V. RISET-RISET HIU PAUS DI BOTUBARANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. RISET-RISET HIU PAUS DI BOTUBARANI"

Transkripsi

1 V. RISET-RISET HIU PAUS DI BOTUBARANI Keberadaan Hiu Paus di perairan Pantai Botubarani, Gorontalo membuat beberapa peneliti dan institusi tertarik untuk melakukan penelitian secara terstruktur dan berkala. Bagaimana tidak, kemunculan Hiu Paus ke permukaan pada kawasan Perairan Teluk Tomini tergolong sangat jarang dan sulit diprediksi. MULAINYA HIU PAUS DI BOTUBARANI DITELITI Hiu Paus yang muncul di perairan Pantai Botubarani sempat mengejutkan masyarakat luas, terutama pada selang bulan antara Maret-Agustus Tidak diketahui secara pasti awal mula keberadaan Hiu Paus di pantai tersebut diketahui oleh publik. Yang pasti, berita mengenai mudahnya bertemu dengan Hiu Paus di Gorontalo sempat viral dan menjadi perbincangan utama di sosial media. Bahkan media online, cetak maupun televisi tidak mau kehilangan momentum untuk turut memberitakan. Akibatnya, wisatawan dari penjuru wilayah beramai-ramai berdatangan untuk dapat merasakan sensasi berinteraksi dengan Hiu Paus. Keberadaan Hiu Paus di perairan Pantai Botubarani membuat beberapa peneliti dan insitusi tertarik untuk melakukan penelitian secara terstruktur. Bagaimana tidak, kemunculan Hiu Paus ke permukaan pada kawasan Perairan Teluk Tomini tergolong sangat jarang dan sulit diprediksi. Salah satu daerah selain Botubarani, Gorontalo dimana memiliki informasi kemunculan Hiu Paus adalah di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Parigi Moutong Equator Dive Resort, dive center yang berdiri disana beberapa kali menginformasikan pertemuan dengan Hiu Paus ketika melakukan aktivitas penyelaman. Daerah lain, Bolsel diving club menginformasikan kemunculan Hiu Paus dekat aktivitas perikanan nelayan di Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara. Kemunculan Hiu Paus di kedua wilayah perairan tersebut masih belum bia diprediksi. Kemunculan Hiu Paus yang teratur bahkan setiap hari di Botubarani Gorontalo tentu sangat membantu peneliti dalam mengungkap kehidupan Hiu Paus di Teluk Tomini. Sebagai ikan yang sering menghabiskan waktu di kedalaman, kemunculan Hiu Paus dipermukaan dapat menjawab struktur populasinya dalam suatu kawasan perairan. Selain itu, nilai penting dari suatu perairan sebagai habitat dari Hiu Paus juga dapat diketahui. Sehingga, upaya pengelolaan berkelanjutan dapat direncanakan secara tepat baik pada untuk Hiu Paus maupun lingkungan perairan sebagai habitat. 21 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo

2 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 22 Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar

3 SEKILAS RISET DARI Hubbs-SeaWorld Research Institute Jauh sebelum kemunculan Hiu Paus di Pantai Botubarani diketahui publik, Dr. Eckert dari Hubbs-SeaWorld Research Institute bersama koleganya di Filipina telah memasang penanda satelit pada beberapa Hiu Paus yang muncul di Filipina. Pemasangan alat tersebut dimaksudkan untuk mengetahui pergerakan Hiu Paus di perairan bebas. Fitur pada penanda yang memberikan informasi koordinat posisi sangat membantu peneliti dalam melacak keberadaan Hiu Paus. Hubbs-SeaWorld Research Institute Gambar 15. Hasil yang didapatkan dari pemasangan penanda satelit pada Hiu Paus di Filipina Peta diatas (Gambar 15) adalah hasil yang didapatkan dari pemasangan penanda satelit pada Hiu Paus di Filipina dimana merepresentasikan pergerakannya di perairan. Garis berwana merah adalah hasil yang telah dipublikasikan, sedangkan garis putus-putus berwarna kuning adalah yang belum dipublikasikan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa terdapat individu Hiu Paus yang bergerak dari Filipina ke arah Perairan Indonesia, tepatnya di teluk-teluk Pulau Sulawesi. Belum banyak yang bisa dibahas dari hasil penelitian tersebut mengingat belum adanya publikasi secara sain oleh peneliti yang bersangkutan. Keberadaan Hiu Paus di Perairan Gorontalo tidak lepas dari wilayah perairan lainnya sebagai habitat dan ruang gerak dalam siklus kehidupannya. Penelitian Hiu Paus di Pantai Botubarani menjadi sangat penting karena menjadi salah satu daerah aggregasi Hiu Paus disepanjang wilayah pergerakannya. Ancaman kehidupan Hiu Paus yang muncul di wilayah pantai 23 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo

4 Botubarani dapat memberikan dampak bagi wilayah lain sekitar Perairan antara Filipna dan Sulawesi. Sehingga, perlindungan spesies ini menjadi vital dan harus diperhatikan secara serius. BEBERAPA RISET HIU PAUS DI BOTUBARANI Penelitian secara berkelanjutan terhadap Hiu Paus di Perairan Botubarani penting untuk dilakukan untuk mengetahui karakteristik kehidupan Hiu Paus dengan segala ancaman yang ada. Hasil-hasil penelitian sangat bermanfaat sebagai landasan dalam penyusunan regulasi dan konservasi Hiu Paus di Perairan Teluk Tomini umumnya dan Botubarani Gorontalo khususnya. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan Perikanan (Balitbang KP-KKP), Whale Shark Indonesia (WSID), WWF-Indonesia dan Insitut Pertanian Bogor berkolaborasi aktif dalam melakukan penelitian Hiu Paus di Pantai Botubarani (Gambar 16). Beberapa penelitian telah menunjukkan hasil yang dapat memberikan kesimpulan umum terhadap keberadaan Hiu Paus tersebut. Hingga saat ini penelitian masih dilakukan dengan rencanarencana pengembangan yang dicanangkan kedepannya. Photo by : Kris HANDOKO BPSPL Makassar Gambar 16. Kolaborasi aktif dalam melakukan penelitian Hiu Paus di Pantai Botubarani Hasil-hasil penelitian secara umum telah menggambarkan komposisi Hiu Paus berdasarkan jenis kelamin dan ukuran serta hubungan kemunculannya terhadap aktivitas wisata di Perairan Botubarani. Selain itu pemasangan alat penanda akustik pada Hiu Paus yang telah dilakukan telah menggambarkan pola tinggal Hiu Paus setiap harinya yang dijelaskan pada subbab berikut; Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 24

5 25 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar

6 KOMPOSISI HIU PAUS BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN UKURAN SERTA HUBUNGAN KEMUNCULANNYA TERHADAP AKTIVITAS WISATA Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa kemunculan Hiu Paus di Perairan Pantai Botubarani dipengaruhi oleh keberadaan pabrik pengepakan udang dengan segala limbah yang dihasilkan, dimana terbuang menuju laut. Memanfaatkan momen tersebut, aktivitas pemberian makan melalui kegiatan wisata berkembang dengan maksud agar dapat berinteraksi secara dekat dengan Hiu Paus. Hal ini turut mempengaruhi jumlah Hiu Paus yang muncul ke permukaan. WSID sebagai inisiator dalam riset ini bersama BPSPL Makassar, WWF-Indonesia dan IPB telah mendapatkan hasil yang menggambarkan secara umum karakteristik populasi Hiu Paus di Botubarani. WAKTU RISET Riset ini dilakukan pada tanggal April 2016 dengan melakukan pengamatan secara langsung pada Hiu Paus yang muncul di pagi dan sore hari. Pada pagi hari, pengamatan dilakukan pada pukul WITA dan sedangkan pada sore hari dilakukan pukul WITA. Pemilihan waktu pengamatan dimaksudkan untuk mengetahui seberapa lama suatu individu Hiu Paus berada di perairan Pantai Botubarani. METODE Setiap Individu Hiu Paus yang muncul di Perairan Botubarani diambil fotonya setiap hari mulai dari insang ke-5 hingga ujung sirip dada bagian kanan dan kiri. Pola totol-totol putih yang terdapat pada bagian tersebut berbeda untuk setiap individunya (Gambar 19) (Speed et al., 2007). Selanjutnya, hasil pengumpulan foto pola totol-totol tersebut digunakan sebagai dasar penamaan dan perhitungan jumlah individu Hiu Paus yang mendatangi perairan Pantai Botubarani. Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar Gambar 17. Pola totol-totol pada tubuh Hiu Paus yang berbeda setiap individunya Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 26

