BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan, atau memperoleh pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keahlian-keahlian atau
|
|
- Veronika Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan mendapat perhatian khusus dari pemerintah Indonesia, seperti adanya program wajib belajar 12 tahun. Hal ini menandakan bahwa pendidikan merupakan hal yang penting, terutama bagi masa depan generasi muda. Menurut Lawrence Cremin pendidikan didefinisikan sebagai usaha sengaja, sistematis dan terus menerus untuk menyampaikan, menimbulkan, atau memperoleh pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keahlian-keahlian atau kepekaan-kepekaan, juga setiap akibat dari usaha itu 1. Sementara Whitehead mendefinisikan pendidikan adalah bimbingan bagi individu untuk memahami seni kehidupan; dan dengan seni kehidupan yang dimaksudkan adalah prestasi yang paling lengkap dari pelbagai kegiatan yang mengekspresikan potensi-potensi makhluk hidup ketika berhadapan dengan lingkungan yang sebenarnya 2. Ketika kedua definisi ini digabungkan maka pendidikan akan menjadi suatu usaha yang dilakukan secara sengaja untuk memperoleh pengetahuan ataupun akibat dan hasil-hasil lainnya dari proses belajar yang melibatkan seni kehidupan serta bagaimana manusia mengekspresikan dirinya dalam lingkungannya. Lingkungan tempat manusia hidup bisa memiliki arti yang beragam, baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Pendidikan pada akhirnya dapat memberdayakan manusia agar dapat bertindak secara kreatif dalam memanfaatkan apa yang ada disekitarnya menjadi lebih berguna. Pendidikan dibutuhkan oleh masyarakat, karena semakin tinggi pendidikan akan menambah kualitas dari seseorang. Orang masih berpendapat bahwa pendidikan merupakan 1 Thomas Groome, trans., Pendidikan Agama Kristen (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2011), 29 2 Ibid., 30 1
2 suatu wadah untuk melakukan transmisi kebudayaan. Pendidikan norma-norma, sikap, adatistiadat, keterampilan sosial semuanya diperoleh dari pendidikan 3. Dalam hal ini transmisi kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu usaha pewarisan pengetahuan, nilai-nilai yang dianggap baik dan dapat menjadi pedoman yang baku dalam kehidupan bermasyarakat. Ada berbagai cara yang dilakukan untuk melakukan transmisi kebudayaan yakni melalui keluarga, masyarakat maupun sekolah. Dalam konteks penelitian ini maka, Pendidikan Agama Krsiten (PAK) menjadi salah satu jenisnya. Groome menambahkan bahwa pendidikan yang baik dapat disebut bersifat keagamaan 4. Setiap usaha untuk menemukan yang transenden kemudian dinamakan dengan pendidikan agama. Dalam pendidikan agama, dikhususkan menjadi Pendidikan Agama Kristen. Pendidikan Agama Kristen dalam gereja, keluarga dan sekolah secara khusus harus dihubungkan dengan tradisi Kristen. Seperti yang diungkapkan oleh Groome bahwa istilah pendidikan agama (Christian Edication) dengan akurat mendeskripsikan investigasi yang umum pada dimensi kehidupan agama dan pencarian bersama manusia terhadap dasar keberadaan yang transenden, akan tetapi jika komunitas agama menentukan tradisi miliknya sendiri yang khusus untuk mensponsori orang-orang dalam pencarian mereka yang bersifat transenden, maka kegiatan pendidikan itu harus secara khusus dihubungkan dengan tradisi komunitas itu 5. Dalam hal ini Pendidikan Agama Kristen haruslah memiliki tradisi itu sendiri untuk dapat membantu anggota komunitas dalam pencarian yang bersifat transenden. Tradisi komunitas khususnya komunitas Kristen, didasarkan pada apa yang tertulis dalam Alkitab, walaupun tidak dapat dilupakan bahwa setiap kisah dalam Alkitab memiliki tradisitradisi tersendiri dengan latar belakang yang berbeda-beda. Salah satu ajaran didalamnya baik itu 3 Nasution S, Sosiologi Pendidikan. (Bandung : Bumi Aksara, 1983), 13 4 Groome, Pendidikan Agama Kristen, 31 5 Ibid., 34 2
3 dalam Perjanjian Lama dan juga dalam Perjanjian Baru yakni dalam Maleakhi 3:10a Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan dalam ayat ini Buckner menjelaskan bahwa persepuluhan yang dimaksud adalah sepuluh persen dari semua hasil kerja atau ladang. Hasil yang terbaik dari ladang haruslah diberikan kepada Allah dan hasil yang jelek yang akan digunakan oleh pemberi persepuluhan tersebut. Buckner menambahkan bahwa rumah perbendaharaan yang dimaksud yakni Bait Suci di Yerusalem yang menjadi pusat kebaktian dan kegiatan-kegiatan agama 6. Persembahan yang diberikan bukan hanya sebatas pada uang tetapi juga persembahan khusus lainnya yaitu waktu, talenta, akal, kemampuan dan karunia. Ayat ini mau menjelaskan bahwa hasil yang diberikan sebagai persepuluhan dalam Bait Suci adalah tanda ungkapan syukur. Selain dalam kitab Maleakhi, dalam II Korintus 9:1-15. Kisah dalam II Korintus ini memiliki latar belakang yang berbeda dengan apa yang terdapat dalam kitab Maleakhi. Kisah dalam II Korintus adalah mengenai pengumpulan persembahan untuk membantu orang-orang kudus di Yerusalem. Beyer dan Simamora menyebutkan bahwa orang-orang di Akhaya memberikan persembahan mereka sebagai tanda bukti syukur dengan kerelaan hati dan bukan dengan sedih ataupun paksaan. Kasih Tuhan akan datang bagi orang di Akhaya dan orang kudus di tempat lain (Yerusalem) dapat terbantu. Bukan hanya dalam memberikan persembahan dan membantu tetapi secara tidak langsung, persekutuan bersama orang percaya dapat terbentuk dalam doa syafaat orang-orang kudus untuk orang Kristen bukan Yahudi 7. Persembahan yang diberikan kepada Tuhan, baik itu dalam Maleakhi ataupun dalam teks II Korintus memberikan arti yang sama yaitu karunia, talenta, waktu ataupun akal dan juga 6 Charles Buckner. Kupasan Firman Allah Suara Maleakhi. (Bandung:Lembaga Literatur Baptis, 2002), Ulrich Beyer & Evalina Simamora, Memberi Dengan Sukacita ( Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008),
4 penekanan yang diberikan dalam II Korintus bahwa persembahan yang diberikan harus sesuai dengan kerelaan hati perlulah diketahui bahwa semuanya itu harus berdasarkan pada penyerahan yang utuh kepada Tuhan. Pemberian persembahan yang terdapat dalam kedua contoh ayat diatas merupakan salah satu contoh ajaran yang terdapat dalam Alkitab. Ajaran-ajaran tentang memberi persembahan dalam Alkitab tidak lahir atau muncul dan berkembang begitu saja tetapi didasarkan pada tradisi yang ada sebelumnya diantaranya adalah budaya di Mesir, Maspero melihat bahwa ada bagian khusus yang diberikan kepada dewata dari sepersepuluh atas pendapatan yang diperoleh 8. Diungkapkan juga bahwa di Assuria ia melihat raja Tiglath-Pileser menghambur-hamburkan persembahan kepada dewata dan memperkaya tempat berhala dengan rampasan dari peperangannya. Setelah selesai berperang raja Tiglath-Pileser akan mempersembahkan sepersepuluh dari rampasannya kepada dewa Ashur dan juga kepada dewa Ramman. Sayce menerangkan bahwa persembahan adalah kebiasaan Babylonia untuk mempersembahkannya kepada tempat-tempat berhala sebagai hasil dari tanah jajahannya 9. Kebiasaan untuk memberikan persembahan persepuluhan dilakukan dikalangan petani orang Roma supaya setiap petani mempersembahkan persepuluhan hasil panennya pada tempat-tempat berhala. Kisah-kisah ini dapat disebut sebagai kisah-kisah pertama dalam memberikan persembahan hingga kepada jemaat pada masa kini. Tradisi-tradisi dalam Alkitab yang sudah berkembang seperti sekarang ini, tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya pegangan dalam melaksanakan tugas Pendidikan Agama Kristen, seorang pendidik perlu memperhatikan beberapa pendukung lain yang disebut dengan fondasi Pendidikan Agama Kristen. Pazmino menyebut dalam bukunya ada 7 fondasi penting dan salah 8 A.M. Tambunan, Persembahan Persepuluhan (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1945), Ibid., 21. 4
5 satunya adalah Fondasi Sosiologis 10. Ia menyatakan bahwa tugas seorang pendidik adalah membuat pengajaran mereka tetap update dan relevan dengan konteks budaya mereka supaya bisa terus memberi dampak pada peserta didik yang hidup dalam kebudayaan tersebut 11. Sependapat dengan apa yang diungkapkan oleh Pazmino, Sitompul berpendapat bahwa Pendidikan Agama yang dilakukan dalam konteks apapun jelas sekali membutuhkan perspektif kebudayaan didalamnya, karena dalam melakukan pendidikan yang nantinya memiliki tujuan untuk mengubah suatu masyarakat, pendidikan itu tidak cukup hanya dengan mengkritik dan meniru dari bangsa lain, tetapi haruslah dilakukan dengan sistem yang sesuai dengan kebudayaan setempat 12. Ia menambahkan bahwa kebudayaan setempat yang dimaksudkan adalah hal-hal yang menjadi kebiasaan masyarakat dan pada akhirnya membudaya. Sesuai dengan apa yang ditulis oleh Sitompul bahwa gereja dapat berdiri karena memperhitungkan adat kebudayaan suku-suku 13. Pendidikan Agama Kristen membutuhkan kebudayaan dalam melangsungkan tugasnya juga diacu oleh teori dari Geertz tentang agama sebagai sistem kebudayaan. Dalam teorinya tersebut ia berpendapat bahwa agama pada awalnya adalah sebuah sistem simbol-simbol yang akan memberi makna dan motivasi pada para penganutnya lewat ritual-ritual yang pada akhirnya menjadi suatu realitas unik yang disebut dengan kebudayaan 14. Agama dan kebudayaan memiliki hubungan erat yang akan menolong satu sama lain, oleh sebab itu dalam melakukan pendidikan agama perlulah diperhitungkan aspek kebudayaan didalamnya. 10 Robert Pazmino. Fondasi Pendidikan Kristen. (Bandung : STT Bandung bekerjsama dengan BPK, 2012), Ibid A.A Sitompul. Dipintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja Pendidikan dan Kebudayaan. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979), Ibid., Daniel Pals, trans., Tujuh Teori Agama Paling Komprehensif (Seven theories of Religion). (Jogjakarta: IRCiSoD, 2012),
6 Dalam kehidupan bersama komunitas Kristen, ditemukan sebuah kebiasaan yang pada akhirnya menjadi budaya keluarga Kristen dan masih dipertahankan bahkan tetap dibawa sekalipun sudah jauh dari keluarga yakni tradisi Piring Natzar. Tradisi Piring Natzar dimiliki dan tetap dilakukan oleh keluarga-keluarga di kepulauan Maluku, khusunya bagi mereka yang berada di Ambon, Maluku Tengah dan Seram. Piring Nazar ada pada sebuah meja (biasa juga disebut dengan meja sombayang) yang diatasnya diletakkan sebuah piring dan sebuah Alkitab yang ditutupi dengan kain berwarna putih. Alkitab diletakkan di atas piring dan di dalam piring diletakkan uang yang akan dibawa untuk dipersembahakan pada ibadah hari minggu. Biasanya uang yang digunakan adalah uang yang masih baru dalam artian bahwa uang yang tidak usang ataupun yang sudah robek. Uang tersebut diletakkan di dalam Piring Nazar untuk jangka waktu tertentu. Apabila keluarga ingin membawa persembahan persepuluhan ke Gereja, maka sebelum uang itu dibawa, uang tersebut harus di letakkan dahulu di dalam Piring Nazar sebelum di bawa ke Gereja, baik untuk persembahan mingguan maupun persembahan perpuluhan untuk didoakan bersama-sama. Selain untuk tempat meletakkan persembahan, meja yang diletakkan Piring Nazar diatasnya juga dianggap sebagai mimbar dalam keluarga. Ketika anggota keluarga akan pergi (keluar dari rumah baik itu pergi jauh ataupun ke sekolah, ke gereja atau ketempat-tempat lain) maka anggota keluarga harus berdoa terlebih dahulu di depan Piring Natzar tersebut. Piring Nazar ini diletakkan di kamar pertama dalam sebuah rumah dan dalam kebiasaan masyarakat Ambon, kamar pertama tersebut adalah kamar dari kedua orang tua. Terdapat sesuatu hal menarik yang disosialisasikan dan diajarkan oleh orang tua kepada anak-anak, agar mereka melakukan tradisi Piring Nazar pada saat mereka jauh dari keluarga. Keadaan ini dapat dijumpai pada para mahasiswa yang berasal dari Gereja Protestan Maluku 6
7 (GPM) yang berkuliah di Salatiga dan masih setia melakukan tradisi Piring Nazar dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam penelitian ini, berkaitan dengan tradisi Piring Nazar, maka akan dilihat bagaimana pola pendidikan yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya sehingga ajaran tentang Piring Nazar dapat terinternalisasi dan diwariskan dalam diri mahasiswa. PAK yang didasarkan pada fondasi sosiologis sangat membantu dalam pelaksanaan pendidikan, oleh sebab itu tulisan ini akan diberi judul Tradisi Piring Nazar Dalam Perspektif Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN Keluarga dalam hal ini adalah orang tua memiliki peranan yang besar dalam melakukan pendidikan atau sebagai wadah untuk melakukan pendidikan primer dalam masyarakat. Ada berbagai jenis pendidikan yang perlu untuk dilakukan oleh orang tua dan salah satunya adalah pendidikan agama dalam keluarga. Sebelum anak-anak menjadi anggota gereja, anak-anak terlebih dahulu telah mendapatkan pendidikan agama dalam keluarga. Tradisi Piring Nazar yang dilakukan oleh orang tua kemudian turun kepada anak-anak bukan tanpa sengaja. Tentu saja tradisi Piring Nazar diajarkan dan disosialisasikan dengan sengaja kepada anak-anak dan memiliki tujuan tertentu yakni adanya Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga, sehingga perlulah diketahui dimanakan posisi Pendidikan Agama Kristen dalam tradisi Piring Nazar. 1.3 MASALAH PENELITIAN Pelaksanaan tradisi Piring Nazar adalah suatu kenyataan dalam kehidupan sosio-religius diantara keluarga Kristen di Ambon. Pada satu sisi Piring Nazar memiliki inti yang sama dengan ajaran Alkitab, sedangkan disisi yang lain tradisi ini tidak turun begitu saja tetapi melalui proses 7
