LAPORAN KASUS PITIRIASIS VERSIKOLOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KASUS PITIRIASIS VERSIKOLOR"

Transkripsi

1 LAPORAN KASUS PITIRIASIS VERSIKOLOR Oleh : Rahmadiyah Azaria Rahmah Riri Sherly Pembimbing : dr.taufiq Hidayat, SpKK (K) LABORATORIUM / SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA RUMAH SAKIT UMUM DR.SAIFUL ANWAR MALANG 2014

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial yang kronik pada stratum korneum kulit. Penyakit ini untuk pertama kali dikenal sebagai penyakit jamur pada tahun 1846 oleh Eichted. Pada tahun 1853, Robin memberikan nama pada jamur penyebab penyakit ini dengan nama Microsporum furfur dan pada 1889 oleh Baillon spesies ini diberi nama Mallassezia furfur. Penelitian selanjutnya dan sampai sekarang menunjukkan bahwamalassesia furfur dan Pityrosporum orbiculare merupakan organisme yang sama (Budimulja, U, 2007; Partogi, D, 2008; Janik M, P and Heffernan M, P, 2008). Pitiriasis versikolor adalah penyakit universal tetapi lebih banyak dijumpai di daerah tropis oleh karena tingginya temperatur dan kelembaban. Menyerang hampir semua usia terutama remaja, terbanyak pada usia tahun. Ada perbedaan antara pria dan wanita, walaupun di Amerika Serikat dilaporkan bahwa penderita berusia tahun dengan perbandingan 1,09% pria dan 0,6% wanita. Insiden yang akurat di Indonesia belum ada namun diperkirakan 40-50% dari populasi di negara tropis yang terkena penyakit ini, sedang di Negara subtropis yaitu Eropa Tengah dan Utara hanya 0,5-1% dari semua penyakit jamur (Radiono, S, 2001; Partusuwiryo dkk, 1992; Faegemann JN, 2005). Pitiriasis versikolor memiliki karakteristik berupa makula yang multipel dan bercak lesi yang bervariasi mulai dari hipopigmentasi, kekuning-kuningan, kemerahan sampai kecoklatan atau hiperpigmentasi tergantung dari warna normal kulit pasien. Bercaknya berbentuk tidak teratur sampai teratur, berbatas jelas sampai difus, ditutupi skuama halus dengan rasa gatal (ringan), atau asimtomatik (tanpa gejala atau tanpa keluhan), dan hanya gangguan kosmetik saja. Pasien sering melaporkan bahwa lesi kulit yang terlibat tidak menjadi gelap seperti kulit pada bagian tubuh yang lain di musim panas. Keluhan gatal, meskipun ringan, merupakan salah satu alasan penderita datang berobat. Bercaknya terutama meliputi badan, dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala yang

3 berambut (Budimulja, U, 2007; Burkhart, C,G, 2013; Habif, T, P, 2004; Partogi, D, 2008; Janik M, P and Heffernan M, P, 2008). Kondisi-kondisi tertentu menjadi faktor predisposisi adanya infeksi dari Malassezia sp. antara lain keringat berlebih, suhu yang panas, dan kelembaban yang tinggi. Penggunaan steroid jangka penjang dan kondisi imunodefisiensi juga berperan dalam terjadinya infeksi (Budimulja, U, 2007; Arenas, R, 2001). Diagnosis klinis pitiriasis versikolor ditegakkan berdasarkan anamnesis dan adanya gambaran klinis berupa makula hipopigmentasi atau hiperpigmentasi yang berbatas tegas, tertutup skuama halus. Serta pemeriksaan penunjang dengan lapu Wood yang akan menunjukkan hasil adanya pendaran berwarna kuning keemasan pada lesi yang bersisik, selain itu pemeriksaan mikroskopis sediaan skuama dengan KOH memperlihatkan adanya gambaran spaghetti and meatball (Partogi, D, 2008). Penatalaksanaan pitiriasis versikolor berupa terapi topikal dan sistemik. Pada umumnya prognosis dari pitiriasis versikolor ini baik bila pengobatan dilakukan meyeluruh, tekun dan konsisten (Daili, E, dkk 2005). Dalam laporan kasus ini akan dibahas mengenai pasien dengan pitiriasis versikolor dan penatalaksanaan baik medikamentosa dan non medikamentosa. Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk membahas mengenai faktor resiko, gejala dan tanda klinis serta penatalaksanaan akne vulgaris pada pasien dalam laporan kasus ini. Dengan harapan laporan kasus ini dapat menambah informasi dan wawasan mengenai pitiriasis versikolor.

4 BAB II LAPORAN KASUS 2.1 Indentitas Pasien Nama : Tn. AF Umur : 23 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Mahasiswa Status Maritas : Belum Menikah Alamat : Perum Landungsari Indah, Malang No RM : 1159xxx Tanggal Pemeriksaan : 29Januari Anamnesis Autoanamnesis Keluhan utama : bercak putih di punggung Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Syaiful Anwar pada tanggal 29 Januari 2014 dengan keluhan bercak putih di punggung kanan atas sejak ± 1 minggu yang lalu. Awalnya jumlah bercak putih di punggung sedikit. Lama kelamaan, bercak putih bertambah banyak dan menyebar ke seluruh permukaan punggung. Pasien juga mengeluhkan bercak putih menjadi bersisik jika digores dengan jari.pasien memiliki kebiasaan tidak segera mengganti baju sesampainya di rumah jika bepergian. Bercak dirasakan tidak gatal.keluhan bercak putih merupakan kali kedua pada pasien. Riwayat Penyakit Dahulu : Empat bulan yang lalu, pasien pernah didiagnosa menderita penyakit panu dan telah diobati hingga sembuh. Riwayat Pengobatan: Pasien menggunakan salep 88 selama dua hari. Tidak ada perbaikan dari keluhan setelah penggunaan salep. Riwayat Atopi : Riwayat munculnya reaksi-reaksi setelah meminum obat, mengi jika terkena udara dingin atau debu, disangkal oleh pasien.

5 Riwayat Keluarga: Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal. 2.3 Pemeriksaan fisik Status Generalis Keadaan Umum : tampak sakit ringan, kompos mentis, higiene bersih Tanda Vital : Nadi : 88 x/menit TD : 120/80 mmhg RR : 20 x/menit Tax : Tidak dilakukan Kepala Rambut : Hitam dan distribusi merata Wajah : Simetris, edema (-) Mata : Tidak dilakukan Konjungtiva : Tidak dilakukan Sklera : Tidak dilakukan Hidung : Tidak didapatkan abnormalitas Mulut : Tidak didapatkan abnormalitas Leher Simetris Pembesaran KGB : Tidak ditemukan Toraks : Paru-paru : Tidak dilakukan Jantung : Tidak dilakukan Abdomen : Skar (-), supel, Bising usus tidak diperiksa, nyeri tekan (-) Ekstrimitas : Akral Hangat, edema (-), anemis (-) Genital : : Tidak dilakukan

6 2.4 Status Dermatologis Lokasi : Punggung Distribusi : Tersebar Ruam : Makula hipopigmentasi, multipel,ukuran ± 2-4 mm, batas tegas, bentuk bulat dan oval, tertutup skuama putih dan tipis. Makula hiperpigmentasi, multipel, ukuran ± 3-5 mm, batas tegas, bentuk bulat dan oval. Gambar 2.1 Penampang Punggung 2.5 Diagnosis Banding 1. Pitiriasis versicolor 2. Vitiligo 2.6 Pemeriksaan Penunjang 1. Lampu Wood Didapatkan lesi makula berwarna kuning keemasan di punggung.

7 Gambar 2.2 Pemeriksaan Lampu Wood

8 Gambar 2.3 Pemeriksaan Lampu Wood Gambar 2.4 Pemeriksaan Lampu Wood

9 2. Pemeriksaan KOH Didapatkan hifa yang pendek-pendek dan spora yang berkelompok seperti bentukan spaghetti dan meatballs. Gambar 2.5 Hasil Pemeriksaan KOH 2.7 Diagnosis Pitiriasis versicolor 2.8 Terapi Selenium Sulfida 2,5% losion selama 7 hari 2.9 KIE Menggunakan losion sesuai instruksi (losion dioleskan di punggung, kemudian ditunggu selama menit kemudian dibilas dengan air). Segera mengganti pakaian sesampainya di rumah setelah bepergian. Menghindari penggunaan pakaian yang ketat 2.10 Prognosis Quo ad vitam : ad bonam

10 Quo ad sanam : ad bonam Quo ad fuctionam : ad bonam Quo ad kosmetika : ad bonam

11 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Diagnosis Pitiriasis Versikolor pada Pasien Diagnosis pitiriasis versikolor dapat ditegakkan melalui anamnesis (gejala yang dirasakan pasien), pemeriksaan fisik, dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang Anamnesis Gejala Klinis Berdasarkan anamnesis, didapatkan pasien yang berumur 23 tahun datang dengan bercak putih di punggung sejak 1 minggu yang lalu. Hal ini sesuai dengan kajian teori bahwa pitiriasis versikolor banyak menyerang individu dengan kisaran usia tahun, dimana kelenjar sebasea lebih aktif (Burkhart CG, 2013). Begitu pula dengan jenis kelamin. Menurut penelitian-penelitian yang dihimpun Burkhart CG (2013), prevalensi pitiriasis versikolor tidak condong ke salah satu jenis kelamin. Durasi lesi pitiriasis versikolor, menurut Wolff K dan Johnson RA (2009), bisa memakan waktu bulanan hingga tahunan. Lesi bisa berlangsung sangat lama karena biasanya lesi tidak menimbulkan kekhwatiran yang bersifat darurat. Penderita pitiriasis versikolor umumnya datang karena kekhawatiran yang bersifat kosmetika atau gatal. Pada Tn. AF, pasien datang memeriksakan diri dalam hitungan minggu karena cepat mendapatkan lesi makula hipopigmentasi di punggungnya. Pada pasien di laporan kasus ini, bercak putih ditemukan di punggung. Bercak putih pada awalnya berjumlah sedikit. Tapi dalam durasi satu minggu jumlahnya bertambah. Teori bahwa dominasi malassezia furfur sebagai salah satu jamur penyebab pitiriasis versikolor terbanyak menyerang area punggung, dapat dijelaskan dengan produksi sebum yang lebih tinggi di punggung dibandingkan di area lain. Malassezia furfur adalah organisme oportunistik dimana pada keadaan normal, akan bertempat tinggal di keratin kulit dan folikel rambut. Malassezia furfur bergantung oleh lipid, yang merupakan sumber nutrisi yang penting. Pada kondisi yang sesuai untuk konversinya, malassezia furfur

12 akan berubah dari saprophytic yeast menjadi bentuk morfologis miselial parasitik. Kondisi yang mendukung perubahan tersebut adalah peningkatan sebum. Selanjutnya aktivitas malassezia furfur sebagai organisme patologis akan menyebabkan munculnya lesi kulit hipopigmentasi, hiperpigmentasi atau eritematous yang disebut dengan pitiriasis versikolor. Bertambahnya jumlah lesi berhubungan dengan kondisi pada pasien yang memfasilitasi pertumbuhhan malassezia furfur. Selain di punggung, area lain yang menjadi area predileksi pitiriasis versikolor adalah daerah dada, abdomen, dan ektremitas proksimal (Goldstein BG & Goldstein AO, 2010; Janik MP & Heffernan MP, 2008; Wolff K & Johnson RA, 2009). Tn. AFmengeluhkan bercak putih menjadi bersisik jika digores dengan jari. Fenomena ini disebut dengan coup d ongle of Besnier(scratch sign). Menurut Keddie F (1963), fenomena yang khas terjadi pada pitiriasis versikolor ini dapat terjadi karena perubahan pada konsistensi lapisan tanduk epidermis, yang telah diinfiltrasi oleh malassezia furfur. Infiltrasi ini menyebabkan deskuamasi (pelepasan) lamela. Fenomena coup d ongle of Besnier biasanya diperiksa jika skuama tidak nampak secara kasat mata. Hasil negatif palsu dapat terjadi jika pasien baru saja mandi atau lesi telah diobati, dimana hanya lesi hipopigmentasi yang didapatkan. Tn. AF memiliki kebiasaan tidak segera mengganti pakaian setelah bepergian. Gaya hidup seperti ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perubahan malassezia furfur dari flora normal menjadi flora yang patogen (Janik MP & Heffernan MP, 2008). Tidak diketahui pasti karakteristik pada inang apa saja yang menyebabkan pitiriasis versikolor. Yang sejauh in diketahui adalah kondisi-kondisi yang memicu perubahan sifat malassezia furfur. Faktor-faktor yang memicu perubahan malassezia furfur antara lain adalah iklim tropis, kondisi hiperhidrosis, kulit yang berminyak, konsumsi kortikosteroid sistemik, imunodefisiensi, serta keadaan malnutrisi (Wolff K & Johnson RA, 2009; Janik MP & Heffernan MP, 2008; Goldstein BG & Goldstein AO, 2010). Pada kasus Tn. AF kebiasaan yang tidak segera mengganti pakaian akan menciptakan keadaan lembab serta ditambah dengan keadaan negara Indonesia yang beriklim tropis akan memicu pertumbuhan malassezia furfur dan konversinya

13 menjadi bentuk patogenik. Faktor-faktor ini juga memegang peranan pada rekurensi pitiriasis versikolor. Jika penderita tidak merubah gaya hidup sebelumnya yang mendukung pertumbuhan malassezia furfur, maka walaupun diobati pitiriasis versikolor akan tetap muncul Pemeriksaan Fisik Pitiriasis versikolor banyak terdapat di punggung, dada, abdomen, dan ektremitas proksimal (Wolff K & Johnson RA, 2009; Janik MP & Heffernan MP, 2008). Penyakit ini ditandai dengan lesi makula hipopigmentasi, hiperpigmentasi, atau eritematous. Makula berbatas tegas, dengan bentuk bulat atau oval. Karakteristik skuama yang menutupi makula dapat terjadi dengan menggores ringan lesi makula, dan akan didapatkan skuama tipis dan putih yang diistilahkan dengan dust-like atau furfuraceous(coup d ongles of Besnier). Keluhan gatal biasanya ringan atau tidak ada. Lesi makula hipopigmentasi disebabkan asam dikarboksilat yang disebabkan oleh oksidasi enzimatik asam lemak pada lipid permukaan kulit menghambat tirosinase pada melanosit epidermal, sehingga menyebabkan hipopigmentasi. Enzim yang menyebabkan oksidasi tersebut terdapat pada malassezia furfur. Sedangkan lesi hiperpigmentasi diduga disebabkan oleh reaksi inflamasi (Wolff K & Johnson RA, 2009; Janik MP & Heffernan MP, 2008). Dari hasil pemeriksaan status dermatologis pada Tn. AF didapatkan data sebagai berikut: Lokasi : Punggung Distribusi : Tersebar Ruam : Makula hipopigmentasi, multipel,ukuran ± 2-4 mm, batas tegas, bentuk bulat dan oval, tertutup skuama putih dan tipis. Makula hiperpigmentasi, multipel, ukuran ± 3-5 mm, batas tegas, bentuk bulat dan oval Pemeriksaan Penunjang Lampu ultraviolet dapat digunakan untuk mendapatkan penampakan fluoresensi kuning keemasan yang merupakan ciri khas pitiriasis versikolor.

14 Walaupun terkadang pada beberapa kasus, lesi tidak menunjukkan fluoresensi ((Wolff K & Johnson RA, 2009; Janik MP & Heffernan MP, 2008; Burkhart CG, 2013).Dari pemeriksaan lampu wood pada Tn. AF, didapatkan lesi makula berwarna kuning keemasan di punggung. Diagnosa dikonfirmasi dengan pemeriksaan hidroksida potasium (KOH), yang akan menunjukkan karakteristik hifa yang pendek-pendek yang muncul pada kondisi patologis. Temuan spora pada pemeriksaan KOH dengan mycelium yang pendek diistilahkan sebagai spaghetti dan meatballs untuk temuan khas pitiriasis versikolor. Sampel diambil dari goresan skuama dan ditampung pada object glass kemudian diberikan KOH 10%. Alternatif lain adalah dengan menggunakan selotip pada skuama ((Wolff K & Johnson RA, 2009; Janik MP & Heffernan MP, 2008). Dari Tn. AF hasil pemeriksaan KOH menunjukkan hifa yang pendek-pendek dan spora yang berkelompok seperti bentukan spaghetti dan meatballs. 3.2 Diagnosa Banding Terdapat beberapa diagnosis banding untuk pitiriasis versikolor, salah satunya adalah pitiriasis alba. Pitiriasis alba adalah bentuk ringan dari dermatitis atopik. Prevalensinya adalah anak dan remaja usia 3-16 tahun. Walaupun juga dapat terjadi pada dewasa dengan distribusi lesi yang lebih luas. Etiologi dan patogenesisnya belum diketahui. Pajanan matahari yang berlebihan dan tanpa perlindungan serta higienitas (mandi yang sering dan mandi dengan air panas) berhubungan dengan perkembangan pitiriasis alba. Pitiriasis alba biasanya muncul sebagai patch berwarna merah muda dengan batas meninggi, yang akan hilang setelah beberapa minggu menjadi bercak pucat yang ditutupi dengan skuama putih. Lesi ini akan berkembang menjadi makula hipopigmentasi tak berskuama, dan keadaan ini bertahan selama bulanan atau tahunan. Daerah predileksi pitiriasis alba adalah wajah, leher, punggung atas, dan ekstremitas proksimal. Dari pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan lampu wood, didapatkan lesi hipopigmentasi pada pitiriasis alba (Janik MP & Heffernan MP, 2008; Goldstein BG & Goldstein AO, 2013).

15 Pasien didiagnosa banding dengan pitiriasis alba karena ruam dan area predileksi yang hampir sama dengan pitiriasis versikolor. Yaitu makula putih dan area di punggung. Namun berdasarkan anamnesa, Tn. AF menyangkal riwayat munculnya lesi setelah pajanan matahari atau jumlah mandi yang berlebihan. Selain itu riyawat atopi juga disangkal oleh pasien. Dari pemeriksaan klinik, didapatkan fenomena Coup d ongle of Besnier yang tidak ditemukan pada pitiriasis alba. Dari pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan lampu wood pada pitiriasis versikolor didapatkan florosensi berwarna kuning keemasan, seperti yang didapatkan pada Tn. AF. Hasil pemeriksaan lampu Wood seperti ini tidak didapatkan pada pitiriasis alba. Serta dari pemeriksaan KOH didapatkan bentuk spora yang berkelompok dan hifa yang pendek-pendek, sesuai dengan teori yang didapatkan pada pitiriasis versikolor. 3.3 Penatalaksanaan Pitiriasis versikolor dapat diterapi secara sistemik dan topical. Tingginya angka kekambuhan merupakan suatu masalah, dimana mencapai 60% pada tahun pertama dan 80% pada tahun kedua. Oleh karena itu diperlukan terapi profilaksis untuk mencegah rekurensi. 1. Pengobatan Topikal Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang dapat digunakan adalah : - Selenium sulfide 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan selama menit sebelum mandi. - Turunan azole misalnya mikonazol, ketoconazol, isokonazol dalam bentuk topical, - Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20% - Larutan tiosulfas natrikus 25%, dioleskan sehari 2 kali sehabis mandi selama 2 minggu. 2. Pengobatan Sistemik Pengobatan sistemik diberikan pada kasus pitiriasis versikolor yang luas atau jika pemakain obat topical tidak berhasil. Obat yang dapat diberikan adalah : - Ketoconazol 200 mg/hari selama 10 hari

16 - Itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7 hari, disarankan untuk kasus kambuhan atau tidak responsif dengan terapi lainnya. Untuk pencegahan dapat disarankan pemakain 50% propilen glikol dalam air atau sistemik ketoconazole 400 mg/hari, sekali sebulan. Pada daerh endemic, untuk pencegahan penyakit dapat disarankan pemakaian ketoconazole 200 mg/hari selama 3 hari setiap bulan atau pemakain shampoo selenium sulfide sekali seminggu.

17 BAB IV KESIMPULAN Telah dilaporkan sebuah kasus pitiriasis versikolor pada seorang pria usia 23 tahun. Dari anamnesis yang menunjang adalah bercak putih di punggung sejak 1 minggu yang lalu. Bercak putih lama-kelamaan bertambah jumlahnya. Bercak putih menjadi bersisik jika digores dengan jari dan bercak tidak gatal. Pasien memiiliki kebiasaan tidak segera mengganti baju di rumah setelah bepergian. Dari pemeriksaan fisik, ditemukan lesi makula hipopigmentasi, multipel, ukuran ±2-4 mm, berbatas tegas, bentuk bulat dan oval, tertutup skuama tipis dan putih. Ditemukan juga lesi makula hiperpigmentasi, multipel, ukuran ± 3-5 mm, batas tegas, bentuk bulat dan oval. Didapatkan fenomena coup d ongle of Besnier. Dari pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan lampu wood, didapatkan lesi makula berwarna kuning keemasan. Dan dari pemeriksaan KOH didapatkan hifa yang pendek-pendek dan spora yang berkelompok seperti bentukan spaghetti dan meatballs. Diberikan terapi losion selenium sulfida 2,5% selama 7 hari, dioleskan di punggung, kemudian ditunggu selama menit kemudian dibilas dengan air. Prognosis untuk pasien ini adalah quo ad vitam ad bonam, quo ad sanam ad bonam, quo ad functionam ad bonam, dan quo ad kosmetika ad bonam.

18 Daftar Pustaka Arenas R. Pityriasis Versicolor. In: Arenas R, Estrada R,eds. Tropical Dermatology. USA. George Town, Texas: Landes Bioscience pg Budimulja U. Pitiriasis Versikolor. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; hal Burkhart CG (updated). Tinea Versicolor. Edited by Schwarzenberger K, Wells MJ, Chan EF, Quirk CM, Elston DM.(Online). ( diakses 1 Februari 2014, pukul WIB). Daili ESS, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit kulit yang umum di Indonesia. Medical Multimedia Indonesia. Jakarta. 2005:33-4. Goldstein BG & Goldstein AO (updated). Tinea Versicolor. Edited by Dellavalle RP, Levy ML, dan Ofori AO. (Online). Habif TP. Tinea Versicolor. In: Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4 th Edition. USA. Mosby pg Janik MP, Heffernan MP. Yeast infection : Candidiasis and Tinea (pityriasis) Versicolor. In : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, eds. Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine. 7th Edition. New York : McGraw-Hill. 2008; pg Keddie F Clinical Signs in Tinea Versicolor. Arch Dermatol 1963;87(5): Partogi D. Pityriasis Versicolor dan Diagnosis Bandingnya (Ruam-ruam Bercak Putih Pada Kulit). USU e-repository. 2008; 2-4. (Online).( diakses 1 Februari 2014, pukul WIB). Wolff K & Johnson RA Section 25 - Fungal Infections of The Skin and Hair; Fitzpatrick's Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology, 6th Ed., McGraw Hill Professional, USA.

BAB II LAPORAN KASUS. Status Maritas : Belum Menikah : Perum Landungsari Indah, Malang. Tanggal Pemeriksaan : 29 Januari 2014

BAB II LAPORAN KASUS. Status Maritas : Belum Menikah : Perum Landungsari Indah, Malang. Tanggal Pemeriksaan : 29 Januari 2014 BAB II LAPORAN KASUS 2.1 Indentitas Pasien Nama : Tn. AF Umur : 23 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Mahasiswa Status Maritas : Belum Menikah Alamat : Perum Landungsari Indah, Malang No RM :

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama Umur Negeri asal Suku Agama Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : A : 6 tahun : Jambi : Minang : Islam : Laki-laki : Pelajar : Sungai Penuh, Jambi Seorang pasien anak laki-laki,

Lebih terperinci

PTIRIASIS VERSIKOLOR

PTIRIASIS VERSIKOLOR Case Report Session PTIRIASIS VERSIKOLOR Oleh: Fitria Ramanda 0910312137 Miftahul Jannah Afdhal 1010312064 Preseptor: dr. Sri Lestari, Sp. KK (K), FAADV, FINSDV BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Pitiriasis versikolor adalah suatu penyakit jamur kulit yang kronik dan asimtomatik serta ditandai dengan bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial kronik ringan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial kronik ringan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pitiriasis Versikolor 2.1.1 Definisi Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial kronik ringan yang disebabkan oleh jamur malassezia dengan ciri klinis discrete atau

Lebih terperinci

MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS

MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS Modul Ilmu Kesehatan Kulit &Kelamin Diberikan Pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran UNHAS Disusun oleh dr. Asnawi Madjid, Sp.KK, MARS,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

Angka Kejadian dan Karakteristik Tinea Versikolor di Rs Al Islam Bandung

Angka Kejadian dan Karakteristik Tinea Versikolor di Rs Al Islam Bandung Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Angka Kejadian dan Karakteristik Tinea Versikolor di Rs Al Islam Bandung 1 Ridha Diastari, 2 Tony S. Djajakusumah, 3 Arief Budi Yulianti 1,2,3 Pedidikan Dokter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering dianggap sebagai hal ringan, padahal bagi penderitanya dapat mengurangi penampilan atau daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang rendah menyebabkan keadaan yang menguntungkan bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang rendah menyebabkan keadaan yang menguntungkan bagi pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi jamur pada kulit sering diderita oleh masyarakat yang tinggal di negara tropis seperti Indonesia. Suhu udara yang panas dan lembab ditambah dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit jamur yang menyerang kulit. 2 Mikosis dibagi menjadi empat kategori yaitu: (1) superfisialis,

Lebih terperinci

KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK

KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK Modul KJP KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK Dr. Sri Linuwih Menaldi, Sp.KK(K) PENDAHULUAN kulit merupakan organ tubuh terluar berhubungan dengan lingkungan perubahan lingkungan berdampak pada kesehatan

Lebih terperinci

Profil pitiriasis versikolor di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2013

Profil pitiriasis versikolor di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2013 Profil pitiriasis versikolor di Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2013 1 Dwi Y. F. Isa 2 Nurdjannah J. Niode 2 Herry E. J. Pandaleke 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2

BAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma adalah hipermelanosis yang didapat yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melasma adalah kelainan pigmentasi didapat dengan gambaran klinis berupa makula cokelat muda hingga cokelat tua pada daerah terpajan matahari, contohnya wajah dan leher

Lebih terperinci

TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT

TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas Disusun Oleh: dr. Idrianti Idrus, Sp.KK, M.Kes Dr. dr. Khairuddin Djawad, Sp.KK(K), FINSDV SISTEM

Lebih terperinci

All about Tinea pedis

All about Tinea pedis All about Tinea pedis Tinea pedis? Penyakit yang satu ini menyerang pada bagian kulit. Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh dikata sangat menjengkelkan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LAPORAN KASUS

PENDAHULUAN LAPORAN KASUS PENDAHULUAN Tinea kruris yang sering disebut jock itch merupakan infeksi jamur superfisial yang mengenai kulit pada daerah lipat paha, genital, sekitar anus dan daerah perineum. 1,2,3 Tinea kruris masuk

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG PENDAHULUAN

LAPORAN KASUS MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG PENDAHULUAN LAPORAN KASUS MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG PENYUSUN LAPORAN Nama :Cahya Daris Tri Wibowo NIM : H2A008008 Tanda tangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor penunjang, terutama wajah yang bersih tanpa akne merupakan modal penting dalam pergaulan dan karier.

Lebih terperinci

Presentasi Kasus Spinal Cord Injury

Presentasi Kasus Spinal Cord Injury Presentasi Kasus Spinal Cord Injury Evan Pramudito Mulyadi 1110103000049 Audi Fikri Aulia 1111103000025 Kepanitraan Klinik SMF Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Akne Vulgaris merupakan permasalahan yang sangat akrab diperbincangkan baik di kalangan dewasa muda maupun remaja. Saat ini tidak begitu banyak sumber yang memuat tulisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa, bersifat kronis residif dengan lesi yang khas berupa plak eritema berbatas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jerawat, atau dalam bahasa medisnya disebut akne, merupakan salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai secara global pada remaja dan dewasa muda (Yuindartanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatomikosis cukup banyak diderita penduduk Negara tropis. Salah satunya Indonesia akan tetapi angka kejadian yang tepat belum diketahui. Iklim yang panas dan lembab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang tumbuh di lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne atau jerawat adalah kondisi yang paling umum dilakukan oleh dokter di seluruh dunia (Ghosh dkk, 2014). Penyakit akne ini merupakan penyakit peradangan pada unit

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebersihan terutama pada kehidupan sehari hari. Dalam aktivitas yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. kebersihan terutama pada kehidupan sehari hari. Dalam aktivitas yang relatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia banyak masyarakat yang kurang memperhatikan pola kebersihan terutama pada kehidupan sehari hari. Dalam aktivitas yang relatif panjang, masyarakat kurang

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI KAYU MANIS (Cinnamomum zeylanicum) 6,25% DENGAN KETOKONAZOL 2% SECARA INVITRO TERHADAP PERTUMBUHAN Malassezia furfur PADA PITIRIASIS VERSIKOLOR COMPARISON OF EFFECTIVENESS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu peradangan kronik dari folikel pilosebasea yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas (Siregar, 2013). Gambaran

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI Oleh : Rita Purnamasari Tanggal : 11 November 2011 Waktu : 10.00 WIB I. PENGKAJIAN A. IDENTITAS ISTERI SUAMI Nama : Ny. Y Tn. A Umur

Lebih terperinci

STATUS PENELITIAN. Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan. 4.Hindu 5. Budha. 2. SD / sederajat. 5. Perguruan tinggi. 2.

STATUS PENELITIAN. Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan. 4.Hindu 5. Budha. 2. SD / sederajat. 5. Perguruan tinggi. 2. LAMPIRAN 1. STATUS PENELITIAN Tanggal pemeriksaan : Nomor urut penelitian : Nomor catatan medik : IDENTITAS Nama : Alamat : Telp. : Tempat tanggal lahir (hari, bulan, tahun) : Jenis kelamin : 1. Laki-laki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis seboroik merupakan suatu kelainan kulit papuloskuamosa kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang banyak mengandung kelenjar

Lebih terperinci

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Untuk Komplikasi Diabetes Pada Kulit Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh Anda, termasuk juga kulit. Sebenarnya, permasalahan

Lebih terperinci

UJI BEDA SENSITIVITAS JAMUR MALASSEZIA SP. TERHADAP FLUKONAZOL DAN MIKONAZOL SECARA IN VITRO

UJI BEDA SENSITIVITAS JAMUR MALASSEZIA SP. TERHADAP FLUKONAZOL DAN MIKONAZOL SECARA IN VITRO UJI BEDA SENSITIVITAS JAMUR MALASSEZIA SP. TERHADAP FLUKONAZOL DAN MIKONAZOL SECARA IN VITRO Annisa Septiningrum 1, Muslimin 2, V Rizke Ciptaningtyas 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum,

Lebih terperinci

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta Hubungan Lamanya Paparan Kosmetik dengan Timbulnya Acne Vulgaris pada Mahasiswi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau topeng kehamilan) berasal dari bahasa Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat (Akne Vulgaris) merupakan penyakit kulit peradangan kronik folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan

BAB I PENDAHULUAN. Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan pada unit pilosebasea. Akne sering membuat resah dan menghilangkan rasa percaya diri, apalagi jika

Lebih terperinci

Profil Pasien Baru Infeksi Kandida pada Kulit dan Kuku (Profile of New Patients with Candida Infection in Skin and Nail)

Profil Pasien Baru Infeksi Kandida pada Kulit dan Kuku (Profile of New Patients with Candida Infection in Skin and Nail) Profil Pasien Baru Infeksi Kandida pada Kulit dan Kuku (Profile of New Patients with Candida Infection in Skin and Nail) Shinta Dewi Rahmadhani Soetojo, Linda Astari Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu

Lebih terperinci

BED SITE TEACHING. Dani Dania D Siti Fatimah Lisa Valentin S Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.

BED SITE TEACHING. Dani Dania D Siti Fatimah Lisa Valentin S Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp. BED SITE TEACHING Dani Dania D - 12100113044 Siti Fatimah - 12100113045 Lisa Valentin S - 12100113001 Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.PD SMF ILMU PENYAKIT DALAM P3D FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA RS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Laporan Kasus REAKSI KUSTA TIPE 2 PADA PENDERITA KUSTA MULTIBASILER (MB) YANG TELAH MENYELESAIKAN TERAPI MDT-MB. dr. Cut Putri Hazlianda

Laporan Kasus REAKSI KUSTA TIPE 2 PADA PENDERITA KUSTA MULTIBASILER (MB) YANG TELAH MENYELESAIKAN TERAPI MDT-MB. dr. Cut Putri Hazlianda Laporan Kasus REAKSI KUSTA TIPE 2 PADA PENDERITA KUSTA MULTIBASILER (MB) YANG TELAH MENYELESAIKAN TERAPI MDT-MB dr. Cut Putri Hazlianda DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN USU

Lebih terperinci

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/- PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis Tanda vital: TD: 120/80 mmhg Nadi: 84 x/menit Pernapasan: 20 x/menit Suhu: 36,5 0 C Tinggi Badan: 175 cm Berat Badan: 72 kg Status Generalis:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, kista, dan pustula.

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS TINEA KRURIS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

LAPORAN KASUS TINEA KRURIS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS LAPORAN KASUS TINEA KRURIS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Made Kresna Yudhistira Wiratma Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar ABSTRAK Tinea kruris merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbatas pada bagian superfisial kulit berupa bintul (wheal) yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbatas pada bagian superfisial kulit berupa bintul (wheal) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urtikaria merupakan salah satu manifestasi keluhan alergi pada kulit yang paling sering dikeluhkan oleh pasien. Urtikaria adalah suatu kelainan yang berbatas pada bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang membuat hidup seseorang menjadi sejahtera dan ekonomis. Masyarakat harus berperan aktif dalam mengupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis Atopik (DA) adalah penyakit inflamasi pada kulit yang bersifat kronis dan sering terjadi kekambuhan. Penyakit ini terjadi akibat adanya kelainan pada fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel

BAB I PENDAHULUAN. Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, kista, dan pustula.(tahir, 2010). Penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Jumlah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Penelitian ini melibatkan 85 responden mahasiswi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Responden tersebut

Lebih terperinci

TUGAS SISTEM INTEGUMEN

TUGAS SISTEM INTEGUMEN TUGAS SISTEM INTEGUMEN PENGKAJIAN PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS TINEA KRURIS Oleh : MUHAMMAD FAHRI NIM: 108 STYC 15 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran UJI BANDING EFEKTIVITAS LAOS (Alpinia galanga) 2 DENGAN KETOKONAZOL 2 TERHADAP PERTUMBUHAN Malassezia furfur PADA PITIRIASIS VERSIKOLOR SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENYAKIT DARIER PADA ANAK

PENYAKIT DARIER PADA ANAK PENYAKIT DARIER PADA ANAK dr. Imam Budi Putra, SpKK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK M E D A N PENYAKIT DARIER PADA ANAK Pendahuluan

Lebih terperinci

Profil dermatitis seboroik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari Desember 2015

Profil dermatitis seboroik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari Desember 2015 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 Profil dermatitis seboroik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari Desember 2015 1 Senderina Malak

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS TINEA KRURIS ET KORPORIS PADA PASIEN WANITA

LAPORAN KASUS TINEA KRURIS ET KORPORIS PADA PASIEN WANITA LAPORAN KASUS TINEA KRURIS ET KORPORIS PADA PASIEN WANITA Ida Bagus Reza Nanda Iswara, dr. IGK Darmada, Sp.KK (K), dr. Luh Made Mas Rusyati, Sp.KK Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

TEAM BASED LEARNING MODUL. Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH :

TEAM BASED LEARNING MODUL. Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : TEAM BASED LEARNING MODUL Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. DR. Dr. Anis Irawan, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV DR. dr. Farida Tabri, Sp.KK (K). FINSDV SISTEM

Lebih terperinci

CASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS. Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan Abednego Panggabean

CASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS. Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan Abednego Panggabean CASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan 1301-1210-0072 Abednego Panggabean 1301-1210-0080 Pembimbing: Vitriana, dr., SpKFR BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit merupakan organ terluar yang membatasi manusia dan lingkungannya. Kulit mudah dilihat dan diraba serta berperan dalam menjamin kelangsungan hidup (Wasitaatmadja,

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR Diajukan guna melengkapi tugas Komuda Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk

Lebih terperinci

Si Musuh Kulit Kepala Anak-Anak

Si Musuh Kulit Kepala Anak-Anak Si Musuh Kulit Kepala Anak-Anak Microsporum canis Microsporum canis termasuk ke dalam organisme fungi dermatoifit zoofilik yaitu organisme fungi yang menyerang kulit (terutama kulit kepala dan rambut)

Lebih terperinci

Tatalaksana Dermatomikosis pada Pasien Morbus Hansen dengan Reaksi Reversal

Tatalaksana Dermatomikosis pada Pasien Morbus Hansen dengan Reaksi Reversal Tatalaksana Dermatomikosis pada Pasien Morbus Hansen dengan Reaksi Reversal Dwi Indria Anggraini Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Penggunaan steroid jangka

Lebih terperinci

PITYRIASIS VERSIKOLOR DAN DIAGNOSIS BANDINGNYA ( Ruam ruam bercak putih pada kulit)

PITYRIASIS VERSIKOLOR DAN DIAGNOSIS BANDINGNYA ( Ruam ruam bercak putih pada kulit) PITYRIASIS VERSIKOLOR DAN DIAGNOSIS BANDINGNYA ( Ruam ruam bercak putih pada kulit) Dr. Donna Partogi, SpKK NIP. 132 308 883 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK.USU/RSUP H.ADAM MALIK/RS.Dr.PIRNGADI

Lebih terperinci

PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2013

PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2013 PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2013 Saranita Vikani Gabriele Polii 1 Herry E.J. Pandaleke 2 Marlyn G. Kapantow

Lebih terperinci

PIODERMA. Dr. Sri Linuwih S Menaldi, Sp.KK(K) Dr. Wieke Triestianawati, Sp.KK(K) Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI / RSCM Jakarta

PIODERMA. Dr. Sri Linuwih S Menaldi, Sp.KK(K) Dr. Wieke Triestianawati, Sp.KK(K) Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI / RSCM Jakarta PIODERMA Dr. Sri Linuwih S Menaldi, Sp.KK(K) Dr. Wieke Triestianawati, Sp.KK(K) Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI / RSCM Jakarta DEFINISI Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. disebut juga eksema atopik, prurigo besnier, neurodermatitis

BAB l PENDAHULUAN. disebut juga eksema atopik, prurigo besnier, neurodermatitis BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamatif kronis, disebut juga eksema atopik, prurigo besnier, neurodermatitis diseminata (Leung et al, 2003). Manifestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA

BAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi gangguan fungsi sawar kulit dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit di bidang Dermatologi. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh adanya disfungsi

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pakar Medis Untuk Kasus Dermatomikosis Superfisialis

Perancangan Sistem Pakar Medis Untuk Kasus Dermatomikosis Superfisialis Perancangan Sistem Pakar Medis Untuk Kasus Dermatomikosis Superfisialis Galang Prihadi Mahardhika, Izzati Muhimmah Magister Teknik Informatika Universitas islam Indonesia Jl. Kaliurang km 14 Yogyakarta

Lebih terperinci

Data Administrasi diisi oleh Nama: NPM/NIP:

Data Administrasi diisi oleh Nama: NPM/NIP: 1 Berkas Pasien Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan : No Berkas : No Rekam Medis : Pasien Ke : dalam keluarga Data Administrasi tanggal diisi oleh Nama: NPM/NIP: Nama Umur / tgl. Lahir Alamat Jenis kelamin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan

I. PENDAHULUAN. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan kesehatan sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang baik, bukan sekedar tidak

Lebih terperinci

DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit

DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit KETOMBE DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit kepala, akibat peradangan di kulit karena adanya gangguan

Lebih terperinci

riwayat personal-sosial

riwayat personal-sosial KASUS OSCE PEDIATRIK 1. (Gizi Buruk) Seorang ibu membawa anaknya laki-laki berusia 9 bulan ke puskesmas karena kha2atir berat badannya tidak bisa naik. Ibu pasien juga khawatir karena anaknya belum bisa

Lebih terperinci

TINEA KAPITIS, apa tuh??

TINEA KAPITIS, apa tuh?? TINEA KAPITIS, apa tuh?? Trichophyton tonsurans Taksonomi Trichophyton tonsurans: Kingdom : Fungi Filum : Ascomycota Kelas : Euscomycetes Ordo : Onygenales Famili : Arthrodermataceae Genus : Trichophyton

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Baumann Metode Baumann adalah sebuah metode untuk menentukan tipe wajah berdasarkan kadar kandungan minyak pada wajah. Beberapa studi telah menunjukkan jika banyak pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai. Indonesia, menurut catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai. Indonesia, menurut catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris atau yang oleh masyarakat umum disebut jerawat merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai dengan adanya komedo terbuka

Lebih terperinci

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Masalah Kulit Umum pada Bayi Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Brosur ini memberikan informasi mendasar tentang permasalahan kulit yang lazimnya dijumpai pada usia dini sebagai

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi menengah ke atas. Hingga nilai beli terhadap sesuatu yang sekunder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan suatu kondisi kekambuhan pada kulit kepala dan berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan suatu kondisi kekambuhan pada kulit kepala dan berpengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketombe adalah salah satu bentuk dari dermatitis seboroik kronik ringan, yang merupakan suatu kondisi kekambuhan pada kulit kepala dan berpengaruh negatif pada aspek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Fakultas

Lebih terperinci

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

APA ITU TB(TUBERCULOSIS) APA ITU TB(TUBERCULOSIS) TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah mengenal penyakit ini. TB bukanlah

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 10 Juni 2014 pukul 14.00 WIB.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dijumpai, memiliki karakteristik kemerahan dan skuama, terjadi di. daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti di wajah, kulit

BAB 1 PENDAHULUAN. dijumpai, memiliki karakteristik kemerahan dan skuama, terjadi di. daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti di wajah, kulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis seboroik merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai, memiliki karakteristik kemerahan dan skuama, terjadi di daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Lampiran 1. LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi/siang. Perkenalkan nama saya dr. Sri Naita Purba. Saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen/SMF

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne

BAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit kulit yang merisaukan remaja dan dewasa adalah jerawat, karena dapat mengurangi kepercayaan diri seseorang 1. Acne vulgaris atau lebih sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004),

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004), insidensi penyakit jamur

Lebih terperinci

PORTFOLIO. 2. Riwayat Pengobatan Pasien sudah sempat berobat ke dokter, kemudian diberikan obat (yang pasien tidak tahu namanya).

PORTFOLIO. 2. Riwayat Pengobatan Pasien sudah sempat berobat ke dokter, kemudian diberikan obat (yang pasien tidak tahu namanya). PORTFOLIO Nama Peserta: dr. Evan Regar Nama Wahana: Poliklinik Mandiri Puskesmas Kecamatan Cengkareng Topik: Infeksi Menular Seksual pada Remaja dengan Perilaku Risiko Tinggi Tanggal (Kasus): Senin, 10

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akne vulgaris adalah suatu peradangan yang bersifat menahun pada unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan predileksi di

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA 4.1 Pelakasanaan Pendampingan Keluarga 4.1.1 Kunjungan 1 Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Juli 2016 Jenis Kegiatan : Perkenalan dengan keluarga KK dampingan.

Lebih terperinci

PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 0 Samuel Rian Wowor Herry E. J. Pandaleke Marlyn Grace Kapantow Kandidat

Lebih terperinci

M/ WITA/ P4A0

M/ WITA/ P4A0 RESUME 1.Ny. E/35 tahun/mrs 7 Juni 2015 jam 05.15 WITA/ G 3 P 2 A 0 Aterm Inpartu Kala I Fase Aktif, PER 2.Ny. M/17 tahun/mrs 6 Juni 2015 jam 15.30 WITA/ G 1 P 0 A 0 gravid 40 minggu, janin tunggal hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan

BAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan gejala klinis berupa efloresensi

Lebih terperinci

Written by Administrator Sunday, 07 August :30 - Last Updated Wednesday, 07 September :03

Written by Administrator Sunday, 07 August :30 - Last Updated Wednesday, 07 September :03 Muntah tanpa Sebab Bayi belum selesai makan, tiba-tiba "BOOMM!" Makanannya mengotori baju. Mengapa? Gumoh hingga muntah kerap terjadi pada bayi berusia kurang dari enam bulan. Perilaku ini membuat ibu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida sp. Candida adalah anggota flora normal yang hidup di dalam kulit, kuku, membran mukosa, saluran pencernaan,

Lebih terperinci