7 Selain melakukan pengambilan gambar pola totol-totol putih, jenis kelamin Hiu Paus juga diidentifikasi untuk mengetahui rasio antara jantan dan betina dalam suatu populasi. Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan memeriksa keberadaan klasper ada di daerah sirip perut dari Hiu Paus. Klasper adalah alat kelamin pejantan, sedangkan betina tidak memilikinya (Gambar 18) (Compagno, 2000; Himawan et al., 2015). Gambar 18. Hiu Paus jantan memiliki klasper pada sirip perut sedangkan betina tidak memilikinya (Himawan et al., 2015) Panjang total Hiu Paus juga dilakukan estimasi untuk mengetahui tingkat kedewasaan yang berkaitan dengan reproduksi. Telah disinggung dalam bab fakta umum Hiu Paus, bahwa Hiu Paus jantan dengan ukuran >8-9 m dan betina dengan ukuran >10 m dapat diduga sebagai individu dewasa (Joung et al., 1996; Norman, 2002). Pentingnya mengetahui tingkat kedewasaan pada suatu individu adalah untuk mengetahui dugaan-dugaan peran suatu lingkungan perairan sebagai habitat penting bagi siklus hidup Hiu Paus. Peranan lingkungan perairan yang menjadi habitat Hiu Paus tersebut dapat menjadi lokasi perlindungan, pertumbuhkembangan, mencari makan, bereproduksi maupun hanya perlintasan. Pengukuran panjang total Hiu Paus dilakukan secara estimasi dengan cara membandingkan ukuran tubuh Hiu Paus dengan observer (Norman & Stevens, 2007; Himawan et al., 2015). Observer yang melakukan pengambilan data berenang sejajar dengan Hiu Paus dan melakukan estimasi panjang dengan referensi panjang tubuhnya sendiri. Cara lain dalam mengukur panjang total Hiu Paus adalah dengan menggunakan roll meter. Pengukuran metode ini dilakukan secara manual dengan mengukur dari ujung kepala hingga ujung sirip ekor Hiu Paus. Diperlukan setidaknya dua observer dalam pengukuran ini untuk memegang setiap ujung roll meter. Pergerakan hiu paus yang aktif menjadi tantangan 27 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo

8 dalam mengukur Hiu Paus menggunakan roll meter sehingga diperlukan kemampuan berenang yang sangat baik. Untuk mengetahui hubungan kemunculan Hiu Paus terhadap aktivitas wisata, dilakukan pencatatan jumlah pengunjung dan berapa banyak jumlah makanan yang diberikan kepada Hiu Paus dalam satu harinya. Sehingga, hasil yang didapatkan akan menunjukkan apakah banyaknya pengunjung dan makanan yang diberikan mempengaruhi perilaku muncul Hiu Paus ke permukaan perairan Pantai Botubarani. HASIL-HASIL UMUM Pada selang waktu antara tanggal April 2016, sebanyak 17 ekor Hiu Paus teridentifikasi berada di perairan Pantai Botubarani (dengan kode individu ID GT_01 - ID GT_17). Kemunculan beberapa individu Hiu Paus menunjukkan bahwa terdapat keberadaan populasi dalam wilayah perairan Botubarani pada waktu tersebut (Gambar 19). Mengacu pada hasil penandaan satelit Dr. Eckert dan jumlah individu yang diketahui, Teluk Tomini terindikasi sebagai bagian dari area dan jalur pergerakan Hiu Paus yang diduga berkaitan dengan aktivitas mencari makan. Aktivitas pabrik pengepakan udang yang menghasilkan limbah serta wisata yang berkembang di Pantai Botubarani diduga menjadi stimulun Hiu Paus yang berada di area perairan Gorontalo untuk mendekat dan muncul ke permukaan. Keberadaan umum Hiu Paus di Perairan Gorontalo diduga berkaitan dengan ikan nike yang telah dijelaskan pada bab Gorontalo, Botubarani dan Hiu Paus. Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar Gambar 19. Kemunculan beberapa individu yang menunjukkan bahwa terdapat keberadaan populasi Hiu Paus di Perairan Botubarani Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 28

9 Jumlah Individu BPSPL Makassar Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Seluruh individu Hiu Paus yang teridentifikasi berjenis kelamin jantan. Tidak adanya Hiu Paus betina yang teridentifikasi selama selang waktu riset tidak semerta-merta menyimpulkan bahwa tidak ada Hiu Paus betina di wilayah perairan Gorontalo. Terdapat beberapa dugaan terhadap tidak adanya Hiu Paus berjenis kelamin betina, seperti tidak muncul ke permukaan ataupun berada di perairan lain selain di Botubarani. Pergerakan Hiu Paus yang jauh dan cenderung berada di kedalaman menjadi landasan dari pendugaan tersebut. Selain itu, komposisi Hiu Paus pada daerah lain seperti Teluk Cenderawasih dan Kalimantan Timur melalui penelitian WSID dan WWF- Indonesia menunjukkan jumlah betina yang teridentifikasi tidak lebih dari 4 ekor. Jumlah tersebut jika dibandingkan dengan individu jantan memiliki perbedaan yang sangat signifikan, dimana terdapat 121 di Teluk Cenderawasih (Tania et al., 2016) dan 34 ekor di Kalimantan Timur (Himawan et al., 2016). Rasio yang berbeda jauh tersebut dapat menggambarkan bahwa kemunculan individu Hiu Paus betina tergolong sangat jarang. Alasan kenapa rasio jantan dan betina sangat berbeda belum diketahui secara pasti. Perilaku Hiu Paus yang cenderung berada di kedalaman dengan pergerakannya yang selalu menuju ke perairan dengan keberadaan makanan yang tinggi membuat jumlahnya secara akurat pada suatu perairan sulit diketahui. Alasan lain berkaitan dengan faktor reproduksi, karena Hiu Paus betina bersifat poliandri dimana dapat memiliki 300 embrio dalam perut, belum diketahui secara pasti. Riset demi riset hingga kini terus dilakukan oleh peneliti di penjuru dunia untuk memberikan alasan yang lebih pasti. Dari 17 Individu Hiu Paus yang teridentifikasi muncul ke permukaan perairan Pantai Botubarani, diketahui bahwa seluruh individu dikategorikan sebagai juvenil atau belum dewasa. Panjang total dari individu-individu Hiu Paus tersebut berkisar antara meter (Gambar 20)(Himawan,2017). Hiu Paus yang muncul didominasi individu dengan panjang total antara meter dan mete. Individu Hiu Paus dengan panjang total terpanjang memiliki ukuran antara meter, sedangkan yang terkecil antara meter Estima Panjang (meter) Gambar 20. Panjang total individu Hiu Paus yang teridentifikasi di Pantai Botubarani (Himawan, 2017) 29 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo

10 Jumlah kemunculan Hiu Paus setiap harinya selama selang riset memiliki rata-rata 6 individu tiap harinya. Namun jika dipisahkan terhadap waktu, rata-rata kemunculan pagi hari adalah 5 individu pada pagi hari dan 4 individu pada sore hari. Pagi hari, dimana plankton cenderung berada dekat di permukaan, karena intensitas cahaya yang nyaman dengan didukung nutrien dari limbah pabrik yang menuju laut, diduga mempengaruhi jumlah rata-rata kemunculan individu Hiu Paus antara pagi dan sore hari. Terdapat pergerakan keluar masuk dari individu Hiu Paus di perairan Pantai Botubarani. Satu individu Hiu Paus yang muncul pada pagi hari belum tentu muncul pada pagi hari, sebaliknya individu yang tidak muncul di pagi hari mungkin akan muncul pada sore hari. Hal tersebut bisa dikaitkan dengan pergerakan Hiu Paus yang jauh dan menuju ke perairan dimana terdapat makanan. Diduga individu-individu Hiu Paus juga bergerak ke perairan lain untuk mencari makan atau aktivitas lainnya. Faktor persaingan untuk mendapakan makanan di perairan Botubarani menjadi salah satu alasan Hiu Paus bergerak ke perairan lain. Jumlah kemunculan Hiu Paus di pantai Botubarani cenderung bertambah dari hari ke hari (Tabel 1)(Himawan, 2017). Pada awal pengambilan data, terdapat 6 Individu Hiu Paus yang teridentifikasi. Hingga di akhir pengambilan data, total Hiu Paus teridentifikasi mencapai 17 Individu. Setidaknya sekitar 0-3 individu baru mendatangi Botubarani setiap harinya. Tanggal Pengamatan (April 2016) ID 1 ID 2 ID 3 ID 4 ID 5 ID 6 ID 7 ID 8 ID 9 ID 10 ID 11 ID 12 ID 13 ID 14 ID 15 ID 16 ID 17 Keterangan: Muncul Tidak Muncul ID: Individu Tabel 1. Kemunculan individu Hiu Paus setiap harinya selama waktu riset (Himawan, 2017) Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 30

