PERSENTASE KARKAS, DADA, PAHA DAN LEMAK ABDOMEN ITIK ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSENTASE KARKAS, DADA, PAHA DAN LEMAK ABDOMEN ITIK ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN"

Transkripsi

1 PERSENTASE KARKAS, DADA, PAHA DAN LEMAK ABDOMEN ITIK ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN SKRIPSI FITRIANI EKA PUJI LESTARI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN Fitriani Eka Puji Lestari. D Persentase Karkas, Dada, Paha dan Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu yang Diberi Tepung Daun Beluntas, Vitamin C dan E Dalam Pakan. Program Alih Jenis Teknologi Produksi Ternak. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota : Dr.Ir. Rukmiasih, MS. : Dr.Ir. Sumiati, M.Sc. Itik merupakan bagian dari unggas namun daging itik cenderung kurang disukai karena bau yang lebih amis dibandingkan dengan daging ayam. Pemberian antioksidan dapat menurunkan bau amis. Daun beluntas (Pluchea indica L) dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan alami, namun daun beluntas memiliki zat antinutrien seperti tanin yang dapat berdampak negatif terhadap performa unggas. Tanin yang terkandung dalam tepung daun beluntas 0,5% diharapkan tidak mengganggu persentase karkas dada, paha dan lemak abdomen, oleh karenanya kombinasi tepung daun beluntas 0,5% + vitamin C dan kombinasi tepung daun beluntas 0,5% + vitamin E juga dilakukan pada penelitian ini. Vitamin C dan E umum dimanfaatkan sebagai anti stres dan antioksidan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik alabio jantan sebanyak 96 ekor, pada umur 1-7 minggu pakan yang diberi adalah pakan komersial sebagai pakan kontrol (K), pakan komersial + beluntas 0,5% (KB), kombinasi pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% + vitamin C 250 mg/kg (KBC), kombinasi pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU/kg (KBE), sedangkan pakan yang diberikan pada umur 7-10 minggu dicampur dedak dengan perbandingan pakan komersial dan dedak yaitu 40:60. Pemeliharaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan, 3 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 8 ekor. Data yang diperoleh diolah menggunakan sidik ragam (ANOVA) kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17. Peubah yang diamati adalah persentase karkas, dada, paha dan lemak abdomen, daging dan tulang dada serta daging dan tulang paha. Hasil penelitian menunjukan persentase karkas, dada, paha dan lemak abdomen yang tidak berbeda nyata pada keempat perlakuan dengan kisaran persentase karkas yang diperolah sebesar 59,64%-60,33%, persentase dada berkisar antara 30,10%-32,16%, persentase paha berkisar antara 22,41%-23,53%, dan persentase lemak abdomen berkisar antara 0,74%-0,95%. Persentase daging dada daging paha pada keempat perakuan ini juga menunjukan hasil yang tidah berbeda. Kisaran persentase daging dada adalah 84,18%-87,82%, persentase daging paha berkisar antara 84,26%-88,34%. Tanin pada daun beluntas 0,5% dalam pakan, kombinasi tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C 250 mg/kg, serta kombinasi tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU/kg tidak mengganggu persentase karkas, dada, paha, lemak abdomen, daging dada dan daging paha itik alabio jantan pada umur 10 minggu. Kata kunci : Itik alabio, karkas, lemak abdomen, daun beluntas, vitamin C, vitamin E. i

3 ABSTRACT Percentage of Carcass, Breast, Thigh, and Abdominal Fat of 10 Weeks Age Alabio Male Ducks Fed with Beluntas Leaf Meal, Vitamin C and E in the Ration. Lestari, F, E, P., Rukmiasih and Sumiati Duck meat is potential as protein source, but the off-odor of it restricted the consumption of this meat. Antioxidant could decrease the odor, but the effect of it on the influence of the percentage of carcass, breast, thigh and abdominal fat must be evaluated. Beluntas leaves, vitamin C and vitamin E can be used as antioxidant. The objective of this research was to know the effect feeding beluntas leaf meal, combination of beluntas leaf meal + vitamin C, an the combination of beluntas leaf meal + vitamin E addition on carcass percentage, breast, thigh and abdominal fat. This research used 96 alabio ducks. The ducks were reared from DOD up to 10 weeks. The diet treatments were control diet (K); comercial diet + beluntas leaf meal 0.5% (KB); comercial diet + beluntas leaf meal 0.5% + vitamins C 250 mg/kg (KBC); comercial diet + beluntas leaf meal 0.5% + vitamin E 400 IU (KBE). The data were analysed using ANOVA (Analysis of Variance), and any significant diferrence was further analysed using Duncan Multiple Range Test. The results showed that feeding beluntas leaf meal 0.5%, beluntas leaf meal 0.5 % and vitamin C 250 mg, and beluntas leaf meal 0.5% and 400 IU did not affect the carcass percentage, breast, thigh and abdominal fat of male alabio duck. Keywords : alabio duck, carcass, abdominal fat, beluntas leaf meal, vitamin C, vitamin E. ii

4 PERSENTASE KARKAS, DADA, PAHA DAN LEMAK ABDOMEN ITIK ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN FITRIANI EKA PUJI LESTARI D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 iii

5 Judul : Persentase Karkas, Dada, Paha Dan Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu yang Diberi Tepung Daun Beluntas, Vitamin C Dan E dalam Pakan Nama : Fitriani Eka Puji Lestari NIM : D Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, (Dr. Ir. Rukmiasih, MS.) (Dr. Ir. Sumiati, M.Sc.) NIP: NIP: Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.) NIP: Tanggal Ujian: 14 April 2011 Tanggal Lulus: iv

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Mei Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Haryono dan Ibu Sri Redjeki serta memiliki satu orang adik yang bernama Teguh Dwi Karyono. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Cimandala I Sukaraja Kabupaten Bogor dan berhasil menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Kota Bogor dan lulus pada tahun Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Kota Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dan menyelesaikan kuliah pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Program Alih Jenis Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. v

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Persentase Karkas, Dada, Paha dan Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu yang Diberi Tepung Daun Beluntas, Vitamin C dan E dalam Pakan. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Itik merupakan salah satu ternak unggas yang potensial untuk dikembang biakan. Meningkatnya permintaan daging itik merupakan peluang yang baik bagi peternak. Namun daging itik memiliki beberapa kelemahan salah satunya adalah bau amis dan pertumbuhan yang relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan ayam broiler. Bau amis dapat diturunkan dengan pemberian antioksidan. Pemberian tepung daun beluntas, vitamin C dan vitamin E dapat dikombinasikan dalam pakan sebagai antioksidan. Namun pemberian tambahan tepung daun beluntas dalam pakan harus diperhatikan karena daun beluntas memiliki kandungan antinutrien seperti tanin yang dapat mengganggu pertumbuhan sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi persentase karkas, dada, paha dan lemak abdomen itik. Kesulitan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah kesulitan dalam mencari bibit ternak yang baik. Selain itu keterbatasan dalam memperoleh literatur yang berhubungan dengan persentase karkas, persentase paha, persentase dada, lemak abdomen dan beluntas. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca secara umumnya dan penulis sendiri, Amin. Bogor, April 2011 Penulis vi

8 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... Halaman DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Itik (Anas platyrhynchos)... 3 Beluntas ( Pluchea indica L.)... 4 Vitamin... 5 Persentase Karkas dan Bagian-bagiannya... 7 MATERI DAN METODE... 8 Tempat dan Waktu Penelitian... 8 Materi Penelitian... 8 Ternak... 8 Kandang dan Peralatan... 8 Pakan... 8 Prosedur Persiapan Kandang Pembuatan Pakan Pemeliharaan Itik Rancangan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Karkas Dada Paha Lemak Abdomen KESIMPULAN i ii iii iv v vi ix x xi vii

9 UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

10 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Komposisi Kimia Ransum Komersial, Tepung Daun Beluntas, dan Dedak Padi (As Fed) Susunan dan Kandungan Nutrien, Antinutrien dan Antioksidan dalam Pakan itik Perlakuan Umur 1-7 Minggu Susunan dan Kandungan Nutrien, Antinutrien dan antioksidan dalam Pakan itik Perlakuan Umur 7-10 Minggu Rataan Bobot Potong, Bobot Karkas dan Persentase Karkas Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Rataan Dada, Daging Dada dan Tulang Dada Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Rataan Persentase Paha, Daging Paha dan Tulang Paha Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Rataan Bobot dan Persentase Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu ix

11 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Itik Alabio Jantan (SNI, 2009) Tanaman Beluntas Tepung Daun Beluntas Karkas (a), Dada dan Paha (b) Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu x

12 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Bobot Potong Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Karkas Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Dada Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Daging Dada Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Tulang Dada Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Paha Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Daging Paha Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Tulang Paha Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu xi

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan diiringi dengan pengetahuan manusia akan pentingnya gizi dalam kehidupan, membuat permintaan ternak sebagai salah satu sumber protein hewani semakin meningkat. Daging unggas adalah salah satu jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh konsumen. Harga yang relatif terjangkau membuat konsumen lebih memilih produk dari ternak unggas dibandingkan ternak ruminansia. Bagi peternak, memelihara ternak unggas memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah pemeliharaan yang singkat, pertumbuhan yang cepat dan dapat berkembang biak dengan cepat pula. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan berkembangnya usaha peternakan unggas di Indonesia. Berdasarkan data statistik Dirjen Peternakan (2009), ketersediaan daging secara nasional pada tahun 2008 sebesar ton. Dari jumlah ketersediaan tersebut, ton berasal dari ternak unggas (ayam broiler, ayam ras petelur, ayam buras dan itik). Dari ketersediaan daging unggas, ton (77,02%) berasal dari daging ayam broiler, sedangkan daging dari itik hanya sebesar ton (1,8% dari total daging unggas). Rendahnya minat masyarakat terhadap daging itik diduga karena bau daging itik yang lebih amis dibandingkan dengan daging ayam. Bau amis ini dapat diturunkan dengan penambahan antioksidan dalam pakan. Antioksidan yang digunakan dapat berasal dari antioksidan alami maupun antioksidan sintetik. Antioksidan alami dapat berasal dari tepung daun beluntas dan antioksidan sintetik yang dapat diberikan adalah vitamin E dan vitamin C. Pada tepung daun beluntas, selain terdapat antioksidan juga mengandung zat antinutrien, seperti tanin yang dapat menghambat penyerapan protein pakan dalam tubuh sehingga dapat menghambat pertumbuhan ternak. Berdasarkan penelitian sebelumnya, pemberian tepung daun beluntas lebih dari 1 % dapat menurunkan performan itik, oleh karena itu pemberian tepung daun beluntas pada penelitian ini diberikan sebesar 0,5% dengan harapan tidak mempengaruhi pertumbuhan yang dapat mempengaruhi persentase karkas, dada, paha dan lemak abdomen itik. Sementara vitamin C dan E dapat digunakan sebagai anti stres pada ternak unggas. Kombinasi tepung daun beluntas 0,5% + 1

14 vitamin C 250 mg/kg dan kombinasi tepung daun beluntas 0,5% + vitamin E 400 IU/kg dicoba dalam penelitian ini. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daun beluntas 0,5% serta kombinasinya dengan vitamin C atau vitamin E dalam pakan terhadap persentase karkas, dada, paha dan lemak abdomen itik alabio jantan umur 10 minggu. 2

15 TINJAUAN PUSTAKA Itik (Anas platyrhynchos) Menurut Achmanu (1997), itik termasuk ke dalam unggas air (waterfowl) yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut : kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, rumpun (tribe) Anatini, genus Anas, spesies Anas platyrhynchos. Itik lokal merupakan potensi sumber protein hewani yang dapat dikembangkan. Salah satu contoh itik lokal adalah itik. Itik cihateup berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Selain di Tasikmalaya, Itik cihateup juga dikembangbiakan di daerah Garut (Wulandari, 2005). Selain itik cihateup, itik yang cukup banyak dikembangbiakan di Indonesia adalah itik alabio. Itik ini merupakan salah satu galur itik lokal yang sudah cukup lama dikenal. Meskipun tergolong sebagai jenis itik penghasil telur, itik alabio jantan juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber penghasil daging (Hardjosworo et al., 2001). Itik ini telah lama dipelihara dan berkembang di Kalimantan Selatan (Suryana, 2007). Menurut Randa (2007), itik alabio jantan memiliki persentasi karkas yang lebih besar dari itik cihateup. Menurut Standar Nasional Indonesia (2009), persyaratan itik alabio jantan adalah kondisi fisik harus sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, mata bersinar, tampak segar dan aktif, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik. Secara kualitatif, persyaratan itik alabio jantan adalah postur tubuh tegak membentuk sudut 70 0, paruh berwarna kuning sampai kuning jingga dengan bercak hitam pada bagian ujung, terdapat bulu putih membentuk garis mulai dari pangkal paruh sampai ke bagian belakang kepala dan bulu kepala bagian atas berwarna hitam, kaki berwarna kuning jingga, bulu leher bagian depan berwarna putih, sedangkan bagian belakang berwarna hitam, bulu dada berwarna coklat kemerahan, bulu punggung dan perut berwarna abu-abu dengan bercak coklat, bulu sayap sekunder berwarna biru kehijauan dan mengkilap, bulu ekor berwarna hitam dan melingkar keatas. Ciri-ciri itik alabio jantan dapat dilihat seperti pada Gambar 1. 3

16 Gambar 1. Itik Alabio Jantan Sumber : SNI (2009) Beluntas ( Pluchea indica L.) Menurut Asiamaya (2003), klasifikasi tanaman beluntas (Gambar 2) adalah sebagai berikut: Kelas Magnoliophyta, sub-kelas Asteridae, ordo Asterales, famili Asteraceae, genus Plucheacass, dan spesies Pluchea Indica L. Secara tradisional, daun beluntas biasa digunakan sebagai penghilang bau badan, obat turun panas, obat batuk, obat diare, dan mengobati sakit kulit. Tanaman beluntas mengandung senyawa flavonoid yang efektif dalam menangkap radikal bebas atau sebagai antioksidan (Panovskai, 2005). Menurut Winarno (1997), antioksidan adalah senyawa yang memiliki kemampuan sebagai zat anti radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu senyawa yang mengandung molekul yang tidak berpasangan dan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif, sehingga untuk menstabilkan dirinya, radikal bebas akan menarik molekul lain seperti asam lemak tidak jenuh, protein, polisakarida. Kandungan antioksidan dalam tepung daun beluntas yaitu senyawa flavonoid, vitamin C dan -karoten dengan masing-masing sebanyak 4,47%, 98,25 mg/100g dan 2,552 mg/100g. Beluntas juga mengandung antinutrien yaitu tanin. Daun beluntas kering mengandung tanin sebesar 1,88% (Rukmiasih et al., 2010). Tanin dengan level 0,5% atau lebih dalam pakan menyebabkan penurunan pertumbuhan, ketersediaan energi pakan dan protein, kematian lebih tinggi, juga menghambat aktivitas enzim (tripsin, amilase dan lipase) (Johri, 2005). 4

17 Berdasarkan hasil penelitian Wahyudin (2006), pemberian tepung daun beluntas sebanyak 1% hingga 2% dalam pakan tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi pakan, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, persentase karkas, dada dan paha itik. Akan tetapi, konversi pakan itik yang mendapat beluntas lebih tinggi dari kontrol. Konversi pakan itik yang mendapat 1% beluntas sebesar 4,17, sedangkan yang tidak mendapat beluntas (kontrol) sebesar 3,42 (Gunawan, 2005). Rataan persentase dada yang diperoleh pada penelitian tersebut adalah 24,09%- 24,95% dan persentase paha yang adalah 24,44%- 25,71% (Wahyudin, 2006). Gambar 2. Tanaman Beluntas Vitamin Menurut Widodo (2002), vitamin merupakan sejumlah persenyawaan organik yang secara umum tidak ada hubungan atau kesamaan kimiawi satu sama lain. Vitamin merupakan komponen dari bahan makanan tetapi bukan karbohidrat, lemak, protein dan air dan terdapat dalam jumlah yang sedikit. Vitamin esensial dibutuhkan untuk perkembangan jaringan normal dan untuk kesehatan, pertumbuhan dan hidup pokok karena tubuh tidak dapat mensintesis sendiri kecuali beberapa vitamin seperti vitamin C pada ayam dan vitamin B kompleks pada ruminansia (Widodo, 2002). Ayam sangat peka terhadap defisiensi vitamin karena ayam sangat sedikit sekali mendapat vitamin yang disintesa oleh mikroorganisme dalam saluran pencernaan, sedangkan ayam membutuhkan banyak sekali vitamin untuk reaksireaksi metabolik dalam tubuhnya, selain itu cekaman yang tinggi membuat ayam membutuhkan vitamin yang tinggi pula (Widodo, 2002). 5

18 Vitamin C adalah salah satu bahan yang bekerja sebagai antioksidan sekunder. Antioksidan sekunder bekerja dengan memproses senyawa-senyawa tertentu agar tidak berpotensi membentuk suatu radikal. Aktifitas antioksidan sekunder akan bertambah efektif bilamana disertai dengan adanya antioksidan primer seperti vitamin E. Antioksidan primer bekerja dengan mengubah radikalradikal lipid menjadi produk yang lebih stabil (Gordon, 1990). Menurut Widodo (2002), pengaruh pemberian vitamin C dalam air minum pada broiler sebelum dipotong menghasilkan karkas yang tidak mudah mengalami penyusutan sehingga kualitas karkas terjaga. Selain itu vitamin C juga dapat mencegah katabolisme protein, sehingga pada ayam yang diberi vitamin C sebelum dipotong, timbangan karkas menjadi lebih baik. Dosis yang dianjurkan adalah ppm dalam air minum pada waktu 24 jam sebelum dipotong. Menurut Kusnadi (2006), pemberian vitamin C 250 ppm dapat digunakan untuk mengatasi cekaman panas pada ayam broiler. Selain itu penambahan vitamin C pada suhu ruang panas dapat meningkatkan pertumbuhan dan konsumsi pakan ayam broiler. Vitamin E banyak digunakan dalam bentuk suplemen yang sekaligus berfungsi sebagai sumber antioksidan. Vitamin E berfungsi melindungi asam-asam lemak dan kolesterol dari oksidasi dengan cara menangkap radikal-radikal bebas (Niki et al., 1995). Vitamin E terdapat dalam tiga bentuk yaitu, dan -tokoferol, perbedaannya terletak pada gugus R1, R2, dan R3. Bentuk vitamin E yang paling aktif atau paling efektif adalah -tokoferol (Widodo, 2002). Berbagai penelitian menggunakan vitamin E pada berbagai jenis ternak seperti ayam, kalkun, babi, sapi dan ikan, memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari vitamin E terhadap penurunan oksidasi lipid di dalam daging dan jaringan adipose ternak-ternak tersebut (Skibsted et al., 1998). Tanpa pengontrolan terhadap oksidasi lipid menyebabkan kualitas daging, terutama kualitas organoleptik seperti flavor dan warna daging menurun (Berges, 1999). Menurut Widodo (2002), umumnya vitamin-vitamin yang larut dalam lemak memerlukan absorbsi lemak normal untuk ikut diserap. Vitamin E yang larut dalam lemak ditranspor ke dalam jaringan adipose dalam berbagai jangka waktu. Aktivitas vitamin C sebagai agen pereduksi dapat semakin efektif bilamana terdapat bersama vitamin E (Gordon, 1990). Dari penelitian secara in vitro diperoleh 6

19 informasi bahwa vitamin E dan C berinteraksi sinergistik dalam fungsinya sebagai antioksidan (Niki et al., 1995). Persentase Karkas dan Bagian-bagiannya Karkas adalah bagian tubuh unggas setelah dilakukan penyembelihan secara halal, pencabutan bulu, dan pengeluaran jeroan, tanpa kepala, leher, kaki (Standar Nasional Indonesia, 2009). Persentase bobot karkas terhadap bobot hidup sering dijadikan acuan ukuran produksi dari seekor ternak potong. Persentase karkas dipengaruhi oleh genetik, fisiologi, umur dan berat tubuh dan kandungan nutrien pakan selama ternak itik hidup. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) (2009), daging adalah otot skeletal dari karkas ayam yang aman, layak, dan lazim dikonsumsi manusia. Menurut Soeparno (2005), daging adalah semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Menurut Soeparno (2005), faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh. Faktor lingkungan dapat terbagi menjadi dua kategori yaitu faktor fisiologis dan nutrien. Proporsi tulang, otot dan lemak sebagai komponen karkas dipengaruhi oleh umur, berat hidup dan kadar laju pertumbuhan. Bila proporsi salah satu variabel lebih tinggi, maka proporsi salah satu atau kedua variabel lainnya lebih rendah (Soeparno, 2005). Bagian dada dan paha adalah salah satu bagian karkas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Omojola, 2007). Menurut Bintang dan Antawidjaja (1995), semakin menurunnya taraf energi dalam pakan terdapat kecenderungan penurunan lemak abdominal ternak entog. Lemak abdominal pada entok jantan nyata lebih tinggi dibandingkan dengan betina (P<0,05), namun tidak terdapat interaksi antara level energi dengan jenis kelamin terhadap lemak abdominal. Menurut Abbas dan Rusmana (1995), serat kasar berpengaruh terhadap kandungan lemak tubuh itik fase pertumbuhan. Persentase lemak abdomen itik lokal jantan yang mendapat pakan kontrol, mendapat pakan mengandung tepung daun beluntas 0,5% dan 1% berturut-turut 0,79%, 0,72% dan 0,64% dari bobot potong (Setiyanto, 2005). 7

20 MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Blok B, Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai dari bulan Mei hingga bulan September Materi Penelitian Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik alabio jantan berumur 1 minggu dan dipelihara hingga umur 10 minggu sebanyak 96 ekor. Itik dikelompokan (kecil, sedang, besar) karena bobot badan awal yang tidak seragam. Rataan bobot awal itik kelompok kecil adalah sebesar 73,25 g, sedangkan kisaran bobot awal kelompok sedang adalah sebesar 85,85 g dan kelompok besar adalah 115,4 g. Itik yang digunakan berasal dari peternak itik di daerah Bogor. Kandang dan Peralatan Penelitian ini menggunakan kandang dengan sistem litter dengan lebar 1,25 meter dan panjang 1,5 meter sebanyak 12 buah dengan sekam setinggi 5-10 cm. Pada awal pemeliharaan, kandang diberi pemanas dan lingkar pembatas, peralatan lain yang digunakan berupa tempat makan, tempat minum, timbangan, ember. Pakan Pakan yang diberikan pada penelitian ini pada itik umur 1-7 minggu adalah sebagai berikut : K = Pakan komersial ayam broiler sebagai perlakuan kontrol KB = Pakan komersial ayam broiler yang mengandung tepung daun beluntas 0,5% KBC = Pakan komersial ayam broiler yang mengandung tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C 250 mg KBE = Pakan komersial ayam broiler yang mengandung tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU Pakan yang diberikan pada itik umur 7-10 minggu adalah sebagai berikut : K = kombinasi 40% pakan komersial ayam broiler : 60% dedak padi sebagai perlakuan kontrol 8

21 KB = kombinasi 40% pakan komersial ayam broiler : 60% dedak padi, mengandung tepung daun beluntas 0,5% KBC = kombinasi 40% pakan komersial ayam broiler : 60% dedak padi mengandung tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C 250 mg KBE = kombinasi 40% pakan komersial ayam broiler : 60% dedak padi mengandung tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU Komposisi kimia ransum komersial, tepung daun beluntas dan dedak padi disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia Ransum Komersial, Tepung Daun Beluntas, dan Dedak Padi (As Fed) Komponen Ransum Kontrol 1) Tepung Daun Beluntas 2) Dedak 3) Bahan Kering (%) 87 85,83 91 Energi Bruto (kkal/kg) 3448 EM (kkal/kg) ,8 4) 1900 Protein (%) 21 19,02 13 Lemak (%) 5 3,7 5 Serat kasar (%) 5 15,8 12 Abu (%) 7 15,69 11,33 Kalsium (%) 0,9 2,4 0,06 Phospor (%) 0,6 0,29 0,8 Vitamin C (mg/100g) 0 98,25 5) 0 Vitamin E (IU/mg) Tanin (%) 0 1,88 5) 0 Keterangan : 1) 2) 3) 4) 5) Charoen Phokhpan BR 11 (2010) Gunawan (2005) Leeson & Summers (2005) EM = 0,6 x Energi Bruto Rukmiasih, et al. (2010) Susunan dan kandungan nutrien dan antinutrien dalam pakan itik perlakuan pada umur 1-7 minggu disajikan pada Tabel 2, sedangkan susunan dan kandungan nutrien dan antinutrien pada itik perlakuan umur 7-10 minggu disajikan pada Tabel 3. 9

22 Tabel 2. Susunan dan Kandungan Nutrien, Antinutrien dan Antioksidan dalam Pakan Itik Perlakuan Umur 1-7 Minggu. Susunan Pakan K KB KBC KBE Komersial (%) ,5 99,47 99,46 Beluntas (%) 0 0,5 0,5 0,5 Vitamin C (%) 1) 0 0 0,025 0 Vitamin E (%) 2) ,04 Jumlah Kandungan Nutrien, Antinutrien dan Andioksidan: Bahan Kering (%) 87 86, EM (kkal/kg) , , ,14 Protein (%) 21 20,99 20,99 20,98 Lemak (%) 5 4,99 4,99 4,99 Serat kasar (%) 5 5,05 5,05 5,05 Abu (%) 7 7,04 7,04 7,04 Kalsium (%) 0,9 0,91 0,91 0,91 Phospor (%) 0,6 0,60 0,60 0,60 Antinutrien (tanin) (%) 0 0,01 0,01 0,01 Antioksidan : Vitamin C (mg/kg) 0 4,91 254,91 0 Vitamin E (IU/kg) Keterangan : 1) Setara dengan 250 mg/kg, 2) Setara dengan 400 IU, K = pakan komersial; KB = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5%; KBC = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% + vitamin C 250 mg/kg; KBE = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% + vitamin E 400 IU/kg 10

23 Tabel 3. Susunan dan Kandungan Nutrien, Antinutrien dan Antioksidan dalam Pakan Itik Perlakuan Umur 7-10 Minggu. Susunan Pakan K KB KBC KBE Komersial (%) 40 39,75 39,74 39,73 Dedak (%) 60 59,75 59,73 59,73 Beluntas (%) 0 0,5 0,5 0,5 Vitamin C (%) 1) 0 0 0,025 0 Vitamin E (%) 2) ,04 Jumlah Kandungan Nutrien, Antinutrien dan Antioksidan : Bahan Kering (%) 89,40 89,37 89,38 89,39 EM (kkal/kg) , , ,49 Protein (%) 16,20 16,21 16,21 16,20 Lemak (%) ,99 4,99 4,99 Serat kasar (%) 9,20 9,23 9,23 9,23 Abu (%) ,63 9,63 9,63 Kalsium (%) 0,40 0,41 0,41 0,41 Phospor (%) 0,72 0,72 0,72 0,72 Antinutrien (tanin) (%) 0 0,01 0,01 0,01 Antioksidan : Vitamin C (mg/kg) 0 4,91 254,91 0 Vitamin E (IU/kg) Keterangan : 1) Setara dengan 250 mg/kg, 2) Setara dengan 400 IU/kg, K = pakan komersial; KB = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5%; KBC = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% + vitamin C 250 mg/kg; KBE = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% + vitamin E 400 IU/kg Persiapan Kandang Prosedur Sebelum ternak datang, kandang dan peralatan dibersihkan terlebih dahulu. Ruang kandang disemprot desinfektan dan dikapur. Peralatan lain seperti tempat pakan dan tempat air minum dicuci hingga bersih. Kemudian sekam ditabur sebagai alas kandang dengan ketinggian 10-5 cm dan dilakukan pemasangan lingkar 11

24 pembatas dan pemanas buatan beberapa jam sebelum DOD datang dengan tujuan untuk menghangatkan lingkungan kandang. Pembuatan Pakan Pembuatan tepung daun beluntas diawali dengan pemanenan daun beluntas. daun beluntas yang sudah dipanen dikeringkan dalam suhu ruang dan tidak terkena matahari langsung. Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan sekitar satu minggu. Setelah daun beluntas kering, kemudian daun beluntas digiling hingga halus dan menjadi tepung daun beluntas. Daun beluntas yang sudah digiling dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Tepung Daun Beluntas Berikut adalah contoh cara mencampur setiap kg pakan perlakuan. Pakan perlakuan KB dibuat dengan cara mencampur 5 gram tepung daun beluntas dengan 995 gram pakan komersial, pakan perlakuan KBC dibuat dengan cara mencampur 5 gram tepung daun beluntas, 0,25 mg vitamin C dan 994,75 g pakan komersial. Pakan perlakuan KBE dibuat dengan cara mencampur 5 gram tepung daun beluntas, 0,4 g vitamin E dan 994,6 g pakan komersial. Pada umur 7 minggu, pakan yang diberikan ditambahkan dedak dengan perbandingan dedak dan pakan komersial yakni 60:40. Pakan perlakuan K dibuat dengan cara mencampur pakan komersial sebanyak 400 g dan dedak 600 g, pakan perlakuan KB dibuat dengan cara mencampur 5 g tepung daun beluntas dengan pakan komersial sebanyak 397,5 g dan dedak 597,5 g, pakan KBC dibuat dengan cara mencampur 5 g tepung daun beluntas dan vitamin C 0,25 g ke dalam pakan komersial sebanyak 375,375 g dan dedak 597,375 g, pakan KBE dibuat dengan cara mencampur 5 g tepung daun beluntas dan vitamin E 0,4 IU dengan pakan komersial sebanyak 397,3 g dan dedak 597,3 g. 12

25 Vitamin C yang digunakan dalam bentuk ascorbic acid dan vitamin E yang digunakan dalam bentuk -tokoferol. Pencampuran bahan-bahan pakan dilakukan dengan cara mencampur bahan-bahan yang berbobot kecil dengan sebagian kecil pakan komersial, kemudian pencampuran bahan dilakukan sedikit demi sedikit hingga seluruh pakan tercampur dengan merata. Pemeliharaan Itik Setibanya di lokasi pemeliharaan, itik diberi larutan gula 3% untuk mengurangi stres akibat perjalanan. Kemudian itik diberi nomor pada sayapnya dan ditimbang. Hasil penimbangan dikelompokan menjadi besar, sedang dan kecil lalu ditempatkan pada unit-unit kandang percobaan secara acak. Pemberian pakan diberikan tiga kali dalam sehari yakni pada pukul WIB, pukul WIB dan pukul WIB. Pemberian pakan dilakukan dengan cara membasahi pakan dengan sedikit air. Pada umur 7 minggu dilakukan pergantian pakan. Penggantian pakan dilakukan dengan bertahap yaitu dengan memberi 25% pakan baru dan 75% pakan lama untuk hari pertama dan kedua, lalu 50% pakan baru dan 50% pakan lama untuk hari ketiga dan keempat, 75% pakan baru dan 25% pakan pada hari kelima dan keenam dan pada hari selanjutnya yang diberikan berubah 100% pakan baru. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap minggu. Kemudian itik dipotong pada umur 10 minggu dan dilakukan penimbangan karkas, paha, dada dan lemak abdomen. Sebelum dipotong, itik ditimbang untuk mengetahui bobot potong yang dihasilkan. Pemotongan dilakukan dengan cara memasukkan itik ke dalam sebuah corong dengan kepala itik mengarah ke bawah yang bertujuan agar darah cepat mengalir dan sebanyak-banyaknya keluar dari tubuh. Pemotongan dilakukan dengan cara memotong leher bagian atas, sesaat setelah pemotongan itik didiamkan sampai darah tidak menetes lagi atau proses pengeluaran darah berlangsung sempurna. Setelah proses pengeluaran darah berlangsung sempurna kemudian itik dibului dan dilakukan pengeluaran bagian oval, pemisahan kaki dan kepala lalu ditimbang untuk mengetahui bobot karkas. Kemudian bagian dada dan paha dipotong, masing-masing ditimbang, di rendam dalam butiran-butiran es dan segera dibekukan. Deboning dilakukan dalam keadaan karkas (dada dan paha) masih beku, lalu daging dengan kulit masing-masing bagian karkas (dada dan paha) ditimbang untuk mengetahui 13

26 persentase daging dan tulang. Potongan karkas, dada dan paha itik alabio jantan umur 10 minggu dapat dilihat pada Gambar 4. (a) (b) Gambar 4. Karkas (a), Dada dan Paha (b) Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Peubah yang diamati dalam penelitian ini yaitu : 1. Persentase karkas Nilai persentase karkas diperoleh dengan membagi bobot karkas dengan bobot sesaat sebelum itik dipotong dikali 100%. 2. Persentase dada Nilai persentase dada diperoleh dengan cara membagi bobot dada dengan bobot karkas dikali 100%. 3. Persentase daging dada Nilai persentase daging dada diperoleh dengan cara membagi bobot daging dada dengan dada dikali 100%. 4. Persentase tulang dada Nilai persentase tulang dada diperoleh dengan cara membagi bobot tulang dada dengan dada dikali 100%. 5. Persentase paha Nilai persentase paha diperoleh dengan cara membagi bobot kedua paha dengan bobot karkas dikali 100%. 6. Persentase daging paha Nilai persentase daging paha diperoleh dengan cara membagi bobot daging paha dengan bobot paha utuh dikali 100%. 14

27 7. Persentase tulang paha Nilai persentase tulang paha diperoleh dengan cara membagi bobot tulang paha dengan bobot paha utuh dikali 100%. 8. Persentase lemak abdomen Nilai persentase lemak abdomen diperoleh dengan cara membagi bobot lemak abdomen dengan bobot potong dikali 100%. Rancangan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri atas 4 perlakuan dengan 3 kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 8 ekor itik. Pengelompokan berdasarkan bobot badan itik pada umur 1 minggu yaitu kecil, sedang dan besar. Model rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Y ij = µ + K i + P j + ij Keterangan ; Y ij = Nilai pengamatan perlakuan dalam pakan ke-i dan kelompok ke-j µ = Nilai tengah K i = Pengaruh perlakuan pakan ke-i ( i = 1,2,3,4 ) P j = Pengaruh kelompok ke-j (j = 1, 2, 3) ij = Pengaruh galat percobaan yang dari perlakuan dalam pakan ke-i dan kelompok ke-j Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993) menggunakan program SPSS versi

28 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi pakan selama penelitian adalah 6.515,29 g pada kontrol, 6.549,93 g pada perlakuan KB 6.604,83 g pada perlakuan KBC dan 6.520,29 g pada perlakuan KBE. Konversi pakan itik perlakuan adalah sebesar 4,91 pada kontrol, 5,05 pada perlakuan KB, KBC sebesar 4,97 dan KBE sebesar 4,98. Karkas Pengaruh perlakuan terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas itik alabio jantan umur 10 minggu hasil penelitian ini disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Bobot Potong, Bobot Karkas dan Persentase Karkas Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Peubah Perlakuan K KB KBC KBE Bobot Potong (g/ekor) 1365,52 ± 44, ,47 ± 66, ,33 ± 140, ,27 ± 25,28 Bobot Karkas - (g/ekor) 815,03 ± 37,62 796,67 ± 13,68 817,05 ± 58,19 799,29 ± 25,58 - % 59,66 ± 1,04 59,79 ± 2,07 60,33 ± 2,11 59,64 ± 0,92 Keterangan : K = pakan komersial; KB = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5%; KBC = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% gr/kg; KBE = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% IU/kg Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas 0,5% dalam pakan dan kombinasi antara tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C 250 mg serta tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU dalam pakan tidak berpengaruh terhadap bobot potong. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan tanin dalam tepung daun beluntas 0,5% dalam pakan tidak mengganggu bobot potong. Tabel 3 menunjukkan kandungan tanin dalam pakan sebesar 0,01%. Selain kandungan tanin, bobot potong yang tidak nyata juga diduga terjadi karena kandungan nutrien pakan pada keempat perlakuan sama yaitu isokalori dan isoprotein. Tabel 4 menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas 0,5% dalam pakan dan kombinasi antara tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C 250 mg serta tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU dalam pakan tidak berpengaruh terhadap bobot karkas dan persentase karkas yang diperoleh. Hal ini karena bobot potong dari keempat perlakuan di atas tidak berbeda nyata, yakni berkisar antara 1333,4g- 1365,52 g/ekor. 16

29 Menurut Setiyanto (2005), penambahan tepung daun beluntas dalam pakan hingga taraf 1% pada itik jantan lokal selama delapan minggu tidak mempengaruhi persentase karkas. Rataan persentase karkas yang diperoleh dengan penambahan tepung daun beluntas 0,5% dan 1 % adalah 51,75% dan 51,20%, tidak berbeda dengan perlakuan kontrol dengan rataan persentase karkas 51,25%. Menurut Wahyudin (2006), pemberian tepung daun beluntas hingga taraf 2 % dalam pakan tidak memberikan mengaruh nyata terhadap persentase karkas itik yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan karkas berlangsung merata pada semua taraf perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian Wahyudin (2006), rataan persentase karkas dengan perlakuan penambahan tepung daun beluntas 0%, 1%, dan 2 % secara berturut-turut adalah 59,61%, 59,70% dan 60,66%. Hasil penelitian Randa (2007), menunjukkan rataan bobot akhir itik alabio jantan yang diberi pakan komersial adalah sebesar 1315,6 g dengan rataan persentase karkas adalah sebesar 68,3±0,6% sementara rataan persentase karkas itik cihateup adalah sebesar 56,3 ± 4,2%. Rataan persentase karkas yang diperoleh pada penelitian Randa (2007), lebih tinggi dibandingkan dengan rataan yang diperoleh pada penelitian ini. Hal ini diduga terjadi karena perbedaan kandungan nutrien pakan itik yang digunakan selama pemeliharaan. Dada Rataan bobot dada, persentase dada, bobot daging dada, persentase daging dada, bobot tulang dada dan persentase tulang dada itik alabio jantan umur 10 minggu dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil analisis ragam dari keempat pakan perlakuan menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas 0,5% dalam pakan dan kombinasi antara tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C 250 mg serta tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU dalam pakan tidak berpengaruh terhadap persentase dada itik alabio jantan pada umur pemotongan 10 minggu. Hal ini karena bobot potong itik tidak berbeda. Dibandingkan dengan itik tegal, pada umur pemotongan yang sama, persentase dada itik alabio jantan lebih besar. Persentase dada itik alabio jantan dan itik tegal yang mendapat pakan kontrol masing-masing sebesar 31,88% dan 28,39%, sedangkan persentase dada itik alabio jantan dan tegal yang mendapat pakan mengandung beluntas 0,5% masing-masing 30,10% dan 28,39% (Setiyanto, 2005). 17

30 Tabel 5. Rataan Dada, Daging Dada dan Tulang Dada Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Peubah Perlakuan K KB KBC KBE Dada* : (g/ekor) 260,22 ± 17,99 239,93 ± 10,86 251,15 ± 25,21 257,02 ± 4,70 % 1 31,88 ± 1,08 30,10 ± 0,94 30,57 ± 0,90 32,16 ± 0,86 Daging dada**: (g/ekor) 228,68 ± 19,15 201,67 ± 12,01 219,72 ± 26,18 223,71 ± 6,65 % 87,82 ± 1,38 84,18 ± 1,54 87,25 ± 2,18 87,03 ± 3,06 Tulang dada**: (g/ekor) 31,53 ± 1,19 38,27 ± 3,16 31,43 ± 3,76 33,31 ± 7,82 % 12,18 ± 1,30 15,98 ± 1,64 12,62 ± 2,11 12,94 ± 2,91 Keterangan : K = pakan komersial; KB = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5%; KBC = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% gr/kg; KBE = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% IU/kg. *) = Dihitung berdasarkan bobot karkas; **) = Dihitung berdasarkan bobot dada Penambahan tepung daun beluntas 0,5% dalam pakan dan kombinasi antara tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C 250 mg serta tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU dalam pakan tidak berpengaruh terhadap persentase daging dan tulang dada itik alabio jantan. Hal ini dapat terjadi karena bobot potongnya yang sama. Menurut Soeparno (2005), proporsi tulang, otot dan lemak sebagai komponen utama karkas, selain dipengaruhi oleh umur, dipengaruhi oleh bobot hidup. Dibandingkan dengan itik tegal, pada umur pemotongan yang sama, persentase daging dada itik alabio jantan lebih besar. Persentase daging dada itik alabio jantan dan daging dada itik tegal yang mendapat pakan kontrol masing-masing sebesar 87,82 % dan 78,21%, sedangkan persentase daging dada itik alabio jantan dan daging dada tegal yang mendapat pakan mengandung beluntas 0,5% masing-masing 84,18 % dan 72,24% (Setiyanto, 2005). Sementara persentase tulang dada itik alabio jantan dibandingkan dengan tulang dada itik tegal pada itik yang mendapat pakan kontrol masing-masing sebesar 12,18% dan 21,79%, sedangkan yang mendapat pakan mengandung 0,5% beluntas masing-masing sebesar 15,98% dan 27,76% (Setiyanto, 2005). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase dada dan daging dada dipengaruhi oleh galur itik. 18

31 Paha Hasil rataan bobot dan persentase paha utuh, bobot dan persentase daging paha dan bobot dan persentase tulang itik alabio jantan umur 10 minggu disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan Persentase Paha, Daging Paha dan Tulang Paha Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Perlakuan Perlakuan K KB KBC KBE Paha * : (g/ekor) 186,38 ± 3,48 187,13 ± 7,31 186,87 ± 9,72 178,98 ± 11,84 % 22,89 ± 1,01 23,53 ± 0,48 22,88 ± 0,47 22,41 ± 1,61 Daging paha**: (g/ekor) 163,02 ± 7,45 165,73 ± 17,96 163,45 ± 10,96 150,51 ± 23,69 % 87,34 ± 2,35 88,34 ± 6,08 87,38 ± 1,57 84,26 ± 7,50 Tulang paha**: (g/ekor) 23,37 ± 4,01 21,40 ± 10,76 23,42 ± 2,13 28,47 ± 12,71 % 12,57 ± 2,37 11,59 ± 6,13 12,58 ± 1,61 16,23 ± 8,36 Keterangan : K = pakan komersial; KB = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5%; KBC = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% gr/kg; KBE = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% IU/kg ; *) = Dihitung berdasarkan bobot karkas; **) = Dihitung berdasarkan bobot paha utuh Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun beluntas 0,5% dalam pakan, kombinasi tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C 250 mg dan kombinasi tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase paha. Persentase paha itik alabio jantan umur 10 minggu dengan pakan kontrol adalah sebesar 22,89% sementara persentase paha itik tegal dengan pakan kontrol sebesar 25,55% (Setiyanto, 2005). Persentase paha itik alabio jantan umur 10 minggu dengan penambahan tepung daun beluntas 0,5% adalah sebesar 23,53% sementara persentase paha itik tegal dengan penambahan tepung daun beluntas 0,5% sebesar 26,44% (Setiyanto, 2005). Perbedaan ini diduga karena perbedaan galur itik yang digunakan dalam penelitian. Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase daging paha itik alabio jantan umur 10 minggu yang tidak berbeda pada keempat perlakuan. Rataan persentase daging paha itik alabio jantan yang diberi pakan kontrol pada penelitian ini adalah sebesar 87,34% dan itik tegal dengan pakan kontrol dan umur pemotongan 10 minggu adalah sebesar 81,03% (Wahyudin, 2005). Sementara rataan persentase daging paha itik 19

32 alabio jantan umur 10 minggu dengan penambahan tepung daun beluntas 0,5% adalah sebesar 88,34% dan itik tegal sebesar 80,90% (Wahyudin, 2005). Persentase daging paha itik alabio terlihat lebih besar daripada itik tegal. Rataan persentase tulang tidak berbeda nyata antar perlakuan. Rataan persentase tulang paha itik alabio jantan yang diberi pakan kontrol pada penelitian ini adalah sebesar 12,57% dan itik tegal dengan pakan kontrol dan umur pemotongan 10 minggu adalah sebesar 18,87% (Wahyudin, 2005). Sementara rataan persentase tulang paha itik alabio jantan umur 10 minggu dengan penambahan tepung daun beluntas 0,5% adalah sebesar 11,59% dan itik tegal sebesar 19,10% (Wahyudin, 2005). Persentase tulang paha itik alabio terlihat lebih kecil daipada itik tegal. Perbedaan persentase tulang ini terjadi diduga karena perbedaan galur itik. Lemak Abdomen Rataan bobot dan persentase lemak abdomen itik alabio jantan pada keempat perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Bobot dan Persentase Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu. Perlakuan K KB KBC KBE g/ekor 10,29 ± 3,24 10,65 ± 3,66 13,32 ± 5,54 12,12 ± 4,55 % 0,74± 0,23 0,79± 0,24 0,95± 0,32 0,90± 0,33 Lemak Abdomen* Keterangan : K = pakan komersial; KB = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5%; KBC = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% gr/kg; KBE = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% IU/kg ; *) = Dihitung berdasarkan bobot potong Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun beluntas 0,5%, kombinasi tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C, kombinasi tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E tidak mempengaruhi persentase lemak abdomen itik alabio jantan umur 10 minggu. Rataan konsumsi pakan yang tidak jauh berbeda diduga membuat asupan nutrisi yang hampir sama sehingga menyebabkan deposit lemak abdomen yang tidak berbeda nyata pada keempat perlakuan. Menurut Iskandar et al. (2000), persentase lemak perut terlihat semakin tinggi dengan meningkatnya kandungan gizi pakan. Menurut Bintang dan Antawidjaja (1995), semakin menurunnya taraf energi dalam pakan terdapat kecenderungan penurunan lemak abdominal ternak entog. Menurut Abbas dan Rusmana (1995), serat kasar berpengaruh terhadap kandungan lemak tubuh itik fase pertumbuhan. Konsumsi serat 20

33 kasar antar perlakuandalam penelitian ini tidak jauh berbeda yakni berkisar antara 5%-5,05% pada saat umur 1-7 minggu dan 9,20%-9,23% pada umur 7-8 minggu. Rataan persentase lemak abdomen itik alabio jantan yang mendapat pakan kontrol, umur 10 minggu pada penelitian ini adalah sebesar 0,74%, sementara rataan lemak abdomen itik tegal dengan pakan kontrol pada umur pemotongan yang sama adalah sebesar 0,79% dari bobot potong (Setiyanto, 2005). Rataan lemak abdomen itik alabio jantan umur 10 minggu dengan penambahan tepung daun beluntas 0,5% pada penelitian ini adalah sebesar 0,79% dan rataan lemak abdomen pada itik tegal dengan penambahan tepung daun beluntas 0,5% adalah sebesar 0,72% dari bobot potong (Setiyanto, 2005). 21

34 KESIMPULAN Pemberian tepung daun beluntas, kombinasi tepung daun beluntas dan vitamin C, dan kombinasi tepung daun beluntas dan vitamin E dalam pakan, tidak mengganggu persentase karkas, persentase dada, persentase paha dan persentase lemak abdomen pada itik alabio jantan umur 10 minggu. Selain itu pemberian perlakuan pakan tersebut juga tidak mempengaruhi persentase daging dan tulang dada dan paha. 22

35 UCAPAN TERIMAKASIH Assalamualaikum Wr, Wb Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan Rasullulah atas segala nikmat, rahmat, motivasi dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Persentase Karkas, Dada, Paha dan Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu yang Diberi Tepung daun beluntas, Vitamin C dan E dalam Pakan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr.Ir. Rukmiasih, MS dan Dr. Ir. Sumiati, M. Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini, serta kepada Prof. Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS., Ir. Sri Rahayu, M. Si dan Ir. Afton Attabany, M. Si. selaku dosen penguji sidang, juga kepada Zakiah Wulandari, STP, M. Si selaku dosen pembimbing akademik. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak, Ibu dan adik tercinta, yang telah mendukung secara mental, spiritual, materi dan curahan kasih sayang yang luar biasa. Kepada Prof. Emeritus. Dr. Peni S. Hardjosworo. M. Sc, Procula R. Matatiputty, M. Si, Eka Koswara, S. Pt, Pak Hamzah, Mas Iyan dan seluruh rekanrekan di kandang atas segala bantuan dan kerjasama selama penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman satu tim penelitian (Fetty, Ika, Suci, Danang dan Benny) dan seluruh rekan-rekan di Teknologi dan Manajemen Ternak Program Diploma IPB 2005 dan Program Alih Jenis IPTP 2008 terimakasih atas hubungan persaudaraan serta kerjasama yang baik selama ini dan mohon maaf atas segala kesalahan. Serta kepada seluruh pihak yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari, dalam pembuatan skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, baik dalam penyajian materi, penulisan maupun isinya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya maupun untuk diri pribadi penulis khususnya. Bogor, April 2011 Penulis 23

36 DAFTAR PUSTAKA Abbas, W.H & W. S. N. Rusmana Toleransi itik periode pertumbuhan terhadap serat kasar pakan. Jurnal Peternakan dan Lingkungan 1 (03):1-5 Achmanu Ilmu Ternak Itik. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. Asiamaya Beluntas. beluntas_pluceaindikaless.htm [ 22 Februari 2011] Berges, E Importance of vitamin E in the oxidation stability of meat : organoleptic qualities and consequences. Di dalam: Brufau J, Tacon E, editor. Feed Manufacturing in the Mediterranean Region: Rescent Advances in Research and Technology. Reus (Spain): CIHEAM-IAMZ.hlm Bintang, I, A & T, Antawidjaja Pengaruh berbagai tingkat energi metabolis terhadap bobot badan, organ dalam dan kandungan lemak abdominal anak entok (Cairina Moschata). Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan, Balai Penelitian Peternakan, Bogor. Dirjen Peternakan Statistika Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta Gordon, M. H The mechanism of antioxidant action in vitro. Dalam : Hudson BJF, editor. Food Antioxidants. Elsevier Applied Sci, London Gunawan, A Penampilan itik lokal jantan yang diberi tepung daun beluntas (Pluchea Indica L) dalam pakan. Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hardjosworo, P. S, Setioko, P. P. Ketaren, L.H. Prasetyo, A. P Sinurat & Rukmiasih Perkembangan teknologi peternakan unggas air di Indonesia. Pros. Lokakarya Unggas Air. Pengembangan Agribisnis Unggas Air sebagai Peluang Usaha Baru. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor-Balai Penelitian Ternak. hlm Iskandar, S., Bintang, I, A, K & Triyantini Tingkat energi/protein pakan untuk menunjang produksi dan kualitas daging anak itik jantan lokal. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Balai Penelitian Ternak, Bogor Johri TS Poultry nutrition research in India and its perspective. [ 22 Februari 2011] Kusnadi, E Suplementasi vitamin C sebagai penangkal cekaman panas pada ayam broiler. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 11 (4): Leeson, S & J. D. Summers Commercial Poultry Nutrition. 3 rd edition. University Books Ontario, Canada. 24

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos) TINJAUAN PUSTAKA Itik (Anas platyrhynchos) Menurut Achmanu (1997), itik termasuk ke dalam unggas air (waterfowl) yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut : kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi pakan selama penelitian adalah 6.515,29 g pada kontrol, 6.549,93 g pada perlakuan KB 6.604,83 g pada perlakuan KBC dan 6.520,29 g pada perlakuan KBE. Konversi pakan itik perlakuan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2010. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Blok B, Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan September 2010. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Performa Itik Alabio Jantan Umur 1-10 Minggu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Karkas Rataan bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas itik cihateup jantan umur 10 minggu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Bobot Potong, Bobot Karkas

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) PADA RANSUM AYAM BROILER RENDAH ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER, KADAR KOLESTROL, PERSENTASE HATI DAN BURSA FABRISIUS SKRIPSI

Lebih terperinci

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 29-34 ISSN 2303 1093 Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging Rukmiasih 1, P.R.

Lebih terperinci

DAMPAK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN DAN KOMPOSISI KARKAS ITIK LOKAL JANTAN

DAMPAK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN DAN KOMPOSISI KARKAS ITIK LOKAL JANTAN DAMPAK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN DAN KOMPOSISI KARKAS ITIK LOKAL JANTAN SKRIPSI ARIF WAHYUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

PERSENTASE KARKAS, DADA, PAHA DAN LEMAK ABDOMEN ITIK CIHATEUP JANTAN UMUR 10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN

PERSENTASE KARKAS, DADA, PAHA DAN LEMAK ABDOMEN ITIK CIHATEUP JANTAN UMUR 10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN PERSENTASE KARKAS, DADA, PAHA DAN LEMAK ABDOMEN ITIK CIHATEUP JANTAN UMUR 10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN SKRIPSI BENNY YEDRI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

PENGURANGAN OFF-ODOR DAGING ITIK ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU DENGAN PEMBERIAN DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN SKRIPSI DANANG PRIYAMBODO

PENGURANGAN OFF-ODOR DAGING ITIK ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU DENGAN PEMBERIAN DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN SKRIPSI DANANG PRIYAMBODO PENGURANGAN OFF-ODOR DAGING ITIK ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU DENGAN PEMBERIAN DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN SKRIPSI DANANG PRIYAMBODO DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERFORMA ITIK CIHATEUP JANTAN UMUR 1-10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN VITAMIN E DALAM RANSUM

PERFORMA ITIK CIHATEUP JANTAN UMUR 1-10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN VITAMIN E DALAM RANSUM PERFORMA ITIK CIHATEUP JANTAN UMUR 1-10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN VITAMIN E DALAM RANSUM SKRIPSI IKA SARASWATI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itik Itik merupakan salah satu jenis unggas yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Selain sebagai alat pemenuh kebutuhan konsumsi namun juga berpotensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Itik ( Anas platyrhynchos

TINJAUAN PUSTAKA Itik ( Anas platyrhynchos TINJAUAN PUSTAKA Itik (Anas platyrhynchos) Itik merupakan salah satu unggas air yang lebih dikenal dibanding dengan jenis unggas air lainnya seperti angsa atau entog. Menurut Srigandono (1998), itik termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

PERFORMA ITIK ALABIO JANTAN UMUR 1-10 MINGGU YANG DIBERI DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN

PERFORMA ITIK ALABIO JANTAN UMUR 1-10 MINGGU YANG DIBERI DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN PERFORMA ITIK ALABIO JANTAN UMUR 1-10 MINGGU YANG DIBERI DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E DALAM PAKAN SKRIPSI FETTY MIRFAT DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas Bau Amis (Off-odor) Daging Itik Alabio Hasil uji skalar garis daging dan kulit itik alabio jantan bagian paha dan dada dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Uji Skalar Garis

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA DAGING DAN KULIT PAHA ITIK LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG TEPUNG DAUN BELUNTAS(Plucea indica. L) PADA TARAF BERBEDA

KOMPOSISI KIMIA DAGING DAN KULIT PAHA ITIK LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG TEPUNG DAUN BELUNTAS(Plucea indica. L) PADA TARAF BERBEDA KOMPOSISI KIMIA DAGING DAN KULIT PAHA ITIK LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG TEPUNG DAUN BELUNTAS(Plucea indica. L) PADA TARAF BERBEDA SKRIPSI ELVA RISKAWATI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya disukai dan harganya jauh lebih murah di banding harga daging lainnya. Daging

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO

KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan merah yang berhasil dijinakkan. Akibat dari proses evolusi dan domestikasi maka terciptalah ayam kampung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli

I PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal kaya akan sumber daya genetik, tetapi keberadaannya belum digali secara optimal. Salah satu potensi sumber daya genetik peternakan adalah ayam lokal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2008 di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menggunakan kandang panggung peternak komersil. Analisis

Lebih terperinci

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di Laboratorium Teknologi Produksi Ternak dan Laboratorium Teknologi Pasca Panen,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV Mitra Sejahtera Mandiri, Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama lima minggu yang dimulai dari

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus 18 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus androgynus) dalam ransum terhadap persentase potongan komersial karkas, kulit dan meat bone ratio dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pemberian pakan menggunakan bahan pakan sumber protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Materi

METODE PENELITIAN. Materi METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas. Pemotongan puyuh dan penelitian persentase karkas dilakukan di Laboratorium Unggas serta uji mutu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Desember 2011, bertempat di kandang C dan Laboratorium Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

RESPON PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus L. Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KOLESTEROL ITIK LOKAL SKRIPSI ALFIAN PUTRA DHIMAR NUGRAHA

RESPON PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus L. Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KOLESTEROL ITIK LOKAL SKRIPSI ALFIAN PUTRA DHIMAR NUGRAHA RESPON PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus L. Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KOLESTEROL ITIK LOKAL SKRIPSI ALFIAN PUTRA DHIMAR NUGRAHA PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Itik

TINJAUAN PUSTAKA Itik TINJAUAN PUSTAKA Itik Itik merupakan salah satu unggas air (waterfowls) yang termasuk ke dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, subfamili Anatinae, tribus Anatini, genus Anas dan spesies

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan terhadap potongan komersial karkas ayam buras super (persilangan ayam Bangkok dengan ayam ras petelur Lohman)

Lebih terperinci

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN SUMBER PROTEIN BERBEDA TERHADAP BOBOT AKHIR, POTONGAN KARKAS DAN MASSA PROTEIN DAGING AYAM LOKAL PERSILANGAN SKRIPSI.

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN SUMBER PROTEIN BERBEDA TERHADAP BOBOT AKHIR, POTONGAN KARKAS DAN MASSA PROTEIN DAGING AYAM LOKAL PERSILANGAN SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN PAKAN SUMBER PROTEIN BERBEDA TERHADAP BOBOT AKHIR, POTONGAN KARKAS DAN MASSA PROTEIN DAGING AYAM LOKAL PERSILANGAN SKRIPSI Oleh HENI PRATIWI PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Teoung Limbah Rumput Laut Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix japonica) Jantan Umur 10 Minggu.

Lebih terperinci

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda Standar Nasional Indonesia Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Agustus 2010. Pemeliharaan ayam bertempat di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Unggas sedangkan analisis organ dalam

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh I. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Coturnix coturnix japonica merupakan jenis puyuh yang populer dan banyak diternakkan di Indonesia. Puyuh jenis ini memiliki ciri kepala, punggung dan sayap berwarna coklat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. Pemeliharaan dan penyembelihan ternak dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas,

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Itik Rambon dan Cihateup yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi

Lebih terperinci

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 41-47 ISSN 2303 1093 Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower F.N.L. Lubis 1*, S. Sandi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG DAUN UBI JALAR (Ipomoea batatas) TERFERMENTASI OLEH Aspergillus niger DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI KARKAS AYAM KAMPUNG SUPER

PENGGUNAAN TEPUNG DAUN UBI JALAR (Ipomoea batatas) TERFERMENTASI OLEH Aspergillus niger DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI KARKAS AYAM KAMPUNG SUPER PENGGUNAAN TEPUNG DAUN UBI JALAR (Ipomoea batatas) TERFERMENTASI OLEH Aspergillus niger DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI KARKAS AYAM KAMPUNG SUPER SKRIPSI Oleh MALIKATUN NUJUM PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN

Lebih terperinci

BOBOT DAN PERSENTASE BAGIAN-BAGIAN KARKAS ITIK MOJOSARI AFKIR BERDASARKAN SISTEM DAN LOKASI PEMELIHARAAN

BOBOT DAN PERSENTASE BAGIAN-BAGIAN KARKAS ITIK MOJOSARI AFKIR BERDASARKAN SISTEM DAN LOKASI PEMELIHARAAN BOBOT DAN PERSENTASE BAGIAN-BAGIAN KARKAS ITIK MOJOSARI AFKIR BERDASARKAN SISTEM DAN LOKASI PEMELIHARAAN (THE WEIGHT AND PERCENTAGE OF SPENT MOJOSARI DUCK CARCASS PARTION PERCENTAGE BASED ON THE SYSTEM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Daging merupakan produk utama dari ternak unggas. Daging sebagai

PENGANTAR. Latar Belakang. Daging merupakan produk utama dari ternak unggas. Daging sebagai PENGANTAR Latar Belakang Daging merupakan produk utama dari ternak unggas. Daging sebagai sumber protein hewani banyak mengandung gizi yang dibutuhkan oleh manusia. Seiring dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini produktivitas ayam buras masih rendah, untuk meningkatkan produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas dan kuantitas pakan.

Lebih terperinci

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017 175 PEMANFAATAN CHLORELLA DALAM PAKAN YANG DISUBTITUSI TEPUNG ISI RUMEN TERHADAP PERSENTASE KARKAS AYAM PEDAGING Dhandy Koesoemo Wardhana 1), Mirni Lamid 2), Ngakan Made Rai W 3) 1)Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA

PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA (Calliandra calothyrsus) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) PADA PAKAN SKRIPSI GILANG MARADIKA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Itik Jantan Lokal

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Itik Jantan Lokal 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Itik Jantan Lokal Itik adalah salah satu unggas air (waterfowls) yang termasuk dalam: Kelas : Aves Ordo : Anseriformes Famili : Anatidae Subfamili : Anatinae Tribus : Anatini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2011. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Kandang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 2000 PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi bungkil kedelai dalam ransum terhadap persentase karkas, kadar lemak daging,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI AGUS SUPARYANTO Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Itik Peking x Alabio

Lebih terperinci

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD Pinky R. P 1), E. Sudjarwo 2), and Achmanu 2) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG JAHE MERAH DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT BADAN DAN UKURAN TUBUH AYAM KAMPUNG PERIODE PERTUMBUHAN (UMUR MINGGU) SKRIPSI

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG JAHE MERAH DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT BADAN DAN UKURAN TUBUH AYAM KAMPUNG PERIODE PERTUMBUHAN (UMUR MINGGU) SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG JAHE MERAH DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT BADAN DAN UKURAN TUBUH AYAM KAMPUNG PERIODE PERTUMBUHAN (UMUR 16 22 MINGGU) SKRIPSI Oleh NUR FITRIANI FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu unggas yang sangat efisien dalam menghasilkan daging dan digemari oleh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias Studi Penggunaan Talas (Colocasia esculenta) dalam Ransum terhadap Produksi Telur Itik Talang Benih The Use of Taro (Colocasia esculenta) in Feed on Egg Production of Talang Benih Duck Kususiyah, Urip

Lebih terperinci

PERSENTASE KARKAS ITIK CIHATEUP DAN ITIK ALABIO SERTA PERSILANGANNYA YANG DIBERI PAKAN BERBEDA KRISTIAN STEVANUS GINTING

PERSENTASE KARKAS ITIK CIHATEUP DAN ITIK ALABIO SERTA PERSILANGANNYA YANG DIBERI PAKAN BERBEDA KRISTIAN STEVANUS GINTING i PERSENTASE KARKAS ITIK CIHATEUP DAN ITIK ALABIO SERTA PERSILANGANNYA YANG DIBERI PAKAN BERBEDA KRISTIAN STEVANUS GINTING DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap 16 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam percobaan adalah DOC ayam sentul sebanyak 100 ekor, yang dipelihara sampai umur 10 minggu. Ayam

Lebih terperinci

DAMPAK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN DAN KOMPOSISI KARKAS ITIK LOKAL JANTAN

DAMPAK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN DAN KOMPOSISI KARKAS ITIK LOKAL JANTAN DAMPAK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN DAN KOMPOSISI KARKAS ITIK LOKAL JANTAN SKRIPSI ARIF WAHYUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif Performance of Male and Female Talang Benih Duck Growth Reared Intensively Kususiyah dan Desia Kaharuddin Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam Bangkok merupakan jenis ayam lokal yang berasal dari Thailand dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kandang peternakan ayam broiler Desa Ploso Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar pada bulan Februari sampai Mei 2014.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011) MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ternak Ruminansia Kecil (Kandang B), Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH

DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ternak Itik Itik Alabio ( Anas platirinchos Borneo

TINJAUAN PUSTAKA Ternak Itik Itik Alabio ( Anas platirinchos Borneo TINJAUAN PUSTAKA Ternak Itik Ternak itik merupakan unggas air yang tersebar luas di pedesaan yang dekat dengan sungai, rawa, atau pantai dengan pengelolaan yang masih tradisional. Populasi ternak itik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan. Pakan merupakan campuran berbagai macam bahan organik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang Penelitian Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang panggung dengan dinding terbuka. Jarak lantai kandang dengan tanah sekitar

Lebih terperinci

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NURMALASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di I. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di Kandang Percobaan Laboratorium UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS)

Lebih terperinci

Daging itik lokal memiliki tekstur yang agak alot dan terutama bau amis (off-flavor) yang merupakan penyebab kurang disukai oleh konsumen, terutama

Daging itik lokal memiliki tekstur yang agak alot dan terutama bau amis (off-flavor) yang merupakan penyebab kurang disukai oleh konsumen, terutama PEMBAHASAN UMUM Potensi pengembangan itik potong dengan memanfaatkan itik jantan petelur memiliki prospek yang cerah untuk diusahakan. Populasi itik yang cukup besar dan penyebarannya hampir disemua provinsi

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging, I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging Menurut Indro (2004), ayam ras pedaging merupakan hasil rekayasa genetik dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari Amerika

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung limbah kecambah kacang hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi kesehatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ternak Itik

TINJAUAN PUSTAKA Ternak Itik TINJAUAN PUSTAKA Ternak Itik Itik merupakan unggas air yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia serta lebih popular dibandingkan dengan unggas air lainnya seperti angsa atau entog. Itik digolongkan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah ayam petelur strain Lohman yang berumur 20 bulan. Ternak sebanyak 100 ekor dipelihara

Lebih terperinci

PROFIL MINERAL KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe) MENCIT (Mus musculus) LAKTASI DENGAN PERLAKUAN SOP DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus L.)

PROFIL MINERAL KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe) MENCIT (Mus musculus) LAKTASI DENGAN PERLAKUAN SOP DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus L.) PROFIL MINERAL KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe) MENCIT (Mus musculus) LAKTASI DENGAN PERLAKUAN SOP DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus L.) SAEPAN JISMI D14104087 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci