BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (aging structured population), karena 7,18% dari penduduk Indonesia berusia 60

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (aging structured population), karena 7,18% dari penduduk Indonesia berusia 60"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak tahun 2000, Indonesia telah memasuki era masyarakat berstruktur tua (aging structured population), karena 7,18% dari penduduk Indonesia berusia 60 tahun ke atas (Efendi & Makhfudi, 2009). Berdasarkan data dari Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2010), selain memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia juga merupakan negara keempat dengan jumlah lansia terbanyak setelah China, Amerika dan India. Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010 jumlah lansia sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun, sedangkan pada tahun 2020 diprediksi jumlah lansia sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan propinsi yang paling diwaspadai, karena mempunyai angka harapan hidup lansia tertinggi se-indonesia (Arkadini, 2011). Data sensus penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa Propinsi DIY mengalami peningkatan pertumbuhan lansia menjadi 1,02%. Sensus sebelumnya mencatat pertumbuhan lansia hanya sebesar 0,7%. Jumlah lansia di DIY mencapai 12% dari total jumlah penduduk sehingga 10 tahun kedepan di DIY diprediksi akan terjadi ledakan jumlah penduduk lansia. Sleman merupakan Kabupaten di DIY yang mempunyai usia harapan hidup tertinggi di Indonesia (KMPK UGM, 2007). Dalam buku Kabupaten Sleman 1

2 2 dalam Angka 2006, jumlah penduduk lansia (usia 60 tahun ke atas) di Kabupaten Sleman pada tahun 2006 mencapai jiwa (10,68% penduduk), sedangkan penduduk lansia awal (usia tahun) ada sebanyak jiwa (3,69% penduduk). Usia harapan hidup lansia di Kabupaten Sleman mencapai lebih dari 72 tahun. Proses menua merupakan proses yang terus menerus atau berkelanjutan secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Manusia akan mengalami kemunduran baik struktur maupun fungsi organ dan keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan (Nugroho, 2008). Menua adalah proses yang kompleks dari biologi, psikososial, budaya dan perubahan pengalaman (DeLaune & Ladner, 2011). Proses menua merupakan suatu akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan patofisiologis yang terjadi seiring dengan berlalunya waktu, yang meningkatkan kemungkinan diserang penyakit serta berdampak pada kelainan fisik, mental, dan sosial. Secara fisik, lansia mengalami perubahan organobiologik. Kapasitas dan fungsi-fungsi organ tubuh menurun (0,75%-1,00% per tahun mulai usia 31 tahun hingga pada usia 56 tahun, kapasitas dan fungsi organ tubuh 75%-81%). Daya tahan tubuh menurun, mudah terkena infeksi, penurunan fungsi panca indera dan tidak mampu menahan kencing dan air besar. Perubahan-perubahan secara fisik, misalnya adanya penyakit fisik kronis, meningkatkan angka kejadian gangguan jiwa (Maslim 2012).

3 3 Secara mental, lansia sering mengalami gangguan mental seperti insomnia, stres psikososial, anxiety, gangguan perilaku: agresif, agitasi dan depresi (Jervis, 2007). Gangguan mental yang terbanyak dialami oleh lansia adalah depresi, yang merupakan gangguan jiwa oleh karena stresor psikososial yang bersifat kronis maupun akut (Hawari, 1997; Soewadi, 1999). Depresi merupakan masalah yang sering terjadi pada lansia yang banyak berdampak negatif terhadap bagian kehidupan mereka (Ko & Youn, 2011). Depresi pada lansia merupakan hasil interaksi dari faktor biologi, psikologi, dan sosial. Faktor biologi yaitu hilangnya sejumlah neuron di otak, genetik maupun adanya penyakit fisik. Faktor psikologi berupa rasa rendah diri dan kurang rasa keakraban. Sedangkan faktor sosial berupa kesepian, berkabung, kemiskinan dan kurangnya interaksi sosial (Agus, 2002). Depresi dapat berdampak terhadap gangguan isi pikir, gangguan tidur, interaksi sosial, kognitif dan memori serta perilaku bunuh diri (Boyd, 2008; Potter & Perry, 2011). Menurut penelitian Tsoh et al., (2005), lansia yang mengalami depresi beresiko sebesar 67% untuk melakukan bunuh diri. Sejauh ini, prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15%. Hasil meta analisis dari laporan negara-negara di dunia mennggambarkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5% dengan perbandingan wanita-pria 14,1 : 8,6 (Rachmawati, 2008). Berdasarkan penelitian Wirasto (2007), di Kota Yogyakarta prevalensi gangguan depresi pada lansia mencapai 56,4%. Menurut penelitian Dewi (2011), prevalensi depresi pada lansia di Panti Wreda Abiyoso Sleman mencapai 53%. Depresi pada lansia dapat diperberat oleh adanya bencana alam

4 4 (Nurhasanah et al., 2009). Lansia merupakan kelompok yang sangat rentan mengalami gangguan jiwa akibat bencana (Jia et al, 2010). Erupsi Gunung Merapi pada tanggal 25 Oktober sampai 30 November 2010 merupakan erupsi terbesar sejak tahun Peristiwa itu telah meluluhlantakan rumah, bangunan, lahan pertanian, membunuh ternak yang menjadi sandaran hidup dan mengakibatkan kerusakan fisik lainnya yang luar biasa di Kabupaten Sleman dan sebagian Jawa Tengah (Joewono, 2010). Korban jiwa yang meninggal lebih dari 353 orang, yang mengalami cidera sekitar 450 orang dan cukup banyak diantara mereka yang mengalami kecacatan fisik permanen (Bappenas, 2011), serta jiwa diungsikan (Triyoga, 2010). Bencana erupsi Gunung Merapi memang berbeda dengan erupsi gunung berapi yang lain. Letusan yang terjadi merupakan salah satu letusan terbesar yang menimbulkan lontaran material vulkanik setinggi 6,5 km dari puncak merapi (Gema BNPB, 2011). Selain itu, sering juga terjadi erupsi susulan berkepanjangan dengan intensitas rendah sampai sedang, munculnya fenomena alam yang tidak biasa seperti adanya gumpalan awan putih seperti Petruk yang menunjukkan jari ke arah Kraton Yogyakarta, terdengarnya suara glar-glur dari gunung Merapi dan guguran lava pijar. Masih dalam kondisi tercekam, sering pula datang bencana angin puting beliung dan banjir lahar dingin di Kali Gendol, Kali Boyong, maupun Kaliadem. Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi memperkirakan masih ada 90 juta kubik lahar dingin Gunung Merapi yang siap meluncur saat musim hujan (Kurniawan, 2011).

5 5 Terjadinya bencana alam berskala besar yang menimbulkan kerusakan dan kehancuran fisik yang luar biasa, menelan korban jiwa, menimbulkan kecacatan dan cidera dalam jumlah yang sangat banyak secara beruntun merupakan suatu peristiwa yang sangat traumatis dan di luar kelaziman. Peristiwa semacam itu merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan kejiwaan dan perilaku (Nurhasanah et al., 2009), serta dapat dipastikan menimbulkan stresor pasca trauma yang secara langsung akan mempengaruhi gangguan kejiwaan (Kaplan, 1995), baik bagi yang mengalami langsung maupun bagi yang menyaksikan (Galambus, 2004). Hasil penelitian Novia (2005) terhadap individu yang mengalami bencana alam di negara berkembang, menemukan sebanyak 81% korban mengalami postraumatik, 78% mengalami gangguan somatik, 57% mengalami gejala depresi, 22% mengalami gangguan konsentrasi, dan 19% mengalami kecemasan. Menurut WHO, 60% penduduk di wilayah bencana gempa bumi dan tsunami 24 Desember 2004 di Nangroe Aceh Darussalam mengalami gangguan psikologi, dan yang didiagnosis mengalami gangguan psikiatrik sekitar 1,5-2 juta orang. Penelitian Good B. (2006) di 3 kabupaten di Provinsi Aceh pasca tsunami menemukan 69% mengalami gangguan kecemasan, 60% mengalami depresi berat dan 34% mengalami gangguan stres pasca trauma. Penelitian Souza (2007) terhadap 262 orang korban tsunami di Aceh menunjukkan 83,6% mengalami stres berat dan 77,1% mengalami depresi. Hasil penelitian Sumarni (2011), didapatkan data bahwa sekitar 79% wanita di Huntara Kuwang mengalami depresi.

6 6 Pada korban erupsi Merapi, gangguan psikiatrik akan menjadi semakin berat dan berkepanjangan dikarenakan adanya keparahan paparan baik pada individu maupun masyarakat seperti kehilangan anggota keluarga yang dicintai, harta benda, pekerjaan, tempat bercocok tanam, tempat tinggal dan ternak, serta kerusakan infrastruktur maupun lingkungan turut menambah beban hidup (Bappenas, 2011). Korban selama berbulan-bulan harus hidup dalam tenda pengungsian seadanya yang penuh sesak, bercampur dengan orang-orang sakit dengan fasilitas sanitasi yang sangat kurang dan masih terus diselimuti kekhawatiran bahwa sewaktu-waktu dapat terjadi bencana susulan, banjir lahar dingin, atau puting beliung. Stresor baru yang dihadapi oleh para korban adalah bertempat tinggal di hunian sementara (Huntara) yang sempit beratap seng dan berdinding bambu. Hal ini dirasakan tidak nyaman karena panas saat siang hari dan pada malam hari terasa sangat dingin. Dinding bambu yang digunakan, anyamannya tidak rapat sehingga air hujan mudah menerobos masuk ke dalam bangunan Huntara. Apabila angin kencang, atap rumah berterbangan dan kadangkadang bisa menyebabkan rumah roboh. Selain itu, ketidakpastian pemberian jaminan hidup serta ketidakpastian harus menunggu berapa tahun tetap tinggal di Huntara juga merupakan stresor tersendiri yang berat. Kondisi yang diuraikan di atas, dalam jangka waktu tertentu akan menimbulkan kecenderungan pada sebagian besar masyarakat untuk berprasangka negatif tentang lingkungannya, merasa tidak berdaya, kurang dapat menyukai hidupnya, kehilangan harapan, dan pada gilirannya tidak mustahil memunculkan perasaan tidak sanggup lagi melanjutkan hidup dalam penderitaan kemudian

7 7 mengambil keputusan untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri (Jing JJ., 2003). Di Kabupaten Sleman, sudah ditemukan 3 orang korban erupsi Merapi yang melakukan bunuh diri, yang diyakini berhubungan dengan penderitaan yang dialami akibat bencana erupsi Merapi. Gangguan psikiatrik dapat menjadi berkepanjangan, bisa memakan waktu hingga 10 tahun ke depan dan bahkan akan terjadi gangguan pasca trauma sampai dengan 30 tahun (Pitaloka, 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jia et al (2010), kelompok lansia yang selamat dari bencana lebih mungkin berkembang mengalami post traumatic stress disorder (PTSD) dan gangguan kejiwaan umum dibandingkan pada kelompok dewasa muda. Gangguan stres pasca trauma pengaruhnya lebih buruk dialami lansia dan prevalensinya menunjukkan peningkatan pada populasi lansia yang langsung terpapar bencana (Stain, 2005). Penelitian yang dilakukan Warih (2010) menemukan bahwa 51,6% lansia korban erupsi Merapi di Kabupaten Sleman mengalami depresi setelah satu tahun pasca erupsi Merapi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada lansia umumnya saja sudah rentan mengalami depresi, terlebih lagi pada lansia korban letusan Gunung Merapi, maka tingkat depresi mereka akan lebih tinggi lagi. Untuk mengatasi depresi, beberapa literatur merekomendasikan penggunaan terapi non farmakologi. Jenis terapi non farmakologi yang paling sering direkomendasikan adalah terapi kognitif dan perilaku atau cognitive and behavioural therapies/ CBT (Morin et al., 2006; Harsora P & Hessmann J, 2009). Akan tetapi, CBT mempunyai beberapa efek merugikan yakni membutuhkan biaya yang mahal, membutuhkan terapis terlatih dan keefektifannya akan

8 8 menurun pada lansia (Morin et al., 2006). Salah satu terapi yang dirasa efektif diterapkan untuk segala usia, mudah dilakukan tanpa batasan tempat dan waktu, serta ekonomis untuk mengatasi depresi adalah terapi tertawa. Beberapa literatur menyatakan bahwa terapi tertawa dapat memperbaiki derajat depresi (Wilkins & Eisenbraun, 2009), khususnya memberikan efek positif terhadap kejadian depresi pada lansia (Ko, HJ & Youn CH, 2011). Terapi tertawa mempunyai beberapa metode diantaranya terapi humor (Muhammad, 2011) dan metode permainan (Sumarni, 2001 cit Nugraheni et al., 2005). Menurut penelitian Sumarni et al (1999), pemberian perlakuan berupa kegiatan rekreasi dengan permainan yang menimbulkan tertawa dinilai lebih efektif dalam upaya penurunan derajat stres atau depresi dibandingkan dengan rekreasi tanpa permainan. Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 7 Februari 2012, didapatkan data bahwa jumlah lansia yang tinggal di Huntara Gondang I, Kabupaten Sleman, Yogyakarta kurang lebih sebanyak 150 orang. Wawancara yang telah dilakukan peneliti terhadap kepala dusun di daerah tersebut menunjukan bahwa ada banyak hal yang mengakibatkan beban hidup lansia di Huntara jauh lebih berat daripada sebelum terjadi bencana. Beberapa lansia ada yang masih mempunyai anak usia sekolah sehingga harus memikirkan biaya pendidikan anak mereka padahal saat ini mereka tidak bekerja. Tempat tinggal di Huntara yang sempit, berdinding bambu, dan beratap seng sehingga dirasa tidak nyaman karena panas dan banyak debu ketika musim kemarau, serta air mudah masuk ke dalam rumah ketika hujan turun. Trauma terhadap kejadian letusan Gunung Merapi juga masih terngiang di benak mereka, manakala mereka kehilangan anggota keluarga dan harta benda

9 9 yang mereka miliki. Hal-hal tersebut merupakan sumber stressor yang dapat menyebabkan permasalahan gangguan kejiwaan pada lansia, terutama depresi. Hal ini memerlukan penanganan serius, sesegera mungkin, berkesinambungan, dan seefektif mungkin. Keterlambatan dalam penanganan dan ketidakpedulian akan memperberat derajat depresi pada lansia, sehingga merugikan keluarga dan masyarakat karena sangat berpotensi berujung pada tindakan bunuh diri. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh humor permainan kearifan budaya lokal terhadap Depresi pada Lanjut Usia di Huntara Gondang I, Sleman. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimanakah pengaruh humor permainan kearifan budaya lokal pada lansia dengan depresi di Huntara Gondang I, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian humor permainan kearifan budaya lokal pada lansia dengan depresi di Huntara Gondang I, Kabupaten Sleman.

10 10 2. Tujuan khusus a. Mengetahui tingkat depresi pada lansia di Huntara Gondang I, Kabupaten Sleman sebelum dilakukan pemberian humor permainan kearifan budaya lokal. b. Mengetahui tingkat depresi pada lansia di Huntara Gondang I, Kabupaten Sleman sesudah dilakukan pemberian humor permainan kearifan budaya lokal. c. Mengetahui perbedaan tingkat depresi pada lansia di Huntara Gondang I, Kabupaten Sleman antara yang diberikan humor permainan kearifan budaya lokal (kelompok intervensi) dan yang tidak diberikan humor permainan kearifan budaya lokal (kelompok kontrol). D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas ilmu pengetahuan tentang pengaruh humor permainan kearifan budaya lokal pada lansia dengan depresi. 2. Praktis a. Lansia di Huntara Gondang I Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada lansia bahwa humor permainan kearifan budaya lokal merupakan salah satu cara untuk menurunkan depresi.

11 11 b. Perawat Komunitas Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada perawat komunitas di Huntara Gondang I untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada lansia dengan depresi, salah satu cara tersebut adalah dengan humor permainan kearifan budaya lokal. c. Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian sesuai kaidah yang berlaku. E. Keaslian Penelitian Sejauh pengamatan dan penelusuran oleh peneliti, penelitian mengenai pengaruh humor permainan kearifan budaya lokal terhadap depresi pada lansia belum pernah dilakukan, tetapi ada penelitian yang hampir sama, diantaranya: 1. Hariyanto et al (2005) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Stres Psikososial Pada Usia Lanjut Di Wirosaban RW XIV Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimental, dan rancangan control group pretest-postest. Subyek penelitian ini adalah 26 orang lansia yang tinggal di Wirosaban RW XIV Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Social Readjusment Rating Scale (SRRS). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh terapi tertawa terhadap stres psikososial pada lansia di Wirosaban RW XIV Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta.

12 12 Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada subyek penelitiannya yaitu sama-sama lansia yang berada di komunitas. Rancangan penelitiannya yaitu sama-sama menggunakan control group pretestpostest. Perbedaannya terletak pada variabel terikat yaitu pada penelitian ini adalah stres psikososial sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan adalah depresi. Lokasi penelitian yaitu pada penelitian ini bertempat di Wirosaban sedangkan penelitian yang akan dilakukan bertempat di Huntara Gondang I. Metode terapi tertawa yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode permainan modern sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan adalah terapi tertawa dengan humor permainan kearifan budaya lokal seperti menyanyi lagu daerah, menari dan melakukan permainan tradisional. 2. Nugraheni (2005) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Depresi Pada Usia Lanjut Di Wirosaban RW XIV, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan control group pretest-postest. Subyek penelitian ini sebanyak 16 orang lansia yang tinggal di Wirosaban RW XIV, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Geriatric Depression Scale (GDS), Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ), dan Standar Permainan Sumarni (2001). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh terapi tertawa terhadap depresi pada usia lanjut.

13 13 Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel terikat yaitu depresi. Rancangan penelitiannya yaitu sama-sama menggunakan control group pretest-postest. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian yaitu pada penelitian ini bertempat di Wirosaban sedangkan penelitian yang akan dilakukan bertempat di Huntara Gondang I. Metode terapi tertawa yang akan diberikan pada penelitian ini adalah terapi tertawa menggunakan metode permainan modern sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan metode terapi tertawa dengan humor permainan kearifan budaya lokal seperti menyanyi lagu daerah, menari dan melakukan permainan tradisional. 3. Ko & Youn (2011) melakukan penelitian yang berjudul Effects Of Laughter Therapy On Depression, Cognition and Sleep Among The Community- Dwelling Elderly. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan control group pretest-postest. Subyek penelitian ini sebanyak 109 orang lansia dengan usia di atas 65 tahun yang tinggal di wilayah Daegu, Korea Selatan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Geriatric Depression Scale (GDS), Mini-Mental State Examination (MMSE), Short-Form Health Survey-36 (SF-36), Insomnia Severity Index (ISI) dan Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI). Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi tertawa merupakan intervensi yang bermanfaat, ekonomis, dan mudah diakses serta mempunyai efek positif terhadap depresi, insomnia, dan kualitas tidur pada lansia. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabelnya yaitu depresi sebagai variabel terikatnya. Rancangan penelitiannya

14 14 yaitu sama-sama menggunakan control group pretest-postest. Instrumennya yakni menggunakan GDS untuk mengukur depresi dan subyeknya sama-sama lansia yang tinggal di komunitas. Perbedaannya terletak pada variabel terikatnya yaitu pada penelitian ini terdapat 3 variabel terikat antara lain: depresi, kognitif, tidur sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan hanya ada satu variabel terikat yaitu depresi. Lokasi penelitian yaitu penelitian ini bertempat di suatu komunitas umum di Korea Selatan sedangkan penelitian yang akan dilakukan bertempat di komunitas pasca bencana alam di Indonesia. Kriteria subyek penelitian pada penelitian ini adalah orang yang berusia 65 tahun atau lebih sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan kriterianya adalah orang yang berusia > 55 tahun serta mengalami depresi. Metode terapi tertawa yang akan diberikan yaitu pada penelitian ini terapi tertawa yang diberikan meliputi kegiatan meditasi tertawa, menari, menyanyi, dan melihat video terapi tertawa sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan metode terapi tertawa dengan humor permainan kearifan budaya lokal seperti menyanyi lagu daerah, menari dan melakukan permainan tradisional. 4. Sumarni DW (2009) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Rekreasi Terhadap Derajat Depresi Pada Tenaga Kerja Wanita Industri Tekstil di Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap survei dan eksperimen yang termasuk dalam jenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross sectional dan tahap eksperimen yang termasuk dalam jenis penelitian eksperimental menggunakan rancangan pre-test and post-test control design. Subyek penelitian ini sebanyak 335 orang wanita yang bekerja di

15 15 Industri Tekstil PT. KSM. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instrumen stressor psikososial SSRS, Instrumen Hamilton Depression Rating Scale (HDRS). Hasil penelitian menunjukan bahwa rekreasi humor berpengaruh lebih efektif terhadap penurunan derajat depresi pada pada tenaga kerja industri tekstil di Kabupaten Sleman dibandingkan dengan rekreasi tanpa humor, setelah diberi perlakuan rekreasi tenaga kerja industri tekstil lebih mampu mengelola stresor psikososial sehingga memperkecil kemungkinan memasuki kondisi depresi. Persamaannya terletak pada variabel bebas yaitu sama-sama terapi yang dapat menimbulkan tawa dengan metode permainan dan variabel terikatnya yaitu depresi. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian yaitu penelitian ini bertempat di industri tekstil dan tempat wisata di Kaliurang sedangkan penelitian yang akan dilakukan bertempat di Huntara Gondang I. Kriteria subyek penelitian pada penelitian ini adalah wanita yang bekerja di industri tekstil sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan kriterianya adalah orang yang berusia 55 tahun atau lebih. Metode terapi yang akan diberikan yaitu pada penelitian ini adalah terapi rekreasi yang dapat menimbulkan tawa dengan teknik permainan meliputi kegiatan mendengarkan musik, menari, menyanyi dangdut dan campursari, menikmati keindahan alam serta makanan khas di Kaliurang, dan melakukan permainan lucu seperti merias berantai, mengambil dan mengumpulkan tongkat dari dalam sarung. Metode terapi tertawa pada penelitian yang akan dilakukan lebih cenderung bersifat permainan yang mengangkat kearifan lokal seperti menyanyikan lagu, menari, atau melakukan permainan tradisional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Menurut Undang Undang No.13 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana merupakan suatu kejadian alam, buatan manusia, atau perpaduan antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan dampak negatif yang dahsyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Individu pasti akan mengalami proses penuaan (ageing process) yaitu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Individu pasti akan mengalami proses penuaan (ageing process) yaitu proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu (Tamher & Noorkasiani, 2009). Individu pasti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Adolesen (remaja) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang. muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang. muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Secara geologis letak wilayah Indonesia yang dilalui oleh jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu 9 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak, terutama bagi orang yang terkena dampak langsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) merupakan seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN 1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan meraih derajat Sarjana Keperawatan Disusun Oleh : ATIK ARYANI J 210

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Goals (MDGs) dengan indikator menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Goals (MDGs) dengan indikator menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan maternal adalah salah satu indikator Millennium Development Goals (MDGs) dengan indikator menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada usia ini sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India dan USA. Peningkatan jumlah lansia di negara maju relatif lebih cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Manusia akan mengalami keadaan tua atau memasuki tahap lanjut usia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lanjut usia adalah tahap masa tua dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana merupakan suatu kejadian traumatis (McFarlane, 2005). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana merupakan suatu kejadian traumatis (McFarlane, 2005). Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana merupakan suatu kejadian traumatis (McFarlane, 2005). Salah satu bencana dahsyat yang terjadi di Indonesia adalah letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia. Masalah tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada gangguan interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ibu menjadi 102 per kelahiran hidup. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ibu menjadi 102 per kelahiran hidup. Pembangunan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2014 salah satunya adalah menurunnya kematian bayi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 2010 tercatat sebagai bencana terbesar selama periode 100 tahun terakhir siklus gunung berapi teraktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya (National Cancer Institute,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya (National Cancer Institute, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit dimana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya (National Cancer Institute, 2009). Menurut

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Menurut Gema Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (2011:14), Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di dunia. Erupsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah gunung berapi yang masih aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk daerah yang rawan bencana dan memiliki jumlah penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam maupun akibat dari ulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Usia lanjut atau lanjut usia merupakan kelompok usia yang mengalami peningkatan paling cepat dibanding kelompok usia lainnya. Dalam bidang kesehatan, hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan kepulauan Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng bumi dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan curah hujan yang relatif

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua individu mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih cepat kelompok usia lainnya. Antara tahun 1970 dan 2025 pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang sangat diinginkan oleh semua orang. Setiap orang memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai guna memenuhi kepuasan dalam kehidupannya. Kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini tidak hanya terjadi di negara maju, tetapi di Indonesia pun terjadi hal yang serupa. Saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara periodik setiap tiga tahun, empat tahun atau lima tahun. Krisis Merapi yang berlangsung lebih dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di duniakarena posisi geografis Indonesia terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia yaitu Eurasia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Penurunan yang terjadi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Keperawatan KIKI SUSILOWATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara yang kaya akan gunung api dan merupakan salah satu negara yang terpenting dalam menghadapi masalah gunung api. Tidak kurang dari 30

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1.1.1.Sampah Plastik Perkembangan teknologi membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik, salah satu aspeknya adalah pada produk konsumsi sehari-hari. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, yang menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan suatu keadaan atau proses alamiah yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Memasuki usia tua terjadi banyak perubahan baik itu perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah lanjut usia dihadapi oleh negara- negara di dunia, termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa beberapa wilayah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau. Indonesia terletak diantara 2 benua yaitu benua asia dan benua australia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk upaya kuratif yang dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan penyakit karena lingkungan berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu 1980-2025. Pada tahun 1980 penduduk lansia di Indonesia

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini berbagai bencana terjadi di Indonesia. Dimulai dari gempa bumi, tsunami, banjir bandang hingga letusan gunung merapi. Semua bencana tersebut tentu saja

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun, disebabkan oleh mycobacterium leprae yang menyerang kulit saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Pada sebagian besar

Lebih terperinci

Laporan Hasil Assessmen Psikologis Penyintas Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Tim Psikologi UNS 1. Minggu ke-1 (18 Desember 2014)

Laporan Hasil Assessmen Psikologis Penyintas Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Tim Psikologi UNS 1. Minggu ke-1 (18 Desember 2014) Laporan Hasil Assessmen Psikologis Penyintas Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Tim Psikologi UNS 1 Minggu ke-1 (18 Desember 2014) 1. Gambaran situasi Situasi gawat darurat bencana tanah longsor di Desa

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS TUJUAN Memahami pengertian bencana dan krisis Memahami penyebab terjadinya bencana Mengidentifikasi proses terjadinya bencana Mengidentifikasi respons individu terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui berbagai proses dalam waktu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tim Cancer Helps, 2010). Data di Eropa pada tahun 1988 dan 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tim Cancer Helps, 2010). Data di Eropa pada tahun 1988 dan 1997 telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia merupakan suatu penyakit keganasan yang terjadi pada sel darah putih, yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan (Handayani, 2008). Di negara Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, Bendung Krapyak berada di Dusun Krapyak, Desa Seloboro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 7 36 33 Lintang Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan sebuah proses yang terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari tantangan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and Trans Asiatic Volcanic Belt dengan jajaran pegunungan yang cukup banyak dimana 129 gunungapi

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2 1. Serangkaian peristiwa yang menyebabkan gangguan yang mendatangkan kerugian harta benda sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia semakin mengalami perkembangan ke era globalisasi. Dengan adanya perkembangan zaman ini, masyarakat dituntut untuk mengikuti perkembangan modern. Tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan jenis gunungapi tipe strato dengan ketinggian 2.980 mdpal. Gunungapi ini merupakan salah satu gunungapi yang masih aktif di Indonesia. Aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi demografi sedang terjadi di seluruh dunia, sehingga terjadi penambahan proporsi penduduk lanjut usia, sedangkan proporsi penduduk berusia muda menetap atau berkurang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penuaan merupakan tahap akhir siklus kehidupan dari perkembangan normal yang akan dialami individu dan tidak dapat dihindari (Sutikno, 2011). Seseorang mulai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bencana menurut Undang-Undang No.24 tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan populasi penduduk lanjut usia (lansia) di dunia terus bertambah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan populasi penduduk lanjut usia (lansia) di dunia terus bertambah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan populasi penduduk lanjut usia (lansia) di dunia terus bertambah sesuai dengan peningkatan kinerja layanan kesehatan dan kemajuan teknologi kedokteran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138) digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. muda dan mulai muncul pada usia anak-anak. Satu dari sepuluh anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. muda dan mulai muncul pada usia anak-anak. Satu dari sepuluh anak memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di masa kini, permasalahan kesehatan mental sudah umum terjadi pada usia muda dan mulai muncul pada usia anak-anak. Satu dari sepuluh anak memiliki masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilintasi oleh jalur api (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan Australia. Letak wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sejak lahir dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa serta masa lansia. Keberhasilan pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahterahaan lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa, terdiri dari fase prasenium yaitu lanjut usia yang berusia antara 55-65 tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Terjadinya bencana alam di suatu wilayah merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan karena bencana alam merupakan suatu gejala alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia (lansia) disamping usia yang semakin bertambah tua terjadi pula penurunan kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi lansia adalah tingkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi lansia adalah tingkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan yang terbesar bagi lansia adalah

Lebih terperinci

Kebijakan Kesehatan Jiwa Paska Bencana: Terapi Pemberdayaan Diri Secara Kelompok Sebagai Sebuah Alternatif

Kebijakan Kesehatan Jiwa Paska Bencana: Terapi Pemberdayaan Diri Secara Kelompok Sebagai Sebuah Alternatif Kebijakan Kesehatan Jiwa Paska Bencana: Terapi Pemberdayaan Diri Secara Kelompok Sebagai Sebuah Alternatif Ni Wayan Suriastini 1, Bondan Sikoki 1, Nur Suci Arnashanti 1 1 SurveyMETER Erupsi Merapi 2010

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang dimana telah terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap (Hurlock, 1999). Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bandang Wasior di Irian, Tsunami di Mentawai, Sumatera Barat hingga

BAB I PENDAHULUAN. bandang Wasior di Irian, Tsunami di Mentawai, Sumatera Barat hingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam 2010 mengguncang Indonesia, mulai dari banjir bandang Wasior di Irian, Tsunami di Mentawai, Sumatera Barat hingga Letusan Gunung Merapi di Yogyakarta.

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRES PADA INDIVIDU YANG SELAMAT (SURVIVOR) DARI BENCANA ALAM. Kartika Adhyati Ningdiah

MANAJEMEN STRES PADA INDIVIDU YANG SELAMAT (SURVIVOR) DARI BENCANA ALAM. Kartika Adhyati Ningdiah MANAJEMEN STRES PADA INDIVIDU YANG SELAMAT (SURVIVOR) DARI BENCANA ALAM Kartika Adhyati Ningdiah 10508117 Latar Belakang Masalah Bencana merupakan peristiwa atau kejadian yang dapat menyebabkan kerugian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi ikut berkontribusi secara bermakna dalam dunia kesehatan. Salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa ialah melihat usia

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Usaha mengurangi resiko bencana, baik pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tsunami berasal dari bahasa Jepang, terbentuk dari kata tsu yang berarti. longsoran yang terjadi di dasar laut (BMKG, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Tsunami berasal dari bahasa Jepang, terbentuk dari kata tsu yang berarti. longsoran yang terjadi di dasar laut (BMKG, 2013). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tsunami berasal dari bahasa Jepang, terbentuk dari kata tsu yang berarti pelabuhan dan nami yang berarti gelombang. Berdasarkan terminologi, pengertian tsunami adalah

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU ANTARA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

PERBEDAAN PERILAKU ANTARA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA PERBEDAAN PERILAKU ANTARA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar S-1 Keperawatan Diajukan

Lebih terperinci

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKATT DEPRESI PADA LANSIA DI DESA KEDUNGWADUK KARANGMALANG SRAGEN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjanaa keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia (Nugroho, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat terelakkan. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin banyak kebutuhan lahan yang harus disiapkan untuk

Lebih terperinci