MODEL EXPONENSIAL ASI FAMILI S1 JAGUNG PADA LINGKUNGAN TERCEKAM ABIOTIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL EXPONENSIAL ASI FAMILI S1 JAGUNG PADA LINGKUNGAN TERCEKAM ABIOTIK"

Transkripsi

1 MODEL EXPONENSIAL ASI FAMILI S1 JAGUNG PADA LINGKUNGAN TERCEKAM ABIOTIK The Exponential Model ASI of Family S1 Maize Under Abiotic Stress Environment M Yasin HG, Roy Efendy dan Made J Mejaya Staf Peneliti Pemuliaan & Plasma Nutfah Balitsereal Maros ABSTRACT ASI (Anthesis Silking Interval) is the difference between silking and anthesis period of maize, the small value of ASI on population or inbred lines was being increasing of yield. The relation between ASI (x) and yield (y) was an exponential model with negative coefficient of β. The experiment was conducted on family S1 of population Pool-2(S1)C8 under drought condition in Bulukumba South Sulawesi, and population AMATL(S1)C6 under deficient nutrient on RYP (Red Yellow Podzolic) in Natar Bandar Lampung. Alfa lattice design with two replications. Was used in this study. The result shown that the model exponential under (1) drought condition was y = e x, R 2 = 75.22% and under RYP (2) was y = e x ; R 2 =79.14%. The test hypothesis of homogeneity coefficient of β (slope) on two models after anti-log shown that two coefficient of β were not significant under drought and deficient nutrient. The statistical test was used t-student model with d.f. (n1+n2-4) on 95 % level of significant, and could be predicted if ASI of Pool-2(S1)C8 and AMATL(S1)C2 were more than six days, then there would be no yield. Keywords : exponential, slope of β, abiotic Informatika Pertanian Volume 16,

2 PENDAHULUAN ASI (Anthesis Silking Interval) adalah selisish antara umur saat tanaman jagung berbunga betina (berambut) dengan berbunga jantan (pollen shed). ASI merupakan salah satu kriteria utama disamping hasil dalam seleksi famili jagung, nilai ASI yang rendah atau kurang dari empat hari adalah kriteria yang ideal untuk memperoleh famili terbaik. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ASI yang lebih dari tujuh atau delapan hari tidak diperoleh hasil. Hubungan matematik antara ASI (x) dengan hasil bobot biji (y) dapat dinyatakan dalam model exponensial yakni y = αe βx ; dimana x : peubah acak, dan koefisien β ditandai dengan nilai negatif. Menurut Modd et al., (1913) bahwa model y = αe -αx disebut model exponensial negatif untuk parameter α>0, nilai tengah E(x) = x f(x) dx = 1/α dan ragam E(x-µ) 2 = Ex 2 E(x) E(x) =1/α 2. Draper and Smith (1966) : Weisberg (1980) bahwa assumsi dari model exponensial yang di transfor-masi ke logaritma akan menjadi model linier sederhana dengan pengaruh sisa e i ~NID(0,σ 2 ), E(e i )=0, Var(e i )= σ 2, serta Cov(e i,e j )=0 untuk i j. Dikemukakan oleh Beck et al., (1996) bahwa pada lahan yang tercekam kekeringan, bentuk hubungan antara ASI dengan hasil bobot biji jagung famili S1-S3 mengikuti model exponensial dan diperoleh bahwa nilai ASI yang lebih dari tujuh hari diduga hasil <0,5 t/ha, dengan koefisien determinasi (R 2 ) = 70%. Menurut Gomez dan Gomez (1984) bahwa model exponensial adalah bentuk hubungan antara peubah bebas x dan peubah tak bebas y yang dinyatakan dalam model regressi non linier sederhana (simple non linier regression). Selanjutnya dikemukakan bahwa model ekponensial dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara berbagai aspek biologi yang mempunyai kisaran luas pada peubah tak bebas, misalnya model antara pemupukan (x) terhadap hasil (y), atau pertumbuhan antara setiap stadia tanaman (y) terhadap umur (x). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model exponensial antara ASI dan hasil famili S1 jagung, serta menguji slope (kesamaan koefisien β) atas dua populasi yang diseleksi pada lahan tercekam abiotik, yakni populasi Pool-2(S1)C8 yang diseleksi pada lahan tercekam kekeringan dan populasi AMATL(S1)C2 yang diseleksi pada lahan tercekam hara di lahan Podzolik Merah Kuning (PMK). Famili S1 adalah tanaman jagung dalam satu populasi yang mengalami satu kali kawin diri (selfing), jika dua kali kawin diri disimbol S2. Model yang diperoleh dari pengkajian ini dapat bermanfaat bahwa setiap populasi atau varietas jagung yang ditanam pada lahan tercekam abiotik akan berbeda respons hasilnya terhadap asi. 958 Model Exponensial ASI Famili S1 Jagung

3 BAHAN DAN METODA A. Bahan Bahan penelitian berupa sejumlah famili S1 dari populasi Pool-2(S1)C8 dan AMATL(S1)C2. Famili S1 dari kedua populasi sebelumnya dibentuk di KP Maros kemudian dievaluasi pada lingkungan tercekam abiotik yakni (1) cekaman kekeringan pada 256 famili S1 Pool-2(S1)C8 dievaluasi di Bulukumba Sulawesi Selatan dalam MK 2000, dan 200 famili S1 AMATL(S1)C2 tercekam hara Podzolik Merah Kuning di Natar, Bandar Lampung dalam MT 2000/2001. B. Metoda Kedua percobaan dievaluasi dengan metoda rancangan alfa latis sederhana dua ulangan. Pengambilan contoh dilakukan pada sejumlah famili yang dipilih secara acak dengan intensitas contoh 8-10%. Pengamatan di fokuskan pada saat umur berbunga jantan yakni saat 50% barisan tanaman per famili mengeluarkan serbuk sari (pollen shed), umur berbunga betina yakni saat 50% tanaman berambut (silking), dan hasil bobot biji kering (k.a. 15%). Selisih antara umur tanaman saat berbunga betina dan berbunga jantan disandi dengan peubah bebas (x/asi), dan hasil bobot biji dinyatakan dengan satuan kw/ha (1 ton = 10 kw) sebagai peubah tak bebas (y). C. Analisis Pada setiap seleksi dilahan tercekam abiotik (kekeringan dan kahat hara di PMK) dilakukan tahapan perhitungan dan pengujian sebagai berikut : c1. Perhitungan Koefisien α dan β Model exponensial y = αe βx, dilakukan transformasi ln y (logaritma dasar e) ke y yakni ln y = y. Sehingga model menjadi : y = α + βx. Peubah x (ASI), hari = UBB (umur berbunga betina) UBJ (umur berbunga jantan). Peubah y = hasil bobot biji kering kadar air 15%, kw/ha Selanjutnya koefisien α dihitung dengan formula : α = [(Σy )/n - β(σx )/n] β = [(ΣΣxy - (Σx)( Σy )/n]/ [(Σx 2 ) (Σx) 2 /n] (Draper and Smith, 1966: Weisberg, 1980) Informatika Pertanian Volume 16,

4 Koefisien α pada model exponensial : α = anti logaritma a Koefisien determinasi (R 2 ) = r 2, dimana : r = [(ΣΣxy - (Σx)( Σy )/n)]/ [(Σx 2 ) (Σx) 2 /n][(σy 2 ) (Σy ) 2 /n] c2. Pengujian Slop Kesamaan Hipotesis β Pengujian kesamaan koefisien regressi non linier (homogeneity of β) pada slop kedua, model yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H 0 : β 1 = β 2 H 1 : β 1 β 2 β 1 = koefisien exponensial pada seleksi di lahan tercekam kekeringan dan β 2 = pada lahan kahat hara di PMK Statistik uji terhadap hipotesis menggunakan model t-student pada d.b. n 1 +n 2-4 ( =43)taraf nyata 95 %. Jika t -hitung > t -tabel : tolak hipotesis H 0 dan dapat diartikan bahwa slop penurunan hasil pada kedua lingkungan tercekam abiotik adalah tidak berbeda nyata pada setiap pertambahan nilai kisaran ASI. t -hitung = (β 1 - β 2 ) / [ {(s p (1/s y x + 1/s y x )}] s y 2 x = (ragam pada cekaman kekeringan) = [{Σy 2 -(ΣΣxy/Σx 2 )}/(n-2)] s y 2x = (ragam pada cekaman PMK) = [{Σy 2 -(ΣΣxy /Σx 2 )}/(n-2)] s 2 p = ragam gabungan antara dilahan tercekam kekeringan dan PMK = (s y 2 x + s y 2x )/2 (Gomez and Gomez, 1984) 960 Model Exponensial ASI Famili S1 Jagung

5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berupa data umur berbunga betina, berbunga jantan serta hasil bobot biji (kw/ha) pada kadar air 15% disajikan pada Tabel 1 untuk seleksi dilahan tercekam kekeringan, dan Tabel 2 pada lahan kahat hara di PMK. Disamping itu pada tabel juga terlihat nilai rinci setiap peubah hasil hitungan berupa rataan, jumlah, jumlah kuadrat, jumlah hasil kali, koefisien determinasi R 2, koefisien α dan β serta koefisien anti logaritma α. Sesuai formula untuk menghitung koefisien ASI (x) terhadap hasil y (kw/ha) diperoleh : y = 31,912e -0,295x untuk lahan kekeringan, dan dilahan kahat hara PMK : y = 129,412e -0,450x, dengan nilai masing-masing R 2 = 75,52% dan 79,14%. Berdasarkan model ini terlihat bahwa pada lahan tercekam kahat hara PMK, potensi hasil famili S1 dari AMATL(S1)C2 lebih tinggi dari famili S1 Pool-2(S1)C8, atau jika terjadi proses penyerbukan yang bersamaan antara keluarnya rambut dan serbuksari (x=0) maka hasil bobot biji AMATL(S1)C2 lebih tinggi dari Pool-2(S1)C8. Hal ini dibuktikan dengan memberi nilai asi (x)=0 diperoleh nilai dugaan α pada model untuk populasi AMATL(S1)C2 di lahan RYP lebih tinggi nilainya dibanding Pool- 2)S1)C8 dilahan kering (129,41 dan 31,912). Selanjutnya dapat diketahui bahwa pada kondisi yang sangat tercekam (ASI=6 hari) dugaan hasil bobot biji (ў) dilingkungan kahat hara PMK lebih tinggi 3,21 kw/ha dibanding pada lingkungan kekeringan atau terdapat selisih hasil 59,0%. Westgate (1996) bahwa nilai maksimum dari hasil bobot biji diperoleh saat ASI pada kisaran 0-4 hari. Selanjutnya Bolanos dan Edmeades (1996) bahwa koefisien determinasi diperoleh R 2 =70,0% dengan hasil maksimal 4,0 t/ha pada famili S1-S3 jika ASI=0. Hasil analisis dari Claure (1996) bahwa galur S3 dapat dicapai 6,2-6,4 t/ha jika kisaran nilai ASI = 2,0-3,0 hari. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa untuk setiap pertambahan nilai ASI perhari maka dugaan hasil bobot biji (ў) selalu lebih tinggi pada famili yang tercekam kahat hara PMK dibanding cekaman kekeringan, dan jika ASI >6,0 hari diduga sudah tidak ada hasil. Edmeades et al., (1996) menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif ASI terhadap hasil pada lingkungan tercekam kekeringan dengan nilai R 2 =0,60. Hal ini dapat diartikan bahwa cekaman kekeringan lebih banyak menurunkan hasil bobot biji jagung dibanding cekaman pada kahat hara PMK. Informatika Pertanian Volume 16,

6 Tabel 1. Nilai ASI dan Hasil bobot biji Contoh Famili S1 Pool-2(S1)C8 Pada Lahan Tercekam Kekeringan. Bulukumba-Sulsel, MK 2000 No. Famili S1 UBJ UBB ASI (x) Hasil (y) kw/ha y = ln y Dugaan Hasil (ў) 1 Pool-2(S1)C ,1 1,629 5,435 2 Pool-2(S1)C ,8 1,568 5,435 3 Pool-2(S1)C ,6 2,262 7,301 4 Pool-2(S1)C ,3 1,840 7,301 5 Pool-2(S1)C ,2 2,219 7,301 6 Pool-2(S1)C ,5 2,140 7,301 7 Pool-2(S1)C ,6 2,262 9,806 8 Pool-2(S1)C ,3 1,667 9,806 9 Pool-2(S1)C ,6 2,262 9, Pool-2(S1)C ,1 2,092 9, Pool-2(S1)C ,3 2,278 13, Pool-2(S1)C ,1 2,779 13, Pool-2(S1)C ,6 2,361 13, Pool-2(S1)C ,3 2,851 13, Pool-2(S1)C ,6 2,975 13, Pool-2(S1)C ,0 2,996 17, Pool-2(S1)C ,3 2,851 17, Pool-2(S1)C ,9 2,991 17, Pool-2(S1)C ,5 3,314 17, Pool-2(S1)C ,4 2,595 17, Pool-2(S1)C ,2 3,339 23, Pool-2(S1)C ,0 3,091 31,912 (hasil : kadar air 15%), UBJ : umur berbunga jantan UBB : umur berbunga betina Σx = 74Σx/n = 3,364 Σx 2 = 302 Σy = 54,362Σy /n = 2,471Σy 2 = 140,442 ΣΣxy = 167,184r = -0,869R 2 = 75,52% α = 3,463 anti log α = 31,912β = - 0,295 Model exponensial y = 31,912e -0,295x 962 Model Exponensial ASI Famili S1 Jagung

7 Tabel 2. Nilai ASI dan Hasil bobot biji Contoh Famili S1 Pool-2(S1)C8 Pada Lahan Kahat Hara PMK, Natar-Bandar Lampung, MT 2000/01 No. Famili S1 UBJ UBB ASI (x) Hasil (y) kw/ha y = ln y Dugaan Hasil (ў) 1 AMATL(S1)C ,3 1,667 8,645 2 AMATL(S1)C ,1 1,029 8,645 3 AMATL(S1)C ,7 2, ,572 4 AMATL(S1)C ,7 2,815 13,572 5 AMATL(S1)C ,5 2,741 13,572 6 AMATL(S1)C ,5 2,741 13,572 7 AMATL(S1)C ,6 2,821 13,572 8 AMATL(S1)C ,0 3,496 21,306 9 AMATL(S1)C ,0 3,091 21, AMATL(S1)C ,2 3,100 21, AMATL(S1)C ,3 3,104 21, AMATL(S1)C ,3 3,104 21, AMATL(S1)C ,7 3,321 21, AMATL(S1)C ,2 3,502 21, AMATL(S1)C ,1 3,666 33, AMATL(S1)C ,6 3,514 33, AMATL(S1)C ,2 3,788 33, AMATL(S1)C ,9 3,661 33, AMATL(S1)C ,4 3,508 33, AMATL(S1)C ,7 3,799 52, AMATL(S1)C ,2 3,916 52, AMATL(S1)C ,0 3,912 52, AMATL(S1)C ,7 3,799 52, AMATL(S1)C ,1 4,112 82, AMATL(S1)C ,5 4,016 82,434 (hasil : kadar air 15%), UBJ : umur berbunga jantan UBB : umur berbunga betina Σx = 90Σx/n = 3,6 Σx 2 = 372 Σy = 81,038Σy /n = 3,241Σy 2 = 275,005 ΣΣxy = 270,104r = -0,889 R 2 = 79,14% α = 4,863 anti log α = 129,412β = - 0,450 Model exponensial y = 129,412e -0,450x Informatika Pertanian Volume 16,

8 Pengujian kesamaan β 1 = β 2 atas kedua model diperoleh hitungan sebagai berikut : s y 2x = [{Σy 2 -(ΣΣxy/Σx 2 )}/(n-2)], ragam cekaman kekeringan = [{6,113-(-0,048)/53,091)}/(22-2)] = 0,305 s y 2x = [{Σy 2 -(ΣΣxy /Σx 2 )}/(n-2)], ragam pada cekaman PMK = [{12,318-(-0,036)/48)}/(25-2)] = 0,535 s 2 2 p = (s y x + s y 2x )/2, ragam gabungan = 0,420 t -hitung = (β 1 - β 2 ) / [sqrt{(s p (1/s y x + 1/s y x )}] = (0,450 0,295) / [sqrt{(0,420(1/52,091+ 1/40}] = 1,189 tn t -tabel ( ;0,05) = 2,019 Koefisien β 1 = β 2 yang diuji pada model regressi sederhana yang tercekam abiotik, setelah dilakukan transformasi logaritma dasar e terhadap hasil bobot biji disajikan pada Gambar 1 berikut. ln y 4,0 - x ln y = 4,863 0,450 x 3,0 - o x r = -0,889 x 2,0 - o o x ln y = 3,463 0,295 x o x r = -0,869 1,0 - o ox 0,0!!!!!! 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 (ASI=x) Gambar 1. Hubungan hasil bobot biji dalam log e (ln y) terhadap ASI (rataan x ; x = kahat hara PMK, o = kekeringan) 964 Model Exponensial ASI Famili S1 Jagung

9 Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa nilai t-hitung < t-tabel sehingga disimpulkan untuk menerima hipotesis H 0 : β 1 = β 2 artinya slop penurunan hasil bobot biji dari populasi Pool-2(S1)C8 dilahan tercekam kekeringan tidak berbeda nyata dengan hasil populasi AMATL(S1)C2 dilahan tercekam kahat hara PMK. KESIMPULAN Bedasarkan hasil analisis ini diperoleh model exponensial dari populasi Pool-2(S1)C8 pada lahan tercekam kekeringan adalah y = 31,912e -0,295x, dan cekaman kahat hara dilahan PMK untuk populasi AMATL(S1)C2 y = 129,412e -0,450x dengan masing-masing koefisien determinasi R 2 = 75,52%, dan 79,14%. Pada model dapat diartikan bahwa jika didapatkan nilai asi=0 pada kedua lingkungan yang tercekam abiotik maka populasi Pool-2(S1)C8 lebih rendah hasilnya dibanding AMATL(S1)C2. Sedangkan jika asi 0, maka setiap pertambahan satuan nilai asi akan mengakibatkan penurunan hasil bobot biji yang sama (tidak berbeda nyata) pada kedua populasi. DAFTAR PUSTAKA Beck. D., J. Betran., M. Banziger., G. Edmeades., J. M. Ribaut., M. Willcox., S. K. Vasal., and A. Ortega., Progress in Developing Drought and Low Soil Nitrogen Tolerance in Maize., 51 st Annual Corn & Sorghum Research Conference. CIMMYT El Batan. Mexico. p. 85 Bolanos. J., and G. O. Edmeades., 1996., The Importance of the Anthesis Silking Interval in Breeding for Drought Tolerance in Tropical Maize. Proceedings of a Symposium. Developing Drought and Low N Tolerant Maize. March 25-29, CIMMYT El Batan. Mexico. p.355 Claure, T., Mejoramiento de Maiz Para Tolerancia a Sequia en el Chaco de Bolivia. Proceedings of a Symposium. Developing Drought and Low N Tolerant Maize. March 25-29, CIMMYT El Batan. Mexico. p.447 Draper. N. R., and H. Smith., 1966., Applied Regression Analysis. John Wiley & Sons., Inc., New York. p. 264 Edmeages. G. O., and J. Bolanos., S. C. Chapman., Value of Secondary Traits in Selecting for Drought Tolerance in Tropical Maize. Proceedings of a Symposium. Developing Informatika Pertanian Volume 16,

10 Drought and Low N Tolerant Maize. March 25-29, CIMMYT El Batan. Mexico. p.222 Gomez. K. A., and A. A. Gomez., 1984., Statistical Procedures for Agricultural Research. 2 nd Edition An IRRI Book. A Wiley-Interscience Publication. Joh Woley & Sons. Singapore. p. 388 Mood. A. M., F. A.. Graybill., and D. C. Boes., Introduction to the Theory of Statistics. 3nd. MC Graw-Hill Kagarusha. LTD. Tokyo. p. 237 Weisberg. S., 1980., Applied Linier Regression. University of Minnesota. St. Paul Minnesota. John Wiley & Sons. New York. p. 7 Westgate. M. E., Physiology of Flowering in Maize: Identifying Avenues to Improve Kernel Set During Drought. Proceedings of a Symposium. Developing Drought and Low N Tolerant Maize. March 25-29, USDA-ARS, North Central Soil Conservation Research Lab. Morris. MN. USA. CIMMYT El Batan. Mexico. p Model Exponensial ASI Famili S1 Jagung

Tanggap 210 Galur Rekombinan Jagung terhadap Cekaman Kekeringan. R. Neni Iriany, M., Andi Takdir, Marcia B. Pabendon, dan Marsum M.

Tanggap 210 Galur Rekombinan Jagung terhadap Cekaman Kekeringan. R. Neni Iriany, M., Andi Takdir, Marcia B. Pabendon, dan Marsum M. Tanggap 210 Galur Rekombinan Jagung terhadap Cekaman Kekeringan R. Neni Iriany, M., Andi Takdir, Marcia B. Pabendon, dan Marsum M. Dahlan Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274, Maros,

Lebih terperinci

PENERAPAN RANCANGAN TAK LENGKAP LATIS SEDERHANA PADA SELEKSI FAMILI JAGUNG

PENERAPAN RANCANGAN TAK LENGKAP LATIS SEDERHANA PADA SELEKSI FAMILI JAGUNG PENERAPAN RANCANGAN TAK LENGKAP LATIS SEDERHANA PADA SELEKSI FAMILI JAGUNG The applied of incomplete simple lattice design for selected of maize family M. Yasin HG, Syuryawati, Ismail, dan Made J. Mejaya

Lebih terperinci

SUTORO: SELEKSI TANAMAN JAGUNG PADA LINGKUNGAN PEMUPUKAN BERBEDA

SUTORO: SELEKSI TANAMAN JAGUNG PADA LINGKUNGAN PEMUPUKAN BERBEDA Respon Terkorelasi Karakter Sekunder Tanaman Jagung pada Seleksi di Lingkungan Pemupukan Berbeda Sutoro Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Jalan Tentara

Lebih terperinci

SELEKSI FAMILI JAGUNG DENGAN SEBARAN NORMAL

SELEKSI FAMILI JAGUNG DENGAN SEBARAN NORMAL , M. Yasin. HG dan Firdaus Kasim* SELEKSI FAMILI JAGUNG DENGAN SEBARAN NORMAL Pendahuluan Sebaran normal dikenal luas dan banyak digunakan oleh peneliti sebagai alat analisis dalam pengambilan kesimpulan.

Lebih terperinci

M. Yasin HG * PENDAHULUAN

M. Yasin HG * PENDAHULUAN M. Yasin HG * PENDAHULUAN Pada prosedur analisis statistika, ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran, pendugaan parameter, dan pengujian hipotesis dapat diterapkan untuk seleksi famili jagung. Seleksi

Lebih terperinci

KARAKTER NILAI TENGAH DAN RAGAM CONTOH JAGUNG GALUR CML TERHADAP TETUA BIMA-1

KARAKTER NILAI TENGAH DAN RAGAM CONTOH JAGUNG GALUR CML TERHADAP TETUA BIMA-1 KARAKTER NILAI TENGAH DAN RAGAM CONTOH JAGUNG GALUR CML TERHADAP TETUA BIMA-1 Characters of Means and Varians Sample of CML Inbred Lines on Parental Maize of Bima-1 M Yasin HG, Syamsuddin Mas, dan Idar

Lebih terperinci

Parameter Genetik Jagung Populasi Bisma pada Pemupukan yang Berbeda. II. Ragam dan Korelasi Genetik Karakter Sekunder

Parameter Genetik Jagung Populasi Bisma pada Pemupukan yang Berbeda. II. Ragam dan Korelasi Genetik Karakter Sekunder Jurnal AgroBiogen 3(1):9-14 Parameter Genetik Jagung Populasi Bisma pada Pemupukan yang Berbeda. II. Ragam dan Korelasi Genetik Karakter Sekunder Sutoro 1, Abdul Bari 2, Subandi 3, dan Sudirman Yahya 2

Lebih terperinci

ANALISIS SEBARAN HOTELLING S PADA PEUBAH BIJI JAGUNG QPM

ANALISIS SEBARAN HOTELLING S PADA PEUBAH BIJI JAGUNG QPM ANALISIS SEBARAN HOTELLING S PADA PEUBAH BIJI JAGUNG QPM Analysis of Hotelling s Distribution on Seeds Variable of QPM M. Yasin HG 1, Husnaini, Kahar Mustari dan Nadira R. Sennang 1. Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

YASIN ET AL.: KONVERSI INBRED TETUA JAGUNG HIBRIDA. Konversi Inbred Tetua Jagung Hibrida Menggunakan Donor Jagung QPM Gen Opaque-2

YASIN ET AL.: KONVERSI INBRED TETUA JAGUNG HIBRIDA. Konversi Inbred Tetua Jagung Hibrida Menggunakan Donor Jagung QPM Gen Opaque-2 YASIN ET AL.: KONVESI INBED TETUA JAGUNG HIBIDA Konversi Inbred Tetua Jagung Hibrida Menggunakan Donor Jagung QPM Gen Opaque-2 Djamaluddin dan M. Yasin HG Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. atulangi

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA

PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA Fauziah Koes dan Oom Komalasari Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida Kegiatan pemuliaan diawali dengan ketersediaan sumberdaya genetik yang beragam. Keanekaragaman plasma nutfah tanaman jagung merupakan aset penting sebagai sumber

Lebih terperinci

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

UJI KESESUAIAN HUKUM MENDEL DALAM MEMILIH BENIH JAGUNG OPAQUE

UJI KESESUAIAN HUKUM MENDEL DALAM MEMILIH BENIH JAGUNG OPAQUE UJI KESESUAIAN HUKUM MENDEL DALAM MEMILIH BENIH JAGUNG OPAQUE The Test of Mendel law for selected opaque seeds of maize M Yasin HG, Arifuddin, dan Faesal Peneliti Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT Baiq Tri Ratna Erawati 1), Awaludin Hipi 1) dan Andi Takdir M. 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

PROSPEK TONGKOL MUDA JAGUNG SUKMARAGA UNTUK LAHAN KERING DI WILAYAH NTT. M Yasin HG dan Yusuf Staf Pemulia Balitsereal dan Peneliti pada BPTP NTT )

PROSPEK TONGKOL MUDA JAGUNG SUKMARAGA UNTUK LAHAN KERING DI WILAYAH NTT. M Yasin HG dan Yusuf Staf Pemulia Balitsereal dan Peneliti pada BPTP NTT ) PROSPEK TONGKOL MUDA JAGUNG SUKMARAGA UNTUK LAHAN KERING DI WILAYAH NTT M Yasin HG dan Yusuf Staf Pemulia Balitsereal dan Peneliti pada BPTP NTT ) ABSTRAK Sukmaraga adalah varietas unggulan nasional yang

Lebih terperinci

Penentuan Komposisi Tanaman Induk Jantan dan Betina Terhadap Produktivitas dan Vigor Benih F1 Jagung Hibrida Bima-5

Penentuan Komposisi Tanaman Induk Jantan dan Betina Terhadap Produktivitas dan Vigor Benih F1 Jagung Hibrida Bima-5 Penentuan Tanaman Induk Jantan dan Betina Terhadap Produktivitas dan Vigor Benih F1 Jagung Hibrida Bima-5 Abstrak Sania Saenong dan Rahmawati Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros,

Lebih terperinci

MENENTUKAN PENGARUH INTERAKSI PERLAKUAN DENGAN METODE POLINOMIAL ORTOGONAL

MENENTUKAN PENGARUH INTERAKSI PERLAKUAN DENGAN METODE POLINOMIAL ORTOGONAL MENENTUKAN PENGARUH INTERAKSI PERLAKUAN DENGAN METODE POLINOMIAL ORTOGONAL E. JULIANTINI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Jl. Tentara Pelajar No.,

Lebih terperinci

BAB. IV ABSTRAK. Kata kunci: jagung pulut, komponen hasil, daya gabung umum, daya gabung khusus, dan toleran kekeringan

BAB. IV ABSTRAK. Kata kunci: jagung pulut, komponen hasil, daya gabung umum, daya gabung khusus, dan toleran kekeringan BAB. IV Daya Gabung Karakter Hasil dan Komponen Hasil Galur-galur Jagung Pulut (waxy corn) pada Kondisi Lingkungan Tanpa Cekaman dan Lingkungan Tercekam Kekeringan ABSTRAK Percobaan ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

SUTORO: SELEKSI BOBOT BIJI JAGUNG PADA LINGKUNGAN BERBEDA

SUTORO: SELEKSI BOBOT BIJI JAGUNG PADA LINGKUNGAN BERBEDA SUTORO: SELEKSI BOBOT BIJI JAGUNG PADA LINGKUNGAN BERBEDA Seleksi Bobot Biji Jagung pada Lingkungan Seleksi dan Lingkungan Target dengan Intensitas Cekaman Berbeda Sutoro Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP HASIL GENOTIPE JAGUNG

PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP HASIL GENOTIPE JAGUNG PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP HASIL GENOTIPE JAGUNG Suwardi dan M. Azrai Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Pengembangan jagung toleran kekeringan merupakan salah cara dalam meningkatkan

Lebih terperinci

KERAGAAN KARAKTER AGRONOMIS GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA

KERAGAAN KARAKTER AGRONOMIS GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA KERAGAAN KARAKTER AGRONOMIS GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA Anna Sulistyaningrum, Muzdalifah Isnaini, dan Andi Takdir M. Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Ratulangi 274, Maros, Sulawesi Selatan Email: anna.sulistya@gmail.com

Lebih terperinci

Jurnal Agrikultura Volume 19, Nomor 3, Tahun 2008 ISSN

Jurnal Agrikultura Volume 19, Nomor 3, Tahun 2008 ISSN Hubungan antara Kepadatan Populasi Kutu Daun Persik (Myzus persicae Sulz.) dan Tingkat Kerusakan Daun dengan Kehilangan Hasil Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Sudarjat Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA GENOTIP JAGUNG DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN PADA MUSIM KEMARAU DI BANGKALAN Donald Sihombing, Nurul Istiqomah, Wahyu Handayati dan Andi Takdir M. 2 Balai Pengkajian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa :. Model regresi yang mampu menjelaskan hubungan antara angka kematian bayi di Jawa Timur

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Jenis Kegiatan Minggu ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Persiapan Lahan X Penanaman X Penjarangan X Pemupukan X X Aplikasi Pupuk Hayati X X X X Pembubunan

Lebih terperinci

KRITERIA INDEKS TOLERAN JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN DAN NITROGEN RENDAH

KRITERIA INDEKS TOLERAN JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN DAN NITROGEN RENDAH Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015 KRITERIA INDEKS TOLERAN JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN DAN NITROGEN RENDAH Roy Efendi dan Muh. Azrai Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No.

Lebih terperinci

PENAMPILAN MORFOFISIOLOGI AKAR BEBERAPA HASIL PERSILANGAN (F1) JAGUNG (Zea mays L.) PADA DUA MEDIA TANAM DI RHIZOTRON SKRIPSI OLEH:

PENAMPILAN MORFOFISIOLOGI AKAR BEBERAPA HASIL PERSILANGAN (F1) JAGUNG (Zea mays L.) PADA DUA MEDIA TANAM DI RHIZOTRON SKRIPSI OLEH: PENAMPILAN MORFOFISIOLOGI AKAR BEBERAPA HASIL PERSILANGAN (F1) JAGUNG (Zea mays L.) PADA DUA MEDIA TANAM DI RHIZOTRON SKRIPSI OLEH: DESY MUTIARA SARI/120301079 AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS

EFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXX Nomor 3 Desember 2015 (209-214) ISSN 0215-2525 EFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS The Effectivity of Mass Selection Method in

Lebih terperinci

PEMAKAIAN VARIABEL INDIKATOR DALAM PEMODELAN. Mike Susmikanti *

PEMAKAIAN VARIABEL INDIKATOR DALAM PEMODELAN. Mike Susmikanti * PEMAKAIAN VARIABEL INDIKATOR DALAM PEMODELAN Mike Susmikanti * ABSTRAK PEMAKAIAN VARIABEL INDIKATOR DALAM PEMODELAN. Pemodelan dalam penelitian berbagai bidang khususnya bidang industri, merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF TETUA SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L.)

PENGUKURAN KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF TETUA SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L.) PENGUKURAN KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF TETUA SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L.) SKRIPSI Oleh : FIDELIA MELISSA J. S. 040307013 / BDP PET PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI

PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI BREEDING OF BLACK RICE VARIETY FOR DROUGHT TOLERANCE AND HIGH YIELD I Gusti Putu Muliarta Aryana 1),

Lebih terperinci

Nining Nurini Andayani, Muhammad Aqil, dan Syuryawati

Nining Nurini Andayani, Muhammad Aqil, dan Syuryawati APLIKASI MODEL REGRESI STEP WISE DALAM PENENTUAN HASIL JAGUNG PUTIH The Application of Stepwise Regression Model in the Determination of White Corn Yields Nining Nurini Andayani, Muhammad Aqil, dan Syuryawati

Lebih terperinci

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.) PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.) Danti Sukmawati Ciptaningtyas 1, Didik Indradewa 2, dan Tohari 2 ABSTRACT In Indonesia, maize mostly planted

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei s/d September 2012 di lahan kering Kabupaten Bone Bolango dan bulan Oktober 2012 di Laboratorium Balai Karantina

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih, Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Dramaga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

MODEL KURVA PERTUMBUHAN ITIK TEGAL JANTAN SAMPAI UMUR DELAPAN MINGGU

MODEL KURVA PERTUMBUHAN ITIK TEGAL JANTAN SAMPAI UMUR DELAPAN MINGGU MODEL KURVA PERTUMBUHAN ITIK TEGAL JANTAN SAMPAI UMUR DELAPAN MINGGU Dedi Rahmat Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Abstrak Penelitian bertujuan untuk menduga model kurva pertumbuhan itik tegal

Lebih terperinci

Perbaikan Populasi Jagung QPM MSQ-K1(S1)C0 dan MSQ-P1(S1)C0

Perbaikan Populasi Jagung QPM MSQ-K1(S1)C0 dan MSQ-P1(S1)C0 Perbaikan Populasi Jagung QPM MSQ-K1(S1)C0 dan MSQ-P1(S1)C0 M Yasin HG, Arifuddin, dan Made J. Mejaya Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi Selatan ABSTRACT. The Intra-population

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

JMHT Vol. XV, (1): 17-23, April 2009 Artikel Ilmiah ISSN: X

JMHT Vol. XV, (1): 17-23, April 2009 Artikel Ilmiah ISSN: X Penggunaan Analisis Regresi Terboboti dalam Penyusunan Model Pertumbuhan Peninggi Acacia mangium Willd. The Use of Weighted Regression Analysis for Constructing Top-height Growth Model of Acacia mangium

Lebih terperinci

Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) : Menutup tongkol dengan cukup baik. Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah-tengah batang

Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) : Menutup tongkol dengan cukup baik. Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah-tengah batang Lampiran 1. Deskripsi Jagung Varietas Bisma Golongan : Bersari bebas Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) Umur panen : ± 96 HST Batang : Tinggi sedang, tegap dengan tinggi ± 190 cm Daun

Lebih terperinci

REGRESI LINIER NONPARAMETRIK DENGAN METODE THEIL

REGRESI LINIER NONPARAMETRIK DENGAN METODE THEIL Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 167 174 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND REGRESI LINIER NONPARAMETRIK DENGAN METODE THEIL ALDILA SARTI Program Studi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak

Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Regresi Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak mendapatkan perhatian dan dipelajari oleh ilmuan dari hampir semua ilmu bidang

Lebih terperinci

Pertemuan 10 STATISTIKA INDUSTRI 2. Multiple Linear Regression. Multiple Linear Regression. Multiple Linear Regression 19/04/2016

Pertemuan 10 STATISTIKA INDUSTRI 2. Multiple Linear Regression. Multiple Linear Regression. Multiple Linear Regression 19/04/2016 19/04/016 Pertemuan 10 STATISTIKA INDUSTRI TIN 4004 Outline: and Correlation Non Linear Regression Referensi: Montgomery, D.C., Runger, G.C., Applied Statistic and Probability for Engineers, 5 th Ed. John

Lebih terperinci

Lahan pertanian di Indonesia didominasi oleh lahan

Lahan pertanian di Indonesia didominasi oleh lahan Pendugaan Nilai Daya Gabung Jagung Hibrida Toleran Kekeringan Muzdalifah Isnaini 1, Sriani Sujiprihati 2, dan Firdaus Kasim 3 1 Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN : Seminar Nasional Statistika 12 November 2011 Vol 2, November 2011

PROSIDING ISSN : Seminar Nasional Statistika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (DS.6) ANALISIS KURVA PERTUMBUHAN SEBAGAI ANALISIS SETELAH MANOVA UNTUK DATA LONGITUDINAL Enny Supartini Statistika F MIPA Universitas Padjadjaran Bandung e-mail : arthinii@yahoo.com Abstrak Eksperimen

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI AANB. Kamandalu dan S.A.N. Aryawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Uji daya hasil beberapa galur harapan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RANCANGAN PERCOBAAN DALAM TAHAPAN MEMBENTUK VARIETAS JAGUNG SINTETIK

PENGGUNAAN RANCANGAN PERCOBAAN DALAM TAHAPAN MEMBENTUK VARIETAS JAGUNG SINTETIK PENGGUNAAN RANCANGAN PERCOBAAN DALAM TAHAPAN MEMBENTUK VARIETAS JAGUNG SINTETIK The Step of Experimental Design for Release of Synthetic Maize Variety M. Yasin HG, dan Firdaus Kasim Staf Peneliti Pemuliaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

EVALUASI GALUR JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN

EVALUASI GALUR JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015 EVALUASI GALUR JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN Slamet Bambang Priyanto dan Roy Efendi Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274, Maros, Sulawesi

Lebih terperinci

RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL)

RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL) RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL) Oleh: Ir. Sri Nurhatika M.P Jurusan Biologi Fakultas MAtematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010 RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL) Penggunaan

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM SKOR KOMPONEN UTAMA PADA PERCOBAAN RESPONS-GANDA. Bahriddin Abapihi 1)

ANALISIS RAGAM SKOR KOMPONEN UTAMA PADA PERCOBAAN RESPONS-GANDA. Bahriddin Abapihi 1) Bahriddin Abapihi//Paradigma, Vol.15 No.1 Pebruari 2011 hlm.11 18 11 ANALISIS RAGAM SKOR KOMPONEN UTAMA PADA PERCOBAAN RESPONS-GANDA Bahriddin Abapihi 1) 1) Jurusan Matematika FMIPA, Universitas Haluoleo,

Lebih terperinci

Blok I Blok II Blok III. c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1

Blok I Blok II Blok III. c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1 Lampiran 1. Bagan Penelitian a Blok I Blok II Blok III V 2 P 0 b V 1 P 1 V c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1 e d V 3 P 1 V 4 P 0 V 3 P 1 V 2 P 1 V 1 P 0 V 2 P 1 V 3 P 0 V 5 P 1 V 5 P 0 V 4 P 1 V 3 P 0 V

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO 1 GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI- UNDIP GBPP 10.04.03 209 Revisi ke Tanggal Dikaji Ulang Oleh Dikendalikan Oleh Disetujui Oleh Ketua Jurusan Biologi GPM jurusan Biologi

Lebih terperinci

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA Fahdiana Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jarak tanam berhubungan dengan luas atau ruang tumbuh tanaman dan penyediaan

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENYERBUKAN TERHADAP KEBERHASILAN PEMBUAHAN JAGUNG PADA POPULASI SATP-2 (S2)C6

PENGARUH WAKTU PENYERBUKAN TERHADAP KEBERHASILAN PEMBUAHAN JAGUNG PADA POPULASI SATP-2 (S2)C6 94 THE EFFECT OF POLLINATION TIME ON THE SUCCESS OF CORN FERTILIZATION RATE ON SATP-2 (S2) C6 POPULATION PENGARUH WAKTU PENYERBUKAN TERHADAP KEBERHASILAN PEMBUAHAN JAGUNG PADA POPULASI SATP-2 (S2)C6 Maintang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg =

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg = LAMPIRAN 1 Perhitungan Kebutuhan Pupuk Kebutuhan pupuk kandang/ha = 2 ton Kebutuhan pupuk kandang/polibag Bobot tanah /polybag = Dosis Anjuran Massa Tanah Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha

Lebih terperinci

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik 42 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Jagung Hibrida BISI-18 Nama varietas : BISI-18 Tanggal dilepas : 12 Oktober 2004 Asal : F1 silang tunggal antara galur murni FS46 sebagai induk betina dan galur murni

Lebih terperinci

STATISTIKA. Teknik Informatika FT-UNSRAT 2013

STATISTIKA.  Teknik Informatika FT-UNSRAT 2013 STATISTIKA pinrolinvic@gmail.com www.haluakacang.blogspot.com Teknik Informatika FT-UNSRAT 2013 Tujuan Mengenal data dan karakteristiknya Mengetahui metode-metode statistika dan dasar peluang Menerapkan

Lebih terperinci

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

DAYA HASIL GALUR-GALUR KEDELAI TOLERAN LAHAN KERING MASAM DI LAMPUNG SELATAN

DAYA HASIL GALUR-GALUR KEDELAI TOLERAN LAHAN KERING MASAM DI LAMPUNG SELATAN DAYA HASIL GALUR-GALUR KEDELAI TOLERAN LAHAN KERING MASAM DI LAMPUNG SELATAN N. R. Patriyawaty, Heru Kuswantoro, Febria Cahya Indriani dan Agus Supeno Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Lebih terperinci

SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI

SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.) MENGGUNAKAN SISTEM SRI DENGAN PENGATURAN JARAK TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DI TANAH PODSOLIK MERAH KUNING Oleh: ARI HIDAYAT 10982005500 PROGRAM

Lebih terperinci

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut,

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN JAGUNG. VUB NASIONAL (Syntetik dan Hibrida)

PELUANG PENGEMBANGAN JAGUNG. VUB NASIONAL (Syntetik dan Hibrida) PELUANG PENGEMBANGAN JAGUNG BIJI UNGU antisianin SEBAGAI VUB NASIONAL (Syntetik dan Hibrida) M Yasin HG., Made J Mejaya, dan Sigit B.S 18 Mei 2017, Puslitbang Bogor BIJI UNGU antisianin Out line penyajian

Lebih terperinci

Hubungan antara variabel-variabel dalam contoh tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis yang disebut persamaan regresi.

Hubungan antara variabel-variabel dalam contoh tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis yang disebut persamaan regresi. KORELASI LINIER ANTARA 2 VARIABEL Korelasi Hubungan antara beberapa variabel Contoh 1. Apakah siswa yang pandai dalam matematika pandai pula dalam físika 2.Apakah tes masuk suatu sekolah menggambarkan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan

Lebih terperinci

ANALISIS POLINOMIAL ORTOGONAL BERDERAJAT TIGA PADA RANCANGAN ACAK LENGKAP

ANALISIS POLINOMIAL ORTOGONAL BERDERAJAT TIGA PADA RANCANGAN ACAK LENGKAP ANALISIS POLINOMIAL ORTOGONAL BERDERAJAT TIGA PADA RANCANGAN ACAK LENGKAP Muhammad Nursalam B 1, Anisa 2, Nasrah Sirajang 3 Program studi Statistika, Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Hasanuddin Muhammad.nursalam.b@gmail.com

Lebih terperinci

PRODUKSI HIJAUAN Desmodium uncinatum PADA BERBAGAI JENIS NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN

PRODUKSI HIJAUAN Desmodium uncinatum PADA BERBAGAI JENIS NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN PRODUKSI HIJAUAN Desmodium uncinatum PADA BERBAGAI JENIS NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN (Forage Production of Desmodium uncinatum under Different Shades and Cutting Intervals) ACHMAD FANINDI dan E. SUTEDI

Lebih terperinci

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007. 76 Lampiran 1. Deskripsi varietas jagung hibrida Bima3 DESKRIPSI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA BIMA3 Tanggal dilepas : 7 Februari 2007 Asal : Silang tunggal antara galur murni Nei 9008 dengan galur murni Mr14.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh rata-rata tinggi tanaman jagung vareitas bisi-2 pada pengamatan minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-8 disajikan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Skema Kegiatan Persilngan dengan Metode MAS 1 (Parsial)

Lampiran 1. Skema Kegiatan Persilngan dengan Metode MAS 1 (Parsial) Lampiran 1. Skema Kegiatan Persilngan dengan Metode MAS 1 (Parsial) Galur: DMR tetua pemulih x QPM donor (oo) (OO) 21 baris 5 baris F1 x DMR 105 baris 3 baris BC 1 F 1 MAS 105 baris satu marka SSR untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 1

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 1 Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 1 Dilepas tahun : 2008 Nama galur : MMC 157d-Kp-1 Asal : Persilangan buatan tahun 1996 Tetua jantan : VC 1973 A Tetua betina : VC 2750A Potensi

Lebih terperinci

Sebagai bahan pangan dan pakan, jenis jagung. Penampilan Jagung Protein Tinggi di Dua Lingkungan Tumbuh

Sebagai bahan pangan dan pakan, jenis jagung. Penampilan Jagung Protein Tinggi di Dua Lingkungan Tumbuh Penampilan Jagung Protein Tinggi di Dua Lingkungan Tumbuh Firdaus Kasim 1, M. Yasin HG 1, Evert Hosang 2, dan Koesnang 1 1 Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

Produktivitas tanaman antara lain dipengaruhi oleh

Produktivitas tanaman antara lain dipengaruhi oleh PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 28 NO. 1 2009 Analisis Lintasan Genotipik dan Fenotipik Karakter Sekunder Jagung pada Fase Pembungaan dengan Pemupukan Takaran Rendah Sutoro Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P Zubir et al.: Keragaan Pertumbuhan Jagung Dengan. KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P Zubir Marsuni 1), St. Subaedah 1), dan Fauziah Koes 2) 1) Universitas

Lebih terperinci

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA. 1. Pendahuluan

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA. 1. Pendahuluan MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA Kornelius Ronald Demu, Dewi Retno Sari Saputro, Purnami Widyaningsih Program Studi Matematika FMIPA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung 18 TINJAUAN PUSTAKA Jagung Kebutuhan jagung di Indonesia semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Upaya peningkatan produksi jagung terus dilakukan melalui usaha secara ekstensifikasi dan

Lebih terperinci

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 KAJIAN KETAHANAN TERHADAP CEKAMAN PADA PADI HITAM DAN PADI MERAH TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Megister Pertanian Pada Program Studi Agronomi Oleh: Intan Rohma Nurmalasari

Lebih terperinci

INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA

INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA Amin Nur 1), Karlina Syahruddin 1), dan Muhammad Azrai 1) 1) Peneliti Pemuliaan pada Balai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA LAHAN KERING PODZOLIK MERAH KUNING DI KABUPATEN KONAWE SELATAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA LAHAN KERING PODZOLIK MERAH KUNING DI KABUPATEN KONAWE SELATAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA LAHAN KERING PODZOLIK MERAH KUNING DI KABUPATEN KONAWE SELATAN Cipto Nugroho dan Sarjoni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara Jl.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE GENERALIZED RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS

PENERAPAN METODE GENERALIZED RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS e-jurnal Matematika Vol. 2, No. 1, Januari 2013, 54-59 PENERAPAN METODE GENERALIZED RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS NI KETUT TRI UTAMI 1, I KOMANG GDE SUKARSA 2, I PUTU EKA NILA

Lebih terperinci

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L.) TOLERAN ALUMINIUM SKRIPSI OLEH : SITI KURNIA /PEMULIAAN TANAMAN

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L.) TOLERAN ALUMINIUM SKRIPSI OLEH : SITI KURNIA /PEMULIAAN TANAMAN KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L.) TOLERAN ALUMINIUM SKRIPSI OLEH : SITI KURNIA 090301007/PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PERMUKAAN RESPONS DALAM MASALAH OPTIMALISASI

PENERAPAN METODE PERMUKAAN RESPONS DALAM MASALAH OPTIMALISASI E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.2, Mei 2013, 32-36 ISSN: 2303-1751 PENERAPAN METODE PERMUKAAN RESPONS DALAM MASALAH OPTIMALISASI ADE KUSUMA DEWI 1, I WAYAN SUMARJAYA 2, I GUSTI AYU MADE SRINADI 3 1,2,3

Lebih terperinci

Karakter Obatanpa(Pro-A) BC1C2-F2 dan KUI Carotenoid.Syn Calon Varietas Opv. Kaya Vitamin-A

Karakter Obatanpa(Pro-A) BC1C2-F2 dan KUI Carotenoid.Syn Calon Varietas Opv. Kaya Vitamin-A Karakter Obatanpa(Pro-A) BC1C2-F2 dan KUI Carotenoid.Syn Calon Varietas Opv. Kaya Vitamin-A M Yasin HG, Rahman Hr. dan Sigit Budi Santoso Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak Populasi Obatanpa(Pro-A)BC1C2-F2

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung)

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman 697-704 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL

Lebih terperinci

oleh PRITA DEWI HUTRIANA SARI NIM. M

oleh PRITA DEWI HUTRIANA SARI NIM. M ESTIMASI RATA-RATA PRODUKSI JAGUNG DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN PENDUGA RASIO PADA PENGAMBILAN SAMPEL ACAK SEDERHANA DENGAN KOEFISIEN KURTOSIS VARIABEL BANTU DAN REGRESI ROBUST oleh PRITA DEWI HUTRIANA

Lebih terperinci

DAYA HASIL CALON JAGUNG QPM BERSARI BEBAS

DAYA HASIL CALON JAGUNG QPM BERSARI BEBAS DAYA HASIL CALON JAGUNG QPM BERSARI BEBAS M. Yasin HG, N. N Andayani, dan Jamaluddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jagung bermutu protein tinggi ditandai oleh nutrisi protein (lysine dan tryptophan)

Lebih terperinci

JMP : Volume 6 Nomor 1, Juni 2014, hal REGRESI LINEAR BIVARIAT SIMPEL DAN APLIKASINYA PADA DATA CUACA DI CILACAP

JMP : Volume 6 Nomor 1, Juni 2014, hal REGRESI LINEAR BIVARIAT SIMPEL DAN APLIKASINYA PADA DATA CUACA DI CILACAP JMP : Volume 6 Nomor 1, Juni 014, hal. 45-5 REGRESI LINEAR BIVARIAT SIMPEL DAN APLIKASINYA PADA DATA CUACA DI CILACAP Saniyah dan Budi Pratikno Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di

Lebih terperinci

Evaluasi Plasma Nutfah Jagung (Zea mays L.) terhadap Kekeringan

Evaluasi Plasma Nutfah Jagung (Zea mays L.) terhadap Kekeringan Evaluasi Plasma Nutfah Jagung (Zea mays L.) terhadap Kekeringan Sutoro 1, Hadiatmi 1, S.G. Budiarti 1, D. Suardi 1, dan Y. Indarwati 2 1Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor 2Instalasi Penelitian

Lebih terperinci

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di: JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 209-218 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENGAMBILAN SAMPEL BERDASARKAN PERINGKAT PADA ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA

Lebih terperinci

SIMULASI PENGUKURAN KETEPATAN MODEL VARIOGRAM PADA METODE ORDINARY KRIGING DENGAN TEKNIK JACKKNIFE

SIMULASI PENGUKURAN KETEPATAN MODEL VARIOGRAM PADA METODE ORDINARY KRIGING DENGAN TEKNIK JACKKNIFE ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 333-342 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian SIMULASI PENGUKURAN KETEPATAN MODEL VARIOGRAM PADA METODE ORDINARY

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyusunan fungsi produksi menurut umur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyusunan fungsi produksi menurut umur HASIL DAN PEMBAHASAN Penyusunan fungsi produksi menurut umur Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang dapat dipanen pada saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun. Produksi TBS yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Performa Reproduksi Sapi Perah Impor Pertama

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Performa Reproduksi Sapi Perah Impor Pertama 48 LAMPIRAN Lampiran 1. Data Performa Reproduksi Sapi Perah Impor Pertama No. ID Sapi... Selanjutnya Ke Tanggal Tanggal Kawin Pertama Jumlah Servis (Kali) Service Period Lama Kosong Selang 1 776 1 13/08/2009

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG 1 PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA SKRIPSI OLEH NIKO FRANSISCO SILALAHI 090301024

Lebih terperinci

METODE DAN KARAKTER SELEKSI TOLERANSI GENOTIPE JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN

METODE DAN KARAKTER SELEKSI TOLERANSI GENOTIPE JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN i METODE DAN KARAKTER SELEKSI TOLERANSI GENOTIPE JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN ROY EFENDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci