VII. STRATEGI PENGELOLAAN WISATA BOTUBARANI
|
|
- Siska Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar VII. STRATEGI PENGELOLAAN WISATA BOTUBARANI Pembentukan kelompok sadar wisata dilakukan melalui pemerintah desa dan kabupaten, yang diharapkan dapat menjadi wadah nelayan yang memiliki perahu untuk menjadi bagian dari wisata. Pengelolaan wisata yang baik sangat diperlukan dalam menghadapi serbuan dari kunjungan wisatawan yang terus menerus di Pantai Botubarani. Peran pemerintah melalui perangkat desa, Pemerintahan Kabupaten dan Provinsi bahumembahu dalam upaya pemanfaatan keberadaan Hiu Paus yang baik. BPSPL Makassar turut serta dalam upaya tersebut sebagai mandat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. Hiu Paus sebagai spesies dilindungi secara penuh melalui peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan membuat pemanfaatan secara eksploitatif tidak bisa dibenarkan. Sehingga, akivitas wisata Hiu Paus di Pantai Botubarani tidak dapat dilakukan tanpa regulasi yang dapat dipertanggung jawabkan sejalan dengan sisi konservasi. Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo xi65
2 PEMBENTUKAN KELOMPOK SADAR WISATA Banyaknya pengunjung yang mendatangi Pantai Botubarani membuat situasi sulit dikendalikan. Para nelayan Desa Botubarani yang memiliki perahu berlomba-lomba untuk menjadi pengantar wisata dengan perahu. Desakan wisatawan yang terus berdatangan membuat perahu yang ada tidak pernah sepi. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh nelayan desa lain menitipkan perahunya untuk dapat dipergunakan dalam wisata. Alhasil, pantai penuh sesak dengan perahu. Terhitung lebih dari 60 perahu beroperasi pada waktu Maret-Agustus 2016 lalu. Wisata perahu menjadi yang paling diminati wisatawan dibandingkan dengan berenang permukaan maupun menyelam. Tidak perlu kemampuan khusus, basah dan menguras tenaga menjadi alasan kenapa wisata jenis ini lebih diminati. Selain itu, dengan adanya pemberian makan dari atas perahu membuat interaksi dengan Hiu Paus sudah dapat dilakukan secara dekat. Dalam kondisi ini pembentukan kelompok sadar wisata dilakukan melalui pemerintah desa (Kepala Kampung) dan kabupaten (Dinas Pariwisata Kabupaten Bone Bolango) dan ditetapkan melalui SK (Surat Keputusan) dari pejabat yang berwenang. Pengelolaan wisata berbasis masyarakat diterapkan disini. Diharapkan, upaya ini dapat mewadahi masyarakat setempat yang ingin menjadi bagian dari aktifitas wisata. Dampak-dampak yang muncul dari wisata massal membuat aktivitas wisata harus dikendalikan. Dengan adanya Kelompok Sadar Wisata, pengaturan wisata dapat dilakukan dengan satu pintu. Hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas wisata dapat diseragamkan. Sehingga, tidak ada pihak-pihak yang bergerak sesuai dengan pemahaman masing-masing. Setelah Kelompok Sadar Wisata Hiu Paus Batubarani terbentuk dengan perangkat utama seperti Ketua, Bendahara dan Sekretaris, masyarakat desa yang ingin bergabung dipersilahkan untuk mendaftarkan diri. Rapat awal membahas pembagian kerja dari setiap anggota adalah agenda awal kelompok setelah semua anggota terdaftar. Pemahaman mengenai pola organisasi wisata menjadi topik utama. Pola organisasi yang dimaksud adalah kegiatan wisata yang tidak hanya berpusat pada mengantar wisatawan dengan kapal. Namun, terdapat bagian-bagian lain yang turut menunjang agar wisata lebih memiliki nilai terutama tentang kepuasan, kenyamanan dan keselamatan pengunjung. Dengan demikian, tidak ada lagi masyarakat lokal yang berlomba-lomba mencari keuntungan secara pribadi. Terbentuknya Kelompok Sadar Wisata Hiu Paus Botubarani membuat pemasukan uang tidak dapat diterima secara pribadi kembali. Harga tiket bagi pengunjung disamakan sesuai dengan kesepakatan bersama dan persetujuan pemerintah. Sistem gaji diterapkan terhadap setiap anggota dengan proporsi yang juga ditentukan sesuai kesepakatan. Dengan adanya pemasukan dan pengaluaran uang yang terjadi, badan hukum yang sah perlu diterapkan dalam kelompok. Penerapan badan hukum dimaksudkan agar segala roda kegiatan dapat dipertanggungkan secara legal. Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 66
