14. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "14. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin"

Transkripsi

1 14. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin PERIPORITIS : Infeksi sekunder kelenjar keringat oleh S.aureus KRITERIA DX. Anamnesis : subjektif, sering asimptomatik. terdapat faktor predisposisi berupa hiperhidrosis, higiene buruk, malnutrisi, dan sering terdapat pada bersamasama dengan miliaria UKK : nodul eritematosa, soliter maupun multipel, berbentuk kubah, tidak nyeri kalau ditekan, dan tidak terdapat mata Distribusi : di daerah yang banyak keringat seperti pantat, batang tubuh bagian atas dan kulit kepala Px. penunjang : bila kasus rekurens, perlu diselidiki penyakit sistemik yang mendasari DD Furunkel : lesi ditembus oleh rambut dan memiliki mata TATALAKSANA : a. Umum : mengatasi faktor predisposisi yaitu dengan memperbaiki higiene, memakai pakaian yang menyerap keringat, menghindari panas yang berlebihan b. Medikamentosa : mempercepat drainase dengan kompres air hangat atau dengan povidon iodine yang diencerkan 10 x, 2 kali sehari selama menit, baru setelah itu dioleskan antibiotik kausatif dengan antibiotik, terutama topikal, yang efektif terhadap R stafilokokus misalnya gentamisin atau neomisin sulfat(cicatrin ) dengan BSO cream atau losion, 3-4 kali sehari selama 7-10 hari (ingat risiko ototoksik bila digunakan pada area yang luas). Antibiotik sistemik digunakan bila lesi

2 berjumlah banyak dan pada pasien immunocompromissed, digunakan dari golongan aminopenisilin (amoksisilin dengan dosis dewasa 3x mg,anak < 10 tahun 3x mg, diminum sesudah makan,atau ampisilin 4x mg, anak < 10 tahun dosisnya setengah dosis dewasa diminum 30 menit sebelum makan) atau eritromisin dengan dosis dewasa 4x500 mg, anak 2-8 thn 4x250 mg, anak < 2 tahun 4x125 mg, sesudah makan. Selain itu, anjurkan pasien membersihkan lesi dengan sabun antiseptik 2 kali sehari R (Betadine ) Folikulitis Radang folikel rambut, terutama disebabkan oleh S.aureus. Terdapat 2 jenis yaitu folikulitis superfisialis yaitu bila lesi hanya sampai di epidermis dan folikulitis profunda bila lesi mencapai dermis. KRITERIA DX. : Anamnesis : subjektif, terasa gatal dan terbakar terutama pada folikulitis profunda. Terdapat riwayat trauma, gigitan serangga, bekas goresan atau gorekan di kulit yang terinfeksi. Dijumpai terutama pada anak-anak. Faktor predisposisi yaitu higiene yang jelek, udara yang lembab dan panas, malnutrisi. oklusi, maserasi, dan friksi. UKK : papul dan pustula eritematosa, ditembus oleh rambut, multipel dan pada folikulitis profunda dapat teraba benjolan subkutan. Distribusi : didapatkan pada daerah berambut dimana pada folikulitis superfisialis terutama di wajah dan ekstremitas bawah sedangkan folikulitis profunda lebih banyak ditemui di dagu, daerah kumis, alis, aksila, pubis, dan paha Px. penunjang : px. Gram didapatkan kokus gram positif DD Akne vulgaris : predileksi terutama di wajah dan punggung, terdapat komedo, dan pustula (bila terinfeksi) tidak ditembus oleh rambut 321

3 Pseudofolikulitis : lebih sering pada pria kulit hitam dengan janggut keriting Keratosis pilaris : tidak didapatkan pustula TATALAKSANA : a. Umum : atasi faktor predisposisi b. Medikamentosa Kausatif dengan antibiotik, terutama topikal, yang efektif terhadap R stafilokokus misalnya gentamisin atau neomisin sulfat(cicatrin ) dengan BSO cream atau losion, 3-4 kali sehari selama 7-10 hari (ingat risiko ototoksik bila digunakan pada area yang luas). Antibiotik sistemik digunakan bila lesi berjumlah banyak dan pada pasien immunocompromissed, digunakan dari golongan aminopenisilin (amoksisilin dengan dosis dewasa 3x mg,anak < 10 tahun 3x mg, diminum sesudah makan,atau ampisilin 4x mg, anak < 10 tahun dosisnya setengah dosis dewasa diminum 30 menit sebelum makan) atau eritromisin dengan dosis dewasa 4x500 mg, anak 2-8 thn 4x250 mg, anak < 2 tahun 4x125 mg, sesudah makan. Selain itu, anjurkan pasien membersihkan lesi dengan sabun antiseptik 2 kali sehari R (Betadine ) Untuk mempercepat drainase, kompres dengan air hangat atau povidon iodine 1% (encerkan 1:10) 2 kali sehari selama menit, setelah itu baru dioleskan antibiotik Simptomatik diberikan bila terasa sangat gatal, dapat diberikan antipruritus oral yaitu antihistamin sedatif dan atau topikal yaitu hidrokortison cream 1% dioleskan tipis di atas antibiotik 2 kali sehari. Furunkel/Karbunkel : Dikenal awam dengan sebutan bisul, merupakan penyakit infeksi akut pada folikel rambut dan perifolikuler di lapisan dermis. Furunkel umumnya berkembang dari suatu folikulitis dan bila terdapat lebih dari satu furunkel disebut dengan furunkulosis. Karbunkel adalah beberapa furunkel yang konfluens, dipisahkan oleh jaringan ikat sehingga memiliki beberapa mata.biasanya disebabkan oleh S.aureus

4 KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis : Keluhan berupa rasa nyeri. Terdapat faktor predisposisi berupa obesitas, orang dengan higienitas yang buruk, dan pada orang dengan sistem imun yang kurang baik seperti pada penderita DM. UKK : nodul eritematosa berbentuk kerucut dan di tengahnya terdapat pustul. Kemudian melunak menjadi abses berisi pus dan jaringan nekrotik lalu memecah. Distribusi : daerah berambut, lembab, dan banyak mengalami tekanan yaitu di ketiak, bokong, tengkuk, dan punggung. Pemeriksaan Penunjang : pengecatan Gram dari sekret, biasanya menunjukkan kokus gram positif dengan gambaran leukosit PMN. Bila perlu, dilakukan kultur. Diagnosis Banding Akne kistika : lesi multipel terdistribusi di daerah wajah dan batang tubuh, selain itu juga dapat ditemukan lesi akneiformis lainnya seperti komedo, papul, dan pustul. Hidradenitis supuratif : nodul juga ditemukan di daerah ketiak, inguinal, dan perineum. TATALAKSANA : a. Umum : atasi faktor predisposisi b. Medikamentosa Untuk mempercepat drainase, kompres dengan air hangat atau povidon iodine 1% (encerkan 1:10) 2 kali sehari selama menit, setelah itu baru dioleskan antibiotik Simptomatik diberikan bila terasa sangat gatal, dapat diberikan antipruritus oral yaitu antihistamin sedatif dan atau topikal yaitu hidrokortison cream 1% dioleskan tipis di atas antibiotik 2 kali sehari. Kausatif dengan antibiotik, terutama topikal, yang efektif terhadap R stafilokokus misalnya gentamisin atau neomisin sulfat(cicatrin ) dengan BSO cream atau losion, 3-4 kali sehari selama 7-10 hari (ingat risiko ototoksik bila digunakan pada area yang luas). Antibiotik sistemik digunakan bila lesi berjumlah banyak dan pada pasien immunocompromissed, digunakan dari golongan aminopenisilin (amoksisilin dengan dosis dewasa 3x

5 mg,anak < 10 tahun 3x mg, diminum sesudah makan,atau ampisilin 4x mg, anak < 10 tahun dosisnya setengah dosis dewasa diminum 30 menit sebelum makan) atau eritromisin dengan dosis dewasa 4x500 mg, anak 2-8 thn 4x250 mg, anak < 2 tahun 4x125 mg, sesudah makan. Selain itu, anjurkan pasien membersihkan lesi dengan sabun antiseptik 2 kali sehari R (Betadine ) Bila lesi sudah matang, lakukan insisi dan drainase pus, lalu dioles dengan R salep kloramfenikol (Kemicetin ) selama 5-7 hari, dioleskan 3-4 kali sehari Selulitis Infeksi supuratif akut menyebar sampai ke jaringan dermis dan subkutan, biasanya disebabkan oleh S.aureus atau Streptococcus beta hemolitikus grup A KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis : gejala konstitusi berupa malaise, menggigil, dan demam yang dapat timbul mendadak sebelum timbulnya lesi. Demam tinggi dan meriang biasanya disebabkan infeksi Streptococcus beta hemolitikus Grup A. Lesi terasa nyeri dan terdapat nyeri pada perabaan. Adanya riwayat trauma atau penyakit kulit lain yang mendasari. UKK : lesi eritematosa difus dengan indurasi dan nyeri serta hangat pada perabaan, batas tidak tegas dan meninggi serta dijumpai tanda-tanda radang akut. Bisa tampak vesikel, bula, erosi, abses, maupun nekrosis di daerah lesi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan limfonodi regional dapat membesar dan nyeri pada penekanan. Distribusi : paling banyak pada tungkai bawah Pemeriksaan Penunjang : - Darah rutin didapatkan leukositosis dan peningkatan laju enap darah - Pengecatan Gram dan kalau perlu kultur baik dari lesi maupun dari darah untuk mengetahui jenis organisme yang menginfeksi. Spesimen diambil dari tepi lesi yang paling aktif dengan cara diaspirasi dengan 0,5 ml nonbakteriostatik saline

6 Diagnosis Banding Tromboflebitis superfisialis Dermatitis stasis Dermatitis kontak MANAJEMEN : a. Umum : istirahatkan ekstremitas yang terkena dan ditinggikan b. Simptomatik : bila membasah kompres hangat dengan antiseptik KMnO4 1/5000 (tersedia adalam konsentrasi 0,1% sehingga harus dicampur air dengan perbandingan 1: 5 atau dengan Povidon Iodine 1%, kalau tidak minimal dengan air hangat selama menit, 2 kali sehari. Berikan analgesik bila perlu. Untuk membersihkan jaringan nekrotik, irigasi dengan saline steril c. Kausatif : Antibiotik oral digunakan pada pasien yang tidak menunjukkan gejala sistemik yang parah. Antibiotik yang dapat diberikan adalah yang efektif terhadap kokus gram positif, yaitu penisilin seperti amoksisilin atau ampisilin namun karena sekarang ini terdapat kecendrungan resistensi sehingga dapat dipilih golongan penisilin yang tahan penisilinase seperti flukoksasilin (dosis dewasa 500 mg tiap 6 jam, 30 menit sebelum makan, dosis anak 2-10 tahun, setengah dari dosis dewasa, dan pada anak <2 tahun berikan dosis seperempat dosis dewasa, diminum 30 menit sebelum makan atau golongan seftriakson seperti sefaleksin (dosis 500 mg tiap 6 jam sesudah makan), yang harganya relatif mahal dan bila pasien memiliki alergi terhadap derivat penisilin dapat dicoba eritromisin 4x500 mg sesudah makan. Durasi terapi selama 7-10 hari. Umumnya perbaikan gejala seperti demam didapatkan dalam 24 jam terapi, bila tidak terjadi pertimbangkan melakukan kultur. Bila selulitis menyebar dengan cepat, gejala sistemik parah, dan terdapat faktor penyulit seperti pada pasien immunocompromised, berikan antibiotik intravena dan rujuk pasien ke rumah sakit. Erisipelas : Bentuk selulitis yang lebih superfisial, disebabkan oleh Streptokokus beta hemolitikus grup A dan Haemofillus influenza (pada anak-anak) 325

7 KRITERIA DX : Ax : umumnya diawali dengan gejala sistemik seperti malaise, demam, artralgia lalu muncul lesi di kulit berawal sebagai bercak merah atau didahului adanya lesi di kulit sebelumnya seperti dermatitis atau trauma UKK : eitema berwarna merah cerah, berbatas tegas, pinggirnya meninggi dengan tanda radang akut. Dapat disertai edema, vesikel, dan bula. Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitarnya terutama bagian proksimal. Distribusi : wajah dan ekstremitas Px Penunjang : pengecatan gram dari eksudat lesi menunjukkan kokus gram positif, lab darah rutin didapatkan leukositosis dengan kenaikan laju enap darah, kalau perlu dilakukan kultur dan sensitivitas darah DD Dermatitis fotokontak Dermatitis kontak alergika Selulitis TATALAKSANA a. Umum : bedrest b. Medikamentosa : Simptomatik : berikan analgesik sekaligus antipiretik bila terdapat nyeri dan R demam (Ibuprofen ), kompres hangat dengan air atau dengan larutan antiseptik. Kausatif dengan antibiotik sistemik seperti penisilin V (phenoxymethyl penicillin) 500 mg tiap 6 jam diminum 1 jam sebelum makan atau eritromisin 500 mg tiap 6 jam sesudah makan. Kalau keadaan umum pasien jelek, diperlukan antibiotik intravena dan rawat inap Ektima Infeksi kulit oleh S.aureus dan Streptokokus beta hemolitikus Grup A yang meluas sampai ke dermis, membentuk ulkus superfisial

8 KRITERIA DX : Anamnesis : subjektif, terasa nyeri dan nyeri tekan UKK : ulkus yang ditutupi krusta tebal dengan dasar eritematosa, nyeri dan terdapat indurasi Distribusi : ekstremitas terutama bagian distal Px.penunjang : pengecatan Gram menunjukkan kokus gram positif dengan neutrofil, kalau perlu dilakukan kultur dan sensitivitas darah DD:Impetigo krustosa TATALAKSANA a. Umum : jaga kebersihan kulit, anjurkan pasien mandi memakai sabun antiseptic b. Medikamentosa: Simptomatik : berikan analgesik Kausatif : antibiotik sistemik selama 7-10 hari dengan golongan penisilin seperti amoksisilin atau ampisilin dan eritromisin Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS) : infeksi kulit yang disebabkan oleh eksotoksin S.aureus tipe tertentu dengan ciri khas berupa epidermolisis ( lepasnya lapisan superfisial epidermis ). Paling sering terjadi pada neonatus dan anak< 2 tahun. Jarang pada orang dewasa. KRITERIA DIAGNOSIS : Anamnesis : riwayat infeksi saluran nafas/konjungtivitis/otitis media sebelumnya, demam tinggi mendadak, dan kulit lembek pada perabaan, anak rewel UKK : awalnya eritema mendadak di muka, leher, ketiak, dan lipat paha kemudian dalam jam timbul bula berdinding kendor (Nikolsky sign positif). Mukosa kulit tidak terlibat. 327

9 Distribusi : menyeluruh Px Penunjang : kultur dari daerah yang menjadi tempat kolonisasi kuman misalnya di nares, ataupun di umbilicus pada neonatus. Kalau bulanya yang dijadikan bahan untuk kultur, hasilnya malah steril. DD: TEN TATALAKSANA a. Umum : Atasi kegawatdaruratan dan pasang infus untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan jalur obat. b. Medikamentosa : berikan antibiotik sistemik eritromisin dengan dosis dewasa 4x500 mg, anak 2-8 thn 4x250 mg, anak < 2 tahun 4x125 mg atau kloksasilin 4x 500 mg (dosis anak setengahnuya dan dibawah 2 tahun berikan seperempatnya) selama hari dan bila terdapat tanda-tanda sepsis berikan antibiotik intravena.kortikosteroid adalah kontraindikasi. Rawat inap. Impetigo infeksi bakterial yang terbatas pada lapisan epidermis, terdapat 2 bentuk yaitu : impetigo bullosa dan impetigo krustosa. KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis : subjektif, terasa gatal UKK : impetigo bullosa : vesikel dan bula yang berisi caira kuning jernih atau sedikit keruh, tanpa daerah eritema di sekitarnya, bila atap bula dipecah meninggalkan erosi dangkal, predileksi di daerah lipatan tubuh Impetigo krustosa : vesikel maupun pustul kecil yang cepat ruptur dan menjadi erosi yang kemudian ditutupi oleh krusta, distribusi lesi menyebar dengan beragam bentuk, tanpa terapi yang memadai maka lesi bisa menyatu Distribusi : bullosa di daerah intertrigo dan yang krustosa di daerah wajah Px Penunjang : gram terdapat kokus gram positif

10 DD: DKA, herpes simpleks, ekskoriasi, dermatitis perioral, pemfigoid bulosa TATA LAKSANA a. Umum : jaga kebersihan b. Medikamentosa : antibiotik sistemik yaitu amoksisilin, kloksasilin atau eritromisin selama 14 hari. Bersihkan krusta dengan menggunakan kompres hangat 2 kali sehari selama menit dan anjurkan pasien untuk mandi memakai sabun antiseptik Eritrasma Infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh C. minutissimum, biasa terjadi pada daerah lipatan tubuh KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis :didapatkan faktor risiko seperti kelembapan, pakaian yang ketat, obesitas, dan hiperhidrosis. UKK : makula berbatas tegas berwarna merah atau merah kecoklatan Distribusi : daerah sela-sela jari kaki, lipat paha, dan di daerah aksilla. Px penunjang : woods lamp menunjukkan fluoresensi merah DD:Dermatofitosis, Candidiasis intertriginosa, Intertrigo TATALAKSANA a. Umum : atasi faktor predisposisi R b. Medikamentosa berikan salep eritromisin (Erymed ) 2 kali sehari sampai dengan 7 hari dan kalau lesi luas berikan antibiotik sistemik yaitu eritromisin 4x500 mg selama 7-10 hari. Sarankan pasien untuk mandi memakai sabun antiseptik R (Betadine ) 329

11 Intertrigo Peradangan non spesifik pada daerah lipatan tubuh (intertriginosa). Faktor predisposisi terjadinya intertrigo adalah udara yang panas, lembab, dan friksi, sehingga menyebabkan terjadinya maserasi. Terutama terjadi pada orang yang gemuk dan pada musim hujan. KRITERIA DX : Anamnesis : subjektif, gatal, rasa terbakar, dan rasa tertusuk-tusuk UKK : eritema, membasah, disertai dengan eksudasi Distribusi : daerah lipatan yaitu leher, payudara, ketiak, paha, dan bokong Px penunjang : dilakukan kalau terdapat tanda-tanda infeksi DD : Tinea cruris, Eritrasma, Kandidiasis intertriginosa TATALAKSANA : a. Umum : mengatasi faktor predisposisi yaitu dengan memperbaiki higiene, mengurangi kelembaban misalnya dengan memakai pakaian yang tidak terlalu ketat dan menyerap keringat, dan mengurangi friksi misalnya dengan mengurangi berat badan b. Medikamentosa : Kompres hangat dengan air hangat atau dengan larutan antiseptik seperti povidon iodine atau KMnO4 1/5000 pada lesi yang bersifat membasah Krim kortikosteroid topikal dengan potensi ringan (karena digunakan di daerah lipatan) seperti hidrokortison 1% dioleskan di atas lesi tipis-tipis Bedak tabur yang mengandung antipruritus dan antiradang terutama pada R orang gemuk untuk mengurangi friksi (Rodeca )

12 Pityriasis Rosea Erupsi kulit yang bersifat self limited ditandai oleh makula, papula, dan plak eritematosa berbentuk oval dengan skuama halus di daerah tepi. KRITERIA DX. : Anamnesis : subjektif, terasa gatal bersifat ringan sampai dengan sedang, UKK : lesi awal berupa patch eritematosa, soliter, berdiameter 2-6 cm, bentuk oval, dengan skuama halus di pinggirannya, predileksi terutama di badan, atau disebut juga dengan Herald Patch. Dalam 4-10 hari setelah munculnya lesi pertama, muncul ruam kulit serupa, ukuran lebih kecil, multipel, tersebar dengan pola tipikal yaitu Christmas Tree Appereance, yaitu sumbu panjang lesi oval akan sejajar dengan lipatan kulit. Distribusi : daerah yang tidak terkena sinar matahari yaitu badan, lengan atas bagian proksimal, dan paha bagian proksimal. DD Tinea korporis : makula eritematosa berbatas tegas dengan lesi satelit, tidak didapatkan erupsi, jumlah ruam lebih sedikit, KOH (-) Sifilis sekunder : sering disertai dengan gambaran sistemik, terdapat faktor risiko sifilis, px. serologis (bila perlu) Erupsi obat : riwayat pemakaian obat yang dicurigai menyebabkan erupsi kulit, subjektif lebih gatal, warna lesi merah terang, skuama lebih sedikit, dan ruam sering konfluen Psoriasis guttatae : skuama lebih tebal dan perjalanan penyakit lebih lama TATALAKSANA : Terapi medikamentosa diberikan bila terdapat keluhan gatal yang mengganggu. Dapat berupa antihistamin sedatif disertai pemberian obat topikal yaitu steroid potensi sedang atau bedak/lotion mengandung asam salisilat dicampur dengan R R sediaan antipruritus seperti mentol atau camphora (Caladine, Rodeca ) 331

13 R/ Chlorpheniramine maleat tab mg 4 no XV s.p.r.n.3 d.d.tab. I dan R/ Locoid cr. tube.. (1 tube=10 gram ) s.2 d.d.u.e. atau R/ As. salisilat 3% Menthol 1% Talc.venet. 20 % Oxid zinci 20% Gliserin 10% Aquae Spir.dil. aa. ad. 100% m.f.l.a. lot. ml s.2 d.d.u.e. Dalam minggu pertama munculnya erupsi kulit, dapat dilakukan terapi tambahan berupa berjemur di sinar matahari pagi atau soreuntuk mempercepat penyembuhan Lesi menyembuh spontan dalam minggu dan akan menimbulkan hipopigmentasi yang akan hilang sendiri dalam beberapa bulan Miliaria Kelainan kulit akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat yang menyebabkan retensi keringat. Di masyarakat dikenal sebagai biang keringat. Lebih banyak dijumpai pada musim kering serta lingkungan yang panas dan lembab KRITERIA DIAGNOSIS : Anamnesis : gatal terutama saat berkeringat, anak rewel terutama pada keadaan panas dan lembab UKK : vesikel atau papulovesikel dengan dasar kemerahan berukuran kecil-kecil dan berjumlah banyak. Bila serangan miliaria berlangsung lama, vesikel dapat mengalami infeksi sekunder dan menjadi pustula

14 Distribusi : leher, punggung, dada. dan kaki. DD : Dermatitis kontak : cenderung mengelompok dan gatalnya lebih hebat Folikulitis : pustula lebih besar dan lebih sedikit, tidak berada pada daerah berambut ( dd dengan miliaria pustulosa) TATALAKSANA : a. Umum : dengan mengatasi faktor predisposisi, yaitu hindari panas berlebihan, usahakan ventilasi yang baik, gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat b. Medikamentosa : - Losio Faberi R/ Ac. salicyl 0,5 % Talc.venetum 5 % Oxid zinci 5 % Amyl orizae 5 % Spir.dil.ad. 100% m.f.l.a.lot. g.. s.2 d.d.u.e. atau R R - Losio Calamin (Caladine, Caladryl ) atau - Bedak Salisil 2 %, s 2 d.d.u.e. c. Bila ada infeksi sekunder, berikan antibiotik dengan BSO cream URETRITIS DAN SERVISITIS NON GONOREA Peradangan uretra/ serviks dengan penyebab kuman selain Neisseria gonorrhoeae; Chlamidia trachomatis (terbanyak), Ureaplasma urealyticum, Trichomonas vaginalis, Candida albicans, Gardnerella vaginalis, HSV, tidak diketahui. 333

15 KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis/ Klinis: Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Penunjang: Anamnesis terdapat koitus suspek Masa inkubasi kebanyakan : 2-3 minggu Pada uretritis : discharge uretra, jernih sampai sedikit keruh, lendir, terutama pagi hari, BAK sakit Pada servisitis : discharge purulen/ mukopurulen endoservik, intermenstrual vaginal bleeding (biasanya setelah sexual intercourse) Dapat juga asimtomatik Pada uretritis : meatus eksternus eritem, edem atau tidak ada radang, discharge uretra sedikit, mukopurulen atau mukoid, seromukous (mungkin hanya keluar bila dimassage) Pada servisitis : discharge purulen/ mukopurulen endoservik, swab bleeding Bisa juga pemeriksaan normal Pemeriksaan Gram dari urethral smear : leukosit pmn spesimen FPU (first pass urine) : leukosit pmn 10 5, DGNI (-) atau dari DD Uretritis/ Servisitis Gonorea TERAPI Azithromycin 1 g oral dosis tunggal Doxycycline 2x100mg selama 7 hari Alternatif Eritromisin basa 4x500mg atau eritromisin etilsuksinat 4x800mg per oral (7 hari) loksasin 2x300mg per oral selama 7 hari (ex: sediaan 200 dan 400 mg Ethiflox, Floxan, Pharflox ) Levofloksasin 1x500 mg per oral selama 7 hari (ex: sediaan 250 dan 500 mg Levovid, Cravit, Volequin ) Infeksi yang rekuren dan persisten Metronidazol 1 g oral dosis tunggal (ex: sediaan 250 dan 500 mg Gravazol,

16 Farizol, Flagyl ) Tinidazol 2 g oral dosis tunggal (ex: sediaan 500mg Fasigyn ) Azithromycin 1 g oral dosis tunggal (jika tidak digunakan untuk inisial) INFEKSI GONOCOCCUS Peradangan uretra/ serviks dengan penyebab kuman Neisseria gonorrhoeae KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis/ Klinis: Anamnesis terdapat koitus suspek Masa inkubasi kebanyakan : 1-7 hari Pada uretritis : gatal/ nyeri pada ujung kemaluan, BAK sakit/ pedih, keluar cairan dari kemaluan terutama pagi makin lama makin banyak (komplikasi: demam, skrotum dan inguinal bengkak) Pada servisitis : biasanya asimtomatik atau keputihan warna kuning Pemeriksaan Fisik: Pada uretritis : tampak mukosa uretra eritem, edema, discharge mukopurulen (kuning kehijauan, ektropion Pada servisitis : vulva tenang; dinding vagina eritem/ normal; endoserviks eritem, edema, ektopi, swab bleeding, discharge mukopurulen Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Gram dari urethral smear : leukosit pmn 5, DGNI (+) atau dari spesimen FPU (first pass urine) : leukosit pmn 10 DD Uretritis/ Servisitis Non Gonorea TERAPI Uncomplicated Ceftriakson 125 mg IM dosis tunggal Cefixim 400 mg/ Siprofloksasin 500 mg/ loksasin 400 mg/ Levofloksasin

17 mg, per oral, dosis tunggal Disseminated Gonococcal Infection (DGI) gonococcal bacteremia (ptekhie/ lesi kulit pustular, atralgia asimetris, tenosinovitis, septik artritis) Ceftriakson 1 g IM/IV tiap 24 jam Alternatif : Cefotaxim 1 g IV tiap 8 jam atau Ceftizoxim 1 g IV tiap 8 jam atau Siprofloksasin 400 mg IV tiap 12 jam atau loxacin 400 mg IV tiap 12 jam atau Levofloxacin 250 mg IV tiap 24 jam atau Spectinomycin 2 g IM tiap 12 jam Terapi di atas diberikan hingga jam setelah perbaikan lalu dilanjutkan dengan antibiotik oral hingga 1 minggu Antibiotik oral : Cefixim 2x400 mg atau Siprofloksasin 2x500 mg atau loxacin 2x400 mg atau Levofloksasin 1x500 mg Meningitis dan Endocarditis Gonococcal Ceftriakson 1-2 g IV tiap 12 jam selama hari Terapi endokarditis dilanjutkan hingga 4 minggu VAGINOSIS BAKTERIAL Sindroma klinik pada vagina tanpa peradangan akibat perubahan lingkungan lokal/ mikro maupun perubahan endogen yang mengakibatkan pergantian flora normal Lactobacillus sp oleh bakteri anaerob terutama G. Vaginalis, Prevotella sp, Mycoplasma homini. KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis/ Klinis: Biasanya asimtomatik (> 50%) atau keluhan iritasi/ gatal ringan Vagina berbau seperti ikan ( fishy odor) Kadang dijumpai discharge vagina, homogen, putih keabuan atau kuning, melekat pada dinding vagina Pemeriksaan Fisik: Discharge vagina, homogen, putih keabuan atau kuning, melekat pada dinding vagina

18 Vagina berbau seperti ikan ( fishy odor) Pemeriksaan Penunjang: PH vagina 4,5 Tes amin (+) : discharge vagina dari forniks posterior dioleskan pada gelas obyek, tetesi dengan KOH 10%, akan tercium bau seperti ikan. Pada pengecatan gram ditemukan clue cells > 20% (epitel skuamosa vagina yang tertutup bakteri vagina sehingga tampak sebagai masa granuler padat) Cara lain: ambil discharge vagina dari forniks posterior dioleskan pada gelas obyek, tetesi dengan larutan garam fisiologis, tutup dengan deck glass, periksa di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400x. DD Candidiasis vulvovaginal Vaginitis Trikomonal TERAPI Metronidazol 500 mg atau Klindamisin 300 mg per oral 2 kali sehari(7 hari) Topikal : Metronidazol gel 0,75% intravagina 1x sehari selama 5 hari atau Klindamisin cream 2% intravaginal 1x sehari selama 7 hari TRIKOMONIASIS/ VAGINITIS TRIKOMONAL Infeksi protozoa pada vagina oleh Trichomonas vaginalis. KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis/ Klinis: Keluhan panas/ iritasi di vagina Keputihan yang banyak, berbau busuk, discharge kuning atau hijau, kadang berbuih 337

19 Pemeriksaan Fisik: Iritasi/ inflamasi/ eritem di dinding vagina Discharge banyak, berbau busuk, warna kuning atau hijau, kadang berbuih Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan lab dengan NaCl 0,9% ditemukan T. Vaginalis motil (bahan pemeriksaan diambil dari forniks posterior) PH vagina biasanya > 4,5 DD Vaginosis bakterial Candidiasis Vulvovaginal TERAPI Metronidazol 2 g per oral dosis tunggal atau dosis 500 mg per oral 2x sehari (7 hari) Tinidazole 2 g per oral dosis tunggal CANDIDIASIS VULVOVAGINAL Infeksi vagina dan atau vulva oleh kandida, terutama Candida albicans(80-92%) KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis/ Klinis: Pemeriksaan Fisik: Keluhan gatal (dominan), panas/ iritasi di vagina dan atau vulva Keputihan putih kental seperti susu/ keju, banyak, tidak bau/ kadang berbau masam BAK sakit, dyspareunia Dapat bersifat asimtomatik Iritasi/ eritem, edema, ekskoriasi, fisura di vagina dan atau vulva Pembengkakan pada labia minora

20 Discharge putih kental seperti susu/ keju (dinding vagina dijumpai gumpalan seperi keju), bisa banyak, tidak bau atau kadang berbau masam Bisa juga pemeriksaan normal Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan lab dengan KOH 10% atau salin atau pengecatan Gram : pseudohifa (bahan pemeriksaan dari dinding vagina kanan dan kiri) PH vagina biasanya normal (4,0-4,5) Kultur (tidak rutin dikerjakan) DD : Vaginosis bakterial, Vaginitis Trikomonal TERAPI Topikal Klotrimazol 1% cream(7-14 hari) atau Mikonazol 2% cream(7 hari) atau Mikonazol/ klotrimazol 200 mg intravagina setiap hari selama 3 hari atau Klotrimazol 500 mg intravagina dosis tunggal atau Oral Flukonazol 150 mg per oral dosis tunggal (ex: sediaan 150mg Diflucan, Fludis, Govazol ) atau Ketokonazol 400 mg/ hari per oral selama 5 hari (ex: sediaan 200mg Fungasol, Grazol, Mycoderm ) atau Itrakonazol 2x200 mg per oral dosis tunggal atau 100 mg/ hari selama 3 hari (ex: sediaan 200mg Furolnok, Igrazol, Nufatrac ) Herpes Simpleks Infeksi akut oleh virus HSV tipe I yang ditandai oleh adanya vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa di daerah mukokutan. KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis : didahului oleh perasaan gatal, rasa terbakar dan eritema selama beberapa menit sampai beberapa jam, kadang-kadang timbul nyeri saraf. Pada Infeksi primer, biasanya didahului oleh gejala prodromal berupa demama, 339

21 malaise, dan nyeri otot. Sebelum muncul lesi di kulit akan didahului oleh rasa gatal, terbakar, dan nyeri lokal kemudian muncul kemerahan di kulit diikuti UKK : vesikel menggerombol di atas kulit yang eritematosa, berisi cairan jernih yang segera mengalami erosi dan krusta, kadang-kadang dapat menimbulkan ulkus dangkal. Px Penunjang : - Tzanck test : multinucleated giant cells - Px antibodi : HSV antigen DD : Impetigo : cairan serosa dan krustosa yang menonjol Herpes Zoster : distribusi dermatomal Dermatitis kontak : riwayat kontak Erupsi obat : riwayat lesi serupa di tempat serupa setelah meminum obat tertentu MANAJEMEN : Roboransia saraf (vit B kompleks) 1x1 Vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh diberikan 1-2 kali 500 mg. Atau dapat diberikan kombinasi vitamin Bkompleks dan Vitamin C dalam 1 R tablet (Enervon C ) Antiviral per oral berupa Acyclovir 200 mg 5 kali sehari atau Valacyclovir 400 mg 2 kali sehari diberikan selama 7 hari untuk pasien yang mengalami serangan untuk pertama kali. Untuk pasien dengan rekurensi diberikan Acyclovir 400 mg 3 kali sehari selama 5 hari atau 800 mg 2 kali sehari selama 5 hari, bisa juga diberikan Valacyclovir 500 mg 2 kali sehari untuk 5 hari atau 2 gram 2 kali sehari untuk hari pertama dilanjutkan 1 gram 2 kali sehari untuk hari ke dua. Untuk herpes pada neonatal dapat diberikan 20 mg/kg IV setiap 8 jam selama 14 s/d 21 hari. Kompres antiseptik Sol. Betadine 1% atau Sol. KMnO4 1/5000 selama 15 menit 2 kali sehari bila vesikel pecah. Kompres juga dilakukan untuk mempercepat erupsi. Kurangi rasa nyeri dengan pemberian analgesik seperti asam mefenamat 3x500 mg

22 Herpes Zooster Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisella zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. KRITERIA DX : Ax : demam dan nyeri lokal pada dermatom saraf mendahului atau bersamaan dengan timbulnya lesi. Nyeri bisa ringan, sampai berat, bersifat tajam, membakar, atau tumpul. Px. fisik : vesikel bergerombol monomorfik dengan dasar eritem dan edem sesuai distribusi dermatomal berisi cairan jernih, kemudian mengeruh dapat menjadi pustula dan krustosa dengan lokalisasi unilateral, paling sering mengenai saraf torakal, lumbal, sacral, dan oftalmik. Bisa terdapat limfadenopati lokal. Px. penunjang : Px Tzanck DD Herpes simpleks : distribusi lesi tidak sesuai dengan dermatomal Varicella : lesi menyebar sentrifugal, selalu disertai demam Impetigo vesikobullosa : lebih sering pada anak-anak, distribusinya tidak sesuai dengan dermatomal TATALAKSANA : Bedrest dan tingkatkan ketahanan tubuh dengan vitamin C dosis tinggi 2x500 mg Untuk neuralgianya diberikan analgesik seperti asam mefenamat s.p.r.n.3x500 mg sesudah makan. Jangan berikan golongan salisilat karena dapat menyebabkan sindroma salisilat Pencegahan nyeri paska herpetik dilakukan selama fase eruptif dan terutama diberikan pada orang lanjut usia (di atas 40 tahun) dengan prednison 40 mg/hari selama 5 hari, kemudian ditaper dengan prednison 20 mg/hari selama 5 hari, dan dilanjutkan dengan prednison 10 mg/hari selama 5 hari 341

23 Untuk orang immunocompromissed, diberikan antivirus seperti Asiklovir 5x800 mg/hari, Valasiklovir 3x1000 mg/hari, diberikan selama 7 hari. Namun sekarang ini diberikan rutin pada penderita herpes zoster yang immunocompetent untuk mempercepat penyembuhan. Untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder, jaga supaya vesikel tidak pecah dengan menaburkan shake lotion atau talk salisil 2% diberikan dalam 3 hari pertama setelah lesi muncul. Untul lesi yang erosif dapat diberikan kompres terbuka dengan air hangat atau dengan antiseptik, sedangkan pada lesi yang ulseratif diberikan antibiotik salep seperti kloramfenikol 2%. Varisella Penyakit yang disebabkan oleh virus varisela dengan gejala di kulit dan selapu lender berupa vesikula dan disertai dengan gejala konstitusi. KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis : gejala prodromal ringan selama 1-2 hari. Penderita demam dan mengalami malaise lalu pada kulit muncul bintik bintik merah yang kemudian menjadi bintil-bintil. UKK : vesikel berukuran miliar sampai lentikular di sekitarnya terdapat daerah eritematosa. Dapat ditemukan beberapa stadium perkembangan vesikel mulai dari eritema, vesikel, pustula, skuama, hingga sikatriks Distribusi : badan, tapi bisa juga di wajah dan ekstremitas DD: herpes zoster TATALAKSANA a. Umum : istirahat, perbaiki sistem imun dengan menggunakan vitamin C 3x 500 mg b. Medikamentosa: berikan analgesik sekaliigus antipruritus seperti asetaminofen dengan dosis sprn 4x250 mg (dibawah 1 tahun dosisnya mg) dan bedak salisil 2% untuk mengurangi rasa gatal

24 Moluskum kontagiosum Penyakit yang disebabkan virus poks KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis : UKK: papula miliar atau lentikuler bulat, putih seperti lilin dengan lekukan kecil di atasnya yang khas serta dasar eritematosa Distribusi : muka, badan, dan genitalia DD: veruka plana, kondiloma akuminata, siringoma TATALAKSANA Pemilihan cara pengobatan bergantung pada besar, lokalisasi, jenis, dan jumlah lesi. Dapat dilakukan operasi atau dengan kemoterapi. Operasi dapat dilakukan dengan cryosurgery menggunakan nitrogen cair selama 5-15 detik atau dengan kuretase materi moluskum dilanjutkan dengan kauter. Kemoterapi dapat dengan tingtur podofilin 15-20% tidak lebih dari 0,3 cc dan dibiarkan selama 4-6 jam dan kemudian dicuci. Daerah sekitar lesi dioleskan vaselin supaya tidak iritasi. Jika belum sembuh dapat diulang setelah 3 hari. Kontraindikasi pada wanita hamil.. Obat lainnya adalah trikloroasetatasid 50% tingtur dioleskan seminggu sekali. Kondiloma Akuminata Pertumbuhan yang bersifat jinak dan superfisial yang disebabkan oleh virus papova KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis : subjetif, penderita merasa alat kelaminnya berbau UKK: vevegetasi bertangkai dan berwarna kemerahan. Jika telah terjadi agak lama, permukaannya berjonjot 343

25 Distribusi : pada pria di prepusium dan glans penis sementara pada wanita di vulva dan sekitar anus DD: kondiloma latum, karsinoma sel skuamosa TATALAKSANA Pemilihan cara pengobatan bergantung pada besar, lokalisasi, jenis, dan jumlah lesi. Dapat dilakukan operasi atau dengan kemoterapi. Operasi dapat dilakukan dengan kauterisasi, cryosurgery atau dengan laser. Kemoterapi dapat dengan tingtur podofilin 15-20% tidak lebih dari 0,3 cc dan dibiarkan selama 4-6 jam dan kemudian dicuci. Daerah sekitar lesi dioleskan vaselin supaya tidak iritasi. Jika belum sembuh dapat diulang setelah 3 hari. Kontraindikasi pada wanita hamil.. Obat lainnya adalah trikloroasetatasid 50% tingtur dioleskan seminggu sekali. Pityriasis versicolor Infeksi jamur pada lapisan kulit superfisial, kronik, yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari jamur Mallasezzia furfur KRITERIA DX : Anamnesis : Subjektif terasa gatal tapi sifatnya ringan. Pasien umumnya datang dengan keluhan gangguan kosmetis. UKK : makula kecoklatan atau kekuningan pada kulit yang pucat dan hipopigmentasi pada kulit berwarna, batas tegas, bentuk bulat atau oval, ukuran bervariasi dengan skuama halus di atasnya. Distribusi : dapat terjadi di mana saja di permukaan kulit terutama di daerah dada dan punggung, serta daerah berminyak seperti wajah. Px. penunjang : - Finger nail sign (+) - KOH 20% dari kerokan skuama : gambaran hifa pendek dan spora bulat berkelompok (spaghetti and meatball)

26 - Lampu Wood : fluoresensi kuning keemasan DD : - Vitiligo : makula depigmentasi (putih), batas tegas, tanpa skuama - Pityriasis alba : lebih sering terjadi pada orang berkulit gelap, terutama pada anak-anak dengan predileksi di daerah wajah, makula hipopigmentasi dengan batas tidak tegas, KOH (-) - Hipopigmentasi paska inflamasi : terdapat riwayat peradangan terutama paska dermatitis kronik di daerah yang mengalami hipopigmentasi, tanpa skuama, KOH (-) - Dermatitis seborrhoik : lesi eritema dengan skuama berminyak - Paska psoriasis TATALAKSANA : a. Umum : atasi faktor predisposisi yaitu kelembaban, keringat berlebihan, gizi buruk, dan obat-obatan kortikosteroid b. Medikamentosa : Topikal, digunakan bila lesi sedikit : R/ As.salisil 3-6% As. benzoat 6-12% Spir.dil. ad. q.s. Gunakan konsentrasi yang tinggi pada daerah yang tebal seperti dada dan punggung. Untuk wajah dan juga daerah lipatan lebih baik menggunakan krim R/ Myconazole cr tube I s.u.e.2 d.d.(sehabis mandi) Topikal, bila lesi luas dapat digunakan : R/ Susp. Selenium sulfide 2,5% tube I s.u.e.(2 kali seminggu, dioleskan menit sebelum mandi), atau R/ Na thiosulfas 20 Aqua ad. q.s. m.f.l.a.sol. ml. s.u.e. Kerugiannya adalah bau yang tidak enak 345

27 Sistemik, apabila lesi luas dan sulit sembuh dengan obat topikal R/ Ketokonazol tab mg 200 no X s.1 d.d. tab.i d.c. Kandidiasis Kutis Infeksi jamur pada kulit, akut atau subakut, yang disebabkan oleh spesies Candida. KRITERIA DX : Anamnesis : Subjektif berupa rasa gatal, kemerahan pada kulit, dan nyeri yang membakar. Pada anak dengan diaper dermatitis terdapat keluhan rewel dan gangguan BAB maupun BAK. Terdapat faktor predisposisi berupa kelembaban yang berlebihan seperti pada pemakaian diaper, pemakaian gips, atau pada pasien yang harus tirah baring lama, adanya maserasi pada kulit, pasien dengan status immunocompromise, riwayat diabetes mellitus, obesitas, hiperhidrosis, dan pada pemakai glukokortikoid topikal maupun sistemik dalam jangka waktu lama. UKK : lesi eritematosa berbatas tegas, bersisik atau basah dikelilingi satelit berupa papul eritematosa, vesikel, atau pustula yang bila pecah akan meninggalkan daerah erosif dengan pinggir kasar dan berkembang seperti lesi primer. Distribusi : daerah dengan kelembaban tinggi yaitu daerah intertrigo ( aksila, intergluteal, lipat payudara, interdigital ), lipat kulit kuku, daerah perineum pada pemakai diaper, dan di daerah punggung pada pasien dengan tirah baring lama Px. penunjang : KOH 10% dari pustula atau sisik di tepi lesi dimana terdapat gambaran hifa dan pseudohifa DD:Eritrasma, Dermatitis seborrhoik, Dermatofitosis, DKA/DKI ( terutama pada daerah interdigital ) TATALAKSANA Umum : Atasi faktor predisposisi

28 Medikamentosa Topikal, bila lesi sedikit R/ Myconazole cr tube I s.u.e.2 d.d.(oles tipis-tipis, sehabis mandi) Sistemik bila lesi luas, berat, persisten, rekurens, dan pada pasien immunocompromised R/ Ketokonazol tab mg 200 no X s.1 d.d. tab.i d.c. Tinea Korporis Penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur dermatofita yang menyerang daerah kulit berbulu halus. Tinea ini meliputi semua dermatofitosis yang tidak termasuk bentuk tinea kapitis, fasialis, barbae, kruris, pedis et manuum, dan unguium. KRITERIA DX. : Anamnesis : Subjektif, terasa gatal terutama saat berkeringat. Perjalanan penyakit berlangsung kronik atau subkronik. UKK : Makula atau plak eritematosa berbatas tegas, sedikit skuama, dengan tepi meninggi/aktif dan penyembuhan sentral. Pada tepi-tepi lesi dijumpai papulpapul eritematosa atau vesikel. Gambaran lesi dapat polisiklis, anular, atau geografis dan berukuran numuler sampai dengan plakat. Pada perjalanan penyakit yang kronik dapat dijumpai likenifikasi. Distribusi : Daerah tidak berbulu yaitu leher, ekstremitas atas dan bawah, dada, dan punggung. Px. penunjang : KOH 20% dari tepi lesi yang aktif dimana terdapat gambaran hifa yaitu batang-batang pita panjang, beruas, dan bercabang. DD - - Pityrisis rosea : makula eritematosa, distribusi Psoriasis : makula eritematosa 347

29 - - Morbus Hansen : makula eritematosa, anestesi, dengan tepi sedikit meninggi, KOH negatif Dermatitis numuler : makula eritematosa berbatas tegas tanpa central healing dengan predileksi di daerah tengkuk, lipat lutut, dan lipat siku. KOH negatif. TATALAKSANA : a. Umum : atasi faktor predisposisi yaitu kelembaban, keringat berlebihan, gizi buruk, dan obat-obatan kortikosteroid b. Medikamentosa : Topikal, digunakan bila lesi sedikit : R/ As.salisil 3-6% As. benzoat 6-12% Spir.dil. ad. q.s. Gunakan konsentrasi yang tinggi pada daerah yang tebal seperti dada dan punggung. Untuk wajah dan juga daerah lipatan lebih baik menggunakan krim R/ Myconazole cr tube I s.u.e.2 d.d.(sehabis mandi) Topikal, bila lesi luas dapat digunakan : R/ Susp. Selenium sulfide 2,5% tube I s.u.e.(2 kali seminggu, dioleskan menit sebelum mandi), atau R/ Na thiosulfas 20 Aqua ad. q.s. m.f.l.a.sol. ml. s.u.e. Kerugiannya adalah bau yang tidak enak Sistemik, apabila lesi luas dan sulit sembuh dengan obat topikal R/ Ketokonazol tab mg 200 no X s.1 d.d. tab.i d.c

30 Kandidiasis Kutis Infeksi jamur pada kulit, akut atau subakut, yang disebabkan oleh spesies Candida. KRITERIA DX : Anamnesis : Subjektif berupa rasa gatal, kemerahan pada kulit, dan nyeri yang membakar. Pada anak dengan diaper dermatitis terdapat keluhan rewel dan gangguan BAB maupun BAK. Terdapat faktor predisposisi berupa kelembaban yang berlebihan seperti pada pemakaian diaper, pemakaian gips, atau pada pasien yang harus tirah baring lama, adanya maserasi pada kulit, pasien dengan status immunocompromise, riwayat diabetes mellitus, obesitas, hiperhidrosis, dan pada pemakai glukokortikoid topikal maupun sistemik dalam jangka waktu lama. UKK : lesi eritematosa berbatas tegas, bersisik atau basah dikelilingi satelit berupa papul eritematosa, vesikel, atau pustula yang bila pecah akan meninggalkan daerah erosif dengan pinggir kasar dan berkembang seperti lesi primer. Distribusi : daerah dengan kelembaban tinggi yaitu daerah intertrigo ( aksila, intergluteal, lipat payudara, interdigital ), lipat kulit kuku, daerah perineum pada pemakai diaper, dan di daerah punggung pada pasien dengan tirah baring lama Px. penunjang : KOH 10% dari pustula atau sisik di tepi lesi dimana terdapat gambaran hifa dan pseudohifa DD:Eritrasma, Dermatitis seborrhoik, Dermatofitosis, DKA/DKI ( terutama pada daerah interdigital ) TATALAKSANA Umum : Atasi faktor predisposisi Medikamentosa Topikal, bila lesi sedikit R/ Myconazole cr tube I s.u.e.2 d.d.(oles tipis-tipis, sehabis mandi) Sistemik bila lesi luas, berat, persisten, rekurens, dan pada pasien 349

31 immunocompromised R/ Ketokonazol tab mg 200 no X s.1 d.d. tab.i d.c. Tinea Korporis Penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur dermatofita yang menyerang daerah kulit berbulu halus. Tinea ini meliputi semua dermatofitosis yang tidak termasuk bentuk tinea kapitis, fasialis, barbae, kruris, pedis et manuum, dan unguium. KRITERIA DX. : Anamnesis : Subjektif, terasa gatal terutama saat berkeringat. Perjalanan penyakit berlangsung kronik atau subkronik. UKK : Makula atau plak eritematosa berbatas tegas, sedikit skuama, dengan tepi meninggi/aktif dan penyembuhan sentral. Pada tepi-tepi lesi dijumpai papulpapul eritematosa atau vesikel. Gambaran lesi dapat polisiklis, anular, atau geografis dan berukuran numuler sampai dengan plakat. Pada perjalanan penyakit yang kronik dapat dijumpai likenifikasi. Distribusi : Daerah tidak berbulu yaitu leher, ekstremitas atas dan bawah, dada, dan punggung. Px. penunjang : KOH 20% dari tepi lesi yang aktif dimana terdapat gambaran hifa yaitu batang-batang pita panjang, beruas, dan bercabang. DD Pityrisis rosea : makula eritematosa, distribusi Psoriasis : makula eritematosa Morbus Hansen : makula eritematosa, anestesi, dengan tepi sedikit meninggi, KOH negatif Dermatitis numuler : makula eritematosa berbatas tegas tanpa central healing dengan predileksi di daerah tengkuk, lipat lutut, dan lipat siku. KOH negatif

32 TATALAKSANA : a. Umum : Memperbaiki higiene. Mengatasi faktor predisposisi yaitu kelembaban (anjurkan memakai pakaian yang mneyerap keringat seperti dari bahan katun), friksi (pada orang gemuk, kalau perlu dengan memakai bedak di daerah lipatan), dan gangguan imunologi (karena penyulit atau pengobatan misalnya kortikosteroid). Edukasi/motivasi pasien bahwa menjaga higiene dan mengatasi faktor predisposisi sangat penting untuk kesembuhan dan mencegah kekumatan. b. Medikamentosa : edukasi pasien untuk meneruskan terapi sampai seminggu setelah lesi menyembuh untuk mencegah rekurensi Topikal R/ As.salisil 3% As. benzoat 6% Vas.alb. q.s. m.f.l.a.ungt. g s.u.e.2 d.d. (sehabis mandi), atau R/ As.salisil 3% As. benzoat 6% Spir.dil. ad. q.s. m.f.l.a.sol. ml s.u.e.2 d.d. (sehabis mandi)digunakan untuk lesi yang bersifat akut. Kerugiannya adalah bersifat iritatif, jadi hindarkan pemakaiannya pada kulit yang tipis seperti di daerah lipat leher. Selain itu, kurang efektif dibandingkan golongan azol tetapi lebih murah. R/ As.undesilenat 5% Zn undesilenat 20% Biocream q.s. m.f.l.a.cream.g s.u.e.2 d.d. (sehabis mandi), atau 351

33 R/ Tolnaftate cr. 1% g.. s.u.e.2 d.d. (sehabis mandi), atau Kedua obat di atas lebih tidak iritatif dibandingkan dengan Whittfield namun kurang efektif dibandingkan golongan azol. R/ Myconazole cr tube I s.u.e.2 d.d.(oles tipis-tipis sehabis mandi) Durasi terapi rata-rata 3 minggu dan diteruskan 1 minggu setelah lesi membaik untuk mencegah kekambuhan. Pengolesan krim jangan hanya pada lesi tapi 3 cm dari batas lesi. R/ As.salisil 6% As. benzoat 12% Vas.alb. q.s. m.f.l.a.ungt. g s.u.e.2 d.d. (sehabis mandi) Gunakan untuk lesi yang bersifat kronik. BSO salep baik untuk lesi kronik karena penetrasinya tinggi namun jangan digunakan di daerah berambut karena sifat yang oklusif Sistemik Digunakan apabila lesi luas, pengobatan topikal tidak berhasil, dan bila lesi mengenai daerah berambut dengan kemungkinan jamur berada pada folikel rambut dapat digunakan griseofulvin sebagai pilihan utama. R/ Griseofulvin tab. mg 500 no XIV s.1.d.d. tab. I d.c.(atau diminum dengan susu) Dosis anak 10 mg/kg BB/hari. Durasi terapi selama rata-rata 3-4 minggu. Kontraindikasi pada wanita hamil. Dapat juga digunakan: R R/ Terbinafine (Lamisil ) tab. mg 250 no XIV s.1 d.d. tab. I p.c. Pada anak-anak tidak dianjurkan. Durasi terapi rata-rata selama 2-3 minggu. Bila selama waktu terapi rata-rata tidak didapatkan perbaikan, dapat digunakan golongan azol.

34 R/ Ketokonazol tab. mg 200 no XIV s.1d.d. tab. I. d.c. (atau diminum dengan susu) Dosis anak 3 mg/kg BB/hari. Durasi terapi rata-rata selama 3-4 minggu. Kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Cek fungsi hepar setelah pemakaian selama sebulan atau minimal melihat klinis pasien. Tinea Fasialis Penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur dermatofita yang menyerang wajah. KRITERIA DX. : Anamnesis : gatal terutama saat berkeringat UKK : makula atau plak eritematosa berbatas tegas, skuama sedikit, tepi meninggi/aktif dengan central healing, biasanya tidak simetris Px. penunjang : KOH 10% didapatkan gambaran hifa DD Dermatitis seborhoik : batas tidak tegas dan biasanya simetris, KOH (-) Dermatitis fotokontak : biasanya simetris, KOH (-) Dermatitis kontak : terdapat riwayat kontak dengan bahan alergenik, skuama sedikit, KOH (-) TATALAKSANA : a. Umum Memperbaiki hygiene Mengatasi faktor predisposisi yaitu kelembaban, hiperhidrosis, pemakaian salep kortikosteroid b. Medikamentosa R/ Myconazole cr tube I s.u.e.2 d.d.(oles tipis-tipis sehabis mandi) Sistemik 353

35 Digunakan apabila lesi luas, pengobatan topikal tidak berhasil, dan bila lesi mengenai daerah berambut dengan kemungkinan jamur berada pada folikel rambut dapat digunakan griseofulvin sebagai pilihan utama. R/ Griseofulvin tab. mg 500 no XIV s.1.d.d. tab. I d.c.(atau diminum dengan susu) Dosis anak 10 mg/kg BB/hari. Durasi terapi selama rata-rata 3-4 minggu. Kontraindikasi pada wanita hamil. Dapat juga digunakan: R R/ Terbinafine (Lamisil ) tab. mg 250 no XIV s.1 d.d. tab. I p.c. Pada anak-anak tidak dianjurkan. Durasi terapi rata-rata selama 2-3 minggu. Bila selama waktu terapi rata-rata tidak didapatkan perbaikan, dapat digunakan golongan azol. R/ Ketokonazol tab. mg 200 no XIV s.1d.d. tab. I. d.c. (atau diminum dengan susu) Dosis anak 3 mg/kg BB/hari. Durasi terapi rata-rata selama 3-4 minggu. Kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Cek fungsi hepar setelah pemakaian selama sebulan atau minimal melihat klinis pasien. Tinea Kapitis Infeksi dermatofita pada kulit kepala KRITERIA DX : Anamnesis : gatal terutama saat berkeringat UKK : gambaran klinis bervariasi mulai dari skuama ringan sampai dengan alopesia luas. Gambaran klinis dapat berupa : 1. Grey patch ringworm : lesi dimulai dari papul eritematosa kecil di sekitar rambut yang melebar dan membentuk bercak yang menjadi pucat dan bersisik. Warna rambut abu-abu dan tidak berkilat. Rambut mudah patah (bebrapa millimeter dari akarnya) sehingga mudah dicabut tanpa rasa nyeri. Dapat alopesia setempat dengan batas tidak tegas

36 2. Black dot ringworm : rambut terkena peradangan pada muara folikel dan patah meninggalkan bintik-bintik hitam ada alopesia yang penuh spora. Lesi dapat multipel dan tersebar di seluruh kepala 3. Kerion : reaksi radang akut yang berat berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening setempat. Pada pemeriksaan teraba pembengkakan, nyeri, dan pus keluar dari folikel 4. Favus : bintik-bintik berwarna merah kuning ditutupi oleh krusta berbentuk cawan, berbau busuk, rambutnya di atasnya putus-putus dan mudah dicabut Px Penunjang: KOH 10% dari rambut didapatkan gambaran hifa DD : Dermatitis seborhoik, Psoriasis, Dermatitis atopik TATALAKSANA a. Umum : menjaga hygiene b. Medikamentosa : - Simptomatik : sampo selama 3 hari berturut-turut dengan selenium sulfide R (Selsun ) 1,8% dan dilanjutkan 2 kali seminggu selama 3 bulan - Kausatif : R/ Griseofulvin tab. mg 500 no XIV s.1.d.d. tab. I d.c.(atau diminum dengan susu) Dosis anak 10 mg/kg BB/hari. Durasi terapi selama rata-rata 6-8 minggu. Kontraindikasi pada wanita hamil. Dapat juga digunakan: R R/ Terbinafine (Lamisil ) tab. mg 250 no XIV s.1 d.d. tab. I p.c. Pada anak-anak tidak dianjurkan. Durasi terapi rata-rata selama 6-8 minggu. Bila selama waktu terapi rata-rata tidak didapatkan perbaikan, dapat digunakan golongan azol. R/ Ketokonazol tab. mg 200 no XIV s.1d.d. tab. I. d.c. (atau diminum dengan susu) Dosis anak 3 mg/kg BB/hari. Durasi terapi rata-rata selama 6-8 minggu. Kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Cek fungsi hepar setelah pemakaian selama sebulan atau minimal melihat klinis pasien.. Kerion 355

37 diobati dengan menggunakan prednisone 40 mg/hari dan ditaper off pada hari ke 10. Tinea Kruris Infeksi dermatofita yang menyerang daerah lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus KRITERIA DIAGNOSIS : Anamnesis: subjektif terasa gatal terutama saat berkeringat, kadang disertai rasa panas. UKK : makula atau plak eritematosa berbatas tegasdengan tepi aktif ditutupi oleh skuama dan meluas ke bawah sampai di daerah paha medial. Biasanya bilateral namun tidak selalu simetris. Pada bentuk kronis, lesi kulit hanya berupa bercak hiperpigmentasi dengan sedikit skuama. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan. Distribusi : daerah lipat paha, daerah perineum, dan selitar anus Px Penunjang : KOH 10% didapatkan gambaran hifa DD:Kandidiasis intertrigo, Intertrigo, Dermatitis kontak alergi TATALAKSANA a. Umum : menjaga hygiene b. Medikamentosa : - Simptomatik : untuk mengurangi gatal dapat diberikan antihistamin sedatif seperti CTM sprn 3x1 - Kausatif : Untuk kasus yang ringan dapat digunakan krim antijamur dengan durasi terapi R/ Myconazole cr tube I s.u.e.2 d.d.(oles tipis-tipis sehabis mandi)

PIODERMA. Dr. Sri Linuwih S Menaldi, Sp.KK(K) Dr. Wieke Triestianawati, Sp.KK(K) Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI / RSCM Jakarta

PIODERMA. Dr. Sri Linuwih S Menaldi, Sp.KK(K) Dr. Wieke Triestianawati, Sp.KK(K) Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI / RSCM Jakarta PIODERMA Dr. Sri Linuwih S Menaldi, Sp.KK(K) Dr. Wieke Triestianawati, Sp.KK(K) Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI / RSCM Jakarta DEFINISI Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LAPORAN KASUS

PENDAHULUAN LAPORAN KASUS PENDAHULUAN Tinea kruris yang sering disebut jock itch merupakan infeksi jamur superfisial yang mengenai kulit pada daerah lipat paha, genital, sekitar anus dan daerah perineum. 1,2,3 Tinea kruris masuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama Umur Negeri asal Suku Agama Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : A : 6 tahun : Jambi : Minang : Islam : Laki-laki : Pelajar : Sungai Penuh, Jambi Seorang pasien anak laki-laki,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode cross sectional dengan cara mengambil data rekam medis di

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode cross sectional dengan cara mengambil data rekam medis di BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis Penelitian yang dilakukan adalah observasi analitik dengan menggunakan metode cross sectional dengan cara mengambil data rekam medis di rumah sakit.

Lebih terperinci

INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA

INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA Sex, HIV, Drugs_July 10, 2014 WRESTI INDRIATMI 2 SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA Wresti Indriatmi Dep. IK Kulit & Kelamin FKUI-RSCM Kelompok Studi IMS

Lebih terperinci

All about Tinea pedis

All about Tinea pedis All about Tinea pedis Tinea pedis? Penyakit yang satu ini menyerang pada bagian kulit. Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh dikata sangat menjengkelkan.

Lebih terperinci

INFEKSI VIRUS PADA KULIT

INFEKSI VIRUS PADA KULIT INFEKSI VIRUS PADA KULIT VARISELA (Chicken pox, Cacar air) Penyakit kulit dengan kelainan berbentuk vesikel tersebar, terutama menyerang anak-anak, mudah menular disebabkan virus Varisela zoster Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,penginderaan terjadi

Lebih terperinci

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Untuk Komplikasi Diabetes Pada Kulit Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh Anda, termasuk juga kulit. Sebenarnya, permasalahan

Lebih terperinci

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI DEFINISI Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) -- cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah Komposisi leukorea : - Sekresi

Lebih terperinci

Duh Tubuh Vagina (Vaginal Discharge) Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan

Duh Tubuh Vagina (Vaginal Discharge) Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan Duh Tubuh Vagina (Vaginal Discharge) Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan Prof. dr. Junizaf, SpOG(K) dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi

Lebih terperinci

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Masalah Kulit Umum pada Bayi Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Brosur ini memberikan informasi mendasar tentang permasalahan kulit yang lazimnya dijumpai pada usia dini sebagai

Lebih terperinci

PTIRIASIS VERSIKOLOR

PTIRIASIS VERSIKOLOR Case Report Session PTIRIASIS VERSIKOLOR Oleh: Fitria Ramanda 0910312137 Miftahul Jannah Afdhal 1010312064 Preseptor: dr. Sri Lestari, Sp. KK (K), FAADV, FINSDV BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUP

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. dari seorang pakar ke dalam sebuah sistem komputer. Dengan memanfaatkan

BAB III PERANCANGAN SISTEM. dari seorang pakar ke dalam sebuah sistem komputer. Dengan memanfaatkan BAB III PERANCANGAN SISTEM Pembangunan sistem pakar merupakan pemindahan pengetahuan kepakaran dari seorang pakar ke dalam sebuah sistem komputer. Dengan memanfaatkan pengetahuan yang sudah ada, sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta

Lebih terperinci

ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI JUNI 2016

ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI JUNI 2016 ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI 2015- JUNI 2016 Pioderma merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman staphylococcus, streptococcus,

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,

Lebih terperinci

TINEA KAPITIS, apa tuh??

TINEA KAPITIS, apa tuh?? TINEA KAPITIS, apa tuh?? Trichophyton tonsurans Taksonomi Trichophyton tonsurans: Kingdom : Fungi Filum : Ascomycota Kelas : Euscomycetes Ordo : Onygenales Famili : Arthrodermataceae Genus : Trichophyton

Lebih terperinci

Yang paling sering : Itching (Pruritus) Ekimosis Dryness Lumps (Bengkak)

Yang paling sering : Itching (Pruritus) Ekimosis Dryness Lumps (Bengkak) Pengkajian Sistem Integumen I. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Yang paling sering : Itching (Pruritus) Ekimosis Dryness Lumps (Bengkak) Lesions Massa b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Beberapa penyakit

Lebih terperinci

c. Waricella zoster d... e...

c. Waricella zoster d... e... KUMPULAN SOAL KULIT 1. Seorang perempuan 12 tahun datang dengan keluhan gatal terutama malam hari. Pemeriksaan fisik: effloresensi papul, vesikel. Diagnosisnya klinis pasien adalah: a. Scabies b. Pedikulosis

Lebih terperinci

SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL

SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL Tingkat Kemampuan 2 Mendiagnosis dan merujuk 1. Epididimitis 2. Infeksi virus herpes- 2 Tingkat Kemampuan 3A Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk

Lebih terperinci

TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT

TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas Disusun Oleh: dr. Idrianti Idrus, Sp.KK, M.Kes Dr. dr. Khairuddin Djawad, Sp.KK(K), FINSDV SISTEM

Lebih terperinci

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan : : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan : infeksi jamur subkutan adalah infeksi jamur yang secara langsung masuk ke dalam dermis atau jaringan subkutan melalui suatu trauma.

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS TINEA KRURIS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

LAPORAN KASUS TINEA KRURIS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS LAPORAN KASUS TINEA KRURIS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Made Kresna Yudhistira Wiratma Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar ABSTRAK Tinea kruris merupakan

Lebih terperinci

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh?

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh? Apa herpes itu? Herpes adalah masalah kulit yang umum dan biasanya ringan; kebanyakan infeksi tidak diketahui dan tidak didiagnosis Herpes disebabkan oleh virus: virus herpes simpleks (HSV) HSV termasuk

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Kulit Akibat Infeksi Jamur Superfisial 2.1.1. Klasifikasi Menurut Budimulja (2010), mikosis superfisialis terbagi atas dermatofitosis dan nondermatofitosis. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pap smear merupakan salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting di Indonesia mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak dikeluhkan wanita mulai dari usia muda sampai usia tua. Lebih dari sepertiga penderita yang

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

TINEA. Dr. Fransisca S. K (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma BAB I PENDAHULUAN

TINEA. Dr. Fransisca S. K (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma BAB I PENDAHULUAN TINEA Dr. Fransisca S. K (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya @2000) BAB I PENDAHULUAN Tinea Korporis adalah suatu penyakit kulit menular yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Pitiriasis versikolor adalah suatu penyakit jamur kulit yang kronik dan asimtomatik serta ditandai dengan bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BLEFARITIS. Putri Hardyanti

BLEFARITIS. Putri Hardyanti BLEFARITIS Putri Hardyanti 1310211142 Pada kelopak terdapat bagian-bagian : Kelenjar: kelenjar sebasea kelenjar moll atau kelenjar keringat kelenjar zeis kelenjar meibom Otot seperti: M. Orbikularis okuli

Lebih terperinci

Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Lainnya pada Alat Kelamin. Mengapa IMS menjadi masalah penting pada seorang perempuan?

Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Lainnya pada Alat Kelamin. Mengapa IMS menjadi masalah penting pada seorang perempuan? Bab XVI Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Lainnya pada Alat Kelamin Mengapa IMS menjadi masalah penting pada seorang perempuan? Bagaimana mengetahui kalau Anda beresiko terkena IMS? Apa yang harus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Candida 2.1.1 Definisi Candida Kandida adalah tanaman yang termasuk ke dalam kelompok jamur. Menurut Berkhout (1923), kalsifikasi ilmiah kandida adalah : Kingdom : Fungi Filum

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Trichomonas vaginalis 1. Sejarah Donne pada tahun 1836 pertama kali menemukan parasit ini dalam secret vagina seorang penderita wanita dengan vaginitis. Dan pada tahun

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI LAPORAN PRAKTIKUM Oral Infection by Staphylococcus Aureus in Patients Affected by White Sponge Nevus: A Description of Two Cases Occurred in the Same Family Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J 52010

Lebih terperinci

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar

Lebih terperinci

DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit

DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit KETOMBE DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit kepala, akibat peradangan di kulit karena adanya gangguan

Lebih terperinci

ChyntiaBlog Annyeong haseyo terima kasih udah berkenan mengunjungi blog saya semoga bermanfaat dan menghibur :)

ChyntiaBlog Annyeong haseyo terima kasih udah berkenan mengunjungi blog saya semoga bermanfaat dan menghibur :) ChyntiaBlog Annyeong haseyo terima kasih udah berkenan mengunjungi blog saya semoga bermanfaat dan menghibur :) Minggu, 04 November 2012 Laporan Kasus IMPETIGO BULOSA BAB I PENDAHULUAN Impetigo merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. air, dan menimbulkan vesikel di sisi luar jari, telapak tangan, telapak kaki.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. air, dan menimbulkan vesikel di sisi luar jari, telapak tangan, telapak kaki. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dyshidrosis adalah tipe dermatitis dengan keluhan melepuh yang biasanya timbul di tangan dan kaki. Kasus terbanyak melibatkan kontak dengan air, dan menimbulkan vesikel

Lebih terperinci

KONSEP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL

KONSEP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL KONSEP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL I. Konsep Pemberian Obat Topikal Secara Umum Tujuan Instruksional Khusus Setelah pembelajaran ini diharapkan mahasiswa/i ilmu keperawatan mampu : 1. Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus

BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga (Asroel, 2010). Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus auditori eksternal (Barati

Lebih terperinci

MICROSPORUM GYPSEUM. Microsporum Scientific classification

MICROSPORUM GYPSEUM. Microsporum Scientific classification MICROSPORUM GYPSEUM Microsporum Scientific classification Kingdom: Fungi Division: Ascomycota Class: Eurotiomycetes Order: Onygenales Family: Arthrodermataceae Genus: Microsporum Spesies: Microsporum gypseum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jamur pada Mulut Jamur pada mulut merupakan ragi yang tumbuh di dalam rongga mulut, dan dapat berubah menjadi patogen dalam kondisi-kondisi tertentu. Faktor yang dapat mempengaruh

Lebih terperinci

CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA LAKI-LAKI. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai :

CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA LAKI-LAKI. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai : CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA LAKI-LAKI Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai : No Aspek yang dinilai Nilai 0 1 2 Anamnesis 1 Memberi salam dan memperkenalkan diri 1 : melakukan keduanya 0

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB I PENDAHULUAN Dyshidrotic eczema merupakan varian dari dermatitis yang ditandai oleh adanya vesikel dan bula pada telapak tangan, telapak kaki dan pada permukaan lateral jari tangan yang bersifat rekuren,

Lebih terperinci

Kanker Kulit. Skin Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Kulit. Skin Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Kulit Kanker kulit merupakan kanker yang umum terjadi. Tingkat insidensi kanker kulit di seluruh dunia telah meningkat pesat. Meskipun tingkat insidensi di Hong Kong jauh lebih rendah daripada negara-negara

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingginya angka morbiditas pada anak-anak terutama di negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingginya angka morbiditas pada anak-anak terutama di negara-negara 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pioderma 2.1.1 Definisi Penyakit infeksi kulit masih merupakan masalah utama penyebab tingginya angka morbiditas pada anak-anak terutama di negara-negara berkembang dan wilayah

Lebih terperinci

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

APA ITU TB(TUBERCULOSIS) APA ITU TB(TUBERCULOSIS) TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah mengenal penyakit ini. TB bukanlah

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit jamur yang menyerang kulit. 2 Mikosis dibagi menjadi empat kategori yaitu: (1) superfisialis,

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS TINEA KRURIS ET KORPORIS PADA PASIEN WANITA

LAPORAN KASUS TINEA KRURIS ET KORPORIS PADA PASIEN WANITA LAPORAN KASUS TINEA KRURIS ET KORPORIS PADA PASIEN WANITA Ida Bagus Reza Nanda Iswara, dr. IGK Darmada, Sp.KK (K), dr. Luh Made Mas Rusyati, Sp.KK Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Pada anak anak yang menggunakan dot, menghisap ibu jari atau yang menggunakan dot mainan, keadaan semua ini juga bisa menimbulkan angular cheilitis.

Pada anak anak yang menggunakan dot, menghisap ibu jari atau yang menggunakan dot mainan, keadaan semua ini juga bisa menimbulkan angular cheilitis. Cheilitis adalah istilah yang luas yang menggambarkan peradangan permukaan yang mempunyai ciri-ciri bibir kering dan pecah-pecah. Sedangkan angular cheilitis merupakan cheilitis yang terjadi pada sudut

Lebih terperinci

Varisela VARISELA. dengan demam yang tidak terlalu tinggi, malaise dan nyeri kepala, kemudian disusul

Varisela VARISELA. dengan demam yang tidak terlalu tinggi, malaise dan nyeri kepala, kemudian disusul VARISELA PENDAHULUAN Varisela adalah Infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelaianan kulit polimorf terutama berlokasi di bagian

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

lingkungan. Insidens penyakit infeksi kulit dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya

lingkungan. Insidens penyakit infeksi kulit dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya I. PENDAHULUAN Kulit merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai pertahanan yang terus menerus terpengaruh oleh lingkungan luar dan selalu beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Insidens penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran fisiologis Vagina Selama periode reproduksi pada wanita dengan tingkat estrogen yang mencukupi, lactobacillus merupakan flora normal yang paling dominan(>95%) hidup

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN MANAJEMEN DERMATITIS KONTAK ALERGI PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT INDERA DENPASAR PERIODE JANUARI JULI 2014

KARAKTERISTIK DAN MANAJEMEN DERMATITIS KONTAK ALERGI PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT INDERA DENPASAR PERIODE JANUARI JULI 2014 KARAKTERISTIK DAN MANAJEMEN DERMATITIS KONTAK ALERGI PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT INDERA DENPASAR PERIODE JANUARI JULI 2014 Pratama Yulius Prabowo 1, I Gede Made Adioka 2, Agung Nova Mahendra 3, Desak

Lebih terperinci

Herpes Simpleks Virus

Herpes Simpleks Virus Herpes Simpleks Virus Oleh : Noviani Lestari Tokiman (078114132) Virus Herpes Simpleks adalah virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi akut pada kulit yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok

Lebih terperinci

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi ASI Asi harus dibuang dulu sebelum menyusui, karena ASI yang keluar adalah ASI lama (Basi). ASI tak pernah basi! biasanya yang dimaksud dengan ASI lama adalah

Lebih terperinci

Cara mengobati herpes

Cara mengobati herpes Cara mengobati herpes Cara mengobati herpes cara mengobati herpes dengan menggunakan obat alami memiliki banyak sekali kelebihan selain berkhasiat, manjur juga tidak menumbulkan efek samping, obat herpes

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m 2 dengan berat kira kira 15 %

Lebih terperinci

PORTFOLIO. 2. Riwayat Pengobatan Pasien sudah sempat berobat ke dokter, kemudian diberikan obat (yang pasien tidak tahu namanya).

PORTFOLIO. 2. Riwayat Pengobatan Pasien sudah sempat berobat ke dokter, kemudian diberikan obat (yang pasien tidak tahu namanya). PORTFOLIO Nama Peserta: dr. Evan Regar Nama Wahana: Poliklinik Mandiri Puskesmas Kecamatan Cengkareng Topik: Infeksi Menular Seksual pada Remaja dengan Perilaku Risiko Tinggi Tanggal (Kasus): Senin, 10

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pesantren Rhoudlotul Quran di Kauman. Semarang dan waktu penelitian bulan Maret sampai Mei 2014.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pesantren Rhoudlotul Quran di Kauman. Semarang dan waktu penelitian bulan Maret sampai Mei 2014. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang ilmu kesehatan kulit dan kelamin. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Definisi Bell s palsy

Definisi Bell s palsy Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena

Lebih terperinci

BAB II. Kepustakaan. 2.1 Anatomi telinga luar

BAB II. Kepustakaan. 2.1 Anatomi telinga luar BAB II Kepustakaan 2.1 Anatomi telinga luar Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kandidiasis Kutis Intertriginosa Kandidiasis adalah peyakit jamur yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh jamur golongan candida, biasanya oleh Candida albicans dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Menular Seksual (IMS) 1. Definisi Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis Atopik (DA) adalah penyakit inflamasi pada kulit yang bersifat kronis dan sering terjadi kekambuhan. Penyakit ini terjadi akibat adanya kelainan pada fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Baumann Metode Baumann adalah sebuah metode untuk menentukan tipe wajah berdasarkan kadar kandungan minyak pada wajah. Beberapa studi telah menunjukkan jika banyak pasien

Lebih terperinci

bahan yang diperoleh adalah tetap dalam isopropil alkohol dan udara kering menengah diikuti oleh budidaya pada Sabouraud agar.

bahan yang diperoleh adalah tetap dalam isopropil alkohol dan udara kering menengah diikuti oleh budidaya pada Sabouraud agar. Kehadiran Candida sebagai anggota flora komensal mempersulit diskriminasi keadaan normal dari infeksi. Sangat penting bahwa kedua temuan klinis dan laboratorium Data (Tabel 3) yang seimbang untuk sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora normal tersebut antara lain Corynebacterium ( batang positif gram ), Staphylococcus ( kokus

Lebih terperinci

PENYAKIT DARIER PADA ANAK

PENYAKIT DARIER PADA ANAK PENYAKIT DARIER PADA ANAK dr. Imam Budi Putra, SpKK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK M E D A N PENYAKIT DARIER PADA ANAK Pendahuluan

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL Nikmatul Rifqiyah 1, Nilatul Izah 2 Email: izzah_naila@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan gejala klinis berupa plak eritematosa berbatas tegas dalam berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan gejala klinis berupa plak eritematosa berbatas tegas dalam berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Psoriasis Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronis, dan sering rekuren, dengan gejala klinis berupa plak eritematosa berbatas tegas dalam berbagai ukuran yang ditutupi

Lebih terperinci

b) Luka bakar derajat II

b) Luka bakar derajat II 15 seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka

Lebih terperinci

Prosedur Pemeriksaan Medis dan Pengumpulan Bukti Medis Kekerasan pada Perempuan. Seminar dan Workshop Penanganan Kekerasan SeksualTerhadap Perempuan

Prosedur Pemeriksaan Medis dan Pengumpulan Bukti Medis Kekerasan pada Perempuan. Seminar dan Workshop Penanganan Kekerasan SeksualTerhadap Perempuan Prosedur Pemeriksaan Medis dan Pengumpulan Bukti Medis Kekerasan pada Perempuan Seminar dan Workshop Penanganan Kekerasan SeksualTerhadap Perempuan Pendahuluan Penatalaksanaan kekerasan terhadap perempuan

Lebih terperinci

BAB XXIII. Masalah pada Saluran Kencing. Infeksi saluran kencing. Darah pada urin/air kencing. Keharusan sering kencing. Perembesan urin/air kencing

BAB XXIII. Masalah pada Saluran Kencing. Infeksi saluran kencing. Darah pada urin/air kencing. Keharusan sering kencing. Perembesan urin/air kencing BAB XXIII Masalah pada Saluran Kencing Infeksi saluran kencing Darah pada urin/air kencing Keharusan sering kencing Perembesan urin/air kencing Ketika Anda mengalami kesulitan kencing atau berak 473 Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan pertumbuhan yang tidak terkendali dari Candida sp. terutama Candida albicans (Sobel, Faro et al. 1998).

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS 1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kirakira 6 minggu. Anjurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuku dan rambut, baik yang disebabkan oleh dermatofita maupun non

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuku dan rambut, baik yang disebabkan oleh dermatofita maupun non BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dermatomikosis superfisial Dermatomikosis superfisial adalah infeksi jamur yang mengenai kulit, kuku dan rambut, baik yang disebabkan oleh dermatofita maupun non dermatofita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bakteri diplokokus gram negatif,

Lebih terperinci

MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS

MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS Modul Ilmu Kesehatan Kulit &Kelamin Diberikan Pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran UNHAS Disusun oleh dr. Asnawi Madjid, Sp.KK, MARS,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POST OP SELULITIS PEDIS

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POST OP SELULITIS PEDIS LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POST OP SELULITIS PEDIS Nama : Imam Chanafi NIM : 1311053 CI KLINIK CI INSTITUSI ( ) ( ) PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes PATRIA HUSADA BLITAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA

BAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi gangguan fungsi sawar kulit dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit di bidang Dermatologi. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh adanya disfungsi

Lebih terperinci

Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi. pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu

Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi. pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu Tahun 2008 Salam Pembukaan Sambut pasien dengan ramah. Ucapkan salam (Selamat Pagi/Siang/Sore). Ucapkan

Lebih terperinci

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap PEDIKULOSIS PEDIKULOSIS KAPITIS infeksi pedikulosis pada rambut dan kulit kepala yang disebabkan oleh pediculus humanus var. capitis, Gejala utamanya gatal pada kepala, bisa disertai dengan papul eritema

Lebih terperinci

Gambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki. 9

Gambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki. 9 BAB 3 DISKUSI Larva migrans adalah larva cacing nematoda hewan yang mengadakan migrasi di dalam tubuh manusia tetapi tidak berkembang menjadi bentuk dewasa. Terdapat dua jenis larva migrans, yaitu cutaneous

Lebih terperinci

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta Hubungan Lamanya Paparan Kosmetik dengan Timbulnya Acne Vulgaris pada Mahasiswi

Lebih terperinci

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Does Dimenhydrinate Suppress Skin Prick Test (SPT) Response? A. Preliminary Study of Histamine Skin Test

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Does Dimenhydrinate Suppress Skin Prick Test (SPT) Response? A. Preliminary Study of Histamine Skin Test : : Does Dimenhydrinate Suppress Skin Prick Test (SPT) Response? A Preliminary Study of Histamine Skin Test : anti histamine oral akan menekan respon kulit pada uji tusuk kulit (UTK). Dimenhidrinat, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, kista, dan pustula.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatitis atopik atau gatal-gatal masih menjadi masalah kesehatan terutama pada anak-anak karena sifatnya yang kronik residif sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien

Lebih terperinci