PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PROYEK TERHADAP PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI GUGUS III DESA MAMBANG

Transkripsi

1 PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PROYEK TERHADAP PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI GUGUS III DESA MAMBANG 1 Ni Made Nur Sintadevi, Gede Sedanayasa, 3 I Gusti Ngurah Japa 1,,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia nursintadevi0@gmail.com 1, Sedanayasa_gede@yahoo.com, ngrjapa_pgsd@yahoo.co.id. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan siswa pada mata pelajaran matematika antara kelompok siswa yang belajar mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus III Desa Mambang Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Penelitian ini merupakan quasi experiment dengan rancangan Post-test Only Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah kelas IV SD di Gugus III Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 014/015 yang berjumlah 6 kelas dengan siswa 13 orang. Sampel penelitian ini yaitu kelas IV SD No. 1 Mambang dengan jumlah siswa orang dan kelas IV SD No. Bantas dengan jumlah siswa 0 orang, yang ditentukan dengan teknik simple random sampling. Instrumen pada penelitian ini yaitu tes. Data yang diperoleh dianalisis dalam dua tahap, yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, dengan nilai thitung sebesar 4,065 dan ttab sebesar,1. Artinya, thitung lebih besar dari ttab. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan pendekatan pembelajaran saintifik terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas IV SD di Gugus III Desa Mambang Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Kata-kata kunci: saintifik, pemecahan masalah, konvensional Abstract The purpose of this study was to determine whether there is a significant difference in students problem-solving abilities in mathematics between groups of students who are learning to follow scientific learning and a group of students who take the conventional learning in the Elementary School IV grade students in Cluster III Mambang Village District of Selemadeg Timur, Tabanan Regency. This study is a quasi experimental design with post-test only group control design. Population of the study was the IV grade elementary school in Cluster III Mambang Village Districts of Selemadeg Timur Tabanan Regency in the academic year 014/015. That consists of 6 classes with the total of 13 students. This research sample is class IV SD No. 1 Mambang the number of students and class IV SD No. Bantas the number of students 0 people which is determined by simple random sampling technique. Instrument on this research that tests problem solving abilities. The data obtained were analyzed in two stages: analysis of

2 descriptive statistics and inferential statistical analysis (t-test). The results showed that there are significant differences between the groups problem-solving ability are teaching students in the scientific approach and a group of students that learned with conventional learning. With the tcount of 4,065 and ttab of.1 means tcount is greater than ttab. Based on these results, it can be said that there is signifikan it could be argued that there is significant influence of scientific learning approach to problrm solving ability of students in the IV grade group III Mambang village district of selemadeg timur tabanan regency. Key words: scientific, problem solving, covensional PENDAHULUAN Dari berbagai mata pelajaran yang disajikan di Sekolah Dasar (SD), matematika adalah salah satu mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam pendidikan. Penguasaan pelajaran matematika bagi siswa akan menunjang keberhasilan pada mata pelajaran yang lain, baik pada jenjang pendidikan yang sama maupun pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Menyadari betapa pentingnya penguasaan matematika, maka dalam Undang-Undang RI No. 0 Tahun 003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 37 ditegaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Di samping itu, penguasaan terhadap matematika juga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan sehari-hari dan menghadapi tantangan hidup. Dewasa ini tujuan pembelajaran matematika di sekolah telah berpatokan pada empat tujuan utama yaitu : (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, () mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba, (3) mengembangkan, dan (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau komunikasi gagasan (Depdiknas, dalam Yuni.007). Sesuai dengan tujuan tersebut, selanjutnya diberikan tiga kemampuan yang perlu diperhatikan dalam penilaian yaitu (1) pemahaman konsep, () penalaran dan komunikasi, dan (3) pemecahan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, memilih strategi penyelesaian, menyelesaikan masalah, dan memeriksa kembali. Terkait dengan salah satu tujuan tersebut, pemecahan masalah merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Pemecahan masalah merupakan bagian dari matematika yang sangat penting karena dalam pemecahan masalah ada beberapa aspek kemampuan matematika siswa yang dapat dikembangkan antara lain penerapan aturan, penemuan pola, generalisasi dan komunikasi matematika. Hal ini diperkuat oleh pernyataan N Oedhien (dalam Suparta.009) yang menyatakan bahwa pada dasarnya matematika adalah pemecahan masalah, karena itu matematika sebaiknya diajarkan melalui berbagai masalah yang ada di sekitar siswa dengan memperhatikan usia dan pengalaman yang dimiliki siswa. Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Rusman (010) menyatakan bahwa: Masalah dapat mendorong keseriusan, inquiry, dan berpikir dengan cara yang bermakna dan sangat kuat. Memecahkan masalah yang ada didunia nyata melibatkan seluruh proses kognitif dan aktivitas mental, dimana perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru serta menantang mereka untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Meskipun kemampuan pemecahan masalah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam matematika, namun apa yang terjadi di sekolah selama ini masih jauh dari harapan. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih sangat

3 rendah. Hal ini dikarenakan pembelajaran konvensional masih mendominasi dan banyak dilaksanakan di beberapa sekolah. Dalam pembelajaran konvensional siswa hanya diberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat rutin. Siswa jarang diberikan suatu masalah yang menunjukkan adanya tantangan (Challenge) yang tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin (Routine Procedure) yang sudah diketahui. Siswa mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi informasi yang diberikan untuk memecahkan masalah dan tidak tahu dari mana permasalahan diselesaikan serta tidak menyelesaiakan soal pemecahan masalah secara terstruktur. Siswa juga jarang diberikan kesempatan untuk belajar menyelesaikan suatu permasalahan melalui diskusi kelompok. Padahal dengan bekerja secara berkelompok, siswa dapat saling bertukar pikiran dan berdiskusi mengenai penyelesaian suatu permasalahan yang dianggap tantangan bagi siswa. Akhirnya akan berdampak pada rendahnya matematika siswa. Dengan pemberian tugas melalui proyek akan membuat siswa belajar mengenai materi yang berkaitan dengan tugas yang diberikan. Dalam jangka pendek, proyek dapat meningkatkan pengetahuan siswa akan suatu pokok bahasan, pemahaman konsep, ketrampilan pemecahan masalah, serta kemampuan mengaplikasikan konsep yang mereka pahami. Efek jangka panjangnya termasuk pengembangan kebiasaan belajar yang lebih baik, pengembangan sikap yang lebih positif terhadap sekolah dan belajar, dan semangat untuk belajar di luar jam sekolah. Agar efektif, pemberian proyek diintegrasikan dengan pelajaran atau topik yang telah dan akan dikaji. Salah satu cara untuk itu adalah dengan mereviu proyek pada awal pelajaran. Bila dikerjakan secara rutin, ini akan memastikan bahwa proyek dilihat sebagai bagian integral pelajaran dan mungkin juga merupakan cara yang baik untuk menghubungkan pelajaran sebelumnya dengan pelajaran yang saat ini diberikan. proyek yang digunakan yaitu proyek tersrtuktur. Tujuan penggunaan proyek ini dalam pendekatan ini adalah selain siswa terlibat penuh dalam kelompoknya, dengan menggunakan proyek terstruktur ini, dapat mempermudah siswa dalam memahami materi dan dapat bekerja sama dengan kelompoknya untuk memecahkan masalah dari proyek tersebut. proyek terstruktur dibuat oleh guru sendiri dan setiap pembelajaran diberikan proyek terstruktur ini yang tujuannya dapat mempermudah siswa memahami materi yang diberikan. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan melakukan tugas diskusinya dengan baik agar mereka bisa memahami materi apabila ditunjuk sebagai perwakilan kelompok. Untuk meningkatkan hasil belajarnya di kelas, pendekaan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan saintifik. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diasumsikan dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar memecahkan masalah secara berkelompok dan menyenangkan adalah pendekatan saintifik berbasis proyek. Pembelajaran pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif membentuk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik berbasis proyek dirancang untuk memberikan kesempatan bagi siswa melakukan pemecahan masalah realistik dalam kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Pada saat melakukan pemecahan masalah dalam kelompokkelompok kecil secara kooperatif, siswa saling berinteraksi, saling membantu dan saling melengkapi. Hal ini akan memungkinkan siswa untuk dapat memahami sendiri suatu konsep atau prinsip matematika dan meningkatkan.

4 Dalam menggunakan pendekatan saintifik dalam setiap proses belajar mengajar (PBM), siswa dalam masingmasing kelompok kecil diberikan tugas melakukan aktivitas atau memecahkan masalah tertentu. Tugas yang diberikan ini dapat berupa serangkaian petunjuk melakukan aktivitas yang diarahkan untuk menemukan aturan-aturan tertentu, atau berupa soal-soal nonrutin yang berkaitan dengan keseharian siswa (kontekstual) yang harus diselesaikan kelompok. Untuk kondisi seperti ini, maka tugas dapat berupa proyek yang memuat pemecahan masalah yang berfungsi untuk memperluas dan memperkuat pemahaman siswa terhadap materi. Aktivitas semacam ini yang secara terus menerus dilakukan dalam setiap PBM, diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam hal pemecahan masalah. Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa kualitas proses pembelajaran perlu dioptimalkan sehingga penelitian dengan menerapkan pendekatan saintifik dipandang perlu dilakukan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan matematika siswa. Berdasarkan pencatatan dokumen yang telah dilaksanakan pada tanggal 7 Pebruari 015 di SD Gugus III Desa Mambang Kecamatan Selemadeg Timur Kabupaten Tabanan, diperoleh data hasil ulangan akhir semester (UAS) semester I siswa kelas IV pada mata pelajaran Matematika tahun pelajaran 014/015 sebagai berikut. Tabel 01. Hasil Ulangan Akhir Semester Matematika Siswa Kelas IV Semester I di SD Gugus III Desa Mambang Kecamatan Selemadeg Timur Kabupaten Tabanan Tahun Pelajaran 014/015 No. Nama SD Nilai Rata-rata KKM 1 SD Negeri 1 Mambang 51,9 65 SD Negeri Mambang 55, SD Negeri 1 Bantas 54, SD Negeri Bantas 45, SD Negeri 3 Bantas 53, SD Negeri 1 Tangguntiti 51,65 65 (Sumber: Arsip nilai UAS Matematika di SD Gugus III) Berdasarkan Tabel 01. dapat dilihat bahwa, hasil belajar matematika kelas IV semester I belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SD Gugus III. Hasil belajar dikatakan tuntas, apabila telah mencapai nilai KKM yang ditentukan di sekolah tersebut. Faktorfaktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar (pengetahuan, pemahaman) siswa berdasarkan observasi awal adalah sebagai berikut. Pertama, meskipun pernah menerapkan kurikulum 013, metode yang digunakan oleh guru masih cenderung bersifat konvensional (ceramah). Guru masih banyak menceramahkan konsep atau teori yang sedang diajarkan, sehingga rutinitas kegiatan belajar Matematika di kelas terdiri dari aktivitas-aktivitas seperti: guru menerangkan, siswa mencatat atau meringkas materi pelajaran, menjawab soal-soal latihan yang ada di buku atau membahas PR. Hal tersebut mengakibatkan siswa merasa bosan untuk mengikuti pembelajaran, siswa menjadi pasif, pelajaran Matematika dianggap sebagai hafalan saja dan tidak ada manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, guru belum menemukan pendekatan yang sesuai dengan karakter siswa. Hal tersebut yang diduga menjadi hambatan bagi siswa untuk meningkatkan keterampilannya dalam pemecahan masalah matematika, sehingga keadaan ini memerlukan perbaikan dan inovasi dalam pembelajaran. Ketiga, tidak adanya kesiapan dalam diri siswa untuk menerima pelajaran

5 Matematika. Yang disebabkan oleh pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru kurang tepat, sehingga sebagian besar siswa masih bercanda atau bermain-main ketika guru menjelaskan materi di depan kelas. Berdasarkan permasalahanpermasalahan yang ditemukan pada proses pembelajaran Matematika, perlu adanya suatu perbaikan dalam proses pembelajaran agar keterampilan dalam pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran Matematika menjadi lebih baik. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan menggunakan pendekatan Saintifik berbasis Proyek. Karena, dengan diterapkannya pendekatan Saintifik berbasis proyek akan tercipta prilaku yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif. Berkaitan dengan observasi dan temuan di lapangan, pendekatan saintifik berbasis proyek dapat berpengaruh terhadap siswa. Untuk itulah pada kesempatan ini peneliti ingin mengungkapkan masalah dalam sebuah penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan Saintifik Berbasis Proyek terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV SD Di Gugus III Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen karena berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab dan akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada penelitian yang akan dilakukan tidak memungkinkan untuk mengadakan kontrol/manipulasi terhadap semua variabel yang relevan. Oleh karena itu penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (quasi experiment) Nazir (005:73). Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah kelas IV SD di Gugus III Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur Kabupaten Tabanan. Waktu penelitian ini pada semester genap tahun pelajaran 014/015. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV semester genap SD di Gugus III Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 014/015 yang berjumlah 6 sekolah dasar. Jumlah seluruh populasi adalah 13 siswa, dengan komposisi pada masing-masing kelas dapat disajikan pada tabel 3.1 berikut. Tabel Komposisi Anggota Populasi Kelas IV SD di Gugus III Desa Mambang Kecamatan Selemadeg Timur Kabupaten Tabanan Nama Sekolah Banyak Siswa SD Negeri 1 Mambang orang SD Negeri Mambang 4 orang SD Negeri 1 Bantas 5 orang SD Negeri Bantas 0 orang SD Negeri 3 Bantas 0 orang SD Negeri Tangguntiti 1 orang Total 13 orang Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling/sampling kelompok acak. Teknik ini digunakan sebagai teknik pengambilan sampel kerena individu-individu pada populasi telah terdistribusi ke dalam kelaskelas, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pengacakan terhadap individuindividu dalam populasi. Tahap pertama dilakukan uji kesetaraan terhadap enam sekolah dasar tersebut. Penyetaraan sampel dihitung berdasarkan nilai Ujian Akhir Matematika Semester I kelas IV tahun pelajaran 014/015. Untuk menghitung kesetaraan kelompok sampel digunakan rumus Analisis Varians Satu Jalur (ANAVA klasifikasi tunggal).

6 Setelah memperoleh hasil perhitungan uji kesetaraan, selanjutnya keenam SD itu dirandom untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan teknik undian. Melalui teknik random sampling tersebut ditetapkan kelas IV di SD Negeri 1 Mambang yang berjumlah orang sebagai kelompok eksperimen yang diberi perlakuan berupa pendekatan saintifik berbasis proyek. Sedangkan kelas IV di SD Negeri Bantas yang berjumlah 0 orang sebagai kelompok kontrol yang diberi perlakuan berupa model pembelajaran konvensional. Desain ini dipilih karena penelitian yang dilakukan hanya ingin mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dan bukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada kedua kelompok, sehingga dalam penelitian ini tidak menggunakan pre-test. Rancangan ini menggunakan dua kelompok subjek, salah satunya diberikan perlakuan sedangkan kelompok lain ditetapkan sebagai kelompok pengendali atau kontrol. Pada akhir perlakuan, kedua kelompok dikenai pengukuran yang sama. Rancangan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Desain Penelitian Nonequivalent Posttest Only Control Group Design Kelompok Perlakuan Tes akhir (posttest) Eksperimen X O Kontrol - O 4 Keterangan: Agung (014) X : Perlakuan, yaitu pendekatan saintifik berbasis Proyek - : Perlakuan, yaitu pembelajaran konvensional O : Posttest yang diberikan kepada kelompok eksperimen : Posttest yang diberikan kepada kelompok kontrol O 4 Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah skor kemampuan pemecahan masalah dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas IV SD. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian yang terdiri dari 10 butir soal. Tes matematika yang digunakan dalam penelitian ini dibuat berdasarkan pada indikator pemecahan masalah. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif yang digunakan meliputi mean, median, modus, standar deviasi, dan varians. Hasil perhitungan mean, median, modus disajikan dalam bentuk grafik polygon. Adapun analisis statistik inferensial dalam penelitian ini adalah uji-t dengan rumus polled varians. Sebelum menguji hipotesis penelitian, maka dilakukan uji prasarat yang meliputi uji normalitas dengan uji Chi-Square dan uji homogenitas varians dengan uji-f. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan Saintifik berbasis proyek dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari matematika yang dicapai oleh siswa. Hasil analisis statistik deskriptif data penelitian ini disajikan pada tabel berikut.

7 Tabel 3. Analisis Data dengan Statistik Deskriptif Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Mean 31,7 5,3 Median 3 3,5 Modus 35 3,1 Standar Deviasi 4,9 5,30 Varians 4,4 8,5 Berdasarkan data pada tabel di atas, data kemampuan pemecahan masalah kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk grafik polygon, seperti gambar 1 berikut ini. kelas kontrol disajikan pada gambar berikut ini. Mo = 3,1 M = 5,3 M = 31,7 Me = 3 Mo = 35 Gambar 1. Grafik Poligon Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelompok Eksperimen Skor Mean (M), Median (Me), dan Modus (Mo) digambarkan ke dalam grafik poligon. Dari grafik tersebut, tampak bahwa kurva sebaran data kelompok siswa yang mengikuti pendekatan Saintifik berbasis Proyek merupakan juling negatif karena Mo > Me > M (35 > 3 > 31,7). Hal ini menunjukkan bahwa, sebagian besar skor siswa kelompok eksperimen cenderung tinggi. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata. Sedangkan data siswa Me = 3,5 Gambar. Grafik Poligon Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelompok Kontrol Berdasarkan grafik poligon data kelompok kontrol, dapat diketahui bahwa kurva sebaran data kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional merupakan juling positif karena modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean ((Mo < Me < M) (3,1 < 3,5 < 5,3)). Hal ini menunjukkan, bahwa sebagian besar skor siswa kelompok kontrol cenderung rendah. Setelah melakukan analisis statistik deskriptif, selanjutnya dilakukan uji prasyarat untuk menguji hipotesis. Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas sebaran data post-test siswa dalam mata pelajaran matematika kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam tabel berikut.

8 Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah pada Mata Pelajaran Matematika. No Kelompok Data Hasil Nilai Kritis dengan Taraf χ Belajar Signifikansi 5% Status 1 Post-test Eksperimen 7,1310 7,815 Normal Post-test Kontrol,6413 5,591 Normal Kriteria pengujian, jika hit tab dengan taraf signifikasi 5% (dk = jumlah kelas dikurangi parameter, dikurangi 1), maka data berdistribusi normal. Sedangkan, jika hit tab, maka data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square, diperoleh hit hasil post-test kelompok eksperimen adalah 7,1310 dan tab dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 3 adalah 7,815. Hal ini berarti, hit hasil post-test kelompok eksperimen lebih kecil dari tab ( hit tab ), sehingga data hasil post-test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan, hit hasil post-test kelompok kontrol adalah,6413 dan tab dengan taraf signifikansi 5% dan dk = adalah 5,591. Hal ini berarti, hit hasil post-test kelompok kontrol lebih kecil dari tab ( hit tab ), sehingga data hasil posttest kelompok kontrol berdistribusi normal. Selanjutnya, uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji homogenitas varians antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol F Sumber Data F tab dengan Taraf hit Status Post-test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Signifikansi 5% 1,157178,1 Homogen Uji homogenitas varians yang digunakan adalah uji F dengan kriteria data homogen jika F hit < F tab. Berdasarkan tabel di atas, diketahui F hit hasil post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 1,157178, sedangkan F tab dengan db pembilang = 19, db penyebut = 1, dan taraf signifikansi 5% adalah,1. Hal ini berarti, varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen. Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H 1) dan hipotesis nol (H 0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan rumus polled varians dengan kriteria H 0 tolak jika t hit > t tab dan H 0 terima jika t hit < t tab. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 6 di berikut ini.

9 Tabel 6. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Data Kelompok N X s t hit t tab (t.s. 5%) Kemampuan Eksperimen 31,7 4,4 Pemecahan Masalah 4,065,1 Kontrol 0 5,30 8,50 Matematika Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji-t diatas, diperoleh t hit sebesar 4,065. Sedangkan t tab dengan dk = 40 dan taraf signifikansi 5% adalah,1. Hal ini berarti, t hit lebih besar dari t tab (t hit > t tab), sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan kemampuan pemecahan masalah antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Saintifik berbasis proyek dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Matematika kelas IV semester genap SD di gugus III Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 014/015. PEMBAHASAN Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan Saintifik berbasis proyek dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan pemecahan masalah matematika yang dicapai oleh siswa. Secara deskriptif, kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa pada kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada ratarata skor matematika pada kelompok eksperimen dan kecenderungan skor kemampuan pemecahan masalah matematika pada kelompok kontrol. Rata-rata skor matematika yang diperoleh siswa pada kelompok eksperimen adalah 31,7 berada pada kategori sangat tinggi, sedangkan skor matematika yang diperoleh siswa pada kelompok kontrol adalah 5,3 berada pada kategori tinggi. Apabila skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelompok eksperimen digambarkan ke dalam grafik poligon, tampak bahwa kurva sebaran data menunjukkan kurva juling negatif, yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung tinggi. Skor matematika yang diperoleh siswa pada kelompok kontrol, apabila digambarkan ke dalam grafik poligon tampak, bahwa kurva sebaran data menunjukkan juling positif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t yang ditunjukkan pada Tabel 4.7 diketahui t hit = 4,065 dan t tab (db = dengan taraf signifikansi 5%) =,1. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa t hit lebih besar dari t tab (t hit > t tab), sehingga hasil penelitian yang diperoleh adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan Saintifik berbasis proyek dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan, bahwa penerapan pendekatan Saintifik berbasis proyek berpengaruh terhadap matematika siswa. Besarnya pengaruh antara pendekatan Saintifik berbasis proyek dan model pembelajaran konvensional dapat dilihat dari analisis deskriptif. Analisis deskriptif menunjukkan, bahwa skor pemecahan masalah matematika siswa pada kelompok eksperimen lebih baik daripada siswa kelompok kontrol. Hasil penelitian ini telah membuktikan hipotesis yang diajukan, yaitu

