USTADI SMP Negeri 2 Pandaan TEL:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "USTADI SMP Negeri 2 Pandaan TEL:"

Transkripsi

1 Pembelajaran IPA Materi Karakteristik Bunyi Tabung Reaksi Dimanfaatkan Melantunkan Irama Lagu. Pembelajaran untuk Melayani Kecerdasan Majemuk Peserta Didik SMPN 2 Pandaan USTADI SMP Negeri 2 Pandaan ustadifisika@gmail.com TEL: ABSTRAK: Peserta didik memiliki kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences), dimana kecerdasan dalam bidang angka atau logika (Logical-Mathematical Intelligence) hanyalah merupakan sebagian kecil dari berbagai kecerdasan yang mungkin dimiliki oleh peserta didik. Fisika sebagai salah satu ilmu yang biasanya dipelajari melalui pendekatan secara matematis sehingga seringkali ditakuti dan cenderung tidak disukai karena pada umumnya yang memiliki kecerdasan Logical Mathematical sajalah yang menikmati Fisika. Hasil tes intelejensi di kelas 8C menunjukkan bahwa hanya peserta didik yang dominan memiliki kecerdasan bidang angka atau logika dari 9 anak. Tujuan penerapan pembelajaran materi bunyi di SMPN 2 Pandaan Jawa Timur ini adalah bagaiamana melayani kecerdasan majemuk yang dimiliki peserta didik sehingga seluruh peserta didik mencapai ketuntasan belajar. Pembelajaran dengan metode inkuiri ini diarahkan untuk menemukan hubungan antara tinggi-rendahnya bunyi yang dihasil dengan panjang kolom udara pada tabung reaksi saat diditiup dan saat dipukul. Pembelajaran dengan menggunakan media peluit dan tabung reaksi yang berisi air dengan ketinggian berbeda diakhir pembelajaran peserta didik didorong untuk menerapkan bunyi tabung yang dihasilkan untuk melantukkan lagu. Hasil belajar yang diperoleh selama pembelajaran, nilai kinerja semua peserta didik berada di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 7 sehingga seluruh peserta didik tuntas pada sub kompetensi dasar ini. Nilai rata-rata kinerja 7,7. Nilai penguasaan materi, semua peserta didik memperoleh nilai 8, Pembelajaran ini menarik tetapi menggunakan waktu yang cukup lama saat diinginkan peserta didik menerapkan bunyi tabung reaksi untuk melantunkan lagu. Kata Kunci: kecerdasan majemuk, pembelajaran bunyi, hasil belajar peserta didik. PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah. Nash, dalam bukunya The nature of Nature Science mengatakan bahwa: science is a way of looking at the world. Tujuan ilmu pengetahuan alam adalah sebagai alat untuk menguasai alam dan memberikan sumbangan untuk kesejahteraan umat. (Depdiknas, 200). Pembelajaran IPA juga harus membiasakan peserta didik untuk bekerja dan berfikir ilmiah. Pembelajaran ilmu pengetahuan alam kita diharapkan membantu peserta didik belajar dengan merangsang mereka untuk berfikir, melakukan kegiatan fisik, mengembangkan bahasa dan sosialisasi serta mengembangkan harga diri mereka dalam alokasi waktu yang tersedia. IPA-Fisika menguraikan dan menganalisis struktur dan peristiwa yang terjadi dialam, teknik dan lingkungan di sekitar kita. Menurut Depdiknas (2004) dalam proses tersebut ditemukan sejumlah aturan atau hukum-hukum di alam yang dapat menerangkan gejala alam tersebut secara logis dan rasional. Proses menguraikan dan menganalisis tersebut didasarkan pada penerapan struktur logika sebab akibat (kausalitas). Pada gilirannya proses menguraikan dan menganalisis tersebut bertujuan untuk memahami gejala alam. Maksud memahami di sini adalah dapat menyesuaikan gambaran dalam jiwa manusia dengan pengalaman fisis. Lebih lanjut memahami gejala alam diperlukan untuk perkembangan pembangunan bagi kesejahteraan manusia. Dengan demikian sangat dibutuhkan proses penerusan pemahaman konsepkonsep IPA-Fisika. Pembelajaran merupakan wahana dalam upaya meneruskan PFMO-9

2 pengetahuan tentang IPA-Fisika. Pembelajaran diuraikan bagaimana cara memahami pengetahuan yang sudah tersusun dalam rumpun ilmu IPA-Fisika yang kita kenal sekarang. Agar terselenggara proses penerusan pengetahuan diperlukan sejumlah metode ataupun pendekatan yang mampu mengantarkan peserta didik pada tahap penguasaan konsep-konsep tersebut sehingga pada akhirnya masalah tentang IPAFisika dapat dipecahkan. Menurut Bloom revisi (Anderson, 2001) kemampuan pemahaman konsep adalah hal penting dalam kemampuan intelektual yang selalu ditekankan di sekolah. Kemampuan pemahaman konsep suatu materi subjek merupakan hal terpenting dalam pengembangan intelektual. Dalam pembelajaran IPA-Fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakan syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan belajar. Hanya dengan penguasaan konsep IPA-Fisika seluruh permasalahan dapat dipecahkan, baik permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bentuk soal. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran IPA-Fisika bukanlah pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut pemahaman konsep bahkan aplikasi konsep tersebut. Sangat disayangkan mata pelajaran IPA-Fisika pada umumnya justru dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai murid-murid. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar peserta didik. Peserta didik menemukan kenyataan bahwa pelajaran IPA-Fisika adalah pelajaran berat dan serius. Peserta didik mengatakan pelajaran fisika mengharuskan pemahaman konsep dan penyelesaian soal yang rumit dengan pendekatan matematis hingga kegiatan praktikum yang menuntut mereka melakukan segala sesuatunya dengan sangat teliti dan cenderung membosankan. Akibatnya tujuan pembelajaran yang diharapkan, menjadi sulit dicapai. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata mata pelajaran sains (khususnya IPA-Fisika) di kelas 8C sebesar,2. tahun. Mata pelajaran IPA-Fisika juga menjadi momok bagi para peserta didik karena hubungannya erat dengan matematika. Kemampuan matematis peserta didik yang lemah secara otomatis akan mengalami kesulitan dalam memahami IPA-Fisika, karena sebagian besar penyelesaian soal-soal dilakukan melalui pendekatan secara matematis. Artinya, peserta didik yang memiliki kecerdasan dalam bidang angka atau logika (Logical-Mathematical Intelligence) saja yang dapat memahami pelajaran dengan baik. Padahal tidak semua peserta didik memiliki kemampuan yang cukup dalam bidang matematika. Hasil tes intelegensi di kelas 8C menunjukkan bahwa hanya peserta didik yang dominan memiliki kecerdasan bidang angka atau logika dari 9 anak. Gardner dan Hatch (dalam Campbell, 2002) menuliskan bahwa peserta didik memiliki Multiple Intelligence. Sedikitnya ada 8 macam kecerdasan yang salah satu atau beberapa diantaranya dapat dimiliki oleh seorang peserta didik, yaitu: a. Linguistic Intelligence (LI), peserta didik dengan kecerdasan linguistik yang menonjol biasanya senang membaca, pandai bercerita, senang menulis cerita atau puisi, senang belajar bahasa asing, mempunyai perbendaharaan kata yang baik, pandai mengeja, suka menulis surat atau , senang membicarakan ide-ide dengan teman-temannya, memiliki kemampuan kuat dalam mengingat nama atau fakta, menikmati permainan kata. Kecerdasan dalam bidang ini menuntut kemampuan peserta didik untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti yang berkaitan dengan proses berpikirnya. b. Musical Intelligence (MI), peserta didik yang memiliki kecerdasan dalam musikal biasanya senang menyanyi, senang mendengarkan musik, mampu memainkan instrumen musik, mampu membaca not balok/angka, mudah mengingat melodi atau nada, mudah mengenali banyak lagu yang berbeda-beda, mampu mendengar perbedaan antara instrumen yang berbeda-beda yang dimainkan bersama-sama, suka bersenandung/bernyanyi sambil berpikir atau mengerjakan tugas, mudah menangkap irama dalam suara-suara disekelilingnya, senang membuat suara-suara PFMO-9

3 musikal dengan tubuhnya (bersenandung, bertepuk tangan, menjentikkan jari atau menghentakkan kaki), senang mengarang/menulis lagu-lagu atau rap-nya sendiri dan mudah mengingat fakta-fakta dengan mengarang lagu untuk fakta-fakta tersebut. c. Logical Mathematical Intelligence (LMI), seseorang dengan kecerdasan logikamatematika yang tinggi biasanya memiliki ketertarikan terhadap angka-angka, menikmati ilmu pengetahuan, mudah mengerjakan matematika dalam benaknya, suka memecahkan misteri, senang menghitung, suka membuat perkiraan, mudah mengingat angka-angka serta skor-skor (skor sepak bola, skor games, berapa tingginya gedung tertinggi di dunia, dll), menikmati permainan yang menggunakan strategi seperti catur atau game strategi, memperhatikan antara perbuatan dan akibatnya (yang dikenal dengan sebab-akibat), senang menghabiskan waktu dengan mengerjakan kuis asah otak atau teka-teki logika, menemukan cara kerja komputer, mengelola informasi kedalam tabel atau grafik. Mereka mampu menggunakan komputer lebih dari sekedar bermain game. d. Visual-Spatial Inteligence (VSI), peserta didik yang memiliki kecerdasan visual spasial dalam menggunakan gambar biasanya lebih mengingat wajah ketimbang nama, suka menggambarkan ide-idenya atau membuat sketsa untuk membantunya menyelesaikan masalah, berpikir dalam bentuk gambar-gambar serta mudah melihat berbagai objek dalam benaknya, dia juga senang membangun atau mendirikan sesuatu, senang membongkar pasang, senang bekerja dengan bahan-bahan seni seperti kertas, cat, spidol atau crayon, senang menonton film atau video, senang bermain video games, memperhatikan gaya berpakaian, gaya rambut, model mobil, motor atau hal sehari-hari lainnya, senang membaca atau menggambar peta hanya untuk bersenang-senang, senang melihat foto-foto/gambar-gambar serta membicarakannya, senang melihat pola-pola dunia disekelilingnya, senang mencoratcoret, menggambar segala sesuatu dengan sangat detail dan realistis, mengingat halhal yang telah dipelajarinya dalam bentuk gambar-gambar, belajar dengan mengamati orang-orang yang sedang mengerjakan banyak hal, senang memecahkan teka-teki visual/gambar serta ilusi optik dan suka membangun model-model atau segala hal dalam dimensi. Peserta didik dengan kecerdasan visual biasanya kaya dengan khayalan sehingga cenderung kreatif dan imaginatif. e. Bodily Kinesthetic Intelligence (BKI), peserta didik yang memiliki kecerdasan dalam memahami tubuh cenderung suka bergerak dan aktif, mudah dan cepat mempelajari keterampilan-keterampilan fisik serta suka bergerak sambil berpikir, mereka juga senang berakting, senang meniru gerak-gerik atau ekspresi teman-temannya, senang berolahraga atau berprestasi dalam bidang olahraga tertentu, terampil membuat kerajinan atau membangun model-model, luwes dalam menari, berjoget atau berdansa, senang menggunakan gerakan-gerakan untuk membantunya mengingat berbagai hal, mempunyai koordinasi serta kesadaran yang baik terhadap tempo dan senang beristirahat. Peserta didik dengan kecerdasan tubuh biasanya lebih mengandalkan kekuatan otot-ototnya. f. Interpersonal Intelligence (IeI), jika seseorang memiliki kecerdasan dalam memahami sesama biasanya ia suka mengamati sesama, mudah berteman, suka menawarkan bantuan ketika seseorang membutuhkan, menikmati kegiatan-kegiatan kelompok serta percakapan yang hangat dan mengasyikkan, senang membantu sesamanya yang sedang bertikai agar berdamai, percaya diri ketika bertemu dengan orang baru, suka mengatur kegiatan-kegiatan bagi dirinya sendiri dan teman-temannya, mudah menerka bagaimana perasaan sesamanya hanya dengan mengamati mereka, mengetahui bagaimana cara membuat sesamanya. Mereka bersemangat untuk bekerja sama atau bagaimana agar mereka mau terlibat dalam hal-hal yang diminatinya, lebih suka bekerja dan belajar bersama ketimbang sendirian, senang meyakinkan orang tentang sudut pandangnya terhadap sesuatu, mementingkan soal PFMO-97

4 keadilan serta benar-salah dan senang untuk menolong sesama. Peserta didik yang memiliki kecerdasan interpersonal biasanya disukai teman-temannya karena ia mampu berinteraksi dengan baik dan memiliki empati yang besar terhadap temantemannya. g. Intrapersonal Intelligence (IaI), peserta didik yang memiliki kecerdasan dalam memahami diri sendiri biasanya lebih suka bekerja sendirian daripada bersamasama, suka menetapkan serta meraih sasaran-sasarannya sendiri, menjunjung tinggi kepercayaan. Peserta didik intarpersonal tidak terlalu mengkhawatirkan apa kata orang dibandingkan dengan kebanyakan orang lainnya. Peserta didik ini juga mengetahui bagaimana perasaannya dan mengapa demikian dan seringkali ia menghabiskan waktu hanya untuk merenungkan dalam-dalam tentang hal-hal yang penting baginya. Peserta didik dengan kecerdasan intrapersonal biasanya sadar betul akan bidang yang menjadi kemahirannya dan bidang dimana dia tidak terlalu mahir. Anak senang membuat catatan harian atau membuat jurnal harian, senang menuliskan ide-idenya, kenangan-kenangannya, perasaan-perasaannya atau sejarah pribadinya. Peserta didik seperti ini biasanya sadar betul akan siapa dirinya dan ia sangat senang memikirkan masa depan dan cita-citanya di suatu hari nanti. h. Naturalist Intelligence (NI), seorang yang memiliki kecerdasan dalam memahami alam biasanya suka binatang, pandai bercocok tanam dan merawat kebun di rumah atau di lingkungannya, peduli tentang alam serta lingkungan, senang ke taman, kebun binatang atau menikmati keindahan di aquarium. Selain itu ia juga senang berkemah atau mendaki gunung di alam bebas, senang memperhatikan alam dimanapun dia berada, mudah beradaptasi dengan tempat dan acara yang berbedabeda, senang memelihara binatang, mempunyai ingatan yang kuat tentang detail tempat-tempat yang pernah dia kunjungi serta nama-nama hewan, tanaman, orang dan berbagai hal lainnya, banyak bertanya tentang orang, tempat dan hal yang dia lihat di lingkungan atau di alam sehingga dia bisa lebih memahaminya. Ia mampu memahami serta mengurus dirinya sendiri di situasi atau tempat yang baru dan berbeda. Ia juga sangat memperhatikan lingkungan di sekitarnya (di sekolah atau di rumah). Peserta didik ini biasanya senang mencari tahu tentang sesuatu kemudian mengelompokkannya ke dalam kategori tertentu, misalnya senang mengamati burung, bebatuan atau mencatat jenis mobil yang berbeda-beda. Peserta didik dengan kecerdasan ini biasanya tahu persis kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan. Atas dasar-dasar itulah pembelajaran untuk memecahkan masalah adalah: Bagaimana menyusun proses pembelajaran untuk melayani semua Multiple Intelegence peserta didik sehingga dapat menaikkan hasil belajar IPA-Fisika peserta didik kelas 8C SMP Negeri 2 Pandaan. Pembelajaran ini dilakukan dengan empat pikiran utama: menemukan sendiri, menggunakan hasil penemuannya, bermakna dan menyenangkan untuk melayani semua peserta didik. Pembelajaran ini kemudian ditulis dengan judul Pembelajaran IPA Materi Karakteristik Bunyi Tabung Reaksi Dimanfaatkan Melantunkan Irama Lagu. Pembelajaran untuk Melayani Kecerdasan Majemuk Peserta Didik SMPN 2 Pandaan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif diskriptif dari sebuah best practice pembelajaran IPA-Fisika. Metode Penelitian memuat rancangan pembelajaran yang digunakan dengan model pembelajaran inkuiri (Yuliati, 2008). Data dikumpulkan melalui tes tulis di akhir pembelajaran dan hasil pengamatan selama pembelajaran. Pembelajaran ini dirancang dengan mengembangkan model pembelajaran inkuiri dengan lebih menekankan pada aspek kebermaknaan untuk melayani kecredasan majemuk peserta didik. Pengembangan pembelajaran dilaksanakan dengan langkahlangkah: 1). Menidentifikasi kecredasan majemuk peserta didik, 2) Merancang rencana pembelajaran beserta lembar kerja peserta didik, ) Menyediakan alat dan bahan, 4) PFMO-98

5 Menentukan instrumen penilaian, ) Melaksanakan dan mengobservasi pembelajaran, ) Mengolah data hasil penilaian, dan 7) Menyimpulkan hasil pembelajaran. Pembelajaran dikembangkan untuk membelajarkan standar kompetensi: () Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari dan dengan kompetensi dasar (.2) Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang berlangsung selama 2 x 40 menit memiliki tiga tujuan yaitu: (1) peserta didik menemukan hubungan antara tinggirendahnya bunyi yang dihasil dengan panjang kolom udara pada tabung reaksi saat diditiup, (2) peserta didik menemukan hubungan antara tinggi-rendahnya bunyi yang dihasil dengan panjang kolom udara pada tabung reaksi saat dipukul dan () menggunakan tabung reaksi untuk melantunkan Irama Lagu Identifikasi tipe kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik di kelas 8C dilakukan dengan memberi tes kecerdasan. Instrumen tes diadopasi dari hunting internet sumber Learning Disabilities Resources Community, Greg gay dan J. Ivanco. Masing-masing kecerdasan berisi sepuluh pernyataan yang harus dijawab peserta didik dengan mengisi angka 1 untuk sangat tidak setuju, 2 untuk tidak setuju, untuk agak setuju, 4 jika setuju dan jika sangat setuju. Selanjutnya masing-masing peserta didik menjumlahkan skor pada masing-masing kecerdasan. Skor tertinggi merupakan kecerdasan dominan yang dimiliki peserta didik. Rancangan pembelajaran dikembangkan berdasar pada sintaks pembelajaran kooperatif dengan proses untuk melayani kecerdasan majemuk. Rancangan pembelajaran dapat dilahat pada tabel berikut: Tabel 1: Pengembangan Pembelajaran Kooperatif dan MI Langkah Pembelajaran Kecredasan majemuk yang Sintaks Pembelajaran Kooperatif 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik 2. Menyajikan informasi. Mengoragnisasikan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar 4. Membimbing kelompok belajar bekerja dan belajar. Evaluasi. Memberikan penghargaan Guru menyapaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik untuk belajar. Guru meniup sebuah peluit mainan yang tutup diujungnya dapat ditarik memanjangmemendek. Terdengar suara tinggi- rendah. Mengapa hal ini terjadi Guru mengingatkan kembali pengertian tinggi rendah bunyi. Dengan menggunakan dua garputala yang berbeda dipukulkan dan selanjutnya ditempelkan kepalanya di papan tulis, guru mengingatkan kembali bunyi tinggi dan bunyi rendah Guru membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Untuk menemukan hubungan antara tinggi kolom udara dengan tinggi nada yang dihasilkan Guru membimbing kelompok-kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas dan mengambil kesimpulan. Guru mengevalusi hasil belajar kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Evaluasi individu dilakukan dengan memberi 2 soal uraian. Guru memberi penghargaan kepada peserta didik yang berhasil meniup/memukul tabung reaksi untuk melantunkan irama musik/lahu. Perhargaan juga diberikan kepada peserta didik yang berhasil mengerjakan tes tulis dengan sempurna. MI VSI NI terlayani MI VSI LMI BKI, IeI, MI, VSI, LI LMI, IaI, NI LI, LeI IaI, LMI BKI, IeI, MI, VSI LI, LMI, IaI NI MI PFMO-99

6 Berikut disajikan skema proses pembelajaran PENYELIDIKAN-1 MENEMUKAN HUBUNGAN TINGGI RENDAH BUNYI DENGAN KOLOM UDARA TABUNG REAKSI SAAT DITIUP DISKUSI KELAS-1 MENYIMPULKAN HUBUNGAN TINGGI RENDAH BUNYI DENGAN KOLOM UDARA TABUNG REAKSI SAAT DITIUP DISKUSI KELAS-2 MENYIMPULKAN HUBUNGAN TINGGI RENDAH BUNYI DENGAN KOLOM UDARA TABUNG REAKSI SAAT DIPUKUL PENYELIDIKAN-2 MENEMUKAN HUBUNGAN TINGGI RENDAH BUNYI DENGAN KOLOM UDARA TABUNG REAKSI SAAT DIPUKUL MENGGUNAKAN HASIL PENYELIDIKAN MELANTUNKAN IRAMA LAGU DENGAN TABUNG REAKSI Gambar 1. Skema Proses Pembelajaran HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja Peserta didik Penilaian dilakukan untuk mengetahui kinerja peserta didik dalam melakukan penyelidikan dan penguasaan materi hasil penyelidikan. Penilaian kinerja dilakukan selama proses penyelidikan berlangsung. Dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja, guru memberi tanda A, B, C dan K (amat baik, baik, cukup dan kurang) pada lembar instrumen. Selama waktu 20 menit peserta didik melakukan penyelidikan. Disediakan tabung reaksi beserta raknya, air dan penggaris. Masing-masing tabung reaksi diberi label A, B, C, D dan E. Peserta didik mengisi tabung reaksi dengan tinggi air yang berbeda beda sehingga menghasilkan panjang kolom udara yang berbeda. Gambar 2: Peserta didik mengisi tabung reaksi dengan air (hijau) PFMO-100

7 Selanjutnya ujung tabung reaksi ditiup secara bergantian. Suara terdengar bersautan antara kelompuk satu dengan kelompok yang lain. Kelas menjadi amat meriah dengan bunyi tabung reaksi yang merdu-melengking. Guru membimbing kelompok yang belum dapat membunyikan tabung reaksi dengan cara mengarahkan peserta didik tersebut bertanya atau melihat kelompok lain yang sudah dapat melakukannya. Ada kelompok yang masih kurang memahami pengertian panjang kolom udara, mereka mengukur tinggi air dalam tabung reaksi, pembimbingan juga dilakukan kepada kelompok tersebut. Berdasarkan data diharapkan peserta didik dalam kelompoknya dapat menyimpulkan bahwa tinggi rendahnya bunyi yang dihasilkan oleh tabung reaksi saat ditiup dipengaruhi oleh panjang kolom udaranya. Setelah semua kelompok telah melakukan penyelidikan dan mengisi tabel data dilakukan diskusi kelas pertama. Diskusi kelas ini bertujuan mengambil kesimpulan hasil penyelidikan bersama. Diskusi kelas dilakukan dengan menunjuk dua kelompok yang berbeda hasil kesimpulannya, dan kelompok lain menanggapi Penilaian kinerja yang dilakukan meliputi dua unsur yaitu: kemampuan melakukan penyelidikan dan kemampuan melaksanakan diskusi. Tabel 1. Hasil Penilaian Kinerja No Jenis Kecerdasan Linguistik Musikal Logika Matematika Visual Spasial Bodi Kinestetik Interpersonal Intrapersonal Naturalis Rata-rata Jumlah Peserta didik 7 4 Penyelidikan Diskusi Rata-rata nilai kinerja ,0 80, ,0 7. 7, ,0 7.7 Berdasarkan data di atas terlihat hanya peserta didik yang memiliki kecerdasan naturalis memliki kemampuan pemyelidiakan lebih rendah dari yang lain. Peserta didik dengan kecerdasan musical amat cekatan dalam melakukan penyelidikan terutama saat mengidentifikasi bunyi tabung reaksi saat ditiup dan saat dipukul. Peserta didik dengan kecerdasan visual lebih cekatan dalam mengisi tabung reaksi dan mengurutkannya dalam rak tabung reaksi dibanding peserta didik lain. Hal yang menarik, peserta didik dengan kecerdasan logika matematika mengalami kesulitan meniup tabung reaksi sehingga menghasilkan bunyi. Kemampuan peserta didik dalam diskusi terlihat menonjol pada peserta didik dengan kecerdasan linguistik dan kecerdasan logika matematika. Kemampuan mengutarakan pendapat banyak didominasi oleh peserta didik dengan kecerdasan linguistik tetapi kemampuan menmbuat kesimpulan masih dimotori oleh peserta didik yang memiliki kecerdasan logika matematika. Kinerja peserta didik dalam pelakukan penyelidikan rata-rata 7,7 artinya secara keseluruhan telah melebihi kriteria ketuntasan minimal. Ketuntasan kemampuan kinerja peserta didik meningkat terjadi dipicu oleh penataan anggota kelompok yang heterogen. Sato (2014) yang menyatakan bahwa heterogenitas dapat membentuk komunitas belajar lebih efektif. Pada pembelajaran ini heterogenitas terjadi pada jenis kelamin dan jenis kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Pemahaman materi pembelajaran PFMO-101

8 Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan melantunkan lagu dengan membunyikan tabung reaksi dengan dipukul atau ditiup bersama dengan arahan guru. Guru menunjuk orang peserta didik. Satu peserta didik memegang satu tabung reaksi yang berbeda-beda panjang kolom udaranya, sehingga terbentuk formasi yaitu tabung A, tabung B, tabung C, tabung D dan tabung E. Dengan notasi label tabung yang telah dituliskan di papan tulis guru mempimpin untuk membentuk suatu lagu Burung Kakak Tua. Jika masih tersedia waktu peserta didik diberi kesempatan untuk mengekspresikan rasa seni bermain musik dengan alat musik tabung reaksi yang telah terisi air. Kegiatan ini bertujuan untuk memberi pengalaman kepada peserta didik tentang aplikasi terhadap apa yang telah mereka temukan, dan yang lebih penting menanamkam kepada mereka rasa senang mata pelajaran IPA-Fisika. Tes akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran. Masing-masing peserta didik diberikan selembar kertas soal berisi pertanyaan. Selanjutnya hasil pekerjaan dikoreksi oleh peserta didik itu sendiri dengan panduan kunci jawaban dari guru. Berikut nilai hasil tes penguasaan materi pembelajaran Tabel 2. Hasil Penilaian Penguasaan Materi No. 1 2 Jenis Kecerdasan Jumlah Peserta didik Rata-rata nilai kinerja Linguistik 8. Musikal 100,0 Logika 9,8 Matematika 4 Visual Spasial 7 79,1 Bodi Kinestetik Interpersonal 81,2 7 Intrapersonal Naturalis 87, Rata-rata 8. Berdasarkan data di atas kelima peserta didik dengan kecerdasan musikal menguasai materi pembelajaran secara sempurna. Kegiatan membunyikan bunyi tabung dan melantukan lagu dengan memanfaatkan bunyi tabung berhasil menaikkan rasa senang dan pemahaman terhadap materi pembelajaran. Peserta didik dengan kecerdasan logika matematika memperoleh nilai baik, akan tetapi peserta didik dengan kecerdasan bodi kinestetik rata-rata masih belum tuntas penguasaan materi pembelajaran. Secara keseluruhan nilai rata-rata penguasaan materi pembelajaran 8, dan telah mencapai di atas kriteria ketuntasan minimal yakni 7. Hasil pembelajaran ini sesuai dengan tujuan pembelajaran kooperatif dengan dilakukannya kerja kelompok pada langkah pembelajaran (Depdiknas, 200). Kerja kelompok menfasilitasi semua peserta didik untuk menemukan sediri konsep. Kahle (2002), bahwa penerapan pendekatan inkuiri meningkatkan potensi intelektual peserta didik, dikarenakan mereka mendapat kesempatan untuk mencari dan menemukan keteraturan dan aspek lainnya melalui observasi dan eksperimen mereka sendiri Aktivitas pengajaran yang disesuaikan dengan kemajemukan kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik sedikit banyak telah memunculkan semangat belajar dan rasa percaya diri pada setiap peserta didik. Peserta didik digali kreativitasnya agar mereka dapat mempelajari IPA-Fisika sesuai kecerdasannya. Hal ini nampak pada nilai kemampuan kinerja peserta didik 7,7. Peserta didik yang memiliki kecenderungan musikal bersemangat saat meniup tabung reaksi dan menghasilkan bunyi bernada tertentu. Peserta didik inilah yan paling awal dapat meniup tabung reaksi sehingga PFMO-102

9 menghasilkan bunyi indah. Begitu pula saat menggunakan hasil penemuan/ penyelidikan untuk melantunkan irama musik. Melalui penerapan rancangan pembelajaran IPA-Fisika ini telah menggugurkan anggapan bahwa pelajaran IPA-Fisika itu sulit dan tidak menyenangkan. Karena melalui guru memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk mempelajari IPA-Fisika sesuai dengan ragam kecerdasan yang dimilikinya. Peserta didik yang memiliki kecenderungan kecerdasan visual-spasial dan bodi kinestetik juga terlayani saat mengisi tabung reaksi dengan air dan mengukur ketinggian kolom udara. Peserta didik dengan kecerdasan logika matematika sangat menonjol sangat menerjemahkan perintah tentang mengukur tinggi kolom udara. Melalui pembelajaran yang melayani kecerdasan majemuk ini peserta didik belajar untuk menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing, misalnya peserta didik yang biasanya dianggap bodoh karena selalu mendapat nilai buruk dalam pelajaran IPA-Fisika ternyata mampu membuat lagu dengan menggunakan konsep IPA-Fisika dengan sangat indah. Metode ini juga sangat efektif karena mampu meningkatkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik dalam bentuk interaksi baik antara peserta didik dengan guru maupun antara peserta didik dengan peserta didik lainnya. Bahkan interaksi ini lebih didominasi oleh interaksi antara peserta didik dengan peserta didik sedangkan guru hanya bersifat sebagai moderator saja. Peserta didik dengen kecerdasan linguistic menjadi motor saat diskusi. Tanya jawab antar peserta didik berjalan dengan sangat baik dan setiap penilaian yang diberikan oleh guru maupun peserta didik lainnya mampu memacu dirinya untuk lebih menggali konsep-konsep materi yang diajarkan sehingga menghasilkan rasa keingintahuan dan percaya diri yang tinggi. Hal ini terlihat pada tingginya frekuensi berpendapat dan menghargai pendapat teman saat berdiskusi. Oleh karena itu secara keseluruhan metode ini mampu menciptakan rasa belajar IPA-Fisika yang menyenangkan yang pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan minat dan motivasi peserta didik pada pelajaran IPA-Fisika. Indikator terakhir yang diharapkan tentu saja adalah adanya hasil belajar IPA-Fisika khususnya. KESIMPULAN Pembelajaran IPA materi karakteristik bunyi tabung reaksi dimanfaatkan melantunkan irama lagu. Pembelajaran untuk melayani mecerdasan majemuk peserta didik SMPN 2 Pandaan dapat berjalan dengan baik. Hal ini teramati dari seluruh sintak pembelajaran koopertif telah dilaksanakan oleh guru dan siswa. Proses pembelajaran juga dapat melayani 8 macam kecerdasan yang dimiliki siswa (multiple intellegence) sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran juga telah menggugurkan anggapan bahwa pelajaran IPA-Fisika itu sulit dan tidak menyenangkan. Hasil pembelajaran IPA materi karakteristik bunyi tabung reaksi dimanfaatkan melantunkan irama lagu. Pembelajaran untuk melayani kecerdasan majemuk peserta didik SMPN 2 Pandaan menghasilkan nilai baik dan tuntas. Nilai kinerja siswa selama proses pembelajaran dengan nilai rata-rata 7,7 dan penguasaan materi siswa rata-rata 8,. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampikan kepada kolega guru yang telah bersedia menjadi pengamat pembelajaran dan mengambil data kinerja peserta didik. Terima kasih juga disampaikan kepada kepala SMPN 2 Pandaan yang telah memberi fasilitas dan motivasi untuk mengembangkan pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.(Ed.) A Taxonomy for Learning and Assesing; A Revision of Bloom s Taxonomy of Education Objectives. New York: Longman PFMO-10

10 Campbell, Linda dkk Multiple Intelligences, Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Depok: Inisiasi Press Depdiknas, 200. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas, Hakikat sains. Bahan Pelatihan Terintergrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP. Jakarta. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas, 200. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Depdiknas Kahle. J.B et al Inquiry. A Guide for Teaching and Learning. Washington DC: National Academy Press Sato, M Mereformasi Sekolah. Konsep dan Praktek Komunitas Belajar. Jakarta: PELIA/IDCJ Slavin, Robert. E Cooperative Learning. Teori, Riset dan Praktik. Bandung, Nusa Media Yuliati, L Model-Model Pembelajaran Fisika Teori dan Praktik. Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP) Universitas Negeri Malang. PFMO-104

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Linda Kholidatunnur 82321112083 Abstrak Beragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu merupakan anugerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat 2. Bidang : Karir 3. Tujuan a. Tujuan Umum : Memberikan pemahaman kepada siswa mengenai bakat dan macam-macam kecerdasan b. Tujuan

Lebih terperinci

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI Tuti Utami Prodi Pendidikan Guru Anak Usia Dini, FKIP, Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

PENERAPAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PENERAPAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK Dewi Sartika Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Sulawesi Barat; e-mail: dewisartika.asrulbatiran@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan bagian dari rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dianggap sulit oleh siswa (Angel et all, 2004:2). Penyebabnya adalah dikarenakan siswa

Lebih terperinci

Beri tanda [v] pada statement di bawah ini yang sesuai dengan diri Anda saat ini. Jumlahkan tanda [v] pada masing-masing kolom.

Beri tanda [v] pada statement di bawah ini yang sesuai dengan diri Anda saat ini. Jumlahkan tanda [v] pada masing-masing kolom. Beri tanda [v] pada statement di bawah ini yang sesuai dengan diri Anda saat ini. Jumlahkan tanda [v] pada masing-masing kolom. Suka menulis kreatif Menonjol dalam kelas seni di sekolah Mengarang kisah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya akan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam hal hasil belajar terutama di bidang matematika dan sains. Menurut Eriba dkk (Lisma, 2009)

Lebih terperinci

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Rita Eka Izzaty, M.Si, Psi (Psikolog Psikologi Perkembangan Anak) Dosen Jur. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP, UNY Anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Alur dari penelitian thesis ini adalah sebagai berikut : Pada tahap ini dilakukan study literatur dari jurnal-jurnal yang ada untuk

BAB 3 METODOLOGI. Alur dari penelitian thesis ini adalah sebagai berikut : Pada tahap ini dilakukan study literatur dari jurnal-jurnal yang ada untuk 15 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Alur dari penelitian thesis ini adalah sebagai berikut : 1. Study Literatur Pada tahap ini dilakukan study literatur dari jurnal-jurnal yang ada untuk mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, sehingga akan menimbulkan

Lebih terperinci

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda) MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda) Anak bahagia disekolah sudah disosialisasikan lewat Quantum Learning, Joy in School dan Super Learning. Alasan lewat penelitian menunjukkan bahwa apabila anak

Lebih terperinci

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik

Lebih terperinci

Dewi Ayu Kusumaningtias, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari

Dewi Ayu Kusumaningtias, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari Pengembangan Handout Berbasis Multiple Intelligence Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah Wonosobo Tahun Pelajaran 2013/2014 Dewi Ayu Kusumaningtias, Eko Setyadi Kurniawan,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN DAN KOMPETENSI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN DAN KOMPETENSI Modul ke: 10Fakultas Didin EKONOMI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN DAN KOMPETENSI Hikmah P, SE, MM Program Studi MANAJEMEN Pengantar: Perlunya Penguasaan IPPTEK Penguasaan teknologi terkait erat dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang 9 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Kecerdasan Naturalis A. Hakekat Kecerdasan Naturalis Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (2003) tidak memandang kecerdasan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan seseorang masih diartikan secara sempit oleh banyak kalangan. Kecerdasan masih dianggap sebagai tingkat intelektualitas seseorang dalam hal akademis

Lebih terperinci

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD JURNAL INOVASI PENDIDIKAN Volume 1 Nomer 2, September 2017, Halaman 1-6 ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD Dian Ika Kusumaningtyas 1) dan Maharani Putri Kumalasani

Lebih terperinci

Mengembangkan Bakat Anak

Mengembangkan Bakat Anak A. Artikel Mengembangkan Bakat Anak Oleh: Andi Sri Suriati Amal Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari, oleh sebab itu matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Pada jenjang sekolah menengah,

Lebih terperinci

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK Emiliya Damayanti 1, Sunardi 2, Ervin Oktavianingtyas 3 Email: rvien@ymail.com Abstract. This study

Lebih terperinci

PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR

PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR 113 PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR Nur Samsiyah Abstrak Multiple intelegensi ialah kecerdasan ganda yang dimiliki oleh seseorang. Intelegensi adalah sehimpunan kemampuan

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Febby Achmad Suryadipura, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Febby Achmad Suryadipura, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk memperoleh ilmu agar dapat membentuk peserta didik yang berkarakter sehingga mempunyai pandangan ke depan untuk meraih cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*) PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Isniatun Munawaroh,M.Pd*) Salah satu implikasi yang paling provokatif dalam teori Multiple Intelligence adalah

Lebih terperinci

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE APE SESUAI DENGAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN OLEH : Ana, M.Pd. PELATIHAN PEMBUATAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF SKM (SEDERHANA, KREATIF DAN MANDIRI) BAGI TUTOR PAUD DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Suatu Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lembang. Lembaga formal dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 94 BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, implikasi serta saran-saran yang berhubungan dengan penelitian lanjutan, maupun upaya memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo

Lebih terperinci

Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Hanomi Irma 1), Edwin Musdi 2), Atus Amadi Putra 3)

Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Hanomi Irma 1), Edwin Musdi 2), Atus Amadi Putra 3) PENERAPAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS KINESTETIK PADA SISWA KELAS VIII 8 KECERDASAN KINESTETIK-LINGUISTIK SMP NEGERI 7 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Hanomi Irma 1), Edwin Musdi 2), Atus Amadi Putra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa. Kualitas suatu sistem pendidikan dapat memengaruhi kualitas suatu bangsa di masa depan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yaitu suatu upaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah Tempat penelitian ini adalah MI Cepiring yang beralamatkan Desa Cepiring RT 10/RW 04 Cepiring Kabupaten Kendal. Ditinjau dari tenaga pengajarnya,

Lebih terperinci

ANAK BERBAKAT. Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung

ANAK BERBAKAT. Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung ANAK BERBAKAT Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung A. Bakat, kemampuan dan prestasi Bakat (Aptitude) diartikan sebagi kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Proses pembelajaran merupakan proses yang

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini peranan guru masih mendominasi suasana pembelajaran (teacher centered), indikasinya adalah guru lebih banyak memberikan pengajaran yang bersifat instruksi

Lebih terperinci

ANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN

ANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN ANAK BERBAKAT TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik dan jenis-jenis keberbakatan guna melakukan deteksi dini TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:

Lebih terperinci

: Peranan Orang Tua Dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak : RIANI SETIAWATI NPM : Pembimbing : Dra. M.M Nilam W.

: Peranan Orang Tua Dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak : RIANI SETIAWATI NPM : Pembimbing : Dra. M.M Nilam W. Judul Nama : Peranan Orang Tua Dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak : RIANI SETIAWATI NPM : 10502213 Pembimbing : Dra. M.M Nilam W. Msi ABSTRAK Pada umumnya dalam hal pendidikan masih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN. oleh. Isah Cahyani. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN. oleh. Isah Cahyani. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN oleh Isah Cahyani Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS Universitas Pendidikan Indonesia A. Pendahuluan Kehadiran sejarah sastra dapat mengembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Video Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan), dapat melihat (Prent dkk., Kamus Latin Indonesia, 1969:926).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 49. Angkasa 2008), hlm Amsal Amri, Pedagogik Transformatif Aceh (Aceh: FKIP Universitas Syah Kuala 2008),

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 49. Angkasa 2008), hlm Amsal Amri, Pedagogik Transformatif Aceh (Aceh: FKIP Universitas Syah Kuala 2008), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik adalah bagian dari kecerdasan majemuk. Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat

Lebih terperinci

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) PENDEKATAN INTELEGENSI GANDA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FT-UNY Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum memiliki peranan penting dalam pendidikan. Istilah kurikulum menunjukkan beberapa dimensi pengertian, setiap dimensi tersebut memiliki keterkaitan satu dengan

Lebih terperinci

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGANALISIS TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE SMART LEARNING SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN Sri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecerdasan Naturalis dapat diartikan sebagai kecerdasan yang dimiliki oleh individu terhadap tumbuhan, hewan dan lingkungan alam sekitarnya. Individu yang memiliki kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam hal mendewasakan

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

PERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK. Abstrak

PERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK. Abstrak PERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK Oleh: Ni Putu Parmini Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Saraswati Tabanan Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu eksak yang menjadi dasar perkembangan segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dalam tatanan kehidupan manusia.

Lebih terperinci

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Kondisi awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning Tipe STAD diketahui ketuntasan hasil belajar IPA semester I kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan upaya memahami berbagai penomena alam secara sistematis. Pada hakikatnya, pembelajaran IPA memiliki empat dimensi yaitu

Lebih terperinci

Anita Windarini SMP Negeri 1 Sanggau anitanajori@rocketmail.com

Anita Windarini SMP Negeri 1 Sanggau anitanajori@rocketmail.com Windarini, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dan Media Manipulatif, 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DAN MEDIA MANIPULATIF DALAM PEMBELAJARAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dalam Konteks Pembelajaran Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik secara umum maupun secara khusus. Penafsiran tersebut berbeda satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci kesuksesan pembangunan suatu bangsa, karena itu berbagai upaya pengembangan sumber daya manusia haruslah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan anak usia dini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Hal ini berdampak pada keinginan orang tua untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal. Penelitian ini dilakukan di kelas I MI Miftahul Ulum Curah Keris Kalipang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan Tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebuah soal pemecahan masalah biasanya memuat suatu situasi yang dapat mendorong seseorang untuk menyelesaikanya akan tetapi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan agar mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihanpelatihan

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan agar mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihanpelatihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memperoleh sebagian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi dan keterampilan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak -anak usia dini, yaitu anak -anak yang berusia 0-6 tahun sering disebut sedang berada pada masa usia emas atau golden age. Masa usia emas atau golden age

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Segala macam upaya dilakukan untuk perbaikan dalam pengajaran di sekolah terlebih untuk mata pelajaran fisika dewasa ini. Yang diperbaiki dan diperbaharui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam melakukan kegiatan. Setiap melakukan kegiatan pasti diperlukan suatu

Lebih terperinci

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi ETIK UMB Modul ke: MENGENAL POTENSI DIRI FEB Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM Program Studi Manajemen Passion adalah : Bisa disebut juga panggilan jiwa, atau bisa diartikan hasrat diri dan gairah, orientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Pendidikan adalah suatu usaha

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) dirasakan penting untuk dipelajari karena materi-materi tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nama lembaganya, yakni taman bukan sekolah. Sebutan Taman pada Taman

BAB I PENDAHULUAN. nama lembaganya, yakni taman bukan sekolah. Sebutan Taman pada Taman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga Taman Kanak-kanak (TK), meskipun sebagai lembaga pendidikan formal, sangat berbeda dengan lembaga pendikan SD, SMP, dan seterusnya. Dari nama lembaganya,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kecerdasan merupakan hal yang dimiliki oleh setiap manusia. Banyak anggapan kecerdasan tersebut hanya terpaku kepada kemampuan seseorang dalam belajar. Apabila

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan memberikan manfaat

Lebih terperinci

Desain dan Pengembangan Pelatihan

Desain dan Pengembangan Pelatihan Modul ke: Desain dan Pengembangan Pelatihan Teori Pembelajaran Efektif Fakultas PSIKOLOGI EY Eka Kurniawan, M. Psi eyeka13@gmail.com Program Studi Psikologi Renungan Tell me and I forget. Teach me and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada beberapa dekade sekarang ini, kegiatan pembelajaran tradisional yang didominasi pada guru (pembelajaran yang berpusat pada guru) cenderung menjadi kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan

Lebih terperinci