BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Gambaran Umum Perusahaan X Perusahaan X berawal dari sebuah divisi sales pada salah satu induk perusahaan yang bergerak pada usaha pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Namun dengan semakin berkembangnya divisi tersebut, maka diputuskan oleh induk perusahaan untuk memberikan kesempatan kepada perusahaan X untuk dapat berdiri sendiri dan mempunyai badan hukum sendiri, serta dapat berkembang menjadi lebih besar lagi dikemudiaan harinya. Maka pada tanggal 1 Januari 2008 diputuskan divisi sales berpisah dari induk perusahaannya menjadi perusahaan X. Yang berfokus pada bidang sales dan distribusi produk. Adapun dalam perusahaan X terdapat 4 divisi : 1. Divisi Sales 2. Divisi Logistik 3. Divisi Admin 4. Divisi General Misi perusahaan X adalah memberikan solusi yang total untuk konsumen pasar di Indonesia. 50

2 Struktur organisai Perusahaan X : Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan X (Sumber: Dokumen perusahaan X) Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian atau informan dalam penelitian ini adalah individu yang dipilih karena representasi perusahaan yang berkaitan dengan sistem penilaian prestasi kerja perusahaan serta informan yang dipilih karena peneliti anggap dapat mewakili pihak perusahaan. Informan dalam penelitian ini berjumlah 4 (empat) orang, satu orang regional manager dan tiga supervisor. Di bawah ini disajikan tabel yang memuat karakteristik dari keempat subjek penelitian: 51

3 Kategori A B C D Usia Lama Bekerja 8 tahun 10 tahun 13 tahun 15 tahun Jabatan Regional Supervisor Supervisor Supervisor Manager Pendidikan S1 SMA SMA SMA Jenis Kelamin Pria Pria Pria Pria Analisa Subjek A Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Subjek A pada perusahaan X menjabat sebagai regional manager yang mana lama bekerja sudah kurang lebih 8 tahun. Awal berkarir subjek A adalah sebagai supervisor. Dengan pendidikan S1 dan perjalanan karier subjek A baik dengan awal berkarier langsung sebagai Supervisor dan dalam kurun waktu dua tahun subjek sudah menjabat sebagai area sales manager. Berselang pada tahun keempat subjek sudah menduduki posisi sebagai area manager dan pada tahun keenam subjek sudah menjadi regional manager. Pengembangan karier karyawan yang diharapkan setiap karyawan berbeda-beda dan memiliki makna bagaimana setiap karyawan sudah mempersiapkan diri, sebagaimana kutipan pendapat subjek A : Setiap orang pasti merencanakan bagaimana di nantinya mencapai suatu posisi yang diharapkan. Bagaimana secara bertahap sesorang itu mengatur strategi dalam pengembangan diri sendiri.. (wawancara tanggal 12 Juli 2013, jam WIB). 52

4 Analisa Subjek B Awal karier subjek B pada perusahaan X menjabat sebagai salesman dengan lama bekerja sudah kurang lebih 10 tahun. Pendidikan terakhirnya SMA, perjalanan karier subjek B menjalani karier pada perusahaan X cukup baik, dalam tahun kelima subjek sudah menjadi supervisor sampai saat ini. Dalam perjalanan karier subjek merasakan bagaimana dalam perusahaan X proses pengembangan karier banyak kendala yang dihadapi seperti kurangnya transparansi dalam pengembangan karier karyawan, seperti dalam kutipan subjek B : Memang harus ada kejelasan dan keterbukaan tentang kemampuannya masing-masing, saya hanya mampu sampai di sini karena kemampuannya hanya segitu. (wawancara tanggal 13 Juli2013, jam WIB) Analisa Subjek C Perjalanan subjek pada perusahaan X terbilang cukup lama dan panjang untuk posisi sebagai supervisor. Jabatan awal karier subjek C pada perusahaan X menjabat sebagai salesman dengan lama bekerja sudah kurang lebih 13 tahun. Pendidikan terakhir subjek adalah SMA dan perjalanan karier subjek C dalam menjalani karier pada perusahaan X terbilang lama.baru pada tahun kesepuluh subjek menjadi supervisor sampai saat ini. Dalam perjalanan kariernya subjek merasakan bagaimana dalam perusahaan X proses pengembangan karier cukup banyak kendala yang dihadapi seperti kurangnya perusahaan X memberikan pelatihan ataupun pembekalan dalam mempersiapkan karier karyawan untuk pada posisi selanjutnya, seperti dalam kutipan subjek C : Sudah lama sekali perusahaan memberikan training kurang lebih 5 tahun lalu, bahkan untuk pelatihan khusus untuk supervisor tidak ada, bagaimana kita bisa menjadi supervisor yang baik. (wawancara tanggal 11 Juli2013, jam WIB) 53

5 Analisa Subjek D Analisa subjek yang terakhir adalah subjek D yang memiliki masa kerja paling lama yaitu lima belas tahun. Awal karier subjek D sebagai salesman, kurang lebih ditempuh sebagai salesman selama sepuluh tahun. Perjalanan karier yang panjang untuk dapat menempati posisi sebagai supervisor. Subjek D mendapat penawaran dari perusahaan X untuk menduduki posisi supervisor. Namun saat mengetahui adanya kesempatan untuk menempati posisi supervisor, subjek mengalami keraguaan akan kemampuannya, rasa kurang percaya diri dan banyak hal yang membuat subjek D lama dalam memutuskan penawaran dari perusahaan X. Adanya kekuatiran subjek untuk menempati posisi supervisor. Akan tanggung jawab yang lebih besar. Seperti pendapat subjek D pada kutipan : Semua orang bisa jadi kepala tapi kalau pemimpin itu repot, tidak semua orang bisa. Banyak yang diurusin, belum target yang makin besar, belum lagi mesti mengarahkan anak buah dan lainnya, kan kalau sebagai salesman hanya memikirkan target pribadi saja dan mengurusi diri sendiri saja (wawancara tanggal 12 Juli 2013, jam WIB). 4.2 Proses Pengembangan Karier Karyawan Pada Perusahaan X Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil wawancara dengan semua informan/subjek penelitian. Dimana temuan tersebut akan membantu penulis dalam menemukan gambaran pengembangan karier karyawan pada perusahaan (PT) X. 54

6 Sejauh ini penulis belum pernah melihat adanya buku pedoman resmi yang mengatur secara tertulis mengenai kebijakan pengembangan karier di lingkungan Perusahaan X. Pengembangan karier baru merupakan kebijakan-kebijakan yaitu berupa arahan pucuk pimpinan kepada pengelola sumber daya manusia khususnya bagian kepegawaian. Kebijakan-kebijakan tersebut kemudian diikuti dengan langkah-langkah praktis yang bersifat administratif semata: seperti penerbitan surat keputusan pengangkatan, mutasi baik yang berupa promosi maupun demosi, alih tugas yang bersifat horizontal, dan sebagainya. Tetapi dengan pengamatan yang jeli, pada dasarnya kebijakan-kebijakan yang berlaku dari waktu ke waktu sangat terlihat adanya pola-pola tertentu yang mengarah kepada suatu perencanaan pengembangan karier. Untuk mengetahui detail hasil penelitian juga atas tanggapan informan terhadap pertanyaan, maka disusunlah sistematika pembahasan sebagai berikut: Perencanaan Karier Tujuan perencanaan karier adalah menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan, kemampuan-kemampuan, dan tujuan-tujuan karyawan dengan kesempatankesempatan dan tantangan saat ini dan di masa mendatang dalam perusahaan. Dengan kata lain, perencanaan karier dirancang untuk meningkatkan kesempatankesempatan bahwa perusahaan menempatkan orang yang tepat di tempat yang benar pada waktu yang tepat (the right man on the right job/place on the right moment). Jadi, perencanaan karier ditujukan untuk menyerasikan pengetahuan, keahlian/keterampilan, kemampuan, dan tuntutan-tuntutan pekerjaan dengan kepribadian, minat-minat, dan preferensi-preferensi, perkerja/karyawan. 55

7 Berkaitan dengan perencanaan karier, ilustrasi menarik disampaikan oleh Simamora (2006: 517) bahwa individu-individu merasa tergerak untuk terikat dalam perencanaan karier karena lingkungan kerja saat ini sangat kompetitif. Selain itu, makna sukses juga telah melebar tidak hanya meliputi gaji dan status saja, namun juga kontribusi pribadi dan realisasi potensi diri. Para karyawan dewasa ini merasa berhak terhadap hal-hal seperti tugastugas yang diperkaya, partisipasi dalam pengambilan keputusan yang makin meningkat, keamanan pekerjaan, dan perlakuan yang adil. Para karyawan juga semakin memperhatikan keseimbangan antara tuntutan-tuntutan pekerjaan, keluarga, dan aktivitas-aktivitas waktu senggang mereka. Lebih jauh ditegaskan bahwa manajemen karier yang efektif berarti utilisasi sumber daya yang efektif dan kesempatan kerja yang sama. Jika, para karyawan yang potensial keahliannya kurang didayagunakan dan disalahgunakan, akan menyebabkan kekecewaan dan merasa tidak puas, hal tersebut seperti yang dikutip penulis dari informan A sebagai seorang regional manager: Kalau boleh berbicara, setiap orang pasti merencanakan bagaimana di nantinya mencapai suatu posisi yang diharapkan. Bagaimana secara bertahap sesorang itu mengatur strategi dalam pengembangan diri sendiri. Apabila hal tersebut sudah tertata dengan baik, tapi pada kenyataannya perusahaan tidak mendukung ya pasti akan mengakibatkan kekecewaan, akan membuat orang patah semangat. Bisa kita lihat sekarang fenomena yang ada, mana yang dekat mana yang disukai dia, malah dia yang naik atau jadi pegang jabatan. (wawancara tanggal 12 Juli 2013, jam WIB). Menurut hemat penulis apa yang sudah dikatakan B di atas adalah sesuatu yang logis dan hal ini merupakan pertanda bahwa perencanaan karier di jajaran 56

8 perusahaan sudah ada namun untuk dapat dikatakan sudah ideal sepertinya belum terlaksana. Dari pendapat informan diatas menunjukkan bahwa perencanaan karier baik individu maupun perusahaan harus mempunyai perencanaan untuk masa yang akan datang. Kemudian terkait dengan pelaksanaan perencanaan karier tersebut berjalan dengan baik atau tidak itu tergantung bagaimana individu dan perusahaan tersebut dapat berjalan seiring antara kebutuhan masing-masing. Kondisi demikian menyatakan bahwa perencanaan karier belum dilaksanakan disebabkan karena tidak adanya standar teknis yang dijadikan persyaratan yang dibutuhkan untuk sesorang menduduki suatu jabatan, jalan keluarnya adalah perlu adanya persyaratan substantif yang dapat dijadikan pedoman. Persyaratan tersebut misalnya, kompetensi, prestasi, dedikasi, loyalitas dan tidak tercela. Dan semua persyaratan tersebut harus dicantumkan dengan rinci dalam suatu buku pedoman perusahaan yang dapat dibaca oleh semua karyawan. Sebagai karakteristik individu yang melekat, kompetensi merupakan bagian dari kepribadian individu yang relatif dalam dan stabil, serta dapat dilihat dan diukur dari perilaku individu yang bersangkutan, di tempat kerja atau dalam berbagai situasi. Untuk itu kompetensi seseorang mengindikasikan kemampuan berperilaku seseorang dalam berbagai situasi dan relatif konsisten untuk suatu periode waktu yang cukup panjang, dalam artian bukan hal yang kebetulan sesaat semata. Kompetensi memiliki persyaratan yang dapat digunakan untuk menduga yang secara empiris terbukti merupakan penyebab suatu keberhasilan. 57

9 Misalnya dengan kompetensi yang dimilikinya, untuk bisa meningkatkan kariernya harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan sehingga karyawan tersebut dapat berprestasi sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kompetensi ini juga harus ada syarat berapa tahun minimal karyawan tersebut menggeluti bidangnya. Sedangkan dedikasi, loyalitas dan tidak tercela merupakan cerminan dari sikap karyawan tersebut selama menjalankan tugas yang dibebankan. Sedangkan mengenai seorang karyawan yang memiliki produktifitas yang tinggi, melalui jalur dan jenjang yang benar dalam meniti kariernya merupakan sesuatu yang sangat diharapkan oleh perusahaan. Tersedianya sumber daya manusia yang memadai merupakan hal utama dalam keberhasilan pengembangan karier karyawan, karena tanpa sumber daya manusia yang kualitasnya baik, perencanaan karier tidak akan dapat dilaksanakan, sehingga tujuan dari perusahaan atau tujuan dari pengembangan karier itu sendiri tidak akan tercapai. Selanjutnya terkait dengan kesempatan seorang karyawan untuk mengetahui peluang promosi (kepangkatan dan jabatan), rotasi dan pendidikan secara transparan atau kurang transparan, penulis mendapatkan pendapat dari informan berinisial C, mengungkapkan sebagai berikut : Kalau kita sering hadir di rapat-rapat pimpinan atau manajer, kita baru dapat informasinya, kalau tidak yaaaa mana mungkin kita dapat informasi. (wawancara tanggal 11 Juli 2013, jam WIB) Hal yang sama juga disampaikan informan berinisial D yang mengungkapkan : Sampai sekarang kelihatannya belum transparan, dalam arti bahwa misalnya dari pucuk pimpinan dalam tiap tahunnya akan ada formasi yang kosong, setelah itu formasi ini diberikan kesempatan pada orang-orang 58

10 yang mempunyai persyaratan itu tadi. (wawancara tanggal 12 Juli 2013, jam WIB) Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa informan diatas, ini menunjukkan bahwa kesempatan seorang karyawan untuk mengetahui peluang yang ada masih belum transparan. Hal ini akan mengakibatkan kekecewaan karyawan terhadap perencanaan karier yang ada. Jadi seorang karyawan harus memahami permasalahan perencanaan karier di perusahaan X pada saat ini. Pada beberapa poin, perencanaan karier perlu terfokus pula pada pencapaian psikologis yang tidak harus selalu memerlukan promosi (Simamora, 2006:514). Dijelaskan pula oleh Simamora bahwa ada dua elemen utama perencanaan karier, yaitu perencanaan karier perusahaanonal (organizational career planning) dan perencanaan karier individual (individual career planning). Perencanaan karier perusahaanonal mengintegrasikan kebutuhan sumber daya manusia dan sejumlah aktivitas karier, lebih menitikberatkan pada jenjang atau jalur karier. Perencanaan karier individual berbeda secara filosofis dan prosedural dari perencanaan karier perusahaanonal. Jenis perencanaan karier ini terfokus pada individu dan keinginan, keahlian dan hasrat karyawan. Yang paling penting, perencanaan karier individual meliputi latihan diagnostik dan prosedur untuk membantu orang tersebut menentukan siapa saya dari segi potensi dan kemampuannya. Hal ini juga sempat terekam oleh penulis dari informan B yang mengatakan bahwa : Memang harus ada kejelasan dan keterbukaan tentang kemampuannya masing-masing, saya hanya mampu sampai di sini karena kemampuannya hanya segitu. Dan lagi, seharusnya hasil evaluasi perusahaan kepada tiap calon manajer atau supervisor diumumkan secara terbuka, sehingga tidak 59

11 ada kesalahpahaman diantara sesama karyawan mengenai kriteria kenaikan jabatan. (wawancara tanggal 13 Juli 2013, jam WIB) Dengan kata lain, terdapat dua sudut pandang yang berbeda berkaitan dengan perencanaan karier, yaitu perencanaan karier dapat bersifat terpusat pada perusahaan, pada individu, atau pada keduanya (Mathis dan Jackson, 2002:62). Menurut kedua ahli tersebut, ada empat karakteristik individual yang mempengaruhi bagaimana orang-orang membuat pilihan karier: 1. Karier. Orang cenderung mengejar karier yang diyakini cocok dengan minatnya; 2. Jati diri. Karier merupakan perpanjangan jati diri seseorang, juga sebagai hal yang membentuk jati dir; 3. Kepribadian. Faktor ini mencakup orientasi pribadi karyawan (sebagai contoh, apakah karyawan bersifat realistis, menyenangkan, dan artistik dan membutuhkan individual termasuk afiliasi, kekuasaan, dan kebutuhan berprestasi); 4. Latar belakang sosial. Status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan dan pekerjaan dari orang tua di karyawan merupakan faktor yang termasuk dalam kategori ini. Dari uraian diatas, menyatakan bahwa karier individu dan perusahaan tidak terpisah dan berbeda. Untuk itu, perusahaan perlu membantu karyawan dalam merencanakan karier sehingga dapat saling memenuhi kebutuhankebutuhan keduanya (perusahaan dan karyawan). Pengembangan karier adalah pendekatan formal yang diambil perusahaan guna memastikan bahwa orang-orang dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat tersedia pada saat dibutuhkan. 60

12 4.2.2 Manajemen Karier Pelaksanaan perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia di perusahaan X berada di bawah tanggung jawab bagian kepegawaian yang dikepalai oleh seorang kepala HR & GA (Human Resources and General Affairs), dan peranan yang penting dalam proses perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia seharusnya berada di bidang ini, sehingga penulis lebih banyak menggali informasi pada bidang ini. Di sisi lain, tugas dari bagian kepegawaian secara umum adalah melaksanakan pengelolaan urusan kepegawaian di lingkungan Perusahaan X. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, bagian kepegawaian menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1. Penyiapan penyusunan formasi, pendataan dan pengembangan karyawan di lingkungan Perusahaan X; 2. Penyiapan bahan penetapan mutasi dan administrasi jabatan fungsional dan jabatan struktural di lingkungan Perusahaan X dan penyiapan bahan penetapan pemberhentian karyawan di lingkungan Perusahaan X. Di bagian ini membawahi sub bagian umum kepegawaian yang berkaitan dengan penyiapan bahan penyusunan formasi, pendataan, pengembangan karyawan, pengelolaan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan, pengurusan asuransi kesehatan, dan pembinaan sumber daya manusia di lingkungan Perusahaan X, subbagian mutasi dan administrasi jabatan fungsional berkaitan dengan penyiapan bahan penetapan pengangkatan, kepangkatan, penggajian, 61

13 pemindahan, mutasi kepegawaian lainnya dan pengelolaan administrasi jabatan fungsional di lingkungan Perusahaan X. Pengembangan karyawan pada hakekatnya adalah suatu upaya pemenuhan kebutuhan tenaga kerja secara kualitatif sesuai dengan persyaratan pekerjaan yang ditentukan dengan mempertimbangkan kepentingan-kepentingan individu karyawan untuk dapat mengembangkan potensinya seoptimal mungkin mencapai karier setinggi-tingginya di dalam perusahaan, sehingga implementasi perencanaan sumber daya manusia tidak terlepas pada pemilihan teknik yang merupakan starting point dalam melaksanakan berbagai aktivitas yang berhubungan dengan gaya manajerial, nilai dan budaya secara keseluruhan. Beberapa teknik perencanaan sumber daya manusia dapat diimplementasikan dalam proses rekrutmen dan perencanaan karier antara lain : 1. Rekrutmen; Identifikasi kemungkinan ketidakcocokan antara supply dan demand perusahaan serta solusi penyesuaiannya melalui proses rekrutmen. Oleh karena itu diperlukan pendekatan baru yang mempertimbangkan kombinasi kompetensi karyawan melalui pengetahuan, keterampilan dan sikap serta pengalaman yang dimiliki. Perencanaan manajemen sumber daya manusia dapat dijadikan petunjuk dan memberikan wawasan masa yang akan datang bagi orang-orang yang diperlukan untuk menyampaikan produk-produk inovatif atau pelayanan berkualitas yang difokuskan melalui strategi bisnis dalam proses rekrutmen. 2. Perencanaan karier; hal ini membutuhkan pengertian proses-proses yang diintegrasikan pada karakteristik individual dan preferensi (pilihan atau 62

14 kecenderungan jiwa seseorang) serta implikasinya pada budaya perusahaan, strategi bisnis, struktur perusahaan dan perubahan, sistem reward, pelatihan dan sistem pengembangan, serta penilaian dan sistem promosi. Beberapa perusahaan dewasa ini menekankan pada tanggungjawab individual bagi pengembangan karier masing-masing. 3. Evaluasi perencanaan sumber daya manusia; Perencanaan sumber daya manusia dapat digunakan sebagai indikator kesesuaian antara supply dan demand bagi sejumlah orang-orang yang ada dalam perusahaan dengan keterampilan yang dibutuhkan perusahaan; perencanan ini juga berguna sebagai early warning perusahaan terhadap implikasi strategi bisnis bagi pengembangan sumber daya manusia dengan melakukan audit terhadap SDM yang ada. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam evaluasi perencanaan sumber daya manusia meliputi: 1) Evaluasi sebagai bagian dari audit komunikasi general atau survai sikap karyawan, dimasukkannya hal-hal berikut sebagai bagian audit yang lebih luas atau tinjauan fungsi sumber daya manusia: Nilai tambah yang diperoleh perusahaan, misalnya dalam mengembangkan manusia atau pengurangan perpindahan tenaga kerja. Dalam pemenuhan target departemen manajemen sumebr daya manusia atau penetapan fungsi. Dalam pengawasan pencapaian equal opportunity target dalam hal gender atau ras. 63

15 Sebagai bagian bentuk internal atau eksternal bench-marking komparasi dari perencanaan sumber daya manusia yang digunakan dan outcomes dalam bagian lain di perusahaan yang sama. 2) Melakukan review atas penilaian individu. Selanjutnya dalam manajemen karier, Perusahaan X mengikuti sistem perekrutan dan kriteria sebagai berikut: 1. Sistem Rekrutmen Rangkaian proses rekrutmen di perusahaan X mengikuti 3 (tiga) buah rangkaian proses, yaitu proses rekrutmen, seleksi dan penempatan. Adapun masing-masing memeiliki pengertian umum sebagai berikut (diambil dari artikel profil perusahaan): Rekrutmen (recruitment) merupakan rangkaian kegiatan yang didesain untuk menarik calon tenaga kerja yang sesuai dengan potensi dan kemampuannya (kompetensi). Seleksi (selection) merupkan proses untuk memilah para pencari/pelamar kerja berdasar pada pengetahuan, keterampilan, kemampuan, nilai-nilai yang dianut dan karakteristik-karakteristik lain yang dibutuhkan untuk diterima bekerja di perusahaan. Penempatan (placement) merupakan proses/tahapan untuk menempatkan calon pegawai sesuai dengan seluruh kapasitas yang dimiliki oleh calon pegawai tersebut dengan posisi yang ada di dalam perusahaan (the right man in the right place). 64

16 2. Kriteria Pegawai Seluruh karyawan grup perusahaan X diharuskan memahami nilai-nilai dan budaya organisasi (perusahaan), sehingga proses rekrutmen yang dilakukan juga harus tetap berpegang teguh kepada hal-hal tersebut. Nilai-nilai perusahaan X yang wajib dimiliki oleh setiap pegawai adalah: Integritas: bersikap jujur, menjunjung tinggi etika dan moral. Keadilan: bertindak adil dan bermartabat. Komitmen: dapat diandalkan dan bertanggung jawab, teguh dalam memenuhi tugas dan tujuan perusahaan. Disiplin: teguh dan taat terhadap tujuan, strategi dan kebijakan. Motivasi: dorongan yang timbul untuk melakukan suatu pekerjaan yang dilandasi oleh minat dan kesungguhan akan pekerjaan untuk mencapai hasil yang terbaik. Kemudian tanggapan tentang pengangkatan seorang karyawan ke dalam suatu jabatan didasarkan pada objektivitas yang jelas dan sesuai dengan kriteria, persyaratan dan aturan yang ada, menurut penulis hal tersebut sangat diharapkan agar perusahaan dinilai telah melaksanakan berbagai aturan dan kebijakan tata cara serta prosedur untuk pengangkatan karyawan ke dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional. Namun hal ini dibantah oleh seorang informan yang berinisial B, menyatakan bahwa : Objektifitas yang ada sekarang ini hanya pada orang-orang tertentu saja. Ada, (namun tidak banyak) orang yang mendapatkan jabatan yang tidak sesuai dengan kriteria-kriteria tersebut, yang hanya mengandalkan kerja kerasnya dalam tanda kutip pintar mencari waktu kerja. (wawancara tanggal 13 Juli 2013, jam WIB) 65

17 Selanjutnya B mengatakan, Bagaimana mau merencanakan karier secara jelas... database saja yang ada di kantor pusat belum lengkap dan bisa kita lihat, banyak jabatan kosong namun dalam pengisiannya begitu lamanya dan bahkan dibiarkan begitu saja tanpa ada yang mengisi jabatan tersebut. Menurut pandangan penulis apa yang sudah dikatakan B adalah suatu hal yang logis dan hal ini diperkuat lagi dengan faktor sumber daya manusia dari karyawan di jajaran perusahaan, terutama divisi sales. Sehingga hal tersebut akan mengakibatkan perasaan kecewa dan kurang termotivasi dalam rangka menjalankan tugasnya dikarenakan perjalanan kariernya sebagai karyawan kurang mendapatkan perhatian dari pimpinan perusahaan. Berkaitan dengan pernyataan diatas, seluruh karyawan berpendapat dan berharap bahwa sistem karier dalam manajemen kepegawaian harus dilaksanakan berdasarkan pada prinsip merita (merit system), yakni sistem karier yang didasarkan pada prestasi kerja, dengan ketentuan yang jelas untuk penilaian prestasinya. Pembahasan tentang karier dalam rangka manajemen karier bertitik tolak dari asumsi dasar bahwa seseorang yang mulai bekerja setelah penempatan dalam suatu perusahaan akan terus bekerja untuk perusahaan tersebut selama masa aktifnya hingga seseorang memasuki usia kurang produktif (tua). Adalah hal yang logis dan wajar apabila dalam kehidupan perusahaan seseorang mengajukan berbagai pertanyaan yang menyangkut karier dan prospek perkembangannya di masa depan. Selanjutnya mengenai pandangan seorang karyawan yang telah mendapatkan dan mengikuti training/kursus akan mendapatkan prioritas utama 66

18 apabila ada kesempatan promosi, hal tersebut ditanggapi agak dingin oleh supervisor C pada saat diwawancarai. Menurut pendapatnya: Setiap karyawan yang telah banyak menerima training/kursus belum tentu akan mendapatkan promosi dengan cepat. Kalau menurut saya sih tergantung pimpinan menilai kinerja kita, kita juga harus introspeksi diri, apakah kita mampu untuk memegang amanat tersebut dengan bekal yang sudah kita miliki. Memang sekarang banyak senior yang sudah dapat S2 dan buru-buru mencari jabatan karena sudah selesai pendidikannya, tapi menurut saya kembali pada atasan kita menilainya, bukan berarti kita telah mendapatkan pendidikan, lantas bisa memperoleh langsung jabatan... yaaa, tidak juga sih (wawancara tanggal 9 Juli 2013, jam WIB). Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk menjadi seorang manajer atau supervisor, jangan mempersepsikan kalau sudah mendapat bekal pendidikan akan bisa langsung promosi. Pendapat seperti ini akan mengakibatkan bumerang pada seorang karyawan tersebut. Artinya pengembangan karier yang diberikan Perusahaan X untuk memenuhi kebutuhan karyawannya belum tentu karyawan tersebut mempersepsikannya demikian. Padahal banyak pakar manajemen yang berpendapat bahwa karyawan yang mempunyai persepsi positif terhadap pengembangan kariernya dalam perusahaan, cenderung mempunyai kepuasan dan motivasi kerja yang tinggi untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Kalau menanggapi tentang kendala yang terjadi dalam rangka manajemen karier karyawan pada Perusahaan X pada umumnya bisa dikatakan hal yang wajar. Seperti yang disampaikan subyek A: Kalau berbicara tentang kendala semua disini mempunyai kendala, namun secara serius dilihat dari segi perencanaan awal terhadap calon karyawan maka ini sebetulnya yang menjadi tantangan bagi kita, pertama masalah kualitas dari calon karyawan misalnya, terus terang saja ya, itu semua jauh dari yang kita harapkan. Hal ini tentunya merupakan masalah yang paling mendasar, dan masih ada permasalahan yang tentunya tidak 67

19 bisa kita jelaskan secara terperinci namun kamu (peneliti) juga akan menemukan ketika menjalankan tugas dilapangan nantinya. ( wawancara tanggal 12 Juli 2008,jam WIB) Lebih lanjut subyek A menyatakan : Sebetulnya perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia bagi karyawan itu tidak sulit, tinggal bagaimana rekan-rekan kita itu diarahkan, artinya teman-teman supervisor di tiap divisi memberdayakan para karyawan yang mempunyai potensi untuk bisa mengembangkan dirinya sampai pada akhirnya mencapai posisi yang diharapkan. Pertanyaan A diatas didukung oleh C yang adalah salah seorang supervisor, dimana C mengatakan bahwa kendala dalam pengembangan karyawan itu merupakan hal yang wajar, selanjutnya C menjelaskan : Saya pikir wajar, kalau saat ini kita mempunyai kendala dalam hal pengembangan terutama bagi karyawan di divisi sales?, Kenapa demikian karena adanya perkembangan dalam manajemen sumber daya manusia pada saat ini. Perencanaan karier sebenarnya sudah dijalankan di divisi lain dan bahkan sudah mempunyai pola pengembangan karier tersendiri, namun karena kita masih menginduk pada perusahaan induk sehingga konsep pembinaan karier bagi karyawan masih mengacu pada pola karier yang ada di perusahaan induk yang masih bersifat administratif. Oleh karenanya dibutuhkan rancangan-rancangan baru dalam proses pengembangan karyawan di lingkungan divisi sales, sehingga untuk perkembangan perusahaan kedepan dapat diimbangi oleh program pembinaan karier yang cukup signifikan serta bermanfaat bagi karyawan tersebut? (wawancara tanggal 11 Juli 2013, jam WIB). Sebagaimana telah ditulis dalam bab sebelumnya bahwa pengembangan karyawan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan akan tenaga yang kompeten pada perusahaan di waktu yang akan datang. Pandangan umum ini mengandung arti bahwa ada empat kegiatan yang saling berhubungan, yang membentuk sistem perencanaan sumber daya manusia yang terpadu (integrated): persediaan sumber daya manusia sekarang, peramalan (forecasts) suplai dan permintaan sumber daya manusia, 68

20 rencana-rencana untuk memperbesar jumlah individu-individu yang qualified, dan berbagai prosedur pengawasan dan evaluasi untuk memberikan umpan balik kepada sistem. Hal ini berarti mengestimasi secara sistematis permintaan (kebutuhan) dan suplai tenaga kerja perusahaan di waktu yang akan datang. Ini memungkinkan bagian kepegawaian dapat menyediakan tenaga kerja secara lebih tepat sesuai dengan kebutuhan perusahaan idealnya, perusahaan harus mengidentifikasikan baik kebutuhan-kebutuhan personalia jangka pendek maupun jangka panjang melalui perencanaan. Untuk selanjutnya perusahaan tersebut akan melakukan pembinaanpembinaan terhadap karyawan melalui berbagai pengembangan kemampuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai tuntutan kebutuhan perusahaan. Dalam pembinaan karyawan tersebut salah satu unsur penting yang dapat dilakukan adalah pengembangan karier karyawan, karena pengembangan karier karyawan akan memberi manfaat ganda kepada perusahaan dan memenuhi harapan karyawan terutama untuk kemajuan kariernya. Perencanaan sumber daya manusia yang efektif mengharuskan pimpinan perusahaan untuk menemukan cara terbaik dalam mengkaryakan karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan dan meningkatkan kinerja perusahaan dan memenuhi tujuan-tujuan pribadi antara lain karier karyawan. Kemudian terhadap pertanyaan mengenai mutasi dan promosi seorang karyawan didasarkan atas penghargaan atas prestasi kerja bukan atas pertimbangan kemanusiaan. Dijelaskan oleh informan (B) sebagai berikut : 69

21 Kami sebagai perusahaan swasta, memakai kriteria utama promosi jabatan adalah tercapainya target penjualan. Jadi kalau seorang karyawan mau cepat naik jabatan...ya dia harus tercapai target yang telah ditetapkannya. Namun, kendala pasti ada dalam artian kadangkala tidak semua promosi berdasarkan pencapaian target tapi didasarkan atas kedekatan, nah itulah yang tengah diminimalisir oleh perusahaan (wawancara tanggal 13 Juli 2013, jam WIB). Terungkap dalam hasil wawancara diatas, adanya persetujuan dari para supervisor selaku informan bahwa diperlukan mekanisme mutasi dan promosi seorang karyawan didasarkan atas penghargaan atas prestasi kerja bukan atas pertimbangan kemanusiaan. Namun promosi ke setiap jenjang karier yang lebih tinggi pada jalur karier manajerial bukanlah hak mutlak yang dimiliki karyawan, melainkan merupakan penghargaan dari instansi kepada karyawan yang memenuhi persyaratan administratif sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dimana promosi tersebut dapat dilaksanakan apabila : (a) tersedia formasi, (b) memenuhi persyaratan berdasarkan hasil assessment, dan (d) memenuhi persyaratan lainnya sesuai peraturan yang berlaku Pengembangan Karier Pada dasarnya implementasi rencana-rencana karier memerlukan pengembangan karier. Pengembangan karier merupakan upaya-upaya seorang karyawan untuk mencapai suatu rencana karier. Kegiatan-kegiatan ini mungkin didukung oleh perusahaan itu atau tidak sama sekali. Betapapun baiknya suatu rencana karier yang telah dibuat oleh seorang karyawan disertai oleh suatu tujuan karier yang wajar dan realistik, rencana tersebut tidak akan menjadi kenyataan tanpa adanya pengembangan karier yang 70

22 sistematik dan programatik. Dalam hal ini termasuk adanya upaya perusahaan yang berupa program dan aktivitas untuk membantu perencanaan karier para karyawan. Memang sukar menemukan suatu pola universal mengenai karier semua orang karena yang terjadi sangat beragam. Ada orang yang mencapai kemajuan dalam karier berdasarkan suatu rencana karier tertentu. Tetapi tanpa direncanakan pun, ada orang yang meraih kemajuan dalam kariernya, sehingga kemajuan itu dihubung-hubungkan dengan nasib baik. Terlepas dari tepattidaknya soal nasib dikaitkan dengan karier seseorang, yang jelas adalah bahwa prestasi kerja, pengalaman, pelatihan dan pengembangan, ternyata berperan penting dalam menempuh berbagai jalur karier seseorang (Siagian, 2005:206). Mengenai tanggapan terkait dengan pelaksanaan sistem pengembangan karier karyawan yang berlaku sekarang telah memberi kesempatan yang sama bagi setiap karyawan, ini diungkapkan informan D bahwa : Pola karier yang sekarang ini masih belum berjalan sesuai dengan ideal yang ditetapkan perusahaan, artinya masih belum memberikan kesempatan yang sama bagi semua karyawan. Jadi kita harus membedakan antara kepala dan pemimpin harus beda? Semua orang bisa jadi kepala tapi kalau pemimpin itu repot, tidak semua orang bisa. (wawancara tanggal 12 Juli 2013, jam WIB). Hal penting yang lain, dalam rangka pengembangan karyawan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas, seperti : kecakapan, pengetahuan, keahlian dan karakter karyawan dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan kepada karyawan harus sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan, sehingga peningkatan kualitas karyawan akan benar-benar terpenuhi. 71

23 Untuk melaksanakan pengembangan karyawan dilakukan berdasarkan hasil penyusunan analisa jabatan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mengadakan seleksi tenaga kerja guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang ada; 2. Mengadakan identifikasi kemampuan, ketrampilan, potensi karyawan yang telah ada dengan mengarah alat ukur yaitu sistem penilaian karyawan, sehingga dapat diketahui : 1) Seberapa jauh karyawan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan; 2) Seberapa jauh penempatan karyawan sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang bersangkutan. 3) Seberapa jauh karyawan dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya. Hal ini juga didasarkan bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan mempengaruhi pemilihan pekerjaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin luas pengetahuan seseorang, maka keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan tingkat tantangan yang tinggi semakin kuat. Harapan-harapan dan ide kreatif akan dituangkan dalam usaha penyelesaian tugas yang sempurna. Pendidikan dan pelatihan di sini ditujukan untuk pengembangan kompetensi dan karier karyawan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan kinerja Perusahaan X pada masa kini dan masa yang akan datang. Bentuk pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan kompetensi dan karier karyawan dapat berupa : 1. Pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan D3, S1, S2 dan S3; 2. Pelatihan penjenjangan yang terdiri dari Diklat Latpim dan sebagainya; 72

24 3. Pelatihan teknis baik substansi supervisor maupun substansi departemen. Terhadap hasil pengumpulan data tanggapan informan mengenai kebijakan perusahaan Perusahaan X masih perlu menambah pelatihan-pelatihan yang berorientasi pada lingkungan perusahaan, garis tugas, wewenang, misi dan visi perusahaan dalam rangka pengembangan karier karyawan, berpendapat bahwa pendidikan dan pelatihan tersebut perlu sekali diadakan bahkan menginginkan adanya komponen yang terkait dengan sistem pengembangan karier karyawan supervisor yang sejalan dengan : 1. Visi, Misi, Sasaran dan Prosedur Perusahaan Perusahaan X, yang merupakan indikator umum kinerja, kebutuhan prasarana dan sarana termasuk kebutuhan kualitatif dan kuantitatif sumber daya manusia yang ada. 2. Peta jabatan, yang merupakan refleksi komposisi jabatan, yang secara vertikal menggambarkan struktur kewenangan tugas dan tanggung jawab jabatan dan secara horisontal menggambarkan pengelompokan jenis dan spesifikasi tugas dalam perusahaan Perusahaan X. 3. Standar kompetensi, yaitu tingkat kemampuan/keahlian, lingkup tugas dan syarat jabatan yang harus dipenuhi untuk menduduki suatu jabatan agar dapat tercapai sasaran perusahaan yang menjadi tugas, hak, kewajiban dan tanggungjawab dari pemangku jabatan struktural. 4. Alur karier, yaitu pola alternatif lintasan perkembangan dan kemajuan karyawan sepanjang pengabdiannya dalam jajaran Supervisor. Sesuai 73

25 dengan filosofi bahwa perkembangan karier karyawan harus mendorong peningkatan prestasi karyawan itu sendiri. Tanggapan Informan mengenai kewajiban perusahaan X untuk mewujudkan dan harapan prestasi bagi setiap karyawannya berpendapat mendukung dengan pernyataan di atas. Karyawan menginginkan pihak pengelola karier (pimpinan instansi perusahaan X) senantiasa memiliki kewajiban secara intensif terhadap perwujudkan sasaran dan harapan prestasi bagi setiap karyawan seperti dukungan pimpinan unit, pemahaman dan pelaksanaan aturan perilaku, dan adanya pola rekruitmen yang jelas, frekuensi diklat teknis substansi yang semakin banyak dan memberikan kesempatannya secara merata bagi karyawan. Selanjutnya adanya pola promosi dan mutasi yang jelas dan transparan merupakan kunci dari aspek pengembangan karier karyawan. Pemenuhan pelatihan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan keterampilan bagi karyawan jajaran supervisor merupakan hal utama yang harus dipenuhi oleh bagian pengembangan sumber daya, agar kreativitas karyawan semakin meningkat dalam mencapai tujuan perusahaan Perusahaan X. Oleh karena itu kewajiban-kewajiban dalam menjalankan tugas tidak akan terlaksana dengan baik, apabila unsur pelaksana kewajiban tidak dibekali dengan sumber daya manusia yang terlatih dan mempunyai dedikasi tinggi terhadap pekerjaan. Untuk mewujudkan hal tersebut sebelum melakukan pembinaan terhadap narapidana maka unsur karyawan jajaran supervisor terlebih dahulu harus mendapatkan pembinaan melalui manajemen yang baik. Proses manajemen sumber daya manusia adalah prosedur yang berlangsung terus menerus guna untuk 74

26 mempertahankan suatu perusahaan, dimana mempekerjakan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula (the right man on the right place). Tak dapat dipungkiri, pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu pendekatan utama dalam mengembangkan sumber daya manusia. Hal ini dilakukan sebagai pendekatan, karena pendidikan dan pelatihan mempunyai peran strategis terhadap keberhasilan mencapai tujuan perusahaan. Di sisi lain juga sebagai keberhasilan individu bagi karier karyawan/karyawan dan dapat meningkatkan kualitas profesionalnya. Kemudian atas tanggapan mengenai pimpinan perusahaan perusahaan X senantiasa memberikan komunikasi, perintah, bantuan dan dukungan pengembangan karier bagi setiap karyawan, informan mengharapkan karyawan mengharapkan kepada pimpinan perusahaan selaku pengelola karier memberikan komunikasi, perintah, bantuan dan dukungan melalui sarana formal yang memberi pekerjaan kepada karyawan yang berkarier dalam perusahaan. Kemudian dimana, program pengembangan karier yang dilaksanakan oleh Perusahaan X adalah salah satu perwujudan pengakuan dan penghargaan perusahaan terhadap keberadaan karyawan sebagai individu yang mempunyai kebutuhan akan aktualisasi diri. Melalui pengembangan karier tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan keterampilan karyawan dalam kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan dan tugas-tugas pembinaan yang dibebankan kepadanya. Selanjutnya tanggapan informan mengenai pengawasan melekat pimpinan dan penegakan peraturan disiplin karyawan perlu ditegakkan dalam rangka pengendalian perilaku karyawan adalah sangat mendukung dalam melakukan 75

27 penegakan disiplin karyawan. Pendapat para informan secara keseluruhan selain membiasakan diri untuk menciptakan suatu jenjang karier yang terbuka untuk siapa saja maka untuk jangka panjang maka perusahaan akan mengarah pada pengelolaan perusahaan yang profesional. Sedangkan keuntungan lain adalah kemampuan untuk menciptakan iklim peraihan prestasi di kalangan karyawannya. Hal lainnya juga menginginkan adanya pengawasan melekat pimpinan dan penegakan peraturan disiplin karyawan perlu ditegakkan dalam rangka pengendalian perilaku karyawan, misal menegakkan prosedur dan ketetapan terkait dengan karyawan, penegakkan kode etik profesi dan intensifnya monitoring antara pimpinan dan karyawan terkait dengan arah dan tujuan perusahaan yang dikehendaki bersama. 4.3 Gambaran Proses Pengembangan Karier Karyawan Di Perusahaan X Pemahaman Pengembangan karier meruapakan proses untuk pengembangan pegawai dalam menyelaraskan kebutuhan perusahaan untuk mengisi jabatan yang lebih tinggi. Pengembangan karier di perusahaan X pada prinsipnya (idealnya) berdasarkan pada pencapaian target, terutama target penjualan, sehingga pegawai yang telah mencapai target, memiliki kinerja, kompetensi dan potensi yang lebih baik berkesempatan mendapatkan pengembangan karier yang lebih baik dan lebih cepat. Pengembangan karier dapat dilihat berdasarkan 2 (dua) perspektif: a. Perspektif perusahaan 76

28 Proses yang dilakukan oleh perusahaan untuk memilih, menilai, menugskan dan mengembangkan para karyawan guna menyediakan suatu kumpulan orang-orang yang kompeten untuk memenuhi kebituhan organisasi di masa depan. b. Perspekstif pegawai Proses yang dilalui oleh p[egawai untuk mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan kariernya. Pengembangan karier di perusahaan X dapat digambarkan dalam bentuk jalur karier/career path. Jalur karier merupakan gambaran urut-urutan jenjang posisi jabatan berdasarkan potensi, kompetensi, kinerja, pelatihan yang harus dipenuhi dan pengalaman kerja poegawai Kategori Jalur Krier Jalur karier dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu: a. Jalur karier struktural Jalur ini merupakan urutan jenjang karier berdasarkan golongan/level jabatan, berdasarkan periode waktu tertentu, dan berdasarkan jenis jalur-jalur yang ada di perusahaan. Jalur karier akan sangat bergantug kepada kebijakan perusahaan, seperti halnya kebijakan penggolongan, kebijakan jenjang jabatan struktural dan fungsional, kabijakan hasil penilaian kinerja (performance appraisal) dan aktivitas karyawan, serta kebijakan mengenai waktu yang ditetapkan untuk setiap jalur kariernya. b. Jalur karier fungsional/spesialis 77

29 Merupakan urutan jenjang karier berdasarkan tingkat keahlian Proses Pengembangan Karier Proses pengembangan karier di perusahaan X dapat digambarkan seperti terlihat pada bagan di bawah. Assesmen t Assessment Performance Appraisal Intervention Training Coaching Counseling Result Promosi Mutasi/Rotasi Demosi CAREER PATH Gambar 4.2 Proses Pengembangan Karier Perusahaan X (Sumber: Diolah dan digambarkan oleh penulis dari dokumen perusahaan X) Dalam prosesnya, pengembangan karier seperti pada gambar di atas dilkukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Assessment 1. Assessment, merupakan alat untuk mengukur dan mengetahui potensi seseorang untuk Job Sprecification dari jabatan yang dijabat saat ini maupun untuk jenjang jabatan selanjutnya. 2. Penilaian kinerja (melalui penilaian Key Performance Indicator), merupakan proses penilaian secara aktual yang dilakukan oleh pihak manajemen langsung serta teman sejawat dalam kurun 78

30 waktu tertentu. Khusus untuk level supervisor ke atas dinilai oleh atasan langsung dan atasan tidak langsung. b. Intervention Merupakan proses pengembangan karyawan berdasarkan assessment yang dibandingkan dengan Job Specification dan Job Description yang telah dibuat sebelumnya. Pemilihan metode intervensi ini merupkan hasil diskusi antara unit SDM (HR & GA), atasan langsung dan pihak-pihak yang berkepentingan. Jenis metode intervensi antara lain: 1. Pelatihan dan pengembangan (training & development) adalah suatu usaha untuk menambah pengetahuan dan keterampilan pegawai. Dalam pengembangan karier setiap jabatan sipersyaratkan training-training tertentu sesuai dengan persyaratan jabatan (job specification). 2. On the job training, termasuk proses rotasi/mutasi atau menambah tugas dan tanggung jawab dengan memberikan tugastugas khusus disamping tugas dan tanggung jawab saat ini. 3. Pembinaan/coaching merupakan proses pengarahan yang dilakukan oleh atasan untuk membantu mengatasi hambatanhambatan dalam mencapai peningkatan produktivitas dan pencapaian kinerja optimal. 4. Bimbingan/counseling merupakan suatu proses pemberian dukungan oleh atasan untuk membantu bawahan mengatasi 79

31 masalah pribadi di tempat kerja/masalah yang muncul akibat perubahan organisasi yang berdampak pada prestasi kerja. c. Hasil/Result 1. Berdasarkan penilaian pegawai (KPI, target penjualan dan kompetensi), maka karier pegawai di perusahaan X mermiliki 3 (tiga) alternatif kemungkinan: (1) Promosi Proses kenaikan level jabatan pegawai ke posisi yang lebih tinggi baik di dalam divisi/bidang/departemen/unit kerjanya ataupun lintas direktorat/divisi/bidang/unit kerjanya. Hal yang menjadi perhatian penting adalah totalitas dari aspek penilaian pegawai yang terdiri atas penilaian terhadap kinerja, pencapaian target, perilaku dan kompetensi. (2) Mutasi/Rotasi Proses pemindahan pegawai dengan level jabatan yang sama secara lintas bagian baik dalam divisi/bidang/departemen/unit kerjanya yang sama atau berbeda sama sekali. (3) Demosi Proses penurunan level jabatan pegawai ke posisi yang lebih rendah baik di dalam divisi/bidang/departemen/unit kerjanya yang sama maupun yang berbeda. Pada prinsipnya, mutasi antar unit usaha di perusahaan X menggunakan sistem one way ticket. Yang dimaksud dengan 80

32 one way ticket adalah, bahwa karyawan yang dimutasi ke unit usaha lain tidak diperkenankan kembali ke uni usaha asal, kecuali atas penugasan kembali dari Presiden Direktur. Seberapa besar pola pengembangan karyawan mampu mencapai sasaran yang diinginkan, sangat tergantung dengan tujuan strategis pengembangan karier, yakni kebijakan strategis yang membentuk dasar dari pola karier itu sendiri. Kejelasan sasaran bagi suatu pola karier sangat penting, karena sasaran inilah yang akan menjadi acuan dalam menetapkan suatu pola yang akan diimplementasikan. Selanjutnya sasaran ini juga dapat dipergunakan sebagai tolok ukur keefektifan pola karier yang berlaku. Keadilan (kesamaan kesempatan kepada semua karyawan) merupakan sasaran yang paling utama yang harus dicapai oleh pola karier yang ditetapkan oleh suatu perusahaan. Walaupun menetapkan sistem yang adil bagi semua karyawan sangatlah tidak mudah tetapi konsistensi dalam peraturan/sistem, penjelasan yang informatif, dan keterbukaan merupakan upaya mencapai keadilan yang relatif. Adil di sini, maksudnya, bukan berarti semua karyawan mendapatkan perlakuan yang sama, tetapi diperlakukan secara proporsional sesuai dengan tuntutan perusahaan dan kontribusi karyawan. Tujuan strategis pengembangan karier dimaksudkan untuk dapat memacu semangat dan etos kerja karyawan di lingkungan perusahaan X, agar dapat mencapai prestasi kerja yang baik. Selain itu, untuk menjaga agar karyawan yang memiliki prestasi dan disiplin kerja yang baik untuk tetap bekerja lebih baik 81

33 karena jika karier yang tidak diperhatikan memungkinkan karyawan kecewa dalam bekerja yang sebenarnya sangat merugikan perusahaan itu sendiri. Dalam mengimplementasikan strategi karier tersebut juga harus diimbangi degan proses evaluating, replanning dan research. Proses evaluating dilakukan untuk mengevaluasi susunan karier yang ada telah benar-benar sesuai baik bagi perusahaan maupun bagi individu karyawan. Jadi seandainya terdapat ketidaksesuaian pada program tersebut misalnya masih dianggap kurang memenuhi kebutuhan karyawan, maka masih terbuka kemungkin untuk dilakukan revisi agar terhindar dari masalah demotivasi. Proses replanning dilakukan seandainya tidak ada kesesuaian dari kedua belah pihak tentang sistem pengembangan karier ini dengan persiapan data yang lebih lengkap dan akurat lagi agar kebutuhan kedua belah pihak dapat terpenuhi dengan baik. Sehubungan dengan proses diatas, demi memenuhi kebutuhan data-data yang up to date dan akurat maka dimungkinkan untuk melakukan research baik. 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terutama untuk level supervisor pada divisi sales. regional manager dan tiga sebagai supervisor.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terutama untuk level supervisor pada divisi sales. regional manager dan tiga sebagai supervisor. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini penulis menguraikan beberapa kesimpulan yang merupakan inti dari seluruh pembahasan. Kemudian berdasarkan kesimpulan itu pula, penulis mencoba mengemukakan beberapa

Lebih terperinci

BAB V HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa tentang pola perencanaan dan pengembangan karir pegawai pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil wawancara dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Pada masa sekarang ini, manajemen bukan lagi merupakan istilah yang asing bagi kita. Istilah manajemen telah digunakan sejak dulu, berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur peraturan dilakukan melalui proses dan dilakukan berdasarkan urutan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Setelah mengemukakan latar belakang penelitian yang diantaranya memuat rumusan masalah dan ruang lingkup

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM Setelah kita mempelajari proses perencanaan, kemudian dilakukan proses rekrutmen, seleksi, selanjutnya yang akan kita bahas adalah tentang pelatihan dan pengembangan karyawan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen (management) merupakan bahan baku dan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Proses ini melibatkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Ardaneswari D.P.C., STP, MP. Career Planning MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA 1 1 Karir merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan status kepegawaian seseorang dalam suatu organisasi sesuai

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 4.

2016, No Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 4. No.1, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pegawai. Pola Karir. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 177 UU No. 34 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa pemerintah daerah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 177 UU No. 34 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa pemerintah daerah dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) didasarkan pada Pasal 177 UU No. 34 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa pemerintah daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL DI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI

PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL DI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL DI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI Disusun Oleh : YULI TRI RETNANINGTYAS NPM. 0641010053 YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN A. VISI DAN MISI 1. VISI Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan asset intangible bagi perusahaan. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan asset intangible bagi perusahaan. Bagi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sumber daya manusia (SDM) merupakan asset intangible bagi perusahaan. Bagi perusahaan yang sadar akan pentingnya pengelolaan SDM ini, tentu memiliki langkah langkah

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG TALENT POOL PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. efisien untuk mencapai tujuan tertentu didalam suatu organisasi. Dasar-dasar manajemen adalah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. efisien untuk mencapai tujuan tertentu didalam suatu organisasi. Dasar-dasar manajemen adalah sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Manajemen Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Pegawai 2.1.1 Pengertian Pengembangan Pegawai Pengembangan pegawai dirasa semakin penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan atau jabatan akibat kemajuan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi organisasi tersebut. Keberhasilan perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Banyak para ahli berusaha untuk memberikan pengertian tentang manajemen, walaupun definisi yang dikemukakan mereka berbeda satu sama lainnya, namun pada

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R No.788, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Karier Pegawai. Manajemen. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG MANAJEMEN KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu yang telah lama bekerja. Mereka yang telah lama bekerja akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu yang telah lama bekerja. Mereka yang telah lama bekerja akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Karir 2.1.1. Pengertian Pengembangan Karir Seorang individu yang pertama kali menerima tawaran pekerjaan akan memilki pengadaan yang berbeda tentang pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Kinerja di Balai Ternak Embrio Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN MANAJERIAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Job Analysis (Analisis Jabatan)

Job Analysis (Analisis Jabatan) Job Analysis (Analisis Jabatan) BAB I ANALISA JABATAN 1.1. Pengantar Ini tentunya kembali dari organisasi sendiri. Organisasi mempunyai alasan, mengapa harus ada, untuk apa diadakan, dan sasaran apa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas kerja yang terpisah, tetapi berhubungan dan memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas kerja yang terpisah, tetapi berhubungan dan memberikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Perencanaan Karir Karir adalah suatu deretan posisi yang diduduki oleh seseorang selama perjalanan usianya (Rivai, 2009:369). Karir adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Defenisi Kinerja Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI UU No.4 Tahun 2014 tentang ASN PEMBINAAN KARIR JABATAN DAN JENJANG PANGKAT POLA DASAR KARIR PERPINDAHAN JABATAN POLA KARIR MANAJEMEN KARIR TALENT POOL SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik, efisien, efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegawai-pegawai yang mampu berprestasi dan fleksibel untuk suatu instansi dalam

BAB I PENDAHULUAN. pegawai-pegawai yang mampu berprestasi dan fleksibel untuk suatu instansi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pegawai sangat diperlukan dalam sebuah instansi, karena dengan adanya program tersebut dapat membantu meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawai.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pengertian dan Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Karyawan merupakan unsur yang penting dalam suatu perusahaan, sehingga harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksana pekerjaan. Organisasi merupakan suatu kumpulan orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksana pekerjaan. Organisasi merupakan suatu kumpulan orang-orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki tujuan yang harus dicapai dalam operasionalnya. Dalam pencapaian tujuan tersebut, sumber daya manusia memegang peranan yang paling

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. penulis mengemukakan beberapa definisi dari beberapa ahli yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. penulis mengemukakan beberapa definisi dari beberapa ahli yaitu : 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk mendapat pengertian tentang Manajemen Sumber Daya Manusia, maka penulis mengemukakan beberapa definisi dari beberapa ahli yaitu

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. manajemen sumber daya manusia pada PT Asia Paragon Bandung.

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. manajemen sumber daya manusia pada PT Asia Paragon Bandung. BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Pada saat pelaksanaan kerja praktek, penulis ditempatkan pada bagian manajemen sumber daya manusia pada PT Asia Paragon Bandung. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan pesat dalam segala bidang mendorong perkembangan secara global. Hal tersebut mengakibatkan adanya berbagai keterbukaan disegala bidang kehidupan,sehingga

Lebih terperinci

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN RB @2017 PENDAHULUAN BAGAIMANA TRANSFORMASI BIROKRASI INDONESIA? 2025 2018 2013 Dynamics bureaucracy Vision and Performance based

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman. No.726, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4 V i s i. 4.1. Visi da n Misi. B adan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Sumber Daya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Sumber Daya Manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Sumber Daya Manusia Siagian (2008) menyatakan perencanaan pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan sekarang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa depan.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. No.175, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Sarwo Edy, Program Pascasarjana, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Sarwo Edy, Program Pascasarjana, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara tradisional kebanyakan pengembangan karir sebagai bagian dari Pengembangan Sumber Daya Manusia di perusahaan dan atau organisasi masih atas dasar kekeluargaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya sehingga harus benar-benar dapat digunakan secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. lainnya sehingga harus benar-benar dapat digunakan secara efektif dan efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pegawai Negeri Sipil adalah sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi pemerintah yang digunakan untuk menggerakkan atau mengelola sumber daya lainnya

Lebih terperinci

ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN. Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN. Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur PEMERINTAH ADALAH PELAYAN MASYARAKAT SETUJUKAH ANDA?? Kantor Pemerintah Kantor Pemerintah

Lebih terperinci

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan PROMOSI JABATAN MELALUI SELEKSI TERBUKA PADA JABATAN ADMINISTRATOR; TATA CARA PELAKSANAAN DAN KEMUNGKINAN PENERAPANNYA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KAB. KOLAKA Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi sebagai wadah kegiatan manusia yang memiliki tujuan tertentu, secara absolut sangatlah tergantung dari kualitas pengelolaan sumber daya manusia di dalamnya.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR INSPEKTORAT DAERAH Jalan JenderalSudirman No. 1 TELP S A M A R I N D A

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR INSPEKTORAT DAERAH Jalan JenderalSudirman No. 1 TELP S A M A R I N D A PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR INSPEKTORAT DAERAH Jalan JenderalSudirman No. 1 TELP. 733333 231 202 S A M A R I N D A KEPUTUSAN INSPEKTUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR : 700/ 913.d /Itprov/2017

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi fungsi perencanaan, pengorganisasian,

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Banyak para ahli berusaha mengemukakan pengertian tentang Manajemen, walau definisi yang di kemukakan berbeda-beda namun pada dasarnya menunjukan maksud

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Organisasi Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI) FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI AHLI MANAJEMEN AIR MINUM TINGKAT UTAMA NAMA PESERTA NAMA ASESOR FR-APL-02 ASESMEN MANDIRI : CLUSTER AHLI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi dikemukakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi dikemukakan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Achievement Motivation Theory Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi dikemukakan oleh David C.

Lebih terperinci

KARIR. Pengertian Karier

KARIR. Pengertian Karier 1 KARIR Pengertian Karier Manusia dalam perjalanan hidup profesionalnya mendambakan berbagai kemajuan. Salah satu bentuk kemajuan yang ingin diraihnya adalah keberhasilan dalam kariernya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rekrutmen Menurut Mardianto (2014:8) diartikan sebagai suatu proses untuk mendapatkan calon karyawan yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan kualifikasi dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Sumber Daya Manusia a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan human

Lebih terperinci

Subsistem Manajemen Tenaga Kerja

Subsistem Manajemen Tenaga Kerja Subsistem Manajemen Tenaga Kerja Merupakan subsistem yang antara lain berhubungan dengan pengembangan SDM dalam hal ketrampilan dan pengetahuan, melalui pelatihan-pelatihan atau pendidikan. Pertemuan ini

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi hasil penelitian yang telah disajikan pada Bab IV, dapat ditarik kesimpulan dan rekomendasi penelitian sebagai berikut: A. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Setiap organisasi tentunya mempunyai berbagai tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber dayanya yang

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA

BAB 2 PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA BAB 2 PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA 2.1. PENGERTIAN PERENCANAAN SDM Pegawai atau karyawan merupakan sumber daya yang dimiliki organisasi, dan harus dipekerjakan secara efektif, efisien, dan manusiawi.

Lebih terperinci

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Sri Suharmini Wahyuningsih 1 minuk@ut.ac.id Abstrak Kesepakatan pemimpin ASEAN dalam memajukan masyarakat agar dapat mengembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang muncul. Organisasi dalam era persaingan haruslah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang muncul. Organisasi dalam era persaingan haruslah memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini kita dituntut untuk dapat menyesuaikan kehidupan dengan kondisi yang ada. Perubahan dan kemajuan teknologi dari waktu ke waktu di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dipungkiri jika dibalik kemudahan yang ditawarkan saat ini juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tidak dipungkiri jika dibalik kemudahan yang ditawarkan saat ini juga memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi sekarang ini bisa mendatangkan berbagai manfaat, tapi tidak dipungkiri jika dibalik kemudahan yang ditawarkan saat ini juga memiliki dampak

Lebih terperinci

Pengembangan Karir. Pengembangan Karir.

Pengembangan Karir. Pengembangan Karir. Pengembangan Karir. 1. Pengembangan Karir. Pengembangan karir (career development) menurut Mondy meliputi aktivitas-aktivitas untuk mempersiapkan seorang individu pada kemajuan jalur karir yang direncanakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arah tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu peranan manusia sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. arah tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu peranan manusia sebagai tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan sumber daya yang dapat menggerakkan perusahaan ke arah tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu peranan manusia sebagai tenaga kerja masih mutlak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Personalia Pengertian Manajemen Personalia telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli manajemen baik dari dalam maupun luar negeri. Berikut ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur utama sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur utama sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur utama sumber daya manusia yang mempunyai peranan yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5 6 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Profil Responden Kendati pejabat imigrasi yang memiliki jabatan struktural eselon IV dan eselon III terdapat juga di Direktorat Jenderal Imigrasi, namun dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan peningkatan kinerja para guru karena para guru merupakan pejuang pendidikan yang langsung berhadapan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG FORMASI PEGAWAI BERBASIS KOMPETENSI DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG FORMASI PEGAWAI BERBASIS KOMPETENSI DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG FORMASI PEGAWAI BERBASIS KOMPETENSI DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PENEMPATAN DAN PENUGASAN PERSONALIA PENDIDIKAN. M.D.Niron

PENEMPATAN DAN PENUGASAN PERSONALIA PENDIDIKAN. M.D.Niron PENEMPATAN DAN PENUGASAN PERSONALIA PENDIDIKAN M.D.Niron PRINSIP DALAM PENEMPATAN DAN PENUGASAN PERSONALIA PENDIDIKAN The Right Man On The Right Place Pengertian UUD No 43 Tahun 1999 Pegawai Negeri - Warga

Lebih terperinci

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan Pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan urutan pengertian, diawali dengan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. KONDISI UMUM SEKARANG DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Perubahan peraturan di bidang pemerintahan daerah yang berdampak pada bidang kepegawaian membutuhkan antisipasi

Lebih terperinci

FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENINGKATAN KINERJA DAN DAMPAKNYA TERHADAP DAYA SAING ORGANISASI

FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENINGKATAN KINERJA DAN DAMPAKNYA TERHADAP DAYA SAING ORGANISASI FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENINGKATAN KINERJA DAN DAMPAKNYA TERHADAP DAYA SAING ORGANISASI Heri Jumaedi Magister Manajemen Bisnis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak reformasi yang terjadi di Indonesia ditinjau dari segi politik dan ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Peran Manajemen Sumber Daya Manusia sangat penting bagi suatu organisasi, sebesar atau sekecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bandung adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) yang berada di bawah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau instansi sering mengalami kendala yang meliputi perubahan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. atau instansi sering mengalami kendala yang meliputi perubahan informasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan usaha, organisasi atau instansi sering mengalami kendala yang meliputi perubahan informasi, teknologi, dan adanya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu aktivitas dalam menentukan apa pekerjaan yang dilakukan dan siapa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu aktivitas dalam menentukan apa pekerjaan yang dilakukan dan siapa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembagian Kerja 2.1.1 Pengertian Pembagian Kerja Induk kajian pembagian kerja adalah analisis jabatan yang merupakan suatu aktivitas dalam menentukan apa pekerjaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Yayasan Pendidikan Telkom (YPT) adalah sebuah yayasan yang di prakarsai oleh PT. Telkom Indonesia untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi serta pelatihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen pegawai merupakan kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan dan prosedur kerja yang telah ditentukan serta budaya kerja yang dianut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM REMUNERASI PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN YANG MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. Satu hal yang harus diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. Satu hal yang harus diperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya, baik perusahaan swasta maupun pemerintah berupaya dan berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya

Lebih terperinci

formal pertama yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan

formal pertama yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan BAB VI KESIMPULAN, EVfPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan sebagai berikut. Sekolah Dasar yang berada di lingkungan Kecamatan Andir khususnya SD-SD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini semakin pesat, hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini semakin pesat, hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini semakin pesat, hal ini disebabkan karena adanya perubahan kondisi dan situasi pasar serta perekonomian semakin berkembang,

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL

MANAJEMEN OPERASIONAL MANAJEMEN OPERASIONAL SUBSISTEM MANAJEMEN TENAGA KERJA Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI. PENDAHULUAN Subsistem yang berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia dalam hal keterampilan dan pengetahuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka meningkatkan pembinaan

Lebih terperinci

KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI KARIMUN NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG MERITOKRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI KARIMUN NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG MERITOKRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN 1 KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI KARIMUN NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG MERITOKRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Profil Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Profil Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung Badan Pusat Statistik adalah Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Lebih terperinci