faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan agama (konversi agama) Bpk.Nariyoto dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan agama (konversi agama) Bpk.Nariyoto dari"

Transkripsi

1 BAB IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP KONVERSI AGAMA BPK.NARIYOTO DARI PERSPEKTIF LEWIS R.RAMBO Berdasarkan teori konversi agama dan teori motivasi pada Bab II, yang dihubungkan dengan hasil penelitian pada bab III, maka pada bab IV akan dilakukan analisa mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan agama (konversi agama) Bpk.Nariyoto dari Sapta Darma menjadi Kristen. Dalam analisa ini yang menjadi acuannya ialah teori model tingkatan sistemik (systemic stage model) dari proses konversi. IV.1 Analisis terhadap proses konversi agama dari Bpk.Nariyoto Konversi agama merupakan suatu tindakan yang diambil dalam rangka perpindahan yang dilakukan dari suatu sistem kepercayaan atau agama menuju pada sistem kepercayaan yang lain. Sistem kepercayaan atau yang lebih dikenal dengan agama, di dunia tidak hanya terbatas pada agama-agama besar yang diakui oleh pemerintah, khususnya pemerintah Indonesia yang hanya mengakui 6 agama, yaitu: Hindu, Budha, Kristen, Katolik, Islam, dan Konghucu. Namun juga termasuk di dalamnya berbagai aliran kebatinan, yang di negara Indonesia sendiri masih banyak penganut dari aliran tersebut. Sapta Darma merupakan salah satu diantaranya, yang penyebarannya meluas di sekitar pulau Jawa. Hal tersebut disebabkan pulau Jawa, khususnya wilayah Jawa Timur sebagai tempat lahirnya ajaran-ajaran Sapta Darma. Walaupun demikian, penyebaran dari ajaran Sapta Darma juga meluas di beberapa daerah, seperti: Kalimantan, Sulawesi, Jakarta, Jawa Barat, Bali, Sumatera, juga 59

2 wilayah Jawa Tengah. Terkait dengan realita perpindahan sistem kepercayaan atau agama yang terjadi pada salah satu penganut Sapta Darma di daerah Jawa Tengah, khususnya keluruhan Tambakrejo, Ambarawa, yakni: keluarga Bpk.Nariyoto. Dengan tindakan ini menggambarkan adanya tujuan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik, dengan dipengaruhi berbagai macam faktor. Pengambilan keputusan oleh Bpk.Nariyoto yang terwujud dalam tindakan berpindahnya dari sistem kepercayaan atau perilaku Sapta Darma menjadi Kristen, dalam kasus ini dapat dikatakan sebagai peristiwa yang cukup langkah. Maksudnya ialah melihat latar belakang Bpk.Nariyoto ketika menjadi pengikut Sapta Darma, dengan memiliki berbagai ilmu mistik, menjadikan segala sesuatu yang diinginkan dapat diperoleh dengan mudah. Segala sesuatu menjadi mudah ketika ilmu-ilmu tersebut turut campur tangan mengatasinya. Sangat berlawanan dengan sistem kepercayaan Kristen, yang hanya mengandalkan penyerahan diri manusia kepada Tuhan. Namun pada hakekatnya suatu konversi agama dapat terjadi tanpa memandang profesi, budaya, usia, dari agama manapun, dimanapun dan kapanpun. Ketika mengetahui hal-hal tersebut, konversi yang terjadi terhadap keluarga Bpk.Nariyoto bukan lagi menjadi peristiwa yang membuat orang lain menjadi heran dan terkejut. Di dukung faktor usia yang dewasa menjadikan konversi agama cukup mudah dilakukan, disebabkan pengetahuan dan kebutuhan mereka yang semakin berkembang. Dengan mengacu pada teori konversi dari Lewis R. Rambo, yang memaparkan dua model, yakni: Model holistik (Holistic model) dan Model bertingkat (stage model) yang terbagi menjadi systemic stage model (model tingkatan sistemik) dan sequential stage model, maka penulis memilih model bertingkat (stage model) khususnya systemic stage model (model tingkatan sistemik) dalam melakukan analisa. Hal itu disebabkan terdapatnya tujuh unsur pendukung yang menjadikan teori tersebut menampakkan 60

3 kekompleksan dari konversi agama dibanding dengan model holistik yang hanya terdapat empat unsur yang terkandung, berupa: kebudayaan, masyarakat, pribadi dan sistem agama. Berangkat dari kekompleksan unsur yang terdapat di dalam model bertingkat (stage model), maka dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap Bpk.Nariyoto ditemukan bahwa tingkatan yang pertama ialah adanya krisis dalam diri Bpk.Nariyoto, kemudian diikuti dengan proses pencariannya terhadap agama yang mengajarkan tentang Isa Rohulah atau Isa Almasih, sebagai tingkat kedua. Tingkat ketiga hingga tingkat ketujuh, yaitu: konteks, pertemuan, interaksi, komitmen dan konsekuensi atau dampak dalam kehidupan. Dalam kasus ini yang menjadi pemicu dalam pengambilan keputusan berpindah agama dari Sapta Darma ke Kristen, khususnya menjadi jemaat GPIB ATK sektor Tambakrejo ialah adanya krisis dalam diri. Konteks Pencarian Pertemuan Krisis Konsekuensi Interaksi Komitmen Krisis menjadi pusat penyebab, namun tidak menutup adanya hal-hal yang mendukung berupa: pencarian, konteks, pertemuan, interaksi, komitmen dan konsekuensi. Hal-hal tersebut antara satu dengan lainnya selalu berkaitan dan saling mempengaruhi. Dari hal ini nampak bahwa model tingkatan sistematik yang dipaparkan oleh Lewis R. Rambo menjadi tidak mutlak, dalam artian ketujuh tingkatan dapat 61

4 berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi dari permasalahan konversi agama yang terjadi, khususnya dalam diri pelaku konversi. Berdasarkan hasil penelitian, maka analisa akan dilakukan berdasarkan tingkatan yang terdapat dalam kasus, yaitu: IV.1.1 Analisa terhadap Krisis yang dialami Bpk.Nariyoto Krisis yang dimiliki seseorang di dalam dirinya dapat berasal dari sesuatu yang dibutuhkan, namun kebutuhan tersebut belum terpenuhi. Selain itu juga adanya sesuatu yang berasal dari luar diri, yang memberikan stimulus terkait dengan kebutuhan yang belum terpenuhi tersebut. Dengan kata lain krisis dapat terjadi ketika adanya perjumpaan antara sesuatu yang berasal dari dalam diri dalam bentuk kebutuhan, dengan sesuatu dari luar (stimulus) baik itu yang bersifat abstrak berupa informasi maupun yang bersifat konkret seperti benda. Konsep tersebut dapat terjadi sebaliknya, dimana berawal dengan adanya sesuatu dari luar (stimulus) yang berjumpa dengan sesuatu yang berasal dari dalam diri berupa kebutuhan. Hal inilah yang ditemukan dalam diri Bpk.Nariyoto. Keputusannya dalam melakukan konversi agama diakibatkan adanya krisis dalam diri terkait dengan informasi yang di dengar, yang berhubungan dengan Isa Rohulah sebagai penyelamat manusia. Stimulus lainnya yang melengkapi yakni dengan pemberian kitab Jayabaya yang dilakukan oleh pemimpin komunitas Sapta Darma tempat ia berdomisili pada saat itu. Dengan realita tersebut memunculkan pemikiran bahwa Bpk.Nariyoto memiliki kebutuhan yang pada saat itu belum diperolehnya ketika berada di Sapta Darma. Kebutuhan tersebut ialah keselamatan. Berdasarkan hal tersebut mempengaruhi keyakinannya terhadap ajaran Sapta Darma, dimana antara hati yang ingin tetap setia pada ajaran tersebut menjadi tidak sejalan dengan 62

5 pikiran yang ingin memperoleh keselamatan, atau dengan kata lain kebimbangan berada di dalam dirinya. Perasaan tersebut muncul ketika adanya keraguan pada pilihan-pilihan yang ada, terkait dengan sesuatu yang dapat dipercaya. 68 Oleh karena itu, ketika adanya stimulus yang diberikan terhadap dirinya, dorongan dalam diri menjadi semakin kuat, yang berujung pada tindakan yang dilakukan guna memperoleh dan mencapai tujuan dalam bentuk kebutuhan. Krisis yang dialami oleh Bpk.Nariyoto termasuk dalam golongan krisis iman, sehingga di dalam krisis tersebut tersirat hal yang cukup penting dalam perkembangan hidup, yakni perkembangan iman. Hal penting tersebut yaitu adanya transisi atau peralihan dari ketergantungan terhadap kekuatan-kekuatan gaib, beralih pada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Hal ini merupakan bagian dari pendewasaan iman Bpk.Nariyoto termasuk anggota keluarga lainnya, yakni mereka mampu mandiri. Maksudnya ialah mereka bebas dari hal-hal yang selama ini menjadi tempat yang kurang tepat dalam mereka bergantung. 69 IV.1.2 Analisa terhadap pencarian dalam upaya menjawab kebutuhan Tindakan pencarian dilakukan dalam rangka mencapai tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan. Pada saat kebutuhan terpenuhi, secara langsung akan mampu mewujudkan kehidupan yang lebih baik lagi. Pencarian merupakan proses yang lama, menjadikan perpindahan atau konversi yang dilakukan oleh pak Nari dan keluarga membutuhkan waktu yang panjang. Dengan melihat intensitas keberlangsungan proses dalam kasus ini, maka konversi agama ini termasuk pada tipe volitional (perubahan bertahap). 70 Proses pencarian dalam hal ini dapat terjadi 68 Saludin Muis, Kenali Kepribadian Anda dan Permasalahannya dari Sudut Pandang Teori Psikoanalisa, (Jogjakarta: Graha Ilmu, 2009), Thomas Keating, Krisis Iman, Krisis Kasih, (Jogjakarta: Kanisius, 1999), H.Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002),

6 dipengaruhi oleh dua hal, yaitu: ideologi yang dimiliki oleh Sapta Darma sebagai sistem kepercayaan awal Bpk.Nariyoto, yaitu keterbukaan terhadap agama lain. 71 Sifat terbuka dalam Sapta Darma dihasilkan dari beberapa hal yakni: a) perspektif sejarah dimana Sapta Darma termasuk dalam kebudayaan Jawa, yang merupakan hasil dari pertemuan dan percampuran antara kebudayaan agama Hindu dan Budha. b) Sistem kepercayaan berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan, yaitu Tuhan. c) ajaran Sapta Darma memfokuskan diri pada hubungan batin seseorang dengan tuhan melalui sujud. Melihat hal-hal tersebut, memungkinkan terbukanya peluang besar bagi penganut Sapta Darma, termasuk pak Nari untuk menentukan serta mencari sistem kepercayaan atau agama yang sesuai. Hal kedua yang mempengaruhi dalam proses pencarian pak Nari, yang berawal dari Gereja Isa Almasih dan berujung pada komitmen menjadi jemaat GPIB ATK ialah kekhusukan dalam beribadah. Terdapat kecenderungan bahwa hal ini erat kaitannya dengan konsep peribadatan dalam Sapta Darma yang hanya melakukan gerak tubuh (sujud) tanpa adanya kegaduhan, atau dengan kata lain melakukan ibadah dengan khusuk. Proses pencarian bertahap diawali dengan mencari ajaran agama yang mengajarkan dan mengakui Isa Rohulah atau yang diyakini oleh Bpk.Nariyoto sebagai Isa Almasih atau Tuhan Yesus, dimulai dari Krisen (GIA), Islam hingga kembali Kristen (GPIB ATK). Melalui proses yang panjang, tiba pada titik ia akan menemukan satu komunitas agama yang dianggap tepat. Konversi agama dari Sapta Darma ke Kristen yang dilakukan Bpk.Nariyoto, juga berarti sebagai tindakan pertobatan, dengan sifat: a) dari alam pikiran kosmis, ke alam pikiran historis; b) perubahan dari orientasi masa lampau menjadi masa depan; c) 71 Simuh, Sufisme Jawa: Transformasi tasawuf Islam ke Mistik Jawa (Jogjakarta: Benteng 1999),

7 perubahan terhadap pandangan dunia yang tertutp, akan menjadi terbuka; d) dari dunia yang statis, berubah menjadi dunia yang dinamis; e) sikap yang eksklusif, menjadi inklusif; f) dari pemikiran yang terfokus pada hal-hal yang jasmani, berubah kepada yang rohani; g) dari yang mengandalkan hal-hal yang nampak, berubah pada yang tidak nampak; h) dari yang selalu mementingkan sifat lahiriah, akan menjadi batiniah; i) dari yang menekankan segala sesuatu pada ritual, berubah menjadi etis; (j) dari tindakan yang diatur oleh dan dalam hukum-hukum, berubah menjadi Injil; (k) dari sikap yang mengandalkan kekuatan sendiri, akan berubah menjadi penyerahan total kepada pimpinan Tuhan. Perubahan sifat-sifat tersebut terjadi secara berangsur-angsur, karena pada hakekatnya perubahan-perubahan yang terjadi berkaitan dengan kehidupan rohani, tidak akan dapat terjadi secara mendadak. 72 Dengan melihat waktu lama yang diperlukan di dalam proses pencarian, maka disini akan nampak sifat yang muncul yang mengiringi terjadinya konversi agama. Sifat-sifat tersebut antara lain: kesabaran, kesungguhan dan semangat yang tinggi. Dengan adanya sifat-sifat yang telah dipaparkan di atas, maka menjadi suatu nilai lebih, bersifat positif terhadap adanya suatu proses dalam kehidupan. IV.1.3 Analisa terhadap Konteks kehidupan yang terkait dalam proses konversi ke agama Kristen Konversi agama yang merupakan fenomena di dalam kehidupan agama menjadi sangat kompleks, karena tidak hanya dipengaruhi oleh ketujuh unsur, namun juga konteks pelaku konversi agama, seperti: krisis, waktu, etnis, tetangga, keluarga, sistem politik maupun ekonomi hingga komunitas agama. Enam hal yang 72 A.C.Kruyt, Keluar dari Agama Suku Masuk ke Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),

8 disebutkan pada bagian akhir, merupakan beberapa dari konteks kehidupan manusia yang berpengaruh dalam proses konversi. Pengaruh tersebut adalah hal yang pasti dan bersifat mutlak. Dengan demikian proses konversi Bpk.Nariyoto dengan pasti diiringi oleh beberapa konteks. Dari hasil penelitian, maka ditemukan empat konteks yang mendukung terjadinya perpindahan agama dari keluarga tersebut, antara lain: 1. Profesi pada saat Bpk.Nariyoto termasuk dalam salah satu pengikut aliran Sapta Darma, ialah seorang seniman (dalang, berperan dalam ketoprak maupun reog). Selain itu juga sebagai penjual minum-minuman keras. Profesi merupakan salah satu unsur yang berada di dalam macrocontext. Dengan demikian dari apa yang dikerjakan oleh beliau merupakan usahanya dalam mencukupi kebutuhannya bersama keluarga, serta menaikkan taraf kehidupan mereka. Dari hal ini nampak bahwa sistem ekonomi beliau juga berpengaruh dalam prosesnya melakukan konversi, khususnya pada profesinya sebagai seniman. Hal tersebut berkaitan dengan konteks lingkungan sekitar tempat tinggal yang beragama Kristen, permintaan dalam membantu kegiatan gereja, yang di dalamnya dikolaborasikan dengan kebudayaan Jawa. 2. Tetangga yang termasuk dalam microcontext, juga menjadi pengaruh disebabkan intensitas interaksi yang berlangsung. Maksudnya ialah ketika keluarga Bpk.Nariyoto melakukan interaksi dengan tetangga yang dominan adalah agama Kristen, khususnya sebagai jemaat GPIB ATK sektor Tambakrejo, maka semakin besar peluang bagi pengaruh untuk bekerja mempengaruhi mereka. 3. Konteks yang terdekat dalam kehidupan Bpk.Nariyoto adalah keluarga inti (the nuclear family). Demikian halnya dengan konteks tetangga, konteks keluarga 66

9 juga termasuk dalam microcontext. Melalui interaksi dan melihat tindakan yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya, menjadikan seseorang mudah untuk melakukan konversi mengikuti agama salah satu anggota keluarga tersebut. Maksudnya ialah dalam kasus Bpk.Nariyoto, anak bungsu yang bernama Nova telah lebih dahulu mengikuti kegiatan gereja. Dengan adanya komunikasi maupun melihat tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Nova, maka sedikit maupun banyak, akan berpengaruh pada diri Bpk.Nariyoto. 4. Kekaguman maupun ketertarikan pada kepribadian yang tegas dan keras dari pendeta yang melayani di jemaat GPIB ATK, yaitu Pdt.Merziline Ch.Rssok. Hal ini juga dapat dikategorikan pada microcontext, yang walaupun pada teori yang dijelaskan oleh Lewis R. Rambo, tidak terdapat mengenai hal tersebut. Namun masuknya hal tersebut pada kategori ini dengan alasan bahwa pendeta merupakan pribadi yang kehidupannya tidak jauh dengan kehidupan Bpk.Nariyoto serta keluarga. Dengan demikian proses konversi agama yang dilakukan seseorang, tidak dapat terjadi tanpa pengaruh dari hal-hal yang terkait dengan kehidupan pelaku konversi (konteks). IV.1.4 Analisa terhadap Pertemuan dengan agama yang baru Fenomena konversi agama yang terjadi pada seluruh keluarga inti Bpk.Nariyoto, memiliki perbedaan ditengah persamaan yang ada. Maksudnya ialah keempat anak bersama istri memiliki cara maupun jalan tersendiri dalam berjumpa dengan kekristenan yang sebenarnya, demikian juga Bpk.Nariyoto. Dari hal ini menunjukkan bahwa konversi agama yang dilakukan oleh beberapa orang atau yang di dalamnya terlibat seluruh anggota keluarga, memiliki latarbelakang yang berbeda antara satu dengan lainnya. Namun pada umunya, dari latarbelakang 67

10 pribadi yang berbeda-beda, akan menjadi satu pada pertemuan terhadap agama yang baru, dalam kasus ini yaitu GPIB ATK yang mewakili agama Kristen. Pengalaman kehidupan yang dialamai oleh pribadi, juga termasuk dalam perbedaan tersebut. Dalam artian bahwa yang dialami oleh masing-masing pribadi tentunya akan berbeda-beda, dan berangkat dari pengalaman, akan membentuk serta memperkokoh seseorang dalam pencarian yang berujung pada bertemunya dengan agama baru. Dalam hal ini pengalaman yang terjadi pada keluarga Bpk.Nariyoto adalah pengalaman rohani, dilihat sebagai pengaturan atau cara yang dilakukan oleh Tuhan untuk mengubah kehidupan keluarga. Atau dengan kata lain adanya intervensi Tuhan dalam kehidupan keluarga Bpk.Nariyoto agar bertemu dengan berbagai pengajaran-nya yang diterapkan oleh agama Kristen. Serupa dengan konteks, dalam pertemuan diperlukan adanya keterlibatan halhal maupun pihak lainnya. Pertemuan keluarga Bpk.Nariyoto dengan agama Kristen yang sesungguhnya, yang diwakili oleh GPIB ATK, dapat terjadi dengan keikutsertaan Bpk.Dariyanto sebagai penghubung antara anggota keluarga kepada ibu Pdt.Merziline Ch.Ressok,S.Th. Demikian halnya dengan ibu pendeta, yang menjadi penghubung antara anggota keluarga dengan kekristenan yang sesungguhnya. Kekristenan yang sesungguhnya adalah agama Kristen yang tidak memenjarakan pengikutnya dalam sebuah hukuman; peraturan-peraturan; serta ritus yang diterapkan. Melainkan kerelaan maupun dorongan yang datangnya dari hati, tanpa adanya paksaan untuk percaya kepada Tuhan Yesus. 73 Terkait mengenai pendeta yang melayani di jemaat tersebut, keikutsertaannya dalam menangani proses konversi agama dari keluarga Bpk.Nariyoto, membutuhkan adanya kharisma dan teladan. Karena ketika kedua hal tersebut tidak ditemukan dalam diri 73 A.C.Kruyt, 2008,

11 seorang pemimpin, maka akan menjadi suatu kendala di dalamnya. Keteladanan maupun kharisma di dalam diri seorang figur pemimpin agama, akan menjadi suatu penilaian yang akan diambil oleh pelaku konversi agama. Dalam artian bahwa pelaku konversi agama akan memiliki keyakinan penuh terhadap keputusannya untuk berpindah, ketika melihat teladan serta kharisma yang memancarkan wibawa yang tersirat dalam wewenangnya terhadap anggota yang akan dipimpin. 74 Keteladanan maupun kharisma yang dimiliki oleh beliau dapat dilihat pada pengaturannya terkait dengan penyerahan diri dari anggota keluarga untuk masuk ke dalam GPIB ATK. Berbagai tindakan diambil dalam rangka memfasilitasi keluarga untuk mengenal lebih dalam mengenai kekristenan, antara lain: mengadakan pertemuan awal, perbincangan yang telah mengarah pada niat menjadi orang Kristen yang benar atau dikenal dengan istilah konseling, pengarahan untuk terlibat dalam ibadah, serta memberikan katekisasi. Penanganan lebih khusus dilakukan pendeta terhadap Bpk.Nariyoto dalam hal melepaskan berbagai kekuatan dan benda gaib yang dimiliki. Hal itu dilakukan karena melihat suatu kebenaran dimana adanya kerangka berpikir dan bahkan lebih buruk lagi yaitu penggunaan kekuatan gaib yang ada, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan badani manusia. 75 IV.1.5 Analisa terhadap Interaksi yang mendukung proses konversi agama Dalam kaitannya dengan interaksi, setelah menghubungkan antara hasil penelitian dan teori maka ditemukan bahwa berawal dari bakat maupun kemampuan dalam bidang seni yang dimiliki oleh Bpk.Nariyoto, mampu mempersatukan berbagai perbedaan yang ada. Perbedaan usia: antara yang tua dan A.C.Kruyt, 2008, 224. A.C.Kruyt, 2008,

12 muda; jenis kelamin: antara perempuan dan laki-laki, serta perbedaan profesi. Dengan adanya hal tersebut, membuka peluang besar terciptanya hubungan baik dengan semua pihak. Tidak hanya pihak jemaat GPIB ATK sektor Tambakrejo, namun juga dari Gereja Isa Almasih, komunitas Sapta Darma serta rekan-rekan muslim. Selain itu juga nampak bahwa Bpk.Nariyoto termasuk salah satu tokoh seni yang populer di wilayah kelurahan Tambak Boyo dan sekitarnya, yang menyebabkan warga mengaguminya. Hal itu dapat terjadi dengan dukungan sifat yang ada dalam diri, yakni mudah bergaul dengan semua pihak, yang terwujud dalam sikapnya yang menerima siapa pun. Namun ada indikasi bahwa sikap tersebut terkait dengan ideologi Sapta Darma, yaitu keterbukaan. IV.1.6 Analisa terhadap Komitmen pelaku konversi agama Komitmen merupakan hasil dari serangkaian proses yang terjadi dalam rangka konversi agama yang dilakukan oleh setiap individu, dan hal itu juga yang dialami oleh keluarga Bpk.Nariyoto. Pada titik inilah nampak penyerahan diri dalam mengikuti ajaran maupun melakukan ritus-ritus keagamaan, yakni agama Kristen, khususnya yang diterapkan dalam GPIB. Melalui komitmen juga, keluarga menunjukkan keseriusan dengan melakukan baptis dan sidi, atau yang disebut dengan komitmen ritual. Dalam komitmen yang dilaksanakan oleh pihak keluarga Bpk.Nariyoto, telah menjalankan lima unsur seperti yang dijelaskan oleh Lewis R. Rambo, yaitu: membuat keputusan untuk berpindah ke agama Kristen; mengikuti ritual-ritual agama Kristen; menyerahkan diri seutuhnya untuk melakukan ajaranajaran Kristen; adanya kesaksian hidup yang tergambar pada bahasa-bahasa Kristen yang mulai digunakan maupun rekonstruksi biografi; serta merumuskan kembali motivasi mereka, yaitu menjadi pengikut Kristus yang melakukan ajaranajarannya dengan sungguh. 70

13 IV.1.7 Analisa terhadap Konsekuensi dalam melakukan konversi agama bagi pelaku konversi Melihat realita konversi agama yang tidak hanya sebagai perpindahan seseorang dari satu iman menuju iman yang lain, namun lebih luas lagi terkait dengan kebudayaan agama yang satu, menuju pada kebudayaan agama yang lain. Kebudayaan agama dalam hal ini antara lain: ritus, simbol dan bahasa. Selain itu juga terkait dengan kelompok atau komunitas yang berbeda, sehingga tidak menutup kemungkinan munculnya konsekuensi atau dampak dari lingkungan atau bidang kehidupan sosial dari pelaku konversi agama. Yang menarik dari konsekuensi yang diterima oleh Bpk.Nariyoto pada saat melakukan konversi agama menjadi Kristen adalah penghancuran serta pelepasan kekuatan yang berasal dari ilmu maupun benda-benda sakti yang dimilikinya. Hal tersebut dapat menjadi bersifat positif ataupun negatif, sesuai dari sudut subyek yang menilai. Maksudnya ialah bernilai positif ketika penilaian muncul dari pihak yang tidak mempercayai hal-hal yang berhubungan dengan mistiksisme, dimana dukungan akan diberikan secara penuh terhadap penghancuran maupun pelepasan hal-hal tersebut. Penilaian tersebut berangkat dari ajaran agama yang dengan tegas menolak penggunaan kekuatan yang berasal dari ilmu maupun benda-benda sakti. Sedangkan ketika penilaian berasal dari pihak yang masih mempercayai maupun yang telah melepaskan hal-hal tersebut, akan menilai bahwa hal itu bersifat negatif. Penyebabnya ialah pemikiran mereka yang tertuju pada ketidakmampuan dalam hal mendapatkan kembali berbagai kemudahan yang diperoleh ketika menggunakan kekuatan yang berasal dari ilmu maupun benda-benda sakti tersebut. Dengan terjadinya hal tersebut, maka sinkritisme akan terus ada. 71

14 Konsekuensi yang harus diterima oleh Bpk.Nariyoto, yang datang dari komunitas Sapta Darma. Dimana ketidakrelaan dengan keputusan yang diambil oleh Bpk.Nariyoto untuk berpindah, namun tanpa disertakan perilaku yang menunjukkan perasaan tersebut. Dalam hal ini ada indikasi bahwa adanya hukuman yang diberikan kepada Bpk.Nariyoto, tanpa sepengetahuannya. Hukuman dalam hal ini bukan menyangkut fisik, namun penilaian yang buruk terhadapnya, seperti pengkhianat, murtad, maupun pembangkang. Namun pada intinya nampak bahwa konversi agama yang dilakukan, berpengaruh pada penghayatan iman Kristen yang dimiliki oleh keluarga, semakin mendalam. Dengan melakukan analisa terhadap proses konversi agama yang dilakukan oleh Bpk.Nariyoto dari Sapta Darma ke Kristen, maka ditemukan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya proses konversi, yang terdapat dalam gambar proses di bawah ini : 5. INTERAKSI 1. KRISIS 6. KOMITMEN 3. KONTEKS 7. KONSEKUENSI/ 2. PENCARIAN DAMPAK 4. PERTEMUAN Penjelasan terhadap gambar: 1. Proses konversi agama dalam kasus Bpk.Nariyoto, diawali krisis antara hati dan pikiran yang tidak lagi sejalan dikarenakan keraguan terhadap ajaran sebelumnya serta pikiran yang ingin mencari dan menemukan keselamatan yang hanya diperoleh ketika percaya dan mengikuti ajaran Isa Rohulah (Tuhan Yesus), sedangkan hati berkeinginan untuk loyal kepada ajaran sebelumnya. 72

15 2. Pencarian dalam kasus konversi agama ini terdapat beberapa hal dari Sapta Darma yang cenderung mempengaruhi dan membuka peluang besar untuk melakukan konversi, yaitu: keterbukaan terhadap sistem kepercayaan lain dan kekhusukkan dalam beribadah. Dengan adanya hal-hal tersebut pencarian agama yang mengajarkan dan meyakini keselamatan hanya diperoleh di dalam Isa Rohulah (Tuhan Yesus), dapat dipenuhi. 3. Pencarian erat kaitannya dengan konteks kehidupan Bpk.Nariyoto yang terdiri dari empat konteks, yaitu: a) sistem ekonomi keluarga, yakni profesi Bpk.Nariyoto sebagai seorang seniman (dalang, berperan dalam ketoprak maupun reog) ditengah konteks sistem agama Kristen sebagai mayoritas memunculkan permintaan dalam membantu kegiatan gereja, yang di dalamnya dikolaborasikan dengan kebudayaan Jawa. b) Interaksi dengan tetangga yang dominan adalah agama Kristen, khususnya sebagai jemaat GPIB ATK sektor Tambakrejo. c) Keluarga inti (the nuclear family) khususnya anak bungsu yang bernama Nova, dan d) kekaguman pada kepribadian yang tegas dan keras dari pendeta yang melayani di jemaat GPIB ATK, yaitu Pdt.Merziline Ch.Rssok. 4. Pertemuan pada agama baru terjadi selain karena ketiga hal diatas, juga disebabkan pengalaman rohani yang dapat membentuk maupun memperkokoh pak Nari dalam mencari, dan berujung pada pertemuan dengan agama Kristen (GPIB ATK). Pertemuan terjadi dibantu oleh konteks sekitar, dalam hal ini Bpk.Dariyanto (keponakan) dan kharisma dan teladan yang dimiliki oleh ibu pendeta sebagai seorang pemimpin jemaat. 5. Interaksi tetap terjalin dengan baik antara Bpk.Nariyoto dengan rekan-rekan di Sapta Darma, GIA dan muslim. Hal ini didukung dengan sifat mudah bergaul, 73

16 sehingga ia menerima siapa pun. Ada indikasi bahwa sifat tersebut terkait dengan sifat Sapta Darma, yaitu keterbukaan. 6. Terdapat satu titik penyerahan diri terhadap serangkain proses konversi agama yang dilakukan pak Nari juga diikuti anggota keluarga, yaitu membuat komitmen untuk menjadi anggota jemaat GPIB ATK dengan melakukan nikah gereja pada tanggal 26 Juli 2010, bertempat di GPIB ATK sektor Tambakrejo, serta baptis dan sidi pada tanggal 30 Mei 2010 (keempat anak belum melakukan sidi). 7. Konsekuensi atau dampak yang timbul antara lain: penghancuran serta pelepasan kekuatan yang berasal dari ilmu maupun benda-benda sakti yang dimilikinya; ketidakrelaan dari rekan-rekan Sapta Darma dengan memberikan penilaian yang buruk terhadapnya, tanpa sepengetahuan pak Nari, seperti pengkhianat, murtad, maupun pembangkang; dan penghayatan iman Kristen yang dimiliki oleh keluarga, semakin mendalam. Terkait dengan point akhir, ia mengakui bahwa keadaan hidupnya semakin baik karena Tuhan. Hal itu nampak dari bidang ekonomi, permintaan untuk memainkan wayang (dalang) tidak berkurang, namun justru semakin banyak permintaan; ketiga anaknya telah mendapat kerja yang bagus, sedangkan pendidikan yang lancar dari anak keempat, serta kehidupan keluarga menjadi harmonis dan teratur. IV.2 Refleksi Teologis Keputusan dalam melakukan perpindahan dari sistem kepercayaan atau agama satu ke yang lain, merupakan kebebasan yang dimiliki setiap individu. Serupa dengan Sapta Darma yang tidak melarang pengikutnya berpindah agama, hal itu juga yang terdapat dalam agama Kristen. Agama Kristen tidak memberikan suatu perintah atau hukum terhadap orang-orang yang berpindah, karena keyakinan orang Kristen terhadap 74

17 hukuman yang akan diberikan oleh Allah sendiri terhadap dosa pribadi, dalam hal mereka yang berpindah dari agama Kristen, yang melatarbelakangi hal tersebut terjadi. Ketidaktersediaannya hukum maupun perintah juga berlaku bagi mereka yang dengan kesungguhan hati menerima Allah di dalam Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan bergabung dalam komunitas agama Kristen. Gereja tidak dapat melarang atau menghalangi mereka yang akan mengikuti ajaran Kristus. Hal itu dikarenakan di dalam Alkitab, khususnya dalam Matius 19:14 tertulis: Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." Dari hal ini nampak bahwa Yesus sendiri menerima manusia yang datang kepada-nya seperti seorang anak yang datang kepada bapaknya, sebab sifat seorang anak yang penuh dengan kepolosan, keterusterangan serta ketidakmampuan yang menyebabkan penyerahan diri kepada sosok yang memiliki kemampuan lebih dibanding dirinya. Konversi agama tidak hanya terkait dengan kebebasan, melainkan juga dengan motivasi. Berbagai macam dorongan yang diperoleh dari dalam maupun luar diri, akan sangat mempengaruhi pelaku konversi dalam mengambil keputusan serta bertindak sesuai dengan keputusannya. Dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, semakin besar dorongan dari dalam diri untuk mencari, mengenal hingga mengikuti Kristus. Itulah yang terjadi pada keluarga Bpk.Nariyoto. Keputusan dan tindakan yang diambil oleh keluarga Bpk.Nariyoto dalam berpindah agama, merupakan tindakan yang radikal. Karena keluarga tersebut telah bertobat dengan jalan menjauhkan serta tidak lagi berhubungan dengan hal-hal gaib, atau berada pada jalan kegelapan, yang kemudian masuk pada terang dengan mengikuti katekisasi, dibaptis dan sidi. Dengan melakukan hal-hal tersebut, menandakan komitmen yang sungguh sebagai bagian dalam jemaat maupun dalam diri Yesus Kristus. 75

18 Dengan melakukan serangkaian proses konversi agama, pada intinya ialah keluarga mencari dan menginginkan keselamatan bagi hidup mereka. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk menjadi pengikut-pengikut Kristus. Sebab di dalam Kristen, mengajarkan serta meyakini bahwa melalui Yesus Kristus sebagai Tuhan yang mampu menyelematkan manusia. Pernyataan tersebut diperkuat dalam Yohanes 10:9: Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Melihat pernyataan tersebut, maka nampak keputusan dan tindakan keluarga Bpk.Nariyoto sebagai sesuatu yang benar. Untuk memperoleh hidup yang lebih baik lagi, dengan memperoleh keselamatan sebagai tujuannya, maka mereka harus menemukan dan mengenal lebih dalam mengenai Kristus sebagai Tuhan. Dan pengenalan tersebut hanya dapat ditemukan dengan mengikuti ajaran-ajaran-nya yang terdapat di dalam agama Kristen. 76

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang akan melakukan sesuatu hal, pasti orang tersebut memiliki hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang akan melakukan sesuatu hal, pasti orang tersebut memiliki hal-hal BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ketika seseorang akan melakukan sesuatu hal, pasti orang tersebut memiliki hal-hal tertentu yang mempengaruhi dalam dirinya untuk bertindak. Sesuatu yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KONVERSI AGAMA. Dalam bab III ini akan disajikan data mengenai faktor-faktor yang ikut menentukan

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KONVERSI AGAMA. Dalam bab III ini akan disajikan data mengenai faktor-faktor yang ikut menentukan BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KONVERSI AGAMA Dalam bab III ini akan disajikan data mengenai faktor-faktor yang ikut menentukan konversi agama yang dilakukan oleh Bpk.Nariyoto, namun sebelumnya

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Pada bab IV ini penulis akan menguraikan tentang refleksi teologis yang didapat setelah penulis memaparkan teori-teori mengenai makna hidup yang dipakai dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta, karya, rasa manusia untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

DALANG DALAM GEREJA (Studi kasus Tentang Peranan Seorang Dalang Dalam GPIB ATK Sektor Tambakrejo Ditinjau dari Perspektif Sosio-Teologi) SKRIPSI

DALANG DALAM GEREJA (Studi kasus Tentang Peranan Seorang Dalang Dalam GPIB ATK Sektor Tambakrejo Ditinjau dari Perspektif Sosio-Teologi) SKRIPSI DALANG DALAM GEREJA (Studi kasus Tentang Peranan Seorang Dalang Dalam GPIB ATK Sektor Tambakrejo Ditinjau dari Perspektif Sosio-Teologi) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK YULIA CITRA, LENDA DABORA J.F. SAGALA STT SIMPSON

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK YULIA CITRA, LENDA DABORA J.F. SAGALA STT SIMPSON PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK YULIA CITRA, LENDA DABORA J.F. SAGALA STT SIMPSON PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PENGINJILAN

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki keterbatasan sehingga manusia dapat melakukan ritual - ritual atau kegiatan keagamaan lain

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KONVERSI AGAMA DI BUKITSARI DARI PERSPEKTIF TEORI RAMBO R. LEWIS

BAB IV ANALISA KONVERSI AGAMA DI BUKITSARI DARI PERSPEKTIF TEORI RAMBO R. LEWIS BAB IV ANALISA KONVERSI AGAMA DI BUKITSARI DARI PERSPEKTIF TEORI RAMBO R. LEWIS 4.1 Pendahuluan Dari beberapa teori yang telah dipaparkan di Bab II, maka penulis memilih satu teori dari Rambo R. Lewis

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK Yulia Citra, Lenda Dabora J.F. Sagala STT Simpson

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK Yulia Citra, Lenda Dabora J.F. Sagala STT Simpson PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK Yulia Citra, Lenda Dabora J.F. Sagala STT Simpson ABSTRAK Di Indonesia penuh dengan keberagaman budaya, bahasa, bahkan agama oleh sebab

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR Keluarga adalah salah satu konteks atau setting Pendidikan Agama Kristen yang perlu diperhatikan dengan baik,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila terutama pada sila yang pertama,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama

Lebih terperinci

HUBUNGAN HUKUM TAURAT DENGAN ORANG PERCAYA PERJANJIAN BARU

HUBUNGAN HUKUM TAURAT DENGAN ORANG PERCAYA PERJANJIAN BARU HUBUNGAN HUKUM TAURAT DENGAN ORANG PERCAYA PERJANJIAN BARU SEBUAH KARYA TULIS ILMIAH DITUJUKAN KEPADA: dr. Andrew M. Liauw, M.Div., M.Th DOSEN GRAPHE INTERNATIONAL THEOLOGICAL SEMINARY UNTUK MEMENUHI TUNTUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

BAB 4. Refleksi Teologis. dan kehidupan rohani setiap anggota jemaatnya tidak terkecuali anak-anak yang adalah

BAB 4. Refleksi Teologis. dan kehidupan rohani setiap anggota jemaatnya tidak terkecuali anak-anak yang adalah BAB 4 Refleksi Teologis Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius 28:19-20). Mandat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 04Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan GEREJA SESUDAH ZAMAN PARA RASUL (2) Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. A. Latar Belakang Dalam kepercayaan Iman Kristen,

Lebih terperinci

BUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS

BUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS MAKALAH 3 BUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS Oleh Herlianto herlianto@yabina.org (Depok, Indonesia) ( Ya y a s a n b in a a w a m ) *) Makalah ini disampaikan dalam rangka Seminar Pneumatologi yang diselenggarakan

Lebih terperinci

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH PEMBUKAAN: Hari ini saya ingin melanjutkan bagian berikutnya dalam seri khotbah Menemukan

Lebih terperinci

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! 1. Simbol perkawinan bahtera yang sedang berlayar mempunyai makna bahwa perkawinan... A. merupakan perjalanan yang menyenangkan B. ibarat mengarungi samudra luas yang penuh

Lebih terperinci

MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK

MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK KARAKTER YANG BAIK dan KARAKTER SEPERTI KRISTUS, apa bedanya? Oleh : G.I. Magdalena Pranata Santoso, D.Min. Pendahuluan Meskipun akhir-akhir ini semakin banyak orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep tentang panggilan sudah ada sejak jaman Israel kuno seiring dengan pengenalan mereka tentang Allah. Misalnya panggilan Tuhan kepada Abraham (Kej 12:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONVERSI AGAMA. manusia yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut nampak dalam kehidupan seharihari,

BAB II TEORI KONVERSI AGAMA. manusia yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut nampak dalam kehidupan seharihari, BAB II TEORI KONVERSI AGAMA Dalam bertindak, bertutur kata juga berpikir, manusia memiliki perbedaan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut nampak dalam kehidupan seharihari,

Lebih terperinci

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB BANGUNLAH, BERILAH DIRIMU DIBAPTIS (2)

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB BANGUNLAH, BERILAH DIRIMU DIBAPTIS (2) MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB BANGUNLAH, BERILAH DIRIMU DIBAPTIS (2) Kursi berkaki tiga bisa digunakan. Bayangkanlah kursi berkaki tiga dalam pikiran Anda. Lalu, bayangkanlah

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV. BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja Kristen Pasundan (GKP) berada dalam konteks masyarakat Jawa bagian barat yang majemuk baik suku, agama, budaya daerah dan status sosial ekonomi.

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Buku ensiklopedia suku bangsa, yang oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan

Lebih terperinci

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I : PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keberagaman merupakan sebuah realitas yang tidak dapat dipisahkan di dalam dunia. Terkadang keberagaman menghasilkan sesuatu yang indah, tetapi juga keberagaman dapat

Lebih terperinci

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD 25. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I 1. menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 1.1 menerima dan mensyukuri dirinya sebagai ciptaan 1.2 menerima dan

Lebih terperinci

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA PENDAHULUAN Telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa setiap orang baik laki-laki dan perempuan dipanggil untuk bergabung dalam

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.

Lebih terperinci

BERDOA MENGGUNAKAN BAHASA ROH

BERDOA MENGGUNAKAN BAHASA ROH Bahan Sharing COOL Remaja Pemuda Oktober 2010 Minggu I BERDOA MENGGUNAKAN BAHASA ROH "Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengangcengang, karena melihat, bahwa karunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen

Lebih terperinci

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP 32. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan BAB V PENUTUP Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari pendahuluan hingga analisa kritis yang ada dalam bab 4. 5.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan salah satu fase dari kehidupan manusia. Memasuki jenjang pernikahan atau menikah adalah idaman hampir setiap orang. Dikatakan hampir

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peribadatan dalam gereja serta perayaan sakramen-sakramen adalah jembatan bagi warga jemaat untuk mengalami persekutuan dengan Tuhan dan seluruh warga jemaat. Sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1 A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Perjamuan Kudus merupakan salah satu ritual yang masih terpelihara dalam tradisi gereja hingga saat ini. Sebuah ritual jamuan makan roti

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk

Lebih terperinci

UKDW. Bab I. Pendahuluan

UKDW. Bab I. Pendahuluan Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Tak dapat dipungkiri bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, maka dari itu kehidupan seorang manusia yang dimulai dari kelahiran dan diakhiri dengan

Lebih terperinci

Pelajaran Tiga. Yesus Adalah Mesias. Dari kitab Injil Yohanes, kita membaca, " Andreas mula-mula bertemu dengan

Pelajaran Tiga. Yesus Adalah Mesias. Dari kitab Injil Yohanes, kita membaca,  Andreas mula-mula bertemu dengan Pelajaran Tiga Yesus Adalah Mesias Dari kitab Injil Yohanes, kita membaca, " Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya, "Kami telah menemukan Mesias" (artinya Kristus).

Lebih terperinci

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang SUPLEMEN MATERI KHOTBAH PELKAT 10 11 MARET 2017 Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah Tanggal Penulisan: 80-95 M Latar Belakang YOHANES 4 : 27 54 Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil.

Lebih terperinci

Bukit Rimon & Kebun Anggur ( Hakim-Hakim 21 ) - Warta Jemaat - Minggu, 9 Oktober 2011

Bukit Rimon & Kebun Anggur ( Hakim-Hakim 21 ) - Warta Jemaat - Minggu, 9 Oktober 2011 Bukit Rimon & Kebun Anggur ( Hakim-Hakim 21 ) Pasal 21 kitab Hakim-Hakim dalam susunan Tabernakel adalah Tabut Perjanjian yang terdiri dari Tutup Pendamaian dan Peti Perjanjian. Kalau kita merenungkan

Lebih terperinci

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Roh Kudus Penolong dan Penghibur GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian BAB 1 PENDAHULUAN Menurut Vitruvius di dalam bukunya Ten Books of Architecture, arsitektur merupakan gabungan dari ketiga aspek ini: firmity (kekuatan, atau bisa dianggap sebagai struktur), venustas (keindahan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat dalam Menyelesaikan Stratum

Lebih terperinci

PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF ALKITAB PERJANJIAN BARU. Yulia Citra

PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF ALKITAB PERJANJIAN BARU. Yulia Citra PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAK II DAN CALL FOR PAPERS, Tema: Profesionalisme dan Revolusi Mental Pendidik Kristen. Ungaran, 5 Mei 2017. ISBN: 978-602-60350-4-2 PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF

Lebih terperinci

Pembaptisan Air. Pengenalan

Pembaptisan Air. Pengenalan Pembaptisan Air Pengenalan Penting sekali bagi kita membaca Alkitab dan mempelajari apa yang Tuhan katakan kepada umatnya. Saya percaya kita perlu meneliti Kitab Suci secara menyeluruh untuk mengetahui

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Juru Selamat dan Tuhan Kode Pelajaran : SYK-P04 Pelajaran 04 - YESUS ADALAH JURU SELAMAT DAN TUHAN DAFTAR

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order Bacaan Alkitab hari ini: 1Tesalonika 1 HARI 1 MENJADI TELADAN Mengingat waktu pelayanan Rasul Paulus di Tesalonika amat singkat, mungkin kita heran saat

Lebih terperinci

Status Rohani Seorang Anak

Status Rohani Seorang Anak Status Rohani Seorang Anak PENDAHULUAN Kita yang melayani anak-anak di gereja atau di yayasan gerejawi perlu memiliki keyakinan tentang status rohani seorang anak di hadapan Tuhan, berdasarkan Firman Tuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya,

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW. Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan umat Kristen, Allah merupakan sosok yang memiliki peranan penting. Bahkan sebelum masa Kekristenan muncul, yaitu pada masa Perjanjian Lama

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

PENELAAHAN ALKITAB. Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya. Pdt. Stephen Sihombing, MTh

PENELAAHAN ALKITAB. Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya. Pdt. Stephen Sihombing, MTh PENELAAHAN ALKITAB Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya Pdt. Stephen Sihombing, MTh Materi Bina Pelkat GP GPIB 2 Menikah dengan 2 orang putri Sarjana Teologi dari STT Jakarta Vikaris di GPIB Mangamaseang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. Dorongan beragama merupakan dorongan psikis yang merupakan landasan ilmiah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Seksualitas merupakan pemberian dari Allah. Artinya bahwa Allah yang membuat manusia bersifat seksual. Masing-masing pribadi merupakan makhluk seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia yang hidup dalam dunia pada umumnya menginginkan suatu hubungan yang didasari rasa saling mencintai sebelum memasuki sebuah perkawinan dan membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB 4 TINJAUAN TEOLOGIS GEREJA TERHADAP SISTEM HIERARKI GEREJA BALA KESELAMATAN

BAB 4 TINJAUAN TEOLOGIS GEREJA TERHADAP SISTEM HIERARKI GEREJA BALA KESELAMATAN BAB 4 TINJAUAN TEOLOGIS GEREJA TERHADAP SISTEM HIERARKI GEREJA BALA KESELAMATAN Dalam Bab IV ini penulis akan memaparkan analisa berkaitan dengan teori-teori yang sudah dikemukakan dalam Bab II dan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

Dengarkan Allah Bila Saudara Berdoa

Dengarkan Allah Bila Saudara Berdoa Dengarkan Allah Bila Saudara Berdoa!II Allah Ingin Berbicara dengan Saudara *I Bagaimana Allah Berbicara dengan Saudara li Bagaimana Mendengar Allah Berbicara III Bertindak Menurut Apa yang Dikatakan Allah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat dihindari. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu (10/2), mencatat ekonomi Indonesia tumbuh

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa ada begitu banyak tuntutan, tanggungjawab dan kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh seorang pendeta jemaat. Dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci