BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud (Depkes RI, 2009a). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) tahun disebutkan kesehatan sebagai hak asasi manusia secara tegas di amanatkan oleh Undangundang Dasar 1945, di mana dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009b). Di dunia internasional, konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 juga menyatakan bahwa Health is a fundamental right, yang mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan mempertahankan serta meningkatkan yang sehat. Demikian halnya dengan kesehatan penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas) sebagai warga negara yang mempunyai hak yang sama untuk akses mendapatkan pelayanan kesehatan baik fisik maupun mental. Kesehatan mental merupakan masalah penting dalam pelayanan kesehatan, tak terkecuali bagi narapidana di lapas (Khan dkk., 2012). Undang-Undang No 32 tahun 1999 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan Bagian 4 Pasal 14 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap narapidana dan anak didik pemasyarakatan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Dewasa ini tindak kriminal semakin berkembang sesuai dengan perkembangan jaman terutama dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tindak kriminal tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja, baik anakanak, orang yang sudah dewasa bahkan orang tua, baik yang berjenis kelamin laki-laki ataupun wanita. Perlu diketahui angka kriminalitas oleh perempuan di 1

2 2 Indonesia semakin lama semakin meningkat. Seiring meningkatnya kasus kejahatan perempuan, terjadi peningkatan jumlah narapidana wanita. Berdasarkan jenis kelamin, narapidana wanita secara hak dan kewajiban sama dengan narapidana laki-laki, namun secara psikologis keadaan emosi dan kesehatan mental narapidana wanita berbeda dengan narapidana laki-laki. Menurut Butterfield, 2003 (dalam Gussak 2009), narapidana wanita diyakini lebih rentan mengalami gangguan mental dibandingkan dengan narapidana laki-laki. Penelitian lain juga mengatakan bahwa narapidana wanita lebih rentan mengalami depresi (Harris, 1993 dalam Gussak, 2009). Ketika seorang wanita berada di dalam penjara, akan banyak mengalami tekanan yang bermakna. Penjara menimbulkan perasaan takut dan perasaan tidak menyenangkan karena anggapan buruk dan tekanan yang selalu ada di dalamnya seperti pemukulan, penyiksaan, pelecehan seksual, kesehatan yang buruk dan fasilitas yang sangat minim, selain itu adanya stigma yang akan tetap melekat pada seseorang apabila dirinya telah keluar dari penjara. Lama hukuman dan terisolasinya mereka dari lingkungan luar memberikan dampak psikologis yang cukup besar pada kesehatan mental narapidana (Eliason,2006 dalam Noorsifa 2013). Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Lapas wanita Kelas IIA Semarang pada bulan Januari 2010 didapatkan beberapa pengalaman perasaan negatif diantaranya yaitu : perasaan kesepian, tertekan karena peraturan di dalam lapas, keinginan untuk bebas, perlakuan dari narapidana lain yang tidak menyenangkan, tidak mendapatkan kunjungan keluarga. Permasalahan yang dihadapi di dalam penjara dapat membuat para narapidana wanita mengalami dampak psikis dan fisik seperti sakit kepala, tidak dapat tidur dan bahkan ada salah satu diantara narapidana wanita pernah melakukan percobaan bunuh diri (Rizki, 2010 dalam Noorsifa 2013). Menurut Khan dkk. (2012), insiden depresi pada narapidana wanita di Pakistan mencapai 59,4%. Sejalan dengan itu Purnamasari dkk. (2012) menyebutkan bahwa angka kejadian depresi sedang pada narapidana wanita di Denpasar mencapai 40%. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Utami tahun

3 mendapatkan angka kejadian depresi sedang sebesar 35,36% dan depresi berat 13,91 % pada narapidana wanita di Lapas Kelas II A Semarang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Noorsifa (2013), angka kejadian depresi pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Banjarmasin terjadi 12,5% dari populasi. Lembaga pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyaratakan di Indonesia, yang berlokasi di Jalan Tamansiswa No. 6 Yogyakarta. Seluruh narapidana wanita di Yogyakarta di satukan di lapas ini sejak bulan September Dalam rangka pemenuhan hak mendapatkan pelayanan kesehatan mental bagi narapidana, diperlukan adanya perlakuan untuk kondisi kesehatan mental narapidana yang mengalami peristiwa tersebut, khususnya narapidana wanita. Ada beberapa upaya yang pernah dilakukan untuk penanganan depresi pada narapidana wanita. Purnamasari dkk. (2010) memberikan perlakuan senam aerobik low impact untuk menurunkan derajat depresi pada narapidana wanita di lembaga pemasyarakatan Denpasar dan didapatkan hasil perbedaan antara tingkat depresi sebelum dan setelah diberikan senam aerobik low impact dengan nilai p < 0,000. Gussak (2009) menyebutkan bahwa art therapy pada narapidana laki-laki dan perempuan berpengaruh baik terhadap perbaikan mood dan pengendalian diri. Untuk mengatasi masalah depresi secara umum, beberapa peneliti telah melakukan penelitian untuk dapat menyeimbangkan neurotransmiter pada pasien depresi baik farmakologi maupun nonfarmakologi. Emotional Freedom Technique (EFT) merupakan salah satu terapi nonfarmakologi. Teknik ini telah terbukti dapat menyembuhkan masalah fisik yang disebabkan oleh emosi. Baker & Siegel (2005) melakukan 45 menit EFT untuk mengurangi fobia pada tikus, laba-laba dan kutu air. Brattberg (2008) memberikan perlakuan EFT pada 86 wanita dengan fibromialgia dan hasilnya terbukti mengurangi gejala. Church & Geronilla (2009) mencatat bahwa terjadi penurunan signifikan 40 % untuk gejala psikologis berat, cemas berkurang 46 %, depresi 49 % dan PTSD 50% setelah pemberian 6 sesi EFT pada veteran perang.

4 4 Efek EFT pada dimensi biologis telah di buktikan dengan penelitian Church dkk. (2012), penelitian berjudul The effect of emotional freedom techniques on stres biochemistry: a randomized controlled trial. Sebelum intervensi EFT pada 83 responden, dilakukan tes kortisol saliva dan dilakukan pengulangan 30 menit setelah intervensi. Kelompok perlakuan mengalami penurunan yang signifikan dalam tingkat kortisol (-24,39%) dibandingkan dengan penurunan yang diamati melalui wawancara suportif (-14,25%) dan kelompok tanpa perlakuan (-14,44%) dengan nilai p <0,03. Teknik lain yang juga memberi hasil yang cukup bermakna dalam penanganan stres, kecemasan dan depresi adalah terapi relaksasi. Mahdavi dkk. (2013), membuktikan adanya perbedaan yang signifikan antara level stres dan kecemasan sebelum dan setelah pemberian terapi relaksasi dengan nilai p < 0,001 pada pasien dengan hemodialisa, namun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada derajat depresi sebelum dan setelah intervensi dengan nilai p < 0,22. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sloman (2002), menunjukkan hasil bahwa pemberian terapi relaksasi pada pasien dengan kanker lanjut secara signifikan menurunkan derajat depresi dan memperbaiki kualitas hidup. Sejalan dengan itu Tobing (2012) memberikan perlakuan kombinasi progresif muscle relaxation dan logoterapi pada penderita kaker di bandingkan dengan kontrol menunjukkan hasil terdapat penurunan derajat kecemasan dan depresi dengan nilai p < 0,05. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana jika kedua teknik psikoterapi tersebut diberikan dalam bentuk kombinasi untuk penatalaksanaan depresi, khususnya pada narapidana wanita di Lapas Klas IIA Yogyakarta, sehingga penelitian ini mengambil judul Pengaruh Terapi Kombinasi Emotional Freedom Technique dan Terapi Relaksasi Terhadap Derajat Depresi Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta

5 5 2 Perumusan Masalah Apakah terdapat pengaruh terapi kombinasi Emotional Freedom Technique dan terapi relaksasi terhadap derajat depresi narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta? 3 Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh terapi kombinasi Emotional Freedom Technique dan terapi relaksasi terhadap derajat depresi narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta? 4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Dengan mengetahui pengaruh terapi kombinasi Emotional Freedom Technique dan terapi relaksasi terhadap derajat depresi narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta diharapkan hasil tulisan ini akan memberikan tambahan pengetahuan bagi semua pihak terkait baik bagi Lapas Klas IIA, pihak Kementrian Hukum dan HAM maupun bagi penulis khususnya tentang penatalaksanaan depresi. 2. Manfaat praktis: a. Memberi wacana baru untuk melengkapi penatalaksanaan depresi di lembaga pemasyarakatan secara komprehensif. b. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan praktisi kesehatan jiwa dalam memberikan penatalaksanaan depresi. c. Menurunkan prevalensi depresi narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta. 5 Keaslian Penelitian 1. Purnamasari dkk., Pengaruh Senam Aerobik Low Impact Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Denpasar. Terdapat beberapa persamaan antara penelitian kami dengan penelitian Purnamasari dkk. Adapun persamaan tersebut terletak pada variabel tergantung, alat ukur, subyek penelitian dan rancangan penelitian. Variabel tergantung yang dinilai adalah depresi. Kuesioner yang digunakan

6 6 adalah Beck Depession Inventory (BDI) dan melibatkan narapidana wanita sebagai subyek penelitian. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah pre experimental menggunakan one group pre-test dan post test design. Perbedaan dengan penelitian Purnamasari dkk. terletak pada variabel bebas dan lokasi penelitian. Variabel bebas pada penelitian Purnamasari dkk. adalah Senam Aerobik Low Impact sedangkan lokasi penelitian adalah di Lembaga Pemasyarakatan Denpasar Bali. Penelitian Purnamasari dkk bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam aerobik low impact terhadap penurunan tingkat depresi pada narpidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Denpasar dan didapatkan hasil perbedaan antara tingkat depresi sebelum dan setelah diberikan senam aerobik low impact dengan nilai p < 0, Church dkk. (2012), The effect of emotional freedom techniques on stres biochemistry: a randomized controlled trial. Persamaan penelitian kami dengan Cruch dkk. terletak pada intervensi yang diberikan yaitu Emotional Freedom Technique (EFT), dan dalam hal ini penelitian kami melakukan modifikasi dengan memberikan intervensi berupa terapi kombinasi EFT dan terapi relaksasi. Perbedaan terletak pada variabel tergantung, alat ukur, dan rancangan penelitian. Variabel tergantung penelitian Cruch dkk. adalah biokimia stres dengan alat ukur kortisol saliva dan Symptom Assesmen 45 (SA- 45) menggunakan rancangan randomized controlled trial. Pada hasil didapatkan terdapat penurunan level kortisol pada kelompok EFT dan didapatkan perbaikan gejala distres psikologis. 3. Church & Geronilla (2009), Psychological symptom change in veterans after six sessions of EFT (Emotional Freedom Techniques): an observational study. Persamaan dengan penelitian Church & Geronilla terletak pada variabel bebas yaitu EFT. Perbedaan terletak pada variabel tergantung, subyek penelitian dan rancangan studi penelitian. Variabel tergantung penelitian Church & Geronilla adalah gejala psikologis umum yang diukur dengan Symptom Assesmen 45 (SA-45) dengan subyek penelitian veteran perang irak dan afganistan. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah studi observasional dimana responden di nilai kembali dengan SA 45 setelah 90 hari. Pada hasil didapatkan keparahan gejala menurun secara signifikan 40% (p<0,001),

7 7 kecemasan berkurang 46% (p<0,001), depresi berkurang 49% (p<0,001) dan PTSD 50% (p<0,016). Dan manfaat tersebut masih dipertahankan ketika follow up Sloman (2002), Relaxation and Imagery for Anxiety and Depression control in Community Patient With Advance Cancer. Terdapat beberapa modifikasi dibandingkan dengan penelitian Sloman. Pada penelitian Sloman variabel bebas berupa terapi relaksasi dan guided imagery pada penelitian kami dilakukan modifikasi pemberian terapi kombinasi EFT dan terapi relaksasi. Variabel tergantung pada penelitian Sloman adalah cemas, depresi dan kualitas hidup sedangkan penelitian kami variabel tergantung terfokus pada depresi. Perbedaan dengan penelitian Sloman terletak pada subyek penelitian dan rancangan penelitian. Pada penelitian Sloman subyek penelitian yang dilibatkan adalah pasien dengan kanker lanjut dengan rancangan penelitian randomized controlled trial. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbaikan yang bermakna pada kecemasan namun terdapat perbaikan pada depresi dan kualitas hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di kota-kota besar tiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan transportasi juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

menempati posisi paling tinggi dalam kehidupan seorang narapidana (Tanti, 2007). Lapas lebih dikenal sebagai penjara. Istilah tersebut sudah sangat

menempati posisi paling tinggi dalam kehidupan seorang narapidana (Tanti, 2007). Lapas lebih dikenal sebagai penjara. Istilah tersebut sudah sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kriminalitas di Indonesia semakin meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2005, diperkirakan kejahatan yang terjadi sekitar 209.673 kasus, sedangkan

Lebih terperinci

2005). Hasil 62 survei di 12 negara dan mencakup narapidana menemukan tiap 6

2005). Hasil 62 survei di 12 negara dan mencakup narapidana menemukan tiap 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres dapat mengenai semua orang dan semua usia. Stres baik ringan, sedang maupun berat dapat menimbulkan perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi dan perilaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun, disebabkan oleh mycobacterium leprae yang menyerang kulit saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Pada sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO pada tahun 1995, penderita non psikotis di Indonesia seperti stres

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO pada tahun 1995, penderita non psikotis di Indonesia seperti stres BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India dan USA. Peningkatan jumlah lansia di negara maju relatif lebih cepat

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK DISTORSI KOGNITIF NARAPIDANA WANITA YANG MENGALAMI DEPRESI DI LAPAS SRAGEN

BENTUK-BENTUK DISTORSI KOGNITIF NARAPIDANA WANITA YANG MENGALAMI DEPRESI DI LAPAS SRAGEN BENTUK-BENTUK DISTORSI KOGNITIF NARAPIDANA WANITA YANG MENGALAMI DEPRESI DI LAPAS SRAGEN Skripsi Guna memenuhi sebagian dari syarat-syarat memperoleh derajat sarjana S-1 OLEH : ANISA PRAMUDYAWATI F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat mengalami penurunan fungsi, yang disebut dengan gagal ginjal. Prevalensi gagal ginjal di dunia cukup tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak menuju masa dewasa. Pada masa transisi tersebut remaja berusaha untuk mengekspresikan dirinya

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP PENURUNAN RESPON DEPRESI PADA PASIEN KUSTA Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep. Sp.Kep.J 0028108104 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tak terkecuali pelaku pembunuhan. Berdasarkan undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tak terkecuali pelaku pembunuhan. Berdasarkan undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum di Indonesia menerapkan hukuman bagi warganya yang melanggar tak terkecuali pelaku pembunuhan. Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia nomor 12 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. 2 Studi di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. 2 Studi di Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan cemas merupakan gangguan yang sering dijumpai pada pada anak maupun remaja. 1 Berupa kondisi gangguan yang ditandai dengan dan kekhawatiran yang berlebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari 70,1 tahun padaperiode menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari 70,1 tahun padaperiode menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyeksi angka harapan hidup penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari 70,1 tahun padaperiode 2010-2015 menjadi 72,2 tahun pada periode 2030-2035. 1 Tren

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketegangan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan ansietas diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Ketegangan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan ansietas diantaranya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anxiety (kecemasan) adalah suasana perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan (American

Lebih terperinci

Tugas Makalah PENGARUH BIMBINGAN METODE DISKUSI TERHADAP PERUBAHAN HARGA DIRI NARAPIDANA DI LAPAS KELAS II B KOTA MOJOKERTO

Tugas Makalah PENGARUH BIMBINGAN METODE DISKUSI TERHADAP PERUBAHAN HARGA DIRI NARAPIDANA DI LAPAS KELAS II B KOTA MOJOKERTO Tugas Makalah PENGARUH BIMBINGAN METODE DISKUSI TERHADAP PERUBAHAN HARGA DIRI NARAPIDANA DI LAPAS KELAS II B KOTA MOJOKERTO Dosen: Eka Diah Kartiningrum.S.KM.M.PH Oleh: 1. Santi Dewi 1422010030 2. Siti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 71 mencakup kesehatan saat sebelum hamil, ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138) digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Berbagai macam tekanan sering dirasakan oleh individu. Tekanan-tekanan tersebut antara lain adalah tingginya tingkat persaingan dalam memperoleh pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2010, diperoleh data jumlah penduduk Indonesia 237.5 juta jiwa. Komposisi jumlah anak usia 0-4 tahun sebanyak 19,591,740 jiwa, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Tekanan psikologis dan kekhawatiran tentang infertilitas memiliki efek

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Tekanan psikologis dan kekhawatiran tentang infertilitas memiliki efek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa infertilitas merupakan masalah utama dalam kesehatan kesuburan yang memiliki dimensi fisik, psikologis dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia merupakan negara hukum. Hal itu dibuktikan melalui Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia merupakan negara hukum. Hal itu dibuktikan melalui Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara hukum. Hal itu dibuktikan melalui Undang- Undang Dasar 1945 pasal 3 yang berbunyi Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan pengetahuan telah membawa kemajuan salah satunya yaitu meningkatnya usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan populasi (population aging) atau peningkatan proporsi penduduk usia tua dari total populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Perubahan struktur demografi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas di seluruh dunia (Prince et al, 2007). Meskipun penemuan terapi. mengakibatkan penderitaan yang besar pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas di seluruh dunia (Prince et al, 2007). Meskipun penemuan terapi. mengakibatkan penderitaan yang besar pada individu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu penyebab utama disabilitas di seluruh dunia (Prince et al, 2007). Meskipun penemuan terapi baru untuk gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang disebabkan oleh beberapa perubahan dalam ekspresi gen yang menyebabkan ketidakseimbangan regulasi proliferasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis yang dialami wanita sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis yang dialami wanita sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menstruasi merupakan perubahan fisiologis yang dialami wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi yang mempunyai implikasi penting pada kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ribu orang di seluruh Indonesia, hingga Oktober 2015 jumlah narapidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ribu orang di seluruh Indonesia, hingga Oktober 2015 jumlah narapidana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya tindak kejahatan yang terjadi di wilayah negara Indonesia menyebabkan semakin banyak pula jumlah pelaku kejahatan yang diputus oleh hakim untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tahun 2025 sebagaian besar orang-orang dengan usia lanjut kemungkinan akan menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tahun 2025 sebagaian besar orang-orang dengan usia lanjut kemungkinan akan menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini prevalensi usia lanjut didunia diperkirakan mencapai 524 juta jiwa dan akan terus meningkat hingga mencapai 1,5 milyar pada tahun 2050 (WHO, 2015).

Lebih terperinci

DINAMIKA KONSEP DIRI PADA NARAPIDANA MENJELANG BEBAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SRAGEN SKRIPSI

DINAMIKA KONSEP DIRI PADA NARAPIDANA MENJELANG BEBAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SRAGEN SKRIPSI DINAMIKA KONSEP DIRI PADA NARAPIDANA MENJELANG BEBAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SRAGEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan merupakan hal yang diharapkan dari setiap pasangan suami istri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan merupakan hal yang diharapkan dari setiap pasangan suami istri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan hal yang diharapkan dari setiap pasangan suami istri. Kehamilan merupakan sebuah peristiwa besar bagi wanita dan keluarga. Kehamilan yang sehat,

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013 ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 03 I Dewa Ayu Aninda Vikhanti, I Gusti Ayu Indah Ardani Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi

Lebih terperinci

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa. prevalensi nasional penyakit jantung adalah 7,2% (berdasarkan diagnosis tenaga

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa. prevalensi nasional penyakit jantung adalah 7,2% (berdasarkan diagnosis tenaga 1 Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa prevalensi nasional penyakit jantung adalah 7,2% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala) dan Provinsi DI Yogyakarta berada sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi menular penyebab kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus (HIV). Menurut survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi Human Papilloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi, terutama HPV 16 dan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi Human Papilloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi, terutama HPV 16 dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks adalah penyakit ganas pada serviks uterus yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi, terutama HPV 16 dan 18.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami fraktur dan bisa menyebabkan kematian lebih dari 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronis mempunyai prevalensi yang terus meningkat di seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis diperkirakan mengakibatkan sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Osteoartritis (OA) lutut adalah suatu kondisi inflamasi, keadaan reumatik kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan. Osteoartritis

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. melebihi jumlah populasi anak yang merupakan kejadian yang pertama kali dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. melebihi jumlah populasi anak yang merupakan kejadian yang pertama kali dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jumlah populasi usia lanjut di dunia mencapai 600 juta jiwa dan diperkirakan akan mencapai 2 milyar pada tahun 2050, saat itu usia lanjut akan melebihi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13 Tahun 1998). Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel kanker dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pelayanan, pengobatan, dan observasi secara ketat (Kemenkes,

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pelayanan, pengobatan, dan observasi secara ketat (Kemenkes, 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan ICU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis stabil yang membutuhkan pelayanan, pengobatan, dan observasi secara ketat (Kemenkes, 2010). Menjalani perawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. spiritual merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi kualitas hidup. yang optimal (Optimum Aging). (Hurlock, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. spiritual merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi kualitas hidup. yang optimal (Optimum Aging). (Hurlock, 1992). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah-masalah yang muncul pada lansia seperti kemunduran fisik, penurunan fungsi seksual, perubahan aspek psikoseksual, perubahan dalam peran di masayarakat maka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Kasihan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Tempat ini dipilih sebagai lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Kementrian Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten yang bersifat reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong penyakit yang penularannya melalui

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Mood disorders atau gangguan emosional merupakan. salah satu gangguan mental yang umum terjadi. Sekitar 3

1 BAB I PENDAHULUAN. Mood disorders atau gangguan emosional merupakan. salah satu gangguan mental yang umum terjadi. Sekitar 3 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mood disorders atau gangguan emosional merupakan salah satu gangguan mental yang umum terjadi. Sekitar 3-5% populasi pada suatu saat dalam kehidupannya pernah megalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Usia lanjut atau lanjut usia merupakan kelompok usia yang mengalami peningkatan paling cepat dibanding kelompok usia lainnya. Dalam bidang kesehatan, hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke merupakan kejadian serebrovaskular yang terjadi mendadak dengan tanda-tanda klinis gangguan fokal atau global dari fungsi serebral yang menetap minimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologi. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah gangguan secara psikologis atau perilaku yang terjadi pada seseorang, umumnya terkait dengan gangguan afektif, perilaku, kognitif dan perseptual.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Depkes RI (2003), gangguan jiwa adalah gangguan pikiran, perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan tergangguanya fungsi sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut usia di Indonesia diproyeksikan pada tahun 1990 2023 akan naik 414 %, suatu angka tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah investasi paling mahal guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam era globalisasi ini kemajuan teknologi mampu memberikan pengaruh perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan ingin memperoleh sesuatu yang ingin diwujudkan dengan melakukan usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan ingin memperoleh sesuatu yang ingin diwujudkan dengan melakukan usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan kekurangan dan ingin memperoleh sesuatu yang ingin diwujudkan dengan melakukan usaha (Asmadi,2008). Ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proporsi usia lanjut (WHO, 2005, pp. 8-9). Di Indonesia, data survei kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proporsi usia lanjut (WHO, 2005, pp. 8-9). Di Indonesia, data survei kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia sebagai penyebab utama kedua kematian di negara maju dan di antara tiga penyebab utama kematian di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah psikologis yang sering terjadi pada masa remaja dan onsetnya meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Al- Qaisy, 2011). Depresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Infeksi HIV di Indonesia sudah merupakan masalah kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Infeksi HIV di Indonesia sudah merupakan masalah kesehatan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi HIV di Indonesia sudah merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian. Epidemi HIV/ AIDS di Indonesia dalam 4 tahun terakhir telah berubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi merupakan status kesehatan yang dihasilkan dari keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan energi dan zat gizi makro seperti protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah depresi kini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena dapat menyerang seluruh usia dan lapisan masyarakat. Depresi merupakan gangguan suasana perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kronik yang paling banyak ditemukan pada wanita dan ditakuti karena sering menyebabkan kematian. Angka kematian akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan kondisi masyarakat sangat cepat seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang cepat ini selain membawa manfaat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena berkaitan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi, dewasa, hingga menjadi tua. Lanjut usia (Lansia) merupakan suatu proses fisiologis yang pasti akan

Lebih terperinci

Ni Putu Diah Prabandari, I Made Sukarja, Ni Luh Gde Maryati Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Ni Putu Diah Prabandari, I Made Sukarja, Ni Luh Gde Maryati Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana PENGARUH COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY (CBT) TERHADAP POST TRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD) PADA PASIEN POST KECELAKAAN LALU LINTAS DI RSUP SANGLAH DENPASAR Ni Putu Diah Prabandari, I Made Sukarja, Ni Luh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap krusial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Banyak tugas yang harus dicapai seorang remaja pada fase ini yang seringkali menjadi masalah

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PNEUMONIA PADA BALITA DAN PENCEGAHANNYA DI KELURAHAN BULAKAN KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Penurunan yang terjadi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung kronis dan berdampak bagi penderita, keluarga dan. populasi dewasa, dengan angka kejadian terbesar pada tahun kelompok

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung kronis dan berdampak bagi penderita, keluarga dan. populasi dewasa, dengan angka kejadian terbesar pada tahun kelompok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan bentuk gangguan jiwa berat yang berlangsung kronis dan berdampak bagi penderita, keluarga dan masyarakat. Pravelensi skizofrenia di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan. Ini berarti, bahwa pembinaan dan bimbingan yang. diberikan mencakup bidang mental dan keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan. Ini berarti, bahwa pembinaan dan bimbingan yang. diberikan mencakup bidang mental dan keterampilan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembinaan dan bimbingan pemasyarakatan dilakukan melalui pendekatan pembinaan mental (agama, Pancasila, dan sosial masyarakat) meliputi pemulihan harga

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU ANTARA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

PERBEDAAN PERILAKU ANTARA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA PERBEDAAN PERILAKU ANTARA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar S-1 Keperawatan Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007). Namun pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh:

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci