BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-
|
|
- Widya Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Menurut Undang Undang No.13 Tahun 1988 Bab I Pasal I ayat (2) tentang Kesejahteraan Usia Lanjut, lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun usia harapan hidup di Indonesia adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%), usia harapan hidup diperkirakan akan meningkat pada tahun menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Pada tahun 2010 usia harapan hidup 69,43 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%) (Depkes RI, 2013). Dengan terjadinya peningkatan usia harapan hidup di Indonesia maka akan menyebabkan pula kenaikan jumlah lansia. Berdasarkan data Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2010), Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dengan jumlah lansia terbanyak setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Diperkirakan pada tahun 2020, jumlah lansia di Indonesia akan meningkat menjadi sebesar 28,8 juta (11,34 %). 1
2 2 Pada tahun 2012 jumlah penduduk lansia tertinggi berada di Provinsi DI Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur (10,40%) dan Jawa Tengah (10,34%). Usia harapan hidup di DIY pada tahun 2011 adalah 73,27 tahun (Dinkes DIY, 2013). Jumlah lansia di Kabupaten Sleman pada tahun 2006 mencapai jiwa (10,68% penduduk) dengan usia harapan hidup lebih dari 72 tahun (BPS Sleman, 2007). Usia harapan hidup yang meningkat tidak selalu disertai dengan kesehatan yang selalu baik. Pada lansia akan mengalami berbagai masalah fisik, psikologis, dan sosial akibat proses penuaan (Dewi, 2007). Selain itu meningkatnya populasi lansia menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan baik pada lansia itu sendiri, keluarga maupun masyarakat. Hal ini harus menjadi perhatian dari berbagai pihak sehingga lansia dapat berperan dan tidak menjadi beban baik keluarga maupun masyarakat. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus dan berkelanjutan secara alamiah dan pada umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, pada masa ini akan terjadi proses penuaan atau yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai akibat dari perubahan sel, fisiologis, dan psikologis. Pada masa ini manusia berpotensi mempunyai masalah-masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Perubahan psikologis yang paling sering muncul dan sering dialami oleh lansia adalah kecemasan, depresi, insomnia, dan demensia (Maryam, 2008). Secara mental, lansia sering mengalami gangguan mental seperti insomnia, stres
3 3 psikososial, kecemasan, gangguan perilaku: agresif, agitasi, dan depresi (Jervis et al. 2007). Jika seorang lansia mengalami kesehatan jiwa yaitu kecemasan, maka kondisi tersebut dapat mengganggu kegiatan sehari-hari lansia (Maryam, 2008). Menurut (Flint AJ, 1999 cit. Forlani et al., 2014) kecemasan yang dialami lansia dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit fisik. Selain itu menurut Yochim (2013) kecemasan dapat mengakibatkan penurunan daya ingat dan kesulitan dalam membuat keputusan. Prevalensi kecemasan pada dewasa dan lansia di dunia pada sektor komunitas berkisar antara 15 sampai dengan 52,3% (Bryant et al.2011). Di Indonesia gangguan emosional yang terjadi pada usia tahun sebanyak 8%, usia tahun sebanyak 10% dan pada usia lebih dari 75 tahun sebanyak 13% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia (Depkes, 2013). Selain itu juga, lansia menjadi kelompok yang sangat rentan untuk mengalami gangguan jiwa akibat bencana dibandingan dengan kelompok dewasa muda (Jia et al. 2010). Pada 26 Oktober 2010 Gunung Merapi mengalami erupsi pertama dan berlanjut dengan erupsi lanjutan hingga awal November Kejadian erupsi tersebut mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan harta benda (Bappenas, 2011). Pada tanggal 10 Maret 2014 terjadi hujan abu di sektor selatan tenggara kemudian, pada 27 Maret 2014 terjadi hembusan awan panas dari puncak Merapi. Sejak tanggal 27 April 2014 warga sekitar lereng Merapi sering mendengar suara gemuruh yang berasal dari Gunung Merapi dan akhirnya pada tanggal 30 April 2014 status Gunung Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada (Setiawan, 2014).
4 4 Terjadinya erupsi Merapi yang sering dengan skala kecil ini membuat masyarakat yang berada di daerah sekitar Merapi menjadi khawatir akan terjadinya erupsi Merapi yang lebih besar seperti erupsi Merapi yang mereka alami pada tahun Hal ini merupakan peristiwa yang traumatis bagi warga sekitar Merapi. Bencana alam yang terjadi dengan skala besar merupakan peristiwa traumatis dan merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan jiwa dan perilaku (Nurhasanah et al. 2009). Menurut Pitaloka (2005) gangguan psikiatrik pada korban pasca bencana dapat memakan waktu hingga 10 tahun ke depan, bahkan dapat terjadi gangguan pasca trauma sampai 30 tahun ke depan. Lansia yang selamat dari bencana akan mengalami PTSD, kecemasan, dan depresi(jia et al. 2010). Penelitian oleh Zhang et al. (2011) pada 284 lansia yang selamat dari gempa Wenchuan didapatkan hasil sebanyak 26,3% mengalami PTSD, 42,9% mengalami kecemasan, dan sebanyak 35,2% mengalami depresi. Menurut Stuart (2006), dukungan sosial dapat digunakan sebagai sumber koping untuk mengatasi kecemasan. Menurut Tamher dan Noorkasiani (2009), dukungan sosial merupakan komponen penting pada masa tua yang sukses, terutama bagi kesehatan mental yang merupakan pertanda adanya sistem pendukung yang efektif. Menurut (Brehm dan Kassin, 1990 cit. Rosyida et al.,2013), dukungan sosial mempunyai pengaruh sangat besar diantaranya dapat menciptakan situasi yang menyenangkan dan tidak menekan, meningkatkan harga diri seseorang, dan dapat meringankan beban hidup individu serta dapat membantu individu untuk berfungsi lebih efektif. Menurut Boen et al. (2012) dari hasil penelitiannya didapatkan hasil bahwa lansia yang menerima dukungan sosial
5 5 yang tinggi memiliki tekanan psikologis yang rendah, sedangkan pada lansia yang menerima dukungan sosial yang rendah cenderung mengalami tekanan psikososial yang tinggi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Hunian Tetap Kuwang Cangkringan Sleman pada tanggal 27 April 2014 didapatkan data bahwa di Huntap Kuwang terdiri dari beberapa padukuhan. Huntap Kuwang merupakan huntap dengan korban erupsi Merapi tahun 2010 paling banyak diantara huntap yang lain. Huntap Kuwang berjarak 17 kilometer dari puncak Merapi. Jumlah lansiayang tinggal di Huntap Kuwang sebanyak 52 orang. Berdasarkan hasil dari wawancara pada lansia di Huntap Kuwang dapat disimpulkan bahwa lansia mengeluhkan merasa cemas apabila terjadi letusan gunung Merapi kembali. Lansia tersebut juga mengeluhkan bahwa mereka sekarang sudah tidak bisa beraktivitas seperti dahulu seperti ke sawah dan ke pasar karena jarak pasar dan sawah yang jauh serta tidak ada yang mengantarkan mereka. Hal ini menunjukkan dukungan instrumental lansia di Huntap Kuwang rendah. Mereka dahulu merasa bahagia karena masih bisa ke sawah dan ke pasar untuk bertemu dengan teman-temannya agar bisa bercerita dan saling memuji tetapi sekarang mereka hanya tinggal di rumah. Keadaan tersebut mengakibatkan menurunnya dukungan sosial emosional dan penghargaan pada lansia. Selain itu, lansia merasa sedih dan cemas tentang keadaan ekonominya karena sudah tidak bekerja dan hanya bergantung dengan anaknya. Lansia juga menceritakan pengalamannya saat tinggal di huntara, ketika berada di huntara kekerabatannya erat (guyup rukun) sekali, tetapi setelah di huntap menjadi renggang. Beberapa
6 6 lansia mengatakan bahwa saat ini di Huntap Kuwang tidak ada kegiatan untuk lansia kecuali posyandu yang diadakan satu bulan sekali. Para lansia merasa bahwa hanya orang muda saja yang mempunyai kegiatan sehingga mereka merasa iri dan diabaikan. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Dukungan Sosial dan Tingkat Kecemasan pada Lansia Pasca Erupsi Merapi yang Tinggal di Hunian Tetap Kuwang, Cangkringan, Sleman. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah peneliti sebagai berikut: Adakah hubungan antara dukungan sosial ditinjau dari jumlah pemberi dukungan dan kepuasan dukungan dengan tingkat kecemasan pada lansia pasca erupsi Merapi di Hunian Tetap Kuwang, Cangkringan, Sleman? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungan sosial yang ditinjau dari jumlah pemberi dukungan dan kepuasan dukungan dengan tingkat kecemasan pada lanjut usia pasca erupsi Merapi di Hunian Tetap Kuwang, Cangkringan, Sleman. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan dukungan sosial yang ditinjau dari jumlah pemberi dukungan dan kepuasan dukungan yang diterima oleh lansia pasca erupsi Merapi di Hunian Tetap Kuwang, Cangkringan, Sleman.
7 7 b. Untuk mengetahui persentase lansia di Hunian Tetap Kuwang, Cangkringan Sleman yang mengalami kecemasan. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas ilmu pengetahuan tentang dukungan sosial pada lansia dengan kecemasan. 2. Manfaat praktis a. Keluarga dan masyarakat di Hunian Tetap Kuwang Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang pentingnya dukungan sosial untuk mengurangi tingkat kecemasan pada lansia yang tinggal di Hunian Tetap Kuwang, Cangkringan, Sleman sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan dan mencegah terjadinya dampak buruk akibat kecemasan. b. Perawat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dalam hal dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga dan masyarakat terhadap lansia yang mengalami kecemasan. Pengetahuan tersebut dapat dijadikan dasar bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada lansia yang mengalami kecemasan sehingga dapat mencegah terjadinya dampak buruk pada lansia yang mengalami kecemasan.
8 8 c. Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan meningkatkan wawasan serta kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian. E. Keaslian Penelitian Sepegetahuan penulis belum pernah ada penelitian tentang hubungan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pada lansia pasca erupsi Merapi di Hunian Tetap Kuwang, Cangkringan, Sleman. Namun ada beberapa judul yang mempunyai kesamaan tema dengan peneliti, antara lain: 1. Penelitian oleh Andri et al.(2009) tentang Hubungan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan lansia yang tidak memiliki pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Andri dan penelitian yang dilakukan peniliti terdapat pada metode, pengambilan sampel, variabel bebas, variabel terikat, instrumen dukungan sosial dan instrument kecemasan. Pada kedua penelitian tersebut metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan racangan crosssectional dan bersifat deskriptif korelatif, pengambilan sampel menggunakan total sampling, variabel bebas yang diteliti adalah dukungan sosial yang samasama diukur menggukana SSQ (Social Support Questionnaire) dari Sarason (1983) yang terdiri dari 27 item pertanyaan, variabel terikat yaitu kecemasan yang sama-sama diukur menggunanakan TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale).
