SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL"

Transkripsi

1

2 SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL Tingkat Kemampuan 2 Mendiagnosis dan merujuk 1. Epididimitis 2. Infeksi virus herpes- 2 Tingkat Kemampuan 3A Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk 1. Sifilis 2. Chancroid (ulkus mole) 3. Kondiloma akuminatum 4. Proktitis 5. Penyakit radang panggul Tingkat Kemampuan 4A Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas 1. Sindrom duh tubuh genital (gonore & non-gonore) 2. Gonore 3. Vaginitis 4. Vaginosis bakterial 2

3 TATALAKSANA IMS SECARA KOMPREHENSIF 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisis dan pengambilan spesimen 3. Diagnosis tepat 4. Pengobatan efektif 6. Pemberian kondom & anjuran pemakaian 7. Tatalaksana pasangan seksual 8. Pencatatan & pelaporan kasus 9. Tindak lanjut klinis 5. Edukasi perilaku seksual 3

4 POPULASI BERISIKO Populasi yang berperilaku seksual berisiko tinggi: 1. Pasangan seksual baru dalam 1 atau 3 bulan terakhir 2. Pasangan seksual >1 dalam 1 bulan (3 bulan) terakhir 3. Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan (3 bulan) terakhir 4. Mengalami 1/ lebih episode IMS dalam 1 bulan (3 bulan) terakhir. 5. Perilaku pasangan seksual berisiko tinggi. 4

5 TATALAKSANA IMS - FASILITAS KESEHATAN Berdasarkan sarana kesehatan yang ada Tanpa mikroskop: pendekatan sindrom Dengan mikroskop: laboratorium sederhana Perlu mengenali Faktor risiko Gambaran klinis 5

6 KIE / KONSELING PASIEN IMS Pesan yang perlu disampaikan: Mengobati sendiri cukup berbahaya IMS umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. IMS adalah ko-faktor atau faktor risiko dalam penularan HIV. IMS harus diobati secara paripurna dan tuntas. Kondom dapat melindungi diri dari infeksi IMS dan HIV. Tidak ada pencegahan primer terhadap IMS dengan obat. Komplikasi IMS membahayakan pasien dan keturunannya 6

7 PENGOBATAN PASANGAN SEKSUAL Tujuan: Mencegah reinfeksi / berulang Mencegah penyebaran IMS kepada orang lain Strategi: 1. Notifikasi pasangan seksual 2. Expedited partner treatment (EPT): Obat untuk pasangan seksual dititipkan melalui pasien, berdasarkan diagnosis pasien. 7

8 DUH TUBUH URETRA - PENDEKATAN SINDROM 8

9 DUH TUBUH URETRA PENDEKATAN SINDROM 9

10 DUH TUBUH URETRA - PEMERIKSAAN MIKROSKOP 10

11 DUH TUBUH URETRA - PEMERIKSAAN MIKROSKOP 11

12 DUH TUBUH URETRA - TERAPI PENGOBATAN SINDROM DUH TUBUH URETRA Pengobatan untuk gonore tanpa komplikasi DITAMBAH Pengobatan untuk klamidiosis PENGOBATAN URETRITIS GONOKOKUS Sefiksim 400 mg, dosis tunggal, per oral ATAU PENGOBATAN URETRITIS NON-GONOKOKUS Azitromisin 1 g, dosis tunggal, per oral ATAU Doksisiklin* 2x100 mg, per oral, 7 hari PILIHAN PENGOBATAN LAIN Kanamisin 2 g, injeksi IM, dosis tunggal ATAU Eritromisin 4x500 mg, per oral, 7 hari Seftriakson 250 mg, injeksi IM, dosis tunggal * Tidak boleh diberikan kepada anak di bawah 12 tahun; IM = intramuskular 12

13 Kasus 1 Seorang laki-laki, 32 tahun, sudah menikah, isteri sedang hamil anak kedua, 20 minggu. Datang dengan keluhan miksi nyeri dan bernanah sejak 3 hari sebelumnya Mengaku melakukan hubungan seksual dengan teman sekantor saat rapat di luar kota, 3 hari sebelum kencing bernanah. Anamnesis tambahan tentang faktor risiko: Teman sekantor : o Jenis kelamin? o Sudah / belum menikah? o Cara berhubungan seksual? o Dengan/tanpa kondom? Adakah pasangan seksual lain? Riwayat IMS pada pasien 13

14 Kasus 1 Pemeriksaan fisis: TD 100/70 mmhg; nadi 68/mnt; pernapasan 14, suhu 36,5 o Pemeriksaan dada, jantung, muskuloskeletal, abdomen dalam batas normal Pemeriksaan rektum normal, tidak tampak luka lecet Pemeriksaan genital: orificium urethre externum eritematosa, edema, dengan duh tubuh purulen, tanpa ulkus atau limfadenopati Tidak ada sarana laboratorium 14

15 Kasus 1 1. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien? 2. Bagaimana penanganannya? 1. Diagnosis: uretritis gonore akut, kemungkinan bersamaan dengan infeksi Chlamydia tidak dapat disingkirkan 2. Penanganan: Pasien: diobati sekaligus sebagai gonore dan nongonore Isteri? Teman sekantor? 15

16 KASUS 1 Penanganan pasangan seksual Isteri yang sedang hamil: notifikasi pasangan seksual - Harus diperiksa dan bila perlu lakukan pemeriksaan laboratorium - Diberi obat untuk kemungkinan gonore dan non-gonore pada perempuan hamil Teman sekantor - Lakukan notifikasi bila mungkin - Bila tidak memungkinkan, dapat dengan cara EPT 16

17 DUH TUBUH VAGINA PENDEKATAN SINDROM 17

18 DUH TUBUH VAGINA PENDEKATAN SINDROM 18

19 DUH TUBUH VAGINA SPEKULUM 19

20 DUH TUBUH VAGINA SPEKULUM 20

21 DUH TUBUH VAGINA SPEKULUM & MIKROSKOP 21

22 Pemeriksaan sediaan apus duh tubuh vagina dengan pewarnaan Gram Pemeriksaan basah sediaan apus duh tubuh vagina dengan larutan NaCl atau larutan KOH 22

23 DUH TUBUH VAGINA SPEKULUM & MIKROSKOP 23

24 DUH TUBUH VAGINA - TERAPI PENGOBATAN SINDROM DUH TUBUH VAGINA KARENA INFEKSI SERVIKS Pengobatan untuk gonore tanpa komplikasi DITAMBAH Pengobatan untuk klamidiosis PENGOBATAN SINDROM DUH TUBUH VAGINA KARENA VAGINITIS Pengobatan untuk trikomoniasis DITAMBAH Pengobatan untuk vaginosis bakterial BILA ADA INDIKASI, Pengobatan untuk kandidiasis vaginalis 24

25 DUH TUBUH VAGINA - TERAPI PENGOBATAN SERVISITIS GONOKOKUS PENGOBATAN SERVISITIS NON-GONOKOKUS Sefiksim 400 mg, dosis tunggal, per oral ATAU Azitromisin 1 g, dosis tunggal, per oral ATAU Doksisiklin* 2x100 mg/hari, per oral, 7 hari PILIHAN PENGOBATAN LAIN Kanamisin 2 g, injeksi IM, dosis tunggal ATAU Eritromisin 4x500 mg/hari, per oral, 7 hari Seftriakson 250 mg, injeksi IM, dosis tunggal * Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, atau anak di bawah 12 tahun; IM = intramuskular 25

26 DUH TUBUH VAGINA - TERAPI TRIKOMONIASIS VAGINOSIS BAKTERIALIS KANDIDIASIS VAGINITIS Metronidazol** 2 g per oral dosis tunggal Metronidazol** 2 g per oral dosis tunggal Mikonazol atau klotrimazol 200 mg intravagina, setiap hari, selama 3 hari ATAU Klotrimazol 500 mg intravagina dosis tunggal ATAU Flukonazol* 150 mg, per oral dosis tunggal, ATAU Itrakonazol* 200 mg, per oral dosis tunggal Metronidazol** 2x500 mg/hari, per oral, selama 7 hari Pilihan pengobatan lain Metronidazol** 2x500 mg, selama 7 Nistatin, IU, intravagina, setiap hari selama hari 7 hari Klindamisin 2x300 mg/hari per oral, selama 7 hari *Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, atau anak di bawah 12 tahun ** Pasien dalam pengobatan metronidazol dianjurkan untuk menghindari minum alkohol 26

27 Kasus 2 Seorang perempuan, 24 tahun, baru menikah 3 bulan, mengeluh keputihan, warna putih susu, kadang gatal di sekitar kemaluan, sejak 2 minggu Tidak ada nyeri perut bagian bawah Pasien seorang pekerja kantoran, bagian administrasi bekerja dari pk 8.00 sampai pk Anamnesis mengenai faktor risiko: Hanya berhubungan seksual dengan suami, berusia 27 tahun Suami tidak ada keluhan Suami seorang pekerja swasta, jarang ke luar kota 27

28 Kasus 2 TD 112/78 mmhg, nadi 72/menit, pernafasan 15/menit, suhu 36,5 C Pemeriksaan toraks, jantung, mammae, muskuloskeletal dan abdomen dalam batas normal Genitalia eksterna normal, sedikit ekskoriasi di dekat introitus, tidak tampak lesi lain Inspekulo: duh tubuh vagina, putih susu bergumpal, tidak berbau, mukosa serviks halus, tidak mudah berdarah dan tidak tampak duh Pemeriksaan bimanual dalam batas normal 28

29 Kasus 2 - Tatalaksana Tidak ada sarana laboratorium: Keputihan, putih susu, kadang gatal Faktor risiko? Pemeriksaan fisis dan inspekulo: - Tidak ada duh tubuh serviks mukopurulen - Duh tubuh vagina putih susu, bergumpal Obati sebagai vaginitis kandidiasis vaginalis dan bakterial vaginosis Terdapat sarana laboratorium sederhana: Lakukan pemeriksaan apusan duh tubuh vagina dengan pewarnaan Gram Ditemukan pseudohifa dan blastospora sesuai dengan Candida sp. Obati sebagai kandidiasis vaginalis 29

30 KASUS 2 - TATALAKSANA Pilihan obat: Perlu diketahui sebelumnya apakah hamil atau tidak hamil Suami: Perlu kah diobati? 30

31 TES SEROLOGI SIFILIS Seringkali diminta sebagai salah satu cek kesehatan oleh calon TKI/TKW Ditemukan saat skrining donor darah Pemeriksaan yang diminta: VDRL TPHA 31

32 TES SEROLOGI SIFILIS Diagnosis serologis selalu memerlukan deteksi 2 tipe antibodi Antibodi NONTREPONEMA Antibodi terhadap antigen bahan lipid yang berasal dari sel pejamu yang rusak, kemungkinan juga dari treponema Antibodi TREPONEMA Antibodi terhadap protein T. pallidum 32

33 TES SEROLOGI SIFILIS Tes nontreponema: Antibodi ini dapat timbul sebagai reaksi terhadap infeksi sifilis, namun juga bisa memberikan banyak hasil positif palsu. Contoh: RPR (Rapid Plasma Reagin) dan VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) Tes treponema Tes ini jarang memberikan hasil positif palsu. Tes ini dapat memberi hasil positif/reaktif seumur hidup walaupun terapi sifilis telah berhasil Contoh: TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay), TP-PA (Treponema Pallidum Particle Agglutination Assay), FTA-ABS (Fluorescent Treponemal Antibody Absorption). 33

34 Klasifikasi Sifilis (WHO) 34

35 SIFILIS LATEN Kategori: Laten dini (<1 tahun) Laten lanjut (> 1 tahun) Tidak tampak lesi, namun terdapat bukti: tes serologi reaktif Dapat terjadi: Di antara S-primer dan S-sekunder Sesudah S-sekunder 60-85% tetap asimtomatik selama bertahun-tahun tanpa terapi 35

36 Reaksi Serologi Pasien Sifilis Peeling et al. Bulletin of the WHO, 2004:82(6) 36

37 INTERPRETASI TES SEROLOGI SIFILIS TES NONTREPONEMA TES TREPONEMA KESIMPULAN Reaktif Non reaktif Tes skrining nontreponema positif palsu Reaktif Reaktif Sifilis yang belum diobati; Sifilis lanjut yang pernah diobati Frambusia Batasan titer VDRL / RPR yang harus diterapi 1 : 4 (risiko tinggi) 1 : 8 (risiko rendah) 37

38 INTERPRETASI TES SEROLOGI SIFILIS TES NONTREPONEMA TES TREPONEMA KESIMPULAN Non reaktif Reaktif Sifilis sangat dini yang belum diobati; Sifilis dini yang pernah diobati Frambusia Non reaktif Non reaktif Bukan sifilis; Sifilis masa inkubasi; Sifilis sangat lanjut; Sifilis bersamaan dengan infeksi HIV dan imunosupresi 38

39 Penyebab TSS Positif Palsu Biologik Akut (< 6 bulan): Pasca imunisasi Infark miokard baru Penyakit infeksi dengan demam (misalnya malaria, hepatitis, cacar air, campak, dsb) Kemungkinan pada kehamilan Kronik (> 6 bulan): Injecting drug users, Penyakit autoimun Infeksi HIV Infeksi kronik: lepra, Keganasan, Hepatitis kronik Usia tua. 39

40 TERAPI SIFILIS PADA ORANG DEWASA Stadium Terapi pilihan Terapi alternatif Sifilis Primer Sifilis Sekunder Sifilis Laten dini Injeksi Benzathin Penicillin 2,4 juta unit, intramuskular, dosis tunggal. Penisilin-prokain injeksi IM U/hari selama 10 hari ATAU Doksisiklin* 2X100 mg/hari per oral, selama hari ATAU Eritromisin 4 x 500 mg/hari selama hari Laten lanjut atau laten dengan durasi tidak diketahui Injeksi Benzathin Penicillin dosis total 7,2 juta unit, intramuskular 3 X 2,4 juta unit, interval 1 minggu. Doksisiklin* 2X100 mg per oral, 30 hari ATAU Tetrasiklin* 4X500 mg per oral, 30 hari 40

41 TINDAK LANJUT Semua pasangan seksual harus ditangani Dalam kurun waktu 3 bulan sampai 2 tahun pada pasien dengan sifilis laten Berhubungan seksual cara apapun, dengan/tanpa kondom Pemeriksaan serologi sesudah terapi 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan 41

42 42

INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA

INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA Sex, HIV, Drugs_July 10, 2014 WRESTI INDRIATMI 2 SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA Wresti Indriatmi Dep. IK Kulit & Kelamin FKUI-RSCM Kelompok Studi IMS

Lebih terperinci

TEAM BASED LEARNING MODUL SIFILIS PRIMER. Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH :

TEAM BASED LEARNING MODUL SIFILIS PRIMER. Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : TEAM BASED LEARNING MODUL SIFILIS PRIMER Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : dr. Idrianti Idrus, Sp.KK, MKes SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya seperti sifilis, gonore, dan herpes. Ilmu pengetahuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya seperti sifilis, gonore, dan herpes. Ilmu pengetahuan yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kelamin merupakan fenomena penyakit yang telah lama kita kenal diantaranya seperti sifilis, gonore, dan herpes. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang, menemukan

Lebih terperinci

PORTFOLIO. 2. Riwayat Pengobatan Pasien sudah sempat berobat ke dokter, kemudian diberikan obat (yang pasien tidak tahu namanya).

PORTFOLIO. 2. Riwayat Pengobatan Pasien sudah sempat berobat ke dokter, kemudian diberikan obat (yang pasien tidak tahu namanya). PORTFOLIO Nama Peserta: dr. Evan Regar Nama Wahana: Poliklinik Mandiri Puskesmas Kecamatan Cengkareng Topik: Infeksi Menular Seksual pada Remaja dengan Perilaku Risiko Tinggi Tanggal (Kasus): Senin, 10

Lebih terperinci

Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi. pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu

Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi. pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu Tahun 2008 Salam Pembukaan Sambut pasien dengan ramah. Ucapkan salam (Selamat Pagi/Siang/Sore). Ucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Servisitis adalah sindrom peradangan serviks dan merupakan manifestasi umum dari Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Menular Seksual (IMS) 1. Definisi Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bakteri diplokokus gram negatif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola perilaku seksual Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai suatu bentuk kenakalan. Hubungan bebas diartikan sebagai hubungan seksual yang

Lebih terperinci

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS Kasus PMS dan HIV/AIDS cukup banyak terjadi di kalangan remaja. Berbagai jenis PMS serta HIV/AIDS sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Menular Seksual 2.1.1. Definisi Penyakit Menular Seksual Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober Direktur Jenderal PP dan PL, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober Direktur Jenderal PP dan PL, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama NIP KATA PENGANTAR Perkembangan epidemi HIV-AIDS di dunia telah menjadi masalah global termasuk di Indonesia. Risiko penularan infeksi menular seksual dan HIV-AIDS masih kurang disadari oleh kelompok berisiko,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Menular Seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Menular Seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Menular Seksual (IMS) Infeksi Menular Seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STD), Sexually

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SIFILIS DI LAYANAN KESEHATAN DASAR

PENGENDALIAN SIFILIS DI LAYANAN KESEHATAN DASAR 616.951 Ind p PEDOMAN TATA LAKSANA SIFILIS UNTUK PENGENDALIAN SIFILIS DI LAYANAN KESEHATAN DASAR Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Lebih terperinci

Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Lainnya pada Alat Kelamin. Mengapa IMS menjadi masalah penting pada seorang perempuan?

Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Lainnya pada Alat Kelamin. Mengapa IMS menjadi masalah penting pada seorang perempuan? Bab XVI Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Lainnya pada Alat Kelamin Mengapa IMS menjadi masalah penting pada seorang perempuan? Bagaimana mengetahui kalau Anda beresiko terkena IMS? Apa yang harus

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober Direktur Jenderal PP dan PL, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober Direktur Jenderal PP dan PL, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama NIP KATA PENGANTAR Perkembangan epidemi HIV-AIDS di dunia telah menjadi masalah global termasuk di Indonesia. Risiko penularan infeksi menular seksual dan HIV-AIDS masih kurang disadari oleh kelompok berisiko,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kelamin sudah lama dikenal dan sering disebut sebagai Veneral Disease (VD) yang berasal dari kata Venus (dewi cinta) dan yang termasuk ke dalam Veneral Disease

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi masalah yang serius bagi dunia kesehatan. Menurut data World Health

Lebih terperinci

MAKALAH. Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI IIA

MAKALAH. Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI IIA MAKALAH Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI 09.03 IIA AKADEMI KEPERAWATAN PAMEKASAN Jl. Jokotole (belakang SMU 2) Telp. (0324) 321076 2010 1 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, penyusun haturkan ke-hadirat

Lebih terperinci

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka A. HIV/AIDS 1. Definisi HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan tubuh dianggap menurun

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI DEFINISI Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) -- cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah Komposisi leukorea : - Sekresi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki masa laten, dapat

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK DAN POLA PENGOBATAN PASIEN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI RSUD AW SJAHRANIE SAMARINDA

KAJIAN KARAKTERISTIK DAN POLA PENGOBATAN PASIEN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI RSUD AW SJAHRANIE SAMARINDA KAJIAN KARAKTERISTIK DAN POLA PENGOBATAN PASIEN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI RSUD AW SJAHRANIE SAMARINDA Yuniarti Pudji Rahayu*, Adam M. Ramadhan, Laode Rijai Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gonore adalah salah satu penyakit menular seksual paling umum yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae (Irianto, 2014). Neisseria gonorrhoeae (N. Gonorrhoeae)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar

Lebih terperinci

MASALAH. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. sebelum proses persalinan berlangsung.

MASALAH. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. sebelum proses persalinan berlangsung. KETUBAN PECAH DINI PRELABOR RUPTURE OF THE MEMBRANES (PROM) By: Prof. Dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K) Definisi Diagnosis Manajemen Preterm & Term DEFINISI Ketuban Pecah Dini Preterm - < 37 minggu kehamilan(pprom)

Lebih terperinci

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS. MODUL : Sindrom Discar Genital (Gonore dan Non Gonore)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS. MODUL : Sindrom Discar Genital (Gonore dan Non Gonore) BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS MODUL : Sindrom Discar Genital (Gonore dan Non Gonore) Oleh: Dr.Andi Friadi,SpOG(K) Diterbitkan Oleh: Bagian Obstetri dan Ginekologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri sering terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat atau infeksi karena hubungan seksual (Manuaba,2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan hubungan seksual, yang telah sah dan diakui oleh hukum (kartono. M, 2000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan hubungan seksual, yang telah sah dan diakui oleh hukum (kartono. M, 2000 BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Pasangan suami istri Seorang laki-laki dan perempuan yang telah menikah, dan sudah boleh melakukan hubungan seksual, yang telah sah dan diakui oleh hukum (kartono. M, 2000 hal

Lebih terperinci

CHLAMYDIA TRACHOMATIS

CHLAMYDIA TRACHOMATIS CHLAMYDIA TRACHOMATIS BELYANA MARIA SIDEBANG (078114099) Pendahuluan: Chlamydia tergolong salah satu penyakit menular seksual (sexual transmitted diseases), seperti kencing nanah, sifilis, dan tentu HIV/AIDS.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kelamin (veneral diseases) merupakan suatu fenomena yang telah lama kita kenal seperti sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venerum dan granuloma inguinal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

KLAMIDIASIS. I. Definisi

KLAMIDIASIS. I. Definisi DD KLAMIDIASIS I. Definisi Klamidiasis adalah infeksi PMS (penyakit menular seksual) yang sangat umum menyerang manusia. Penyakit yang juga dikenal dengan nama Uretritis Non-Gonore atau Uretritis Non-Spesifik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Gonore merupakan salah satu penyakt infeksi menular seksual terbanyak kedua di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae, yaitu bakteri diplokokus

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 8 Anak menderita HIV/Aids Catatan untuk fasilitator Ringkasan Kasus: Krishna adalah seorang bayi laki-laki berusia 8 bulan yang dibawa ke Rumah Sakit dari sebuah

Lebih terperinci

Duh Tubuh Vagina (Vaginal Discharge) Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan

Duh Tubuh Vagina (Vaginal Discharge) Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan Duh Tubuh Vagina (Vaginal Discharge) Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan Prof. dr. Junizaf, SpOG(K) dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di dunia termasuk di Indonesia. Kebutuhan akan adanya program penanggulangan IMS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun, jutaan orang terekspos risiko penyakit mematikan melalui transfusi darah yang tidak aman. Pada database global, skrining tidak dilakukan untuk penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan mengaktualisasikan dirinya. Kesehatan juga berarti keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita pekerja seks menunjukan bahwa prevelensi gonore berkisar antara 7,4% -

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita pekerja seks menunjukan bahwa prevelensi gonore berkisar antara 7,4% - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi gonore di Indonesia menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis penyakit menular seksual. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta dan Bandung pada wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, dunia sedang mengalami perubahan pola penyakit yang dikenal sebagai transisi epidemiologi, yaitu perubahan pola penyakit dan penyebab kematian. Pada awalnya

Lebih terperinci

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR072010031 Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Asuhan Keperawatan Wanita Dan Anak Dengan HIV/AIDS 1. Pencegahan Penularan HIV pada Wanita dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. PMS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. PMS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Menular Seksual (PMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. PMS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pap smear merupakan salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting di Indonesia mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma Akuminata, HIV/ Acquired Immuno

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kelamin ( veneral disease) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya sangat popular di Indonesia yaitu sifilis dan gonorhea. Semakin majunya ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serviks merupakan bagian penghubung vagina uterus. Kelenjar serviks berfungsi sebagai pelindung terhadap masuknya organisme lain yang bersifat parasit pada saluran vagina

Lebih terperinci

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan Agar terhindar dari berbagai persoalan karena aborsi, maka remaja harus mampu menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis mengenai segala kemungkinan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis infeksi yang ditularkan melalui hubungan seks. 11) Cara hubungan kelamin yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis infeksi yang ditularkan melalui hubungan seks. 11) Cara hubungan kelamin yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Infeksi Menular Seksual IMS sering disebut sebagai penyakit kelamin yaitu penyakit yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seks atau hubungan kelamin. Ada banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi genital non spesifik (IGNS) merupakan penyakit infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi genital non spesifik (IGNS) merupakan penyakit infeksi menular 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Infeksi genital non spesifik (IGNS) merupakan penyakit infeksi menular seksual (IMS) berupa peradangan di uretra, rektum, atau servik yang disebabkan oleh kuman

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2 1. Kelainan pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum adalah... Sifilis Epididimitis Kanker prostat Keputihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK

PEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK PEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK Endang Retnowati Departemen/Instalasi Patologi Klinik Tim Medik HIV FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 15 16 Juli 2011

Lebih terperinci

Penanganan Medis dan Non Medis untuk korban kekerasan. Ova Emilia 3 Juli 2015

Penanganan Medis dan Non Medis untuk korban kekerasan. Ova Emilia 3 Juli 2015 Penanganan Medis dan Non Medis untuk korban kekerasan Ova Emilia 3 Juli 2015 Topik Penanganan Korban datang 72 jam Korban datang > 72 jam Konseling Tindak lanjut EBM Pelayanan holistik fisik dan mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal

Lebih terperinci

INFEKSI MENULAR SEKSUAL MULTIPEL PADA PEREMPUAN HAMIL TRIMESTER KEDUA (LAPORAN KASUS)

INFEKSI MENULAR SEKSUAL MULTIPEL PADA PEREMPUAN HAMIL TRIMESTER KEDUA (LAPORAN KASUS) [VOLUME: 01 NOMOR 01 OKTOBER 2015] ISSN: 2460-9684 INFEKSI MENULAR SEKSUAL MULTIPEL PADA PEREMPUAN HAMIL TRIMESTER KEDUA (LAPORAN KASUS) 1 Arum Krismi, Herwinda Brahmanti 2, Satiti Retno Pudjiati 3 1 Fakultas

Lebih terperinci

6. Untuk donor wanita : apakah anda saat ini sedang hamil? Jika Ya, kehamilan keberapa?...

6. Untuk donor wanita : apakah anda saat ini sedang hamil? Jika Ya, kehamilan keberapa?... PETUNJUK ANAMNESA CALON PENDO Apakah anda : 1. Merasa sehat pada hari ini? 2. Sedang minum antibiotik? 3. Sedang minum obat lain untuk infeksi? Dalam waktu 48 Jam terakhir 4. Apakah anda sedang minum Aspirin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sering disebut jenis kelamin. Seksualitas menyangkut berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sering disebut jenis kelamin. Seksualitas menyangkut berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. PERILAKU SEKSUAL Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Menular Seksual 1. Pengertian Penyakit Menular Seksual Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya pencegahan IMS yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Infeksi HIV pada Anak. Nia Kurniati

Infeksi HIV pada Anak. Nia Kurniati Infeksi HIV pada Anak Nia Kurniati Topik Transmisi Diagnosis Manajemen Transmisi Vertikal Kehamilan Persalinan Laktasi Horisontal Sama seperti penularan pada orang dewasa Case 1 Seorang anak perempuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora normal tersebut antara lain Corynebacterium ( batang positif gram ), Staphylococcus ( kokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi ialah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala

Lebih terperinci

Nurjannah, SKM Sub Direktorat AIDS&PMS Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Indonesia

Nurjannah, SKM Sub Direktorat AIDS&PMS Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Indonesia LAPORAN HASIL PENELITIAN PREVALENSI INFEKSI SALURAN REPRODUKSI PADA WANITA PENJAJA SEKS DI MEDAN, TANJUNG PINANG, PALEMBANG, JAKARTA BARAT, BANDUNG, SEMARANG, BANYUWANGI, SURABAYA, BITUNG, JAYAPURA, INDONESIA,

Lebih terperinci

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan : KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN METODE IVA PADA PUS DI WILAYAH PUSKESMAS KELURAHAN KEMANGGISAN KECAMATAN PALMERAH JAKARTA BARAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Sifilis 2.1. Pengertian Sifilis Sifilis adalah salah satu jenis penyakit menular seksual (PMS). Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan kesehatan dunia World Health Organizationmemperkirakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan kesehatan dunia World Health Organizationmemperkirakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan kesehatan dunia World Health Organizationmemperkirakan bahwa setiap tahun terdapat kurang lebih 350 juta penderita baru Penyakit Menular Seksual di negara berkembang

Lebih terperinci

[Referensi 3] Pendaftaran Vaksinasi dan Angket Pra Pemeriksaan Vaksin. Angket Pra Pemeriksaan Vaksinasi untuk [ Laki-laki Perempuan

[Referensi 3] Pendaftaran Vaksinasi dan Angket Pra Pemeriksaan Vaksin. Angket Pra Pemeriksaan Vaksinasi untuk [ Laki-laki Perempuan Angket Pra Pemeriksaan Vaksinasi untuk [ ] (balita/anak SD) Formulir II Nama orang tua/wali Apakah Anda telah membaca keterangan (yang dikirim terlebih dahulu oleh pemerintah daerah) mengenai vaksinasi

Lebih terperinci

IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin

IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin Untuk Kalangan Terbatas www.aidsindonesia.or.id IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin Apa itu IMS? IMS adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual (vaginal,

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS INFORMASI TENTANG HIV/AIDS Ints.PKRS ( Promosi Kesehatan Rumah Sakit ) RSUP H.ADAM MALIK MEDAN & TIM PUSYANSUS HIV/AIDS? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan

Lebih terperinci

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. - Keluar nanah dari lubang kencing, dubur dan vagina,

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. - Keluar nanah dari lubang kencing, dubur dan vagina, BAB 4 IMS Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda Kamu tahu ga sih apa itu IMS? Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi atau penyakit yang salah satu cara penularannya melalui hubungan

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci

TATALAKSANA SKISTOSOMIASIS. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

TATALAKSANA SKISTOSOMIASIS. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman : Revisi Halaman 1. Pengertian Skistosoma adalah salah satu penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing trematoda dari genus schistosoma (blood fluke). 2. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman : Revisi Halaman Kepala 1. Pengertian Malaria adalah suatu infeksi penyakit akut maupun kronik yang disebakan oleh parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang menyerang manusia melalui transmisi hubungan seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation (WHO) (2015) diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim

BAB I PENDAHULUAN. Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit yang sering muncul di tengah masyarakat

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan di PMI antara lain mencakup pengerahan donor, penyumbangan darah, pengambilan, pengamanan, pengolahan, penyimpanan, dan penyampaian darah kepada pasien. Kegiatan

Lebih terperinci

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh?

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh? Apa herpes itu? Herpes adalah masalah kulit yang umum dan biasanya ringan; kebanyakan infeksi tidak diketahui dan tidak didiagnosis Herpes disebabkan oleh virus: virus herpes simpleks (HSV) HSV termasuk

Lebih terperinci

PERNYATAAN. Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam. penelitian ini dengan judul Hubungan Pelayanan Klinik IMS dengan Upaya

PERNYATAAN. Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam. penelitian ini dengan judul Hubungan Pelayanan Klinik IMS dengan Upaya 100 PERNYATAAN Kode Responden : Umur responden : Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan judul Hubungan Pelayanan Klinik IMS dengan Upaya Pencegahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN 1 VIRUS HEPATITIS B Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage Oleh AROBIYANA G0C015009 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Batasan Masalah... 3 1.4 Tujuan Penelitian... 4 1.5 Manfaat Penelitian... 4 1.6 Metodogi Penelitian... 4 1.7 Sistematika

Lebih terperinci

TEAM BASED LEARNING MODUL GONORE. Diberikan pada Mahasiswa Semester Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH :

TEAM BASED LEARNING MODUL GONORE. Diberikan pada Mahasiswa Semester Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : TEAM BASED LEARNING MODUL GONORE Diberikan pada Mahasiswa Semester Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof.Dr. Muh. Dali Amiruddin, dr., Sp.KK(K), FINSDV,FAADV dr. Alwi A. Mappiasse, Ph.D, Sp.KK,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sifilis adalah penyakit menular seksual yang ditandai dengan adanya lesi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sifilis adalah penyakit menular seksual yang ditandai dengan adanya lesi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sifilis Sifilis adalah penyakit menular seksual yang ditandai dengan adanya lesi primer kemudian diikuti dengan erupsi sekunder pada area kulit, selaput lendir dan juga organ

Lebih terperinci

PrEP: HIV Pre exposure Prophylaxis

PrEP: HIV Pre exposure Prophylaxis PrEP: HIV Pre exposure Prophylaxis Yuda Hananta 29 mei 2017 Tujuan Memahami rekomendasi terbaru tentang PrEP Mengidentifikasi kelompok yang cocok mendapatkan PrEP Mempelajari bagaimana pengelolaan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular. berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB).

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular. berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini menginfeksi melalui cairan tubuh manusia secara akut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA SIFILIS

TINJAUAN PUSTAKA SIFILIS TINJAUAN PUSTAKA SIFILIS 1 Definisi Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi Trichomonas vaginalis

Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi Trichomonas vaginalis Karya Ilmiah Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi Trichomonas vaginalis Dr. RACHMAT HIDAYAT, M.Si FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2015 i LEMBAR PENGESAHAN Setelah

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN 37 BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan alat-alat reproduksi berperan penting dalam menunjang terlaksananya fungsi reproduksi yang optimal pada wanita. Dengan alat reproduksi yang sehat, wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan seks merupakan kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu yang telah mencapai kematangan fisik dan psikis baik pada wanita maupun laki-laki terutama

Lebih terperinci