BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang akan melakukan sesuatu hal, pasti orang tersebut memiliki hal-hal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang akan melakukan sesuatu hal, pasti orang tersebut memiliki hal-hal"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ketika seseorang akan melakukan sesuatu hal, pasti orang tersebut memiliki hal-hal tertentu yang mempengaruhi dalam dirinya untuk bertindak. Sesuatu yang mempengaruhi seseorang dalam bertindak itu yang disebut dengan motif. Motif merupakan hal atau unsur yang dapat menggerakkan, memberikan suatu rangsangan maupun hasrat yang besar di dalam diri, keinginan serta suatu dorongan yang berpengaruh di dalam ia melakukan sesuatu. Atau dengan kata lain motif ialah kekuatan yang menjadi dasar atau penentu perilaku dari masing-masing orang. 1 Dengan demikian ketika seseorang akan melakukan sesuatu, di dalam dirinya terjadi gerakan dari jiwa dan jasmani yang kemudian menghasilkan suatu dorongan. Dorongan tersebut yang disebut sebagai motif atau istilah dalam bahasa Inggrisnya yaitu driving force yang menjadi penggerak untuk manusia dalam bertindak, dengan adanya suatu tujuan tertentu (AS AD, 1981: 44). Kata motif itu sendiri berasal dari bahasa Inggris, motive yang berarti alasan, sebab, daya (peng) gerak. 2 Motif atau penyebab, ada dalam setiap tindakan manusia di setiap bidang kehidupan antara lain: bidang ekonomi, sosial, politik, termasuk juga di dalamnya pendidikan dan agama. Ketika seseorang, terlebih bagi seorang anak yang telah diberi stimulus dalam hal ini berupa ajaran-ajaran agama yang diwariskan atau diajarkan, maka warisan berupa ajaran tersebut dapat menjadi motif dalam tindakan yang dilakukan. Terkait dengan hal tersebut, proses dalam mewariskan atau mengajarkan jika dilihat dari ilmu Pendidikan Agama Kristen (PAK) dikenal dengan istilah tugas transmisi, yakni usaha sadar 1 2 Sunaryo, Psikologi untuk Keperawatan, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004), 135. John M.Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1982),

2 maupun tidak untuk mewariskan identitas kultural agar tetap terpelihara untuk generasigenerasi berikutnya. 3 Dalam keluarga pada umumnya tugas transmisi bagi anak, dilakukan oleh keluarga. Hal ini sesuai dengan paradigma dunia pendidikan yakni keluarga menjadi sumber pendidikan yang utama, karena ketika seorang anak tumbuh dan berkembang maka tempat belajar yang paling awal ialah keluarga. Keluarga yang sangat berperan penting ialah kedua orang tua, sebagai orang yang terdekat dengan kehidupan anak, yang mampu memberikan segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual. Melihat hal itu, maka keluarga menjadi fungsi pendidikan. 4 Realita demikian telah banyak ditemui di dalam keluarga-keluarga, namun ada hal berbeda ditemukan di salah satu keluarga yang tinggal di wilayah Ambarawa, tepatnya di kelurahan Tambakrejo. Keluarga tersebut ialah keluarga Bpk. Naryoto, yang memiliki seorang istri dan dikaruniai empat orang anak. Keluarga ini berlatarbelakang kebatinan Jawa atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kejawen. Kebatinan itu sendiri adalah segala sesuatu yang manusia rasakan di dalam dirinya paling dalam, yang selaras juga dengan apa yang dipikirkannya. 5 Hal tersebut tentunya dapat terjadi pada siapa saja dan di setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia. Oleh karena itulah Kejawen disebut juga sebagai kebatinan Jawa, karena memiliki inti yakni mencari dan memperoleh ketenangan jiwa dan menghindari konflik yang berisfat kekerasan. 6 Kejawen merupakan satu dari berbagai kepercayaan yang ada di Indonesia, dengan salah satu cirinya ialah tertanam 3 4 Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 1. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), Javanese2000, Kontroversi Kebatinan-Spiritual dan Agama dalam diunduh pada hari Sabtu, 17 Maret 2012 pkl WIB. 6 David Samiyono, Agama Suku dan Kebatinan, Kejawen, bahan kuliah dalam mata kuliah Agama Suku dan Kebatinan tanggal 2 Maret

3 paradigma bahwa semua system kepercayaan yang ada adalah sama. 7 Kesamaan antara kepercayaan dan agama terjadi karena tidak adanya definisi yang valid untuk menjelaskan perbedaan dari kedua hal tersebut. Hal itu terjadi karena memiliki tujuan yang sama, yaitu mengajar manusia untuk melakukan kebaikan dan mengenal sosok yang memiliki kekuatan melebihi manusia, yang secara umum dikenal dengan sebutan Yang Maha Kuasa atau Pencipta. Agama dan kepercayaan berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan, yaitu Tuhan. Sedangkan yang menjadi sifat dari aliran kebatinan ialah keterbukaan. Dengan demikian aliran kebatinan yang dianut oleh pak Nari memiliki keterbukaan kepada hal-hal yang berada di luar kebatinan mereka, baik dalam hal paradigma, termasuk juga terbuka terhadap system kepercayaan yang lain. Kebatinan terbagi ke dalam lima jenis yakni Paguyuban Sumarah, Bratakesawa, Pangestu, Paryana Suryadipura dan salah satunya Sapta Darma 8. Jenis yang terakhir inilah yang dianut oleh Bpk.Naryoto. Figur pak Nari cukup dikenal dikalangan masyarakat sekitar tempat tinggalnya, hingga di luar dari kelurahan Tambakrejo. Ia dikenal sebagai seorang dalang dalam pewayangan, yang tentunya memiliki kekuatan supranatural melalui ritual-ritual yang wajib dilakukan sebelum ia akan memainkan wayang. Ritual yang dilakukannya tersebut terkait dengan unsur yang pasti ada di dalam setiap jenis kebatinan, termasuk Sapta Darma. Oleh karena itu ia menjadi laris, masyarakat yang mengenal, banyak memanggilnya untuk memainkan wayang. Tidak hanya sebatas dalam bidang kesenian, masyarakat membutuhkan jasanya dalam menerawang kesuksesan serta penyakit. Kemampuan yang demikian merupakan hasil dari kekuatan gaib yang dimilikinya. 7 8 Nahwan, CIRI-CIRI KEBATINAN SECARA UMUM, dalam diunduh pada hari Sabtu, 17 Maret 2012 pkl WIB. Jenis kebatinan yang mengajarkan cara memperoleh kelepasan dengan wajib bersujud dan melaksanakan 7 kewajiban atau amal suci, yaitu: setia kepada Pancasila Allah, jujur dan harus menjalankan UUD negaranya, turut serta membantu negara, menolong tanpa pamrih, hidup berdasarkan kekuatan diri sendiri, harus sopan dalam bermasyarakat dan percaya bahwa dunia tidak abadi. 3

4 Berakar dari hal itu, masyarakat memiliki penilaian tentang dirinya selayaknya seorang dukun. Dengan profesinya tersebut, banyak keuntungan yang ia terima, yaitu nama yang terkenal. Selain itu juga dengan seringnya dipanggil untuk menjadi dalang, memiliki kaitan erat dengan pendapatannya yang meningkat, dan itu mempengaruhi kehidupan ekonomi dari keluarga tersebut. Profesi dari sang ayah tersebut ternyata tidak mempengaruhi keempat anaknya untuk berprofesi serupa dengan pak Nari, termasuk di dalam mengikuti kepercayaan yang selama ini dianut. Hal itu terbukti dengan anak keempat dari keluarga Bpk Naryoto ini justru mengambil keputusan untuk aktif di dalam kegiatan gereja. Sikap tekun dan aktif dalam beribadah maupun mengikuti kegiatan-kegiatan gereja yang ada pada diri anak tersebut, dimulai ketika ia masih kecil. Hal itu nyata dalam ia mengikuti IMPA (Ibadah Minggu Pelayanan Anak) dan kegiatan-kegiatan Sekolah Minggu yang ada. Kawasan tempat tinggal keluarga Bpk. Naryoto tersebut tidak jauh dari salah satu gereja, yakni GPIB ATK, dan kawasan wilayah tersebut termasuk di dalam sektor Tambakrejo. Sehingga anak keempat dari keluarga Bpk. Naryoto ini mengikuti IMPA dan kegiatankegiatan Sekolah Minggu di jemaat tersebut. Perbedaan kepercayaan antara ayah dan anak keempat ini terus berlangsung beberapa waktu. Hingga pada tahun 2010, seluruh keluarga Bpk. Naryoto telah resmi menjadi Kristen. Jemaat gereja setempatlah yang melayani mereka mengikuti Baptisan Kudus dan Peneguhan Sidi, sebagai tanda bahwa mereka telah mengaku percaya kepada Yesus Kristus, dan menjadi bagian di dalam jemaat GPIB ATK, sektor Tambakrejo. Melihat hal ini, ada indikasi bahwa pak Nari berpindah agama disebabkan anak keempatnya. Keputusan yang dilakukan oleh pak Nari beserta keluarga di dalam berpindah keyakinan, atau yang dikenal dengan istilah konversi agama, mengakibatkan perubahan beberapa hal dalam kehidupannya. Nampak bahwa ketika seseorang mengambil suatu 4

5 keputusan, maka ia secara aktif telah mengendalikan kehidupannya. Dikatakan demikian karena pilihan-pilihan yang telah dibuat, atau yang telah menjadi keputusan tersebut, akan membantu seseorang dalam menentukan masa depannya (M.Manullang, 1986: 1). Melihat hal tersebut maka ketika keluarga Bpk. Naryoto memutuskan untuk berpindah menjadi pemeluk agama Kristen, mereka telah menimbang konsekuensi yang akan muncul setelah pengambilan keputusan. Pertimbangan adalah salah satu unsur yang perlu dilakukan ketika individu mengambil keputusan, karena di dalam satu keputusan yang diambil, pasti memiliki dampak yang tidak menyenangkan atau kehilangan keuntungan yang berharga. 9 Terdapat kemungkinan bahwa dampak yang tidak menyenangkan, yang harus diterima oleh pak Nari ialah berkurangnya permintaan menjadi dalang dalam pertunjukkan wayang, yang di dalamnya tersirat dampak yaitu berkurangnya penerimaan dan solidaritas di dalam kelompok masyarakat. Tentu saja itu berpengaruh pada pendapatannya, yaitu menjadi berkurang. Dengan demikian konversi agama adalah tindakan yang radikal, yang dapat menimbulkan berbagai kerugian di dalam diri seseorang yang melakukannya. Kerugian yang timbul tersebut dapat mencakup berbagai bidang kehidupan, yaitu sosial, politik dan ekonomi. Melihat realita konversi agama dari yang menganut Sapta Darma menjadi penganut agama Kristen, yaitu Bpk. Naryoto, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui dan menyelidiki faktor-faktor sebenarnya yang mempengaruhi konversi agama dilakukan. Oleh karena itu penulis mengangkatnya ke dalam skripsi dengan judul: Konversi Agama dari Sapta Darma ke Kristen (Studi kasus Mengenai Faktor Penyebab Terjadinya Konversi Agama Bpk. Nariyoto di Tambakrejo, Ambarawa) M.Manullang, Pedoman Praktis Pengambilan Keputusan, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1986), 11 & 5

6 I.2 Batasan Masalah dan Definisi Operasional A. Batasan Masalah Melihat bahwa permasalahan diatas terkait dengan ranah psikologi yang cakupannya luas, oleh karena itu penulis memfokuskan masalah yang ada pada: faktor-faktor yang menyebabkan Bpk.Nariyoto yang diikuti oleh keluarga dalam mengambil keputusan untuk berpindah agama menjai Kristen. Dalam kasus ini Kristen diwakili oleh gereja setempat, yakni GPIB ATK. B. Definisi Operasional Konversi agama adalah proses yang menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan yang dapat berlangsung secara perlahan-lahan atau juga secara tiba-tiba. 10 I.3 Rumusan Masalah Dalam penulisan skripsi ini, penyusun merumuskan masalah yang akan diteliti, yakni: Apa yang menjadi faktor-faktor penyebab Bpk.Naryoto melakukan konversi agama dari Sapta Darma menjadi Kristen? I.4 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Menjelaskan hal-hal yang menjadi faktor penyebab Bpk.Naryoto melakukan Konversi Agama dari Sapta Darma menjadi Kristen. I.5 Manfaat 10 Robert H.Thouless, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992),

7 Dengan adanya penelitian ini maka memiliki manfaat, yakni: 1. Menegaskan adanya hubungan yang erat antara Ilmu yang mempelajari jiwa atau perilaku manusia (psikologi) dan agama dalam hal ini Kekristenan, yaitu motif atau faktor penyebab dan konversi agama (Kristen). 2. Memberikan kontribusi pengetahuan bahwa tidak hanya orang tua yang dapat menjadi penggerak dalam mengajarkan dan mewariskan ajaran-ajaran Kekristenan di dalam sebuah keluarga, melainkan anak juga mampu menjadi salah satu penggeraknya. 3. Menjadi referensi di dalam mata kuliah Pendidikan Agama Kristen, juga bagi Fakultas Teologi UKSW untuk dapat memberikan pengajaran yang terkait dengan psikologi agama. I.6 Metode Penelitian 1. Metode dan jenis Penelitan Terkait dengan judul yang akan diteliti, maka digunakan metode Kualitatif dengan jenis penilitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah kualitatif, yakni penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Ini sering diterapkan dalam penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, di samping itu juga peranan organisasi, pergerakan sosial dan hubungan timbal balik. 11 Sedangkan jenis penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, yaitu gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fenomena yang diselidiki. Jenis deskriptif berusaha menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu Anselm Strauss & Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tata Langkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 4 12 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003),

8 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini difokuskan pada keluarga Bpk. Naryoto yang bertempat tinggal di desa Tambakrejo. Desa tersebut berada di Timur kota Ambarawa, jaraknya kurang lebih 18 Km dari kota Salatiga. Sawah-sawah dan rawa pening menjadikan masyarakat kebanyakan petani, dan sebagiannya adalah pegawai, pedagang, serta TNI. Selain profesi-profesi tersebut, ada juga beberapa yang berprofesi sebagai wirausaha (membuka warung) dan seniman, termasuk pak Nari. 3. Tekhnik Pengumpulan data a. Data Primer dengan menggunakan tekhnik pengumpulan data antara lain: i. Observasi, yakni peneliti datang ke tempat penelitan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan oleh keluarga Bpk. Naryoto, khususnya pak Nari dan anak keempatnya. ii. Wawancara mendalam, sehingga memperoleh data-data yang akurat. Pertanyaan yang diberikan kepada para informan tentunya tidak tersruktur, sehingga peneliti memperoleh data sebanyak-banyaknya. Hal tersebut dilakukan dengan membiarkan informan berbicara dengan leluasa dan mendalam tentang pokok penelitian. Informan yang akan diwawancarai ialah: Pak Nari sekeluarga (istri dan keempat anaknya), Pendeta, majelis atau jemaat GPIB ATK sektor Tambakrejo yang benar-benar mengetahui tentang permasalahan ini. Mereka dipilih untuk diwawancarai berdasarkan keaslian mereka sebagai saksi mata yang mengetahui kehidupan pak Nari sebelum menjadi orang Kristen, hingga 8

9 telah menjadi orang Kristen. Hal itu dilakukan agar informasi yang diperoleh bersifat akurat dan tepat yang tentunya dapat membantu hasil penelitian. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dengan menggunakan studi kepustakaan yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Kristen (PAK), Psikologi kepribadian, Psikologi Agama, Sosiologi Agama, kebatinan Sapta Darma dan keluarga Kristen. Penulis juga membutuhkan data-data tertulis yang terdapat di artikel on line, karena dengan adanya data-data tersebut akan sangat membantu penulis memperoleh data yang lebih lengkap. I.7 Garis Besar Penulisan Dalam menyusun skripsi ini penulis akan membagi dalam lima bab: Bab I : Pendahuluan yang di dalamnya berisi latar belakang masalah, batasan masalah dan defenisi operasional, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat, metode penelitian. Bab II : Teori yang mendasari penulisan skripsi ini yaitu tentang teori Konversi Agama. Bab III : Sapta Darma secara umum, baik dari sejarah singkat serta ajaran-ajarannya. Selain itu juga hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang menyebabkan Bpk.Nariyoto mengambil keputusan untuk berpindah agama menjadi Kristen. Kekristenan dalam kasus ini diwakili oleh gereja setempat, yakni GPIB ATK. Bab IV : Analisis Data terhadap faktor-faktor yang menyebabkan Bpk.Nariyoto mengambil keputusan untuk berpindah keyakinan. Analisa dilakukan dengan menggunakan teori yang ada di Bab II serta hasil penelitian yang terdapat 9

10 dalam Bab III. Selain itu juga terdapat refleksi dari kasus ini yang dikaitkan dengan teologi. Bab V : Kesimpulan akhir dan saran. 10

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta, karya, rasa manusia untuk memenuhi

Lebih terperinci

faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan agama (konversi agama) Bpk.Nariyoto dari

faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan agama (konversi agama) Bpk.Nariyoto dari BAB IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP KONVERSI AGAMA BPK.NARIYOTO DARI PERSPEKTIF LEWIS R.RAMBO Berdasarkan teori konversi agama dan teori motivasi pada Bab II, yang dihubungkan dengan hasil penelitian pada

Lebih terperinci

DALANG DALAM GEREJA (Studi kasus Tentang Peranan Seorang Dalang Dalam GPIB ATK Sektor Tambakrejo Ditinjau dari Perspektif Sosio-Teologi) SKRIPSI

DALANG DALAM GEREJA (Studi kasus Tentang Peranan Seorang Dalang Dalam GPIB ATK Sektor Tambakrejo Ditinjau dari Perspektif Sosio-Teologi) SKRIPSI DALANG DALAM GEREJA (Studi kasus Tentang Peranan Seorang Dalang Dalam GPIB ATK Sektor Tambakrejo Ditinjau dari Perspektif Sosio-Teologi) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,

Lebih terperinci

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KONVERSI AGAMA. Dalam bab III ini akan disajikan data mengenai faktor-faktor yang ikut menentukan

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KONVERSI AGAMA. Dalam bab III ini akan disajikan data mengenai faktor-faktor yang ikut menentukan BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KONVERSI AGAMA Dalam bab III ini akan disajikan data mengenai faktor-faktor yang ikut menentukan konversi agama yang dilakukan oleh Bpk.Nariyoto, namun sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan, atau memperoleh pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keahlian-keahlian atau

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan, atau memperoleh pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keahlian-keahlian atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan mendapat perhatian khusus dari pemerintah Indonesia, seperti adanya program wajib belajar 12 tahun. Hal ini menandakan bahwa pendidikan merupakan hal yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

BAB III DESA TAMBAKREJO. Secara geografis desa Tambakrejo terletak di kelurahan Tambakboyo, di sebelah timur

BAB III DESA TAMBAKREJO. Secara geografis desa Tambakrejo terletak di kelurahan Tambakboyo, di sebelah timur BAB III DESA TAMBAKREJO a. Letak Geografis Secara geografis desa Tambakrejo terletak di kelurahan Tambakboyo, di sebelah timur kecamatan Ambarawa, di kabupaten Semarang, Jawa tengah. Luas wilayahnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang seiring berjalan waktu semakin berkembang, dalam kenyataannya ada berbagai macam hal yang membawa pengaruh positif maupun negatif dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan dari Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Permasalahan Sebagai salah satu penerus tradisi Gereja Reformasi, Gereja Kristen Jawa (GKJ) memiliki ajaran iman yang sangat mendasar sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Rote adalah sebuah pulau yang dahulu dikenal dengan sebutan Lolo Neo Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau Lino Do Nes yang berarti pulau

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Aryadharma, Ni Kadek Surpi. Membedah Kasus Konversi Agama di Bali. Surabaya: Paramita,

DAFTAR PUSTAKA. Aryadharma, Ni Kadek Surpi. Membedah Kasus Konversi Agama di Bali. Surabaya: Paramita, DAFTAR PUSTAKA Aryadharma, Ni Kadek Surpi. Membedah Kasus Konversi Agama di Bali. Surabaya: Paramita, 2011. Azwar, Saifudin. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009. Dister, Nico S. Psikologi

Lebih terperinci

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP 32. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu sama lain. Adanya hubungan timbal balik itu, sering menimbulkan fenomena sosial berupa konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Keberadaan para penyandang cacat sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat. Mereka dapat dijumpai di pinggir jalan, panti-panti yang menampung

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila terutama pada sila yang pertama,

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. pada Bab 2 dan sistematika penulisan skripsi ini.

Bab 1 Pendahuluan. pada Bab 2 dan sistematika penulisan skripsi ini. Bab 1 Pendahuluan 1.1. Pendahuluan Penyelenggaraan sebuah ibadah Kristen identik dengan praktek nyanyian dan musik, meskipun keduanya tidak selalu ditemukan dalam ibadah Kristen. Nyanyian dan musik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang. Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang. Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam keluarga memiliki ikatan yang sangat kuat, bahkan disebut sebagai kekerabatan yang sangat mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya yang menghubungkan dan mengikat anggota masyarakat satu dengan yang lain. Tradisitradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46. BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil dan ditempatkan di dunia ini mempunyai tugas. Tugas gereja adalah untuk menyatakan hakekatnya sebagai tubuh

Lebih terperinci

Oleh Pdt. Daniel Ronda. Latar Belakang Pergumulan Pendidik

Oleh Pdt. Daniel Ronda. Latar Belakang Pergumulan Pendidik Oleh Pdt Daniel Ronda Latar Belakang Pergumulan Pendidik Profesi pendidik agama Kristen di sekolah negeri maupun swasta memiliki keistimewaan, karena dia sedang menolong kebutuhan anak didik dalam menemukan

Lebih terperinci

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu)

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu) Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu) 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan ialah ikatan lahir batin

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA KONVERSI AGAMA (Studi Kasus Tentang Faktor-Faktor Penyebab dan Dampak Sosial Perpindahan Agama Dari Hindu Ke Kristen Protestan di Bukitsari, Bali) TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, masyarakat adalah pencipta sekaligus pendukung kebudayaan. Dengan demikian tidak

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat FAKULTAS TEOLOGI PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013 Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat TESIS: Diajukan kepada: Program

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

Bab Empat. Penutup. 1. Kesimpulan. Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah

Bab Empat. Penutup. 1. Kesimpulan. Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah Bab Empat Penutup 1. Kesimpulan Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah peraturan/tata gereja definitif yang berisi uraian teologis-eklesiologis tentang identitas GTM secara menyeluruh

Lebih terperinci

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan

Lebih terperinci

Sesajen Dalam Kejawen (Suatu Kajian Antropologis-Teologis tentang Makna Sesaji Sedekah Bumi bagi jemaat GKJ Ngampin - Ambarawa) Oleh,

Sesajen Dalam Kejawen (Suatu Kajian Antropologis-Teologis tentang Makna Sesaji Sedekah Bumi bagi jemaat GKJ Ngampin - Ambarawa) Oleh, Sesajen Dalam Kejawen (Suatu Kajian Antropologis-Teologis tentang Makna Sesaji Sedekah Bumi bagi jemaat GKJ Ngampin - Ambarawa) Oleh, Melkisedek Rahaningmas 712008054 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianutnya. Setiap orang memilih satu agama dengan bermacam-macam alasan, antara

BAB I PENDAHULUAN. dianutnya. Setiap orang memilih satu agama dengan bermacam-macam alasan, antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dengan kebebasan untuk memilih agama yang ingin dianutnya. Setiap orang memilih satu agama dengan bermacam-macam alasan, antara lain

Lebih terperinci

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia BAB IV Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia 4.1. Diakonia sebagai perwujudan Hukum Kasih Gereja dapat dikatakan sebagai gereja apabila dia sudah dapat menjalankan fungsinya, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dengan sengaja ditulis Calvinis, bukan Kalvinis, karena istilah ini berasal dari nama Johannes Calvin.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dengan sengaja ditulis Calvinis, bukan Kalvinis, karena istilah ini berasal dari nama Johannes Calvin. BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di lingkungan gereja-gereja Protestan sedunia, aliran atau denominasi Calvinis 1 (lebih sering disebut Reformed ataupun Presbyterian) hampir

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam gereja ditemukan berbagai kepentingan yang berbeda. Sebagai akibat, perbedaan itu dapat memunculkan konflik yang selanjutnya dinilai sebagai sesuatu yang wajar. 1 Ketika

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan selalu berpasangan, pria dengan wanita. Dengan tujuan bahwa dengan berpasangan, mereka dapat belajar berbagi mengenai kehidupan secara bersama.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan BAB V PENUTUP Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan keluarga di Jemaat GPIB Immanuel Semarang, maka penulis membuat suatu kesimpulan berdasarkan pembahasan-pembahasan

Lebih terperinci

PEKABARAN KEPADA 3 JEMAAT SARDIS, FILADELFIA, DAN LAODIKIA. Pdt Gerry CJ Takaria

PEKABARAN KEPADA 3 JEMAAT SARDIS, FILADELFIA, DAN LAODIKIA. Pdt Gerry CJ Takaria PEKABARAN KEPADA 3 JEMAAT SARDIS, FILADELFIA, DAN LAODIKIA Kota Sardis terletak 30 mil sebelah Tenggara Tiatira dan 50 mil sebelah Timur Smirna Berada di kaki gunung Tmolus dan lembah sungai Hermus Tempat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuankemampuan

BAB I PENDAHULUAN. terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuankemampuan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya disebut sebagai makhluk sosial. Makhluk yang memiliki kecenderungan tetap untuk berorientasi terhadap sesama yang mengambil bentuk dan

Lebih terperinci

PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI

PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah keluar dari dunia ini untuk menjadi miliknya, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah memanggil mereka di

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki agama-agama suku dan kebudayaan-kebudayaan lokal serta masih dipelihara. Salah satu agama suku yang ada di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep tentang panggilan sudah ada sejak jaman Israel kuno seiring dengan pengenalan mereka tentang Allah. Misalnya panggilan Tuhan kepada Abraham (Kej 12:

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

P E K A B A R A N K E PA D A 3 J E M A AT S A R D I S, F I L A D E L F I A, D A N L A O D I K I A. WA H Y U 3 Pdt Gerry CJ Takaria

P E K A B A R A N K E PA D A 3 J E M A AT S A R D I S, F I L A D E L F I A, D A N L A O D I K I A. WA H Y U 3 Pdt Gerry CJ Takaria P E K A B A R A N K E PA D A 3 J E M A AT S A R D I S, F I L A D E L F I A, D A N L A O D I K I A WA H Y U 3 PEKABARAN UNTUK JEMAAT SARDIS (WAHYU 3:1-6) - KENYATAAN Kota Sardis terletak 30 mil sebelah

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAHASISWA FAKULTAS TEOLOGI ANGKATAN 2007 UKSW TENTANG MISI GEREJA YANG KONTEKSTUAL

PEMAHAMAN MAHASISWA FAKULTAS TEOLOGI ANGKATAN 2007 UKSW TENTANG MISI GEREJA YANG KONTEKSTUAL PEMAHAMAN MAHASISWA FAKULTAS TEOLOGI ANGKATAN 2007 UKSW TENTANG MISI GEREJA YANG KONTEKSTUAL Skripsi Diajukan kepada Fakultas Teologi untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN DI GKJW SE-KABUPATEN JEMBER (Suatu Analisa dengan Menggunakan Teori Pertukaran Sosial) Tesis Diajukan kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Universitas

Lebih terperinci

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Dalam hidup ini mungkinkah kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki kebanggaan-kebanggaan yang tidak bernilai kekal? Mungkinkah orang Kristen

Lebih terperinci

Kata Pengantar. God Bless You... Penulis

Kata Pengantar. God Bless You... Penulis Kata Pengantar Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penyertaannya penulis dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Dalam kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instruction, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini

BAB I PENDAHULUAN. instruction, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia model berarti pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dibuat atau hasilkan. 1 Sedangkan pembelajaran adalah terjemahan

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan Latar Belakang

UKDW BAB I. Pendahuluan Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang di dalamnya terdapat banyak suku budaya dan agama. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberagaman tersebut menuntut adanya sikap

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

41. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

41. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 41. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peribadatan dalam gereja serta perayaan sakramen-sakramen adalah jembatan bagi warga jemaat untuk mengalami persekutuan dengan Tuhan dan seluruh warga jemaat. Sehingga

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

BAB IV TANTANGAN DAN RESPON UMAT ISLAM TERHADAP ALIRAN KEROKHANIAN SAPTA DARMA DI DESA BALONGDOWO

BAB IV TANTANGAN DAN RESPON UMAT ISLAM TERHADAP ALIRAN KEROKHANIAN SAPTA DARMA DI DESA BALONGDOWO BAB IV TANTANGAN DAN RESPON UMAT ISLAM TERHADAP ALIRAN KEROKHANIAN SAPTA DARMA DI DESA BALONGDOWO A. Tantangan Aliran Kerokhanian Sapta Darma di Desa Balongdowo Berdasarkan hasil penelitian yang penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa pada dasarnya memiliki tujuannya masing-masing. Dengan tujuan maka

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa pada dasarnya memiliki tujuannya masing-masing. Dengan tujuan maka BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa pada dasarnya memiliki tujuannya masing-masing. Dengan tujuan maka suatu bangsa akan mengarahkan dan memusatkan seluruh kegiatan yang dimiliki

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP PEMAHAMAN JEMAAT SOYA TENTANG SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Teologi. Untuk Memenuhi Persyaratan

STUDI TERHADAP PEMAHAMAN JEMAAT SOYA TENTANG SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Teologi. Untuk Memenuhi Persyaratan STUDI TERHADAP PEMAHAMAN JEMAAT SOYA TENTANG SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teologi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar SARJANA SAINS TEOLOGI (S. Si. Teol) Oleh: Telma

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang peranan musik dalam ibadah

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang peranan musik dalam ibadah BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang peranan musik dalam ibadah minggu di GKMI Salatiga dari perspektif psikologis dan teologis di atas maka penulis menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki keterbatasan sehingga manusia dapat melakukan ritual - ritual atau kegiatan keagamaan lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keanekaragaman suku, budaya dan agama sehingga disebut sebagai negara majemuk. Salah satu daerah yang memiliki

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia tentunya memiliki keunikan di dalam kepribadian dan karakternya masingmasing. Di dalam kepelbagaian kepribadian yang unik dan berbeda, disitulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus.

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus. Dasar kesaksian dan pelayanan gereja adalah Kristus. Kekuasaan dan kasih Kristus tidak terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) para pelayanan kebaktian anak dan remaja dikenal dengan sebutan pamong. Istilah pamong ini tidak ada dalam buku Tata Pranata GKJW

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dr. Harun Hadiwijono, Inilah Sahadatku, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), hlm. 12 2

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dr. Harun Hadiwijono, Inilah Sahadatku, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), hlm. 12 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sahadat atau Pengakuan Iman Rasuli adalah ringkasan isi dari iman kepercayaan Kristen. Sahadat ini disebut juga dengan Dua Belas Pengakuan Iman, karena di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan berkaitan erat dengan hakekat makna dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek kehidupan. Selain

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat dalam Menyelesaikan Stratum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci