: Peranan Orang Tua Dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak : RIANI SETIAWATI NPM : Pembimbing : Dra. M.M Nilam W.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ": Peranan Orang Tua Dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak : RIANI SETIAWATI NPM : Pembimbing : Dra. M.M Nilam W."

Transkripsi

1 Judul Nama : Peranan Orang Tua Dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak : RIANI SETIAWATI NPM : Pembimbing : Dra. M.M Nilam W. Msi ABSTRAK Pada umumnya dalam hal pendidikan masih banyak orang tua yang memfokuskan kecerdasan pada kecerdasan linguistik dan matematika serta menyerahkan perkembangan pendidikan anak pada pihak sekolah tanpa didukung perhatian orang tua di rumah. Menurut Gardner ada tujuh aspek kecerdasan yaitu linguistic intelligence (kecerdasan linguistik), logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika matematika), visual spatial intelligence (kecerdasan imajinasi), bodilykinesthetic intelligence (kecerdasan kinestik-tubuh), musical intelligence (kecerdasan musik), interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal/sosial), intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) dan naturalist intelegences (kecerdasan naturalis) yang dapat dikembangkan pada diri anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran multiple intelligences anak, faktorfaktor yang mempengaruhi dan peranan orang tua terhadap multiple intelligences anak. Pendekatan penelitian yang tepat untuk tujuan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara mendalam. Subjek penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak berusia 4 tahun dan mengembangkan multiple intelligences pada anak serta guru anak sebagai SO. Dari hasil analisis data yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa gambaran multiple intelligences anak subjek cenderung berkembang secara optimal dalam aspek dan karakteristik bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestik-tubuh) dan musical intelligence (kecerdasan musik), hal ini tampak dari aspek dan karakteristik yang dimiliki anak berkembang bahkan mendapatkan prestasi. Ada 3 faktor yang mempengaruhi multiple intelligences anak yaitu faktor lingkungan keluarga, subjek dapat memposisikan diri sebagai orang tua dengan memberi perhatian dan percaya pada kemampuan anak. Lingkungan sekolah dengan mengetahui kurikulum dan cara guru mengajar yang sudah sesuai dengan perkembangan anak dan ketiga, subjek memperhatikan kesehatan fisik dan mental anak. Dalam mengembangkan multiple intelligences subjek dapat menjalankan perannya sebagai pendamping dengan memenuhi kebutuhan sesuai perkembangan anak dan sebagai guru dengan menciptakan lingkungan yang baik, memberi motivasi, membimbing, memberi kesempatan pada anak dan menjadi model bagi anak. Kata kunci : Peranan, orang tua dan multiple intelligences 1

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya orang tua yang baik beranggapan bahwa tugas mereka hanyalah merawat dan menjaga kesehatan anak, menyediakan makanan yang bergizi, menanamkan sopan santun dan moralitas dengan mendisiplinkannya sedangkan mengenai pendidikan intelektualnya orang tua biasanya menunggu sampai anak masuk sekolah. Semua itu memang baik, lebih-lebih gizi makanan dan kesehatan akan besar pengaruhnya terhadap perkembangan inteligensi anak balita, sebab kesehatan dibutuhkan untuk pertumbuhan otak dan saraf anak. Namun, untuk memiliki hal tersebut harus ditunjang dengan lingkungan yang memberikan stimulasi intelektual, bila tidak inteligensi anak kurang dapat berkembang secara maksimal. Semenjak dini anak harus mendapatkan perhatian yang cukup dari lingkungan, terutama orang tua karena mereka adalah lingkungan yang paling dekat dengan anak. Lingkungan rumah yang kondusif akan membuat anak dapat mengeksplorasi bakat dan kemampuan yang individu miliki. Anak juga akan tumbuh optimis, baik dalam pergaulan maupun hidup pada umumnya misalkan anak memperoleh tanggapan yang penuh simpatik dan perhatian penuh dari orang tua, sering bermain bersama anak, orang tua sangat peka terhadap anaknya. Namun, bila orang tua kurang memberi perhatian kepada anak dan hubungan tidak baik maka anak akan merasa pesimis (Suwariyanto, 2004) Selain itu masih banyak orang tua yang masih berpikir secara tradisional dalam pendidikan anak, misalnya menganggap anak yang pintar matematika, fisika, atau mata pelajaran IPA lainnya sebagai anak yang pandai sedangkan anak yang memiliki bakat luar biasa pada musik atau tari, tetapi nilai matematikanya jelek, dianggap tidak pandai. Di Jakarta 30 persen siswa SMA yang mempunyai potensi kecerdasan dan bakat istimewa hanya mencapai prestasi dibawah potensi yang dimiliki. Anak berbakat kadang suka usil, mengganggu teman-teman karena mereka cepat bosan dengan penjelasan guru sehingga menyebabkan siswa menjadi anak underachiver (Nugroho, 2004). Menurut L. Campbell dan B. Campbell, Dee Dickinson (2002), salah satu penelitian mengenai kecerdasan ganda (multiple intelligences) anak yang dilakukan oleh Howard Gardner, telah menguak tentang kecerdasan manusia yang lebih luas dari pada kepercayaan manusia sebelumnya yang memfokuskan pendidikan hanya pada kecerdasan linguistik dan matematis dalam jumlah yang lebih besar, serta menghasilkan definisi tentang kecerdasan yang pragmatis dan tidak hanya sekedar skor tes standar saja. Seperti Thomas Edison yang dikeluarkan oleh gurunya karena dianggap terlalu bodoh untuk mempelajari apa pun dan Albert Einstein yang baru bisa membaca saat umur tujuh tahun dan dikelompokkan dengan anak berprestasi rendah disekolah. Akan tetapi, kemudian Einstein mampu memberikan konstribusi yang amat penting bagi dunia ilmu pengetahuan, walaupun prestasi mereka buruk di kelas. Dalam Goleman (2000), kecerdasan ganda (multiple intelligences) menurut Gardner ialah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah, menciptakan masalah baru untuk dipecahkan dan yang terpenting kecerdasan juga dapat bermakna sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat sejalan dengan perkembangan manusia. Salah satu penelitian mengenai multiple intelligences dilakukan oleh Campbell sekitar tahun 1984, pada siswa tingkat III V dan kelas berbagai usia selama enam tahun. Hasilnya yaitu para siswa Campbell tidak hanya menghasilkan skor yang tinggi, tetapi juga peningkatan area yang lain di dalam kehidupan anakanak, sedangkan di Indonesia multiple intelligences belum berkembang dibandingkan di Amerika (L. Campbell, & B. Campbell dan Dee Dickinson 2002). 1

3 2 Kecerdasan akan berbentuk sesuai dengan perkembangan yang dialami oleh setiap dimensi dan berkembang hingga ke titik maksimal sesuai dengan pendidikan dan stimulasi lain yang diterima anak selama hidupnya. Oleh karena itu, untuk mempunyai anak yang cerdas, orang tua harus memberikan stimulasi, lingkungan, dan juga nutrisi yang tepat agar dapat menunjang pertumbuhan kecerdasan anak setiap dimensi kecerdasannya. Ada delapan dimensi kecerdasan yaitu Linguistic Intelligence (kecerdasan linguistik), Logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika matematika), Visual spatial intelligence (kecerdasan imajinasi), Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestik-tubuh), Musical intelligence (kecerdasan musik), Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal/sosial), Intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) dan Naturalist intelegence (kecerdasan naturalis) (Rosemini dalam Bintang Indonesia, 2003). Perkembangan multiple intelligences biasanya dikembangkan pada periode awal masa anak-anak, karena pada masa ini dianggap sebagai saat belajar untuk mencapai berbagai keterampilan. Pada masa ini anak senang mengulang hal yang penting untuk belajar keterampilan, anak berani dan senang mencoba hal-hal baru. Kemampuan yang biasanya dikuasai oleh anak-anak pada masa awal seperti kemampuan untuk membaca, menghitung, mengerti sesuatu dan lain-lain. Masa anakanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan sampai anak matang secara seksual dan selama periode ini anak mengalami perubahanperubahan baik secara fisik maupun psikologis (Hurlock, 2004). Keluarga sebagai satuan unit sosial terkecil merupakan lingkungan pendidikan yang paling utama dan pertama, pendidikan yang diberikan orang tua seharusnya memberikan dasar bagi pendidikan, proses sosialisasi dan kehidupan di masyarakat. Dalam hal ini keluarga tetap menjadi kelompok pertama (primary group) tempat meletakkan dasar kepribadian di dalam keluarga (Bakhrul, 2005). Apabila orang tua hanya menyerahkan tugas perkembangan anak mereka pada lingkungan sekolah dan kurang memperhatikan pendidikan di rumah serta memberi latihan-latihan untuk mengembangkan kecerdasan tersebut maka anak terkadang akan menjadi tertutup dan pemalu (Rosemini, 2003). Banyak faktor yang menyebabkan orang tua kurang memperhatikan pendidikan anak, seperti kesibukan orang tua, ketidaktahuan apa yang dapat dilakukan orang tua dalam membantu pendidikan anak, atau ketidaksengajaan bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua justru menjadi penghambat keberhasilan pendidikan anak. Dalam mengembangkan multiple intelligences anak, orang tua harus memberi pemahaman tentang multiple intelligences itu sendiri pada anak, sesuai dengan kemampuan dan bahasa mereka. Misalnya, dengan mengubah istilah akademis dengan bahasa sederhana yang mudah di mengerti oleh anak. Ketika anak pandai berbicara dengan benar, beri pujian dia sebagai anak yang pandai bicara dan sebagainya serta memberi latihan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dalam kesempatan ini, peneliti bermaksud mengemukakan mengenai peranan orang tua dalam mengembangkan multiple intelligences anak dan hal-hal yang tercangkup didalamnya sebagai bahasan dari penulisan ini. Peneliti mengemukakan hal ini karena sebelum memberi pemahaman dan latihan kepada anak, pertama, orang tua harus memahami terlebih dahulu apa itu multiple intelligences dan hal-hal yang dapat dilakukan agar multiple intelligences dapat berkembang dengan baik. Dengan mendorong multiple intelligences pada anak, maka anak akan mulai mengenali dan memahami kecerdasan apa yang anak miliki serta membantu anak mempelajari sesuatu dalam hidupnya.

4 3 B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kondisi-kondisi yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka penelitian ini memfokuskan perhatian pada peranan subjek, sepasang orang tua dalam mengembangkan multiple intelligences seorang anak yang nampak berkembang secara optimal. Pertanyaanpertanyaan penelitian yang diajukan adalah : 1. Bagaimana gambaran multiple intelligences anak subjek? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi multiple intelligences anak subjek? 3. Bagaimana peranan subjek dalam mengembangkan multiple intelligences anak? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang : 1. Multiple intelligences pada anak subjek. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi multiple intelligences anak subjek. 3. Peranan subjek dalam mengembangkan multiple intelligences anak. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat dibagi dua yaitu : 1. Manfaat praktis Manfaat penelitian secara praktis yaitu memberi sumbangan pengetahuan bagi orang tua dalam mengembangkan multiple intelligences pada anak dalam kehidupan sehari-hari dan hal-hal yang tercakup dalam multiple intelligences. 2. Manfaat teoritis Manfaat penelitian secara teorits yaitu memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi anak dan psikologi pendidikan serta diharapkan pula informasi ini dapat membuka jalan bagi penelitianpenelitian lain mengenai perkembangan multiple intelligences pada anak selanjutnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Peranan Orang tua dalam kecerdasan anak Menurut Beck (1994), ada tiga komponen yang menentukan keberhasilan pendidikan anak, yakni orang tua, guru, dan masyarakat. Ketiganya secara simultan memberi pembelajaran atau pendidikan kepada anak, secara langsung maupun tidak langsung. Di antara ketiga komponen tersebut yang dapat berperan langsung adalah orang tua selain guru, tetapi orang tua terkadang kurang menyadari bahwa pola pikir, sikap berkomunikasi, maupun perilakunya berakibat kurang baik terhadap dunia pendidikan anak. Menurut Hadisubrata (1994) kehidupan anak balita sangat tergantung pada orang tuanya, lebihlebih pada masa-masa awal kehidupannya. Demikian pula perkembangan inteligensinya, kemungkinan bisa-tidaknya inteligensi seorang anak ditingkatkan sangat tergantung pada orang tuanya. Maka orang tua harus menyadari tugas-tugas pokok dalam hal sebagai berikut : 1. Orang tua sebagai pendamping Dalam hal ini anak membutuhkan orang tua yang sensitif terhadap kebutuhankebutuhannya, mau mendengarkan secara responsif, memberikan perhatian bila anak mendapatkan kesulitan atau menemukan sesuatu yang mengairahkan, mau diajak berbicara, dan tidak banyak tuntutan atau larangan, sejauh tidak membahayakan keselamatan anak. Sebagai pendamping orang tua juga

5 4 harus bersedia menjadi teman bermainnya serta mau membacakan buku untuknya. Dalam menjalankan peran orang tua sebagai pendamping yang paling penting memberikan kebebasan bagi anak untuk menggunakan inderanya dan kebebasan mencoba sendiri serta jangan sampai orang tua menghalangi dan mematikan rasa ingin tahu anak untuk menggunakan pikirannya dalam menemukan sebab-sebab dari terjadinya sesuatu, sebab hal ini akan menghambat perkembangan inteligensi anak. 2. Orang tua sebagai guru Hubungan antara orang tua dan anak selain didasarkan cinta, juga didasarkan proses dan mengajar. Sebagai guru tugas orang tua adalah menciptakan lingkungan (baik lingkungan fisik maupun bahasa) yang paling merangsang perkembangan maksimal inteligensi anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam memberikan tugas atau aktivitas orang tua jangan terlalu sukar bagi anak, karena secara mental anak belum mampu atau siap melakukannya dan jangan pula terlalu mudah karena selain tidak merangsang perkembangan inteligensi lebih lanjut, juga sangat membosankan bagi anak. Hal-hal lainnya yang perlu diperhatikan sehubungan orang tua sebagai guru selain memberikan kesempatan berlatih (menyediakan tempat bermain yang memadai, main-main, peralatan-peralatan dan lain-lain) juga memberikan motivasi dan bimbingan, serta orang tua juga harus menjadi model yang dapat ditiru dan mau membantu anak untuk menirunya dengan benar. Orang tua sebagai guru yang pertama dan terbaik bagi anak karena orang tua mempunyai kesempatan paling besar untuk mempengaruhi kecerdasan anaknya pada saat-saat anak sangat peka terhadap pengaruh luar, serta mengajarnya selaras dengan temponya sendiri, orang tua pula yang paling mengenal kapan dan dengan cara bagaimana anak bisa belajar sebaik-baiknya. Bila orang tua tidak mampu memberikan dasar-dasar perkembangan, anak akan cenderung terhambat dalam proses belajar dan masa pendidikannya. Lebih mudah bagi orang tua untuk membiarkan anaknya mengenal lingkungan melalui panca inderanya, dengan demikian anak akan menjalani masa kecil yang menyenangkan, dan orang tua sendiri lebih menikmati hubungan tersebut dan tidak perlu menekan atau memaksa anak untuk belajar. 2. Aspek aspek dan karakteristik multiple intelligences Dalam bukunya Frames of Mind, Gardner (Champbell, 2002) mendeskripsikan delapan aspek-aspek dan karakteristik dari masing-masing multiple intelligences (kecerdasan ganda) sebagai berikut: a. Linguistic intelligence (kecerdasan bahasa) Adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan linguistik baik, sebagai berikut : 1) Mendengar dan merespon setiap suara, ritme, warna dan berbagai ungkapan kata. 2) Menirukan suara, bahasa, membaca, dan menulis dari orang lain. 3) Belajar melalui menyimak, membaca, menulis dan berdiskusi.

6 5 4) Sangat hafal nama, tempat dan tanggal 5) Menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca untuk mengingat, berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan, mempengaruhi, menciptakan pengetahuan, menyusun makna, dan menggambarkan bahasa itu sendiri. 6) Mengeja kata-kata dengan mudah dan cepat 7) Menyukai pantun, puisi lucu dan permainan kata 8) Suka mengisi teka-teki silang 9) Menikmati dan mendengar kata-kata lisan, cerita buku dan radio. 10) Menggunakan kosa kata yang lebih luas dari anak seusianya. 11) Unggul dalam pelajaran membaca dan menulis b. Logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika matematika) Adalah kemampuan dalam menghitung, mengukur, dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan logismatematis baik, sebagai berikut: 1) Merasakan berbagai tujuan dan fungsi dari lingkungan. 2) Mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab akibat. 3) Memahami pola-pola dan hubungan-hubungan. 4) Menghitung di luar kepala secara cepat. 5) Menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah matematis. 6) Senatiasa bertanya, mengapa begini, mengapa begitu, dll. 7) Senang permainan strategi seperti catur, monopoli, dan lain-lain. 8) Menjelaskan masalah secara logis. 9) Melakukan uji coba dan bereksperimen. 10) Mengerjakan teka-teki silang yang logis. 11) Suka menyusun kategori dan hierarki. 12) Mudah memahami sebab akibat 13) Menciptakan model-model baru atau memahami wawasan baru dalam ilmu pengetahuan alam atau matematika. c. Visual spatial intelligence (kecerdasan imajinasi) Adalah kemampuan membayangkan suatu hasil akhir, mengimajinasi sesuatu. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan visual/spasial baik, sebagai berikut : 1) Belajar melihat dan mengamati, mengenali wajah, benda, bentuk-bentuk warnawarna, detail-detail, dan pemandangan. 2) Mengarahkan dirinya pada benda-benda, secara efektif dalam ruangan. 3) Mudah memahami gambar dan ilustrasi daripada teks. 4) Mudah membaca melalui media-media visual seperti gambar, lukisan, grafik, bagan, peta. 5) Menikmati bentukan hasil tiga dimensi, seperti objek-objek origami, jembatan tiruan, rumah atau wadah.

7 6 6) Merasakan pola-pola yang lembut dan rumit. 7) Menciptakan gambaran nyata atau visual dari informasi. 8) Dapat mendesain secara abstrak. 9) Mengekspresikan ketertarikan atau keahlian dalam karir yang berorientasi visual. 10) Senang nonton film, slide, atau melihat foto. 11) Senang mencoret-coret di atas kertas atau buku. d. Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestik-tubuh) Adalah kemampuan menggunakan kecekatan tubuh untuk mengatasi masalah, menghasilkan produk, menggerakkan objek dan keterampilan fisik yang halus. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan kinestik-tubuh baik, sebagai berikut : 1) Menjelajahi lingkungan dan sasaran melalui sentuhan dan gerakan. 2) Mengembangkan kerjasama dan rasa terhadap waktu. 3) Belajar lebih baik, dengan langsung terlibat dan berpartisipasi, mengingat apa yang telah dilakukan akan lebih baik daripada hanya berbicara atau memperhatikan. 4) Menikmati secara konkrit dalam mempelajari pengalaman-pengalaman, seperti perjalanan ke alam bebas, dll. 5) Terlibat dalam kegiatan fisik seperti olahraga, permainan, senam dll. 6) Mendemonstrasikan keahlian dalam berakting, atletik, menari, menjahit, mengukir, dll. 7) Pintar menirukan gerakan, kebiasaan, perilaku orang lain. 8) Senang membongkar pasang benda atau hal lainnya. 9) Mengerti dan hidup dalam standar kesehatan fisik. e. Musical intelligence (kecerdasan musik) Adalah kemampuan untuk mengekspresikan diri lewat lagu, mengerti dan memahami musik, menyanyi, dll. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan musik baik, sebagai berikut : 1) Mendengarkan dan merespon dengan ketertarikan terhadap berbagai bunyi, termasuk suara manusia, dll. 2) Senang belajar jika ada iringan musik. 3) Merespon terhadap musik secara kinestik dengan cara memimpin/konduktor, memainkan, menciptakan atau berdansa, secara emosional melalui respon terhadap suasana hati dan tempo musik, secara intelektual melalui diskusi dan analisa musik, dan secara estetik dengan mengevaluasi dan menggali isi dan arti musik. 4) Peka terhadap suara-suara di lingkungan sekitar 5) Mengoleksi musik dan informasi mengenai musik dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk rekaman dan cetakan, memainkan instrumen musik. 6) Mengembangkan kemampuan menyanyi atau memainkan instrumen secara sendiri atau bersama dengan orang lain. 7) Memberikan reaksi yang kuat terhadap berbagai jenis musik

8 7 8) Berprestasi baik dalam seni musik di sekolah f. Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal / sosial) Adalah kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain secara efektif, kemampuan untuk berempati dan memahami orang lain. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal baik, sebagai berikut : 1) Tidak terlalu terikat dengan orang tua dan dapat berinterkasi dengan orang lain. 2) Membentuk dan menjaga hubungan sosial 3) Mengetahui dan menggunakan cara-cara yang beragam dalam berhubungan dengan orang lain. 4) Berpartisipasi dalam kegiatan kolaborasi dan menerima bermacam peran yang perlu dilaksanakan dalam suatu usaha bersama. 5) Mempengaruhi pendapat dan perbuatan orang lain. 6) Memahami dan berkomunikasi secara efektif, baik dengan cara verbal maupun non verbal. 7) Menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan group yang berbeda dan umpan balik (feedback) dari orang lain. 8) Tampak bakat sebagai pemimpin 9) Menikmati mengajar orang lain g. Intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) Adalah kemampuan menganalisa diri sendiri, menggunakan perasaannya untuk membuat perencanaan dan tujuan. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan intrapersonal baik, sebagai berikut : 1) Memperlihatkan sikap bebas dan memiliki kemauan yang kuat 2) Menemukan cara-cara dan jalan keluar untuk mengeksperikan perasaan dan pemikirannya. 3) Bersikap realistis dan terhadap kekuatan dan kelemahan diri sendiri. 4) Termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperjuangkan tujuannya. 5) Bekerja mandiri. 6) Berusaha mencari dan memahami pengalaman sendiri. 7) Dapat mengekspresikan perasaannya. 8) Memiliki pandangan sendiri lain dari yang umum 9) Mendapatkan wawasan dalam kompleksitas diri dan eksistensi manusia. h. Naturalist intelligence (kecerdasan naturalis) Merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan kepekaan dalam mengapresiasi alam dan lingkungan sekitar. Di dalamnya mencakup pula keterampilan mengenali berbagai kategori dan kemampuan menanam sesuatu, memelihara, dan melatih binatang, mencintai bumi, serrta memeliharanya dan menlindungi sumber-sumber alam. Karakteristik yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan intrapersonal baik, sebagai berikut : 1) Akrab dengan binatang peliharaan 2) Menikmati berjalan-jalan di alam terbuka

9 8 3) Peka terhadap bentuk-bentuk alam 4) Suka berkebun atau berada dekat kebun 5) Menikmati akuarium atau sistem kehidupan lainnya 6) Menunjukan kesadaran ekologi yang tinggi 7) Yakin bahwa binatang memiliki haknya sendiri 8) Mencatat fenomena alam, hewan, tumbuhan dan hal-hal sejenis 9) Menangkap serangga, daundaunan dan benda alam lainnya 10) Memahami topik tentang sistem kehidupan 11) Terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri 3. Faktor faktor yang mempengaruhi multiple intelligences anak. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi multiple intelligences anak yaitu intervensi keluarga, intervensi lingkungan (sekolah), gizi baik gizi fisik maupun gizi mental dalam Nurlaila, Tientje, & Yul Iskandar (2004). a. Lingkungan keluarga Menurut Tientje (2002) menyatakan bahwa perhatian orang tua terhadap kemampuan anak sangat berpengaruh positif pada multiple intelligences anak sedangkan ketidakpercayaan orang tua terhadap kemampuan anak akan berpengaruh negatif multiple intelligences anak. b. Lingkungan sekolah Program yang dibuat oleh sekolah yaitu program yang mendorong anak untuk menyukai belajar dan melaksanakan tugas-tugas sekolah bukan sekedar suka pergi ke sekolah sehingga anak dapat mengembangkan multiple intelligencesnya dengan baik c. Kesehatan Kesehatan adalah suatu bahan yang perlu didapat supaya pertumbuhan baik dan sempurna. Pemenuhan kesehatan yang cukup baik untuk fisik maupun mental berpengaruh terhadap multiple intelligences anak. 1) Kesehatan fisik Kesehatan fisik sangat berguna bagi pertumbuhan anak, seperti zat makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dll untuk mengatur metabolisme tubuh. 2) Kesehatan mental Menurut Yul Iskandar (1999), sebagaimana kesehatan fisik harus diberikan sesuai dengan usia dan kondisi anak, maka demikian pula pemberian kesehatan mental harus disesuaikan dengan usia dan kondisi anak. Pada saat usia dini anak sangat membutuhkan bantuan orang lain, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan mental. Setelah remaja anak akan merasa independen, walaupun tidak secara mutlak, akan tetapi sifatnya ingin tidak terikat kebutuhan fisik dan mental pada orang lain. Setelah dewasa sadar bahwa tidak dapat hidup sendiri dan orang membutuhkan orang lain (interdependen) dan memasuki masa tua kembali tergantung pada orang lain (dependen). Dalam perkembangan anak yang cerdas, ceria dan bertaqwa maka diperlukan berbagai kesehatan mental seperti anti kecewa, tujuan yang rasional, percaya diri, mengenal peran, mengenal hati nurani, religious. Nilai perkembangan mental dan emosional baik, maka

10 9 perkembangan multiple intelligences anak pula akan baik. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Pendekatan kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menjadikan peneliti sebagai alat dan akan menghasilkan data deskriptif, yaitu data yang menggambarkan secara jelas mengenai situasi dan kejadian secara jelas (Moleong, 2004). Dalam penelitian ini subjek ditentukan dari beberapa karakteristik bagi subjek penelitian antara lain subjek dalam penelitian adalah orang tua yang memiliki anak berusia 3 sampai 6 tahun dan mengembangkan multiple intelligences. Pemilihan usia anak ini disebabkan usia tersebut merupakan waktu yang paling mudah dan paling gembira dalam menyerap apa yang ingin dipelajarinya. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subjek sepasang orang tua khususnya untuk mendapatkan data yang valid dan seakurat mungkin mengenai gambaran multiple intelligences pada anak maka dalam penelitian ini guru bertindak sebagai significant others. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data menggunakan teknik observasi non partisipan dimana peneliti berada di luar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang subjek lakukan dan teknik wawancara berstruktur dengan pedoman umum, yaitu proses wawancara yang dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan. Wawancara dalam bentuk ini dapat berbentuk wawancara terfokus, yakni wawancara yang mengarahkan pembicaraan pada hal-hal atau aspek tertentu dari kehidupan atau pengalaman subjek. Selain itu peneliti juga menggunakan alat bantu seperti lembar observasi dan pedoman wawancara, alat tulis serta tape recorder. Menurut Marsall dan Rossman (1995) mengajukan tahapan-tahapan teknik analisis data yang perlu dilakukan untuk proses analisis data dalam penelitian ini, yaitu mengorganisasikan data, pengelompokkan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban, menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data, menulis hasil penelitian. BAB IV HASIL DAN ANALISIS A. Hasil 1. Gambaran multiple intelligences anak Berdasarkan hasil observasi dan wawancara subjek menggambarkan bahwa gambaran multiple intelligences anak subjek cukup berkembang secara optimal dalam aspek bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestiktubuh) dan musical intelligence (kecerdasan musik) sedangkan pada aspek yang lain anak kurang berkembang secara optimal. Menurut Mikarsa, Taufik, & Prianto (2002) terdapat hal yang penting dalam teori multiple intelligences bahwa setiap individu memiliki ke delapan inteligensi yang bersifat unit, setiap individu mengembangkan inteligensinya sesuai dengan tingkat perkembangannya, masing-masing inteligensi saling memiliki keterkaitan menjadi sistem yang kompleks dan terdapat beragam cara untuk menjadi intelegen dalam setiap kategori inteligensi. Selain itu usia anak subjek yang masih kecil memungkinkan kecerdasan-kecerdasan lain yang belum berkembang dapat berkembang secara optimal nantinya dengan semakin meningkat usia dan pendidikan serta pergaulan anak subjek dalam masyarakat.

11 10 2. Faktor faktor yang mempengaruhi multiple intelligences anak Berdasarkan hasil observasi dan wawancara maka dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa lingkungan keluarga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi multiple intelligences anak. Dalam lingkungan keluarga subjek mampu memposisikan diri sebagai orang tua bagi anak dengan memberikan perhatian dan percaya pada kemampuan anak dalam melakukan tugas atau latihan, hal ini sesuai dengan Tientje (2002) yang menyatakan bahwa perhatian orang tua terhadap kemampuan anak sangat berpengaruh positif pada multiple intelligences anak sedangkan ketidakpercayaan orang tua terhadap kemampuan anak akan berpengaruh negatif multiple intelligences anak. Selain itu menurut Montessori (Beck, 1994), bila anak diberi kesempatan untuk belajar pada saat sudah siap untuk belajar, anak tidak saja akan meningkatkan kecerdasannya, tetapi juga akan merasakan kepuasan, menambah kepercayaan diri, dan keinginan untuk belajar lebih banyak. Dalam meningkatkan kemampuan multiple intelligences anak subjek memberikan dorongan semangat, menyediakan kebutuhan dan fasilitas yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan anak karena menurut Montessori (Beck, 1994), pada usia ini anak senang sekali belajar dan tugas orang tua adalah mendorong, memberi kesempatan untuk belajar dan membiarkan anak belajar sendiri. Pada faktor lingkungan sekolah, subjek mengetahui kurikulum yang diterapkan sekolah dan cara guru mengajar sudah sesuai dengan perkembangan anak dan menurut subjek sekolah cukup berperan mengembangkan multiple intelligences anak selain orang tua karena dalam Nurlaila, Tientje, & Yul Iskandar (2004), program yang dibuat oleh sekolah yaitu program yang mendorong anak untuk menyukai belajar dan melaksanakan tugastugas sekolah bukan sekedar suka pergi ke sekolah sehingga anak dapat mengembangkan multiple intelligencesnya dengan baik dan anak harus belajar mengikuti temponya sendiri, sesuai dengan taraf kematangannya dan tanpa paksaan untuk menyesuaikan dengan anak lain. Faktor yang ketiga yang mempengaruhi multiple intelligences anak adalah kesehatan, subjek memberikan makanan yang sehat dan bergizi sesuai dengan perkembangan anak selain kesehatan fisik, subjek juga memperhatikan kesehatan mental anak dengan mengajarkan untuk tidak cepat kecewa dengan memberi semangat dan mengalihkan perhatiannya jika sedang kecewa, menumbuhkan rasa percaya diri dengan memberi pujian dan percaya bahwa anak bisa melakukan tugas sendiri. Dalam kesehatan mental, subjek juga mengajarkan menentukan tujuan dalam mengerjakan tugas dengan menjelaskan pada anak fungsi dan tujuan dari benda atau tugas yang sedang dikerjakan, serta memperkenalkan pada anak perannya dalam keluarga dan mengajarkan agama kepada anak dengan mengenalkan Allah SWT dan mengajarkan doa-doa pendek pada anak. Dalam perkembangan anak yang cerdas, ceria dan bertaqwa maka diperlukan berbagai kesehatan mental seperti anti kecewa, tujuan yang rasional, percaya diri, mengenal peran, mengenal hati nurani, religious. Nilai perkembangan mental dan emosional baik, maka perkembangan multiple intelligences anak pula akan baik. 3. Peranan orang tua dalam kecerdasan anak Berdasarkan hasil observasi dan wawancara maka dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa subjek dapat melakukan perannya sebagai orang tua baik

12 11 perannya sebagai pendamping bagi anak dengan mengetahui kebutuhan anak dan selalu mencoba memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Dalam memenuhi kebutuhan anak subjek sering mengajak bicara dan menanyakan pendapat anak serta merespon pendapat anak dengan menjawab dan menjelaskan pada anak tentang berbagai hal yang ditanyakan atau yang tidak dimengerti oleh anak namun yang lebih sering berbicara dengan anak dan membacakan buku cerita untuk anak yaitu subjek 1 hal ini dikarenakan kesibukan yang menyebabkan subjek 2 jarang membacakan buku untuk anak bahkan subjek 2 jarang bertemu dengan anak kecuali saat pulang kantor anak belum tidur atau pada hari libur. Dalam mengembangkan multiple intelligences subjek memberikan perhatian dengan membantu anak jika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas atau latihan dan memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan sesuatu kegiatan dan untuk mengekspresikan keahliannya seperti ikut dalam kegiatan sekolah namun dalam setiap kegiatan subjek juga menerapkan batasan waktu untuk mengajarkan waktu pada anak selain itu subjek dapat menjadi teman bermain bagi anak hanya permainan yang dimainkan saja berbeda jika subjek 2 bermain dengan mainan yang biasa dimainkan anak lain halnya dengan subjek 1 yang cenderung bermain sambil belajar. Subjek juga dapat berperan sebagai guru di rumah bagi anak dengan mengetahui kemampuan dan melihat perkembangan anak untuk menunjang perkembangan multiple intelligences anak subjek menciptakan lingkungan baik lingkungan fisik maupun bahasa dan memberikan fasilitas sesuai dengan perkembangan anak serta memberikan motivasi dan membimbing anak dengan memberi kesempatan berlatih dalam mengerjakan tugas juga memberi contoh atau cara pengerjaannya kepada anak serta subjek dapat menjadi model untuk anak. Menurut Laurel Schmindt (2003) dalam mengembangkan multiple intelligences anak orang tua dapat melakukan langkah-langkah seperti menjadi pendengar yang baik, mengajukan pertanyaan yang bermutu, menghindari kritikan, bersabar, menjadi pengamat yang baik, menjadi pemandu sorak yang baik bagi anak. Para peneliti juga menemukan bahwa dalam berinteraksi dengan anak orang tua dapat memilih merangsang anak untuk belajar dengan cara terlalu memberi rangsangan atau membiarkan anak untuk belajar sesuai dengan temponya masing-masing dan menuntut terlalu banyak atau memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan sesuatu. Dalam menjalankan perannya sebagai orang tua dalam mengembangkan kecerdasan dan multiple intelligences anak subjek membiarkan anak untuk belajar sesuai dengan temponya sendiri dan memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan sesuatu serta memberi motivasi dan membimbing anak. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal, sebagai berikut: a. Gambaran multiple intelligences anak subjek cukup berkembang secara optimal dalam aspek bodilykinesthetic intelligence (kecerdasan kinestik-tubuh) dan musical intelligence (kecerdasan musik) sedangkan dalam aspek yang lain anak subjek kurang berkembang

13 12 secara optimal. Hal ini dapat disimpulkan berdasarkan aspek dan karakteristik bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestiktubuh) yaitu anak subjek sudah dapat menjelajahi lingkungan melalui sentuhan, gerakan, senang menikmati secara konkrit, lebih senang belajar dengan terlibat langsung dan ikut berpartisipasi dalam segala kegiatan baik di rumah atau di sekolah, suka menirukan gerakan dan kebiasaan subjek, sudah mampu mengembangkan kerjasama dan menunjukkan keahliannya di depan orang lain. Pada aspek dan karakteristik musical intelligence (kecerdasan musik) yaitu anak subjek dapat mendengar dan merespon bunyi, suara dan musik baik secara kinestik, emosional, estetik serta memberikan reaksi terhadap musik yang disuka, menyukai berbagai jenis musik terutama musik yang sedang terkenal serta dengan dukungan subjek yang memenuhi kebutuhan dan memberi fasilitas kepada anak sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan menyanyi dan menari karena sering mengikuti kegiatan di sekolah dan cukup berprestasi dalm seni musik. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi multiple intelligences anak, pertama adalah faktor lingkungan keluarga dimana kedua subjek dapat memposisikan diri sebagai orang tua dengan memberikan perhatian dan percaya pada kemampuan anak, memenuhi kebutuhan serta memberikan dorongan semangat anak. Kedua yaitu faktor lingkungan sekolah, dengan mengetahui kurikulum dan cara guru mengajar yang sesuai dengan perkembangan anak. Ketiga, faktor kesehatan baik kesehatan fisik dengan memberikan makanan yang sehat dan sesuai dengan perkembangan anak maupun kesehatan mental dengan mengenalkan peran anak dalam keluarga, mengajarkan agama, menjelaskan dan menentukan fungsi serta tujuan dari tugas atau latihan yang sedang dikerjakan anak. c. Peranan orang tua dalam kecerdasan anak meliputi peran orang tua sebagai pendamping yaitu subjek memberikan perhatian dengan membantu anak jika mengalami kesulitan, memberikan kebebasan meski tetap dibatasi waktu, menjadi teman bermain dan membacakan buku cerita untuk anak serta peran orang tua sebagai guru dengan mengetahui kemampuan anak, menciptakan lingkungan fisik dan bahasa, memberi motivasi dan membimbing anak serta memberi contoh atau cara pengerjaannya kepada anak serta subjek dapat menjadi model untuk anak. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian peneliti memberikan saran sebagai berikut: a. Kepada subjek disarankan untuk meningkatkan dan mengembangkan multiple intelligences (kecerdasan ganda) seperti dalam aspek dan karakteristik linguistik dan kecerdasan interpersonal anak yang cukup berkembang dengan baik agar menjadi optimal. b. Untuk subjek disarankan pula menambah pengetahuan atau informasi tentang multiple intelligences baik dari buku dan sumber lain serta lebih banyak berdiskusi dengan guru untuk mengetahui sejauh mana perkembangan multiple intelligences anak. c. Untuk lebih mendukung perkembangan multiple intelligences (kecerdasan ganda) sekolah disarankan untuk lebih menjalin komunikasi antara guru dengan orang tua dan mengadakan kegiatan atau lomba yang lebih bervariasi sehingga memungkinkan anak untuk mengembangkan kecerdasan lain yang belum optimal.

14 13 d. Lingkungan masyarakat disarankan untuk memperbanyak mengadakan kegiatan yang diperuntukkan bagi anak-anak sehingga anak dapat meningkatkan kemampuan anak. e. Bagi penelitian selanjutnya, terutama yang berminat meneliti lebih lanjut mengenai peranan orang tua dalam mengembangkan multiple intelligences anak untuk memperhatikan aspek dan karakteristik tingkat pendidikan orang tua yang mempengaruhi orang tua dalam mengembangkan multiple intelligences. Peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk mempertimbangkan variabel lainnya seperti kriteria kecerdasan anak dalam mengembangkan multiple intelligences.

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat 2. Bidang : Karir 3. Tujuan a. Tujuan Umum : Memberikan pemahaman kepada siswa mengenai bakat dan macam-macam kecerdasan b. Tujuan

Lebih terperinci

Beri tanda [v] pada statement di bawah ini yang sesuai dengan diri Anda saat ini. Jumlahkan tanda [v] pada masing-masing kolom.

Beri tanda [v] pada statement di bawah ini yang sesuai dengan diri Anda saat ini. Jumlahkan tanda [v] pada masing-masing kolom. Beri tanda [v] pada statement di bawah ini yang sesuai dengan diri Anda saat ini. Jumlahkan tanda [v] pada masing-masing kolom. Suka menulis kreatif Menonjol dalam kelas seni di sekolah Mengarang kisah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,

Lebih terperinci

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik

Lebih terperinci

Mengembangkan Bakat Anak

Mengembangkan Bakat Anak A. Artikel Mengembangkan Bakat Anak Oleh: Andi Sri Suriati Amal Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lembang. Lembaga formal dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK. Mei Vita Cahya Ningsih. Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh

TUMBUH KEMBANG ANAK. Mei Vita Cahya Ningsih. Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh TUMBUH KEMBANG ANAK Mei Vita Cahya Ningsih TUMBUH KEMBANG ANAK Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh Kembang (perkembangan) berkenaan dengan perubahan fungsi organ tubuh

Lebih terperinci

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi ETIK UMB Modul ke: MENGENAL POTENSI DIRI FEB Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM Program Studi Manajemen Passion adalah : Bisa disebut juga panggilan jiwa, atau bisa diartikan hasrat diri dan gairah, orientasi

Lebih terperinci

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI Tuti Utami Prodi Pendidikan Guru Anak Usia Dini, FKIP, Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR

PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR 113 PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR Nur Samsiyah Abstrak Multiple intelegensi ialah kecerdasan ganda yang dimiliki oleh seseorang. Intelegensi adalah sehimpunan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang 9 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Kecerdasan Naturalis A. Hakekat Kecerdasan Naturalis Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk memahami

Lebih terperinci

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Linda Kholidatunnur 82321112083 Abstrak Beragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu merupakan anugerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam hal hasil belajar terutama di bidang matematika dan sains. Menurut Eriba dkk (Lisma, 2009)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (2003) tidak memandang kecerdasan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari di sekolah, antara lain disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) cara belajar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan anak usia dini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Hal ini berdampak pada keinginan orang tua untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Hurlock (1980 : 208) mengatakan bahwa masa Sekolah Menengah Atas/SMK adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Pada masa inilah pembendaharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan seseorang masih diartikan secara sempit oleh banyak kalangan. Kecerdasan masih dianggap sebagai tingkat intelektualitas seseorang dalam hal akademis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan perasaan serta sekaligus sebagai alat komunikasi antar manusia. Pengembangan bahasa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan bagian dari rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dianggap sulit oleh siswa (Angel et all, 2004:2). Penyebabnya adalah dikarenakan siswa

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak -anak usia dini, yaitu anak -anak yang berusia 0-6 tahun sering disebut sedang berada pada masa usia emas atau golden age. Masa usia emas atau golden age

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI i PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Lebih terperinci

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda) MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda) Anak bahagia disekolah sudah disosialisasikan lewat Quantum Learning, Joy in School dan Super Learning. Alasan lewat penelitian menunjukkan bahwa apabila anak

Lebih terperinci

ANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN

ANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN ANAK BERBAKAT TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik dan jenis-jenis keberbakatan guna melakukan deteksi dini TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan

Lebih terperinci

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK Emiliya Damayanti 1, Sunardi 2, Ervin Oktavianingtyas 3 Email: rvien@ymail.com Abstract. This study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yaitu suatu upaya

Lebih terperinci

Penerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini

Penerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini Penerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini dapat dimaknai sebagai untuk menyelesaikan masalah. berkaitan dengan daya pikir dan perkembangan kognitif. Pencetus teori perkembangan kognitif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih kepekaan dan keterampilan melalui media suara. Unsur-unsur musik menurut Jamalus (1998 :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

Desain dan Pengembangan Pelatihan

Desain dan Pengembangan Pelatihan Modul ke: Desain dan Pengembangan Pelatihan Teori Pembelajaran Efektif Fakultas PSIKOLOGI EY Eka Kurniawan, M. Psi eyeka13@gmail.com Program Studi Psikologi Renungan Tell me and I forget. Teach me and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 14 merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki kecerdasan

Lebih terperinci

MULTIPLE INTELEGENCY TERHADAP PERKEMBANGAN BELAJAR SISWA

MULTIPLE INTELEGENCY TERHADAP PERKEMBANGAN BELAJAR SISWA Vol,1, Vol. 1, Desember 2015 Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu http:/jurnal.faiunwir.ac.id MULTIPLE INTELEGENCY TERHADAP PERKEMBANGAN BELAJAR SISWA Oleh : Nurlaeliyah, M.Pd.I Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menjadi sukses seseorang harus memiliki kecerdasan lainnya seperti kecerdasan sosial, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual dll. Salah satu kecerdasan yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*) PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Isniatun Munawaroh,M.Pd*) Salah satu implikasi yang paling provokatif dalam teori Multiple Intelligence adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun manusia yang memiliki kepribadian. Hal ini juga diwujudkan oleh pemerintah, dengan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra dan meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan awal yang akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, tujuan dari pendidikan anak usia dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Setiap anak selalu memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dilaksanakan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diharapkan dapat mengembangkan berbagi macam kecerdasan anak. Pendidikan pada anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Alur dari penelitian thesis ini adalah sebagai berikut : Pada tahap ini dilakukan study literatur dari jurnal-jurnal yang ada untuk

BAB 3 METODOLOGI. Alur dari penelitian thesis ini adalah sebagai berikut : Pada tahap ini dilakukan study literatur dari jurnal-jurnal yang ada untuk 15 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Alur dari penelitian thesis ini adalah sebagai berikut : 1. Study Literatur Pada tahap ini dilakukan study literatur dari jurnal-jurnal yang ada untuk mendapatkan

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Rita Eka Izzaty, M.Si, Psi (Psikolog Psikologi Perkembangan Anak) Dosen Jur. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP, UNY Anggota

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN A. Analisis Pemanfaatan Teknik Menyanyi Dalam Pembelajaran Hafalan Kosakata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang dialami setiap manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam hal mendewasakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

BAB. II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB. II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Pengertian aktivitas adalah semua kegiatan seseorang dalam mengikuti suatu kegiatan baik secara kelompok maupun perorangan atau individu. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia TK adalah anak yang berusia 4-6 tahun dan musik memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan pribadi anak yang harmonis dalam logika, rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif. Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Masih banyak sekolah yang menerapkan betapa pentingnya kecerdasan IQ (Intelligence Question) sebagai standar dalam kegiatan belajar mengajar. Biasanya, kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan bagi anak usia dini memiliki manfaat yang besar bagi dirinya sendiri dan bagi perkembangan sosialnya karena tingkat kecerdasan anak yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Seperti yang diungkapkan Dr.Gutama (2004) dalam modul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan pendidikan global, pendidikan di Indonesia mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik strategi,

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

PENERAPAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PENERAPAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK Dewi Sartika Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Sulawesi Barat; e-mail: dewisartika.asrulbatiran@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia yaitu berbahasa. Berbahasa merupakan kemampuan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Seperti yang disebutkan dalam firman-nya: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya

Lebih terperinci

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika Modul ke: 02 Inggar Fakultas Fakultas Ilmu Komputer ETIK UMB Memahami Potensi Diri Saputra, S.Pd, M.Si Program Studi Informatika Latar Belakang Setiap individu memiliki permasalahan dalam hidupnya. Permasalahan

Lebih terperinci

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE APE SESUAI DENGAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN OLEH : Ana, M.Pd. PELATIHAN PEMBUATAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF SKM (SEDERHANA, KREATIF DAN MANDIRI) BAGI TUTOR PAUD DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Suatu Upaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memaparkan mengenai teori yang sesuai dengan permasalahan yang di teliti. Berbagai aspek yang terkait dengan salah satu unsur manajemen pendidikan yaitu kegiatan ekstrakurikuler

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Kecerdasan Logis Matematis Anak anak yang cerdas secara matematis sering tertarik dengan bilangan dan pola dari usia yang sangat muda. Mereka menikmati berhitung dan dengan cepat belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran dan pembelajaran erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku dan pola pikir seseorang. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampil berkarya serta mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. tampil berkarya serta mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia TK adalah anak yang berusia 4-6 tahun yang memiliki kesenangan untuk senantiasa bermain, dengan bebagai macam alat permainan. Musik salah sarana bermain

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS JURNAL BUANA MATEMATIKA. Vol. 5, No. 1, Tahun 2015 PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS Ika Sulistyowati 1, Sri Rahayu 2, Nur Fathonah 3 (SMP Negeri 1 Driyorejo)

Lebih terperinci

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) MENGAPA PERLU IDENTIFIKASI BELAJAR ANAK??? Dengan mengenali gaya belajar anak maka : 1. Menciptakan cara belajar yang menyenangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan perhatian utama dan pertama dalam rangka memajukan kehidupan dari generasi ke generasi sejalan dengan kemajuan masyarakat. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci kesuksesan pembangunan suatu bangsa, karena itu berbagai upaya pengembangan sumber daya manusia haruslah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan tolak ukur yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi pelajaran dari proses belajarnya yang diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) pertama kali dikembangkan oleh Pizzini tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut: Nama : Hana Meidawati NIM : 702011109 1. Metode Ceramah Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari, oleh sebab itu matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Pada jenjang sekolah menengah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam proses pendidikan. Ini berarti bahwa tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bergantung

Lebih terperinci

URGENSI PENGEMBANGAN KECERDASAN LINGUISTIK PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE ROLE PLAYING GUNA MEWUJUDKAN GENERASI INDONESIA MENDUNIA

URGENSI PENGEMBANGAN KECERDASAN LINGUISTIK PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE ROLE PLAYING GUNA MEWUJUDKAN GENERASI INDONESIA MENDUNIA URGENSI PENGEMBANGAN KECERDASAN LINGUISTIK PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE ROLE PLAYING GUNA MEWUJUDKAN GENERASI INDONESIA MENDUNIA Anwardiani Iftaqul Janah Mahasiswa PGPAUD UAD Yogyakarta email: iftaquljanah@yahoo.com

Lebih terperinci

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.2 Pengertian Pembelajaran IPA Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian secara implisit dalam pengajaran terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan

Lebih terperinci