10 terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan Saintifik berbasis proyek dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Pendekatan Saintifik memberikan kesempatan pada siswa untuk membangun latar belakang pengetahuan melalui kegiatan membaca buku dan memfasilitasi/ menyediakan ruang diskusi seluas-luasnya bagi siswa dalam mengungkapkan ide atau gagasan mereka untuk menjelaskan suatu fenomena. Guru berperan sebagai fasilitator dan mediator dengan memberikan pijakan, pemodelan, dan penjelasan seperlunya untuk membangun pengetahuan siswa mengenai Matematika. Siswa menjadi lebih termotivasi untuk menguji hipotesis melalui kegiatan mengumpulkan data, interpretasi data, dan menarik kesimpulan. Mendeskripsikan/membacakan hasil percobaan merupakan langkah yang tepat dalam mengungkapkan pemahaman terhadap konsep yang dipelajari dan mengelaborasi berbagai gagasan untuk menghasilkan konsepsi ilmiah. Selain perbedaan pada langkahlangkah pembelajaran, secara teoritik pendekatan Saintifik berbasis proyek merupakan pembelajaran dengan paradigma kostruktivistik yang menekankan pada peran aktif siswa dalam pembelajaran untuk mengkontruksi pengetahuan secara mandiri sesuai dengan pengalaman, kemampuan, dan tingkat perkembangan individual siswa, baik perkembangan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Temuan penelitian ini menunjukkan, bahwa pendekatan Saintifik berbasis Proyek berpengaruh positif terhadap matematika dengan kecenderungan sebagian besar skor siswa tinggi disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran. Penerapan pendekatan Saintifik berbasis Proyek dalam pembelajaran Matematika khususnya lebih menekankan pada aktivitas siswa, melalui langkah-langkah: (1) mengamati, () menanya, (3) pengumpulan data, (4) mengasosiasi, (5) mengomunikasikan. Dengan lima langkah tersebut, pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dan lebih melekat dalam pikiran siswa, sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Saintifik berbasis proyek berpengaruh positif terhadap matematika siswa kelas IV semester II di SD Gugus III Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur Kabupaten Tabanan dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan Saintifik berbasis proyek dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan matematika siswa pada kelompok eksperimen dengan rata-rata (M) = 31,7 tergolong kategori sangat tinggi dan matematika siswa pada kelompok kontrol dengan rata-rata (M) = 5,3 tergolong kategori tinggi. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan, bahwa penerapan pendekatan Saintifik berbasis proyek berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah 1) Bagi sekolah. Sekolah yang mengalami permasalahan mengenai kemampuan pemecahan masalah pada Matematika, dapat mengambil suatu kebijakan untuk mengimplementasikan pendekatan Saintifik berbasis Proyek dalam pembelajaran Matematika. ) Bagi guru. Guru di sekolah dasar, agar lebih berinovasi dalam menerapkan model pembelajaran inovatif

11 lainnya, termasuk pendekatan Saintifik berbasis Proyek pada mata pelajaran Matematika, sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa di dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. 3) Bagi siswa. Siswa hendaknya dapat menjadikan pendekatan Saintifik berbasis Proyek sebagai salah satu cara belajar yang menyenangkan, sehingga matematika menjadi lebih baik. 4) Bagi peneliti lain. Peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pendekatan Saintifik berbasis Proyek pada mata pelajaran Matematika, agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang nantinya akan dilaksanakan. DAFTAR RUJUKAN Agung, 014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendididkan. Singaraja: Aditya Media Ariyona Penerapan Model Polya Berorientasi Masalah Sosial Soal Cerita Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VC SD. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha. Candiasa, I M. 010a. Pengujian Instrumen Penelitian Disertasi Aplikasi ITEMAN dan BIGSTEPS. Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha. Departemen Pendidikan Nasional Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Koyan, I Wayan Statistika Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Undiksha. Arikunto, S Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.