BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Otomatis Peringkasan teks otomatis adalah proses mengurangi teks pada dokumen dengan menggunakan program komputer untuk membuat ringkasan yang berisikan poin-poin penting dimana hasil ringkasan tidak lebih dari setengah dokumen asli (Radev et al, 2002). Terdapat dua bagian dari kriteria peringkasan teks yaitu ekstraksi dan abstraksi (Suanmali et al, 2009). Teknik ekstraksi yaitu teknik peringkasan secara lengkap yang terdiri dari urutan-urutan kalimat yang disalin dan memilih bagian-bagian kalimat penting dari dokumen asli. Sedangkan teknik abstraksi adalah teknik peringkasan dengan mengambil informasi penting dari dokumen kemudian menghasilkan ringkasan yang menggunakan kalimat baru yang tidak terdapat pada dokumen asli. 2.2 Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Kalimat dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan predikat. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:) atau titik koma (;) dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?) atau tanda seru (!). Pada tugas akhir ini, tiap-tiap kalimat yang ada pada dokumen akan dihitung skornya berdasarkan fitur ekstraksi. Skor dari kalimat tersebut akan menentukan apakah kalimat tersebut penting atau tidak. Kalimat yang memiliki skor tinggi kemungkinan merupakan kalimat yang penting dari sebuah dokumen. 7

2 8 Pada tugas akhir ini, kalimat dipisahkan berdasarkan tanda titik (.) dan kutipan langsung diasumsikan sebagai satu kalimat yang tidak dapat dipisahkan. Berikut ini contoh pemisahan kalimat dari sebuah dokumen: Menurut Yudhoyono, soal status almarhum Theys itu dikesampingkan dulu saat ini. "Yang penting, pengusutan kematiannya harus tuntas demi keadilan dan kebenaran," papar Yudhoyono yang menyebut almarhum Theys sebagai tokoh. "Biarkanlah proses ini berjalan dengan baik, dan nanti dengan transparan dan penjelasan gamblang rakyat akan melihat siapa almarhum Theys itu. Maka lebih bagus, status predikat politik siapa Pak Theys itu kita kesampingkan," tambahnya. Berdasarkan dokumen di atas, sistem akan melakukan pemisahan kalimat berdasarkan titik (.) dan kutipan langsung. Sehingga dokumen di atas akan menghasilkan tiga buah kalimat. Berikut ini tiga kalimat yang telah dipisahkan: 1. Menurut Yudhoyono, soal status almarhum Theys itu dikesampingkan dulu saat ini. 2. "Yang penting, pengusutan kematiannya harus tuntas demi keadilan dan kebenaran," papar Yudhoyono yang menyebut almarhum Theys sebagai tokoh. 3. "Biarkanlah proses ini berjalan dengan baik, dan nanti dengan transparan dan penjelasan gamblang rakyat akan melihat siapa almarhum Theys itu. Maka lebih bagus, status predikat politik siapa Pak Theys itu kita kesampingkan," tambahnya. 2.3 Text Preprocessing Penyimpanan data secara terstruktur dapat membantu pengolahan data yang dilakukan oleh komputer, karena data terstruktur dapat mempermudah penciptaan algoritma yang efisien. Oleh karena itu pada text mining, dibutuhkan pemrosesan data terlebih dahulu untuk mengubah data tekstual yang tidak terstruktur menjadi data yang terstruktur. Di dalam text mining proses untuk mendapatkan representasi terstruktur dari data tekstual mentah yang tidak terstruktur disebut text preprocessing. Tahap text preprocessing terdiri dari beberapa tahap yaitu tokenizing, filtering, tagging, dan stemming. Pada tugas akhir ini hanya menggunakan proses

3 9 tokenizing, filtering, dan stemming. Proses tagging tidak digunakan karena ketiga proses yang telah disebutkan sebelumnya sudah cukup untuk mendapatkan data yang terstruktur. Gambar 2.1 menunjukkan tahap preprocessing text. Original Text Tokenizing Filtering Stemming Hasil Preprocessing Gambar 2.1 Tahap Preprocessing Text Tokenizing Pada proses tokenizing, kata-kata yang ada di dalam dokumen harus dipecah-pecah terlebih dahulu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil berupa kata tunggal yang memiliki arti atau biasa disebut token (Manning et al, 2009). Proses tokenizing pada tugas akhir ini dilakukan per kalimat. Selain itu dilakukan juga pengubahan huruf-huruf yang ada di dalam dokumen menjadi huruf kecil (case folding) serta dilakukan penghilangan tanda baca. Hal ini dilakukan terlebih dahulu untuk mempermudah proses pengolahan lebih lanjut. Contoh tokenizing : Teks asli : Saya senang bermain sepakbola di rumah sejak kecil. Hasil tokenizing : saya, senang, bermain, sepakbola, di, rumah, sejak, kecil Filtering Text filtering bertujuan untuk mengambil kata-kata yang dapat mempresentasikan isi dokumen dengan cara membuang kata-kata yang dianggap tidak penting yang biasa disebut stopwords (Manning et al, 2009). Stopwords dapat berupa kata sambung, kata depan, dan kata seru seperti di, yang, dan, ke, wah, serta, wow, dan lain-lain.

4 10 Contoh filtering : Hasil tokenizing : saya, senang, bermain, sepakbola, di, rumah, sejak, kecil Hasil filtering : senang, bermain, sepakbola, rumah Stemming Stemming adalah proses yang dilakukan untuk mengambil bentuk dasar dari suatu kata yang telah melalui proses filtering (Manning et al, 2009). Algoritma stemming untuk bahasa yang satu berbeda dengan algoritma stemming untuk bahasa lainnya. Sebagai contoh bahasa Inggris memiliki morfologi yang berbeda dengan bahasa Indonesia sehingga algoritma stemming untuk kedua bahasa tersebut juga berbeda. Proses stemming pada teks berbahasa Indonesia lebih rumit/kompleks karena terdapat variasi imbuhan yang harus dibuang untuk mendapatkan root word (kata dasar) dari sebuah kata. Pada umumnya kata dasar pada bahasa Indonesia terdiri dari kombinasi misalnya berjalan, menjalani, perjalanan sama-sama memiliki kata dasar jalan. Banyak metode yang dapat digunakan untuk melakukan stemming pada dokumen berbahasa Indonesia salah satunya adalah algoritma Nazief dan Adriani. Algoritma ini berdasarkan aturan-aturan yang mengelompokkan imbuhan yang diperbolehkan dan dilarang untuk digunakan. Pada tugas akhir ini menggunakan algoritma Nazief dan Adriani karena algoritma Nazief dan Andriani merupakan algoritma stemming untuk teks berbahasa Indonesia yang memiliki presentase keakuratan lebih baik dari algoritma lainnya (Agusta, 2009). Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh algoritma Nazief dan Adriani (Agusta, 2009): 1. Cari kata yang akan distem dalam kamus. Jika ditemukan maka diasumsikan bahwa kata tersebut adalah root word. Maka algoritma berhenti. 2. Inflection Suffixes ( -lah, -kah, -ku, -mu, atau -nya ) dibuang. Jika berupa particles ( -lah, -kah, -tah, atau -pun ) maka langkah ini diulangi lagi untuk menghapus Possesive Pronouns ( -ku, -mu, atau - nya ), jika ada.

5 11 3. Hapus Derivation Suffixes ( -i, -an atau -kan ). Jika kata ditemukan di kamus, maka algoritma berhenti. Jika tidak maka ke langkah 3a a. Jika -an telah dihapus dan huruf terakhir dari kata tersebut adalah - k, maka -k juga ikut dihapus. Jika kata tersebut ditemukan dalam kamus maka algoritma berhenti. Jika tidak ditemukan maka lakukan langkah 3b. b. Akhiran yang dihapus ( -i, -an atau -kan ) dikembalikan, lanjut ke langkah 4. c. Hapus Derivation Prefix. Jika pada langkah 3 ada sufiks yang dihapus maka pergi ke langkah 4a, jika tidak pergi ke langkah 4b. d. Periksa tabel kombinasi awalan-akhiran yang tidak diizinkan (tabel 2.1). Jika ditemukan maka algoritma berhenti, jika tidak pergi ke langkah 4b. e. For i=1 to 3, tentukan tipe awalan kemudian hapus awalan. Jika root word belum juga ditemukan lakukan langkah 5, jika sudah maka algoritma berhenti. Catatan: jika awalan kedua sama dengan awalan pertama algoritma berhenti. 4. Melakukan Recoding. 5. Jika semua langkah telah selesai tetapi tidak juga berhasil maka kata awal diasumsikan sebagai root word. Proses selesai. Tipe awalan ditentukan melalui langkah-langkah berikut: 1. Jika awalannya adalah: di-, ke-, atau se- maka tipe awalannya secara berturut-turut adalah di-, ke-, atau se-. 2. Jika awalannya adalah te-, me-, be-, atau pe- maka dibutuhkan sebuah proses tambahan untuk menentukan tipe awalannya. 3. Jika dua karakter pertama bukan di-, ke-, se-, te-, be-, me-, atau pe- maka berhenti. 4. Jika tipe awalan adalah tidak ada maka berhenti. Jika tipe awalan adalah bukan tidak ada maka awalan dapat dilihat pada Tabel 2.2. Hapus awalan jika ditemukan.

6 12 Tabel 2.1 Kombinasi awalan akhiran yang tidak diijinkan Awalan Akhiran yang tidak diijinkan be- -i di- -an ke- -i, -kan me- -an se- -i, -kan Tabel 2.2 Cara menentukan tipe awalan untuk kata yang diawali dengan"te" Following Character Tipe Set 1 Set 2 Set 3 Set 4 Awalan "-r-" "-r-" - - None "-r-" Vowel - - Ter-luluh "-r-" Not (vowel or "-r-") "-er-" Vowel Ter "-r-" Not (vowel or "-r-") "-er-" Not vowel Ter- "-r-" Not (vowel or "-r-") Not "-er-" - Ter Not (vowel or "-r-") "-er-" Vowel - None Not (vowel or "-r-") "-er-" Not vowel - Te Tabel 2. 3 Jenis awalan berdasarkan tipe awalannya Tipe Awalan Awalan yang harus dihapus di- dike- kese- sete- teter- terter-luluh Ter Contoh stemming : Hasil filtering : senang, bermain, sepakbola, rumah Hasil stemming : senang, main, sepakbola, rumah

7 Fitur Ekstraksi Teks Pada tugas akhir ini menggunakan fitur ekstraksi untuk menghitung skor tiap-tiap kalimat dalam dokumen. Untuk setiap kalimat dalam dokumen, skor kalimat dihitung berdasarkan fitur ekstraksi dimana nilai dari tiap-tiap fitur dinormalisasikan sehingga nilainya berada dalam range [0,1]. Normalisasi ini dilakukan agar nilai dari tiap-tiap fitur ekstraksi tidak memiliki gap atau selisih yang besar. Adapun fitur-fitur ekstraksi yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu positive keyword pada kalimat (f1), kemiripan antar kalimat (f2), kalimat yang menyerupai judul (f3) dan cosine similarity (f4). Penjelasan dari tiap-tiap fitur adalah sebagai berikut ini: Fitur Keyword Positif (F1) Positif keyword adalah kata yang sering muncul pada sebuah paragraf (Marlina, 2012). Fitur ini dapat dihitung menggunakan rumus (2.1) : (2.1) Dengan s i (positif keyword) adalah jumlah kata dalam suatu kalimat yang mengandung keyword dibagi dengan jumlah kata dalam seluruh kalimat yang mengandung keyword, dengan keyword merupakan banyaknya kata yang muncul dalam suatu dokumen. Berikut ini contoh perhitungan keyword positif: Ibarat tambang emas, Bangka Belitung dipandang menyimpan sejumlah potensi yang siap gali. Tidak mengherankan bila jumlah pendatang ke provinsi ini terus bertambah. Konfilk antara warga luar dan local sendiri mulai muncul di beberapa tempat. Beberapa terkesan sebagai konflik etnis, namun tidak berkembang lebih jauh karena aparat pemerintah dan keamanan tampaknya bergerak cepat menyelesaikannya. Hasil preprocessing : aparat/1 bangka/1 belitung/1 kembang/1 tambah/1 cepat/1 pandang/1 emas/1 etnis/1 gali/1 aman/1 konflik/2 lokal/1 heran/1 selesai/1 simpan/1 muncul/1 perintah/1 datang/1 potensi/1 provinsi/1 tambang/1 kesan/1 warga/1.

8 14 Dari hasil preprocessing diatas, kata konflik adalah kata yang memilki jumlah kemunculan paling banyak yaitu sebanyak dua kali. Oleh karena itu positif keyword dari dokumen tersebut adalah konflik. Pada kalimat pertama tidak mengandung positif keyword konflik, oleh karena itu skor fitur f2 untuk kalimat pertama adalah 0. Sehingga skor fitur positf keyword untuk tiap-tiap kalimat adalah berturu-turut 0,0, ½, ½ Fitur Kemiripan Antar-Kalimat (F2) Kemiripan antar-kalimat adalah daftar kata-kata yang dapat dicocokkan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya dalam dokumen atau dengan kata lain merupakan kata yang muncul dalam kalimat sama dengan kata yang muncul dalam kalimat lain (Aristoteles dkk, 2012). Berikut ini contoh perhitungan kemiripan antar kalimat, diasumsikan kalimat yang dijadikan contoh di bawah ini adalah kalimat yang telah melewati proses preprocessing: Kalimat 1 : Kami pergi nonton dan belanja. Kalimat 2 : Kami pergi rekreasi. Kalimat 3 : Kami sedang nonton bola. Berdasarkan ketiga kalimat diatas, perhitungan skor untuk fitur f4 dapat diilustrasikan pada gambar 2.2. kalimat 1 kalimat 2 dan belanja pergi kami nonton rekreasi sedang bola kalimat 3 Gambar 2.2 Ilustrasi fitur kemiripan antar kalimat Berdasarkan gambar 2.2, skor f2 untuk kalimat 1 adalah 3/8. Hal ini dikarenakan terdapat tiga buah kata pada kalimat 1 yang memiliki kesamaan dengan kata yang ada pada kalimat 2 dan kalimat 3 yaitu kami, pergi,

9 15 nonton. Skor f2 untuk kalimat 2 adalah 2/8. Hal ini dikarenakan terdapat dua buah kata pada kalimat 2 yang memiliki kesamaan dengan kata yang ada pada kalimat 1 dan 3 yaitu kami, pergi. Skor f2 untuk kalimat 3 adalah 2/8. Hal ini dikarenakan terdapat dua buah kata pada kalimat 3 yang memiliki kesamaan kata dengan kata yang ada pada kalimat 1 dan 2 yaitu kami, nonton. Fitur ini dihitung dengan menggunakan rumus (2.2) (2.2) Fitur Kalimat yang Menyerupai Judul Dokumen (F3) Kalimat yang menyerupai judul dokumen adalah kumpulan kata yang dapat dicocokkan antara kalimat satu dengan judul dokumen atau dengan kata lain merupakan kata yang muncul dalam kalimat sama dengan kata yang ada dalam judul dokumen(aristoteles dkk, 2012). Berikut ini contoh perhitungan skor f3, diasumsikan kalimat yang dijadikan contoh di bawah ini adalah kalimat yang telah melewati proses preprocessing: Judul : Kegiatan kami bersama Kalimat 1 : Kami pergi nonton. Kalimat 2 : Kami pergi belanja. Kalimat 3 : Kegiatan kami adalah olahraga bersama. Berdasarkan judul dan tiga kalimat diatas, perhitungan skor f5 dapat diilustrasikan dengan gambar 2.3 berikut ini : Kalimat 1 judul Kalimat 2 judul Kalimat 3 judul pergi nonton kami kegiatan bersama pergi belanja kami kegiatan bersama olahraga adalah kami kegiatan bersama Gambar 2.3 Ilustrasi fitur kalimat yang menyerupai judul dokumen

10 16 Berdasarkan gambar 2.3, skor f3 untuk kalimat 1 adalah 1/5, hal ini dikarenakan terdapat satu kata pada kalimat 1 yang sama dengan kata yang ada pada judul dokumen yaitu kata kami. Skor f3 untuk kalimat 2 adalah 1/5, hal ini dikarenakan terdapat satu kata pada kalimat 2 yang sama dengan kata yang ada pada judul dokumen yaitu kata kami. Skor f3 untuk kalimat 3 adalah 3/5, hal ini dikarenakan terdapat tiga kata pada kalimat 3 yang sama dnegna kata yang ada pada judul dokumen yaitu kata kami, kegiatan, bersama. Fitur ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus (2.3). (2.3) Fitur Cosine Similarity (F4) Pada penelitian ini menggunakan semua keyword yang ada dalam dokumen kecuali kata-kata stoplist. Perhitungan cosine similarity melibatkan pembobotan (weights) TF-IDF dimana w i,j didefinisikan pada (2.4), dan tf i adalah banyaknya kemunculan term ke-i pada kalimat. SF i sentences frequency merupakan banyak kalimat yang mengandung term ke-i sedangkan ISF i = merupakan ukuran diskriminan kemunculan term ke-i dalam dokumen, N adalah banyaknya kalimat dalam satu dokumen. (2.4) Pengiriman emas rusak karena kebakaran. Pengiriman perak tiba di sebuah truk perak. Pengiriman emas tiba di truk. Setelah mengalami text preprocessing, kalimat menjadi : S1 : kirim emas rusak bakar S2 : kirim perak truk perak S3 : kirim emas truk

11 17 Tabel 2.4 Term frequency dan inverse sentence frequency Term Tf W SF ISF S1 S2 S3 S1 S2 S3 Bakar Emas Kirim Perak Rusak Truk Jika bobot kata telah diperoleh, selanjutnya mencari nilai cosine similarity. Perhitungan cosine similarity antar dokumen dengan cara menghitung cosine sudut vektor W (bobot) suatu kalimat dengan vektor W (bobot) kalimat yang lain (Yulita, 2015). Untuk mencari hubungan kemiripan antar kalimat digunakan persamaan (2.5). (2.5) Keterangan : S1 = vector bobot kata yang menjadi kandidat S2 = vector bobot kata selain kandidat. Dimana ti merupakan bobot kata dari kata wi. Berikut adalah contoh perhitungan cosine similarity antara kalimat 1 (S1) dengan kalimat 2 (S2) : Hasil perhitungan cosine similarity dapat dilihat pada Tabel 2.5.

12 18 Tabel 2.5 Data Matriks Kemiripan S1 S2 S3 Total Skor S S S Jumlah Pembobotan Fitur Ekstraksi Teks Pembobotan fitur ekstraksi teks adalah sebuah pendekatan yang dilakukan untuk menentukan kepentingan suatu fitur dari fitur-fitur yang akan diteliti dengan cara mengalikan bobot dengan skor fitur ekstraksi (Berker & Gungor, 2012). Pembobotan ini sangat berpengaruh terhadap akurasi hasil ringkasan sistem nantinya. Pembobotan fitur pada tugas akhir ini menggunakan algoritma genetika untuk memperoleh bobot yang optimal untuk tiap-tiap fiturnya. Skor untuk tiap kalimat dapat dihitung dengan menggunakan rumus (2.6): (2.6) Diasumsikan w i adalah bobot fitur ke-i dan f i adalah fitur ekstraksi ke-i. 2.6 Evaluasi Hasil Ringkasan Sistem Secara garis besar, metode evaluasi peringkasan teks otomatis dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu metode intrinsik dan metode ekstrinsik (Steinberger & Jezek, 2009). Metode intrinsik yaitu menguji kualitas ringkasan yang dihasilkan. Metode ekstrinsik menguji performansi hasil ringkasan dalam memenuhi tugas-tugas tertentu, misalnya penggunaan hasil ringkasan pada information retrieval. Taksonomi evaluasi peringkasan teks dapat dilihat pada Gambar 2.4. Metode evaluasi yang sering dilakukan pada penelitian peringkasan teks adalah metode intrinsik. Pendekatan dalam evaluasi intrinsik yang dilakukan adalah membandingkan hasil peringkasan sistem dengan ringkasan ideal. Ringkasan ideal dapat dibuat khusus oleh pakar atau dengan menggabungkan ringkasan-ringkasan yang dibuat oleh manusia menjadi sebuah ringkasan ideal.

13 19 Gambar 2.4 Taksonomi pengujian peringkasan teks Penelitian ini menggunakan metode evaluasi Recall-Oriented Understudy for Gisting Evaluation (ROUGE). ROUGE menghitung jumlah n-gram kata yang overlap antara ringkasan sistem dengan ringkasan referensi Adapun teknik penghitungan ROUGE-N antara sebuah ringkasan sistem dan sekumpulan ringkasan manual terdapat pada persamaan (2.7). (2.7) Dimana n adalah panjang dari n-gram, Count match (gram n ) adalah jumlah n- gram yang sama antara sebuah ringkasan sistem dan sebuah ringkasan referensi, Count(gram n ) adalah jumlah n-gram dalam ringkasan referensi. Tabel 2.6 menunjukkan contoh perhitungan ROUGE-N pada Document Understanding Conference 2003 (Lin, 2004). C1 adalah kalimat ringkasan sistem. R1 dan R2 adalah kalimat dalam sebuah ringkasan referensi. Asumsikan bahwa C1, R1 dan R2 sudah melewati proses text preprocessing. Ada 20 unigram, 19 bigram, 18 trigram, dan 17 4-gram token dari R1 dan R2 yang tercantum dalam kolom total. Kolom match adalah jumlah kecocokan dari setiap ringkasan referensi. Skor akhir adalah perbandingan antara nilai Match dengan Total. C1 : pulses may ease schizophrenic voices R1 : magnetic pulse series sent through brain may ease schizophrenic voices

14 20 R2 : yale finds magnetic stimulation some relief to schizophrenics imaginary voices Tabel 2.6 Contoh Perhitungan ROUGE n R1 R2 Match Total Score ROUGE 1 may, ease, schizophrenic, voices Voices ROUGE 2 may ease, ease schizophrenic, schizophrenic voices ROUGE 3 may ease schizophrenic, ease schizophrenic voices ROUGE 4 may ease schizophrenic, ease schizophrenic voices Studi awal dari Lin dan Hovy tahun 2003 (Steinberger & Jezek, 2009) menunjukkan bahwa evaluasi otomatis menggunakan versi unigram dari dari ROUGE-N, yaitu ROUGE-1 berkolerasi baik dengan evaluasi manusia berdasarkan berbagai statistik. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan evaluasi hasil ringkasan sistem dengan ROUGE Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan evaluasi atau perkembangan dunia komputer dalam bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence). Kemunculan algoritma genetika ini terinspirasi oleh teori Darwin dan teori-teori dalam ilmu biologi, sehingga banyak istilah dan konsep biologi yang digunakan dalam algoritma genetika, karena sesuai dengan namanya, proses-proses yang terjadi dalam algoritma genetika sama dengan apa yang terjadi pada evaluasi biologi. Algoritma genetika adalah algoritma pencarian yang berdasarkan pada mekanisme sistem natural yakni genetik dan seleksi alam. Pada dasarnya algoritma genetika adalah program komputer yang mensimulasikan proses evolusi, dengan menghasilkan kromosom-kromosom dari tiap populasi secara random dan memungkinkan kromosom tersebut berkembang biak sesuai dengan hukum-hukum evolusi yang nantinya diharapkan akan dapat menghasilkan kromosom prima atau yang lebih baik. Kromosom ini merepresentasikan solusi dari permasalahan yang diangkat, sehingga apabila kromosom yang baik tersebut

15 21 dihasilkan, maka diharapkan solusi yang baik dari permasalahan tersebut juga didapatkan Istilah dalam Algoritma Genetika Terdapat beberapa definisi penting dalam Algoritma Genetika yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Genotype (Gen), sebuah nilai yang menyatakan satuan dasar yang membentuk suatu arti tertentu dalam satu kesatuan gen yang dinamakan kromosom. Dalam algoritma genetika, gen ini bisa berupa biner, float, integer maupun karakter atau kombinatorial. 2. Allele, merupakan nilai dari gen. 3. Kromosom/Individu, merupakan gabungan gen-gen yang membentuk nilai tertentu dan menyatakan solusi yang mungkin dari suatu permasalahan. 4. Populasi, merupakan sekumpulan individu yang akan diproses bersama dalam satu siklus proses evolusi. 5. Generasi, menyatakan satu siklus proses evolusi atau satu iterasi di dalam algoritma genetika. 6. Fitness, menyatakan seberapa baik nilai dari suatu individu yang didapatkan Struktur Algoritma Genetika Algoritma genetika adalah algoritma pencarian hasil yang terbaik, yang didasarkan pada perkawinan dan seleksi gen secara alami. Kombinasi perkawinan ini dilakukan dengan proses acak (random). Dimana struktur gen hasil proses perkawinan ini, akan menghasilkan gen inovatif untuk diseleksi. Dalam setiap generasi, ciptaan buatan yang baru (hasil perkawinan), diperoleh dari bit-bit dan bagian-bagian gen induk yang terbaik. Tujuan dari algoritma genetika ini adalah menghasilkan populasi yang terbaik dari populasi awal. Sedangkan keuntungan dari algoritma genetika adalah sifat metode pencariannya yang lebih optimal, tanpa terlalu memperbesar ruang pencarian. Dalam menyusun suatu algoritma genetika menjadi program, maka diperlukan beberapa tahapan proses, yaitu proses pembuatan generasi awal, proses seleksi, proses crossover, proses mutasi dan pengulangan proses sebelumnya.

16 22 1) Pendefinisian Individu Pendefinisian individu merupakan proses pertama yang harus dilakukan dalam Algoritma Genetika yang menyatakan salah satu solusi yang mungkin dari suatu permasalahan yang diangkat. Pendefinisian individu atau yang biasa disebut juga merepresentasikan kromosom yang akan diproses nanti, dilakukan dengan mendefinisikan jumlah dan tipe dari gen yang digunakan dan tentunya dapat mewakili solusi permasalahan yang diangkat. Gen dapat direpresentasikan dalam bentuk: bit, bilangan real, string, daftar aturan, gabungan dari beberapa kode, elemen permutasi, elemen program atau representasi lainnya yang dapat diimplementasikan untuk operator genetika. 2) Membangkitkan Populasi Awal dan Kromosom Membangkitkan populasi awal adalah proses membangkitkan sejumlah individu atau kromosom secara acak atau melalui prosedur tertentu. Ukuran untuk populasi tergantung pada masalah yang akan diselesaikan dan jenis operator genetika yang akan diimplementasikan. Setelah ukuran populasi ditentukan, kemudian dilakukan pembangkitan populasi awal. Teknik yang digunakan dalam pembangkitan populasi awal adalah Random Generation. Dimana cara ini melibatkan pembangkitan bilangan random untuk nilai setiap gen sesuai dengan representasi kromosom yang digunakan. IPOP = round{random(nipop, Nbits)} (2.8) Dimana IPOP adalah gen yang nantinya berisi pembulatan dari bilangan random yang dibangkitkan sebanyak Nipop(jumlah populasi) X Nbits (jumlah gen dalam tiap kromosom). 3) Nilai Fitness Suatu individu dievaluasi berdasarkan suatu fungsi tertentu sebagai ukuran performansinya. Pada masalah optimasi, solusi yang akan dicari adalah memaksimumkan fungsi h (dikenal sebagai masalah maksimasi) sehingga nilai fitness yang digunakan adalah nilai dari fungsi h tersebut, yakni f = h

17 23 (di mana f adalah nilai fitness). Tetapi jika masalahnya adalah meminimalkan fungsi h (masalah minimasi), maka fungsi h tidak bisa digunakan secara langsung. Hal ini disebabkan adanya aturan bahwa individu yang memiliki nilai fitness tinggi lebih mampu bertahan hidup pada generasi berikutnya. Oleh karena itu nilai fitness yang dapat digunakan adalah f = 1/h, yang artinya semakin kecil nilai h, semakin besar nilai f. Tetapi hal ini akan menjadi masalah jika h bisa bernilai 0, yang mengakibatkan f bisa bernilai tak hingga. Untuk mengatasinya, h perlu ditambah sebuah bilangan yang dianggap kecil [0-1] sehingga nilai fitnessnya menjadi = 1/(h+1) dengan a adalah bilanga nyang kecil dan bervariansi [0-1] sesuai dengan masalah yang akan diselesaikan. 4) Proses Seleksi Operasi seleksi dilakukan dengan memperhatikan fitness dari tiap individu, manakah yang dapat dipergunakan untuk generasi selanjutnya. Seleksi ini digunakan untuk mendapatkan calon induk yang baik, semakin tinggi nilai fitnessnya maka semakin besar juga kemungkinan individu tersebut terpilih. Terdapat beberapa macam cara seleksi untuk mendapatkan calon induk yang baik. Metode seleksi yang umumnya digunakan adalah roulette wheel. Cara kerja metode ini adalah sebagai berikut: a. Hitung total fitness semua individu (fi dumana I adalah individu ke-1 sampak ke-n). b. Hitung probabilitas seleksi masing-masing individu. (2.9) c. Dari probabilitas tersebut, dihitung jatah interval masing-masing individu pada angka 0 sampai 1. d. Bangkitkan bilangan random antara 0 sampai 1. e. Dari bilangan random yang dihasilkan tentukan urutan untuk populasi baru hasil proses seleksi, (2.10)

18 24 Dimana C adalah nilai komulatif probabilitas, R adalah nilai random dari roulette-wheel dan K adalah iterasi kromosom. 5) Pindah Silang (Crossover) Sebuah kromosom yang mengarah pada solusi yang baik dapat diperoleh dari proses memindah-silangkan dua buah kromosom. Pindah silang hanya bisa dilakukan dengna suatu probabilitas crossover, artinya pindah silang bisa dilakukan hanya jika suatu bilangan random yang dibangkitkan kurang dari probabilitas crossover yang ditentukan. Pada umumnya probabilitas tersebut diset mendekati 1. Pindah silang yang paling sederhana adalah pindah silang satu titik potong (one-point crossover). Suatu titik potong dipilih secara acak (random), kemudian bagian pertama dari parent 1 digabungkan dengan bagian kedua dari parent 2. Pada crossover satu titik, posisis crossover k (k-1,2,..n-1) dengan N merupakan panjang kromosom yang diseleksi secara random. Contoh: = Kromosom yang idjadikan induk dipilih secara acak dan jumlah kromosom yang mengalami crossover dipengaruhi oleh parameter crossover_rate (pc). Pseudo-code untuk proses crossover adalah: begin k 0; while (k<populasi) do R[k] random(0-1); if ( R[k] < pc ) then select Chromosome[k] as parent; end; k = k + 1; end; end; 6) Mutasi

19 25 Mutasi merupakan proses mengubah nilai dari satu atau beberapa gen dalam suatu kromosom. Mutasi ini berperan untuk menggantikan gen yang hilang dari populasi akibat seleksi yang memungkinkan munculnya kembali gen yang tidak muncul pada inisialisasi populasi. Metode mutasi yang digunakan adalah mutasi dalam pengkodean nilai. Proses mutasi dalam pengkodean nilai dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan memilih sembarang posisi gen pada kromosom, nilai yang ada tersebut kemudian dirubah dengan suatu nilai tertentu yang diambil secara acak. Jumlah kromsom yang mengalami mutasi dalam satu populasi ditentukan oleh parameter mutation_rate. Untuk memilih posisi gen yagn mengalami mutasi dilakukan dengan cara membangkitkan bilangan integer acak antara 1 sampai total_gen. Kemudian tentukan berapa banyak mutasi yang terjadi dengan menentukan variable mutation_rate (pm) dari total gen yang mengalami populasi. Maka nilai gen pada posisi tersebut diganti dengan bilangan acak. 7) Offspring Offspring merupakan kromosom baru yang dihasilkan setelah melalui proses-proses sebelumnya. Kemudian pada offspring tersebut dihitung nilai fitnessnya apakah sudah optimal atau belum, jika sudah optimal berarti offspring tersebut merupakan solusi optimal, tetapi jika belum optimal maka akan diseleksi kembali, begitu seterusnya sampai terpenuhi kriteria berhenti. Beberapa kriteria berhenti yang sering digunakan antara lain : 1. Berhenti pada generasi tertentu. 2. Berhenti setelah dalam beberapa generasi berturut-turut didapatkan nilai fitness tertinggi tidak berubah. 3. Berhenti bila dalam n generasi berikut tidak didapatkan nilai fitness yang lebih tinggi.

20 Model Pengembangan Waterfall Model waterfall merupakan model proses klasik yang bersifat sistematis, berurutan dari satu tahap ke tahap lain dalam membangun software (Sommerville 2011). Model SDLC waterfall sering disebut model sekuensial linier (sequential linear) atau alur hidup klasik (classic life cycle). Model waterfall menyediakan pendekatan alur hidup perangkat lunak secara terurut. Model ini mengusulkan sebuah pendekatan kepada pengembangan software yang sistematik dan sekuensial yang mulai dari tingkat kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, pengkodean, pengujian, dan tahap penerapan atau pemeliharaan program. Model waterfall memiliki tahapan tahapan dalam prosesnya, setiap tahapan tersebut harus diselesaikan sebelum berlanjut ke tahap berikutnya. Ilustrasi model waterfall terdapat pada gambar 2.5. Gambar 2.5 Ilustrasi Model Waterfall Berikut merupakan tahapan-tahapan dalam model proses SDLC: 1. Analisis Kebutuhan Proses pengumpulan kebutuhan dilakukan secara intensif untuk mespesifikasikan kebutuhan perangkat lunak agar dapat dipahami perangkat lunak seperti apa yang dibutuhkan user.

21 27 2. Desain Sistem Desain perangkat memfokus pada desain pembuatan program perangkat lunak termasuk struktur data, arsitektur, representasi antarmuka, dan prosedur pengkodean. Tahap ini mentranslasi kebutuhan perangkat lunak dari tahap analisis kebutuhan ke representasi desain agar dapat mengimplementasikan menjadi program pada tahap selanjutnya. 3. Implementasi pada Kode Program Selama tahap ini, perancangan perangkat lunak direalisasikan sebagai serangkaian program atau unit program. Unit pengujian melibatkan verifikasi bahwa setiap unit memenuhi spesifikasinya. 4. Pengujian Program Pengujian fokus pada perangkat lunak direalisasikan sebagai serangkaian program atau unit program. Unit pengujian melibatkan verifikasi bahwa setiap unit memenuhi spesifikasinya. 5. Penerapan dan Pemeliharaan Tahap penerapan sistem meliputi penerapan sistem pada dunia yang nyata, dimana user langsung menggunakan dan menilai sistem apakah sudah memenuhi kebutuhan. Pemeliharaan meliputi kesalahan pengujian yang tidak ditemukan pada awal tahap siklus hidup, meningkatkan implementasi unit sistem dan meningkatkan pelayanan sistem sebagai kebutuhan baru ditemukan. Tahap pemeliharaan dapat mengulangii proses pengembangan yang ada tetapi tidak untuk membuat perangkat lunak baru. 2.9 Functional Decomposition Diagram (FDD) Functional Decomposition Diagram atau disingkat dengan istilah FDD merupakan sebuah representasi top-down (disajikan dalam bentuk hirarki) dari sebuah fungsi atau proses dari suatu sistem (Rosenblatt, 2013:140). Menurut Rosenblatt dengan menggunakan FDD, suatu analis sistem dapat menunjukkan proses bisnis dan memecahnya kembali menjadi beberapa tingkatan fungsi atau proses yang lebih detail yang hampir mirip dengan sebuah struktur organisasi.

22 Data Flow Diagram (DFD) Menurut Rosenblatt (2014) DFD merupakan sebuah diagram yang merepresentasikan bagaimana suatu sistem menyimpan, memproses dan mentransformasi suatu data. Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks merupakan level tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem. Diagram konteks akan memberi gambaran tentang keseluruhan sistem. Sistem dibatasi oleh boundary (dapat digambarkan dengan garis putus). Dalam diagram konteks hanya ada satu proses. Tidak boleh ada store dalam diagram konteks. Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem, yang penggunaannya sangat membantu untuk memahami sistem secara logika, terstruktur dan jelas. DFD merupakan alat bantu dalam menggambarkan atau menjelaskan proses kerja suatu sistem. DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik di mana data tersebut mengalir (misalnya lewat telepon, surat dan sebagainya) atau lingkungan fisik di mana data tersebut akan disimpan (misalnya file kartu, microfiche, harddisk, tape, diskette dll). DFD merupakan alat yang digunakan pada metodologi pengembangan sistem yang terstruktur (structured analysis and design) 2.11 Pengujian Black Box Pengujian kotak hitam atau black box testing adalah jenis pengujian perangkat lunak yang dapat dilakukan ketika tidak memiliki kode sumber, hanya memiliki program hasil eksekusi kode tersebut. Situasi ini terjadi di beberapa titik dalam proses pembangunan suatu perangkat lunak. Sekelompok penguji, pengguna akhir, pakar bisnis dan pengembang adalah tim terbaik untuk melakukan pengujian jenis ini. Pengguna akhir memberikan kontribusi

23 29 Gambar 2.6 Simbol-simbol pada DFD pengetahuan substansial tentang perilaku yang tepat yang diharapkan dari perankat lunak. Pengembang memberikan kontribusi pengetahuan seubstansial tentang perilaku bisnis seperti yang diterapkan dalam perangkat lunak. Pengujian kotak hitam dengan pengguna akhir juga disebut sebagai pengujian perilaku karena pada pengujian ini menguji seluruh fungsi yang seharusnya dimiliki perangkat lunak dapat berfungsi sebagaimana mestinya Tinjauan Studi Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai peringkasan teks otomatis, algoritma genetika antara lain: 1. Genetic Algorithm Based Sentence Extraction for Text Summarization, (Suanmali et al, 2009). Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi ringkasan dengan memberikan nilai untuk setiap fitur kalimat yang dimiliki menggunakan Genetic Algorithm (GA). Penelitian menggunakan data dokumen berbahasa Inggris dari Document Understanding Conference (DUC) Terdapat delapan fitur kalimat yang digunakan yaitu title feature, sentence length, features weight, sentence position, sentence to sentence similarity, proper noun, thematic word dan numerical data. Genetic Algorithm untuk training dokumen demi menentukan bobot sentence features. Penelitian ini menggunakan pengujian dengan perhitungan ROUGE-1 dan menghasilkan akurasi sebesar 46,47%.

24 30 2. Sistem Peringkasan Dokumen Berita Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Regresi Logistik Biner (Marlina, 2012). Pada penelitian ini dilakukan peringkasan teks dengan metode regresi logistik biner untuk menganalisis beberapa faktor dengan sebuah variabel yang bersifat biner. Penelitian menggunakan dokumen yang berasal dari dokumen berita online harian Kompas yang didapat dari korpus penelitian Ridha (2002). Penelitian menggunakan evaluasi koefisien dice menghasilkan akurasi sebesar 42,84% pada rasio ringkasan 30%. Cara menghitung koefisien dice ditunjukkan pada persamaan (2.11) Dimana x merupakan banyaknya kalimat yang dihasilkan sistem dan y merupakan banyaknya kalimat yang diringkas secara manual. 3. Peringkas Dokumen Berbahasa Indonesia Berbasis Kata Benda dengan BM25 (Rivaldi 2013). Penelitian ini mengembangkan peringkasan teks berdasarkan kata benda. Penelitian menggunakan fitur cosine similarity, content overlap, dan Okapi BM25. Data yang digunakan adalah data dokumen penelitian Ridha (2002). Penelitian menggunakan evaluasi koefisien dice. Hasil rata-rata pengujian ringkasan sistem menunjukkan 44%.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kata Pengertian kata secara sederhana adalah sekumpulan huruf yang mempunyai arti. Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) pengertian kata adalah unsur bahasa yang diucapkan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku merupakan media informasi yang memiliki peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, karena dengan buku kita dapat memperoleh banyak informasi, pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian awal dalam bidang automatic text summarization dimulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian awal dalam bidang automatic text summarization dimulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian awal dalam bidang automatic text summarization dimulai dengan pembuatan metode term frequency oleh Luhn pada tahun 1958. Metode ini berasumsi bahwa frekuensi kata di

Lebih terperinci

PERINGKASAN TEKS OTOMATIS DOKUMEN BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA GENETIKA LEMBAR JUDUL KOMPETENSI REKAYASA PERANGKAT LUNAK SKRIPSI

PERINGKASAN TEKS OTOMATIS DOKUMEN BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA GENETIKA LEMBAR JUDUL KOMPETENSI REKAYASA PERANGKAT LUNAK SKRIPSI PERINGKASAN TEKS OTOMATIS DOKUMEN BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA GENETIKA LEMBAR JUDUL KOMPETENSI REKAYASA PERANGKAT LUNAK SKRIPSI LUH GEDE PUTRI SUARDANI NIM. 1208605018 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Korpus Data korpus berisi berita-berita nasional berbahasa Indonesia dari tanggal 11 Maret 2002 sampai 11 April 2002. Berita tersebut berasal dari berita online harian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Text Mining Text Mining merupakan penerapan konsep dan teknik data mining untuk mencari pola dalam teks, proses penganalisaan teks guna menemukan informasi yang bermanfaat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan informasi yang semakin banyak menjadikan ringkasan sebagai kebutuhan yang sangat penting (Mulyana, 2010). Menurut (Hovy, 2001) Ringkasan merupakan teks

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia

Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia Aristoteles Jurusan Ilmu Komputer FMIPA Universitas Lampung aristoteles@unila.ac.id Abstrak.Tujuan penelitian ini adalah meringkas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tahap pengumpulan data Data awal dalam penelitian ini adalah dokumen berupa artikel teks berita online dalam bahasa Indonesia yang dikumpulkan secara acak dari portal

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan melalui empat tahap utama, dimana

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan melalui empat tahap utama, dimana BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan melalui empat tahap utama, dimana tahap pertama adalah proses pengumpulan dokumen teks yang akan digunakan data training dan data testing. Kemudian

Lebih terperinci

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Cosine Similarity Secara umum, fungsi similarity adalah fungsi yang menerima dua buah objek dan mengembalikan nilai kemiripan (similarity) antara kedua objek

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) merupakan pembuatan rangkuman dari sebuah sumber teks secara

Lebih terperinci

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Text mining

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Text mining BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Text mining Text mining adalah proses menemukan hal baru, yang sebelumnya tidak diketahui, mengenai informasi yang berpotensi untuk diambil manfaatnya dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

SISTEM TEMU BALIK INFORMASI

SISTEM TEMU BALIK INFORMASI SISTEM TEMU BALIK INFORMASI Algoritma Nazief dan Adriani Disusun Oleh: Dyan Keke Rian Chikita Agus Dwi Prayogo 11/323494/PA/14356 11/323813/PA/14362 11/323856/PA/14367 PRODI S1 ILMU KOMPUTER JURUSAN ILMU

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca adalah salah satu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan intisari dari sebuah teks, misalnya teks berita. Untuk mendapatkan intisari dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berita pada media massa online bertambah banyak setiap waktu karena selalu ada sesuatu yang patut untuk diberitakan kepada khalayak. Hal ini membuat pembaca harus menyiapkan

Lebih terperinci

Denny Hermawanto

Denny Hermawanto Algoritma Genetika dan Contoh Aplikasinya Denny Hermawanto d_3_nny@yahoo.com http://dennyhermawanto.webhop.org Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Information Retrieval Perkembangan teknologi internet yang sangat pesat membuat pengguna harus dapat menyaring informasi yang dibutuhkannya. Information retrieval atau sistem

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN 3.1 GAMBARAN UMUM PROSES SEGMENTASI DOKUMEN

BAB 3 PERANCANGAN 3.1 GAMBARAN UMUM PROSES SEGMENTASI DOKUMEN 28 BAB 3 PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai rancangan percobaan pada penelitian segmentasi dokumen ini. Pembahasan akan dimulai dengan penjelasan mengenai gambaran umum proses segmentasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jadwal Jadwal merupakan pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja, daftar atau rencana kegiatan dengan pembagian waktu pelaksanaan terperinci, sedangkan penjadwalan

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Siklus RCGA 2. Alternatif Operator Reproduksi pada Pengkodean Real 3. Alternatif Operator Seleksi 4.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Crawler Definisi Focused Crawler dengan Algoritma Genetik [2]

BAB II DASAR TEORI Crawler Definisi Focused Crawler dengan Algoritma Genetik [2] BAB II DASAR TEORI Pada bab ini dibahas teori mengenai focused crawler dengan algoritma genetik, text mining, vector space model, dan generalized vector space model. 2.1. Focused Crawler 2.1.1. Definisi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA STEMMING PORTER DENGAN ALGORITMA NAZIEF & ADRIANI UNTUK STEMMING DOKUMEN TEKS BAHASA INDONESIA

PERBANDINGAN ALGORITMA STEMMING PORTER DENGAN ALGORITMA NAZIEF & ADRIANI UNTUK STEMMING DOKUMEN TEKS BAHASA INDONESIA PERBANDINGAN ALGORITMA STEMMING PORTER DENGAN ALGORITMA NAZIEF & ADRIANI UNTUK STEMMING DOKUMEN TEKS BAHASA INDONESIA Ledy Agusta Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana ledyagusta@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS MASALAH DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS MASALAH DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS MASALAH DAN PERANCANGAN 3.1 State of the Art Pada penelitian sebelumnya sudah ada yang menggunakan metode Stemming untuk preprocessing text dalam mengolah data pelatihan dan data uji untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Informasi, Information Retreival, Ant Colony Optimization, Graph, Fitur dokumen. vii

ABSTRAK. Kata kunci : Informasi, Information Retreival, Ant Colony Optimization, Graph, Fitur dokumen. vii ABSTRAK Untuk mendapatkan sebuah informasi pada saat ini sangatlah mudah. Dengan adanya internet orang dengan mudah untuk berbagi informasi. Informasi yang dibagikan biasanya dalam bentuk dokumen, artikel,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Rekomendasi Sistem rekomendasi adalah sebuah sistem yang dibangun untuk mengusulkan informasi dan menyediakan fasilitas yang diinginkan pengguna dalam membuat suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimental dimana metode ini bekerja dengan memanipulasi dan melakukan kontrol pada objek penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10: BAB III PERANCANGAN Pada bagian perancangan ini akan dipaparkan mengenai bagaimana mencari solusi pada persoalan pencarian rute terpendek dari n buah node dengan menggunakan algoritma genetika (AG). Dari

Lebih terperinci

Pemanfaatan Aljabar Vektor Pada Mesin Pencari

Pemanfaatan Aljabar Vektor Pada Mesin Pencari Pemanfaatan Aljabar Vektor Pada Mesin Pencari Anwar Ramadha 13514013 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu hal utama untuk mendukung tubuh dalam melakukan berbagai aktifitas. Kandungan berbagai unsur penting dalam makanan seperti karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

1.5 Metode Penelitian

1.5 Metode Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan teknologi internet yang semakin maju ini kita dapat mengakses dokumen, buku dan majalah mulai dari bahasa asing sampai bahasa daerah yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN 4.1 Analisa Sistem Lama Pada sistem peringkasan dokumen sebelumnya sistem sudah bisa dijalankan namun masih adanya kekurangan pada sistem tersebut yaitu penginputan dokumen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan rangkaian dari langkah-langkah yang diterapkan dalam penelitian, secara umum dan khusus langkah-langkah tersebut tertera pada Gambar flowchart

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Related research Penelitian yang dilakukan oleh Abdel Fatah dan Fuji Ren membahas beberapa bentuk model pembobotan pada fitur teks pada peringkasan teks yaitu mathematical

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi. 5 Mulai HASIL DAN PEMBAHASAN Kromosom P = rand [0,1] Ya P < Pm R = random Gen(r) dimutasi Selesai Tidak Gambar 7 Diagram alur proses mutasi. Hasil populasi baru yang terbentuk akan dievaluasi kembali dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Bagus Priambodo Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana e- mail : bagus.priambodo@mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

PEMBOBOTAN FITUR PADA PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA ARISTOTELES

PEMBOBOTAN FITUR PADA PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA ARISTOTELES PEMBOBOTAN FITUR PADA PERINGKASAN TEKS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA ARISTOTELES SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Leonard Tambunan AMIK Mitra Gama Jl. Kayangan No. 99, Duri-Riau e-mail : leo.itcom@gmail.com Abstrak Pada saat ini proses penjadwalan kuliah

Lebih terperinci

Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika

Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika 1 Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika Zulkifli 1, Agung Toto Wibowo 2, Gia Septiana 3 123 Fakultas Informatika, Universitas Telkom, Bandung,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) Peringkasan Teks Otomatis (Automatic Text Summarization) merupakan pembuatan rangkuman dari sebuah sumber teks secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Perusahaan Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan pengadaan suku cadang computer. Dalam bidang tersebut diharuskan berbadan hukum PD,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Klasifikasi Klasifikasi merupakan suatu pekerjaan menilai objek data untuk memasukkannya ke dalam kelas tertentu dari sejumlah kelas yang tersedia. Dalam klasifikasi ada dua pekerjaan

Lebih terperinci

APLIKASI PENENTUAN KATA DASAR DARI KATA BERIMBUHAN PADA KALIMAT BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA STEMMING

APLIKASI PENENTUAN KATA DASAR DARI KATA BERIMBUHAN PADA KALIMAT BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA STEMMING APLIKASI PENENTUAN KATA DASAR DARI KATA BERIMBUHAN PADA KALIMAT BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA STEMMING Julianto Wibowo Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisimangaraja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki berbagai jenis media penyiaran seperti televisi dan radio dan media cetak seperti surat kabar, majalah dan tabloid. Namun, dengan kemajuan teknologi

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

BAB II LANDASDAN TEORI

BAB II LANDASDAN TEORI DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv LEMBAR KEASLIAN... v HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI... vi ABSTAKSI... vii ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pada saat sekarang ini, setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan lainnya, harus bisa membuat semua lini proses bisnis perusahaan tersebut

Lebih terperinci

Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika

Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 6481 1 Pembobotan Fitur Ekstraksi Pada Peringkasan Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Genetika Zulkifli 1, Agung Toto

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan sistematika tahap-tahap yang dilaksanakan dalam pembuatan tugas akhir. Adapun tahapan yang dilalui dalam pelaksanaan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin canggihnya teknologi di bidang komputasi dan telekomunikasi pada masa kini, membuat informasi dapat dengan mudah didapatkan oleh banyak orang. Kemudahan ini

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Text Mining Text mining merupakan suatu teknologi untuk menemukan suatu pengetahuan yang berguna dalam suatu koleksi dokumen teks sehingga diperoleh tren, pola, atau kemiripan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembaca ingin mendapatkan rangkuman suatu artikel dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembaca ingin mendapatkan rangkuman suatu artikel dengan cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam media internet artikel merupakan suatu kebutuhan dan pengetahuan. Pada umumnya pembaca ingin mendapatkan rangkuman suatu artikel dengan cepat tanpa membaca

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Peringkasan Teks Secara Otomatis Sering kali kita memerlukan ringkasan dari sebuah dokumen untuk dapat

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Peringkasan Teks Secara Otomatis Sering kali kita memerlukan ringkasan dari sebuah dokumen untuk dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Peringkasan Teks Secara Otomatis Sering kali kita memerlukan ringkasan dari sebuah dokumen untuk dapat memahami dengan cepat isi dari bacaan tersebut. Memahami isi bacaan melalui

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Penjadwalan adalah penempatan sumber daya (resource) dalam satu waktu. Penjadwalan mata kuliah merupakan persoalan penjadwalan yang umum dan sulit dimana tujuannya

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Twitter API Application Programming Interface (API) merupakan fungsi-fungsi/perintah-perintah untuk menggantikan bahasa yang digunakan dalam system calls dengan bahasa yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi yang sangat luas dan tidak terbatas merupakan sebuah bukti nyata bahwa informasi sangat diperlukan bagi pencari informasi [16]. Dengan munculnya

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Nia Kurnia Mawaddah Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Brawijaya, Malang 65145 Abstrak Penjadwalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sofa Sofa adalah kursi yang berlapis busa dengan penutup yang biasa disebut upholstery. Sofa berasal dari kata SOPHA yang berarti tempat tidur, atau tempat duduk dengan sandaran.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk menunjang kegiatan penelitian, dalam bab ini akan dijelaskan desain penelitian, metode penelitian yang digunakan, serta alat dan bahan penelitian. 3.1 Desain Penelitian

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN Eva Haryanty, S.Kom. ABSTRAK Komputer adalah salah satu peralatan yang pada saat ini banyak pula digunakan

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Kartina Diah KW1), Mardhiah Fadhli2), Charly Sutanto3) 1,2) Jurusan Teknik Komputer Politeknik Caltex Riau Pekanbaru Jl. Umban Sari No.1 Rumbai-Pekanbaru-Riau

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika Algoritma Genetika Pendahuluan Struktur Umum Komponen Utama Seleksi Rekombinasi Mutasi Algoritma Genetika Sederhana Referensi Sri Kusumadewi bab 9 Luger & Subblefield bab 12.8 Algoritma Genetika 1/35 Pendahuluan

Lebih terperinci

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS Hafid Hazaki 1, Joko Lianto Buliali 2, Anny Yuniarti 2

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Valuta Asing Valuta asing dapat diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam hukum ekonomi bila terdapat

Lebih terperinci

Sistem Temu Kembali Informasi pada Dokumen Teks Menggunakan Metode Term Frequency Inverse Document Frequency (TF-IDF)

Sistem Temu Kembali Informasi pada Dokumen Teks Menggunakan Metode Term Frequency Inverse Document Frequency (TF-IDF) Sistem Temu Kembali Informasi pada Dokumen Teks Menggunakan Metode Term Frequency Inverse Document Frequency (TF-IDF) 1 Dhony Syafe i Harjanto, 2 Sukmawati Nur Endah, dan 2 Nurdin Bahtiar 1 Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Text Mining

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Text Mining 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Text Mining Text Mining dapat juga diartikan sebagai penambangan data berupa teks yang bersumber dari dokumen untuk mencari karta-kata yang merupakan perwakilan isi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Rahmatulloh (2016). Penelitian yang berjudul Rancang Bangun Sistem Informasi Pencarian Benda Hilang Lost &

Lebih terperinci

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN Optimasi Penjadwalan Mata Kuliah Dengan Algoritma Genetika Andysah Putera Utama Siahaan Universitas Pembangunan Pancabudi Jl. Gatot Subroto Km. 4,5, Medan, Sumatra Utara, Indonesia andiesiahaan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa proses information retrieval dengan menggunakan cosine similarity dan analisa proses rekomendasi buku dengan menggunakan jaccard

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. untuk menampilkan ringkasan dari teks yang dimasukkan pengguna. Ringkasan

BAB III PEMBAHASAN. untuk menampilkan ringkasan dari teks yang dimasukkan pengguna. Ringkasan BAB III PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibuat sistem peringkasan teks. Sistem ini bertujuan untuk menampilkan ringkasan dari teks yang dimasukkan pengguna. Ringkasan yang ditampilkan adalah kalimat-kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, perbankan, perencanaan dan sebagainya. Dengan adanya teknologi komputer

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, perbankan, perencanaan dan sebagainya. Dengan adanya teknologi komputer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan teknologi komputer berpengaruh besar pada tingkat kebutuhan manusia di berbagai bidang seperti bidang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, akan dibahas landasan teori mengenai pendeteksian kemiripan dokumen teks yang mengkhususkan pada pengertian dari keaslian dokumen, plagiarisme, kemiripan dokumen, dan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM Poetri Lestari Lokapitasari Belluano poe3.setiawan@gmail.com Universitas Muslim Indonesia Abstrak Non Dominated Sorting pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mengacu pada latar belakang penelitian dan rumusan masalah serta tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Mengacu pada latar belakang penelitian dan rumusan masalah serta tujuan BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Metode Penelitian Mengacu pada latar belakang penelitian dan rumusan masalah serta tujuan penelitian maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA I Dewa Made Adi Baskara Joni 1, Vivine Nurcahyawati 2 1 STMIK STIKOM Indonesia, 2 STMIK STIKOM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Umum Optimasi Optimasi merupakan suatu cara untuk menghasilkan suatu bentuk struktur yang aman dalam segi perencanaan dan menghasilkan struktur yang

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA STEMMING NAZIEF & ADRIANI DAN SIMILARITY PADA PENERIMAAN JUDUL THESIS

PENERAPAN ALGORITMA STEMMING NAZIEF & ADRIANI DAN SIMILARITY PADA PENERIMAAN JUDUL THESIS PENERAPAN ALGORITMA STEMMING NAZIEF & ADRIANI DAN SIMILARITY PADA PENERIMAAN JUDUL THESIS Hafiz Ridha Pramudita Magister Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta Jl Ring road Utara, Condongcatur, Sleman,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data Mining Data mining adalah istilah yang digunakan untuk menemukan pengetahuan baru yang tersembunyi di dalam penyimpanan data yang berukuran besar. Data mining merupakan

Lebih terperinci