS terdiri dari 16 negara bagian yang terdiri dari Negara Republik Indonesia, Negara Pasundan, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan, Negara Indonesia Timur, dll. Presiden atau Kepala Negara RIS yang pertama ialah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta diangkat sebagai perdana menteri yang pertama.

4 76 Kabinet pada masa Demokrasi Liberal ini disebut dengan Zaken Kabinet yaitu kabinet yang mengutamakan keahlian dari anggota-anggotanya dan bukan kabinet koalisi yang bersandar pada kekuatan partai-partai politik (Poesponegoro, 1984: 205). Keanggotaan dalam kabinet ini lebih mengutamakan pada pembubaran negara federal RIS dan membentuk negara kesatuan yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Tujuan dari pembubaran negara federal dan pembentukan NKRI tersebut disebakan karena pembentukan negara federal itu tidak beradsarkan landasan konsepsional. Pembentukan negara federal itu bermula kepada usaha Belanda untuk menghancurkan Republik Indonesia sebagai hasil dari Proklamasi pada tanggal 17 Agustus Pembentukan negara kesatuan dimulai setelah Pemerintah Negara Indonesia Timur dan Pemerintah Negara Sumatera Timur menyatakan keinginannya untuk bergabung kembali pada NKRI. Setelah pertimbangan mengenai pokok-pokok pikiran tentang pembentukan negara kesatuan disetujui oleh pemerintahan RI dan RIS, maka realisasi pembentukan negara kesatuan terlaksana setelah ditandatanganinya piagam persetujuan antara pemerintah RI dan RIS pada tanggal 19 Mei 1950, sehingga pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS berubah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesi. Undang-undang yang digunakan pada masa peralihan ini ialah Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 (UUDS 1950) yang merupakan gabungan unsur dari UUD 1945 dan konstitusi RIS. Setelah berubah menjadi negara kesatuan, pemerintah pun segera mengeluarkan kebijakan yang sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat yaitu dengan mulai menasionalisasi

5 77 perusahaan milik Belanda sebagai upaya menghilangkan unsur kolonial di Indonesia. Pembentukan NKRI juga mendorong pemerintah Indonesia untuk mengatur pemerintahannya secara mandiri tanpa campur tangan dari pihak Belanda khususnya dalam bidang politik dan ekonomi. Kebijakan ini dilakukan oleh setiap kabinet yang berkuasa pada masa Demokrasi Liberal. Setelah pembentukan NKRI, Indonesia dibagi menjadi 10 provinsi yang diperintah oleh beberapa kabinet yang silih berganti. Sejak tahun 1950 sampai tahun 1955 terdapat 4 buah kabinet yang memerintah, sehingga rata-rata setiap tahunnya terjadi pergantian kabinet. Kabinet-kabinet yang memimpin itu di antaranya ialah Kabinet Natsir (September 1950-Maret 1951), Kabinet Sukiman (April Febbruari 1952), Kabinet Wilopo (April ) dan Kabimet Ali Sastroamidjojo I (Juli ). Dari gambaran waktu memerintah dapat disimpulkan bahwa dalam waktu rata-rata satu tahun tersebut, tidak ada kabinet yang dapat melaksanakan programnya secara tuntas karena parlemen terlalu sering menjatuhkan kabinet bila kelompok oposisi kuat (Poesponegoro, 1984: 213). Dalam masa ini, para politisi sipil membentuk banyak partai politik, tetapi hanya beberapa partai saja yang benar-benar memiliki arti penting dalam pemerintahan, seperti PSI (Partai Sosialis Indonesia) yang dipimpin oleh Sjahrir, PNI (Partai Nasionalis Indonesia) yang dianggap sebagai partai terbesar kedua setelah Masyumi. Masyumi mewakili kepentingan-kepentingan politik Islam namun tidak memiliki organisasi yang teratur sehingga tahun 1952 golongan-golongan ini terpecah. Parkindo (Partai Kristen Indonesia) mewakili kaum Kristen di Indonesia.

6 78 PKI (Partai Komunis Indonesia) yang dihancurkan namun tidak dilarang pada tahun 1948 mengambil alih keuasaan atas politbiro generasi tua yang selamat dari peristiwa Madiun 1948, pada bulan Januari Pada masa ini partai ini mulai melebarkan sayap ke sektor-sektor kemasyarakatan lainnya, termasuk kaum tani, yang menjadikannya kehilangan banyak sifat proletarnya (Ricklefs, 2007: 361). Kemunculan partai-partai ini pun tentu saja mempengaruhi pula pada sektor perekonomian negara karena pada masa ini pemerintah jadi lebih terfokus pada urusan politik yang mengakibatkan kesejahteraan ekonomi rakyat tergeserkan. Kabinet Natsir merupakan kabinet koalisi yang diperkuat oleh partai Masyumi dan PSI. Di dalam parlemen PNI menolak turut serta dalam kabinet karena merasa tidak diberi kedudukan yang sesuai. Program utama dari kabinet ini ialah mengenai persoalan keamanan dan memperkuat ekonomi rakyat. Salah satu yang diprioritaskan ialah masalah pembebasan Irian Barat dari Belanda. Namun perundingan mengenai Irian Barat tidak mendapatkan kesepakatan sehingga memunculkan emosi tidak percaya dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet Natsir jatuh dan mengembalikan mandatnya pada Presiden Soekarno. namun kelebihan dari masa kabinet ini ialah kegiatan ekspor negara meningkat. Pada tanggal 26 April 1951 diumumkan susunan kabinet baru dibawah pimpinan Dr. Sukiman dari Masyumi dan Suwirjo dari PNI. Kabinet ini sengaja dibentuk berdasarkan koalisi PNI dan Masyumi karena kedua partai ini merupakan partai yang terkuat dalam DPR dan jika kedua partai ini bersatu maka memungkikan terjadinya stabilitas politik. Namun pemerintahan dari kabinet ini pun tidak

7 79 berlangsung lama yang juga disebabkan oleh masing-masing ideologi masing-masing partai yang sulit disatukan. Selain itu, faktor penyebab utama jatuhnya kabinet ialah ditandatanganinya persetujuan bantuan ekonomi dan persenjataan dari Amerika Serikat kepada Indonesia atas dasar Mutual Security Act (MSA). Persetujuan ini menimbulkan tafsiran bahwa Indonesia telah memasuki Blok Barat (AS), yang berarti bertentangan dengan program kabinet khususnya dalam politik luar negeri bebasaktif. Selain itu, pada masa kabinet ini mulai diadakan pembentukan panitia penasionalisasian De Javasche Bank untuk dijadikan sebagai Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia. Pada Bulan April 1952, dibentuklah kabinet baru yang dipimpin oleh Mr. Wilopo dari PNI. Mr. Wilopo mencoba membagi rata anggota kabinet dari berbagai partai dalam susunan kabinetnya dan mengusahakan adanya suatu tim yang disebut dengan zaken kabinet. Program utama kabinet Wilopo ialah mempersiapkan pelaksanaan pemilihan umum untuk Konstituante, DPR dan DPRD dan tetap terfokus pada permasalahan pembebasan Irian Barat. Namun dalam pelaksanaanya kabinet ini mendapat banyak hambatan yaitu di antaranya timbulnya masalah kesukuan dan gerakan separatis yang disebabkan oleh ketidak puasan masyarakat daerah terhadap hak otonomi daerah. Selain itu, masalah juga timbul pada tanggal 17 Oktober 1952 dalam persoalan ketidak puasan dari pihak Angkatan Darat terhadap Parlemen yang terkenal dengan nama peristiwa 17 Oktober. Kedudukan kabinet yang telah goyah diperparah dengan peristiwa Tanjung Morawa di Sumatera Timur yang mempersoalkan mengenai pengijinan pengusaha asing kembali mengusahakan tanah-

8 80 tanah perkebunan. Selain itu pada masa kabinet ini, ekonomi memburuk yaitu dengan ditandainya jatuhnya nilai ekspor Indonesia pada barang-barang seperti karet, timah dan kopra. Namun pada akhir pemerintahan kabinet ini, terdapat satu kebijakan penting yang dilakukan yaitu diresmikannya Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia yang memiliki peranan dalam megatasi permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi dan mengatur perekonomian Indonesia serta mengeluarkan kebijakan moneter. Setelah mengalami masa krisis, pemerintah membentuk kabinet baru dengan Mr. Ali Sastroamidjojo (PNI) sebagai perdana menterinya. Kabinet ini lebih dikenal dengan Kabinet Ali I atau Kabinet Ali Wongso yang diresmikan pada tanggal 31 Juli Dalam kabinet Masyumi tidak ikut serta dalam Parlemen dan sebagai gantinya Nahdathul Ulama (NU) muncul sebagai kekuatan politik baru. Masalah yang dihadapi kabinet ini ialah gerombolan DI/TII Kartosuwiryo di Jawa Barat, DI/TII Daud Beureuh di Aceh dan DI/TII Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan. Selain itu kabinet Ali I pun menghadapi persoalan yang harus segera diselesaikan yaitu persiapan pemilihan umum yang akan dilaksanakan pada pertengahan tahun Selain itu masa kabinet ini pun mengalami suatu fenomena unik dimana munculnya pedagang asing yaitu pedagang Cina dan India yang menguasai kegiatan perekonomian sehingga diperlukan adanya penasionalisasian perekonomian. Meskipun kabinet ini dapat dikatakan sebagai kabinet yang paling lama bertahan namun pada tanggal 24 Juli 1955 Ali Sastroamidjojo mengembalikan mandatnya.

9 81 Setelah Pemilihan Umum pertama terlaksana kondisi politik Indonesia tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya dalam hal ini masih terjadi pegantian kabinet yaitu kabinet Burhanudin Harahap (Agustus 1955-Maret 1956), kabinet Ali Sastroamidjojo II (Maret 1956-Maret 1957) dan kabinet Djuanda (Maret 1957-Juli 1959). Kabinet-kabinet ini masih berupa koalisi dari kedua partai yang kuat dan berpengaruh yaitu PNI dan Masyumi. Program utama yang harus segera diselesaikan ialah pemilihan umum. Pada tanggal 29 September 1955 pemilihan umum dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia. Hasil pemilihan umum pertama dimenangkan oleh 4 partai yaitu PNI, Masyumi, NU dan PKI. Pada tanggal 28 Oktober 1955 diputuskan bahwa Kolonel A.H. Nasution kembali diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Dengan dilaksanakannya pemilihan umum tugas dari kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pada tanggal 3 Maret 1956 Burhanudin Harahap jatuh akibat desakan dari berbagai pihak dan pada tanggal 8 Maret 1959 menunjuk kembali Ali Sastroamidjojo untuk membentuk kabinet baru. Kabinet ini disebut sebagai kabinet Ali II. Program kabinet Ali II disebut Rencana Lima Tahun yang mengandung rencana jangka panjang seperti merebut Irian Barat, memperbaiki keuangan negara sehingga tercapai keseimbangan anggaran belanja serta berusaha mewujudkan perubahan ekonomi kolonial mejadi ekonomi nasioanal untuk kepentingan rakyat. Selain itu, pada masa kabinet ini pun pemerintah Indonesia menolak pembayaran hutang pemerintah Belanda berdasarkan keputusan KMB sebesar 36 milyar gulden. Kebinet ini menghadapi hambatan yang utama yaitu munculnya gerakan anti Cina di

10 82 masyarakat dan adanya kekacauan di daerah. Hasil dari pemilu pertama memperlihatkan gambaran munculnya NU dan PKI sebagai partai besar menyaingi Masyumi dan PNI. Sampai akhir kekuasaan Kabinet Ali II pertentangan politik dalam parlemen masih terjadi. Untuk mengatasi hal tersebut, dalam peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1956 Presiden Soekarno menyatakan bahwa ada baiknya partaipartai dibubarkan dengan alasan menyelamatkan negara. Presiden Soekarno mengajukan suatu konsepsi yaitu Demokrasi Terpimpin (Poesponegoro, 1984: ). Pada bulan Februari 1957 Presiden Soekarno mengumumkan konsep terpimpin dengan asas gotong royong dan tidak ada dominasi partai melaikan zaken kabinet (kabinet ahli). Lalu dibentuk kabinet gotong royong sebagai dewan nasehat. Pada tanggal 2 Maret 1957 muncul gerakan Permesta. Pada tanggal 9 April 1957 dibentuk Kabinet Djuanda yang disebut sebagai kabinet transisi yang ditunjuk langsung oleh Presiden Soekarno sebagai formatur dan menunjuk Djuanda sebagai perdana menteri. Kabinet ini disebut juga sebagai kabinet ekstra parlementer namun Masyumi, Partai Katolik dan PKI menolak keadaan ini yaitu dengan dipilihnya Djuanda. Sementara itu hambatan lain ialah didirikannya PRRI di Sulawesi dengan perdana menterinya yaitu Syafrudin Prawiranegara. Pada akhirnya masa Demokrasi Liberal berakhir secara resmi melalui Dekrit Presiden 5 Juli Dekrit 5 Juli 1959 tidak hanya didukung oleh masyarakat tetapi didukung oleh KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat). Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden Kabinet Djuanda dibubarkan dan pada tanggal 9 Juli 1959 diganti dengan Kabinet

11 83 Kerja. Dalam kabinet ini, Presiden Soekarno menjabat sebagai Perdana Menteri, sedangkan Ir. Djuanda menjadi menteri pertama. Program kabinet meliputi keamanan dalam negeri, pembebasan Irian Barat dan masalah sandang pangan. Dengan penetapan Presiden No. 2 tahun 1959 dibentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), yang anggotanya ditunjuk dan diangkat oleh Presiden. Keanggotaan MPR terdiri atas anggota-anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan dari daerah dan wakil-wakil golongan. Adanya ketidak sepakaatan dalam Anggaran Belanja Negara tahun 1960 menyebabkan dikeluarkannya penetapan Presiden No. 3 tahun 1960 yang menyatakan pembubaran DPR hasil pemilu tahun 1955 dan pada tanggal 24 Juni 1960 Presiden Soekarno menyusun Dewan Perwakilan Rakyak Gotong Royong (DPR-GR). Keanggotaan DPR-GR seluruhnya ditunjuk oleh Presiden Soekarno dengan komposisi mewakili golongan Nasionalis, Islam, dan Komunis. Pada tanggal 17 Agustus 1959 Presiden Soekarno menyampaikan pidato yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita, pidato tersebut dijadikan sebagai garis besar haluan Negara dan dinamakan sebagai Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol). Tindakan Presiden soekarno selanjutnya dalam menegakkan Demokrasi Terpimpin adalah mendirikan lembaga-lembaga lainnya misalnya Front Nasional. Front Nasional merupakan organisasi masa yang memperjuangkan cita-cita Proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam UUD Selain itu Presiden juga membentuk Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPR) yang membatu Pemimpin Besar Revolusi. Hal lain yang menojol dalam Demokrasi Terpimpin ialah

12 84 disebarluaskannya konsep Nasakom oleh Presiden Soekarno untuk menyatukan tiga kekuatan besar di Indonesia yaitu Nasionalis yang diwakili oleh PNI, Agama yang diwakili oleh NU, dan Komunis diwakili oleh PKI. Hal in dianggap sangat menguntungkan PKI. Kedudukan PKI semakin kuat karena banyaknya angota PKI yang masuk keanggotaan kabinet. Hal ini menyebabkan reaksi yang sangat keras dari masyarakat karena PKI dianggap tidak sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia. Penentangan lain ditunjukkan oleh sebagian besar pihak TNI AD yang kontra terhadap Presiden Soekarno sehingga dalam masa ini mucul tiga kekuatan politik yang saling bertentangan yaitu antara Presiden Soekarno, TNI AD dan PKI. Tiga kekuatan tersebut saling menanamkan pengaruhnya di Indonesia hingga mencapai klimaksnya yaitu dengan terjadinya gerakan 30 September 1965 yang sampai saat ini masih menjadi misteri mengenai pelakunya. Selain itu peristiwa tersebut mendorong munculnya peristiwa kudeta melalui surat perintah 11 Maret (SUPERSEMAR) pada tauhun 1966 ynag menandai beralihnya kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Jenderal Soeharto Kondisi Ekonomi Indonesia Tahun Sejak Proklamasi Indonesia, kondisi perekonomian negara masih mengalami ketidak stabilan hal ini dikarenakan biaya akibat perang kemerdekaan diberbagai daerah yang menguras kas negara selama Indonesia menjadi negara jajahan sebenarnya Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alam hanya saja kekayaan tersebut jatuh pada negara penjajah sehingga Indonesia menjadi negara di

13 85 bawah kekuasaan penjajah. Setelah Indonesia merdeka, Bangsa Indonesia mulai mencoba mengatur perekonomiannya sendiri dan mencoba mengatasi masalah ketidak stabilan ekonomi pada saat itu. Namun usaha tersebut mengalami hambatanhambatan dari dalam negeri dan luar negeri seperti terjadinya Agresi Militer Belanda I dan II serta pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di daerah-daerah. Di dalam pemerintaha Republik Indonesia perbedaan pendapat diantara pemimpin bangsa terus terjadi dan mengakibatkan perubaha-perubahan kabinet yang silih berganti dalam waktu yang singkat terbaginya wilayah Indonesia secara de facto menjadi dua menyulitkan pemerintah Indonesia sebagai satu kesatuan moneter melalui pengedaran uang rupiah yang dietrbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Jumlah Oeang Republik Indonesia Indonesia (ORI) yang dapat dicetak dan diedarkan tidak mencukupi kerena kurangnya dana dan sulitnya mendistribusikan keseluruh wilayah Indonesia, termasuk ke wilayah pendudukan Belanda. Di samping itu, pada kenyataannya di wilayah Republik Indonesia sendiri juga masih beredar mata uang Belanda dan mata uang Jepang. Dalam keputusan KMB antara lain menyetujui pembentukan Uni Indonesia- Nederland, pembayaran kembali utang lama pemerintah Hindia-Belanda oleh Indonesia, dan kesepakatan bahwa apabila RIS ingin mengubah undang-undang mata uang atau membuat undang-undang mata uang baru, maka RIS harus bermusyawarah lebih dahulu dengan pemerintah Belanda. Untuk mengubah undang-undang De Javasche Bank atau membentuk bank sirkulasi baru, pemerintah RIS juga melakukan musyawarah dengan pemerintah Belanda. Dengan keputusan KMB tersebut, maka De

14 86 Javasche Bank berfungsi sebagai bank sirkulasi bagi seluruh wilayah Republik Indonesia. Sedangkan Bank Negara Indonesia (BNI) yang didirikan pada tahu 1946 sebagai bank sirkulasi tidak berfungsi. Keputusan KMB mengenai persetujuan Pemerintah Indonesia untuk membayar utang Pemerintah Hindia-Belanda banyak ditentang oleh para menteri dalam Kabinet Somitro. Utang Pemerintah Hindia-Belanda yang dibebankan kepada Pemerintah Indonesia menyebabkan sulitnya upaya Pemerintah Indonesia untuk melakukan rehabilitasi yang hancur akibat pendudukan Jepang dan perjungan melawan Belanda. Dalam persetujuan Finansial-Ekonomi yang dicapai KMB, tututan Belanda memperoleh jaminan bahwa bisnis Belanda tetap dapat beroperasi di Indonesia tanpa hambatan terpaksa dipenuhi oleh pihak Indonesia. Oleh karena itu, setelah persetujuan KMB, berbagai sektor ekonomi penting masih di kuasai Belanda karena sebagian besar saham Belanda yang ada di Indonesia merupakan penghasilan terbesar untuk merehabilitasi negeri Belanda. Namun setelah tahun 1950-an penghasilan Belanda terus menurun sehingga pada tahun 1957 sebagian besar perusahaan milik Belanda di Indonesia diambil alih. Setelah bentuk negara federal, Republik Indonesia Serikat dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1950 dan berubah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) maka secara de facto maupun de jure, kecuali wilayah Irian Barat, seluruh wilayah Republik Indonesia menjadi satu kesatuan. Jika ditinjau dari sudut pandang moneter, keadaan tersebut memungkinkan dilakukannya langkah-langkah untuk menyatukan mata uang sebagai alat pembayaran yang sah bagi Republik Indoneisa.

15 87 Selain itu, kembalinya bentuk NKRI dan tidak adanya turut campur pemerintah Belanda di Indonesia mendorong Pemerintah Indonesia untuk mengatur perkenomiannya sendiri sehingga memerlukan lembaga keuangan milik negara untuk mengatur ekonominya. Keputusan untuk menetapkan De Javasche Bank sebagai bank sirkulasi kemudian akan dikembangkan menjadi bank senteral untuk memperkokoh kedaulatan negara. Oleh karena itu, pada tahun 1951 pemerintah mengambil keputusa politik untuk melakukan nasionalisasi De Javasche Bank dan menjelaskan keputusan tersebut kepada parlemen RI. Keputusan politik tersebut kemudian diikuti penggantian Presiden De Javasche Bank dari Dr. A. Houwink kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara pada bulan Juli 1951 dan pelaksanaan nasionalisasi pada bulan Desember Nasionalisasi De Javasche Bank ditidaklanjuti dengan pembentukan Bank Indonesia sebagai bank senteral dengan undang-undang No. 11 tahun 1953 tanggal 2 Juni 1953 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1953 sebagai Banker s bank serta mengeluarkan kebijakan moneter dan memegang peranan penting dalam mengatur kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi dan moneter (Bank Indonesia, 2005: 9). Meskipun Bank Indonesia baru berdiri pada pertengahan tahun 1953, tapi perlu dicatat bahwa berdasar Surat Kuasa Pemerintah tanggal 16 September 1945 yang ditanda tangani oleh Soekarno-Hatta kepada anggota Dewan Pertimbangan Agung, R.M. Margonmo Djojohadikusumo, telah dibentuk Jajasan Poesat Bank Indonesia pada tanggal 14 Oktober 1945 sebagai langkah pertama untuk membentuk bank sirkulasi bagi Indonesia. Melalui Undang-Undang No. 2 Prp. Tahun 1946

16 88 tanggal 5 Juli 1946 membentuk dan menetapkan Bank Negara Indonesia (BNI) sebagai bank sirkulasi dan bank senteral milik negara, tetapi baru dibentuk kemudia pada tanggal 17 Agustus 1946 di Yogyakarta sebagai adaptasi dari Jajasan Poesat Bank Indonesia (Rhardjo, 1995: 23). Namun hasil keputusan KMB menetapkan bahwa bank senteral bagi Indonesia diambil alih oleh De Javasche Bank sebuah bank swasta milik Belanda sedangkan Bank Negara Indonesia ditugasi sebagai bank pembangunan. Hal ini mencerminkan adanya pergantian fungsi dari setiap bank yang ditetapkan. Ketidak stabilan ekonomi di Indonesia sejak tahun 1950-an juga didorong oleh faktor ketidak stabilan politik seperti peristwa-peristiwa politik yang terjadi pada masa itu, seperti yang dikemukakan dalam buku kelembagaan Bank Indonesia, Perang Korea tahun 1950 menyebabkan permintaan terhadap komoditi ekspor Indonesia meningkat tajam dan memberika pengaru terhadap peningkatan posisi cadangan divisa tahun Selain pengaruh positif dari perang Korea, fluktuasi perekonomian dunia yang mempengaruhi lalu lintas perdagangan Internasional telah memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan ekonomi dan kebijakan yang harus ditempuh pemerintah Republik Indonesia di masa berikutnya. Permiontaan terhadap barang-barang komoditi primer di pasaran dunia pada tahun 1955 meningkat seiring dengan membaiknya perekonomian Amerika Serikat dan kurangnya stok bahan-bahan mentah di negara-negara industri. Perkembangan tersebut menyebabkan naiknya harga komoditi primer di Indonesia dan memperoleh keuntungan dari perkembangan tersebut berupa meningkatnya ekspor dari Rp juta pada tahun 1954 menjadi Rp juta pada tahun 1955 (Bank Indonesia, 2005: 13). Dalam bidang moneter, akhir periode Demokrasi Liberal ditandai dengan meningkatnya inflasi sebagai akibat ekspansi pengeluaran pemerintah dan keadaan politik dalam dan luar negeri yang tidak stabil. Untuk mengatasi inflasi tersebut,bank Indonesia melakukan pengetatan moneter dengan mengahuskan bank membeli kertas

17 89 perbendaharaan negara. Periode ini berakhir pada saat keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, seperti yang dikemukakan dalam buku kelembagaan yang dikeluarkan Bank Indonesia, menyatakan bahwa: Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun , penerimaan ekspor Indonesia mengalami tekanan cukup berat karena melemahnya perdagangan dunia yang disebabkan oleh tindakkan berjaga-jaga yang dilaksanakan oleh negara-negara industri dengan penumpukan persediaan barangbarang mentah sehubungan dengan krisis Suez pada tahun Selain itu disebabkan oleh terjadinya resesi ekonomi di amerika Serikar dan Eropa Barat pada tahun 1957 sampai dengan awal tahun 1958 yang menyebabkan penurunan permintaan dari negara-negara tersebut di pasar dunia. Walaupun pemerintah telah menganbil berbagai kebijakan dalam bidang ekonomi dan moneter, namun tidak menentunya perkembangan ekonomi dunia serta ketidak stabilan politik dalam negeri mengakibatkan kondisi ekonomi Indonesia pada akhir periode memburuk perkembangan ekonomi tersebut mendorong Bank Indonesia mulai melaksanakan kebijakan moneter melalui pembatasan kredit dan cash ratio pada tahun 1957 dan diperketat pada tahun 1959 (Bank Indonesia, 2005: 13). Ketika keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 konsep Demokrasi yang dipakai di Indonesia ialah Demokrasi Terpimpin. Konsep ini dikeluarkan lansung oleh Presiden Soekarno untuk mengganti konsep Demokrasi Liberal. Konsep ini menghendaki agar Indonesia memiliki seorang pemimpin yang dapat mengatur negara termasuk dalam urusan ekonomi. Ketika masa Demokrasi Terpimpin berjalan, Presiden Soekarno menghendaki adanya suatu sistem ekonomi nasional yaitu yang dinamainya sebagai sitem ekonomi terpimpin. Kondisi perekonomian Indonesia pada masa ini belum mengalami perkembangan yang berarti dari kondisi sebelumnya. Dengan kata lain pada masa ini kondisi perekonomian Indonesia masih tidak stabil kecuali adanya perbaikan neraca pembayaran sebagai akibat membaiknya kondisi ekonomi negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat. Menurut Soetikno Slamet,

18 90 gunernur Bank Indonesia pada saat itu dalam buku Sejarah Bank Indonesia Periode II: , menyatakan bahwa: Perkembangan ekonomi dalam tahun 1959 dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni: 1. Tindakan-tindakan mengubah struktur perekonomian ke arah susunan sosialisme Indonesia, yang tercermin pada perubahan-perubahan dalam sistem penyaluran barang; 2. Suasana moneter yang masih terus berkembang ke arah inflasi yang lebih cepat; 3. Naiknya tingkat kegiatan ekonomi di luar negeri yang tercermin pada naiknya harga bahan-bahan ekspor terpenting di luar negeri sehingga mendorong berkembangnya ekspor (Bank Indonesia 2005: 13-14). Perkembangan ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin ditandai oleh rendahnya pertumbuhan ekonomi, tingginya pertumbuhan uang beredar, laju inflasi yang berkepanjangan, dan membengkaknya devisit keuangan negara. Gambaran mengenai laju inflasi dan devisit sejak tahun 1958 sampai 1960 dapat dilihat dalam buku Sejarah Bank Indonesia Periode II: yang mencatat bahwa: Posisi uang beredar pada akhir tahun 1958 sebesar Rp. 19,6 miliar telah meningkat menjadi Rp. 29,9 miliar pada tanggal 31 Maret 1959 atau naik dengan persentase sebesar 53%. Laju inflasi pada tahun 1959 meskipun lebih rendah dari laju inflasi pada tahun 1958 yakni 46%, masih berada pada tingkat yang tinggi yakni 26% dan meningkat lagi menjadi 38% pada tahun Devisit keuangan negara pada tahun 1959 dan 1960 masing-masing sebesar Rp juta dan Rp juta dibandingkan dengan Rp juta pada tahun 1958 (Bank Indonesia, 2005: 14). Dalam upaya memperkecil tingkat inflasi dari pengedaran uang, bank sentral melakukan pembatasan pemberian kredit dengan mengenakan plafon bank baik secara kelompok maupun individu kepada sektor partikelir atau swasta. Upaya ini didukung pula oleh membaiknya negara-negara maju dari krisis ekonomi pada tahun

19 yang telah memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan permintaan akan bahan mentah yang dihasilkan oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Perbaikan tersebut telah meningkatkan ekspor barang-barang penting Indonesia sehingga dapat memperbaiki posisi neraca pembayaran pada tahun 1959 dan Hal ini dapat tergambarkan dalam buku Sejarah Bank Indonesia Periode II: yang mencatat bahwa: Neraca pembayaran Indonesia yang pada tahun 1958 menunjukan devisit sebesar Rp. 149 juta telah berubah menjadi surplus sebesar Rp. 5,732 juta pada tahun 1959 dan Rp juta pada tahun Perbaikan tersebut telah memperkuat posisi kekayaan emas dan cadangan devisa dari Rp juta pada akhir tahun 1958 menjadi Rp juta pada akhir Maret 1959 dan Rp juta pada akhir Maret Perbaikan ini disebabkan oleh meningkatnya ekspor yang cukup besar dan masih kecilnya kenaikan impor karena dilakukannya pembatasan penggunaan devisa untuk impor (Bank Indonesia,2005: 15). Sejalan dengan ekonomi terpimpin, Presiden membentuk Dewan Perancang Nasional yang di ketuai oleh Mohammad Yamin yang diberi tugas untuk menyusun Rencana Pembangunan Delapan Tahun. Berbeda dengan Rencana Pembangunan Lima Tuhun yang disusun sebelumnya oleh ahli-ahli ekonomi. Rencana ini merupakan daftar kumpulan proyek-proyek yang akan dibangun tanpa menyebutkan prioritas dan tidak memberikan cukup perhatian pada alokasi sumber yang efisien dalam situasi dana yang terbatas sebagai akibat dari menurunya anggaran penerimaan pemerintah dan penerimaan ekspor. Konsep ekonomi lain yang muncul pada masa ini ialah Deklarasi Ekonomi (Dekon). Pokus utama dari Dekon adalah Dekonsentrasi yang berisi program-program deregulasi dan debirokratisasi.

20 92 Kondisi ekonomi pada tahun 1961 hingga tahun 1966 makin terpuruk karena timbulnya berbagai tantangan baik eksternal maupun internal. Tantangan dari luar ialah pengaruh dari perkembangan ekonomi negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat yang kembali memburuk akibat makin menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi mereka. Hal tersebut memberikan dampak negatif berupa menurunnya permintaan barang-barang ekspor dari Indonesia sehingga neraca pembayaran yang telah membaik pada tahun 1959 dan 1960, mulai tahun 1961 kembali mengalami kemerosotan. Secara internal, kebutuhan pembiayaan Pemerintah makin tinggi khususnya pembiayaan bidang keamanan dan penyelenggaraan Asian Games, Ganepo, dan proyek Conefo. Pengeluaran lain yang cukup besar ialah untuk kenaikan gaji pegawai negeri sebesar 5 kali PGPN pada tahun 1961, konfrontasi dengan Malaysia serta untuk mengatasi pemberontakan PRRI/Permesta, DI/TII, penumpasan G-30S/ PKI. Jika dilihat dari sisi produksi untuk kegiatan ekspor maka dapat digambarkan bahwa jumlah penerimaan ekspor semakin menurun yang juga disebabkan oleh kegiatan impor yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan Pemerintah. Dalam hal ini barang-barang hasil pertanian, produsi karet alam dan karet sintetik yang semula menunjukan kenaikan dari tahun ke tahun telah terdesak oleh persaingan yang berat dari negara pesaing. Kemerosotan produksi karet alam dunia pada tahun 1963 terutama disebabkan oleh turunya produksi karet rakyat Indonesia sebagai konsekuensi politik konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia. Sementara itu, jumlah utang luar negeri pemerintah makin meningkat yang disebabkan oleh peminjaman

21 93 pada negara blok Timur. Utang luar negeri ini telah menambah berat beban Pemerintah bila diukur dengan kemampuan membayar kembali baik dari sisi keuangan negara atau tersedianya devisa dari ekspor. Berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan ekonomi tidak mampu mengurangi kemerosotan kondisi ekonomi yang memburuk. Inflasi terus meningkat dari tahun ke tahun. Kondisi ekonomi yang sangat parah dalam periode ini diperburuk lagi dengan hasil panen yang kurang baik pada tahun Upaya menurunkan laju inflasi dilakukan Pemerintah seperti menurunkan harga tekstil, mengendaliakan harga barang, memperlancar distribusi barang. Upaya tersebut dilakukan dalam rangka pelaksaan Deklarasi Ekonomi. Dalam usaha untuk menjaga stabilitas ekonomi, pada akhir tahun 1965 Pemerintah melakukan perubahan nilai mata uang rupiah dari Rp uang lama menjadi Rp. 1 uang baru. Pada awal tahun 1965 sistem ekonomi sudah dikatakan memburuk. Kegiatan ekonomi berhenti, inflasi sangat tinggi, dan perdagangan luar negeri macet serta pasar gelap valuta asing menjamur, cadangan devisa terkuras dan utang luar negeri Pemerintah membengkak. Program politik terlalu diperhatikan mengakibatkan biaya ekonomi dan sosial sangat besar. Kehancuran ekonomi yang disertai dengan pertikaian politik berpuncak pada pemberontakan G30S/PKI yang mengakibatkan jatuhnya pemerintaha Presiden Soekarno.

22 Perkembangan Bank Indonesia Tahun Kembalinya bentuk negara Indonesia ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 1950 mendorong Pemerintah untuk menghapus segala unsur kolonial dan menggatikannya dengan unsur nasional. Tidak adanya campur tangan lagi dari pihak Belanda mendorong pemerintah Indonesia mendirikan negara secara independen dalam berbagai bidang khusnya dalam bidang ekonomi. Termasuk dalam hal lembaga keuangan sentral yang harus dimiliki oleh setiap negara untuk mengatur perekonomiannya. Bank Indonesia diputuskan untuk menjadi bank sentral bagi Indonesia dengan segala fungsi dan tugasnya sebagai bank sentral Fungsi dan Tugas Bank Indonesia Dalam membahas tugas dan fungsi Bank Indonesia, maka akan berhubungan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral. Kebijakan bank sentral meliputi berbagai macam jenis tugas dan pekerjaan yang dilakukan bank sentral yang paling penting diantaranya ialah merumuskan dan melaksanakan suatu kebijakan moneter yang diperlukan dalam situasi perkembangan moneter tertentu dengan tujuan memelihara stabilitas moneter dan menjaga pertumbuhan politik. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab tersebut, bank sentral harus berkerja sama dengan pemerintah karena pada hakikatnya kebijakan moneter hanya merupakan bagian dari keseluruhan kebijakan perekonomian yang merupakan tanggung jawab pemerintah sepenuhnya sedangkan bank sentral hanya sebuah perantara. Diantara tugas-tugas tersebut termasuk didalamnya ialah tugas pembatasan perkreditan secara kuantitatif dan kualitatif, penetapan dan perubahan

23 95 tingkat bunga, mengatur sirkulasi uang serta penetuan jumlah uang beredar, dan menjalankan kebijakan pasar terbuka, kebijakan devisa serta neraca pembayaran selain itu bank sentral juga bertugas untuk membimbing dan mengawas bank-bank serta lembaga keuangan lain sehingga berperan sebagai lender of last resort atau bankers bank. Tugas-tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral tersebut diatur dalam Bab II pasal 7 sampai dengan pasal 20 Undang-Undang No. 11 tahun Tugas pokonya diatur dalam pasal 7, yang intinya mencakup tiga fungsi tradisional suatu bank sentral, yaitu fungsi kebijakan moneter, kebijakan perbankan, dan kebijakan sistem pembayaran. Rumusan dari pasal 7 tersebut seperti yang dikutip dalam buku yang ditulis oleh Drs. Oey Beng TO (1951): Pasal 7 (1) Bank bertugas mengatur nilai satuan uang Indonesia menurut cara yang sebaik-baiknya bagi kemakmuran nusa dan bangsa dan dalam hal itu menjaga sebanyak mungkin supaya nilai itu seimbang (stabiel). (2) Bank menyelenggarakan peredaran uang di Indonesia, sekadar peredaran uang itu terdiri dari uang kertas bank, mempermudah jalannya uang giral di Indonesia dan memajukan jalannya pembayaran dengan luar negeri. (3) Bank memajukan perkembangan yang sehat dari urusan kredit dan urusan bank di Republik Indonesia pada umunya dan dari urusan kredit nasional pada khususnya. (4) Bank melakukan pengawasan terhadap urusan kredit. (5) Menunggu terlaksananya suatu peraturan undang-undang tentang pengawasan terhadap urusan kredit maka dengan Peraturan Pemerintah dapat diadakan peraturan-peratusan lebih lanjut bagi bank untuk menjalankan pengawasan termaksud guna kepentingan-kepentingan kemampuan membayar ( solvabiliteit ) dan kelanjutan keuangan ( liquiditeit ) badan-badan kredit, begitu juga untuk pembelian kredit secara sehat dan berdasarkan asas-asas kebijaksaan bank yang tepat (Beng To, 1991: 253).

24 96 Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan peredaran uang di Indonesia, atau sistem pembayaran kartal Bank Indonesia diberi wewenang untuk mengeluarkan uang kertas bank, yaitu uang kertas yang nilainya tidak lebih rendah dari Rp. 5 (lima rupiah), sedangkan untuk mata uang di bawah Rp. 5 dilakuakan oleh pemerintah, namun peredaranya oleh Bank Indonesia. Pasal 16 menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan jaminan bagi jumlah uang kertas bank. Adapun rumusan dari pasal 16 dikutip dari buku yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (2005): Pasak 16 (1) Jumlah sumua uang kertas bank, saldo rekening-koran dan tagihan-tagihan lain yang segera dapat ditagih dari bank harus satu perlima dijamin dengan emas, mata uang emas bahan mata uang emas atau cadangan yang terdiri atas alat-alat pembayaran luar negeri yang umumnya dapat ditukartukarkan, begitu pula dengan hak-hak atas International Monetary Fund dan WorldBank yang diserahkan atau akan diserahkan kepada bank dengan undang-undang. (2) Jaminan yang termasuk dalam ayat 1 sekurang-kurangnya satu perlima bahagian harus ada di Indonesia. (3) Dalam keadaan luar biasa bank dapat menentukan, bahwa untuk suatu masa selama-lamanya tiga bulan bank boleh menyimpang daripada peraturan ayat 1 pasal ini sampai pada suatu batas yang ditentukan pada waktu itu. (4) Keputusan yang diambil menurut ayat ketiga dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara dan dalam Berita Negara. (5) Bila mana bank dalam waktu tiga bulan yang dimaksudkan seperti dalam ayat 3 pasal ini tidak dapat mengembalikan keadaan seperti tercantum dalam ayat 1 pasal ini, maka pemerintah mengajukan permintaan kepada Dewab Perwakilan Rakyat untuk memperpanjang waktu tersebut dalam ayat 3 pasal ini dengan tiga bulan lagi (Bank Indonesia, 2005: 41). Bank Indonesia juga diberikan tugas-tugas penting lainnya, diantaranya dalam hubungan dengan pemerintah seperti: a) Bertidak sebagai kuasa atau bankir Pemerintah Republik Indonesia pada transaksi-transaksi keuangan.

25 97 b) Memberikan bantuan teknis pada perjanjian-perjanjian dengan negara asing dan organisasi-organisasi luar negeri atau internasional, keduanya atas permintaan pemerintah. c) Memberikan bantuan cuma-cuma untuk mengeluarka dengan langsung surat-psurat utang atas beban Republik Indonesia, demikian pula membayar dengan cuma-cuma kupon dan surat utang yang telah diuraikan di atas kepada para pemegangnya atas beban rekening kas negara di tempat pembayaran tersebut; dan d) Setiap kali Menteri Keuangan menganggap perlu menguatkan kas negara untuk sementara waktu, BI memberikan uang muka dengan rekening koran kepada republic Indonesia, yang disediakan atas tangguangan yang cukup dalam kertas perbendaharaan dan penegluaran atau pengadaannya akan diijikan dengan atau berdasarkan undang-undang. Uang muka tersebut tidak boleh melebihi 30% dalam tahun anggaran yang bersakutan. Permintaan uang muka yang melebihi batas tersebut harus dilakukan dengan persetujuan DPR (Bank Indonesia, 2005: 41-42). Selain dari tugas yang harus dilaksanakan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral yang tercantum dalam Undang-Undang Pokok Bank Indonesia 1953, Bank Indonesia juga memiliki fungsi sebagai pimpinan dari lembaga-lembaga keuangan lainnya. Fungsi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Sebagai perusahaan pencetak uang. 2. Biro lalu litas devisa. 3. Perusahaan negara pegadaian (Bank Indonesia, 2005: 32-36) Struktur Organisasi Bank Indonesia Dalam keputusan KMB, De Javasche Bank ditunjuk sebagai bank sentral bagi bangsa Indonesia namun karena De Javascha Bank merupakan bank swasta milik Belanda oleh kerena itu Pemerintah Indonesia perlu melakukan nasionalisasi terhadap bank tersebut untuk menghilangkan unsur kolonial di dalamnya. Sebelum dinasionalisasikannya De Javasche Bank, Pemerintah Indonesia

26 98 telah mendirikan Bank Negara Indonesia sebagai aplikasi dari Jajasan Poesat Bank Indonesia untuk dijadikan sebagai bank sentral. Hanya saja karena hasil keputusan KMB dan berbagai pertimbangan lainnya yang salah satunya menyatakan bahwa De Javasche Bank telah memiliki pengalaman yang lama sebagai bank sirkulasi dan aparatur yang lengkap oleh karena itu De Javasche Bank lah yang ditunjuk sebagai bank sentral Indonesia. Alasan penting lainnya mengenai penugasan bank sentral kepada De Javasche Bank tersirat pada dokumen dalam buku Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa, yang menyatakan bahwa: Selama Republik Indonesia Serikat (RIS) berutang kepada Nederland, maka RIS akan bermusyawarah dulu dengan Nederland, baik jika bermaksud hendak mengubah undang-undang mata uang dan undang-undang De Javasche Bank yang berlaku saat penyerahan kedaulatan RIS akan bermusyawarah lebih dahulu dengan Nederland pasal mengangkat dan memberhentikan Presiden dan direkturdirektur bank sirkulasi sampai undang-undang bank sirkulasi yang baru mulai berlaku (Rahardjo, 1995: 53). Dari kutipan dokumen di atas dapat digambarkan bahwa Pemerintah Belanda membebankan utang terhadap Pemerintah Indonesia yang dinilai sebagai salah satu usaha belanda untuk dapat terus ikut serta dalam Pemerintahan Indonesia. Babak baru dalam sejarah Perbankan Indonesia terjadi, ketika sebuah undangundang baru yaitu Undang-Undang Pokok Bank Indonesia (UUPBI) dinyatakan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1953 dan melahirkan Bank Indonesia yang dicitacitakan oleh Undang-Undang Dasar Dalam penjelasan pasal 23 UUD 1945 disebutkan bahwa kedudukan Bank Indonesia yang akan mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas ditetapkan dengan undang-undang (Bank Indonesia, 2005: 5).

27 99 Pada masa awal perkembanganya kedudukan dan peranan Bank Indonesia tidak semata-mata ditentukan kemampuan manajemen internalnya, melaikan juga dipengaruhi oleh situasi ekonomi nasional, bahkan perkembangan politik yang penuh dengan pergolakan di masa-masa antara tahun Dengan dilakukannya nasionalisasi terhadap De Javasche Bank, yang kemudian menjadi Bank Indonesia, maka setidak-tidaknya secara formal dan simbolis pemerintah Indonesia telah menegakkan kedaulatan ekonomi. Lahirnya Bank Indonesia dianggap sebagai simbol dari kedaulatan dalam hubungan moneter dan ekonomi, sekalipun baru terjadi setelah delapan tahun sejak kemerdekaan (Oey, 1991: 244). Pada hakikatnya ditunjuknya Bank Indonesia sebagai bank sentral merupakan sesuatu yang baru dan dianggap sebagai sebuah lembaga modern yang baru bagi masyarakat Indonesia. Banyak para ahli asing berpendapat bahwa masih terlalu lama bagi bangsa Indonesia untuk dapat menguasai dan mengembangkan Bank Indonesia secara professional (Rahardjo, 1995: 88). Modal utama Bank Indonesia, sebenarnya merupakan warisan organisasi yang berasal dari De Javasche Bank, yang tidak saja memiliki pengalaman yang kaya, baik sebagai bank sirkulasi maupun bank komersial, tetapi juga sistem organisasi dan budaya kerja perusahaan dan staf yang berpengalaman serta pucuk pimpinannya masih banyak dipegang oleh orang Belanda. Meskipun telah resmi menjadi bank sentral, staf dalam jajaran pimpinan cabangcabang utamanya masih dipegang oleh orang Belanda karena kurangnya staf dari orang Indonesia asli yang telah berpengalaman dalam bidang administrasi dan akuntansi.

28 100 Namun perlu dicatat bahwa sejak tahun 1950 telah terjadi perubahan staf tenaga kerja di lingkungan De Javasche Bank yaitu ketika Mr. R.B. Gandasoebrata ditunjuk sebagai orang Indonesia sebagai orang Indonesia pertama yang menduduki posisi cukup tinggi yaitu pejabat Kepala Urusan Devisa, pada bulan April Hal ini disusul dengan penunjukan Mr. Loekman Hakim sebagai Komisaris Pemerintah pada Bank pada tanggal 9 Juli 1950 dan Ir. R.M.T. Sarsito Mangunkoesoemo sebagai anggota Direksi. Selanjutnya orang-orang Indonesia yang menduduki posisi eksekutif puncak adalah Mr. Indra Kasoema, sejak 15 Agustus 1950 dan Mr. Loekman Hakim sebagai Wakil Presiden De Javasche Bank. Kabinet Natsir menilai bahwa terdapatnya orang-orang Indonesia dalam De Javasche Bank itu, akan lebih menjamin terpeliharanya kepentingan Indonesia pada bank milik Belanda yang telah ditunjuk oleh KMB sebagai bank sirkulasi untuk Indonesia. Dari sinilah timbul persoalan tentang dua macam nasionalisasi. Pertama adalah nasionalisasi dalam arti pengambil alihan hak milik dan ke dua, proses yang pada saat itu disebut sebagai Indonesianisasi staf De Javasche Bank. Gagasan nasionalisasi pertama kali dilontarkan dalam Muktamar Partai Masyumi bulan Desember 1949 sebagai reaksi atas Konferensi Meja Bundar (KMB) dengan Dr. Sukiman Wirjosandjojo sebagai ketua Partai Masyumi serta Perdana Menteri pada saat itu. Pada tanggal 28 Mei 1951 pemerintah mengumumkan rencana nasionalisasi tersebut kepada parlemen (Rahardjo, 1995: 59). Sejak pengumuman rencana nasionalisasi diumumkan, Dr. A. Houwink selaku presiden De Javasche Bank saat itu mengundurkan diri secara terhormat dari

29 101 jabatannya melalui Surat Keputusan Republik Indonesia No. 122 tanggal 12 Juli Untuk menggantikan posisi tersebut, sejak tanggal 15 Juli 1951 diangkatlah Sjafruddin Prawiranegara yang resmi menjabat sebagai Presiden De Javasche Bank. Pertimbangan dipilihnya Sjafruddin sebagai Gubernur Bank Indonesia karena Sjafruddin dipandang sebagai orang yang paling paham tentang fungsi sebuah bank sentral, walaupun pandangannya itu sering berbenturan dengan tokoh-tokoh nasional lainnya dalam kabinet seperti Sumitro Djojohadikusumo, Dr. Ong Eng Die dan Mr. Iskaq Tjokroadisoerjo, bahkan berbeda pandangan pula dengan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Gambar 4.1 Sjafruddin Prawiranegara Gubernur Pertama Bank Indonesia (Sumber: http//id.wikipedia.org/wiki/gubernurbi) [26 Mei 2012] Sejak disahkannya Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia pada 1 juli 1953 berdasarkan Undang-Undang No. 11/1953 dan melalui proses pembelian saham De Javasche Bank, Sjafruddin Prawiranegara ditetapkan sebagai Gubernur Bank Indonesia pertama oleh Presiden Soekarno. Pada perkembangan awal Bank Indonesia, Sjafruddin Prawiranegara menjalankan peranannya sebagai gubernur Bank Indonesia melalui persetujuan dari parlemen. Dalam peranannya itu, Sjafruddin

30 102 membawa Bank Indonesia untuk melakukan fungsinya sebagai Bank Sentral dengan pengawasan dari pemerintah dan parlemen. Sjafruddin menjabat sebagai Gubernur Indonesia sampai tahun Pada akhir-akhir periode sebelum De Javasche Bank dinasionalisasi, Direksi bank tersebut terdiri dari Sjafruddin Prawiranegara sebagai Presiden Bank Indonesia dan para Direktur, yang terdiri dari tiga orang pihak Belanda dan dua orang dari pihak Indonesia. Mereka ialah Mr. Loekman Hakim sebagai wakil Presiden I Bank Indonesia; Mr. Indra Kasoema sebagai wakil Presiden II Bank Indonesia; dan H. Tuenisseen, sebagai Direktur; Mr. F.H. Parmentier, sebagai Wakil I Direktur; dan L.Swaan, sebagai Wakil II Direktur. Dipegangnya jabatan-jabatan penting Bank Indonesia oleh pihak Indonesia membantu untuk memudahkan proses nasionalisasi yang akan dilakukan. Bank Indonesia memulai usahanya sebagai bank sentral bertolak dari organisasi pada masa De Javasche Bank yang tergambarkan di atas, hanya saja organisasi ditingkat pimpinan mengalami perubahan. Susunan organisasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini:

31 103 Bagan 4.1 Struktur Organisasi Bank Indonesia per 1 Juli 1953 Dewan Moneter Dewan Penasehat Komisaris Pemerintah Direksi Bagian Pembukuan Bagian Kas & Uang Kertas Bank Bagian Administrasi Pusat Bagian Urusan Efek Bagian Pemb. Kredit Jakarta Bagian Sekretarie 7 Urusan Pegawai Bagian Urusan Wesel Bagian Pemb. Kredit Pusat Dana Devisien Bagian Statistik Ekonomi Cabang Manado Cabang Pontianak Cabang Surabaya Cabang Kediri Cabang Yogyakarta Cabang Cirebon Cabang Palembang Cabang Medan Kantor Perwakilan New York Cabang Makasar Cabang Banjarmasin Cabang Malang Cabang Solo Cabang Semarang Cabang Bandung Cabang Padang Cabang Amsterdam Bagian Urusan Umum Bagian Luar Negeri Sumber: Bank Indonesia, Laporan Tahunan De Javasche Bank, 1952/1953 serta Undang-Undang No. 11 Tahun 1953

BAB V KESIMPULAN. faktor yang mempengaruhi didirikannya Bank Indonesia. Faktor yang paling

BAB V KESIMPULAN. faktor yang mempengaruhi didirikannya Bank Indonesia. Faktor yang paling 137 BAB V KESIMPULAN Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Terdapat beberapa hal yang penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia menjadi negara yang independen, negara yang seharusnya berdiri sendiri tanpa pengaruh

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 A. Latar Belakang 1. Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya kabinet dan persaingan partai politik yang semakin menajam.

Lebih terperinci

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA A. Sidang PPKI 18 19 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 hanya menyatakan Indonesia sudah merdeka dalam artian tidak mengakui lagi bangsa

Lebih terperinci

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI www.bimbinganalumniui.com 1. Setelah kabinet Amir Syarifuddin jatuh, atas persetujuan presiden KNIP memilih Hatta sebagai Perdana Menteri. Jatuhnya Amir Syarifuddin membuat kelompok kiri kehilangan basis

Lebih terperinci

INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL ( )

INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL ( ) INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL (1949 1959) a. Dalam bidang politik b. Dalam bidang ekonomi c. Dalam bidang sosial budaya 1 a. Dalam bidang Politik Athif Ke-Ren Sistem Pemerintahan Parlementer Menteri

Lebih terperinci

sherila putri melinda

sherila putri melinda sherila putri melinda Beranda Profil Rabu, 13 Maret 2013 DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA Demokrasi berasal dari kata DEMOS yang artinya RAKYAT dan

Lebih terperinci

A. Kehidupan Politik Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer B. Kehidupan Ekonomi Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer C.

A. Kehidupan Politik Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer B. Kehidupan Ekonomi Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer C. A. Kehidupan Politik Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer B. Kehidupan Ekonomi Indonesia di Masa Demokrasi Parlementer C. Kehidupan Politik Indonesia di Masa Demokrasi Terpimpin D. Kehidupan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950- BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-1959) sangat menarik untuk dikaji. Militer adalah organ yang penting yang dimiliki

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL BAB 3 DEMOKRASI LIBERAL

LATIHAN SOAL BAB 3 DEMOKRASI LIBERAL LATIHAN SOAL BAB 3 DEMOKRASI LIBERAL 1. Sejak kembali menjadi Negara kesatuan, Indonesia masuk pada era demokrasi parlementer. Jalannya pemerintahan pada masa ini tetap tidak stabil karena a. Para menteri

Lebih terperinci

Memahami usaha mempertahankan Kemerdekaan. Mendeskripsikan peristiwa peristiwa politik dan ekonomi. Indonesia pasca pengakuan kedaulatan

Memahami usaha mempertahankan Kemerdekaan. Mendeskripsikan peristiwa peristiwa politik dan ekonomi. Indonesia pasca pengakuan kedaulatan Bbb BAB IV Peristiwa Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Standar Kompetisi : Memahami usaha mempertahankan Kemerdekaan Kompetisi Dasar : Mendeskripsikan peristiwa peristiwa politik dan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : KELEMBAGAAN Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : KELEMBAGAAN Periode SEJARAH BANK INDONESIA : KELEMBAGAAN Periode 1953-1959 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Kelembagaan Bank Indonesia Periode 1953-1959 2 2. Dewan Moneter Menurut UU No. 11/1953 4 3. Sejarah Pembentukan

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD SEJARAH PERKEMBANGAN UUD [18 Agustus 1945 dan Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959] Dr. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2017 Pokok Bahasan

Lebih terperinci

1. Pembentukan Badan Perencana Pembangunan Nasional

1. Pembentukan Badan Perencana Pembangunan Nasional I. Persiapan a. Tujuan - Untuk mengetahui sistem ekonomi pada masa demokrasi terpimpin - Untuk memahami usaha pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi pada masa demokrasi terpimpin b. Topik - Perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

Masa Pemerintahan Orde Lama. Masa Pemerintahan Orde Baru

Masa Pemerintahan Orde Lama. Masa Pemerintahan Orde Baru Masa Pemerintahan Orde Lama Masa Pemerintahan Orde Baru A. Orde Lama Orde lama adalah sebutan bagi orde pemerintahan sebelum orde baru yang dianggap tidak melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni

Lebih terperinci

MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT Nama Kelompok 1. Anisa Khafida (14144600207) 2. Rahardhika Adhi Negara (14144600182) 3. Zafitria Syahadatin (14144600195) a) Strategi perjuangan bangsa Indonesia secara

Lebih terperinci

Materi Sejarah Kelas XII IPS

Materi Sejarah Kelas XII IPS 2. Perjanjian Roem Royen Perjanjian Roem-Royen merupakan perundingan yang membuka jalan ke arah terlaksananya.konferensi Meja Bundar yang menjadi cikal bakal terwujudnya Negara Kesatuan Repulik Indonesia

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) DOSEN PEMBIMBING : ARI WIBOWO,M.Pd Disusun Oleh : Rizma Alifatin (176) Kurnia Widyastanti (189) Riana Asti F (213) M. Nurul Saeful (201) Kelas : A5-14

Lebih terperinci

Periode Pengakuan Kedaulatan RI s.d. Nasionalisasi DJB

Periode Pengakuan Kedaulatan RI s.d. Nasionalisasi DJB Periode Pengakuan Kedaulatan RI s.d. Nasionalisasi DJB Setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) 1. Lembaga tinggi negara yang terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD adalah a. DPR c. DPD e. MK f. MA 2. Yang bukan Tugas MPR adalah a. Melantik Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti yang kita ketahui dua figur tersebut pernah menjadi presiden Republik Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) Disusun Oleh : Rizma Alifatin (14144600176) Kurnia Widyastanti (14144600189) Riana Asti F (14144600213) M. Nurul Saeful (14144600201) Sejarah Singkat RIS Pada tanggal

Lebih terperinci

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN Nama : DIMAS DWI PUTRA Kelas : XII MIPA 3 SMAN 1 SUKATANI 2017/3018 Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

DEMOKRASI LIBERAL. 1. KABINET Natsir (September 1950 April 1951) Kabinet ini didominasi oleh partai Masyumi

DEMOKRASI LIBERAL. 1. KABINET Natsir (September 1950 April 1951) Kabinet ini didominasi oleh partai Masyumi DEMOKRASI LIBERAL Pada periode ini Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, tahun 1950, Indonesia menganut sistem Demokrasi Parlementer (atau yang sering disebut sistem Demokrasi Liberal)dengan kabinet

Lebih terperinci

PENGARUH DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA

PENGARUH DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA PENGARUH DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA PENGARUH DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA A. DALAM BIDANG POLITIK Pemerintahan tidak stabil karena sering terjadi pergantian cabinet. Adapun kabinet pada masa demokrasi

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU A. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia Konstitusi (Constitution) diartikan

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 5 OLEH: TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA 9 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Kemudian dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Zyunbi Iinkai)

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. anikwidiastuti@uny.ac.id

BAB II GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. anikwidiastuti@uny.ac.id BAB II GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA TUJUAN PERKULIAHAN Mampu mendeskripsikan kondisi perekonomian pada masa orde lama Mampu mendeskripsikan kondisi perekonomian pada masa orde baru ERA SEBELUM

Lebih terperinci

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP Kurikulum 2006/2013 Kelas XII Sejarah PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP 2006 dan K-13 Standar Kompetensi 1. Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak Proklamasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG Jl. Sompok No. 43 Telp. 8446802 Semarang Website.www.smp 37.smg.sch.id Email: smp 37 smg @ yahoo.co.id ULANGAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BANK INDONESIA DENGAN BANK NEGARA LAIN DI ASEAN

PERBANDINGAN BANK INDONESIA DENGAN BANK NEGARA LAIN DI ASEAN PERBANDINGAN BANK INDONESIA DENGAN BANK NEGARA LAIN DI ASEAN I. BANK INDONESIA a. Sejarah Bank Indonesia Pada 1828 De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa di dunia memiliki hak yaitu mendapatkan kemerdekaan, seperti didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan

Lebih terperinci

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi. 1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah lembaga (tinggi) negara yang baru yang sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah Agung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1951 TENTANG NASIONALISASI DE JAVASCHE BANK N.V. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1951 TENTANG NASIONALISASI DE JAVASCHE BANK N.V. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1951 TENTANG NASIONALISASI DE JAVASCHE BANK N.V. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Republik Indonesia sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat

Lebih terperinci

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah. Nama kelompok : Achmad Rafli Achmad Tegar Alfian Pratama Lulu Fajar F Nurul Vita C Kelas : XII TP2 1. Perhatikan penyataan-pernyataan berikut. 1. Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA A. Pengertian Bank Indonesia Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, bank adalah badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI KEDAULATAN. Kata Kunci

BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI KEDAULATAN. Kata Kunci BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA PASCAPENGAKUAN KEDAULATAN AN 12345678901234567890123456789012123456 12345678901234567890123456789012123456 12345678901234567890123456789012123456 12345678901234567890123456789012123456

Lebih terperinci

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB)

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB) BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB) D alam Bab sebelumnya telah dibahas upaya Indonesia mempertahankan kemerdekaan dan penyelesaikan permasalahan dengan Belanda melalui perjanjian-perjanjian yang disepakati

Lebih terperinci

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG NASIONALISASI DE JAVASCHE BANK N.V.

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG NASIONALISASI DE JAVASCHE BANK N.V. UU 24/1951, NASIONALISASI DE JAVASCHE BANK N.V. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:24 TAHUN 1951 (24/1951) Tanggal:6 DESEMBER 1951 (JAKARTA) Tentang:NASIONALISASI DE JAVASCHE BANK N.V. Presiden Republik

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( ) PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 KELOMPOK 1 A ZIZATUL MAR ATI (14144600200) DEVIANA SETYANINGSIH ( 1 4144600212) NURUL FITRIA ( 1 4144600175) A JI SARASWANTO ( 14144600 ) Kembalinya Belanda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Konsepsi Presiden Soekarno Secara etimologis, konsepsi berasal dari perkataan konsep, sedangkan konsep diartikan sebagai rancangan atau buram surat,

Lebih terperinci

PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN ( ) Insan Fahmi Siregar. Abstract PENDAHULUAN

PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN ( ) Insan Fahmi Siregar. Abstract PENDAHULUAN PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN (1945-1960) Insan Fahmi Siregar Abstract liberal democracy era, Masyumi members had seats in parliament and the party supplied prime ministers Key

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan diikuti keadaan politik yang semakin rawan dengan munculnya rasa tidak puas dari daerah terhadap

Lebih terperinci

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14 Kelompok 10 Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14 SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL 1959-1966 1. Pengertian Sistem Pemerintahan Presidensial Sistem presidensial

Lebih terperinci

Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana

Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana 1. Banyak yang mengira tugas Bank Indonesia sama dengan tugas bank komersial. Apa benar begitu, dan apa perbedaan Bank Indonesia dengan bank lain? 2. Banyak juga

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999 SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1997-2 1999 2. Arah Kebijakan 1997-1999 3 3. Langkah-Langkah Strategis 1997-1999

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP Kurikulum 2006/2013 Kelas XII Sejarah PERKEMBANGAN POLITIK INDONESIA SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP 2006 dan K-13 Standar Kompetensi 1. Menganalisis Perjuangan Bangsa Indonesia sejak Proklamasi

Lebih terperinci

BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK, EKONOMI DAN PERUBAHAN MASYARAKAT DI INDONESIA PADA TAHUN

BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK, EKONOMI DAN PERUBAHAN MASYARAKAT DI INDONESIA PADA TAHUN BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK, EKONOMI DAN PERUBAHAN MASYARAKAT DI INDONESIA PADA TAHUN 1950-1965 Standar Kompetensi 1. Menanalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya orde baru.

Lebih terperinci

7. Kabinet Karya/Juanda (31 Jul Agt 1955), dibentuk pada saat negara dalam situasi memprihatinkan, dan tidak berdasar atas dukungan dari

7. Kabinet Karya/Juanda (31 Jul Agt 1955), dibentuk pada saat negara dalam situasi memprihatinkan, dan tidak berdasar atas dukungan dari DEMOKRASI LIBERAL Setelah dilaksanakan Konferensi Meja Bundar, Indonesia kembali ke bentuk negara kesatuan, dari RIS menjadi NKRI, dikarenakan bentuk negara federasi atau serikat tidak sesuai dengan cita-cita

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: SEJARAH NASIONAL INDONESIA 1. Tanam paksa yang diterapkan pemerintah colonial Belanda pada abad ke-19 di Indonesia merupakan perwujudan dari A. Dehumanisasi masyarakat Jawa B. Bekerjasama dengan Belanda

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas

PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas jajahan masih di bawah kekuasaan Kerajaan Belanda. Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bolaang Mongondow adalah sebuah suku bangsa di Indonesia. Dimana suku

BAB I PENDAHULUAN. Bolaang Mongondow adalah sebuah suku bangsa di Indonesia. Dimana suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bolaang Mongondow adalah sebuah suku bangsa di Indonesia. Dimana suku Mongondow adalah merupakan penduduk Kerajaan Bolaang Mongondow yang pada tahun 1954 secara resmi

Lebih terperinci

SISTEM MONETER DI INDONESIA

SISTEM MONETER DI INDONESIA Modul ke: Fakultas 14MKCU PEREKONOMIAN INDONESIA SISTEM MONETER DI INDONESIA Program Studi Perekonomian Indonesia DI SUSUN OLEH : -DERY YANTO -HERMAWAN -YULIANTO AJI Latar belakang A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi

Lebih terperinci

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SUMBER PENELITIAN SEJARAH DOKUMEN / ARSIP BENDA / PRASASTI PELAKU SEJARAH SISTEM PRA KEMERDEKAAN PENJAJAHAN

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : KELEMBAGAAN Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : KELEMBAGAAN Periode SEJARAH BANK INDONESIA : KELEMBAGAAN Periode 1966-1983 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Kelembagaan Bank Indonesia Periode 1966-1983 2 2. Sejarah Kelembagaan BI 4 3. Struktur Direksi-Dewan Gubernur

Lebih terperinci

UUD Pasca Dekrit Presiden 5 Juli 1959

UUD Pasca Dekrit Presiden 5 Juli 1959 UUD 1945 Pasca Dekrit Presiden 5 Juli 1959 R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 11/9/2008 Sub-Pokok Bahasan Alasan pemberlakuan kembali UUD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda antara tahun 1830 hingga akhir abad ke-19 dinamakan Culturstelsel (Tanam Paksa).

Lebih terperinci

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP; UUDS 1950 A. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Sementara 1950 (UUDS) Negara Republik Indonesia Serikat yang berdiri pada 27 Desember 1949 dengan adanya Konferensi Meja Bundar, tidak dapat bertahan lama di

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan suatu gerakan rakyat, yang bersendikan demokrasi terpimpin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA Materi Kuliah Sistem Politik Indonesia [Sri Budi Eko Wardani] Alasan Intervensi Militer dalam Politik FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL 1. Nilai dan orientasi perwira

Lebih terperinci

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer *PRRI/Permesta Pemberontakan Ideologi PKI tahun 1948 PKI tahun 1965 Pemberontakan PRRI/Permesta Tokoh yang

Lebih terperinci

Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR. (Ditetapkan di Bandung 19 November 1960)

Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR. (Ditetapkan di Bandung 19 November 1960) Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR I. Periode 1960 1965 1. Ketetapan MPRS No. I/MPRS 1960 tentang Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai Garis-Garis

Lebih terperinci

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka pada bab ini akan membahas tentang sejarah pada awal kemerdekaan sampai masa kini dan hubungannya dengan keberadaan DPR dan juga pendapat ahli hukum tentang DPR.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasakom merupakan hasil buah pikiran Presiden Soekarno yang dijadikannya sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita yang belum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG (UU) Nomor: 17 TAHUN 1968 (17/1968) Tanggal: 18 DESEMBER 1968 (JAKARTA) Sumber: LN 1968/70; TLN NO. 2870

UNDANG-UNDANG (UU) Nomor: 17 TAHUN 1968 (17/1968) Tanggal: 18 DESEMBER 1968 (JAKARTA) Sumber: LN 1968/70; TLN NO. 2870 UNDANG-UNDANG (UU) Nomor: 17 TAHUN 1968 (17/1968) Tanggal: 18 DESEMBER 1968 (JAKARTA) Sumber: LN 1968/70; TLN NO. 2870 Tentang: BANK NEGARA INDONESIA 1946 Indeks: BANK NEGARA INDONESIA 1946. PENDIRIAN.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa. Oleh : Selly Rahmawati, M.Pd

Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa. Oleh : Selly Rahmawati, M.Pd Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Oleh : Selly Rahmawati, M.Pd Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Secara kronologis Pancasila sebagai filsafat negara tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Indonesia adalah negara tetangga yang penting bagi Australia. Sebagai

BAB V KESIMPULAN. Indonesia adalah negara tetangga yang penting bagi Australia. Sebagai BAB V KESIMPULAN Indonesia adalah negara tetangga yang penting bagi Australia. Sebagai negara kepulauan dengan jumlah populasi yang besar pula, Indonesia terletak di antara Samudra India dan Samudra Pasifik.

Lebih terperinci

SISTEM PRESIDENSIIL TAHUN

SISTEM PRESIDENSIIL TAHUN NAMA : 1. Aris Hadi Pranoto (14144600203) 2. Desi Muji Hartanti (14144600178) 3. Puput Wulandari (14144600191) 4. Muhammad Hafizh Alhanif (14144600215) Kelas: A5-14 SISTEM PRESIDENSIIL TAHUN 1959-1966

Lebih terperinci

MODUL KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA MATERI : KEHIDUPAN POLITIK MASA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA

MODUL KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA MATERI : KEHIDUPAN POLITIK MASA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA MODUL KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA MATERI : KEHIDUPAN POLITIK MASA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd. PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

masa penjajahan Jepang di Indonesia, Jepang menghentikan kegiatan De dan Nederlandsche Indische Civil Administrative (NICA).

masa penjajahan Jepang di Indonesia, Jepang menghentikan kegiatan De dan Nederlandsche Indische Civil Administrative (NICA). masa penjajahan Jepang di Indonesia, Jepang menghentikan kegiatan De Javasche Bank sementara waktu. Kemudian pada masa revolusi tiba, Hindia Belanda mengalami dualisme kekuasaan yaitu antara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II PT. BNI (PERSERO) CABANG MEDAN

BAB II PT. BNI (PERSERO) CABANG MEDAN BAB II PT. BNI (PERSERO) CABANG MEDAN A. Sejarah Ringkas Persiapan pembentukan BNI yang sesungguhnya telah dimulai sejak bulan september 1945, diprakarsai oleh R.M. Margono Djojohadi Koesoemo yang pada

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 1958 TENTANG PERUBAHAN PASAL-PASAL 16 DAN 19 UNDANG-UNDANG POKOK BANK INDONESIA (UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1953) *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu;

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu; Pemilu 1955. Ini merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Waktu itu Republik Indonesia berusia 10 tahun. Kalau dikatakan pemilu merupakan syarat minimal bagi adanya demokrasi, apakah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang BAB V KESIMPULAN Sutan Sjahrir dan Tan Malaka merupakan dua contoh tokoh nasional yang memberikan segenap tenaga dan pikirannya pada masa kemerdekaan. Kajian terhadap pemikiran dua tokoh tersebut, tidak

Lebih terperinci

Antiremed Sejarah. Persiapan UAS 1 - Sejarah Kelas 12

Antiremed Sejarah. Persiapan UAS 1 - Sejarah Kelas 12 Antiremed Sejarah Persiapan UAS 1 - Sejarah Kelas 12 Doc. Name: AR12SEJ01UAS Version : 2015-05 halaman 1 01. Pemimpin pertempuran di Ambarawa pada November 1945 yang berhasil mumukul mundur tentara sekutu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bank Indonesia selaku bank sentral berdasarkan pasal 4 Ayat 1 Undangundang RI No. 23 Tahun 1999 merupakan lembaga negara yang independen. Hal ini berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelaahan terhadap sumber-sumber litreratur berupa buku yang digunakan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelaahan terhadap sumber-sumber litreratur berupa buku yang digunakan sebagai 18 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini merupakan pemaparan hasil studi kepustakaan yang merupakan hasil penelaahan terhadap sumber-sumber litreratur berupa buku yang digunakan sebagai pegangan oleh peneliti

Lebih terperinci

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut bebas di antara pulau-pulau di Indonesia. Laut bebas

Lebih terperinci

MATA UANG. INDISCE MUNTWET PENGHENTIAN. PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

MATA UANG. INDISCE MUNTWET PENGHENTIAN. PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG. Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1953 (27/1953) Tanggal: 18 DESEMBER 1953 (JAKARTA) Sumber: LN 1953/77; TLN NO. 482 Tentang: Indeks: PENETAPAN "UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Tentang: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG DAN SEKRETARIAT DAERAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG-ROYONG. SEKRETARIAT DAERAH.

Tentang: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG DAN SEKRETARIAT DAERAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG-ROYONG. SEKRETARIAT DAERAH. Bentuk: Oleh: PENETAPAN PRESIDEN (PENPRES) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 5 TAHUN 1960 (5/1960) Tanggal: 23 SEPTEMBER 1960 (JAKARTA) Sumber: LN 1960/103; TLN NO. 2042 Tentang: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu ditetapkan Peraturan Tata-tertib Dewan Perwakilan Rakyat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1959 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1959 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENETAPAN PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 1959 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PRESIDEN, Menimbang : 1. bahwa sebagai lanjutan dari Dekrit Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang tertanggal 5 Juli 1959 tentang kembali

Lebih terperinci