PENGARUH MODEL NHT BERBASIS PENILAIAN KINERJA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN NUMERIK SISWA KELAS IV

Transkripsi

1 PENGARUH MODEL NHT BERBASIS PENILAIAN KINERJA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN NUMERIK SISWA KELAS IV Komang Yuli Setiani 1, I Made Tegeh 2, I Gusti Ngurah Japa 3 1,3 Jurusan PGSD, 2 Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia yulisetiani9@yahoo.co.id 1, imadetegehderana@yahoo.com 2, ngrjapa_pgsd@yahoo.co.id 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran NHT berbasis penilaian kinerja (MPNHTPK) dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (MPK), (2) mengetahui terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti MPNHTPK dan siswa yang mengikuti MPK, pada siswa yang memiliki kemampuan numerik tinggi, (3) mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti MPNHTPK dan siswa yang mengikuti model MPK, pada siswa yang memiliki kemampuan numerik rendah, dan (4) mengetahui pengaruh interaksi antara MPNHTPK dan kemampuan numerik. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah masing-masing kelas IV di SD Banyuning. Metode yang digunakan berupa tes. Data dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif dan uji ANAVA dua jalur dan jika F AB signifikan maka dilanjutkan dengan uji hipotesis 3 dan 4 dengan uji Tukey. Hasil penelitian : (1) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti MPNHTPK dan siswa yang mengikuti MPK (F A hitung = 5,27 > F tabel = 1,74), (2) terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti MPNHTPK dan siswa yang mengikuti MPK, pada siswa yang memiliki kemampuan numerik tinggi, (3) terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti MPNHTPK dan siswa yang mengikuti MPK, pada siswa yang memiliki kemampuan numerik rendah (t hitung = 3,73 > t tabel = 1,98), dan (4) terdapat pengaruh interaksi antara MPNHTPK dan kemampuan numerik terhadap hasil belajar matematika (F (AB)hitung = 4,1 > F (AB)tabel = 1,74). Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan MPNHTPK berpengaruh terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari kemampuan numerik. Kata kunci : model pembelajaran NHT, penilaian kinerja, kemampuan numerik, hasil belajar matematika Abstract This study aims to (1) determine differences in learning outcomes between students who take mathematics learning model-based performance evaluation NHT (MPNHTPK) and students who take conventional learning models (MPK), (2) knowing there are differences in learning outcomes between students who take mathematics MPNHTPK and students who take the MPK, the students who have a high numerical ability, (3) determine differences in learning outcomes between students who take mathematics MPNHTPK and students who follow the model MPK, the students who have low numerical ability, and (4) determine the effect of the interaction between MPNHTPK and numerical ability. This research is a quasi experimental study. The population of this study is each fourth grade in elementary Banyuning. The method used in the form of tests. Data were

2 analyzed using descriptive statistical techniques and ANOVA test and two lines if significant FAB then proceed to test the hypothesis 3 and 4 with the Tukey test. Results of the study: (1) there are significant differences between the mathematics learning outcomes of students who take MPNHTPK and students who take the MPK (F A count = 5.27> F table = 1.74), (2) there are differences in learning outcomes between students who take mathematics MPNHTPK and students who take the MPK, the students who have a high numerical ability, (3) there are differences in learning outcomes between students who take mathematics MPNHTPK and students who take MPK, the students who have low numerical ability (t count = 3.73> t table = 1.98 ), and (4) there is an interaction effect between MPNHTPK and numerical abilities against the learning outcomes of mathematics (F (AB)count = 4.1> F (AB )table = 1.74). Significant difference indicates that the learning using MPNHTPK influence on mathematics learning outcomes in terms of numerical abilities. Key words : learning model Numbered Head Together, performance assessment, numerical ability, math learning outcomes PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisai ditandai dengan dunia yang seolah-olah semakin kecil. Perkembangan IPTEK menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaiakan diri dengan perubahan zaman tersebut. Salah satu wadah yang seyogyanya dapat menciptakan sumber daya manusia yang bermutu tinggi adalah pendidikan. Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat yang kemajuannya dapat dilihat dari perkembangan pendidikan itu sendiri (Sanjaya, 26). Pembentukan individu atau sumber daya manusia yang memiliki kompetensi handal telah menjadi tugas dari dunia pendidikan, khususnya pendidikan dalam bidang Matematika. Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Pembelajaran matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa yang kurang menyukai pembelajaran matematika. Untuk memahami pembelajaran matematika lebih dalam dan mengerti tentang pemecahan masalah siswa terlebih dahulu harus mengetahui tentang operasi hitung secara manual yang dites melalui kemampuan numerik siswa. Dalam tes tersebut siswa melakukan operasi hitung secara manual yang meliputi operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, per pangkatan, penarikan akar yang memungkinkan untuk berkembang dan berprestasi dibidang matematika. Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Ini menandakan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran akan lebih terarah apabila dimulai dengan permasalahan yang harus dipecahkan siswa. Situasi yang menuntut siswa mampu memecahkan masalah akan mendorong siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara maksimal (Aisyah, 27). Dilihat dari tujuan pembelajaran matematika, jelas bahwa pembelajaran matematika sangat penting diberikan kepada peserta didik. Selain itu pula pembelajaran matematika merupakan pelajaran yang diujikan pada ujian nasional, sehingga diperlukan pemahaman matematika secara mendalam. Dalam pembelajaran matematika guru menilai siswa dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Selain hasil belajar guru juga harus menilai siswa berdasarkan asesmen kinerja yang dimiliki oleh siswa. Asesmen kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil

3 pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa. Pada proses pembelajaran matematika siswa kelas IV SD Banyuning Kecamatan Buleleng, hasil observasi yang didapatkan siswa terlihat cenderung menghafal tipe soal dan rumus yang dipakai memecahkan masalah matematika. Siswa akan kebingungan apabila diberikan suatu soal matematika yang menuntut kemampuan memecahkan masalah. Berdasarkan hasil dokumentasi pada tanggal 5 Desember 213 pada pembelajaran matematika, diketahui bahwa soal ulangan matematika siswa kelas IV SD sudah mengacu pada soal pemecahan masalah. Namun hasil Ulangan Tengah Semester siswa kelas IV menunjukkan ratarata nilai ulangan matematika untuk masing-masing SD berkisar pada interval Jika dikonversikan terhadap skala PAP, interval tersebut berada pada kategori sedang. Dari permasalahan tersebut, nampaknya dalam proses pembelajaran matematika perlu adanya model pembelajaran yang didukung dengan metode pembelajaran aktif yang dapat membangkitkan kebiasaan belajar siswa secara keseluruhan dalam satu kelas serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Model pembelajaran yang dirasakan cocok untuk memecahkan permasalah yang muncul seperti gambaran di atas adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Suherman, 23). Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together Berbasis Penilaian Kinerja Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Numerik Pada Siswa Kelas IV di SD Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 213/214. Tujuan penelitian ini yaitu: (1) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran Numbere Head Together berbasis penilaian kinerja dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV di SD Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 213/214, (2) Untuk mengetahui perbedaan perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Numbered Head Together berbasis penilaian kinerja dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional, pada siswa kelas IV yang memiliki kemampuan numerik tinggi di SD Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 213/214 (3) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran penilaian kinerja dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional, pada siswa kelas IV yang memiliki kemampuan numerik rendah di SD Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 213/214, (4) Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara model pembelajaran Numbered Head Together berbasis penilaian kinerja dan kemampuan numerik terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas IV di SD Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 213/214. METODE Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah Sekolah Dasar di Desa Banyuning. Penelitian ini menggunakan rancangan Post Test Only Control Group Design. Desain ini dapat dilihat pada Tabel 1.

4 Tabel 1. Post-Test Only Control Group Design Kelas Treatment Post-test E X 1 O 1 K - O 2 (dimodifikasi dari Sarwono, 26: 87) Dengan memperhatikan variabel penelitian di atas, maka penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 2. Desain penelitian dapat dilihat pada tabel 2 Kemampuan Numerik Model Pembelajaran Tabel 2. Desain Penelitian Numbered Head Together Berbasis Penilaian Kinerja (A 1 ) Konvensional (A 2 ) Kemampuan Numerik tinggi (B 1 ) A 1 B 1 A 2 B 1 Kemampuan Numerik rendah A 1 B 2 A 2 B 2 (B 2 ) Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas IV SD di SD Banyuning. Jumlah SD keseluruhannya sebanyak 4 SD dengan jumlah seluruh siswa adalah 115 siswa. Teknik pengambian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh. Teknik ini mengunakan seluruh siswa kelas IV SD di desa Banyuning digunakan sebagai sampel. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Menurut Agung (211:6) menyatakan, metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa nilai (data interval). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif, yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung nilai ratarata, modus, median, standar deviasi, varians, skor maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk histogram. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji ANAVA Dua Jalur. Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Untuk memenuhi persyaratan tersebut maka dilakukan uji prasyarat analisis dengan uji normalitas dan uji homogenitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan di bawah ini. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Numbered Head Together Berbasis Penilaian Kinerja (Data kelompok I) , , , , ,5 6 2, Jumlah 3

5 Berdasarkan data di atas terlihat bahwa 23,33% siswa memproleh nilai disekitar rata-rata, 46,67% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan 26,67% siswa memproleh skor di bawah rata-rata untuk siswa yang mengikuti model pembelajaran Numbered Head Together berbasis penilaian kinerja. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 1. Gambar 1. Histogram hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran Numbered Head Together berbasis penilaian kinerja. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Numbered Head Together Berbasis Penilaian Kinerja (Data kelompok II) ,5 1 3, ,5 3 1, ,5 7 25, ,5 9 32, ,57 Jumlah 28 bahwa 25,% siswa memproleh nilai disekitar rata-rata, 14,29% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan 6,71% siswa memproleh skor di bawah rata-rata untuk siswa yang mengikuti model pembelajaran Numbered Head Together berbasis penilaian kinerja. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 2. Gambar 2. Histogram hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran Numbered Head Together berbasis penilaian kinerja. model pembelajaran Numbered Head Together berbasis penilaian kinerja adalah 8,285 termasuk pada kategori tinggi.

6 Frekuensi Frekuensi e-journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Tabel 5. Distribusi frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional (Data Kelompok I) , , , , ,5 8 27,59 Jumlah 29 bahwa hasil yang diperoleh siswa yang mengikuti pembelajaran konvnsional adalah 31,3% siswa memproleh nilai disekitar rata-rata, 13,79% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan 55,17% siswa memproleh skor di bawah rata-rata. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar Gambar 3. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa yang Mengikuti Pembelajaran dengan Menggunakan Pembelajaran Konvensional. Tabel 6. Distribusi frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional (Data Kelompok II) , , , , ,5 4 14,286 Jumlah 28 bahwa hasil yang diperoleh siswa yang mengikuti pembelajaran konvnsional adalah 17,857% siswa memproleh skor disekitar rata-rata, 32,14% siswa memproleh skor di atas rata-rata, dan 5,% siswa memproleh nilai di bawah rata-rata. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar Gambar 4. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa yang Mengikuti Pembelajaran dengan Menggunakan Pembelajaran Konvensional.

7 Frekuensi e-journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together berbasis penilaian kinerja adalah 77,55 termasuk pada kategori tinggi. Tabel 7. Distribusi frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Numbered Head Together Berbasis Penilaian Kinerja yang Memiliki Kemampuan Numerik Tinggi ,5 2 12, ,5 3 18, ,5 1 62, ,5 1 6,25 Jumlah 16 bahwa hasil yang diperoleh siswa yang mengikuti model pembelajaran penilaian kinerja yang memiliki kemampuan numerik tinggi adalah 62,5% siswa memproleh nilai disekitar rata-rata, 6,25% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan 31,25 % siswa memproleh nilai di bawah rata-rata. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 5. Gambar 5. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Numbered Head Together Berbasis Penilaian Kinerja yang Memiliki Kemampuan Numerik Tinggi. model Pembelajaran Numbered Head Together berbasis penilaian kinerja yang memiliki kemampuan numerik tinggi adalah 74,21 termasuk pada kategori tinggi. Tabel 8. Distribusi frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Numbered Head Together Berbasis Penilaian Kinerja yang Memiliki Kemampuan Numerik Rendah ,5 2 12, ,7 7 43, ,5 3 18, , Jumlah bahwa hasil yang diperoleh siswa yang mengikuti model pembelajaran Numbered Head Together berbasis penilaian kinerja yang memiliki kemampuan numerik rendah adalah 18,75% siswa memproleh skor disekitar rata-rata, 25% siswa memproleh skor di atas rata-rata, dan 56,25 % siswa memproleh nilai di bawah rata-rata. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 6.

8 Frekuensi Frekuensi e-journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha model Pembelajaran Numbered Head Together berbasis penilaian kinerja yang memiliki kemampuan numerik rendah adalah 61,5 termasuk pada kategori sedang. Gambar 6. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Numbered Head Together Berbasis Penilaian Kinerja yang Memiliki Kemampuan Numerik Rendah. Tabel 9. Distribusi frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional yang Memiliki Kemampuan Numerik Tinggi ,5 2 12, ,5 3 18, ,5 1 62, ,5 1 6,25 Jumlah 16 bahwa hasil yang diperoleh siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yang memiliki kemampuan numerik tinggi adalah ,5% siswa memproleh nilai disekitar ratarata, 6,25% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan 31,25 % siswa memproleh nilai di bawah rata-rata.. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 7. Gambar 7. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional yang Memiliki Kemampuan Numerik Tinggi. pembelajaran konvensional yang memiliki kemampuan numerik tinggi adalah 83,125 termasuk pada kategori tinggi. Tabel 1. Distribusi frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional yang Memiliki Kemampuan Numerik Rendah ,5 3 18, ,5 5 31, ,5 6 37, ,5 2 12,5 Jumlah 16

9 Frekuensi e-journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha bahwa hasil yang diperoleh siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yang memiliki kemampuan numerik rendah adalah 37,5% siswa memproleh skor disekitar rata-rata, 12,5% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan 5, % siswa memproleh skor di bawah rata-rata. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar Gambar 8. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional yang Memiliki Kemampuan Numerik Rendah. pembelajaran konvensional yang memiliki kemampuan numerik rendah adalah 72,19 termasuk pada kategori sedang. PEMBAHASAN Berdasarkan distribusi frekuensi data hasil penelitian di atas secara rinci pembahasan hasil hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, mengacu pada hasil analisis data antar dua model pembelajaran, diperoleh harga F A (hitung) sebesar 13,77 sedangkan harga F tabel dengan db A = 1, db dalam = 72, α =,5 sebesar 3,98. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara model pembelajaran penilaian kinerja dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar matematika. Pada hakikatnya matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, sedangkan siswa SD yang berada pada usia 7 hingga 12 tahun masih berada pada tahap operasional konkrit yang belum dapat berfikir formal. Agar dapat mempelajari matematika dengan baik, perlu dipertimbangkan karakteristik matematika serta peserta didik yang belajar (Subraniah, 26). Numbered Head Together atau penomeran berfikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap struktur kelas trdisional. Numbered Head Together pertama kali dekemukakan oleh Spenser Kagan (dalam Trianto, 29:82).rendah sebesar 2,57. Kedua, berdasarkan hasil perhitungan uji Tukey diperoleh Q hitung lebih besar dari Q tabel (Q hitung = 5,963 > Q tabel = 2,83). Temuan dalam penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarnaya (211) yang meneliti tentang pengaruh pendekatan pembelajran kontekstual ditinjau dari kemampuan numerik terhadap hasil belajar matematika. Hasil penelitian Sumarnaya menunjukkan bahwa rerata yang dicapai pada kelompok eksperimen yang memiliki kemampuan numerik tinggi sebesar 23,4, yang memiliki kemampuan numerik rendah sebesar 15,39. Sedangkan, pada kelompok kontrol yang memiliki kemampuan numerik tinggi sebesar 19,78 dan numerik rendah sebesar 2,57. Dengan demikian hasil belajar matematika antara siswa yang memiliki kemampuan numerik tinggi lebih baik dari pada hasil belajar matematika kemampuan numerik rendah. Ketiga, berdasarkan hasil perhitungan analisis varians dua jalur menunjukan nilai F (AxB)hitung sebesar 4,1, sedangkan harga F (AxB)tabel sebesar 1,74 pada taraf signifikasi,5. Ternyata F (AB)hitung lebih besar dari pada F (AxB)tabel (F (AB)hitung = 4,1 > F (AB)tabel = 1,74). Dengan demikian terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran Numbered Head Together berbasis penilaian kinerja dan kemampuan numerik terhadap hasil belajar matematika. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Numbered Head Together berbasis penilaian kinerja dengan

10 pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran penilaian kinerja lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Mengacu pada hasil penelitian ini, pembelajaran Numbered Head Together berbasis penilaian kinerja perlu dimplementasikan sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar matematika siswa. Untuk siswa yang memiliki kemampuan numerik tinggi memerlukan kegiatan pembelajaran yang lebih menekankan kektifan siswa dalam menemukan suatu konsep yang sedang dipelajari. Hal ini sesuai dengan proses pembelajaran Numbere Head Together. Spenser Kagan (dalam Trianto, 29:82), untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercangkup dalam suatu pelajaran dan mencetak pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. PENUTUP Berdasarkan hasil perhitungan ANAVA Dua Jalur dan uji Tukey, penelitian ini diperoleh temuan sebagai berikut: (1) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together Berbasis Penilaian Kinerja dan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV di SD Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 213/214, (2) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran penilaian kinerja dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV yang memiliki kemampuan numerik tinggi di SD Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 213/214, (3) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran penilaian kinerja dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV yang memiliki kemampuan numerik rendah di SD Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 213/214, (4) Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran Numbered Head Together Berbasis Penilaian Kinerja dan kemampuan numerik terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas IV di SD Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 213/214. Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Numbered Head Together berbasis penilaian kinerja terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari kemampuan numerik siswa kelas IV di SD Banyuning Kkecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 213/214. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Bagi siswa, untuk saling bekerjasama dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada di dalam maupun diluar kelas serta dapat menciptakan rasa kebersamaan dalam proses pembelajaran agar mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal, (2) Bagi guru, agar menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together Berbasis Penilaian Kinerja khususnya dalam mata pelajaran matematika dan mata pelajaran lain pada umumnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, (3) kepala sekolah, untuk membina para guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, (4) Bagi peneliti lain, agar dapat menggunakan laporan hasil penelitian ini sebagai acuan kepustakaan dalam melakukan penelitian yang sejenis. DAFTAR RUJUKAN Aisyah, N. dkk. 27. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Sanjaya, Wina. 21. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar

11 Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Sarwono, J. 26. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suherman, Erman. 21. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Sumarnaya, 211. pengaruh pendekatan pembelajran kontekstual ditinjau dari kemampuan numerik terhadap hasil belajar matematika. Tesis (tidak diterbitkan). Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Trianto. 29. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya : PT Fajar Interpratama Mandiri.