3 Keorganisasian Kelompok Sadar Wisata Hiu Paus Botubarani terbagi menjadi beberapa bidang kelompok kerja yang disesuakan dengan pedoman yang telah diterbitkan oleh Kementerian Pariwisata di tahun Kelompok sadar wisata ini juga menerapkan program sapta pesona Kementerian Pariwisata, yaitu keamanan, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan (Kemenpar, 2012). Pembina dan penasehat dari kelompok ini berasal dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bone Bolango. Beberapa bidang pada Kelompok Sadar Wisata Hiu Paus Botubarani antara lain adalah; 1. Pimpinan Pimpinan beranggotakan Ketua Kelompok Sadar Wisata beserta Sekretaris dan Bendahara. Ketua bertugas sebagai pemimpin, pengarah, koordinator dan penanggung jawab atas berjalannya kinerja Kelompok dengan segala pengembangannya. Ketua juga memiliki tugas untuk selalu berkoordinasi dengan pemerintah terkait. Sekretaris bertugas dalam penyusunan agenda, administrasi, notulensi dan pembukuan laporan dari seluruh kegiatan kelompok. Segala jenis urusan keuangan seperti pemasukan, pengeluaran dan bantuan menjadi pekerjaan bagi Bendahara dengan pembukuan yang ketat. 2. Bidang Jasa Wisata Bidang jasa wisata memiliki tugas sebagai pengatur berjalannya wisata baik wisata perahu, berenang permukaan maupun menyelam. Jumlah perahu di perairan, antrian dan giliran wisatawan dengan berbagai jenis wisata untuk berinteraksi dengan Hiu Paus menjadi tanggung jawab bidang ini. Pengaturan pemberian makan kepada Hiu Paus juga menjadi tugas bidang ini. Seluruh pembawa perahu dan pemandu wisata masuk dalam keanggotaan bidang jasa wisata ini 3. Bidang Loket dan Tiket Bidang ini dibentuk untuk memisahkan tugas pengaturan wisata dan pengelolaan pemasukan melalui tiket yang dibeli wisatawan sesuai dengan pilihan jenis wisata. Bidang ini bertanggung jawab dalam penjualan tiket dimana hasilnya akan dilaporkan kepada bendahara. 4. Bidang Kebersihan Bidang ini bertanggung jawab atas kebersihan pantai dan perairan Botubarani dari sampah. Pengadaan tempat sampah dan sosialisasi anjuran pengunjung untuk tidak membuang sampah sembarangan juga menjadi tugas bidang ini. 5. Bidang Kemanan, Ketertiban dan Keselamatan Segala kemanan dan ketertiban dan keselamatan menjadi tugas bidang ini untuk memastikan kegiatan wisata berjalan dengan lancar. Aktivitasaktivitas yang bersifat mengganggu dan membahayakan, baik di pantai maupun di perairan termasuk dalam bidang ini. 67 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
4 6. Bidang Informasi Wisata Bidang ini selalu berada di sekitar pengeras suara untuk terus memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan wisata seperti anjuran-anjuran berwisata, peringatan maupun pengumunan lainnya. Pemberian edukasi mengenai Hiu Paus termasuk dalam tugas bidang ini 7. Bidang Jasa Parkir Banyaknya wisatawan yang datang dengan menggunakan kendaraan pribadi menjadi permasalahan di Desa Botubarani karena sempitnya lahan. Bahu jalan dan halaman rumah warga kemudian dijadikan lahan parkir kendaraan. Bidang ini bertanggung jawab atas pengaturan parkir agar tidak mengganggu lalu lintas jalan. Retribusi parkir juga menjadi tugas bidang jasa parkir yang selanjunya diserahkan kepda bendahara. 8. Bidang pengembangan wisata Bidang pengembangan wisata bergerak dibidang upaya-upaya untuk meningkatkan nilai wisata di Pantai Botubarani. Upaya tersebut antara lain peningkatan infrastruktur, menjalin mitra dengan dive center pedagang serta pengrajin dan lain-lain. Menghimpun ide-ide pengembangan model wisata juga menjadi tugas bidang ini. Kinerja dari Kelompok Sadar Wisata yang terbentuk secara singkat membuat perhatian pemerintah menjadi penting. Fungsi sebagai pembina dan pemasehat sangat vital bagi keorganisasian wisata berbasis masyarakat yang sangat sedikit pengalaman dan berlatar belakang nelayan. Beberapa pelatihan untuk peningkatan kemampuan dalam pelaksanaan wisata telah dilakukan dan terus dilakukan pendampingan. Harapannya kelompok sadar wisata dapat menjalankan proses wisata yang semakin baik dari waktu ke waktu menuju ke tingkat yang lebih profesional. SKENARIO WISATA HIU PAUS BOTUBARANI Menanggulangi banyaknya wisatawan, diberlakukan sistem pemecahan pintu masuk menuju pantai menjadi 6 lokasi. Pintu masuk tersebar disepanjang jalan di wilayah Desa Botubarani dimana langsung menuju ke pantai. Pemecahan pintu masuk diharapkan dapat memecah konsentrasi padatnya pengunjung pada satu lokasi saja. Enam pintu masuk menuju pantai Botubarani tersebut dikenal dengan nama lorong, lorong 1,2,3,4,5 dan 6. Kelompok Sadar Wisata Hiu Paus Botubarani bekerja disetiap Lorong berdasarkan kedekatan tempat tinggal. Lorong dibuka dari pukul WITA yang menandakan dibukanya aktivitas wisata Hiu Paus di Botubarani. Didepan lorong terdapat cukup banyak papan informasi mengenai wisata Hiu Paus dengan kreativitas yang unik dari warga. Keunikan papan informasi dibuat agar dapat menarik minat orang-orang yang berlalu lalang di jalan. Disetiap lorong juga terdapat tempat-tempat parkir kendaraan baik motor, mobil atau alat transportasi lain dimana bidang jasa parkir selalu siap untuk mengaturnya (Gambar 46). Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 68
5 Photo by : Syamsul Huda M SUHARI The Jakarta Post Gambar 46. Disetiap lorong terdapat tempat-tempat parkir kendaraan baik motor, mobil atau alat transportasi lain Loket tersedia di sekitar pantai setiap lorongnya. Penjualan tiket sesuai dengan jenis wisata yang diinginkan dilakukan disini. Biaya pembuatan tempat loket dibuat melalui keuntungan yang didapatkan dari wisata sebelumnya. Pencatatan data pengunjung dilakukan sebelum pengunjung membeli tiket. Pencatatan berfungsi untuk mengetahui jumlah dan asal wisatawan yang datang di Pantai Botubarani. Pencatatan juga menjadi dasar pemasukan dari penjualan tiket. Di pinggir pantai, beberapa anggota kelompok sadar wisata bidang jasa wisata, dengan menggunakan baju sebagai identitas, telah berdiri dan siap menerima tiket yang sudah dibeli wisatawan, dimana disesuaikan dengan jenis wisata yang dipilih. Bagi wisatawan yang memilih menggunakan perahu untuk berinteraksi dengan Hiu Paus, baju pelampung selanjutnya dibagikan dan diarahkan kepada pembawa/pemandu perahu sesuai giliran (Gambar 47). Baju pelampung wajib dikenakan wisatawan jenis wisata ini terutama bagi yang tidak bisa berenang, untuk keselamatan ketika berada di perairan. Barang berharga dapat dititipkan di pantai atau dibawa di atas kapal dengan tanggung jawab masing-masing pemilik barang. Pada saat giliran, selanjutnya akan diarahkan untuk menaiki perahu yang telah bersandar di bibir pantai dan siap menuju ke perairan, dengan pemberian pengarahan, himbauan dan larangan sebelumnya. 69 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
6 Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar Gambar 47. Bagi wisatawan dengan perahu, baju pelampung selanjutnya dibagikan dan diarahkan kepada pemandu perahu Bagi wisatawan yang memilih berenang permukaan dengan peralaran snorkeling atau meyelam dengan scuba, selanjutnya akan ditawarkan pendampingan oleh pemandu selam. Jika wisatawan tidak membutuhkan, selanjutnya dipersilahkan menuju laut sesuai giliran dengan sebelumnya diberikan pengarahan, himbauan dan larangan. Kelompok sadar wisata juga bermitra dengan beberapa dive center di wilayah Gorontalo yang membawa wisatawan menggunakan boat, sehingga tidak masuk melalui lorong. Pendataan wisatawan dan pembelian tiket dilakukan diatas boat oleh bidang pengembangan wisata. Untuk pengarahan, himbauan dan larangan dilakukan oleh pemandu selam dari dive center tersebut. Dari pinggir pantai, anggota kelompok bidang informasi wisata terus memberikan pengarahan, himbauan dan larangan menggunakan pengeras suara agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan lancar. Bidang Kemanan, Ketertiban dan Keselamatan juga selalu sedia dalam mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Pada sore hari, anggota bidang kebersihan kelompok sadar wisata melakukan pembersihan pantai dan perairan dari sampah. Tempat-tempat yang penuh dengan sampah juga dibersihkan. Sampah-sampah yang terkumpul selanjutnya dibuang menuju tempat pembuangan sampah akhir sehingga pantai Botubarani selalu dalam keadaan bersih. Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 70
7 BANTUAN FASILITAS WISATA Pemerintah terus memberikan bantuan terutama fasilitas wisata untuk menunjang pengembangan dari pengelolaan wisata berbasis masyarakat di Pantai Botubarani. Bantuan dimulai dari Menteri Kelautan dan Perikanan berupa peralatan alat snorkeling (Gambar 48). Peralatan tersebut berupa masker, snorkel dan kaki katak sejumlah 50 set. Peralatan tersebut sangat bermanfaat bagi wisatawan untuk dapat melihat Hiu Paus dari dalam air. Bantuan tersebut diserahkan kepada Kelompok Sadar Wisata Hiu Paus Botubarani untuk dapat disewakan kepada wisatawan. Dengan penyewaan tersebut, maka wisata Hiu Paus di Pantai Botubarani akan memiliki nilai lebih karena adanya fasilitas penunjang wisata. Selain itu, uang yang dihasilkan dari penyewaan dapat menambah pemasukan bagi kelompok. Penyewaan alat snorkeling ini selanjutnya dikelola oleh bidang jasa wisata, baik pendataan penyewaan hingga perawatan alat. Photo by : SURAJI Kementerian Kelautan dan Perikanan Gambar 48. Dokumentasi pemberian bantuan Menteri Kelautan dan Perikanan berupa peralatan alat snorkeling 71 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
8 BPSPL Makassar kemudian memberikan bantuan berupa 4 set alat scuba dan 1 buah kompresor pengisi tabung selam, setelah sebelumnya memberikan Bimbingan Teknis Pemandu Wisata Selam dan Sosialisasi Pengenalan Sistem Informasi Database Ikan Dilindungi (SI DIDI). Dengan demikian, kegiatan wisata di desa Botubarani-pun berkembang sejalan dengan kelengkapan fasilitas dan keterampilan masyarakat setempat mengenai wisata yang terus meningkat. Untuk mendukung wisata dibidang penyelaman, BPSPL Makassar selanjutnya membentuk kelompok Tinelo Deheto. Kelompok ini beranggotakan warga Botubarani yang tertarik dan mampu dalam pelaksanaan wisata penyelaman. Kelompok berkoordinasi secara aktif dengan Kelompok Sadar Wisata Hiu Paus Botubarani dan fokus dalam usaha penyelaman berbasis masyarakat dan konservasi Hiu Paus di Pantai Botubarani. Melalui bimbingan teknis dan bantuan yang diberikan oleh BPSPL Makassar (Gambar 49), Tinelo Deheto menyediakan jasa persewaan alat selam dan pemandu bagi wisatawan yang berkunjung. Kelompok ini juga melakukan pengembangan kapasitas dan pelatihan dibidang wisata bagi masayarakat Desa Botubarani. a b c d Photo by : Kris Handoko BPSPL Makassar Gambar 49. (a) Pelatihan Pemandu Wisata Selam; (b) Bantuan Alat Snorkeling; (c & d) Bantuan Kompresor dan Alat Scuba Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo memberikan bantuan tempat sampah untuk menunjang kebersihan pantai Botubarani. Dua buah tempat sampah dengan dimensi yang cukup besar ditempatkan di dekat pantai dengan harapan dapat menampung sampah yang dihasilkan dari aktivitas wisata yang cukup ramai. Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 72
9 PENGAWASAN KEGIATAN WISATA Dinas Kelautan Perikanan dan Dinas Pariwisata Kabupaten Bone Bolango serta Provinsi Gorontalo bersama-sama terus mengawal kegiatan wisata Hiu Paus di Pantai Botubarani oleh Pemerintahan Desa yang menjadi pemeran utama bersama dengan Kelompok Sadar Wisata Hiu Paus Botubarani. Pengelolaan kegiatan wisata yang baik menjadi tujuan yang terus dipertahankan dan dikembangkan. Dalam menjaga situasi dan kondisi Pantai Botubarani agar tetap aman dan nyaman, Kepolisian melalui Polisi air dan TNI AL turut bersiaga. Keberadaan anggota Polisi dan TNI di Pantai Botubarani diharapkan menjaga kelancaran dan keamanan wisata dan mencegah adanya aksi kriminal. Pembangunan fasilitas wisata berupa pos pengawasan, tempat tunggu dan panggung dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Bone Bolango dan backdrop gambar dari BPSPL Makassar (Gambar 50). Bangunan ini mengubah pusat wisata yang awalnya hanya bangunan panggung sederhana yang dibuat masyarakat setempat. Bangunan dibangun tepat di Pantai Botubarani yang diharapkan dapat menambah kenyamanan wisatawan saat berkunjung. Photo by : Kris Handoko BPSPL Makassar Gambar 50. Pembangunan fasilitas wisata berupa pos pengawasan, tempat tunggu dan panggung oleh Dinas Pariwisata Kab. Bone Bolango BPSPL Makassar turut mengawasi kegiatan wisata Hiu Paus karena status spesies yang dilindungi. Wisata Hiu Paus yang ramah terus digalakkan bersama dengan pemerintah daerah yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya. 73 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
10 Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo 74 Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo xii
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo xii Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo xii BPSPL Makassar Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan HIU PAUS DI PANTAI BOTUBARANI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah,
Lebih terperinciBAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU
BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi daerah yang memiliki daya tarik tersendiri yang mampu menarik minat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang terkenal dengan sebutan kota budaya dan kota pelajar. Sebagai kota budaya dan kota pelajar, Yogyakarta menjadi daerah yang
Lebih terperinciKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT MAKASSAR
KARAKTERISTIK POPULASI HIU PAUS (Rhincodon typus) DAN POLA PERILAKU TINGGALNYA DI PANTAI BOTUBARANI, GORONTALO Population characteristic of Whale Shark (Rhincodon typus) and their pattern of residency
Lebih terperinciBAB VI RENCANA PENGELOLAAN
68 BAB VI RENCANA PENGELOLAAN Konsep dasar rencana pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung adalah mempertahankan dan memaksimalkan fungsinya sebagai taman pendidikan kelalulintasan, taman lingkungan hidup,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan keindahan alamnya. Keindahaan alam yang terdapat di Indonesia sangat berpotensi menjadi obyek wisata yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
114 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Aspek pengembangan suatu objek wisata diantaranya meliputi pengembangan tata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan di Indonesia yang sedang digalakkan dewasa ini, pada hakikatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pariwisata juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk di suatu daerah. fasilitas transportasi yang cukup memadai untuk membantu kelancaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk di suatu daerah menyebabkan mobilitas orang dan barang ikut meningkat, sehingga dibutuhkan fasilitas transportasi yang
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
BAB IV PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Potret Pengelolaan Pariwisata di Obyek Wisata Jembatan Akar, Studi Terhadap Pelaku Obyek Wisata Jembatan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. pengelolaan kebersihan lingkungan pantai di Bali dan Pantai Sanur Kaja.
BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya Telaah hasil penelitian sebelumnya menguraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan alam yang sangat besar, dimana terdiri dari beribu-ribu pulau yang tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat
Lebih terperinciVI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung
VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100
Lebih terperinciSTANDAR USAHA WISATA SELAM. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Paket Penyelaman B. Penyediaan Peralatan Selam
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA WISATA SELAM STANDAR USAHA WISATA SELAM I. PRODUK A. Paket Penyelaman B. Penyediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (September, 2007) menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia melalui 15 pintu
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pengembangan kawasan pesisir Barat Kabupaten Bengkulu Selatan sebagai kawasan wisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu sektor andalan dan mampu untuk memberikan konstribusi
Lebih terperinciBAB VI PERUBAHAN SETELAH PENDAMPINGAN. A. Kesadaran pentingnya Pengembangan Wisata bahari
BAB VI PERUBAHAN SETELAH PENDAMPINGAN A. Kesadaran pentingnya Pengembangan Wisata bahari Dalam sebuah pendampingan masyarakat, adanya perubahan yang baik merupakan hasil dari proses yang telah dilakukan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1020, 2014 KEMENPAREKRAF. Wisata Selam. Standar Usaha. Sertifikasi. Persyaratan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab
106 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Pedoman dalam memberikan kesimpulan, maka data-data yang dipergunakan
Lebih terperinciBAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM
BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETERTIBAN DALAM KAWASAN PELABUHAN PEMERINTAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETERTIBAN DALAM KAWASAN PELABUHAN PEMERINTAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciLAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama responden : Usia : Jenis Kelamin : Pria Wanita Pendidikan : SD SMP
Lebih terperinciDINAS PERHUBUNGAN, PARIWISATA, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI GORONTALO
DINAS PERHUBUNGAN, PARIWISATA, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI GORONTALO 1.TUGAS 2.FUNGSI : SEBAGAI PERANGKAT DAERAH YANG MEMBANTU GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI BIDANG PERHUBUNGAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan orang-orang semakin memiliki kemampuan untuk berwisata dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di Indonesia dan akan terus berkembang dengan perkembangan industrialisasi dan perubahan gaya hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selalu menjadi daerah yang menarik untuk bersantai, berekreasi melepas lelah, baik bersama keluarga maupun bersama kerabat. Akan tetapi aktifitas wisata di pantai
Lebih terperinci3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari
BAB 5 KESIMPULAN 5.1. Kriteria desain arsitektur yang sesuai untuk masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan Setelah mengkaji desa labang secara keseluruhan dan melihat teori -teori pengembangan tentang
Lebih terperinciRETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, obyek wisata yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada awalnya kebun binatang Medan didirikan dilahan seluas 3, 1 ha di jalan brigjen katamso pada tanggal 17 agustus 1968, namun dengan dikeluarkannya surat dari
Lebih terperinciBAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN
BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SELAM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Rapat 5, tgl 15-10-2008 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SELAM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa lalu lintas
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sesuai dengan Rencana Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dalam rangka pengembangan Kecamatan Insana Utara (Wini) sebagai Kota Satelit (program khusus)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang memiliki
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINTANG
1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,
Lebih terperinci6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Menimbang : Mengingat BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS
BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS A. Potensi Sumber Daya Pengembangan Wisata di Desa Kampung Baru Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata
Lebih terperinciANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU
ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Rizal, 2012:2) yang menyatakan bahwa penerapan ilmu dan teknologi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana penting di era modernisasi saat ini, sehingga menimbulkan ketergantungan manusia terhadap alat transportasi baik pribadi atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Persentasi Jumlah Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta Tahun Bus 8% Gambar 1. Pembagian Moda (Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2004)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angkutan umum merupakan suatu bentuk transportasi kota yang sangat esensial dan komplementer terhadap angkutan pribadi, tetapi pada kenyataannya hal ini tidak dapat sepenuhnya
Lebih terperinciPROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI
PROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI (Perahu Angkat dan Angkutan Sampah Kita) Tanggal pelaksanaan inovasi pelayanan publik Jum at, 01 Mei 2015 Kategori inovasi pelayanan publik Pelayanan langsung
Lebih terperinciNOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
S A L I N A N NO.13/C,2001 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa terminal merupakan fasilitas
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI
Lebih terperinci2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi
No.932, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPARENKRAF. Pondok Wisata. Standar Usaha. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan
Lebih terperinciPaket Ekowisata Bahari Segara Anakan Kabupaten Cilacap sebagai Poros Wisata Bahari di Pulau Jawa
Paket Ekowisata Bahari Segara Anakan Kabupaten Cilacap sebagai Poros Wisata Bahari di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan sebuah pulau yang selalu menjadi incaran wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah.transportasi merupakan suatu sarana yang berkorelasi positif terhadap
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat
Lebih terperinciPERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SYAHBANDAR DI PELABUHAN PERIKANAN Memiliki kompetensi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung 4.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung Tugas Pokok Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
Lebih terperinciDAFTAR ISI Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI.. ABSTRACT... Hlm i ii
Lebih terperinciPERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR
PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR Oleh : ISNURANI ANASTAZIAH L2D 001 437 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG
1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang
Lebih terperinciBAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA
BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA Pada bab ini akan lebih dibahas mengenai sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Permasalahan sarana prasarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya, pasar basah yang sering disebut sebagai pasar tradisional
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, pasar basah yang sering disebut sebagai pasar tradisional dipandang sebagai daerah yang kotor, sumber kemacetan lalu lintas dan tempat berasalnya para
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIJINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIJINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 8 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA OTORITAS WISATA USIA LANJUT/PENSIUNAN BALI (BALI RETIREMENT TOURISM AUTHORITY/BRTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Karang Makassar, Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, yang secara geografis terletak di koordinat 8
Lebih terperinciPengelolaan Site Penyelaman Manta Paling Sibuk di Raja Ampat. Dipresentasikan Oleh: Meidiarti Kasmidi Dalam Simposium Hiu dan Pari Manta Ke
Pengelolaan Site Penyelaman Manta Paling Sibuk di Raja Ampat Dipresentasikan Oleh: Meidiarti Kasmidi Dalam Simposium Hiu dan Pari Manta Ke-2 2018 Raja Ampat Jantung Segi tiga Karang Dunia JEJARING KAWASAN
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
46 BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Profil Dinas Perhubungan 1. Sejarah Dinas Perhubungan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan
Lebih terperinciBUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PUNGUTAN ATAS PEMAKAIAN SARANA PENUNJANG KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN SELAT PANTAR DAN LAUT SEKITARNYA DI KABUPATEN
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB V BENTUK KELEMBAGAAN LOKAL YANG MENGATUR TATA PERILAKU WISATAWAN
BAB V BENTUK KELEMBAGAAN LOKAL YANG MENGATUR TATA PERILAKU WISATAWAN 5.1 Gambaran Norma dan Adat Masyarakat Gili Trawangan Masyarakat Gili Trawangan merupakan masyarakat sasak yaitu masyarakat asli Lombok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
1 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu kecamatan yang ada di sidoarjo yang berbatasan langsung dengan laut utara yaitu kecamatan Jabon. Kecamatan Jabon sendiri memiliki potensi alam yang bisa
Lebih terperinciPERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA MUSEUM MULAWARMAN TENGGARONG
PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA MUSEUM MULAWARMAN TENGGARONG A. Rinto DWi Atmojo (Staf Pengajar Jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak A. RINTO DWI ATMOJO: Tujuan
Lebih terperinciBAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI
BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa
Lebih terperinciKriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan
Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan Peningkatan kualitas lingkungan (prinsip pembangunan berwawasan lingkungan) Pelayanan Terhadap Masyarakat (perbaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam kekayaan sumber daya alam. Keberagaman potensi alam, flora, fauna serta berbagai macam budaya, adat istiadat,
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM. kolonial Hindia Belanda termasuk wilayah Onder Afdeling Telokbetong yang
40 VI. GAMBARAN UMUM A. Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Kota Bandar Lampung Sejarah Kota Bandar Lampung terbagi atas 2 (dua) zaman, yaitu pada saat pra kemerdekaan dan saat kemerdakaan. Wilayah Kota Bandar
Lebih terperinciBAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau
BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau Secara garis besar, konsep wisata di Kecamatan Badau yaitu gabungan antara wisata alam dan wisata budaya. Wisata ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan merupakan daya tarik wisata yang sudah ramai dikunjungi sejak tahun 1930 (Picard, 2006). Hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kondisi Pariwisata Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan wisata Internasional. Kondisi geografis serta iklim yang unik dan menarik yang dimiliki oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN OBJEK
18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN BANDAR UDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa untuk tertib dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai ragam kebudayaan dan sumber daya alam yang menjadi modal utama untuk meningkatkan taraf hidup bangsa. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi. Fungsi alokasi, antara lain meliputi:
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka penyelengaraan pemerintahan, maka pemerintahan suatu negara pada hakekatnya mengemban tiga fungsi utama yakni fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai Profil Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api Stasiun Rancaekek Kabupaten Bandung sebagai bab akhir dari penulisan skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem tranportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas sistem, yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain
Lebih terperinciPROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN ,05 Juta ,23 Juta ,75 Juta ,31 Juta ,23 Juta
JUTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi saat ini yaitu masyarakat Indonesia menunjukkan minat yang semakin besar dalam menjelajah sektor pariwisata global. Berdasarkan
Lebih terperinci