HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Johan Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas Bau Amis (Off-odor) Daging Itik Alabio Hasil uji skalar garis daging dan kulit itik alabio jantan bagian paha dan dada dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Uji Skalar Garis Daging dengan Itik Alabio Jantan Bagian Paha dan Dada Peubah Daging Paha dengan Intensitas Bau Amis (off-odor) Persentase Bau Amis Penurunan Bau Amis Perlakuan K KB KBC KBE 6,872 ± 4,34 a 6,635 ± 3,67 ab 7,032 ± 3,57 a 6,101 ± 3,77 b ,5 102,3 88,8-3,5 2,3-11,2 Daging Dada dengan Intensitas Bau Amis (off-odor) 7,381 ± 3,79 ab 7,244 ± 3,39 ab 7,775 ± 3,76 a 6,596 ± 3,33 b Persentase Bau Amis ,1 105,3 89,4 Penurunan Bau Amis -1,9 5,3-10,6 Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). K = pakan komersial; KB = pakan komersial + beluntas 0,5%; KBC = pakan komersial + beluntas 0,5% + vitamin C 250 mg/kg; KBE = pakan komersial + beluntas 0,5% + vitamin E 400 IU/kg. Intensitas Bau Amis (Off-odor) Daging dengan Itik Bagian Paha Data pada Tabel 5, terlihat bahwa pemberian tepung daun beluntas 0,5% dalam pakan (KB) menghasilkan bau amis daging dengan kulit itik bagian paha 3,5% lebih rendah dibandingkan kontrol, akan tetapi secara statistik tidak berbeda nyata. Menurut Febriana (2006), penambahan tepung daun beluntas sebanyak 1% dan 2% dalam pakan dapat menurunkan bau amis daging itik. Hal ini menunjukkan bahwa pada taraf pemberian tepung daun beluntas 0,5% dalam pakan, flavonoid sebesar 0,02% yang berasal dari tepung daun beluntas belum mampu menurunkan bau amis daging itik yang signifikan. Pemberian tepung daun beluntas 0,5% dengan penambahan vitamin E 400 IU/kg dalam pakan (KBE) nyata (P<0,05) menurunkan bau amis daging dengan kulit itik bagian paha. Pada perlakuan KB, daging dengan kulit itik bagian paha 19
2 mengalami penurunan intensitas off-odor hanya sebesar 3,5%, sedangkan pada perlakuan KBE, intensitas off-odor daging dengan kulit itik bagian paha menurun sebesar 11,2%. Perlakuan KBE menunjukkan bahwa penambahan vitamin E dapat menutupi kekurangan konsentrasi antioksidan dari pemberian tepung daun beluntas 0,5% (KB), sehingga penurunan bau amis pada daging perlakuan KBE lebih tinggi dibandingkan daging dari perlakuan KB. Bau amis daging itik yang menurun pada perlakuan KBE karena adanya kandungan antioksidan dalam dua bahan yang digunakan yaitu daun beluntas dan vitamin E. Menurut Panovskai et al.(2005), daun beluntas mengandung senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Menurut Surai (2003), bentuk vitamin E yang paling besar aktivitas antioksidannya yaitu a-tokoferol. Hal ini membuktikan bahwa flavonoid dan tokoferol bekerja secara sinergis untuk mencegah terjadinya proses oksidasi lemak agar tidak terbentuk radikal bebas yang dapat menyebabkan off-odor. Senyawa flavonoid bekerja dalam mencegah terjadinya oksidasi lemak yaitu dengan cara menghelat atau menangkap logam, oksigen radikal dan radikal bebas sehingga senyawa pembentuk off-odor tidak terbentuk (Cadenas, 2004). Mekanisme kerja vitamin E sebagai antioksidan menurut Almatsier (2006) yaitu memutuskan rantai proses peroksidasi lemak dengan menyumbangkan satu atom hidrogen ke radikal bebas, sehingga terbentuk radikal vitamin E yang stabil dan tidak merusak. Penurunan bau amis daging dan kulit itik bagian paha yang lebih tinggi pada perlakuan KBE, selain karena flavonoid dan tokoferol yang sinergis, diduga karena daun beluntas yang juga mengandung vitamin C (Rukmiasih et al., 2010). Berdasarkan hasil penelitian Randa (2007), intensitas off-odor daging itik yang mendapat pakan mengandung kombinasi vitamin E dengan vitamin C nyata (P<0,05) lebih rendah daripada bila hanya mendapat pakan yang mengandung vitamin E secara individu. Sumbangan vitamin C yang berasal dari tepung daun beluntas sebesar 4,91 mg/kg pakan. Kandungan vitamin C yang terdapat dalam daun beluntas diduga dapat memaksimalkan kerja dari vitamin E sebagai antioksidan sehingga dapat menghambat laju oksidasi lemak. Hal ini disebabkan vitamin C dan vitamin E bersifat sinergis dalam fungsinya sebagai antioksidan. Vitamin E yang bekerja pada permukaan membran akan mendonorkan ion hidrogen untuk dapat bereaksi dengan radikal peroksil sebelum terbentuk radikal bebas sehingga terbentuk radikal 20
3 tokoperoksil (Sunarti et al., 2008). Vitamin E yang teroksidasi (radikal tokoperoksil) harus bebas kembali (diregenerasi) agar dapat digunakan. Menurut Sies dan Stahl (1995), vitamin C dapat meregenerasi vitamin E dengan cara mengikat vitamin E radikal (radikal tokoperoksil), sehingga kemampuan vitamin E dalam menangkap radikal bebas tetap berlangsung. Pemberian tepung daun beluntas 0,5% dengan penambahan vitamin C 250 mg/kg dalam pakan (KBC) menghasilkan intensitas off-odor daging dengan kulit itik bagian paha yang tidak berbeda nyata dengan daging itik kontrol (K). Pada perlakuan KBC, bau amis daging dengan kulit itik bagian paha tidak menurun, tetapi terjadi peningkatan intensitas off-odor sebesar 2,3%. Meningkatnya bau amis (off-odor) pada daging dengan kulit itik bagian paha menunjukkan antioksidan yang terdapat pada tepung daun beluntas dan vitamin C yang ditambahkan dalam pakan tidak dapat saling bekerja sama dalam menurunkan intensitas off-odor pada daging dengan kulit itik bagian paha. Hasil yang diperoleh ini tidak sesuai dengan pendapat Padayatty et al.,(2003) yang menyatakan vitamin C dikenal sebagai antioksidan karena kemampuannya dalam mendonorkan elektron. Hal ini diduga vitamin C bertemu dengan Fe 2+. Menurut Winarno (1991), vitamin C mudah teroksidasi jika terdapat katalis besi (Fe). Kandungan logam Fe tersebut menurut Ketaren (2008) terdapat di dalam hemoglobin dan mioglobin yang ada pada daging. Apabila vitamin C bertemu dengan ion-ion Fe 2+ dapat memicu pembentukan radikal bebas (Metzler, 1977). Banyaknya radikal bebas memicu terjadinya oksidasi lemak, sehingga intensitas offodor pada daging itik meningkat. Intensitas Bau Amis (Off-odor) Daging dengan Itik Bagian Dada Data pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa pemberian tepung daun beluntas 0,5% (KB) pada daging dengan kulit itik bagian dada menunjukkan hasil yang sama seperti perlakuan KB pada daging paha yaitu tidak berpengaruh nyata dalam menurunkan bau amis daging itik dibandingkan daging perlakuan kontrol (K). Intensitas off-odor daging dengan kulit itik bagian dada perlakuan KB menurun sebesar 1,9%. Tingkat penurunan bau amis pada daging dengan kulit itik bagian dada perlakuan KB ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penurunan bau amis daging dengan kulit itik bagian paha. 21
4 Pemberian tepung daun beluntas 0,5% dengan penambahan vitamin E 400 IU/kg dalam pakan (KBE) pada daging dengan kulit itik bagian dada menghasilkan intensitas off-odor yang tidak berbeda nyata dengan daging perlakuan kontrol (K), akan tetapi daging dengan kulit itik bagian dada pada perlakuan KBE mengalami penurunan intensitas off-odor paling tinggi dibandingkan daging dada pada perlakuan lainnya yaitu mengalami penurunan sebesar 10,6%. Namun demikian, penurunan bau amis ini masih lebih rendah dibandingkan dengan penurunan bau amis daging dengan kulit itik bagian paha. Pemberian tepung daun beluntas 0,5% dengan penambahan vitamin C 250 mg/kg dalam pakan (KBC) pada daging dengan kulit itik bagian dada memiliki intensitas off-odor yang tidak berbeda nyata dengan daging perlakuan kontrol (K). Hasil yang diperoleh pada daging dengan kulit itik bagian dada perlakuan KBC ini menunjukkan hasil yang sama seperti perlakuan KBC pada daging dengan kulit itik bagian paha yaitu terjadi peningkatan intensitas off-odor daging itik. Peningkatan intensitas off-odor pada daging dengan kulit itik bagian dada perlakuan KBC sebesar 5,3%. Peningkatan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan peningkatan intensitas off-odor pada daging dengan kulit itik bagian paha. Berdasarkan hasil uji skalar garis di atas, jika dibandingkan antara daging itik berkulit bagian paha dengan daging itik berkulit bagian dada, penurunan intensitas off-odor daging dada lebih rendah dibandingkan dengan daging paha. Hal ini disebabkan kandungan asam lemak tidak jenuh pada daging dada itik lebih tinggi daripada daging paha (Hustiany, 2001). Laju oksidasi asam lemak tidak jenuh menurut Shahidi (1998) lebih cepat dari laju oksidasi asam lemak jenuh. Asam lemak tidak jenuh adalah bahan yang mudah mengalami dekomposisi yang diawali dengan terbentuknya radikal bebas dari otooksidasi asam lemak tidak jenuh. Terbentuknya radikal akan mengakibatkan timbulnya peroksida-peroksida yang bila mengalami dekomposisi akan menghasilkan zat-zat kimia yang masing-masing mempunyai bau yang khas (Kilcast, 1996). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Russell et al.(2003) yang menunjukkan bahwa laju oksidasi pada daging dada itik lebih tinggi daripada daging paha. Kondisi inilah mungkin yang menyebabkan konsentrasi antioksidan yang diberikan tidak mampu menurunkan bau amis pada daging dada. Oleh karena laju oksidasi yang tinggi pada daging dada, maka antioksidan yang 22
5 dibutuhkan untuk melindungi asam lemak dari oksidasi pada daging dada lebih banyak dibandingkan pada daging paha (Rukmiasih, 2010). Tingkat Kesukaan Daging Itik Hasil uji hedonik atau tingkat kesukaan panelis terhadap daging dengan kulit itik alabio jantan bagian paha dan dada disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Uji Hedonik Daging dengan Itik Alabio Jantan Bagian Paha dan Dada Peubah Perlakuan K KB KBC KBE Daging Paha dengan Tingkat Kesukaan 3,30±1,28 ab 3,41±1,29 ab 3,23±1,22 a 3,49±1,25 b Jumlah Panelis yang menyatakan suka 45,07 51,17 42,25 52,58 Daging Dada dengan Tingkat Kesukaan 3,43 ± 1,28 a 3,55 ± 1,16 a 3,54 ± 1,19 a 3,60 ± 1,16 a Jumlah Panelis yang 48,23 51,77 49,65 53,90 menyatakan suka Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). K= pakan komersial; KB = pakan komersial + beluntas 0,5%; KBC = pakan komersial + beluntas 0,5% + vitamin C 250 mg/kg; KBE = pakan komersial + beluntas 0,5% + vitamin E 400 IU/kg. Skala hedonik: (1) sangat tidak suka; (2) agak tidak suka; (3) tidak suka; (4) agak suka; (5) suka; (6) sangat suka. Tingkat Kesukaan pada Daging dengan Itik Bagian Paha Hasil uji hedonik pada Tabel 6 menunjukkan tingkat kesukaan panelis terhadap daging dengan kulit itik bagian paha yang mendapatkan perlakuan KB, KBC, dan KBE tidak berbeda nyata dibandingkan daging paha itik kontrol (K). Nilai rataan untuk tingkat kesukaan panelis terhadap daging dengan kulit itik bagian paha berkisar antara 3,23-3,49 yang menunjukkan bahwa panelis kurang menyukai daging dengan kulit itik bagian paha pada berbagai perlakuan yang diberikan. Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai daging dengan kulit itik bagian paha perlakuan KBE dibandingkan dengan daging pada perlakuan lainnya (K, KB, KBC). Jumlah panelis yang menyatakan suka terhadap daging dengan kulit itik bagian paha perlakuan KBE yaitu sebanyak 52,58%, kemudian diikuti dengan kesukaan terhadap daging paha dengan perlakuan KB sebanyak 51,17%. Kesukaan panelis terhadap daging dengan kulit itik bagian paha pada 23
6 perlakuan kontrol (K) sebanyak 45,07% dan daging dengan perlakuan KBC memiliki tingkat kesukaan yang paling rendah yaitu sebesar 42,25%. Hasil uji hedonik yang ditunjukkan pada daging dengan kulit itik bagian paha ini sesuai dengan hasil yang ditunjukkan pada uji intensitas off-odor daging dengan kulit itik bagian paha pada Tabel 5. Pada uji intensitas off-odor, daging dengan kulit itik bagian paha perlakuan KBE merupakan daging yang mengalami penurunan intensitas off-odor paling tinggi dibandingkan daging paha dari perlakuan lainnya, sehingga bau amis pada daging dengan perlakuan KBE lebih rendah. Bau amis yang rendah tersebut membuat panelis lebih menyukai daging dengan kulit itik bagian paha yang mendapat pakan perlakuan KBE dibandingkan dengan daging dengan kulit itik bagian paha dari perlakuan lainnya. Tingkat Kesukaan pada Daging dengan Itik Bagian Dada Pada daging dengan kulit itik bagian dada, perlakuan KB, KBC, KBE menghasilkan tingkat kesukaan konsumen yang sama seperti daging paha dengan kulit itik yaitu tidak berbeda nyata dengan kontrol. Nilai rataan tingkat kesukaan panelis terhadap daging dengan kulit itik bagian dada berkisar antara 3,43-3,60. Kisaran angka tersebut menunjukkan bahwa daging dengan kulit itik bagian dada untuk semua perlakuan kurang disukai panelis. Jumlah panelis yang menyatakan suka terhadap daging dengan kulit itik bagian dada paling tinggi terdapat pada daging dada dengan perlakuan KBE yaitu sebanyak 53,90%, kemudian diikuti dengan kesukaan terhadap daging dengan perlakuan KB sebanyak 51,77%, kesukaan pada daging dengan kulit itik bagian dada perlakuan KBC sebanyak 49,65%. Tingkat kesukaan panelis yang paling rendah ada pada daging dengan kulit itik bagian dada tanpa perlakuan (K) dengan jumlah panelis yang menyatakan suka sebanyak 48,23%. Hasil uji hedonik yang ditunjukkan pada daging dengan kulit itik bagian dada ini sesuai dengan hasil yang ditunjukkan pada uji intensitas off-odor daging dengan kulit itik bagian dada (Tabel 5). Daging dengan kulit itik bagian dada perlakuan KBE pada hasil uji intensitas off-odor merupakan daging dengan penurunan intensitas offodor yang paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Penurunan intensitas offodor pada daging ini menghasilkan bau amis yang rendah pada daging, sehingga daging dengan kulit itik bagian dada perlakuan KBE ini lebih disukai panelis. 24
TINJAUAN PUSTAKA Itik ( Anas platyrhynchos
TINJAUAN PUSTAKA Itik (Anas platyrhynchos) Itik merupakan salah satu unggas air yang lebih dikenal dibanding dengan jenis unggas air lainnya seperti angsa atau entog. Menurut Srigandono (1998), itik termasuk
Lebih terperinciPENGURANGAN OFF-ODOR DAGING ITIK ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU DENGAN PEMBERIAN DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN SKRIPSI DANANG PRIYAMBODO
PENGURANGAN OFF-ODOR DAGING ITIK ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU DENGAN PEMBERIAN DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN SKRIPSI DANANG PRIYAMBODO DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Ternak Itik
TINJAUAN PUSTAKA Ternak Itik Itik merupakan unggas air yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia serta lebih popular dibandingkan dengan unggas air lainnya seperti angsa atau entog. Itik digolongkan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi Penelitian
MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan September 2010. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi pakan selama penelitian adalah 6.515,29 g pada kontrol, 6.549,93 g pada perlakuan KB 6.604,83 g pada perlakuan KBC dan 6.520,29 g pada perlakuan KBE. Konversi pakan itik perlakuan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Performa Itik Alabio Jantan Umur 1-10 Minggu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Karkas Rataan bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas itik cihateup jantan umur 10 minggu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Bobot Potong, Bobot Karkas
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. Daging merupakan produk utama dari ternak unggas. Daging sebagai
PENGANTAR Latar Belakang Daging merupakan produk utama dari ternak unggas. Daging sebagai sumber protein hewani banyak mengandung gizi yang dibutuhkan oleh manusia. Seiring dengan semakin meningkatnya
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Kandungan nutrien daun beluntas kering
58 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Gizi dan Fitokimia Daun Beluntas Untuk mengetahui kandungan nutrien dan zat fitokimia dalam daun beluntas, telah dilakukan analisis proksimat dan analisis zat fitokimia
Lebih terperinciPenggunaan Beluntas, Vitamin C dan E sebagai Antioksidan untuk Menurunkan Off-Odor Daging Itik Alabio dan Cihateup
RUKMIASIH et al. Penggunaan beluntas, vitamin C dan E sebagai antioksidan untuk menurunkan off-odor daging itik Alabio dan Cihateup Penggunaan Beluntas, Vitamin C dan E sebagai Antioksidan untuk Menurunkan
Lebih terperinciPENGGUNAAN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E SEBAGAI ANTIOKSIDAN UNTUK MENURUNKAN OFF-ODOR (25%) DAGING ITIK ALABIO DAN CIHATEUP
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Agustus 2010, hlm. 101-109 ISSN 0853 4217 Vol. 15 No.2 PENGGUNAAN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E SEBAGAI ANTIOKSIDAN UNTUK MENURUNKAN OFF-ODOR (25%) DAGING ITIK ALABIO DAN CIHATEUP
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Total Fenolat Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, termasuk pada rempah-rempah. Kandungan total fenolat dendeng sapi yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)
TINJAUAN PUSTAKA Itik (Anas platyrhynchos) Menurut Achmanu (1997), itik termasuk ke dalam unggas air (waterfowl) yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut : kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae,
Lebih terperinciDaging itik lokal memiliki tekstur yang agak alot dan terutama bau amis (off-flavor) yang merupakan penyebab kurang disukai oleh konsumen, terutama
PEMBAHASAN UMUM Potensi pengembangan itik potong dengan memanfaatkan itik jantan petelur memiliki prospek yang cerah untuk diusahakan. Populasi itik yang cukup besar dan penyebarannya hampir disemua provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng dalam minyak. Masyarakat Indonesia sebagian besar menggunakan minyak goreng untuk mengolah
Lebih terperinciPerforman Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging
Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 29-34 ISSN 2303 1093 Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging Rukmiasih 1, P.R.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan protein. Kondisi ini memerlukan adanya berbagai langkah untuk mengatasinya. Salah satu
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2010. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Blok B, Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neoplasma adalah suatu massa jaringan abnormal yang berproliferasi cepat, tidak terkoordinasi melebihi jaringan normal dan dapat menetap setelah hilangnya rangsang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Sosis Sapi Nilai ph Sosis Sapi Substrat antimikroba yang diambil dari bakteri asam laktat dapat menghasilkan senyawa amonia, hidrogen peroksida, asam organik (Jack
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran bilangan peroksida sampel minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang telah dipanaskan dalam oven dan diukur pada selang waktu tertentu sampai 96 jam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai 242.013.800 jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya (Anonim,2013). Jumlah penduduk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen
Lebih terperinciPERSENTASE KARKAS, DADA, PAHA DAN LEMAK ABDOMEN ITIK ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN
PERSENTASE KARKAS, DADA, PAHA DAN LEMAK ABDOMEN ITIK ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN SKRIPSI FITRIANI EKA PUJI LESTARI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini rimpang jahe merah dan buah mengkudu yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol menghasilkan rendemen ekstrak masing-masing 9,44 % dan 17,02 %.
Lebih terperinciBAU DAGING DAN PERFORMA ITIK AKIBAT PENGARUH PERBEDAAN GALUR DAN JENIS LEMAK SERTA KOMBINASI KOMPOSISI ANTIOKSIDAN (VITAMIN A, C DAN E) DALAM PAKAN
BAU DAGING DAN PERFORMA ITIK AKIBAT PENGARUH PERBEDAAN GALUR DAN JENIS LEMAK SERTA KOMBINASI KOMPOSISI ANTIOKSIDAN (VITAMIN A, C DAN E) DALAM PAKAN SANGLE YOHANNES RANDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipungkiri keberadaannya. Dewasa ini, banyak penyebab penyebab yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses penuaan adalah tahapan alamiah seluruh mahluk hidup atau organisme. Proses ini sebenarnya merupakan hal normal yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Jenis Ternak Sapi Kerbau
HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Sensori Daging Sapi dan Kerbau Penilaian sensori yang dilakukan terhadap daging sapi dan kerbau mentah adalah uji mutu hedonik dengan metode skalar yang meliputi penilaian terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran atau polusi merupakan perubahan yang tidak dikehendaki yang meliputi perubahan fisik, kimia, dan biologi. Pencemaran banyak mengarah kepada pembuangan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dari tahun ke tahun jumlah penduduk di negara Republik Indonesia semakin meningkat yang menyebabkan kebutuhan akan sumber makanan yang memiliki gizi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang
26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, sirosis hati, katarak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos Nucifera Linn.) merupakan tanaman yang tumbuh di negara yang beriklim tropis. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia. Menurut Kementerian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. milyaran sel-sel neuron yang berorganisasi dengan berbagai macam jaringan. proses proliferasi pada sel saraf otak (Sloane, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem saraf merupakan struktur pusat pengaturan yang tersusun oleh milyaran sel-sel neuron yang berorganisasi dengan berbagai macam jaringan (Carlsson dkk, 2000).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Itik Afkir Itik afkir merupakan ternak betina yang tidak produktif bertelur lagi. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan sebagai bahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia, sebanyak 31,4% orang dewasa di Indonesia adalah perokok. Konsumsi rokok oleh seseorang individu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu tanaman yang cukup penting di Indonesia, yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pisang merupakan salah satu tanaman yang cukup penting di Indonesia, yang tergolong ke dalam famili Musaceae. Daerah sentra produksi pisang di Indonesia adalah
Lebih terperinciOksidasi dan Reduksi
Oksidasi dan Reduksi Reaksi kimia dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara antara lain reduksi-oksidasi (redoks) Reaksi : selalu terjadi bersama-sama. Zat yang teroksidasi = reduktor Zat yang tereduksi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak kekayaan alamnya terutama laut. Berbagai macam spesies sudah teridentifikasi dan bahkan terdapat beberapa
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama
Lebih terperinciDAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. UCAPAN TERIMA KASIH... v. ABSTRAK...
DAFTAR ISI JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciRangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.
Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Anabolisme = (biosintesis) Proses pembentukan senyawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riska Rosdiana, 2014 Fortifikasi Tahu Menggunakan Antioksidan Dari Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa Bluggoe)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, penyakit degeneratif merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut World Health Organization (WHO), badan lembaga kesehatan dari PBB,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang
Lebih terperinciPERFORMA ITIK CIHATEUP JANTAN UMUR 1-10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN VITAMIN E DALAM RANSUM
PERFORMA ITIK CIHATEUP JANTAN UMUR 1-10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN VITAMIN E DALAM RANSUM SKRIPSI IKA SARASWATI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. goreng segar, 15% pada daging ayam/ikan berbumbu, 15-20% pada daging
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk pangan yang digoreng menyerap lemak atau minyak goreng dalam jumlah yang bervariasi, yaitu 5% pada kentang goreng beku, 10% pada kentang goreng segar, 15% pada
Lebih terperinciIII. TINJAUAN PUSTAKA
III. TINJAUAN PUSTAKA A. SUSU BUBUK Menurut Chandan (1997), susu segar secara alamiah mengandung 87.4% air dan sisanya berupa padatan susu sebanyak (12.6%). Padatan susu terdiri dari lemak susu (3.6%)
Lebih terperinciPenggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri
Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumping Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di Indonesia sumping dikenal dengan kue nagasari. Sumping umumnya dibuat dari tepung beras, santan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era industrialisasi terjadi peningkatan jumlah industri, akan selalu diikuti oleh pertambahan jumlah limbah, baik berupa limbah padat, cair maupun gas. Limbah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air minum oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila berdaging padat, tidak mempunyai banyak duri, mudah disajikan dan mudah didapatkan di
Lebih terperinciINOVASI TEKNOLOGI APLIKATIF DALAM MENGURANGI OFF-ODOR DAGING ITIK
INOVASI TEKNOLOGI APLIKATIF DALAM MENGURANGI OFF-ODOR DAGING ITIK (Applicative Technology Innovation to Reduce Off-Odor of Duck Meat) PROCULA R. MATITAPUTTY 1 dan T. SUSANTI 2 1 Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan fitokimia merupakan suatu metode kimia untuk mengetahui kandungan kimia suatu simplisia, ekstrak ataupun fraksi senyawa metabolit suatu tanaman herbal. Hasil penapisan
Lebih terperinciPEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi
1 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi pelatihan fisik berlebih selama 35 hari berupa latihan
Lebih terperinci5.1 Total Bakteri Probiotik
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lipida merupakan salah satu unsur utama dalam makanan yang berkontribusi terhadap rasa lezat dan aroma sedap pada makanan. Lipida pada makanan digolongkan atas lipida
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini. semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi guna menunjang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Penentuan ph optimum dan rendemen VCO VCO diproduksi dengan menggunakan metode pengasaman, oleh sebab itu perlu dilakukan penentuan ph optimum dari krim kelapa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini meningkatnya pencemaran lingkungan berdampak negatif pada kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal bebas secara alami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Musaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia, pisang merupakan buah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pisang merupakan tumbuhan monokotil yang termasuk dalam familia Musaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia, pisang merupakan buah yang paling
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air
HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air dan Aktivitas Air Kadar air dendeng hasil penelitian adalah 19,33%-23,82% dengan rataan 21,49±1,17%. Aktivitas air dendeng hasil penelitian sebesar 0,53-0,84 dengan nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup atau organisme akan sampai pada proses menjadi tua secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila datangnya tepat waktu. Proses
Lebih terperinciGun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia
PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TAK JENUH MINYAK BEKATUL Oleh: Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia Email:
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Infertilitas merupakan masalah yang memiliki angka kejadian yang cukup besar di Indonesia. Penyebab infertilitas pria dipengaruhi oleh banyak faktor,
Lebih terperinciPENURUNAN BAU AMIS (OFF-ODOR) DAGING ITIK LOKAL DENGAN PEMBERIAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERFORMA
PENURUNAN BAU AMIS (OFF-ODOR) DAGING ITIK LOKAL DENGAN PEMBERIAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERFORMA RUKMIASIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Minyak Goreng Segar Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan isoprene yang berikatan dengan konfigurasi cis 1,4. Isoprene tersusun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam Hevea brasiliensis merupakan suatu polimer alam yang memiliki kandungan isoprene yang berikatan dengan konfigurasi cis 1,4. Isoprene tersusun oleh banyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia senantiasa dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan yang sangat signifikan, banyak sekali aktivitas lingkungan yang menghasilkan radikal bebas sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makanan gorengan menjadi hal yang tidak terlepas dari konsumsi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Minyak merupakan bahan baku yang penting dalam rumah tangga maupun industri terkait dengan fungsinya sebagai media penggorengan. Makanan gorengan menjadi hal yang tidak
Lebih terperinciPENGARUH FREKUENSI PENGGORENGAN TERHADAP ANGKA ASAM DAN PEROKSIDA MINYAK JELANTAH DARI KREMES YANG DITAMBAHKAN TEPUNG KUNYIT
PENGARUH FREKUENSI PENGGORENGAN TERHADAP ANGKA ASAM DAN PEROKSIDA MINYAK JELANTAH DARI KREMES YANG DITAMBAHKAN TEPUNG KUNYIT PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi
Lebih terperinciAktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)
Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.) OLEH : S. A n d h i J u s u p, d r, M. K e s S e t y o S r i R a h a r j o, d r. M K e s F A K U L T A S K E D O K T E R A
Lebih terperinciPENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH
PENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH Korry Novitriani dan Nurjanah Prorogram Studi DIII Analis Kesehatan, STIKes Bakti
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Kimia pada Yoghurt dengan Penambahan Ekstrak Buah Jambu Biji Bangkok (Psidium guajava L.) Rerata hasil analisis statistik untuk uji kualitas kimia yang meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enzim katalase bersifat antioksidan ditemukan pada hampir sebagian besar sel. 1 Enzim ini terutama terletak di dalam organel peroksisom. Katalase ditemukan di semua
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
A. Minyak Sawit Bab II Tinjauan Pustaka Minyak sawit berasal dari mesokarp kelapa sawit. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging
TDTLA Pedaging HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Penelitian tahap pertama adalah pembuatan tepung daging-tulang leher ayam yang dilakukan sebanyak satu kali proses pembuatan pada waktu yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik merupakan jenis unggas petelur maupun pedaging yang cukup produktif dan potensial disamping ayam. Itik Cihateup berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten
Lebih terperinciKata kunci : Plumbum, malondyaldehide, Integritas membran spermatozoa, Myrmecodia pendans
Pengaruh Antioksidan Sarang Semut (Myrmecodia pendans) Terhadap Kadar MDA dan Integritas Membran Spermatozoa Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang Terpapar Plumbum Dr. Djuna Lamondo, M.Si 1), Drs. Mustamin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit diawali oleh adanya
Lebih terperinciSTABILITAS VITAMIN LARUT AIR SELAMA PENGOLAHAN PANGAN Bag 2 Vitamin C
STABILITAS VITAMIN LARUT AIR SELAMA PENGOLAHAN PANGAN Bag 2 Vitamin C Ir. Priyanto Triwitono, MP. Jurusan Teknologi Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM 2012 Vitamin C
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi oksidasi merupakan reaksi yang memiliki peranan penting dalam metabolisme tubuh manusia. Reaksi oksidasi ini disebabkan oleh senyawa reactive oxygen species
Lebih terperinciLampiran 1 Lembaran kuisioner seleksi panelis. I. Identitas Diri Nama :... Umur :... Alamat :... No tlp/hp :... Pekerjaan :
115 Lampiran 1 Lembaran kuisioner seleksi panelis I. Identitas Diri Nama :... Umur :... Alamat :... No tlp/hp :... Pekerjaan :... E-mail :... II. Waktu a. Pada hari kerja mana saja (Senin Jumat) anda punya
Lebih terperinciUJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI
UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) Progam Studi Ilmu Farmasi pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Rendemen Kerupuk Kulit Kelinci dengan Berbagai Konsentrasi Garam
44 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Garam Terhadap Rendemen Kerupuk Kulit Kelinci Hasil penelitian pengaruh konsentrasi garam terhadap rendemen kerupuk kulit kelinci tercantum pada Tabel
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi Hasil penelitian pengaruh berbagai konsentrasi sari kulit buah naga merah sebagai perendam daging sapi terhadap total bakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di dalam tubuh dan terlibat hampir pada semua proses biologis mahluk hidup. Senyawa radikal bebas mencakup
Lebih terperinci4.1. Persepsi dan Kondisi di Masyarakat seputar Minyak Goreng
4. PEMBAHASAN 4.1. Persepsi dan Kondisi di Masyarakat seputar Minyak Goreng Berdasarkan survey yang telah dilaksanakan, sebanyak 75% responden berasumsi bahwa minyak goreng yang warnanya lebih bening berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. datangnya tepat waktu. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara alamiah, setiap makhluk hidup atau organisme akan mengalami proses penuaan. Proses penuaan merupakan bagian dari siklus hidup yang normal bila datangnya tepat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan
Lebih terperinci