11 Dari keseluruhan individu, individu 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 adalah Hiu Paus yang cenderung selalu muncul setiap hari. Beberapa invidu kemudian muncul satu per satu setelahnya. Aktifitas pemberian makan oleh wisatawan diduga menjadi faktor kemunculan demi kemunculan Hiu Paus di perairan Botubarani. Pemberian makan yang masif berupa kulit dan kepala udang kepada Hiu Paus melalui aktifitas wisata, dimana dilakukan sejak pagi hingga sore hari, menarik beberapa Hiu Paus untuk terus datang mendekat dan bertahan. Perairan yang keruh akibat banyaknya kulit dan kepala udang yang terbuang turut mempengaruhi semakin banyaknya Hiu Paus yang muncul. Sisa-sisa udang yang melayang-layang di perairan dan bebauan amis yang timbul cukup mengundang Hiu Paus untuk terus datang karena menduga adanya sumber makanan. Kondisi ini diduga turut mempengaruhi semakin bertambahnya individu yang mendatangi pantai Botubarani hari ke hari. Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar Gambar 21. Jumlah wisatawan yang cenderung meningkat akan mempengaruhi semakin banyaknya jumlah makanan yang diberikan Banyaknya jumlah wisatawan yang mendatangi Pantai Botubarani untuk berinteraksi dengan Hiu Paus cukup mempengaruhi jumlah kulit dan kepala udang yang diberikan. Pada hari menjelang sore terutama di akhir pekan, jumlah wisatawan cenderung meningkat yang mempengaruhi semakin banyak pula jumlah makanan yang diberikan (Gambar 21). Namun, ketersediaan stok yang ada di pabrik turut mempengaruhi banyaknya pemberian makan. Pemandu wisata yang membawa wisatawan dengan kapal biasanya membagibagi kepala udang kulit udang menjadi beberapa bagian, sehingga pemberian makan dapat dilakukan dari pagi hingga sore hari. Dengan demikian, wisatawan dapat terus berdatangan karena adanya jaminan pasti untuk melihat Hiu Paus. 31 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo

12 Jika dihubungan atara meningkatnya jumlah pengunjung dimana mempengaruhi bertambahnya jumlah makanan yang diberikan kepada Hiu Paus (Tabel 2)(Himawan,2017), terutama menjelang sore hari, dengan ratarata kemunculan Hiu Paus pada pagi dan sore hari, didapatkan semakin banyak makanan diberikan tidak terlalu mempengaruhi jumlah individu Hiu Paus yang datang. Jumlah Hiu Paus yang cenderung menurun menjelang sore hari dibandingkan dengan pagi telah dijelaskan sebelumnya dimana diduga berkaitan dengan keberadaan plankton pada perairan dekat daratan. Tanggal Jumlah Pemberian Kulit + Kepala udang (Kg) Jumlah Wisatawan Total WITA WITA 12/04/ Tutup 13/04/ Tutup 14/04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ Tabel 2. Peningkatan jumlah makanan yang diberikan kepada Hiu Paus dari pagi hingga sore hari akibat peningkatan jumlah pengunjung Jumlah wisatawan yang berdatangan silih berganti sehingga aktivitas pemberian makan terjadi secara terus menerus jelas mempengaruhi perilaku Hiu Paus di Pantai Botubarani. Kemunculan Hiu Paus cenderung terkonsentrasi dan seakan-akan tidak pergi menjauh menuju ke perairan lainnya. Hal ini tentu sedikit memunculkan kebingungan terutama jika menghubungkan dengan sisi liar Hiu Paus dimana terus pergerak menuju konsentrasi plankton dan makanan yang melimpah secara alami. Cukup dini untuk menyimpulkan bahwa Hiu Paus tidak beranjak dari Pantai Botubarani. Riset lanjutan sedang dilakukan untuk mengetahui pola keberadaan Hiu Paus di Pantai Botubarani dalam satu tahunnya dengan menghubungkan musim dan perubahan konsentrasi plankton di permukaan perairan. Hiu Paus sempat hilang pada pertengahan Agustus 2016 dan terlaporkan kembali muncul pada awal bulan Oktober Hilangnya Hiu Paus selama sekitar 2 bulan hingga muncul kembali tersebut terus dipantau. Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 32

13 BPSPL Makassar Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan 33 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar

14 MONITORING HIU PAUS DI PERAIRAN BOTUBARANI OLEH TIM MONITORING HIU PAUS GORONTALO Tim monitoring Hiu Paus yang dibentuk oleh BPSPL Makassar (dijelaskan pada bab Strategi Konservasi Hiu Paus Botubarani) melakukan pemantauan berkala terhadap kemunculan Hiu Paus di Perairan Botubarani, melanjutkan riset sebelumnya. Kegiatan monitoring dilakukan sebagai upaya dalam menganalisa hilangnya Hiu Paus di Botubarani pada pertengahan Bulan Agustus Tim monitoring Hiu Paus Gorontalo melakukan pemantauan di Perairan Botubarani selama 15 hari sejak Hiu Paus tidak ada hingga muncul kembali ke permukaan Perairan Botubarani. WAKTU MONITORING Monitoring dilakukan pada tanggal 25 September 9 Oktober 2016 di perairan Pantai Botubarani, Gorontalo. METODE Metode yang digunakan dalam monitoring ini adalah sama dengan metode yang dilakukan pada riset sebelumnya. Dilakukan pengambilan foto pola totol-totol putih badan Hiu Paus bagian kanan dan kiri pada setiap individu yang muncul ke permukaan perairan. Jenis kelamin Hiu Paus dicatat, dimana ditentukan dengan memeriksa keberadaan klasper pada daerah sirip perut. Estimasi panjang total Hiu Paus dilakukan dengan membandingkan panjang tubuh pemantau. Selanjutnya, jumlah pemberian makan pada pagi dan sore hari, serta jumlah pengunjung yang datang dicatat setiap harinya selama monitoring. HASIL-HASIL UMUM Pada selang waktu monitoring, tidak ada kemunculan Hiu Paus pada tanggal September Hiu Paus mulai muncul pada tanggal 1 Oktober 2016 dan bertahan hingga tanggal 9 Oktober 2016, atau selama sembilan hari. Sebanyak 2 Individu Hiu Paus teridentifikasi selama waktu monitoring (Tabel 3). Satu Individu yang teridentifikasi merupakan individu yang sama dengan yang teridentifikasi pada riset sebelumnya. Satu individu lainnya, adalah individu yang berbeda. Tabel 3. Dua Individu Hiu Paus yang teridentifikasi selama monitoring ID Individu Foto ID Kiri Foto ID Kanan Identitas: ID GT_02 Jenis Kelamin: Jantan Panjang Total: 6 meter Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 34

15 ID Individu Foto ID Kiri Foto ID Kanan Identitas: ID GT_18 Jenis Kelamin: Jantan Panjang Total: 5 meter Munculnya kembali satu individu yang sama dengan hasil identifikasi pada riset sebelumnya menunjukkan bahwa Hiu Paus kembali ke perairan Pantai Botubarani setelah sempat menghilang. Walau tidak semua individu kembali, namun kembalinya satu individu Hiu Paus dapat menunjukkan dugaan bahwa beberapa Hiu Paus tidak pergi jauh dari Pantai Botubarani. Keberadaan makanan pada perairan lain diduga menjadi faktor tidak munculnya Hiu Paus di Perairan Botubarani pada selang waktu Agustus- September Adanya buangan kulit dan kepala udang menuju perairan diduga menjadi alasan individu Hiu Paus muncul kembali ke Perairan Botubarani. Sementara satu individu lainnya yang turut muncul diduga juga tertarik akan adanya makanan di Pantai Botubarani. Dua individu Hiu Paus yang muncul selama monitoring cenderung terus muncul ke permukaan perairan setiap harinya sejak awal kemunculannya (Tabel 4). Tidak ada penembahan jumlah individu setelahnya selama waktu monitoring. Dua individu yang terus muncul tersebut diduga berkaitan dengan adanya pemberian makan dari permukaan melalui aktivitas wisata. ID 02 ID 18 Tanggal Monitoring (September-Oktober 2016) Keterangan: Muncul Tidak Muncul ID: Individu Tabel 4. Kemunculan individu Hiu Paus setiap harinya selama monitoring Munculnya kembali Hiu Paus di Botubarani kembali membuat pemberian makan kembali dilakukan dan mengundang wisatawan untuk datang kembali (Tabel 5). Jumlah wisatawan yang datang berkisar antara 5-48 orang setiap harinya semenjak muncul kembalinya Hiu Paus (Gambar 22). Sebagian besar wisatawan yang datang adalah wisatawan lokal yang penasaran akan kembalinya lagi Hiu Paus ke Perairan Botubarani. Oleh karena itu, jumlahnya tidak sebanyak pada saat riset sebelumnya. 35 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo

16 Tanggal Jumlah Pemberian Kulit + Kepala udang (Kg) WITA WITA Jumlah Wisatawan Total 25/09/ /09/ /09/ /09/ /09/ /09/ /10/ /10/ /10/ /10/ /10/ /10/ /10/ /10/ /10/ Tabel 5. Jumlah makanan yang diberikan kepada Hiu Paus dari pagi hingga sore dan jumlah pengunjung selama monitoring Photo by DIMAS BPSPL Makassar Gambar 22. Wisatawan yang berkunjung selama monitoring Jumlah pemberian makan cukup besar dilakukan oleh masyarakat setempat, dengan harapan jumlah Hiu Paus kembali bertambah sehingga aktivitas wisata kembali seperti semula. Oleh karena itu, makanan yang diberikan kepada Hiu Paus mencapai lebih dari 100kg setiap harinya. Keberadaan stok kulit dan kepala udang di pabrik turut mendukung besarnya makanan yang diberikan kepada Hiu Paus. Namun, Hiu Paus kembali menghilang setelah tanggal 9 Oktober Tidak adanya kemunculan Hiu Paus kembali setelah tanggal tersebut membuat aktivitas wisata kembali terhenti. Dugaan adanya sumber makanan yang lebih besar pada perairan lain menjadi salah satu alasan tidak munculnya kembali Hiu Paus di Botubarani. Hal tersebut didukung dengan hanya adanya dua individu Hiu Paus yang muncul beberapa hari selama monitoring. Riset lanjutan selanjutnya dilakukan oleh BPSPL Makassar untuk terus memantau kemunculan Hiu Paus di perairan Pantai Botubarani. Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 36

17 37 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar

18 POLA TINGGAL HIU PAUS DALAM HUBUNGANNYA DENGAN AKTIVITAS PEMBERIAN MAKAN MELALUI KEGIATAN WISATA Melanjutkan riset yang sudah dilakukan, BPSPL Makassar bersama WSID, Balibang-KP dan WWF-Indonesia melakukan penandaan akustik dengan memasangnya pada tubuh Hiu Paus yang muncul di Pantai Botubarani. Maksud dari penandaan adalah untuk mengetahui seberapa lama suatu individu Hiu Paus berada di Perairan Botubarani setiap harinya, dimana berkaitan dengan aktivitas pemberian makan melalui wisata. Kembalinya Hiu Paus setelah sempat menghilang pada kegiatan monitoring November 2016 lalu, kembali menggairahkan kedatangan wisatawan. Walau tidak seramai pada bulan Maret-Agustus 2016, wisatawan kembali berdatangan untuk berinteraksi dengan Hiu Paus. Penandaan akustik ini diharapkan dapat memberikan informasi pola kemunculan Hiu Paus dalam satu tahunnya. Dengan menghubungkan perubahan musim dan konsentrasi plankton di permukaan perairan, pola kemunculan Hiu Paus dapat diduga. Sehingga, strategi konservasi dan pengelolaan wisata Hiu Paus dapat disusun secara tepat dan efektif. WAKTU RISET Riset ini dilakukan pada tanggal 3-12 November 2016 di perairan Pantai Botubarani dan Leato Gorontalo untuk pemasangan alat dan pengambilan data awal. Setiap harinya, pemantauan dilakukan sejak pukul WITA yang dimaksudkan untuk terus memantau kemunculan demi kemunculan Hiu Paus. Selanjutnya, riset dilanjutkan hingga November METODE Pada tubuh Hiu Paus, dilakukan pemasangan penanda akustik tipe V16-6x- A Coded & External Case Tag yang diproduksi oleh Vemco Ltd. FH- 69 Stainless Steel Dart Tag buatan Floy Tag & Manufacturing, Inc. digunakan untuk menghubungkan penanda akustik ke tubuh Hiu Paus. Untuk memasang Stainless Steel Dart Tag ke dalam jaringan kulit area bawah sirip punggung Hiu Paus, digunakan aplikator yang dipasang pada tombak jenis pole spear. Detali alat-alat tersebut dijelaskan sebagai berikut; a. FH-69 Stainless Steel Dart Tag Alat ini digunakan untuk mengaitkan penanda akustik dengan tubuh Hiu Paus. Terdapat 2 bagian pada alat ini, yaitu anak panah dan tali. Bagian anak panah terbuat dari Stainless Steel, bahan yang telah teruji tidak memberi dampak buruk bagi tubuh Hiu Paus. Dengan ukuran hanya 2x1 cm dan berujung tajam, luka yang ditimbulkan pada tubuh Hiu Paus saat pemasangan relatif sangat kecil. Bagian lain adalah tali yang tersusun atas 13 Vinyl Tubing dan nylon monofilament, dimana memiliki daya tahan yang kuat sehingga dapat membawa penanda akustik untuk waktu yang lama di dalam air. Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 38

19 b. Penanda akustik V16-6x-A Coded & External Case Tag Penanda akustik ini berfungsi sebagai pemancar sinyal akustik berkekuatan 158dB, yang nantinya diterima oleh penerima sinyal (dijelaskan selanjutnya) secara akustik dengan segala perambatannya di media air. Alat ini memiliki diameter 16mm dan panjang 68 mm. Setiap penanda akustik ini memiliki kode unik yang digunakan dalam pembedaan individu. Kode ini terus dipancarkan oleh alat dengan daya baterai yang dapat bertahan hingga 4 tahun. Dengan dipasang menggantung pada tubuh Hiu Paus, pembacaan data hasil penerima akustik akan memberikan informasi waktu (Jam, Hari, Bulan dan Tahun) keberadaan Hiu Paus pada suatu perairan. c. Aplikator penanda Alat ini digunakan untuk memasukkan anak panah FH-69 Stainless Steel Dart Tag pada tubuh Hiu Paus. Aplikator terbuat dari Stainless steel, bahan yang tidak menimbulkan dampak buruk bagi tubuh hewan, dengan diameter 1mm meruncing pada ujung. Pada bagian ujung, terdapat belahan yang digunakan untuk mengaitkan ujung anak panah dari FH-69 Stainless Steel Dart Tag. Panjang total untuk aplikator adalah 15 cm. Dengan memasangnya dengan tombak pole spear, daya masuk aplikator ke dalam tubuh Hiu Paus mencapai 5-8 cm. a b c Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar Gambar 23. Peralatan yang digunakan dalam pemasangan penanda akustik pada tubuh Hiu Paus Pemilihan lokasi pemasangan alat, yaitu di bawah sirip punggung Hiu Paus, memiliki alasan tersendiri. Bagian tubuh Hiu Paus tersebut cenderung terlindung, memiliki pergerakan tidak terlalu aktif bila dibandingkan daerah 39 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo

20 ekor dan aman dari organ vital. Hingga saat ini, hampir seluruh peneliti menggunakan daerah ini untuk melakukan pemasangan penanda tubuh. Analisa lain, lapisan kulit Hiu Paus pada daerah dibawah sirip punggung cukup tebal dan kuat (Gifford, 1994) (Gambar 24). Pemasanganpemasangan penanda pada daerah ini, dimana pemasangan alat dilakukan secara menembak /menombak, menjadi pilihan yang terbaik untuk meminimalisir dampak buruk bagi Hiu Paus. Rob ALLEN /Shark Research Institute Gambar 24. Lapisan kulit Hiu Paus pada daerah dibawah sirip punggung cukup tebal dan kuat Hiu Paus yang terus bergerak dan kebutuhan pemasangan alat yang harus kuat membuat metode penembakan/menombak adalah metode yang efektif, ketika menangkap atau memaksa diam dirasa cukup sulit. Oleh karena itu sebelum melakukan pemasangan alat, perlu perencanaan dan pemahaman yang baik agar berhasil dan tidak terjadi resiko-resiko yang terjadi pada Hiu Paus. Setelah pemasangan penanda pada tubuh Hiu Paus selesai, dilakukan pemasangan penerima akustik pada perairan. Penerima akustik yang digunakan adalah VR2W Receiver 69 KHz buatan Vemco Ltd. Alat ini memiliki dimensi panjang 308 mm dan diameter 73 mm. V2RW Receiver berfungsi sebagai penerima sinyal akustik dari penanda akustik V16-6x-A yang telah dipasang pada Hiu Paus. Dengan kekuatan 69 KHz, alat ini dapat mendeteksi dan menerima sinyal akustik hingga radius 846 meter. Daya tahan baterai pada VR2W Receiver 69 KHz adalah mencapai 1 tahun dan selanjunya dapat dilakukan penggantian baterai untuk melanjutkan Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 40

21 aktivasi alat. Selama satu tahun, alat ini dapat membaca dan merima pancaran dalam selang waktu 2 menit. Data tersebut kemudian disimpan dalam memori penyimpanan yang sewaktu-waktu dapat diambil via Bluetooth. Dua buah VR2W Receiver 69 KHz dipasang di perairan Botubarani pada kedalaman 12 meter dan di perairan Leato pada kedalaman 15 meter (Gambar 25). Pemasangan dilakukan dengan menggunakan rantai besi, tali tambang dan pelampung. Alat diikat dengan tali tambang, dimana tambang tersebut juga telah diikat dengan rantai besi. Rantai besi tersebut kemudian diikat pada batu karang atau benda-benda lain yang kuat tertanam pada dasar perairan. Pengikatan dilakukan agar alat tidak berpindah-pindah dari lokasi pemasangan baik karena arus atau faktor-faktor lainnya. Selanjutnya, pelampung dipasang pada ujung tali tambang. Tujuannya, agar posisi alat tetap berada di kolom perarairan, yaitu sekitar 2-3 meter dari dasar. Dengan demikian, alat diharapkan terjaga dari benturan-benturan dengan substrat atau benda-benda dasar perairan dan radius penerimaan sinyal dapat memiliki jangkauan yang maksimal. Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar Gambar 25. Pemasangan alat VR2W Receiver 69 KHz pada kedalaman meter Penjelasan secara sederhana mengenai riset menggunakan penanda akustik ini adalah seperti absensi kedatangan dan keberadaan Hiu Paus pada suatu perairan. Kedatangan Hiu Paus yang telah dipasang pemancar akustik pada suatu perairan yang masuk dalam radius penerima akustik akan tercatat setiap selang waktu 2 menit. Dengan demikian kapan dan berapa lama suatu individu Hiu Paus pada perairan tersebut dapat diketahui. 41 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo

22 Pemilihan lokasi peletakan penerima akustik di Perairan Botubarani dan Leato (Gambar 26) memiliki pertimbangan tersendiri. Konsentrasi kemunculan Hiu Paus di Pantai Botubarani membuat alat pertama diletakkan pada perairan tersebut. Namun, mengingat Hiu Paus adalah hewan yang terus bergerak, pemasangan penerima akustik kedua dilakukan untuk memperlebar jangkauan. Dengan demikian, pergerakan Hiu Paus dapat dilacak dengan membandingkan data dari kedua pemancar akustik yang berbeda tersebut. Perairan Pantai Leato dipilih karena faktor kedekatan dan adanya informasi Hiu Paus sempat terlihat pada perairan ini. Modifikasi Google Map VR2W Receiver 2 Leato 846 m Botubarani VR2W Receiver m Lokasi peletakan pemancar akustik VR2W Gambar 26. Pemasangan penerima akustik di Perairan Botubarani dan Leato Dalam mendukung data, juga dilakukan pencaatan jumlah wisatawan yang datang serta jumlah makanan yang diberikan pada Hiu Paus di perairan Pantai Botubarani. Sehingga, pengaruh aktivitas wisata terhadap pola tinggal Hiu Paus dapat diketahui. Tidak ada aktivitas pemberian makan atau wisata di perairan Pantai Leato membuat tidak ada data lain yang diambil pada perairan ini. Wilayah perairan ini digunakan sebagai penduga pergerakan Hiu Paus antara kedua wilayah perairan yang telah dipasang alat penerima tersebut. Penggunaan teknologi dalam menunjang riset hewan-hewan laut besar dan bermigrasi telah banyak dilakukan. Kemudahan yang diberikan, mengingat tidak selamanya seorang peneliti berada di lapangan, serta detail data yang dihasilkan sangant membantu dalam memahami tingkah laku dan perilaku. Pengembangan riset Hiu Paus dengan teknologi perlu terus dilakukan mengingat pentingnya spesies ini sebagai satwa yang dilindingi di Indonesia. Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 42

23 HASIL-HASIL UMUM Penandaan alat pemancar akusti V16-6x-A berhasil dipasang pada empat individu Hiu Paus yang muncul pada selang waktu riset di perairan Pantai Botubarani. Identitas dari keempat individu Hiu Paus, dimana diambil dengan metode yang sama seperti riset sebelumnya, yang telah terpasang alat penanda akustik tersebut adalah sebagai berikut (Tabel 6); ID Individu Foto ID Waktu Penandaan Identitas Alat Penanda Identitas: ID GT_09 Jenis Kelamin: Jantan Panjang Total: 4,8 meter Jam: 9:42 WITA Tanggal: 3 November 2016 BPSPLMks/Transmitter 1 Identitas: ID GT_19 Jenis Kelamin: Jantan Panjang Total: 6 meter Jam: 7:54 WITA Tanggal: 4 November 2016 BPSPLMks/Transmitter 2 Identitas: ID GT_04 Jenis Kelamin: Jantan Panjang Total: 3 meter Jam: 9:33 WITA Tanggal: 6 November 2016 BPSPLMks/Transmitter 3 Identitas: ID GT_16 Jenis Kelamin: Jantan Panjang Total: 5,5 meter Jam: 11:17 WITA Tanggal: 7 November 2016 BPSPLMks/Transmitter 4 Tabel 6. Identitias empat individu Hiu Paus yang telah terpasang alat penanda akustik 43 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo

24 Merujuk pada identitas Hiu Paus yang dipasang penanda, individu-individu yang muncul pada riset ini adalah sama dengan riset-riset sebelumnya kecuali ID GT_19. Hal ini menunjukkan, hilangnya Hiu Paus pada pertengahan Agustus 2016 lalu didiuga bergerak tidak jauh dari perairan Gorontalo. Hal ini dibuktikan dengan kembalinya kembali beberapa indivdu Hiu Paus tersebut setelah sekitar 3 bulan. Hingga riset ini dilakukan, individu Hiu Paus di Pantai Botubarani total teridentifikasi sebanyak 19 Individu. 17 individu teridentifikasi saat riset awal, 1 individu melalui tim monitoring Hiu Paus dan 1 individu saat riset ini. Karakteristik geografis Perairan Gorontalo yang berada di wilayah pintu gerbang Teluk Tomini, membuat lokasi ini diduga menjadi jalur perlintasan keluar masuk Hiu Paus. Kondisi ini memungkinkan beberapa individu terpantau beberapa kali dalam satu tahunnya di Pantai Botubarani. Kemunculan Hiu Paus pada riset ini dan riset serta monitoring sebelumnya, sempat menghilang diantara waktu tersebut, memiliki kondisi yang hampir sama (Gambar 27). Aktivitas limbah pabrik yang menuju laut dan pemberian makan berupa kulit dan kepala udang adalah stimulus utama dalam kemunculan Hiu Paus di permukaan perairan Pantai Botubarani. Faktorfaktor yang mempengaruhi pergi-kembalinya Hiu Paus hingga kini sedang dilakukan. Tinggi rendahnya jumlah udang yang diproses pada pabrik, pengaruh musim dan tinggi gelombang serta perubahan kelimpahan konsentrasi plankton menjadi beberapa faktor yang diduga mempengaruhi pergerakan Hiu Paus tersebut. Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar Gambar 27. Kemunculan Hiu Paus dengan karakteristik yang sama seperti riset dan monitoring sebelumnya Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 44

25 Penerima akustik VR2W 69 KHz 1, dimana dipasang pada Perairan Botubarani, selang waktu antara 3-12 November 2016 memperoleh data sebagai berikut (Gambar 28); Transmitter 1 Transmitter 2 Transmitter 3 Transmitter 4 Malam hari (18: WITA) Siang hari ( WITA) Gambar 28. Data hasil perekaman penerima akustik yang dipasang pada Perairan Botubarani Melalui data yang diperoleh, terlihat bahwa kemunculan empat individu Hiu Paus dengan penanda transmitter 1 hingga 4 terjadi secara berkala. Satu hari sejak Hiu Paus dengan transmitter 1 berada di Perairan Botubarani, Hiu Paus dengan transmitter 2 datang. Selang dua hari kemudian, Hiu Paus dengan transmitter 3 turut memasuki perairan Pantai Botubarani. Hiu Paus dengan transmitter 4 giliran muncul selang dua hari selanjutnya. Aktivitas pemberian makan secara terus menerus diduga menjadi faktor Hiu Paus terus berdatangan. Setelah 4 individu Hiu Paus datang, tidak ada individu lain yang memasuki Pantai Botubarani kembali. Kondisi ini cukup berbeda dengan kemunculan Hiu Paus pada riset sebelumnya yang mencapai rata-rata 6 kemunculan individu Hiu Paus setiap harinya selama kurang lebih 3 minggu. Beradanya Hiu Paus pada perairan lain yang memiliki kelimpahan makanan lebih banyak diduga mempengaruhi sedikitnya jumlah Hiu Paus pada riset ini. Yang sangat menarik dalam hasil data yang didapatkan, setiap individu Hiu Paus berada di Perairan Botubarani hampir sepanjang hari. Hiu Paus yang muncul pada pagi hingga sore hari telah diketahui akibat limbah pabrik dan aktifitas pemberian makan. Namun, belum diketahui secara pasti kenapa hiu 45 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo

26 paus juga datang dan bertahan di Perairan Botubarani pada malam hari. Keluarnya Hiu Paus dari perairan Pantai Botubarani beberapa saat sebelum kembali diduga berkaitan dengan aktifitas pencarian makan di daerah lain. Adanya aktivitas makan yang dilakukan secara terus-menerus sejak pagi hingga sore hari diduga menjadi salah satu alasan Hiu Paus tetap bertahan, walau di malam hari. Menduga alasan lain, aktivitas tidur Hiu Paus pada malam hari sulit untuk dibenarkan mengingat studi di Teluk Cenderawasih, Hiu Paus yang dipasang penanda satelit selalu bergerak aktif dihampir 24 jam dalam satu harinya (Stewart, 2015). Riset demi riset masih diperlukan untuk menjawab fenomena ini. Tren kemunculan Hiu Paus berkala ternyata tidak membuat Hiu Paus selalu ada dan bertahan. Selama selang waktu riset, Individu dengan transmitter 2 dan 3 keluar dari Perairan Pantai Botubarani setelah beberapa hari selalu ada. Hiu Paus dengan transmitter 2 keluar pada sore hari tanggal setelah sekitar 5 hari bertahan, sedangkan Hiu Paus dengan transmitter 3 keluar pada siang hari tanggal setelah sekitar 4 hari bertahan. Pada tengah malam tanggal , Hiu Paus dengan transmitter 2 mendatangi Perairan Botubarani sesaat, dimana diduga hanya melintas menuju perairan lain. Individu lain, Hiu Paus dengan transmitter 1 dan 4 cenderung bertahan hingga tanggal Kurangnya kelimpahan makanan, persaingan dalam mendapatkan makanan serta adanya kelimpahan makanan pada perairan lain diduga menjadi alasan dua individu Hiu Paus pergi menjauhi perairan Pantai Botubarani. Dua individu lain yang masih bertahan diduga berkaitan dengan pemberian makan yang selalu didapatkan. Tren wisata dan pemberian makanan kepada Hiu Paus antara riset dan monitoring sebelumnya dengan riset ini cukup berbeda (Tabel 7). Jumlah wisatawan pada riset ini lebih sedikit bila dibandingkan pada Riset April 2016, namun hampir sama dengan jumlah saat monitoring September- Oktober 2016 lalu. Pemberian makan kepada Hiu Paus cenderung lebih sedikit akibat sedikitnya wisatawan dan ketersediaan stok. Tanggal Jumlah Pemberian Kulit + Kepala udang (Kg) WITA WITA Jumlah Wisatawan Total 3/11/ /11/ /11/ /11/ /11/ /11/ /11/ /11/ /11/ /11/ Tabel 7. Jumlah pemberian makan pada Hiu Paus dan jumlah wisatawan selama riset Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 46

27 Pengunjung cenderung datang di pagi hari, sehingga jumlah pemberian makan lebih banyak pada pagi hari bila dibandingkan dengan sore harinya. Rata-rata, wisatawan yang berkunjung adalah peselam yang melakukan aktivitas penyelaman di Perairan Gorontalo melalui dive center setempat dan pelancong yang sedang transit dari dan ke Kepulauan Togean. Fakta mengenai sedikitnya wisatawan dan pemberian makan kepada Hiu Paus bila dibandingkan bulan April 2016 lalu diduga turut mempengaruhi jumlah Hiu Paus yang datang. Pemberian makan sama-sama terjadi di waktu riset sebelumnya dan riset ini, karena produksi limbah selalu ada dari pabrik yang terus beroperasi. Namun, frekuensi dan jumlah pemberian makan sangat berbeda. Pada riset sebelumnya, banyaknya wisatawan berakibat pada pemberian makan yang berlangsung sejak pagi hingga sore hari dengan jumlah yang terus bertambah. Berbeda dengan riset ini, dimana pemberian makan yang hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu dan terus berkurang menuju sore hari. Penerima akustik VR2W 69 KHz ke-2, yang dipasang pada Perairan Leato, pada selang waktu riset memperoleh data yang cukup menarik (Gambar 29). Hiu Paus dengan transmitter 3 terdeteksi berada di perairan Leato untuk beberapa saat pada tanggal 9 November Jika membandingkan dengan hasil penerima akustik pertama yang dipasang di Perairan Botubarani, terlihat bahwa Hiu Paus dengan transmitter 3 melakukan pergerakan dari Perairan Botubarani menuju Perairan Leato. Malam hari (18: WITA) Siang hari ( WITA) Transmitter Gambar 29. Data hasil perekaman penerima akustik yang dipasang pada Perairan Leato 47 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo

28 Pada tanggal 9 November 2016, Hiu Paus dengan identitas ID GT_04 ini terdeteksi keluar dari Perairan Gorontalo pada pukul 11:56 WITA. Tidak berapa lama, Hiu Paus tersebut terdeteksi pada pukul 13:31-13:46 di Perairan Leato (Gambar 30). Tidak lamanya Hiu Paus tersebut berada di Perairan Leato diduga aktivitas yang dilakukan adalah hanya melintas menuju perairan lain. Melihat dari arah pergerakan, Hiu Paus tersebut diduga bergerak ke arah barat laut menuju Sungai Bone Gorontalo. Modifikasi Google Map 13:31-13:46 WITA 9 November 2016 Leato VR2W Receiver 2 11:56 WITA 9 November 2016 Botubarani VR2W Receiver 1 Hiu Paus dengan Transmitter 3 Gambar 30. ID GT_04 terdeteksi keluar dari Perairan Botubarani dan terekam di Perairan Leato Tidak ada individu lain yang terdeteksi pada penerima akustik yang ke-2 ini cukup tergambarkan melalui penerima akustik ke-1. Dua individu masih berada di perairan Botubarani hingga tanggal 12 November Individu dengan transmitter 2 juga meninggalkan perairan Botubarani, namun diduga tidak melewati perairan Leato. Riset ini akan terus dilanjutkan hingga tahun 2017 dengan harapan dapat mengetahui pola datang-perginya Hiu Paus di area Perairan Botubarani selama satu tahunnya. Dengan demikian faktor-faktor kedatangan Hiu Paus dapat diduga dengan pendekatan-pendekatan perubahan alam terutama di area Teluk Tomini. Kebendaharaan data Hiu Paus di Pantai Botubarani menjadi penting dimana dapat membantu upaya-upaya konservasi baik level lokal, nasional atau internasional. Regulasi wisata-pun dapat dicanangkan dengan tidak mengesampingkan sisi konservasi, namun tetap dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal dan pemerintah daerah. Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 48

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT MAKASSAR

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT MAKASSAR KARAKTERISTIK POPULASI HIU PAUS (Rhincodon typus) DAN POLA PERILAKU TINGGALNYA DI PANTAI BOTUBARANI, GORONTALO Population characteristic of Whale Shark (Rhincodon typus) and their pattern of residency

Lebih terperinci

Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo xii

Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo xii Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo xii Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo xii BPSPL Makassar Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan HIU PAUS DI PANTAI BOTUBARANI,

Lebih terperinci

VII. STRATEGI PENGELOLAAN WISATA BOTUBARANI

VII. STRATEGI PENGELOLAAN WISATA BOTUBARANI Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar VII. STRATEGI PENGELOLAAN WISATA BOTUBARANI Pembentukan kelompok sadar wisata dilakukan melalui pemerintah desa dan kabupaten, yang diharapkan dapat menjadi

Lebih terperinci

HIU TERBESAR JINAK DAN BUKAN KARNIVORA, 9 Fakta Menarik Tentang Hiu Paus

HIU TERBESAR JINAK DAN BUKAN KARNIVORA, 9 Fakta Menarik Tentang Hiu Paus HIU TERBESAR JINAK DAN BUKAN KARNIVORA, 9 Fakta Menarik Tentang Hiu Paus Bertepatan dengan perayaan hari paus internasional yang jatuh pada Selasa (30/8/2016), masyarakat dunia ditantang untuk bisa menjaga

Lebih terperinci

Pemasangan Tag Satelit pada Manta di Nusa Penida (Manta Tagging)

Pemasangan Tag Satelit pada Manta di Nusa Penida (Manta Tagging) Pemasangan Tag Satelit pada Manta di Nusa Penida (Manta Tagging) PENDAHULUAN Pada bulan Februari 2014, KEPMEN- KP No. 4/2014 tentang penetapan status perlindungan ikan pari manta ditandatangai oleh Menteri,

Lebih terperinci

C. Waktu, Tempat Pelaksanaan dan Susunan Acara D. Narasumber dan Peserta

C. Waktu, Tempat Pelaksanaan dan Susunan Acara D. Narasumber dan Peserta Kerangka Acuan (Term of Reference) Lokakarya Hasil Studi dan Pemantauan, serta Upaya Konservasi Hiu Paus di Taman Nasional Teluk Cenderawasih dan Indonesia Jakarta, 27 Maret 2014 A. Latar Belakang Di Indonesia,

Lebih terperinci

REKOR TEMUAN INDIVIDU BARU HIU PAUS (Rhincodon typus S.) DI PERAIRAN KWATISORE, TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH, PAPUA

REKOR TEMUAN INDIVIDU BARU HIU PAUS (Rhincodon typus S.) DI PERAIRAN KWATISORE, TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH, PAPUA REKOR TEMUAN INDIVIDU BARU HIU PAUS (Rhincodon typus S.) DI PERAIRAN KWATISORE, TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH, PAPUA (1)* (1) (1) (1) Dhiyassalam Imam, M. Mukhlis Kamal, Sulistiono, *Coressponding

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH Teknik Penangkapan Ikan Sidat..di Daerah Aliran Sungai Poso Sulawesi Tengah (Muryanto, T & D. Sumarno) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

Lebih terperinci

Hiu Paus di Botubarani. Oleh Verrianto Madjowa Wakil Sekjen ISKINDO

Hiu Paus di Botubarani. Oleh Verrianto Madjowa Wakil Sekjen ISKINDO Hiu Paus di Botubarani Oleh Verrianto Madjowa Wakil Sekjen ISKINDO Gorontalo, 11 Mei 2016 Hiu Paus Dilindungi Penuh Kep Menteri KP NO. 18/KEPMEN- KP/2013 Menetapkan Ikan Hiu Paus (Rhincodon typus) sebagai

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta merupakan sebuah teluk di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Terletak

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Karang Makassar, Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, yang secara geografis terletak di koordinat 8

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perairan Indonesia merupakan perairan yang sangat unik karena memiliki keanekaragaman Cetacea (paus, lumba-lumba dan dugong) yang tinggi. Lebih dari sepertiga jenis paus

Lebih terperinci

Program Bycatch: Pengembangan Teknologi Mitigasi

Program Bycatch: Pengembangan Teknologi Mitigasi Program Bycatch: Pengembangan Teknologi Mitigasi By : Gusti Kade Adiatmika Produktivitas sektor perikanan memiliki porsi tersendiri dalam industri bisnis di Indonesia. Berbagai alat tangkap dimodifikasi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan algoritma empiris klorofil-a Tabel 8, Tabel 9, dan Tabel 10 dibawah ini adalah percobaan pembuatan algoritma empiris dibuat dari data stasiun nomor ganjil, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad yang telah dilakukan di perairan pantai Cirebon, daerah Kecamatan Gebang, Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih 50.000 km 2 (Moosa et al dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Cumi-Cumi Sirip Besar 4.1.1. Distribusi spasial Distribusi spasial cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun yang tertangkap

Lebih terperinci

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang 4.1.1 Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang Produksi ikan terbang (IT) di daerah ini dihasilkan dari beberapa kabupaten yang

Lebih terperinci

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti Sebuah lagu berjudul Nenek moyangku seorang pelaut membuat saya teringat akan kekayaan laut Indonesia. Tapi beberapa waktu lalu, beberapa nelayan Kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 2013 MENTERl KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SHARIF C. SUTARDJO

- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 2013 MENTERl KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SHARIF C. SUTARDJO KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KEPMEN-KP/2013 TENTANG PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN PENUH IKAN HIU PAUS (Rhincodon typus) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi umum perairan selat sunda Selat Sunda merupakan selat yang membujur dari arah Timur Laut menuju Barat Daya di ujung Barat Pulau Jawa atau Ujung Selatan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Iluminasi cahaya Cahaya pada pengoperasian bagan berfungsi sebagai pengumpul ikan. Cahaya yang diperlukan memiliki beberapa karakteristik, yaitu iluminasi yang tinggi, arah pancaran

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS SUB ZONA PERLINDUNGAN SETASEA DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN TNP LAUT SAWU, NTT

EFEKTIVITAS SUB ZONA PERLINDUNGAN SETASEA DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN TNP LAUT SAWU, NTT EFEKTIVITAS SUB ZONA PERLINDUNGAN SETASEA DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN TNP LAUT SAWU, NTT Mujiyanto, Riswanto dan Adriani S. Nastiti Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan Jl. Cilalawi No. 01 Jatiluhur,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Total Data Sebaran Klorofil-a citra SeaWiFS Total data sebaran klorofil-a pada lokasi pertama, kedua, dan ketiga hasil perekaman citra SeaWiFS selama 46 minggu. Jumlah data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak dan Kondisi Penelitian Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur dan merupakan

Lebih terperinci

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Wilayah Sebaran Penangkapan Nelayan Labuan termasuk nelayan kecil yang masih melakukan penangkapan ikan khususnya ikan kuniran dengan cara tradisional dan sangat tergantung pada

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA Agus Salim Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 29 Mei 2008; Diterima

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Batimetri Selat Sunda Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut dinyatakan dengan angka-angka suatu kedalaman dan garis-garis yang mewakili

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Pesisir Teluk Jakarta terletak di Pantai Utara Jakarta dibatasi oleh garis bujur 106⁰33 00 BT hingga 107⁰03 00 BT dan garis lintang 5⁰48

Lebih terperinci

Efektifitas Modifikasi Rumpon Cumi sebagai Media Penempelan Telur Cumi Bangka (Loligo chinensis)

Efektifitas Modifikasi Rumpon Cumi sebagai Media Penempelan Telur Cumi Bangka (Loligo chinensis) EFEKTIFITAS MODIFIKASI RUMPON CUMI SEBAGAI MEDIA PENEMPELAN TELUR CUMI BANGKA (Loligo Effectiveness of Squid Modification As a Media of Attachment Squid Eggs Bangka Indra Ambalika Syari 1) 1) Staff Pengajar

Lebih terperinci

Gambar 1. Diagram TS

Gambar 1. Diagram TS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Massa Air 4.1.1 Diagram TS Massa Air di Selat Lombok diketahui berasal dari Samudra Pasifik. Hal ini dibuktikan dengan diagram TS di 5 titik stasiun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

PENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG

PENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG PENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG Oleh : Yofri Furqani Hakim, ST. Ir. Edwin Hendrayana Kardiman, SE. Budi Santoso Bidang Pemetaan Dasar Kedirgantaraan

Lebih terperinci

Oleh : Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Sri Pratiwi S. Dewi. Surat elektronik :

Oleh : Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Sri Pratiwi S. Dewi. Surat elektronik : PENANGKAPAN DAN DISTRIBUSI HIU (APPENDIX II CITES) OLEH NELAYAN RAWAI DI PERAIRAN SELATAN TIMOR CATCH AND DISTRIBUTION OF SHARKS (APPENDIX II CITES) BY LONGLINE FISHERMEN IN SOUTH WATER OF TIMOR Oleh :

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Pramuka secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Organ reproduksi Jenis kelamin ikan ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap gonad ikan dan selanjutnya ditentukan tingkat kematangan gonad pada tiap-tiap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Situ IPB yang terletak di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor. Situ IPB secara geografis terletak pada koordinat 106 0 34-106 0 44 BT dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi permintaan sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organ Pencernaan Ikan Kuniran Ikan kuniran merupakan salah satu jenis ikan demersal. Ikan kuniran juga merupakan ikan karnivora. Ikan kuniran memiliki sungut pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari beberapa gugusan pulau mulai dari yang besar hingga pulau yang kecil. Diantara pulau kecil tersebut beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Lokasi Penelitian Cirebon merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Barat tepatnya diperbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN KONSTRUKSI DAN LOKASI JARING WARING TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN TERPERANGKAP IKAN HIU PAUS (Rhincodon typus) DI SELAT MADURA

KAJIAN KONSTRUKSI DAN LOKASI JARING WARING TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN TERPERANGKAP IKAN HIU PAUS (Rhincodon typus) DI SELAT MADURA KAJIAN KONSTRUKSI DAN LOKASI JARING WARING TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN TERPERANGKAP IKAN HIU PAUS (Rhincodon typus) DI SELAT MADURA Mochamad Arief Sofijanto 1, Dwi Ariyoga Gautama 2, Bagus Ramadhan 3, Fernandes

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 16 3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Pola reproduksi ikan swanggi (Priacanthus tayenus) pada penelitian ini adalah tinjauan mengenai sebagian aspek reproduksi yaitu pendugaan ukuran pertama

Lebih terperinci

No. 109, 2007(Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4759)

No. 109, 2007(Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4759) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 109, 2007(Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4759) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu DKI Jakarta (Lampiran 2 dan Lampiran 3). Penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 17 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, dimulai Juni 2008 hingga Agustus 2008 di kawasan hutan Batang hari, Solok selatan, Sumatera barat. Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ./ 3.3.2 Penentuan nilai gradien T BB Gradien T BB adalah perbedaan antara nilai T BB suatu jam tertentu dengan nilai

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di perairan berlumpur Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat, Jambi. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan intensitas penangkapan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Peta Batimetri Laut Arafura Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori perairan dangkal dimana kedalaman mencapai 100 meter. Berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN tangkapan yang berbeda. Untuk hari pertama tanpa menggunakan lampu, hari ke menggunakan dua lampu dan hari ke menggunakan empat lampu. Dalam satu hari dilakukan dua kali operasi penangkapan. Data yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base. 31 4 HASIL 4.1 Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Kapal Jumlah perahu/kapal yang beroperasi di Kecamatan Mempawah Hilir terdiri dari 124 perahu/kapal tanpa motor, 376 motor tempel, 60 kapal motor 0-5 GT dan 39

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI

PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI Oleh : Tedi Koswara, SP., MM. I. PENDAHULUAN Dalam Peraturan Bupati Nomor 71

Lebih terperinci

KOMPOSISI, ASPEK BIOLOGI DAN KEPADATAN STOK IKAN PARI DI LAUT ARAFURA

KOMPOSISI, ASPEK BIOLOGI DAN KEPADATAN STOK IKAN PARI DI LAUT ARAFURA KOMPOSISI, ASPEK BIOLOGI DAN KEPADATAN STOK IKAN PARI DI LAUT ARAFURA Oleh Andina Ramadhani Putri Pane Enjah Rahmat Siswoyo Balai Riset Perikanan Laut Cibinong - Bogor Simposium Hiu Pari ke 2 Jakarta,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Burung di Pantai Trisik Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman hayati di Yogyakarta khususnya pada jenis burung. Areal persawahan, laguna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 40 hari pada tanggal 16 Juni hingga 23 Juli 2013. Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemetaan Partisipatif Daerah Penangkapan Ikan kurisi dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan jaring rampus. Kapal dengan alat tangkap cantrang memiliki

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumberdaya perikanan sebagai sumber mata pencaharian utama yang semakin tinggi mempengaruhi model pengelolaan perikanan yang sudah harus mempertimbangkan prediksi

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial 5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial Hasil pengamatan terhadap citra SPL diperoleh bahwa secara umum SPL yang terendah terjadi pada bulan September 2007 dan tertinggi pada bulan Mei

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian di lapang dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Juni 2009. Penelitian dilaksanakan di Perairan Pulau Karang Beras, Kepulauan Seribu (Lampiran

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

REGISTER KERUSAKAN HUTAN AKIBAT PENCURIAN / PENEBANGAN LIAR

REGISTER KERUSAKAN HUTAN AKIBAT PENCURIAN / PENEBANGAN LIAR REG A : NO REGISTER : REGISTER KERUSAKAN HUTAN AKIBAT PENCURIAN / PENEBANGAN LIAR Wilayah Kerja : Seksi... Resort... Koordinat : S E Waktu Kejadian : Tanggal 2 0 1 2 Jam Jenis Pohon : Diameter Tunggak

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 9 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Ikan contoh diambil dari TPI Kali Baru mulai dari bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan November 2010 yang merupakan hasil tangkapan nelayan di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Gambar 1) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat potensial

Lebih terperinci

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.5 1. Bagi para nelayan yang menggunakan kapal modern, informasi tentang gerakan air laut terutama digunakan untuk... mendeteksi

Lebih terperinci

Tantangan Ke Depan. 154 Tantangan Ke Depan

Tantangan Ke Depan. 154 Tantangan Ke Depan 5 Tantangan Ke Depan Pemahaman ilmiah kita terhadap ekosistem secara umum, khususnya pada ekosistem laut, mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir. Informasi tentang pengelolaan ekosistem

Lebih terperinci

Balai Diklat Perikanan Banyuwangi

Balai Diklat Perikanan Banyuwangi Menangkap ikan, adalah kegiatan perburuan seperti halnya menangkap harimau, babi hutan atau hewan-hewan liar lainnya di hutan. Karena sifatnya memburu, menjadikan kegiatan penangkapan ikan mengandung ketidakpastian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN

HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN Novi Indriyawati, Indah Wahyuni Abida, Haryo Triajie Jurusan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dari Oktober 2011 hingga Januari 2012 di Waduk Ir. H. Djuanda, Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat (Gambar 3). Pengambilan

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2006, Agustus 2006 Januari 2007 dan Juli 2007 di Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi dengan sumber air berasal dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB III METODE PENELITIAN 3. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu bulan Juli-Agustus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Hasil Tangkapan Hasil tangkapan pancing ulur selama penelitian terdiri dari 11 famili, 12 genus dengan total 14 jenis ikan yang tertangkap (Lampiran 6). Sebanyak 6

Lebih terperinci

Berikut obyek wisata yang bisa kita nikmati:

Berikut obyek wisata yang bisa kita nikmati: Daya tarik wisata alam Ujung Genteng memang membuat banyak orang penasaran karena keragaman objek wisatanya yang bisa kita nikmati dalam sekali perjalanan, mulai dari pantai berpasir putih, melihat penyu

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU Zulkhasyni Fakultas Pertanian Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu ABSTRAK Perairan Laut Bengkulu merupakan

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan kota pantai merupakan tempat konsentrasi penduduk yang paling padat. Sekitar 75% dari total penduduk dunia bermukim di kawasan pantai. Dua pertiga dari kota-kota

Lebih terperinci

CARA PENANGKAPAN, KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DI WADUK CIRATA JAWA BARAT

CARA PENANGKAPAN, KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DI WADUK CIRATA JAWA BARAT CARA PENANGKAPAN, KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DI WADUK CIRATA JAWA BARAT Sumindar dan Henra Kuslani Teknisi Litkayasa pada Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi geografis yang dimiliki Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan bangsa dan negara. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelompok Umur Pertumbuhan populasi tiram dapat dilihat berdasarkan sebaran kelompok umur. Analisis sebaran kelompok umur dilakukan dengan menggunakan FISAT II metode NORMSEP.

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004) 12 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-September 2011 dengan waktu pengambilan contoh setiap satu bulan sekali. Lokasi pengambilan ikan contoh

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Pariwisata Kabupaten Lampung Selatan. ini memiliki luas wilayah 2.109,74 Km 2

BAB III HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Pariwisata Kabupaten Lampung Selatan. ini memiliki luas wilayah 2.109,74 Km 2 BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Pariwisata Kabupaten Lampung Selatan 1. Luas Wilayah dan Letak Geografis Kabupaten Lampung Selatan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung Ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

LAPORAN TIM PENANGANAN

LAPORAN TIM PENANGANAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TIM PENANGANAN KEJADIAN TUMPAHAN MINYAK (OIL SPILL) DI PERAIRAN TELUK BALIKPAPAN KOTA BALIKPAPAN DAN KABUPATEN PENAJAM PASIR UTARA,

Lebih terperinci

terdistribusi pada seluruh strata kedalaman, bahkan umumnya terdapat dalam frekuensi yang ringgi. Secara horisontal, nilai target strength pada

terdistribusi pada seluruh strata kedalaman, bahkan umumnya terdapat dalam frekuensi yang ringgi. Secara horisontal, nilai target strength pada Dian Herdiana (C06499072). Pendugaan Pola Distribnsi Spasio-Temporal Target Strettgth Ikan Pelagis dengan Split Beam Acor~stic System di Perairan Teluk Tomini pada Bulan Juli-Amstus 2003. Di bawah bimbin~an

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeksplor bawah laut dengan durasi yang lebih lama (hlm. 1)

BAB I PENDAHULUAN. mengeksplor bawah laut dengan durasi yang lebih lama (hlm. 1) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mengeksplor keindahan dan keunikan dunia bawah air menurut Ullrich A. JR. (2014) dapat dilakukan dengan menyelam, kegiatan menyelam awalnya bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teluk Bungus yang luasnya ± 17 km 2 atau 1383,86 Ha berada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Kecamatan ini merupakan kecamatan pesisir di wilayah selatan Kota Padang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika dan Kimiawi Perairan Berdasarkan hasil penelitian di perairan Kepulauan Seribu yaitu Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, diperoleh nilai-nilai parameter

Lebih terperinci

Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Permasalahan Sosial Budaya dalam Implementasi Peraturan tentang Perlindungan Spesies Hiu di Tanjung Luar, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci