BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana merupakan suatu kejadian traumatis (McFarlane, 2005). Salah satu
|
|
- Fanny Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana merupakan suatu kejadian traumatis (McFarlane, 2005). Salah satu bencana dahsyat yang terjadi di Indonesia adalah letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai awal November 2010 yang mengakibatkan 242 warga Yogyakarta dan 97 warga Jawa Tengah meninggal dunia (BAPPENAS & BNPB, 2011). Walaupun bencana telah berlalu, namun dampak yang ditimbulkan masih dirasakan oleh para korban. Stresor pasca trauma bencana menyebabkan timbulnya gangguan jiwa yang dapat berlangsung hingga tahun ke depan (Pitaloka, 2005). Pada setting bencana, anak-anak berisiko tinggi mengalami gangguan kesehatan mental (Coffman, 1998). Mereka harus diberi perlindungan dan bantuan (Herrman, 2012) karena keterbatasan perkembangan, kurangnya keterampilan koping dan ketidakmampuan untuk memahami suatu kejadian. Pemikiran magis anak-anak dapat menyebabkan salah tafsir peristiwa dan mereka belum tentu memiliki kemampuan verbal untuk menggambarkan pengalaman tersebut (Coffman, 1998). Masalah perkembangan anak pada populasi normal di masyarakat adalah 10% dan akan meningkat ketika disertai dengan faktor risiko lain, salah satunya adalah bencana. Masalah stres pasca bencana akan meningkat dua kali lipat dan 30% korban mengalami masalah perkembangan emosi dan kesehatan yang menetap 1
2 2 hingga 2-3 tahun pasca bencana (Kar et al., 2007). Sebanyak 10-20% korban bencana akan mengalami masalah mental, seperti gangguan stres pasca-trauma (PTSD), depresi, panik dan kecemasan (Kurniawan, 2011). Pasca bencana, anak-anak prasekolah menunjukkan variasi gejala. Mereka mengalami flashback, menghindari hal-hal yang mengingatkan trauma, menjadi tidak responsif, berkurangnya minat pada hal-hal yang sebelumnya menarik perhatian, perasaan tidak ada masa depan, peningkatan gangguan tidur, iritabilitas, kurang konsentrasi, dan mudah kaget (National Institute of Mental Health, 2006). Gangguanlainnyameliputi reaksi perilaku menangis, menjerit, merintih, imobilitas, kebingungan, hiperaktif, penarikan diri (Kalayjian, 1994), menjaditakutgelap(lystad, 1985), gangguan nafsu makan, agresivitas, dan kecemasan berpisah (Speier, 2000). Kecemasan adalah salah satu gangguan kesehatan mental paling umum pada anak-anak (Chavira et al., 2004). Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi ke-4 kriteria (DSM-IV), bahwa sekitar 9-10% anak-anak prasekolah memiliki gangguan kecemasan (Egger & Angold, 2006). Prevalensi anak laki-laki dan perempuan relatif sama, tetapi menjadi lebih umum pada perempuan, dengan perbandingan 2:1 sampai 3:1 (Craske, 2003). Sekali seorang anak didiagnosis dengan gangguan kecemasan, anak akan berisiko mengalami gangguan yang sama dan kecemasan tambahan serta gangguan depresi (Beesdo et al., 2007). Anak prasekolah dengan gangguan kecemasan sering memiliki komorbiditas depresi, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas, gangguan oposisi
3 3 pemberontak (ODD), dan masalah lainnya (Egger & Angold, 2006). Penelitian Kurniawan (2011) memaparkan bahwa sebanyak 80 anak berusia 3-6 tahun yang mengalami gempa bumi Bantul memiliki risiko lebih tinggi 15,49 kali pada tahun kedua pasca bencana dan 6,55 kali pada tahun ketiga pasca bencana untuk mengalami masalah emosi dibanding daerah yang tidak terkena gempa bumi. Peningkatan risiko relatifnya sebesar 10,73 kali dibanding kontrol dan prevalensinya sebesar 20,6%. Masalah emosional anak-anak merupakan kombinasi dari kecemasan dan perilaku merusak dan menentang. Anak-anak sangat sensitif dan menghadapi trauma dengan respon emosional yang berbeda-beda serta sulit untuk pulih dari pengalaman yang menakutkan sehingga memerlukan dukungan yang efektif dari orang tua, guru, dan lingkungan (National Institute of Mental Health, 2006). Masalah