8 pendidikan dan sosialisasi. Oleh karena itu pola pendidikan seperti apa yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya perlu diketahui sehingga diharapkan bisa digunakan oleh keluarga-keluarga Kristen lain di berbagai tempat. 1.4 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan identifikasi masalah dan masalah penelitian maka rumusan masalah penelitian adalah Bagaimana Pola Pendidikan yang dilakukan oleh orang tua dapat menginternalisasi ajaran Piring Nazar dalam pribadi mahasiswa? Masalah pokok penelitian tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang berasal dari Gereja Protestan Maluku tentang tradisi Piring Nazar? 2. Bagaimana tradisi Piring Nazar dalam Pendidikan Agama Kristen pada keluarga Kristen di Maluku? 3. Bagaimana Pola Pendidikan yang dilakukan oleh orang tua dapat menginternalisasi ajaran Piring Nazar dalam pribadi mahasiswa? 1.5 TUJUAN PENULISAN 1. Mendeskripsikan pemahaman mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang berasal dari Gereja Protestan Maluku tentang tradisi Piring Nazar. 2. Menganalisis posisi tradisi Piring Nazar dalam Pendidikan Agama Kristen bagi keluarga. 3. Mengidentifikasi pola didikan yang dilakukan oleh orang tua dapat menginternalisasi ajaran Piring Nazar dalam pribadi mahasiswa 8
9 1.6 MANFAAT PENULISAN Manfaat Teoritis Adanya pemahaman baru bahwa Pendidikan Agama Kristen (PAK) juga membutuhkan aspek-aspek kebudayaan. Semua kekayaan budaya yang ada disekitar manusia dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran bukan hanya sebagai warisan saja. Manfaat Praktis Pola pendidikan yang dilakukan oleh orang tua dapat menjadi contoh bagi keluarga Kristen lainnya dalam melakukan Pendidikan Agama Kristen kepada anak-anaknya atau generasi penerusnya. 1.7 METODOLOGI PENELITIAN a. Metode Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan dimana posisi Pendidikan Agama Kristen dalam tradisi Piring Nazar yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anak sehingga tradisi Piring Nazar dapat terinternalisasi dalam pribadi mereka. Berdasarkan tujuan tersebut maka metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan penelitian adalah penelitian kualitatif. Metode Deskriptif Analisis Jenis penelitian deskriptif analisis bertujuan untuk menjelaskan secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat yang terkait dengan substansi penelitian. Jenis deskriptif berusaha menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. 9
10 Metode deskriptif analisis dipilih karena penelitian ini bermaksud mendeskripsikan dan menganalisis pemahaman seperti apa yang mereka dapatkan lewat pola pendidikan yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya sehingga sampai di Salatiga anak-anak masih melakukan tradisi Piring Nazar serta bagaimana mahasiswa memahami makna dari tradisi Piring Nazar dalam kehidupan mereka sehari-hari. Informan kunci dalam penelitian ini adalah mahasiswa UKSW yang melakukan tradisi Piring Nazar dan juga para orang tua Ambon yang berada di Salatiga. b. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Pendekatan ini sering diterapkan dalam penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, di samping itu juga peranan organisasi, pergerakan sosial dan hubungan timbal balik 15. Penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena sesuai dengan tujuannya yaitu ingin melihat bagaimana pola pendidikan orang tua sehingga tradisi Piring Natzar bisa terinternalisasi dalam pribadi mahasiswa. c. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data Teknik pengumpulan data dilakukan dalam kerangka studi pendahuluan yaitu kajian pustaka dan kajian empiris. Kajian pustaka diperoleh melalui studi kepustakaan, sedangkan 15 Anselm Strauss dan Juliet Corbin. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 4. 10
11 kajian empiris diperoleh melalui wawancara, observasi langsung dan FGD yang dibahas berikut ini. 1) Wawancara Teknik wawancara merupakan peran seorang peneliti mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dirumuskan untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian. Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur, wawancara bebas dengan pedoman wawancara yang digunakan hanya garis besar permasalahan yang ditanyakan 16. Wawancara dalam penelitian ini untuk mengetahui pola pendidikan orang tua kepada anak- anak dan wawancara tentang proses internalisasi ajaran Tradisi Piring. Subjek yang akan diwawancarai adalah Orang Tua yang berasal dari Ambon yang tinggal di Salatiga sebagai informan kunci dan mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang berasal dari Ambon. 2) Observasi Observasi merupakan suatu proses pengamatan terhadap subjek penelitian dan dilakukan secara terstruktur 17. Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi langsung, ketika subjek penelitian melakukan tradisi Piring Nazar di tempat kediaman mereka di Salatiga. 3) FGD Teknik Focus Group Discussion (FGD) untuk para mahasiswa Universitas Krtisten Satya Wacana. Herdiansyah menyatakan bahwa tujuan FGD adalah untuk berdiskusi 16 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2012), Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
12 dan berdialog bersama, bertatap muka dengan sesama responden/subjek/informan penelitian guna menghasilkan suatu informasi langsung dari berbagai sudut pandang. FGD juga dapat dilakukan guna melakukan crosscheck ulang jika terdapat data yang kebenarannya masih diragukan 18. Sumber data untuk melakukan teknik ini adalah mahasiswa Ambon yang berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana. d. Lokasi Penelitian, Populasi dan Subjek Penelitian Lokasi yang dipilih dalam penelitian adalah di Salatiga karena subjek penelitian yang akan diteliti adalah mahasiswa yang berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang berasal dari Gereja Protestan Maluku. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang melakukan Tradisi Piring Nazar. 1.8 SISTEMATIKA PENULISAN TESIS Sistematika dalam tulisan ini terdiri dari lima (V) BAB. BAB I Pendahuluan; bagian pendahuluan terdiri dari Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Masalah Penelitian, Variabel Penelitian, Rumusan masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II Teori Rujukan; bagian ini terdiri dari kajian Pustaka yaitu Teori tentang Pendidikan, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga, Fondasi Pendidikan Agama Kristen, Sosialisasi dalam keluarga dan tentang Piring Nazar. BAB III Data Lapangan dan Analisa; bagian ini berisiskan data hasil penelitian yang dilakukan dengan metode dan pendekatan kualitatif di lapangan yang sekaligus akan dianalisa setelah dilakukan pemaparan mengenai hasil penelitian (data di lapangan). BAB IV Refleksi Teologis; bagian ini merupakan 18 Haris Herdiansyah. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmuSosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2012),
13 refleksi penulis tentang pola pendidikan orang tua dalam keluarga yang dikaitkan dengan data di lapangan dan ajaran Alkitab tentang mendidik anak dalam keluarga. BAB V Penutup; penutup terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi temuan-temuan penulis dari hasil penelitian dan rekomendasi berupa usulan untuk Gereja Protestan Maluku, mahasiswa, orang tua dan penelitian lanjutan. 13
BAB V PENUTUP. 1. Tradisi Piring Nazar sebagai sebuah kenyataan sosio-religius dapat dijadikan sebagai
BAB V PENUTUP Dari penjelasan serta pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab yang terakhir ini akan dipaparkan kesimpulan yang berisi temuan-temuan mengenai Piring Nazar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar belakang. Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam keluarga memiliki ikatan yang sangat kuat, bahkan disebut sebagai kekerabatan yang sangat mendasar
Lebih terperincilambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai
Lebih terperinciBAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR
BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR Keluarga adalah salah satu konteks atau setting Pendidikan Agama Kristen yang perlu diperhatikan dengan baik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, masyarakat adalah pencipta sekaligus pendukung kebudayaan. Dengan demikian tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang akan melakukan sesuatu hal, pasti orang tersebut memiliki hal-hal
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ketika seseorang akan melakukan sesuatu hal, pasti orang tersebut memiliki hal-hal tertentu yang mempengaruhi dalam dirinya untuk bertindak. Sesuatu yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.
BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga
Lebih terperinciTESIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BEDA AGAMA DI JEMAAT GKMI SALATIGA
TESIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BEDA AGAMA DI JEMAAT GKMI SALATIGA DI SUSUN OLEH ENDANG AYU PURWANINGTYAS (752013020) MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Lebih terperinciPEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)
PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki keterbatasan sehingga manusia dapat melakukan ritual - ritual atau kegiatan keagamaan lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan
86 BAB IV PENUTUP Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan pendidikan pranikah di Klasis Kota Ambon, maka berikut ini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bernyanyi menjadi bagian yang penting dalam rangkaian peribadahan. Peribadahan-peribadahan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan di Indonesia mempergunakan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdiri dari Taurat, para Nabi, dan Tulisan-tulisan, atau yang diringkas sebagai Tanak Taurat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitab suci Ibrani atau yang biasa disebut oleh orang kristen, Alkitab perjanjian Lama terdiri dari Taurat, para Nabi, dan Tulisan-tulisan, atau yang diringkas sebagai
Lebih terperinciBAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN
BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN Persembahan identik secara formal dengan memberikan sesuatu untuk Tuhan. Berkaitan dengan itu, maka dari penelitian dalam bab tiga, dapat disimpulkan bahwa, pemahaman
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu
BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri
Lebih terperinciPersepuluhan adalah pernyataan iman dan kepercayaan kita kepada Allah.
Lesson 8 for February 24, 2018 Persepuluhan adalah pernyataan iman dan kepercayaan kita kepada Allah. Ketika kita mengembalikan persepuluhan, kita menunjukkan bahwa kita adalah penatalayan bukan sebagai
Lebih terperinciPertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?
Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama
Lebih terperinciUKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah keluar dari dunia ini untuk menjadi miliknya, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah memanggil mereka di
Lebih terperinci-AKTIVITAS-AKTIVITAS
KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru
Lebih terperinci---saat teduh--- AJAKAN BERIBADAH P2 Jemaat. Marilah berdiri untuk menyambut Firman Tuhan hadir di tengah-tengah persekutuan kita.
TATA IBADAH MINGGU XVIII SESUDAH PENTAKOSTA Minggu, 08 Oktober 2017 ----------------------------------------------------- PERSIAPAN *. Sebelum ibadah dimulai mohon HP di non aktifkan *. Doa Pribadi Warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang
Lebih terperinciDikutip dari ALKITAB Terjemahan Baru (TB) LAI 1974
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Lukas 10:27)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus Kristus, keempat injil ini adalah Injil Matius, Markus, Lukas dan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG
BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.
BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja 1 dipahami terdiri dari orang-orang yang memiliki kepercayaan yang sama, yakni kepada Yesus Kristus dan melakukan pertemuan ibadah secara
Lebih terperinciBAB 4. Refleksi Teologis. dan kehidupan rohani setiap anggota jemaatnya tidak terkecuali anak-anak yang adalah
BAB 4 Refleksi Teologis Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius 28:19-20). Mandat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Ibadah etnik merupakan salah satu bentuk ibadah yang memberi ruang bagi kehadiran unsurunsur budaya. Kehadiran unsur-unsur budaya yang dikemas sedemikian rupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian Sejak lahir manusia mempunyai hak dan kebebasan untuk merealisasikan hidupnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak didefinisikan sebagai kekuasaan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya yang menghubungkan dan mengikat anggota masyarakat satu dengan yang lain. Tradisitradisi
Lebih terperinciTATA IBADAH Dies Natalis STT INTIM Makasar ke 69 Tahun 2017 (Gereja Kristen Protestan di Bali) Minggu, 08 Oktober 2017
TATA IBADAH Dies Natalis STT INTIM Makasar ke 69 Tahun 2017 (Gereja Kristen Protestan di Bali) Minggu, 08 Oktober 2017 PERSIAPAN *. Sebelum ibadah dimulai mohon HP di non aktifkan *. Doa Pribadi Warga
Lebih terperinciGereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) 04 DESEMBER 2016 Jemaat GIDEON Kelapadua Depok Jl. Komjen Pol M. Jasin Kelapadua, Pasirgunung Selatan Ksatrian Amji Atak (Komp. BRIMOB POLRI) Kelapadua
Lebih terperinciBab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman merupakan sebuah konsep yang telah lama ada dan berkembang diantara orang-orang percaya. Umumnya mereka selalu menghubungkan konsep pertumbuhan
Lebih terperinciBAB V REFLEKSI TEOLOGIS
BAB V REFLEKSI TEOLOGIS Menurut Kejadian 1:27, 1 pada dasarnya laki-laki dan perempuan diciptakan dengan keunikan masing-masing. Baik laki-laki dan perempuan tidak hanya diberikan kewajiban saja, namun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia
Lebih terperinci1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus
BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma kebiasaan, kelembagaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta, karya, rasa manusia untuk memenuhi
Lebih terperinciPara Pekerja Saling Memerlukan
Para Pekerja Saling Memerlukan Kim masih terus mengajar kelasnya yang terdiri dari anak laki-laki. Dia telah memperkembangkan karunianya untuk mengajar dengan jalan memakai karunia itu. Pada suatu hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari rangkaian Uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya,
BAB V PENUTUP Dari rangkaian Uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan fenomena-fenomena sosial mengenai pemahaman Komunitas Bupolo di Buru
Lebih terperinciGPIB Immanuel Depok Minggu, 31 Januari 2016 TATA IBADAH MINGGU IV SESUDAH EPIFANI
PERSIAPAN : TATA IBADAH MINGGU IV SESUDAH EPIFANI Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah di hari Minggu
Lebih terperinciMTPJ Juli 2014 ALASAN PEMILIHAN TEMA
MTPJ 13-19 Juli 2014 TEMA BULANAN: Berdemokrasi Dalam Ekonomi Yang Berkeadilan TEMA MINGGUAN : Kejujuran Sebagai Senjata Melawan Korupsi Bahan Alkitab: Keluaran 22:1-5; Kisah Para Rasul 5:1-11 ALASAN PEMILIHAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya,
BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hakekatnya manusia adalah makhluk berbudaya yang hidup dan berkembang dalam
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari yang namanya kebudayaan yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan baik secara individu maupun sosial. Pada hakekatnya
Lebih terperinciTata Ibadah Hari Minggu
DRAFT 3 GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT JEMAAT E F F A T H A Jl. Melawai I/2, Kebayoran Baru Jakarta 12160 Telp. 7222220, 7266548, 7261210, 72791737, Fax. 72791735 Pastori Timur: 7394578, Pastori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Permasalahan Sebagai salah satu penerus tradisi Gereja Reformasi, Gereja Kristen Jawa (GKJ) memiliki ajaran iman yang sangat mendasar sehubungan
Lebih terperinciTATA IBADAH HARI MINGGU MINGGU I SESUDAH EPIFANIA
TATA IBADAH HARI MINGGU MINGGU I SESUDAH EPIFANIA GPIB Jemaat KARUNIA Minggu, 08 Januari 2017 TATA IBADAH ================================================================ PERSIAPAN: 1 Doa pribadi umat
Lebih terperinciBab I.
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Seringkali, dogma agama, sebagaimana yang telah dirumuskan dianggap sudah paling sempurna dan statis, tidak bisa dan tidak boleh diubah. Orang hanya harus menerima
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Luasnya wilayah Indonesia yang terdiri atas beribu pulau tersebar dari
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.
Lebih terperinciPERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.
PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut kepercayaannya. Glock & Stark, (1965) mendefinisikan agama sebagai sistem simbol, sistem
Lebih terperinciTATA IBADAH HARI MINGGU I SESUDAH EPIFANIA PERSIAPAN
TATA IBADAH HARI MINGGU I SESUDAH EPIFANIA PERSIAPAN : Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah di hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan
Lebih terperinciTATA IBADAH MALAM NATAL Minggu, 24 Desember
PERSIAPAN TATA IBADAH MALAM NATAL Minggu, 24 Desember 2017 ----------------------------------------------------- *. Sebelum ibadah dimulai mohon HP di non aktifkan *. Doa Pribadi Warga Jemaat *. Prokantor
Lebih terperinciPelayanan Mengajar Bersifat Khusus
Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus Dalam pelajaran dua kita melihat pentingnya mengajar, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Sejarah pengajaran dalam Alkitab merupakan pedoman bagi
Lebih terperinciI. MENGHADAP TUHAN. NYANYIAN UMAT : MAZMUR 98 : 1, 3 & 4 (do=g) Kantoria
TATA IBADAH HARI MINGGU XIV SESUDAH PENTAKOSTA PERSIAPAN : Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah
Lebih terperinciMENGAPA KITA HARUS BERBAHASA ROH? Bagian ke-1
MENGAPA KITA HARUS BERBAHASA ROH? Bagian ke-1 Pengantar Mengapa kita harus berbahasa roh? Bagi saya, kedengarannya seperti orang menyerepet saja. Bukankah bahasa roh itu biasanya menimbulkan masalah dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau
Lebih terperinciMereka berkumpul karena Paulus akan pergi keesokan harinya. Kisah 20:7
Lesson 6 for May 12, 2018 Ia akan mengucapkan perkataan yang menentang Yang Mahatinggi, dan akan menganiaya orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi; ia berusaha untuk mengubah waktu dan hukum, dan mereka
Lebih terperinci.. prosesi Alkitab dibawa masuk ke dalam ruang Ibadah diiringi instrumen...
TATA IBADAH HARI MINGGU XVIII SESUDAH PENTAKOSTA PERSIAPAN : Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI
BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan
Lebih terperinciGEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN
GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus
BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus
Lebih terperinciBerbahasa Roh. Karunia Rohani Untuk Penginjilan. Sesaat sebelum Yahushua terangkat ke Sorga, Dia berkata kepada para murid-nya:
Berbahasa Roh Karunia Rohani Untuk Penginjilan Yahuwah telah mencurahkan begitu banyak karunia kepada umat-nya di bumi. Salah satu yang paling menarik, yang paling dimengerti sebagai anugerah pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup pasti tergantung pada 3 unsur pokok, yaitu: tanah, air, dan udara. Ketiga unsur tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat kaya dan memiliki beragam kebudayaan, aliran kepercayaan, suku dan bahasa. Perbedaan itulah yang menciptakan keindahan dan warna
Lebih terperinciTata Ibadah Hari Minggu
DRAFT 3 GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT JEMAAT E F F A T H A Jl. Melawai I/2, Kebayoran Baru Jakarta 12160 Telp. 7222220, 7266548, 7261210, 72791737, Fax. 72791735 Pastori Timur: 7394578, Pastori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Didalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering diperhadapkan dengan pilihan-pilihan yang membuat kita bingung karena kita kita harus memilih salah satu dari pilihan-pilihan
Lebih terperinciGPIB Immanuel Depok Minggu, 27 September 2015
PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU XVIII SESUDAH PENTAKOSTA Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah
Lebih terperinciLITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN
LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH PERSIAPAN - Umat bersaat teduh - Lonceng berbunyi - Penyalaan Lilin JEMAAT BERHIMPUN PANGGILAN
Lebih terperinciREKONTRUKSI IDENTITAS PEREMPUAN DALAM 1 KORINTUS 14 : DARI PERSPEKTIF POSKOLONIAL PEREMPUAN KRISTEN JAWA
REKONTRUKSI IDENTITAS PEREMPUAN DALAM 1 KORINTUS 14 : 34 40 DARI PERSPEKTIF POSKOLONIAL PEREMPUAN KRISTEN JAWA Tesis Diajukan kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya
Lebih terperinciFakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga
PENGARUH JENDER DALAM LINGKUP PELAYANAN MAJELIS JEMAAT (Studi Kasus Terhadap Kesenjangan Jender dalam Struktur Kepemimpinan Majelis Jemaat GPM Pulau Saparua) Oleh, Michael Willy Patawala 712008039 TUGAS
Lebih terperinciGKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2
GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2 Tata Ibadah Minggu GKI Kebayoran Baru 27 AGUSTUS 2017 PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng
Lebih terperinciKerohanian Zakharia Luk 1:5 7, Ev. Andrew Kristanto
Kerohanian Zakharia Luk 1:5 7, 24 25 Ev. Andrew Kristanto Dalam Kitab Suci, Tuhan membangkitkan orang-orang untuk membuka jalan bagi Yesus Kristus. Salah satunya adalah Yohanes Pembaptis. Tuhan juga menggunakan
Lebih terperinciGEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (GPIB) TATA IBADAH Hari Kenaikan Tuhan Yesus Ke Sorga. Kamis, 10 Mei 2018
GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (GPIB) TATA IBADAH Hari Kenaikan Tuhan Yesus Ke Sorga Kamis, 10 Mei 2018 Tema : Melihat kasih Setia Tuhan (Mazmur 85 : 2 4 ) Persiapan Doa pribadi warga jemaat
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan
BAB IV ANALISA DATA Ritual Jumat Agung merupakan ritual yang dilaksanakan pada hari Jumat dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan mempunyai tujuan untuk memperingati hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rasul Paulus merupakan salah seorang rasul yang berperan sangat penting dalam kelahiran dan pertumbuhan jemaat Kristen mula-mula, terutama bagi kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana yang tertuang dalam Amandemen UUD
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang. 1.1. Identifikasi Permasalahan. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana yang tertuang dalam Amandemen UUD 1945 Perubahan I sampai dengan IV (1999-2002), disebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa
Lebih terperinci