9 9 Perbedaan pada penelitian Andri dengan peneliti terdapat pada subjek penelitian, dan tempat penelitian. Subjek penelitian oleh Andri adalah lansia yang tidak memiliki pasangan hidup di PSTW Abiyoso Yogyakarta, sedangkan pada penelitian peniliti adalah lansia pasca erupsi Merapi yang tinggal di Hunian Tetap Kuwang, Cangkringan, Sleman. Hasil penelitian oleh Andri, et al. (2009) tidak ditemukan adanya hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pada lansia yang tidak memiliki pasangan hidup. 2. Penelitian oleh Kusumastuti et al. (2006) tentang Hubungan dukungan sosial dengan kecemasan menjelang batas akhir masa studi. Penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif dengan racangan cross-sectional dan bersifat deskriptif korelatif, metode yang digunakan pada penilitian tersebut sama dengan metode yang digunakan oleh peneliti. Pada penelitian Kusumastutivariabel bebas yang diteliti adalah dukungan sosial yang diukur menggunakan instrumen yang disusun oleh Winahyu (1998) dan variabel terikat yaitu kecemasan yang diukur menggunakan kuesioner yang disusun oleh Setiawan (2005) yang dimodifikasi sendiri oleh Kusumastuti. Variabel tersebut sama dengan variabel yang diteliti oleh peneliti tetapi instrumen yang digunakan berbeda pada penelitian peneliti untuk mengukur dukungan sosial menggunakan SSQ (Social Support Questionnaire) dari Sarason (1983) yang terdiri dari 27 item pertanyaan sedangkan untuk mengukur kecemasan menggunakan TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale). Subjek penelitian yang digunakan oleh Kusumastuti et al.(2006) adalah mahasiswa UII angkatan 1999 dan sebelumnya yang masih aktif kuliah dan sudah tutup teori,
10 10 sedangkan pada penelitian peniliti subjek penelitian adalah lansia yang tinggal di Hunian Tetap Kuwang, Cangkringan, Sleman. Hasil penelitian oleh Kusumastuti et al. (2006) ditemukan adanya hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan menjelang batas akhir masa studi. 3. Penelitian oleh Aktan (2011) tentang Social Support and Anxiety in Pregnant and Postpartum Women: A Secondary Analysis. Penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif dengan racangan cohort dan bersifat deskriptif korelatif, sedangkan metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode kuantitatif dengan racangan cross-sectional dan bersifat deskriptif korelatif. Pada penelitian Aktan (2011) variabel bebas yang diteliti adalah dukungan sosial yang diukur menggunakan instrumen PRQ-85 dan variabel terikat yang diteliti adalah kecemasan yang diukur menggunakan instrumen STAI. Variabel yang diteliti oleh Aktan tersebut sama dengan variabel yang diteliti oleh peneliti tetapi instrument yang digunakan berbeda pada penelitian peneliti instrumen dukungan sosial menggunakan SSQ (Social Support Questionnaire) dari Sarason (1983) yang terdiri dari 27 item pertanyaan dan instrumen kecemasan menggunakan TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale). Subjek penelitian yang digunakan oleh Aktan (2011) adalah ibu hamil trismerter tiga yang diikuti sampai postpartum, sedangkan pada penelitian peniliti subjek penelitian adalah lansia pasca erupsi Merapi yang tinggal di Hunian Tetap Kuwang, Cangkringan, Sleman. Hasil penelitian oleh Aktan (2011) ditemukan adanya hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan ibu hamil selama mengandung dan postpartum.
11 11 4. Penelitian oleh Zhang et al. (2011) tentang Post traumatic stress disorder, anxiety and depressionamong the elderly: a survey of the hard hit areas a yearafter the wenchuan earthquake. Penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif dengan racangan cross-sectional dan bersifat deskriptif, sedangkan metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode kuantitatif dengan racangan cross-sectional dan bersifat deskriptif korelatif. Pada penelitian Zhang mendeskripsikan PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), kecemasan dan depresi, sedangkan penelitian peneliti mencari hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat kecemasan. Pada penelitian oleh Zhang menggunakan isntrumen PTSD Checklist Civilian version (PCL-C) untuk mengukur PTSD, Hopkins Symptoms Checklist-25 (HSCL-25) untuk mengukur kecemasan dan depresi. Sedangkan instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah SSQ (Social Support Questionnaire) dari Sarason (1983) yang terdiri dari 27 item pertanyaan untuk mengukur dukungan sosial dan TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale) untuk mengukur kecemasan. Subjek penelitian pada penelitian Zhang lansia yang berusia 60 tahun yang selamat dari gempa Wenchuan sedangkan subjek pada penelitian peneliti adalah lansia yang selamat dari erupsi Merapi yang tinggal di Huntap Kuwang, Cangkringan, Sleman. Hasil penelitian Zhang lansia yang mengalami PTSD sebesar 26,3%, kecemasan 42,9%, dan depresi 35,2%. 5. Penelitian oleh Boen et al.(2012) tentang The importance of Social Support in The Assosiations between psychological distress and somatic health problems and socio-economic factors among older adults living at home: a
12 12 cross sectional Study. Penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif dengan racangan cross-sectional dan bersifat analitik korelatif, metode yang digunakan pada penilitian tersebut sama dengan metode yang digunakan oleh peneliti. Pada penelitian oleh Boen variabel bebas yang diteliti adalah dukungan sosial yang diukur menggunakan instrumen Oslo-3 Social Support Scale (OSS-3), dan variabel terikat yaitu stress psikologis yang diukur menggunakan instrumen Hopkins Symptom Checklist (HSCl-10), masalah kesehatan somatik dan faktor sosial ekonomi pada lansia, pada penelitian yang dilakukan peneliti variabel bebas yang diteliti adalah dukungan sosial yang diukur menggunakan instrumen SSQ (Social Support Questionnaire) dari Sarason (1983) yang terdiri dari 27 item pertanyaan dan variabel terikat yaitu kecemasan yang diukur menggunakan TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale). Subjek penelitian ini adalah 2387 lansia yang berusia 65 tahun atau lebih yang tinggal di rumah, pada penelitian peniliti adalah lansia pasca erupsi Merapi yang tinggal di Hunian Tetap Kuwang, Cangkringan, Sleman. Hasil penelitian oleh Boen et al.(2012) terdapat hubungan antara tekanan psikologis dan dukungan sosial yaitu semakin tinggi dukungan sosial semakin rendah tekanan psikologis lansia, begitupun sebalikya.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Individu pasti akan mengalami proses penuaan (ageing process) yaitu proses yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu (Tamher & Noorkasiani, 2009). Individu pasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Goals (MDGs) dengan indikator menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan maternal adalah salah satu indikator Millennium Development Goals (MDGs) dengan indikator menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu
9 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak, terutama bagi orang yang terkena dampak langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya akan dialami oleh seseorang bila berumur panjang. Di Indonesia istilah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penuaan merupakan tahap akhir siklus kehidupan dari perkembangan normal yang akan dialami individu dan tidak dapat dihindari (Sutikno, 2011). Seseorang mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan sebuah proses yang terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari tantangan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan tahap akhir manusia mengalami penurunan fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang menurun. Menurut World Health Organization
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ibu menjadi 102 per kelahiran hidup. Pembangunan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2014 salah satunya adalah menurunnya kematian bayi menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia yang berusia 60 tahun ke
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, jumlah lanjut usia di atas 60tahun lebih dari 800 juta. proyeksi menunjukkan bahwa angka ini akan meningkat menjadi lebih dari dua miliar pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan dampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana merupakan suatu kejadian alam, buatan manusia, atau perpaduan antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan dampak negatif yang dahsyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia. Masalah tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada gangguan interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang jiwa. Banyaknya jumlah bencana alam di Indonesia menjadikan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama tahun 2010 telah terjadi 792 bencana dan menelan korban hingga 1.782 jiwa. Banyaknya jumlah bencana alam di Indonesia menjadikan Indonesia sebagai salah satu
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan menjadikan lansia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data badan pusat statistik RI (2012), prevalensi jumlah penduduk lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo merupakan provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahterahaan lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari tahun ke tahun jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia mengalami peningkatan, dari tahun 2006 jumlah penduduk yang memiliki harapan hidup pada usia 66,2 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Manusia akan mengalami keadaan tua atau memasuki tahap lanjut usia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lanjut usia adalah tahap masa tua dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada usia ini sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia. Pada tahap ini, lanjut usia akan mengalami perubahan-perubahan pada kondisi fisik maupun psikis.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) merupakan seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi ikut berkontribusi secara bermakna dalam dunia kesehatan. Salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa ialah melihat usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat
Lebih terperinciANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013
ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 03 I Dewa Ayu Aninda Vikhanti, I Gusti Ayu Indah Ardani Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Lebih terperincimenempati posisi paling tinggi dalam kehidupan seorang narapidana (Tanti, 2007). Lapas lebih dikenal sebagai penjara. Istilah tersebut sudah sangat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kriminalitas di Indonesia semakin meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2005, diperkirakan kejahatan yang terjadi sekitar 209.673 kasus, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya secara perlahan-lahan, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah lanjut usia dihadapi oleh negara- negara di dunia, termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa beberapa wilayah di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Api Merapi merupakan salah satu gunung api paling aktif di dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunung Api Merapi merupakan salah satu gunung api paling aktif di dunia. Gunung ini terletak diperbatasan paling utara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia (Nugroho, 2008).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Usia lanjut atau lanjut usia merupakan kelompok usia yang mengalami peningkatan paling cepat dibanding kelompok usia lainnya. Dalam bidang kesehatan, hal ini dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana merupakan suatu kejadian traumatis (McFarlane, 2005). Salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana merupakan suatu kejadian traumatis (McFarlane, 2005). Salah satu bencana dahsyat yang terjadi di Indonesia adalah letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan yang baik adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup. Lansia dengan jumlah yang meningkat dapat berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hamil merupakan kodrat bagi wanita, khususnya kehamilan pertama yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hamil merupakan kodrat bagi wanita, khususnya kehamilan pertama yang sering kali membuat wanita menjadi bingung dan stress. Proses menjadi ibu adalah peristiwa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki siklus hidup yang terus berjalan dari waktu ke waktu dan usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus tersebut yang merupakan kenyataan nyata yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui berbagai proses dalam waktu yang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini tidak hanya terjadi di negara maju, tetapi di Indonesia pun terjadi hal yang serupa. Saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (aging structured population), karena 7,18% dari penduduk Indonesia berusia 60
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak tahun 2000, Indonesia telah memasuki era masyarakat berstruktur tua (aging structured population), karena 7,18% dari penduduk Indonesia berusia 60 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Gejala ini alamiah, karena merupakan tanda dan proses berhentinya masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siklus perkembangan reproduksi wanita berlangsung secara alamiah mulai dari menarche sampai menopause. Premenopause merupakan masa dimana tubuh mulai bertransisi menuju
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bencana menurut Undang-Undang No.24 tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua individu mengikuti pola perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lanjut usia diseluruh dunia saat ini diperkirakan lebih dari 629 juta dan pada tahun 2025 lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Setengah dari jumlah lansia didunia
Lebih terperinci2005). Hasil 62 survei di 12 negara dan mencakup narapidana menemukan tiap 6
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres dapat mengenai semua orang dan semua usia. Stres baik ringan, sedang maupun berat dapat menimbulkan perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi dan perilaku.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
DAFTAR LAMPIRAN 1. Peta Lokasi Huntap Komunal Di Kecamatan Cangkringan, Sleman 2. Peta Persil Huntap Banjarsari, Desa Glagahharjo, Kecamatan Cangkringan 3. Peta Persil Huntap Batur, Desa Kepuhharjo, Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian. A. Latar belakang Rumah sakit adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sejak lahir dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa serta masa lansia. Keberhasilan pemerintah dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang- Undang RI No. 13, Tahun 1998) di Indonesia adalah sebesar 7,28% dari jumlah penduduk. Diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk pada usia 60 tahun keatas di negara berkembang diperkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun 2015-2050. Menurut World Health Organization (WHO),
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Adolesen (remaja) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur
The 7 th University Research Colloqium 08 Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur Nur Hidayah, Suci Tri Cahyani Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU MUHAMMADIYAH Surakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang. Lanjut usia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun, pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan kepulauan Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng bumi dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan curah hujan yang relatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun, disebabkan oleh mycobacterium leprae yang menyerang kulit saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Pada sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas sekitar
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG TIDAK MEMILIKI PASANGAN HIDUP DI PSTW BUDHI DHARMA YOGYAKARTA
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG TIDAK MEMILIKI PASANGAN HIDUP DI PSTW BUDHI DHARMA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : HUSNUL KHOTIMAH 070201026 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah makhluk yang berakal budi / mampu menguasai makhluk lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan
Lebih terperinciKebijakan Kesehatan Jiwa Paska Bencana: Terapi Pemberdayaan Diri Secara Kelompok Sebagai Sebuah Alternatif
Kebijakan Kesehatan Jiwa Paska Bencana: Terapi Pemberdayaan Diri Secara Kelompok Sebagai Sebuah Alternatif Ni Wayan Suriastini 1, Bondan Sikoki 1, Nur Suci Arnashanti 1 1 SurveyMETER Erupsi Merapi 2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah ditemukanya obat-obatan seperti antibiotika yang dapat menanggulangi penyakit infeksi berhasil menurunkan angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. normal dapat dialami oleh setiap wanita, namun selama masa-masa tersebut terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses kehamilan dan persalinan merupakan suatu pengalaman hidup yang unik dan dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada diri seorang wanita. Walaupun kehamilan
Lebih terperinciRESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1
RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Diajukan oleh: ARYA GUMILANG PUTRA PRATHAMA F.100090190 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan
Lebih terperinciSRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKATT DEPRESI PADA LANSIA DI DESA KEDUNGWADUK KARANGMALANG SRAGEN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjanaa keperawatan Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 2010 tercatat sebagai bencana terbesar selama periode 100 tahun terakhir siklus gunung berapi teraktif
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA LANSIA DI DUSUN BIBIS LUMBUNGREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA LANSIA DI DUSUN BIBIS LUMBUNGREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana pada Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi di Indonesia pun terjadi hal yang serupa. Saat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana erupsi Gunung Kelud yang terjadi pada tanggal 14 Februari 2014,
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana erupsi Gunung Kelud yang terjadi pada tanggal 14 Februari 2014, menimbulkan kerusakan luar biasa bagi masyarakat yang ada di Desa Puncu Kecamatan Puncu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun, sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan angka harapan hidup. mencapai 71,1 tahun ( Depkesra, 2008 ).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka harapan hidup merupakan salah satu gambaran kemajuan suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki perkembangan yang cukup baik sehingga menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk upaya kuratif yang dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan penyakit karena lingkungan berkaitan erat dengan
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014
PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE DI WILAYAH KERJA RUMAH SAKIT RAJAWALI CITRA BANGUNTAPAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : AYU PUTRI UTAMI NIM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, dan penyesuaian diri dengan peran peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan kondisi sehat baik secara emosional, psikologi, perilaku, koping yang efektif, konsep diri yang positif, kestabilan emosional serta hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah suatu keadaan yang sangat serius pada pasien pre operasi yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan gelisah serta menggambarkan perasaan keraguraguan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan kesehatan masyarakat, keluarga sebagai unit utama yang menjadi sasaran pelayanan. Apabila salah satu di antara anggota keluarga mempunyai masalah keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
A. Latar Belakang Gangguan kecemasan diperkirakan dialami 1 dari 10 orang. Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke atas sangat cepat, bahkan lebih cepat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Semakin meningkatnya usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai
Lebih terperinciHubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan
Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan Ika Pratiwiningrum, Siti Muawanah Aida Rusmariana, Rita Dwi Hartanti Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang sangat diinginkan oleh semua orang. Setiap orang memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai guna memenuhi kepuasan dalam kehidupannya. Kebahagiaan
Lebih terperinciKabupaten Bantul yang merupakan 1 dari 5 kabupaten/kota di DIY juga mengalami hal serupa. UHH di Kabupaten Bantul pada tahun 2008 pada laki-laki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang kesehatan serta meningkatnya tingkat sosial ekonomi dunia saat ini bermuara pada meningkatnya kesejahteraan penduduk serta meningkatnya usia harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. muda dan mulai muncul pada usia anak-anak. Satu dari sepuluh anak memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di masa kini, permasalahan kesehatan mental sudah umum terjadi pada usia muda dan mulai muncul pada usia anak-anak. Satu dari sepuluh anak memiliki masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang. muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan
BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Secara geologis letak wilayah Indonesia yang dilalui oleh jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tua, tidak sehat, dan tidak cantik lagi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan keadaan dimana seorang perempuan tidak lagi mengalami menstruasi yang terjadi pada rentang usia 50 sampai 59 tahun (Harlow, 2012). Pada masa ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN
HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1
Lebih terperinci