emosional pada anak dapat ditangani dengan treatment psikososial. Treatment psikososial untuk gangguan kecemasan pada anak menyimpan dukungan empiris yang kuat bagi anak (Silverman et al., 2008). Salah satu pendekatan kesehatan mental yang efektif untuk mengurangi kecemasan adalah bermain (Althy, 2005). Bermain menjadi salah satu intervensi yang tepat bagi anak-anak prasekolah pasca bencana (Lystad, 1985). Bermain secara berkelompok merupakan proses psikososial anak belajar dari diri sendiri dan orang lain dengan menempa hubungan satu sama lain pada ruang bermain (Jones, 2002). Tujuannya adalah untuk membantu anak berpartisipasi dalam belajar, mendapatkan rasa tanggung jawab, mengendalikan emosi, menunjukkan rasa hormat, penerimaan diri dan menerima orang lain, meningkatkan
4 4 keterampilan sosial dan harga diri, serta mengurangi depresi (Baggerly & Parker, 2005). Bermain berkelompok dapat mengurangi gangguan separation anxiety pada anak (Shoaakazemi et al., 2012). Permainan berbasis kearifan budaya lokal dapat menjadi salah satu sarana bermain kelompok bagi anak-anak. Nilai terapeutik yang terkandung dalam permainan ini sangat baik untuk kesehatan mental, yaitu: membantu anak mengkomunikasikan perasaannya secara efektif dengan cara alami, melatih pengendalian diri dan konsentrasi, serta menurunkan kecemasan. Prosedur permainannya memberi kesempatan pada anak untuk belajar rileks sehingga kecemasan berkurang (Iswinarti, 2010). Permainan berbasis kearifan budaya lokal membangkitkan semangat hidup akibat himpitan konflik, bencana alam, dan menurunkan depresi (Sumarni, 2012). Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan Juli 2013 terhadap 8 warga Huntap Pagerjurang bahwa banyak anak prasekolah yang bertempat tinggal di huntap dan bersekolah di TK PKK Kuncup Mekar Desa Kepuharjo. Menurut keterangan dari 4 guru di TK PKK Kuncup Mekar bahwa terdapat kurang lebih 15 orang tua wali siswa yang masih mendampingi anak di sekolah. Kemudian, untuk uji validitas dan reliabilitas instrumen, peneliti telah mewawancarai 3 guru di TK ABA Jetis Desa Argomulyo, bahwa juga masih banyak peserta didik yang masih ditunggu oleh pengasuh di sekolah. Selanjutnya, peneliti melakukan studi pendahuluan pada bulan Desember 2013 terhadap Kepala Dusun Pelemsari Huntap Karangkendal dan 5 warga setempat, bahwa anak prasekolah yang tinggal di Huntap Karangkendal bersekolah di TK ABA
5 5 Balong. Peneliti mendapatkan informasi dari 6 guru TK ABA Balong Desa Umbulharjo yang menyatakan bahwa masih terdapat kurang lebih 13 orang tua wali siswa yang mendampingi anak di sekolah. Relokasi warga Desa Kepuharjo dan Desa Umbulharjo ke huntap disebabkan dampak awan panas erupsi Merapi, sementara relokasi warga Desa Argomulyo karena terjangan banjir lahar dingin erupsi Merapi yang melintasi Sungai Gendol. Sesuai dengan pernyataan National Institute of Mental Health (2006) bahwa stressor kehidupan yang sedang berlangsung seperti relokasi sangat mempengaruhi kondisi psikis seseorang. Guru dan orang tua mengeluhkan perubahan perilaku anak-anak setelah erupsi Merapi, seperti menjadi lebih agresif terutama anak laki-laki, nakal, sensitif, mudah menangis, tidak sabar, susah diatur, dan menjadi lengket dengan orang tua. Beberapa anak tidak berangkat sekolah karena orang tua tidak dapat mengantar atau menunggu anak di sekolah. Pasca bencana, respon cemas orang tua dan dewasa sangat mempengaruhi respon cemas anak (National Institute of Mental Health, 2006). Orang tua dan anak masih terngiang-ngiang erupsi Merapi. Saat mendung, listrik mati, hujan deras, petir dan angin, mereka khawatir Gunung Merapi erupsi. Ketika cuaca mendung, seorang siswa TK Kuncup Mekar tiba-tiba menangis ketakutan, memanggil orangtuanya dan ingin pulang. Perawat terlibat dalam semua fase perawatan pasca bencana, dari rencana preimpact sampai postimpact. Dengan memahami respon karakteristik dan unik terhadap bencana, perawat dapat memberikan intervensi kesehatan mental yang efektif (Coffman, 1998). Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian
6 6 berjudul Pengaruh Permainan Berbasis Kearifan Budaya Lokal terhadap Kecemasan Siswa Taman Kanak-kanak di Hunian Tetap Cangkringan Sleman. B. Rumusan Masalah Gangguan kecemasan anak-anak prasekolah yang tinggal di daerah pasca bencana merupakan suatu permasalahan psikologis yang jika tidak ditangani maka akan menjadi gangguan menetap yang dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak menuju tahap tumbuh kembang selanjutnya. Penelitian tentang pengaruh permainan berbasis kearifan budaya lokal terhadap kecemasan pada siswa TK di Hunian Tetap Cangkringan Sleman penting untuk dilakukan. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan berbasis kearifan budaya lokal terhadap kecemasan siswa TK di Huntap Cangkringan, Sleman. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui perbedaan perubahan nilai rerata kecemasan siswa TK di Huntap Cangkringan sebelum dan setelah pemberian permainan berbasis kearifan budaya lokal pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. b. Mengetahui perubahan perbedaan nilai rerata kecemasan siswa TK berdasarkan aspek-aspek kecemasan di Huntap Cangkringan sebelum dan
7 7 setelah adanya pemberian permainan berbasis kearifan budaya lokal terhadap kelompok intervensi dan kelompok kontrol. c. Mengetahui perubahan perbedaan nilai rerata kecemasan siswa TK berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan di Huntap Cangkringan sebelum dan setelah adanya pemberian permainan berbasis kearifan budaya lokal terhadap kelompok intervensi dan kelompok kontrol. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Institusi pemerintah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan bagi pemerintah daerah, khususnya Dinas Kesehatan untuk memperhatikan kecemasan terkait dengan tumbuh kembang kejiwaan anak prasekolah dan Dinas Pendidikan agar dapat mengimplementasikan kebijakan terkait mengangkat kearifan lokal sebagai bahan pembelajaran di sekolah sehingga dapat memberikan tindakan dan pelayanan yang tepat. 2. Profesi keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang penurunan kecemasan dengan intervensi permainan berbasis kearifan budaya lokal, khususnya di daerah pasca bencana. Selain itu, perawat dapat melakukan deteksi dini terhadap gangguan kecemasan pada anak-anak prasekolah dan mencegah terjadinya gangguan yang lebih berat.
8 8 3. Masyarakat (pihak TK dan orang tua wali siswa) Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang permainan berbasis kearifan budaya lokal, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap gangguan kecemasan pada anak-anak prasekolah sehingga masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak prasekolah khususnya yang berada di daerah pasca bencana. E. Keaslian Penelitian 1. Pengaruh Dramatic Play di Sekolah terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Sumberadi Mlati Sleman oleh Sari (2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dramatic play terhadap kecemasan anak prasekolah di TK Pertiwi Sumberadi, Mlati, Sleman. Jenis penelitian adalah quasi experiment dengan rancangan one group pretest and posttest design. Instrumen yang digunakan adalah Spence Preschool Anxiety Scale yang telah diuji validitas dengan rumus Pearson Product Moment dan uji reliabilitas dengan rumus Alpha. Pemilihan 30 responden anak-anak menggunakan metode purposive sampling. Analisa data menggunakan uji paired t test. Hasilnya adalah dramatic play yang dilakukan selama 2 sesi berpengaruh secara signifikan terhadap kecemasan anak-anak prasekolah. Aspek yang dinilai dan nilai signifikansinya adalah kecemasan perpisahan (0,023), perilaku menghindar/ kecemasan sosial (0,019), ketakutan terhadap cedera tubuh (0,011), kecemasan menyeluruh (0,017) dan perilaku obsesif kompulsif (0,194).
9 9 Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian, intrumen SPAS, lokasi penelitian dan jenis intervensi. Sari (2010) menggunakan jenis penelitian pre-experiment dengan rancangan one group pretest and posttest design, sedangkan peneliti menggunakan quasi-experiment dengan rancangan pretest and posttest control group design. Sari (2010) menggunakan SPAS dengan modifikasi, sedangkan peneliti mengadopsi SPAS sesuai dengan aslinya dan akan melakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Sari (2010) melakukan penelitian pada setting populasi normal di masyarakat, sedangkan peneliti pada setting pasca bencana. Sari (2010) memberikan intervensi dramatic play, sedangkan peneliti akan memberikan intervensi permainan berbasis kearifan budaya lokal. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel kecemasan pada anak prasekolah. 2. Kecemasan Murid Baru pada Awal Masuk Taman Kanak-kanak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Reksoniten Surakarta oleh Rahayu (2003). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan dan faktorfaktor yang mempengaruhi kecemasan murid baru saat awal masuk TK. Metode penelitian ini adalah dekripsi dengan pendekatan cross sectional, sampel penelitian semua murid baru TK pada awal masuk sekolah di TK ABA Reksoniten Surakarta (20 anak). Pengumpulan data melalui data primer yaitu observasi langsung terhadap respon kecemasan anak dan data sekunder yaitu karakteristik anak yang diperoleh dari sekolah serta kuesioner yang diisi orang tua murid. Analisis data yang digunakan adalah chi square. Instrumen yang
10 10 digunakan adalah pedoman observasi Kurikulum tahun 1994 dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0125/ U/ 1994, diisi oleh wali murid. Hasilnya adalah terdapat 7 faktor yang diteliti yaitu: faktor umur, jenis kelamin, pekerjaan orang tua (ibu), pendidikan orang tua (ayah dan ibu), posisi anak di keluarga, dan pernah masuk TK/ playgroup. Faktor yang paling signifikan dalam mempengaruhi kecemasan murid baru pada awal masuk TK adalah faktor umur dengan nilai p=0,003. Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian, instrumen dan lokasi. Penelitian Rahayu (2003) menggunakan metode dekripsi dengan pendekatan cross sectional, sedangkan peneliti menggunakan quasi-experimental. Rahayu (2003) meneliti tentang tingkat kecemasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan murid baru saat awal masuk TK, sedangkan peneliti akan memberikan intervensi permainan berbasis kearifan budaya lokal. Rahayu (2003) menggunakan pedoman observasi Kurikulum tahun 1994 dan Keputusan Menteri yang mempunyai gangguan kecemasan berdasarkan alat ukur CSI-4 (Child Symptom Inventory-4) parent checklist, mereka secara acak dibagi menjadi 3 kelompok: kelompok clay therapy, kelompok narrative therapy, dan kelompok kontrol yang tidak diberi intervensi. Kelompok clay therapy dan narrative therapy diberi 10 sesi dan setiap sesi berdurasi 60 menit selama 5 minggu. Terapi dilaksanakan 1 minggu setelah orang tua wali murid mengisi pretest. Posttest dilaksanakan 5 hari setelah diadakan intervensi. Hasil pengukuran menggunakan tes Scheffe menunjukkan bahwa kelompok terapi naratif (M= 2.83, SD= 0.70) berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol (M= -0.7, SD= 1.05), dan
11 11 kelompok terapi bermain tanah liat (M= 3.63, SD= 1.46) juga berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol. Tidak ada perbedaan secara signifikan antara kelompok narrative therapy dengan clay therapy. Perbedaan dengan penelitian ini adalah instrumen penelitian dan jenis intervensi. Rahmani dan Moheb (2010) menggunakan ceklist orang tua CSI-4 untuk menilai anak-anak prasekolah yang mempunyai gangguan kecemasan dan tes Scheffe untuk membandingkan nilai setiap kelompok, sedangkan peneliti menggunakan instrumen SPAS Parent Report (Spence et.al, 2001). Rahmani dan Moheb (2010) memberikan intervensi berupa clay therapy dan narrative therapy, sedangkan peneliti akan memberikan intervensi permainan berbasis kearifan budaya lokal. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel kecemasan pada anak prasekolah dan metode pretest and posttest control group design. 3. Pengaruh Humor Permainan Kearifan Budaya Lokal terhadap Kualitas Tidur pada Lanjut Usia dengan Depresi di Huntara Gondang I Sleman Yogyakarta oleh Werdiningsih (2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh humor permainan kearifan budaya lokal terhadap kualitas tidur lansia dengan depresi di Huntara Gondang I Sleman Yogyakarta. Jenis penelitian adalah quasi-experimental dengan rancangan pre-test and post-test control group design. Sampel berjumlah 40 orang pada kelompok intervensi dan 40 orang pada kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan adalah Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) dan analisis data menggunakan uji parametris t-test. Hasilnya ada pengaruh humor permainan kearifan budaya lokal terhadap kualitas tidur lansia dengan depresi ditunjukkan
12 12 dengan perbedaan skor PSQI signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol. Sebelum intervensi, skornya adalah 7,58±3,456 pada kelompok intervensi dan 8,30±3,204 pada kelompok kontrol. Setelah intervensi skornya adalah 6,70±3,911 (p=0,000) pada kelompok intervensi dan 8,50±2,926 (p=0,323) pada kelompok kontrol. Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian, responden lansia, dan instrumen yang digunakan. Persamaan dengan penelitian ini adalah jenis intervensi yang diberikan dan setting pasca bencana.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan dampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana merupakan suatu kejadian alam, buatan manusia, atau perpaduan antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan dampak negatif yang dahsyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang. muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan
BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Secara geologis letak wilayah Indonesia yang dilalui oleh jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ibu menjadi 102 per kelahiran hidup. Pembangunan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2014 salah satunya adalah menurunnya kematian bayi menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Menurut Undang Undang No.13 Tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada usia ini sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak adalah individu yang masih memiliki ketergantungan pada orang dewasa dan lingkungan sekitarnya, anak memerlukan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Individu pasti akan mengalami proses penuaan (ageing process) yaitu proses yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu (Tamher & Noorkasiani, 2009). Individu pasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu, gelisah yang dapat menimbulkan ketegangan fisik yang tinggi. Hal ini ditimbulkan sebagai reaksi
Lebih terperinciPENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK
PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis
Lebih terperinciPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016
PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DUSUN JELAPAN SINDUMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: INDAH RESTIANI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian. A. Latar belakang Rumah sakit adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan merupakan hal yang diharapkan dari setiap pasangan suami istri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan hal yang diharapkan dari setiap pasangan suami istri. Kehamilan merupakan sebuah peristiwa besar bagi wanita dan keluarga. Kehamilan yang sehat,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan kepulauan Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng bumi dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan curah hujan yang relatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilintasi oleh jalur api (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan Australia. Letak wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Goals (MDGs) dengan indikator menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan maternal adalah salah satu indikator Millennium Development Goals (MDGs) dengan indikator menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien karena akan muncul berbagai kemungkinan masalah dapat terjadi yang akan membahayakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
DAFTAR LAMPIRAN 1. Peta Lokasi Huntap Komunal Di Kecamatan Cangkringan, Sleman 2. Peta Persil Huntap Banjarsari, Desa Glagahharjo, Kecamatan Cangkringan 3. Peta Persil Huntap Batur, Desa Kepuhharjo, Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India dan USA. Peningkatan jumlah lansia di negara maju relatif lebih cepat
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan
Lebih terperinciKebijakan Kesehatan Jiwa Paska Bencana: Terapi Pemberdayaan Diri Secara Kelompok Sebagai Sebuah Alternatif
Kebijakan Kesehatan Jiwa Paska Bencana: Terapi Pemberdayaan Diri Secara Kelompok Sebagai Sebuah Alternatif Ni Wayan Suriastini 1, Bondan Sikoki 1, Nur Suci Arnashanti 1 1 SurveyMETER Erupsi Merapi 2010
Lebih terperinci: RIZKA RATNA NURVITASARI
STUDI KOMPARASI TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK ANTARA YANG MENGIKUTI PAUD DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI PAUD DI TK ABA BODEH AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : RIZKA RATNA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang jiwa. Banyaknya jumlah bencana alam di Indonesia menjadikan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama tahun 2010 telah terjadi 792 bencana dan menelan korban hingga 1.782 jiwa. Banyaknya jumlah bencana alam di Indonesia menjadikan Indonesia sebagai salah satu
Lebih terperinciTIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS
TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS TUJUAN Memahami pengertian bencana dan krisis Memahami penyebab terjadinya bencana Mengidentifikasi proses terjadinya bencana Mengidentifikasi respons individu terhadap
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE DI WILAYAH KERJA RUMAH SAKIT RAJAWALI CITRA BANGUNTAPAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : AYU PUTRI UTAMI NIM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat menimbulkan dampak, baik terhadap fisik maupun psikologis diantaranya kecemasan, merasa asing akan lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Adolesen (remaja) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial
Lebih terperinciPENGARUH CERITA MELALUI AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
PENGARUH CERITA MELALUI AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bencana menurut Undang-Undang No.24 tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan yang baik adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa usia lanjut merupakan periode terakhir dalam perkembangan kehidupan manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi fisik,
Lebih terperinciANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013
ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 03 I Dewa Ayu Aninda Vikhanti, I Gusti Ayu Indah Ardani Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Api Merapi merupakan salah satu gunung api paling aktif di dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunung Api Merapi merupakan salah satu gunung api paling aktif di dunia. Gunung ini terletak diperbatasan paling utara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan Provinsi
Lebih terperinciPENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012
PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh kembang. Salah satu tahap tumbuh kembang adalah usia prasekolah yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (aging structured population), karena 7,18% dari penduduk Indonesia berusia 60
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak tahun 2000, Indonesia telah memasuki era masyarakat berstruktur tua (aging structured population), karena 7,18% dari penduduk Indonesia berusia 60 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan jiwa yang dikarekteristikkan oleh emosi negatif yang kuat dan mengatasi rasa takut dimasa depan. Biasanya ditandai dengan gejala kecemasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi cemas yang terjadi pada anak yang menjalani hospitalisasi dan mendapatkan tindakan invasif harus mendapat perhatian khusus dan segera diatasi. Bagi anak usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2010, diperoleh data jumlah penduduk Indonesia 237.5 juta jiwa. Komposisi jumlah anak usia 0-4 tahun sebanyak 19,591,740 jiwa, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya akan dialami oleh seseorang bila berumur panjang. Di Indonesia istilah untuk
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI BERMAIN BERCERITA TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK DEWI RATIH NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA
PENGARUH TERAPI BERMAIN BERCERITA TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK DEWI RATIH NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa untuk meningkatkan kesadaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun, disebabkan oleh mycobacterium leprae yang menyerang kulit saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Pada sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat quasy experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group design. Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 merupakan salah satu letusan besar dalam catatan sejarah terjadinya erupsi Gunung Merapi. Letusan eksplosif yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berlangsung dari minggu ke-1 hingga minggu ke-13, trimester kedua dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah suatu kondisi maternal berkembangnya fetus di dalam tubuh (DeCherney et al., 2007). Kehamilan dibagi menjadi trimester pertama yang berlangsung dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penuaan merupakan tahap akhir siklus kehidupan dari perkembangan normal yang akan dialami individu dan tidak dapat dihindari (Sutikno, 2011). Seseorang mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang sangat diinginkan oleh semua orang. Setiap orang memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai guna memenuhi kepuasan dalam kehidupannya. Kebahagiaan
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI
PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menurun pada usia 10 tahun (Hoffbrand, 2005). Berdasarkan data tahun 2010 dari American Cancer Society, jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan kondisi yang mempengaruhi fungsi seharihari selama lebih dari 3 bulan dalam setahun, yang menyebabkan hospitalisasi dari 1 bulan dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini termasuk rancangan Quasy Experiment untuk menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien diabetes melitus.
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014
PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu
9 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak, terutama bagi orang yang terkena dampak langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang berlangsung seumur hidup untuk belajar menerima dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi exsperiment). Meneliti pengaruh program pelatihan pencegahan diare pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah suatu keadaan yang sangat serius pada pasien pre operasi yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan gelisah serta menggambarkan perasaan keraguraguan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena berkaitan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kertonatan yang terletak di Desa Kertonatan, Kecamatan Kartosuro, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke atas sangat cepat, bahkan lebih cepat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Semakin meningkatnya usia
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Sumedang yang di laksanakan pada bulan Juni 2013. 2. Subjek Penelitian a. Populasi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Experimental Pre-Post Test dengan intervensi senam otak. Penelitian ini dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah anak yang berumur 36-60
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.
47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja atau young people adalah anak yang berusia 10-19 tahun (World Health Organization, 2011). Pada periode ini manusia mengalami masa transisi dengan kebutuhan kesehatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang di olah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuannya. Desain
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. memiliki anak dengan riwayat gangguan skizofrenia
61 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat, meliputi : 1. Variabel bebas : pelatihan regulasi emosi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
24 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK BA Aisyiyah, Dukuh Tulakan, Desa Godog, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo Pada
Lebih terperinciVol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN
Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN 2580-2194 PENGARUH TERAPI BERMAIN PLASTISIN (PLAYDOUGHT) TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG PERAWATAN ANAK RSUD BANGKINANG
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung (dependent) : Kecemasan ibu hamil hipertensi 2. Variabel bebas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perempuan yang memasuki usia premenopause akan melonjak dari 107 juta
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Helalth Organization (WHO, 2010) setiap tahunnya sekitar 25 juta perempuan diseluruh dunia diperkirakan mengalami premenopause, jumlah perempuan usia 40
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized
43 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized control group pretest-postest design (Notoadmojo, 2010). Rancangan ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional study. Dalam arti kata luas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara berkesinambungan dan saling berkaitan yang berlangsung secara teratur dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit yang menyebabkan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk menurunkan atau menghilangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah sebagai pelaksana roda pemerintahan dalam suatu Negara wajib menjamin kesejahteraan dan keberlangsungan hidup warga negaranya. Peran aktif pemerintah diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh dunia. Satu dari empat kematian yang terjadi di Amerika Serikat disebabkan oleh penyakit kanker (Nevid et
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Tim Cancer Helps, 2010). Data di Eropa pada tahun 1988 dan 1997 telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia merupakan suatu penyakit keganasan yang terjadi pada sel darah putih, yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan (Handayani, 2008). Di negara Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap tekanan baik internal maupun eksternal. Istilah kecemasan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta adalah lembaga pendidikan khusus putri yang dirintis dan didirikan
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi
BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia berdampak pada peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi meningkatnya masalah kesehatan anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di kota-kota besar tiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan transportasi juga semakin meningkat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 2010 tercatat sebagai bencana terbesar selama periode 100 tahun terakhir siklus gunung berapi teraktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi anak dan kemampuan untuk menguasai keterampilan motorik dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak merupakan pribadi yang menakjubkan yang ingin mencapai banyak hal sekaligus. Perkembangan psikologi, sosial dan kognitif anak bergantung pada interaksi anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan kembang anak. (Lubis, 2004). tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesulitan makan pada anak masih merupakan keluhan utama orang tua terhadap anaknya, terutama pada golongan balita. Hal ini menyebabkan orang tua membawa anak ke dokter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orang tua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikaruniai anak yang normal. Melihat
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di duniakarena posisi geografis Indonesia terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia yaitu Eurasia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi ini kemajuan teknologi mempengaruhi perubahan sosial pada setiap individu dengan sangat cepat. Perubahan juga terjadi di bidang kesehatan khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2006). Ketika mahasiswa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir setiap pasangan yang menikah menganggap keluarga yang akan dibentuk belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal diharapkan akan
Lebih terperinci