Bab III Akuisisi dan Pengolahan Data
|
|
- Inge Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab III Akuisisi dan Pengolahan Data 3.1. Akuisisi Data Kawah Domas Kawah Domas merupakan salah satu dari sekumpulan kawah yang ada di Gunung Tangkuban Perahu. Berdasarkan data GPS, Kawah Domas berada di posisi o Bujur Timur dan 6,76085 o Lintang Selatan atau dalam kordinat UTM berada di Bujur Timur dan Lintang Selatan dengan ketinggian berada di sekitar 1591 m di atas permukaan air laut. Gambar III.1. Kawah Domas, Gunung Tangkuban Perahu. Pada kawah tersebut banyak ditemukan manifestasi vulkanik di permukaan, seperti solfatar (bagian dari gunung berapi yang mengeluarkan gas sulfur dan uap air panas), fumarol (lubang pada bagian gunung berapi, tempat keluarnya uap air panas), sumber mata air panas, dan uap air panas. Manifestasi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 15
2 Gambar III.2. Manifestasi vulkanik pada Kawah Domas. Manifestasi vulkanik yang berada di permukaan merupakan hal yang sangat menarik untuk diteliti dan dipelajari untuk aspek geologi, geofisika dan geokimia. Sehingga nantinya data-data yang didapatkan dapat dijadikan suatu input dalam memodelkan sistem hidrotermal dangkal dari Kawah Domas itu sendiri. Pada penelitian ini aspek yang lebih ditekankan, yaitu aspek geofisika. Aspek ini lebih menekankan pada akuisisi, pengolahan, pemodelan, dan analisa data dengan memanfaatkan data geofisika melalui metode yang dapat digunakan dalam mencitrakan secara lateral dan vertikal bawah permukaan. Adapun metode yang digunakan, yaitu self-potential, temperatur permukaan, 2D DC resistivity, emisi CO 2 dan ph. Metode self-potential digunakan untuk mencitrakan secara lateral dari nilai beda potensial pada masing-masing titik pengamatan terhadap titik acuan (base). Temperatur permukaan digunakan untuk mencitrakan secara lateral variasi suhu di permukaan. 2D DC resistivity digunakan untuk mencitrakan struktur bawah permukaaan dari variasi nilai resistivitas. Emisi CO 2 digunakan untuk mencitrakan variasi nilai emisi CO 2 secara lateral berdasarkan persen (%) CO 2 dari udara tanah. 16
3 Sedangkan ph digunakan untuk mengetahui kadar keasaman dari fluida yang keluar dari sumber mata air panas Akuisisi Data Self-potential Pengukuran self-potential digunakan untuk mengetahui sebaran nilai beda potensial dari tiap-tiap titik pengamatan terhadap suatu titik acuan (base). Nilai beda potensial dari tiap-tiap titik pengamatan tersebut akan dijadikan kontur beda potensial, yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam membatasi sistem hidrotermal pada Kawah Domas tersebut. Penggabungan metode SP dan konduktivitas merupakan metode yang baik untuk penelitian aliran air bawah permukaan (Hase dkk, 2004). Sehingga metode self-potential ini merupakan metode yang tepat untuk meneliti sistem hidrotermal. Pengukuran self-potential pada Kawah Domas dilakukan sebanyak 188 titik pengamatan. Adapun penyebaran titik pengukuran self-potential dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 17
4 Gambar III.3. Titik pengukuran self-potential (hitam) titik pengamatan, (merah) titik acuan / base. Peralatan yang digunakan untuk mendapatkan data self-potential, yaitu : 1) Multimeter digital 2) Porous pot 3) Kabel dengan panjang 500 m 4) Terusi / CuSO 4 5) GPS 6) Skop Gambar III.4. Peralatan pengukuran self-potential. 18
5 Dalam pengambilan data self-potential terdapat 2 metode pengambilan data, yaitu: 1. Metode Potential Gradient Pada metode potential gradient elektroda yang digunakan sebanyak dua buah, dengan jarak antar elektroda biasanya 5 m atau 10 m. Perbedaan potensial yang dihasilkan oleh kedua elektroda tersebut, kemudian diukur dengan menggunakan multimeter digital. Untuk mendapatkan nilai beda potensial pada titik selanjutnya, kedua elektroda tersebut dipindahkan seperti lompatan kodok (leap-frogged) sepanjang jalur yang akan diukur. Adapun skema pengukuran dengan menggunakan metode potential gradient dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar III.5. Skema pengukuran dengan menggunakan metode potensial gradient. 2. Metode Potential Amplitude Pada metode potential amplitude ini satu elektroda disimpan di suatu tempat sebagai titik acuan (base), sedangkan elektroda yang lain dipindahkan dengan jarak tertentu sepanjang jalur yang akan diukur. Adapun skema pengukuran dengan menggunakan metode potential amplitude ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 19
6 Gambar III.6. Skema pengukuran dengan menggunakan metode potential gradient. Pada pengambilan data self-potential untuk penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode potential amplitude dengan posisi titik acuan (base) berada di Kawah Domas, dengan posisi koordinat pada o Bujur Timur dan 6,76085 o Lintang Selatan atau dalam kordinat UTM berada di Bujur Timur dan Lintang Selatan dengan ketinggian berada di sekitar 1591m di atas permukaan laut. Sedangkan untuk bagian elektroda yang bergerak (rover) dengan posisi seperti pada Gambar III.3 dengan jarak antar titik pengamatan sebesar 25 m. Adapun data selfpotential yang telah diambil dapat dilihat pada Lampiran A Akuisisi Data Suhu Permukaan Pengukuran suhu permukaan digunakan untuk mencitrakan variasi lateral dari suhu di permukaaan. Finizola mengemukakan bahwa anomali dari suhu permukaan pada gunung api aktif memiliki korelasi yang baik dalam sistem hidrotermal (Finizola, 2003). Sehingga apabila data suhu permukaan dikorelasikan dengan data selfpotential maka akan dapat memudahkan dalam membatasi sistem hidrotermal pada kawah tersebut. Pada pengukuran suhu permukaan, jumlah titik pengamatannya sebanyak 188 titik, dengan spasi antar titik pengamatan sebesar 25 m dengan kedalaman lubang untuk pengambilan data sekitar 20 cm. Titik pengukuran ini tersebar merata seperti pada 20
7 titik pengamatan self-potential Gambar III.3. Adapun peralatan yang dipergunakan dalam pengambilan data suhu permukaan, yaitu dengan menggunakan : 1) termometer digital model Lutron TM-903A 2) thermocouple type K. Gambar III.7. Peralatan pengukuran suhu permukaan. Data hasil pengukuran suhu permukaan dapat dilihat pada bagian Lampiran B Akuisisi Data 2D Resistivity Akuisisi data 2D DC resistivity bertujuan untuk mencitrakan struktur bawah dari Kawah Domas, berdasarkan kontras resistivity. Data 2D DC resistivity ini selanjutnya digunakan dalam input model untuk memodelkan sistem hidrotermal dangkal Kawah Domas. Selain itu, data resistivity yang didapatkan digunakan juga untuk menentukan nilai permeabilitas sebagai produk akhirnya yang akan digunakan juga dalam input model. Dalam pengambilan data 2D DC resistivity, motode yang digunakan adalah metode Wenner-Schlumberger. 21
8 Gambar III.8. Skema pengukuran 2D DC resistivity dengan menggunakan metode Wenner- Schlumberger Akuisisi 2D DC resistivity pada Kawah Domas terbagi menjadi 4 lintasan, yaitu : lintasan 1 (line 1) yang berorientasikan arah selatan-utara (1-1 ). Di mana lintasan pengukuran dimulai dari luar kawah hingga ke bibir kawah dengan jumlah elektroda yang dipergunakan sebanyak 96 elektroda, spasi antar elektroda 5 m. Sehingga panjang lintasan pengukuran pada line 1 dapat mencapai 480 m. Lintasan 2 (line 2) berorientasikan selatan-utara (2-2 ), di mana lintasan pengukuran dimulai dari bibir kawah sebelah selatan hingga ke bibir kawah sebelah utara. Jumlah elektroda yang dipergunakan pada line 2 ini sebanyak 96 elektroda dengan spasi 5 m. Sehingga panjang lintasan pengukuran pada line 2 dapat mencapai 480m. Lintasan 3 (line 3) berorientasikan barat-timur (3-3) di mana lintasan pengukuran dimulai dari daerah luar Kawah Domas bagian timur dan berakhir pada daerah Kawah Domas bagian barat. Jumlah elektroda yang dipergunakan pada line 3 ini sama dengan pada line 1 dan line 2, yaitu 96 elektroda dengan spasi antar elektroda 5 m. Sehingga panjang lintasan pengukuran pada line 3 dapat mencapai 480 m. Lintasan terakhir adalah lintasan 4 (line 4) yang berorientasikan arah barat-timur (4-4). Elektroda yang dipergunakan dalam line 4 ini sebanyak 88 elektroda dengan spasi antar elektroda 5 m. Sehingga panjang lintasan pengukuran dapat mencapai 440m. 22
9 Adapun lintasan 2D DC resistivity pada kawasan Kawah Domas dan sekitarnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar III.9. Lintasan pengukuran 2D DC resistivity. Peralatan yang digunakan dalam pengukuran 2D DC resistivity, yaitu : 1) Ares Multichannel Resitivity 2) elektroda 3) takeout cable 4) accu kering Gambar III.10. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan data 2D DC resistivity. 23
10 Akuisisi Data Emisi Gas CO 2 Pengukuran emisi gas CO 2 akan sangat membantu untuk mengetahui kondisi bawah permukaan. Pengukuran konsentrasi gas di dalam tanah biasanya digunakan untuk mengetahui hubungan antara sumber gas dengan struktur geologi bawah permukaan. Secara umum permeabilitas yang besar di sepanjang rekahan membuat aliran gas yang keluar ke permukaan semakin besar, sehingga akan terjadi anomali konsentrasi gas di permukaan. Konsentrasi CO 2 yang tinggi sering kali ditemukan di sekitar lubang vulkanik aktif dan di sepanjang patahan tektonik (Finizola, 2001). Akuisisi data emisi gas CO 2 dilakukan sebanyak 50 titik pengamatan dengan interval pengambilan data emisi gas CO 2 berjarak 50 m. Adapun titik-titik pengambilan data emisi gas CO 2 dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar III.11. Titik pengambilan sampel emisi gas CO 2. Peralatan yang digunakan dalam pengambilan sampel emisi gas CO 2, yaitu : 1) Kimoto gas collector 2) altimeter 3) termometer digital 4) termocouple type K 5) larutan NaOH 24
11 Gambar III.12. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sampel emisi gas CO 2. Adapun prosedur dalam pengambilan sampel emisi gas CO 2 adalah sebagai berikut ini. 1) Tanah dibor dengan menggunakan bor tangan dengan kedalaman 1 m. Pada kedalaman ini diharapkan sampel CO 2 yang diambil bukan berasal dari udara luar. 2) Catat kondisi suhu dalam lubang bor dan udara luar dengan menggunakan thermocouple serta catat ketinggian titik pengukuran dengan altimeter. 3) Masukan selang penghisap ke dalam tanah, kemudian tutup permukaan lubang. 4) Lakukan penghisapan selama 2 menit untuk mengeluarkan udara dalam lubang yang berasal dari udara luar yang kemungkinan masuk pada saat pemboran. 5) Diamkan selama 5 menit. 6) Masukan larutan NaOH ke dalam tabung pada alat untuk menangkap CO 2 yang dihisap oleh alat. 7) Lakukan penghisapan CO 2 selama 2 menit. Pada saat alat dinyalakan, kecepatan hisapan alat harus selalu diatur. 8) Masukan larutan NaOH dari alat ke dalam tabung yang sudah disediakan, kemudian tutup dengan rapat dan diisolasi. 9) Sampel yang sudah ditutup rapat dan diisolasi kemudian dibawa ke Pusat Lingkungan Geologi untuk dilakukan uji sampel. 25
12 Hasil pengujian sampel yang dikeluarkan oleh Pusat Lingkungan Geologi dapat dilihat pada Lampiran C Akuisisi Data ph Akuisisi data ph ditujukan untuk menentukan tingkat keasaman dari fluida yang keluar dari sumber mata air panas. Pengambilan data ph di kawasan Kawah Domas sebanyak 10 sampel dengan distribusi pengambilan sampel 8 sampel di Kawah Domas, 1 sampel di Kawah Jarian dan 1 sampel di Kawah Jurig. Peralatan yang digunakan dalam pengambilan sampel ph, yaitu dengan menggunakan : 1) ph meter model Lutron tipe PH-208 2) probe ph meter 3) aquades 4) merch buffer solution ph 4 Gambar III.13. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sample ph. Prosedur pengambilan sample ph ini tergolong mudah, yaitu : 1) Masukan probe ph ke dalam genangan air panas 2) Baca ph yang terukur dengan menggunakan alat ph meter 26
13 3) Masukan thermocouple ke dalam genangan air panas 4) Baca suhu yang terukur dengan menggunakan alat termometer digital. Hasil pengukuran ph dapat dilihat pada lampiran D Pengolahan Data Pengolahan Data Self-potential Dalam pengolahan data self-potential terdapat beberapa prosedur yang perlu diperhatikan. Adapun prosedur dalam pengolahan data self-potential dapat dilihat pada diagram pengolahan data self-potential di bawah ini. Tabel 1. Diagram pengolahan data self-potential. 27
14 Pada raw data self-potential terdiri dari koordinat (longitude, latitude, X-UTM, Y- UTM) nilai self-potential yang sudah terkoreksi dengan titik acuan (base) dan elevasi. Kemudian data-data tersebut dilakukan proses gridding menggunakan software QCTool dengan mengunakan metode natural neighbour. Data hasil gridding tersebut ditampilkan dengan menggunakan program Surfer 8 dalam bentuk kontur selfpotential. Adapun hasil dari proses tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar III.14. Kontur self-potential sebelum koreksi topografi 2D (atas) dan 3D (bawah). 28
15 Dari kontur yang ada, langkah selanjutnya yaitu melakukan slicing pada lintasan yang ada nilai self-potential-nya ataupun pada lintasan yang dilewati oleh lintasan dengan menggunakan metode selain self-potential. Hal tersebut ditujukan agar dapat ditarik korelasi antara metode self-potential dengan metode-metode lainnya pada lintasan yang sama. Slicing pada lintasan yang tepat pada nilai self-potential terbagi menjadi 3 lintasan, yaitu lintasan A berorientasikan barat-timur (A-A ), lintasan B berorientasikan tenggara-barat laut (B-B ), dan lintasan C berorientasikan barat-timur (C-C ). Lintasan-lintasan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar III.15. Slicing lintasan A, B dan C. 29
16 Hasil dari slicing dari lintasan A, B dan C adalah sebagai berikut ini. A A Gambar III.16.a. Slicing lintasan A, grafik self-potential dan elevasi terhadap jarak (atas), grafik self-potential terhadap elevasi (bawah). Garis merah putus-putus adalah nilai self-potential yang terpengarui oleh aspek topografi. B B Gambar III.16.b. Slicing lintasan B, grafik self-potential dan elevasi terhadap jarak (atas), grafik self-potential terhadap elevasi (bawah). 30
17 C C Gambar III.16.c. Slicing lintasan C, grafik self-potential dan elevasi terhadap jarak (atas), grafik self-potential terhadap elevasi (bawah). Garis merah putus-putus adalah nilai self-potential yang terpengarui oleh aspek topografi. Slicing lintasan yang dilewati oleh lintasan dengan menggunakan metode selain selfpotential (suhu permukaan, 2D DC resistivity, dan emisi CO 2) adalah sebagai berikut ini. Gambar III.17. Slicing line 1, line 2, line 3 dan line 4. 31
18 Adapun hasil slicing pada lintasan di atas adalah sebagai berikut ini. 1 1 Gambar III.18.a. Slicing line 1 grafik self-potential dan elevasi terhadap jarak (atas), grafik self-potential terhadap elevasi (bawah). 2 2 Gambar III.18.b. Slicing line 2, grafik self-potential dan elevasi terhadap jarak (atas), grafik self-potential terhadap elevasi (bawah). 32
19 3 3 Gambar III.18.c. Slicing line 3, grafik self-potential dan elevasi terhadap jarak (atas), grafik self-potential terhadap elevasi (bawah). 4 4 Gambar III.18.d. Slicing line 4, grafik self-potential dan elevasi terhadap jarak (atas), grafik self-potential terhadap elevasi (bawah). Dari grafik di atas, pada Gambar III.16.a., Gambar III.16.c., Gambar III.18.c., dan Gambar III.18.d. terdapat nilai potensial yang dipengaruhi oleh aspek topografi, sehingga perlu dilakukan koreksi topografi. Untuk mendapatkan nilai koreksi topografi, maka dibuat grafik nilai self-potential terhadap elevasi sebaran data yang 33
20 diplot pada grafik tersebut. Maka ditarik suatu regresi liniear dan angka yang dijadikan koreksi adalah kemiringan (gradien) dari regresi liniear tersebut mv/m Gambar III.19.a. Koreksi data self-potential pada lintasan A dengan nilai koreksi mv/m mv/m Gambar III.19.b. Koreksi data self-potential pada lintasan C dengan nilai koreksi mv/m. 34
21 -2.55 mv/m Gambar III.19.c. Koreksi data self-potential pada line 3 dengan nilai koreksi mv/m mv/m Gambar III.19.d. Koreksi data self-potential pada line 4 dengan nilai koreksi mv/m. Hasil koreksi self-potential terhadap topografi didapatkan mv/m pada lintasan A, mv/m pada lintasan C, mv/m pada line 3 dan mv/m pada line 4. Sehingga total koreksi yang didapatkan adalah mv/m. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikkan topografi 1 m maka nilai self-potential berkurang sebesar 1.45 mv. Oleh sebab itu semua titik pegamatan self-potential dikurangkan dengan nilai mv agar nilai yang didapatkan adalah nilai selfpotential yang sudah terkoreksi oleh topografi. Nilai hasil koreksi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam proses gridding, dengan menggunakan metode natural 35
22 neighbour pada program QCTool yang kemudian hasilnya ditampilkan pada program Surfer 8. Data hasil koreksi topografi dapat dilihat pada Lampiran A, sedangkan hasilnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar III.20. Kontur self-potential sebelum koreksi topografi 2D (atas) dan 3D (bawah). Slicing pada lintasan A, B dan C setelah dilakukan proses koreksi topografi adalah sebagai berikut : 36
23 A A Gambar III.21.a. Slicing lintasan A yang sudah dikoreksi topografi, grafik self-potential dan elevasi terhadap jarak (atas), grafik self-potential terhadap elevasi (bawah). B B Gambar III.21.b. Slicing lintasan B yang sudah dikoreksi topografi, grafik self-potential dan elevasi terhadap jarak (atas), grafik self-potential terhadap elevasi (bawah). 37
24 C C Gambar III.21.c. Slicing lintasan C yang sudah dikoreksi topografi, grafik self-potential dan elevasi terhadap jarak (atas), grafik self-potential terhadap elevasi (bawah). Slicing pada line 1, 2, 3 dan 4 setelah dilakukan koreksi topografi adalah sebagai berikut : 1 1 Gambar III.22.a. Slicing line 1 yang sudah dikoreksi topografi, grafik self-potential dan elevasi terhadap jarak (atas), grafik self-potential terhadap elevasi (bawah). 38
25 2 2 Gambar III.22.b. Slicing line 2 yang sudah dikoreksi topografi, grafik self-potential dan elevasi terhadap jarak (atas), grafik self-potential terhadap elevasi (bawah). 3 3 Gambar III.22.c. Slicing line 3 yang sudah dikoreksi topografi, grafik self-potential dan elevasi terhadap jarak (atas), grafik self-potential terhadap elevasi (bawah). 39
26 4 4 Gambar III.22.d. Slicing line 4 yang sudah dikoreksi topografi, grafik self-potential dan elevasi terhadap jarak (atas), grafik self-potential terhadap elevasi (bawah) Pengolahan Data Suhu Permukaan Pengolahan data suhu permukaan hanya dengan melakukan proses gridding pada raw data. Di mana di dalam raw data tersebut di dalamnya terdapat informasi koordinat (longitude, latitude atau X-UTM, Y-UTM), dan nilai dari suhu permukaan di masingmasing koordinat tersebut. Data tersebut dapat dilihat pada bagian Lampiran B. Metode yang digunakan dalam melakukan proses gridding pada software QCTool adalah dengan menggunakan metode natural neighbour. Selanjutnya hasil proses gridding tersebut ditampilkan dalam bentuk kontur suhu permukaan pada program Surfer 8. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut ini. 40
27 Gambar III.23. Kontur suhu permukaan 2D (atas) dan 3D (bawah). Slicing pada kontur suhu permukaan ini dilakukan pada lintasan yang sama seperti pada kontur self-potential. Di mana lintasan yang dipergunakan adalah line 1, 2, 3 dan 4 dan sebagai hasilnya adalah sebagai berikut : 41
28 1 1 2 Gambar III.24.a. Slicing line 1 pada kontur suhu permukaan. 2 Gambar III.24.b. Slicing line 2 pada kontur suhu permukaan. 42
29 3 3 Gambar III.24.c. Slicing line 3 pada kontur suhu permukaan. 4 4 Gambar III.24.d. Slicing line 4 pada kontur suhu permukaan Pengolahan Data 2D DC Resistivity Software yang digunakan dalam pengolahan data 2D DC resitivity adalah dengan menggunakan software Res2DInv. Software ini ditujukan untuk melakukan poses inversi dari raw data 2D DC resistivity. Hasil inversi dari program Res2DInv tersebut 43
30 kemudian ditampilkan dalam software Surfer 8. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut ini. Line 1 Jumlah datum yang layak untuk dilakukan proses inversi sebanyak 1884 datum, dengan jumlah 20 iterasi dan error sebesar 34.68%. 1 1 Gambar III.25.a. Profil 2D DC resistivity line 1. Line 2 Jumlah datum yang layak untuk dilakukan proses inversi sebanyak 566 datum, dengan jumlah 18 iterasi dan error sebesar 27.11%. 2 2 Gambar III.25.b. Profil 2D DC resistivity line 2. 44
31 Line 3 Jumlah datum yang layak untuk dilakukan proses inversi sebanyak 547 datum, dengan jumlah 19 iterasi dan error sebesar %. 3 3 Gambar III.25.c. Profil 2D DC resistivity line 3. Line 4 Jumlah datum yang layak untuk dilakukan proses inversi sebanyak 1573 datum, dengan jumlah 8 iterasi dan error sebesar 18.08%. 4 4 Gambar III.25.d. Profil 2D DC resistivity line Pengolahan Data Emisi Gas CO 2 Pada pengolahan data emisi gas CO 2 sama halnya dengan pengolahan data suhu permukaan. Di mana raw data memuat informasi koordinat dan nilai emisi gas CO 2 dalam persen (%). Dalam hal ini nilai emisi gas CO 2 adalah nilai yang didapatkan 45
32 dari hasil analisa lab yang dilakukan di Pusat Lingkungan Geologi. Sehingga dalam pengolahan datanya hanyalah dilakukan proses gridding dengan menggunakan metode natural neighbour pada program QCTool yang kemudian ditampilkan dalam bentuk kontur pada software Surfer 8. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut ini. Gambar III.26. Kontur emisi gas CO 2 2D (atas) dan 3D (bawah).. Slicing pada kontur emisi gas CO 2 ini dilakukan pada lintasan yang sama seperti pada kontur self-potential dan suhu permukaan. Di mana lintasan yang dipergunakan adalah line 1, 2, 3 dan 4 dan sebagai hasilnya adalah sebagai berikut: 46
33 1 1 Gambar III.27.a. Slicing line 1 pada kontur emisi gas CO Gambar III.27.b. Slicing line 2 pada kontur emisi gas CO 2. 47
34 3 3 Gambar III.27.c. Slicing line 3 pada kontur emisi gas CO Gambar III.27.d. Slicing line 4 pada kontur emisi gas CO Pengolahan Data ph Dalam pengolahan data ph tidak memerlukan proses gridding, dikarenakan jumlah titik sampel pada pengukuran ph di sini tidak terlalu banyak. Sehingga data cukup 48
35 diplot pada peta dasar, dalam hal ini adalah peta topografi. Sebagai hasilnya adalah sebagai berikut ini. Gambar III.28. Profil data pengukuran ph. 49
Bab IV Pemodelan dan Pembahasan
Bab IV Pemodelan dan Pembahasan 4.1. Pemodelan Self-potential Aliran fluida tunak, panas, listrik, dan kimia disimbolkan oleh J dapat dideskripsikan sebagai potensial gradient sebagai berikut : (3) Di
Lebih terperinciTESIS. ADHITYA SUMARDI SUNARYA NIM : Program Studi Fisika
PEMODELAN SELF-POTENTIAL UNTUK INVESTIGASI STRUKTUR DANGKAL BAWAH PERMUKAAN DAERAH VULKANIK STUDI KASUS KAWAH DOMAS GUNUNG TANGKUBAN PERAHU-JAWA BARAT TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III 1.1. Lokasi METODE PENELITIAN Lokasi penelitian terletak di kecamatan Bekasi Utara yang mempunyai letak geografis 106 o 48 28 107 o 27 29 Bujur Timur dan 6 o 10 6 6 o 30 6 Lintang Selatan, kemiringan
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA
BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 2 metode geofisika, yaitu gravitasi dan resistivitas. Dimana kedua metode tersebut saling mendukung, sehingga
Lebih terperinciBab II Teori Dasar Self-potential
Bab II Teori Dasar Transfer energi dan panas pada gunung api aktif memiliki peranan yang sangat penting dalam mengontrol gunung api, yang dikaitkan dengan keadaan sistem hidrotermal pada gunung tersebut.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Alur Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Akuisisi Data Mulai Pengukuran Resistivitas Pengukuran
Lebih terperinciBAB III DATA dan PENGOLAHAN DATA
KLO-68 KLO-5 KLO-18 KLO-55 KLO-113 KLO-75 KLO-110 KLO-3 KLO-51 KLO-96 KLO-91 KLO-14 KLO-192 KLO-41 KLO-185 KLO-45 KLO-76 KLO-184 KLO-97 KLO-129 KLO-17 KLO-112 KLO-100 KLO-43 KLO-15 KLO-111 KLO-90 KLO-12
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif - analitik dari data geolistrik resistivitas dan kekar. Berdasarkan hasil pengolahan data geolistrik dan analisis kekar
Lebih terperinciPROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)
ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2009 PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA
BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Pada penelitian ini, penulis menggunakan 2 data geofisika, yaitu gravitasi dan resistivitas. Kedua metode ini sangat mendukung untuk digunakan dalam eksplorasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
24 BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Metode dan Desain Penelitian Data variasi medan gravitasi merupakan data hasil pengukuran di lapangan yang telah dilakukan oleh tim geofisika eksplorasi Pusat Penelitian
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi
BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan detail. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut, sedangkan
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN
BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan lokal. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1830, Robert W. Fox berhasil melakukan eksperimen dengan arus alam yang berhubungan dengan endapan inti sulfida di Cornwall, Inggris. Hingga beberapa dekade
Lebih terperinciSURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH)
SURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH) Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari 2016 sampai dengan Juni 2016. Lokasi pengambilan data berada di Kecamatan Karangdowo Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem panas bumi umumnya berkembang pada daerah vulkanik dan non vulkanik. Seting tektonik Indonesia yang dilalui oleh jalur pegunungan aktif menjadikan Indonesia
Lebih terperinciBAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA
BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Pengolahan dan interpretasi data geofisika untuk daerah panas bumi Bonjol meliputi pengolahan data gravitasi (gaya berat) dan data resistivitas (geolistrik)
Lebih terperinciBAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA
BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA IV.1 TINJAUAN UMUM Pengambilan sampel air dan gas adalah metode survei eksplorasi yang paling banyak dilakukan di lapangan geotermal.
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan Februari 2015 di Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG) Bandung dan Laboratorium
Lebih terperinciMetode Geolistrik (Tahanan Jenis)
Metode Geolistrik (Tahanan Jenis) Kata kunci : Pemodelan Inversi, Resistivitas, Tahanan Jenis. Metode geolistrik merupakan metode geofisika yang mempelajari sifat kelistrikan di bawah permukaan Bumi untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pengukuran lapangan, tahap pemrosesan data, dan tahap interpretasi
Lebih terperinciV. INTERPRETASI DAN ANALISIS
V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Mei
31 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Mei 2014. Proses pengambilan data dilakukan di lingkungan Universitas Lampung.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Daerah penelitian terletak di Bukit Indah, Gambung, Desa Mekarsari, Kecamatan Pasir Jambu Ciwidey, Kabupaten Bandung. Jumlah lintasan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga lempeng besar (Eurasia, Hindia Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki tatanan tektonik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data secara langsung (primer)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dengan pengambilan data secara langsung (primer) yang bekerjasama dengan Pusat Penelitian Geoteknologi
Lebih terperinci3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam akuisisi data adalah seperangkat alat geolistrik supersting R8/IP, yang terdiri dari:
28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah yang mempunyai letak geografis 1 0 06 44 2 0 12 53 LS dan anatar 120 0 05 09 120
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Panas bumi (Geotermal) adalah sumber daya alam berupa air panas atau uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah permukaan oleh
Lebih terperinciPENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi)
3.1 Diagram Alur Pengolahan Data BAB III METODOLOGI PENELITIAN Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi) Pemilahan data geolistrik dan GPS Pemodelan 1D Pemodelan 2D Pemodelan 3D
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di Desa Sambengwetan Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas dan Laboratorium Fisika Eksperimen MIPA Unsoed pada bulan
Lebih terperinciAKUISISI DATA SELF POTENTIALS (SP) UNTUK MENENTUKAN KEDALAMAN POTENSI MASSIVE SULFIDA DI DESA BABAN KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI.
AKUISISI DATA SELF POTENTIALS (SP) UNTUK MENENTUKAN KEDALAMAN POTENSI MASSIVE SULFIDA DI DESA BABAN KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh HANGGA LEVI LINDA MAWAR DANI NIM 041810201073 JURUSAN FISIKA
Lebih terperinciPENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK
PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK Yeremias K. L. Killo 1, Rian Jonathan 2, Sarwo Edy Lewier 3, Yusias Andrie 4 2 Mahasiswa Teknik Pertambangan Upn Veteran Yogyakarta 1,3,4
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran struktur geologi Dasar Laut
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Ciliwung mulai dari Hulu sampai hilir. Lokasi Penelitian meliputi wilayah Kabupaten Bogor, Kotamadya Bogor dan Kota Administratif
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012,
IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012, bertempat di daerah Karawang, Kecamatan Ambarawa, Kab. Pringsewu. Sedangkan pengolahan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada November 2012. Lokasi pengambilan data dilakukan di daerah-x, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Lebih terperinciBAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN
BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada diagram alir survei mineral (bijih besi) pada tahap pendahuluan pada Gambar IV.1 yang meliputi ; Akuisisi data Geologi
Lebih terperinciBAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi
BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi Metode geologi yang dipakai adalah analisis peta geologi regional dan lokal dari daerah penelitian. Untuk peta geologi regional, peta yang dipakai adalah peta geologi
Lebih terperinciA ALISIS KELEMBABA UDARA DA TEMPERATUR PERMUKAA DA GKAL DE GA ME GGU AKA HYGROMETER
A ALISIS KELEMBABA UDARA DA TEMPERATUR PERMUKAA DA GKAL DE GA ME GGU AKA HYGROMETER DA THERMOCOUPLE DI DAERAH PI CARA KECAMATA MASAMBA KABUPATE LUWU UTARA Surmi, asrul Ihsan, A. J. Patandean Jurusan Fisika
Lebih terperinciANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA
ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA Muh. Taufik Dwi Putra ˡ, Syamsuddin ˡ, Sabrianto Aswad ˡ. Program
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. nilai resistivitas di bawah permukaan. Data primer yang didapat adalah data
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data primer untuk mengetahui nilai resistivitas di bawah permukaan. Data primer yang didapat adalah data geolistrik
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk tugas akhir ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data Primer Data primer adalah
Lebih terperinciBAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching
BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching Penampang hasil pengolahan dengan perangkat lunak Ipi2win pada line 08 memperlihatkan adanya struktur antiklin. Struktur ini memiliki besar tahanan jenis
Lebih terperinciMETODE EKSPERIMEN Tujuan
METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER NURFAIZAH AMATILLAH IMTISAL (1127030055) FISIKA SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG TAHUN 2014 Email : nurfaizah.ifa@gmal.com
Lebih terperinciPenerapan Metode Resistivitas 2D untuk Identifikasi Bawah Permukaan Situs Maelang Bayuwangi Jawa Timur
B43 Penerapan Metode Resistivitas 2D untuk Identifikasi Bawah Permukaan Situs Maelang Bayuwangi Jawa Timur Moch. Fauzan Dwiharto dan M.Singgih Purwanto Departemen Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciBab IV Akuisisi, Pengolahan dan Interpretasi Data
Bab IV Akuisisi, Pengolahan dan Interpretasi Data IV.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terletak di daerah Kampung Kondang dan Cirikip, Desa Cinyasag, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis,
Lebih terperinciIdentifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)
Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) 1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam pencapaian tujuan. Berikut adalah gambar diagram alir dalam menyelesaikan penelitian ini: Data lapangan (AB/2, resistivitas
Lebih terperinciBAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS
BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS Metode resistivitas atau metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui sifat fisik batuan, yaitu dengan melakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Penelitian dilakukan di Desa Gerbosari,
Lebih terperinciModul Pelatihan Geolistrik 2013 Aryadi Nurfalaq, S.Si., MT
METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS A. PENGANTAR Prinsip dasar metode ini adalah menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi menggunakan dua buah elektroda arus, kemudian mengukur beda potensial melalui dua
Lebih terperinciAbstrak
PENENTUAN KARAKTERISTIK ENDAPAN MINERAL LOGAM BERDASARKAN DATA INDUCED POLARIZATION (IP) PADA DAERAH PROSPEK CBL, BANTEN Wahyu Trianto 1, Adi Susilo 1, M. Akbar Kartadireja 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciBAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding
14 BAB III. TEORI DASAR 3.1. Prinsip Dasar Metode Gayaberat 3.1.1. Teori Gayaberat Newton Teori gayaberat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Pengambilan Data Koreksi Variasi Harian Koreksi IGRF Anomali magnet Total Pemisahan Anomali Magnet Total Anomali Regional menggunakan Metode Trend Surface
Lebih terperinciAdapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk dan Sampel Penelitian Bentuk penelitian ini adalah eksperimen untuk mengetahui produktifitas gas hidrogen dan gas oksigen selama proses elektrolisis. Sampel yang digunakan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Daerah Sumatera merupakan salah satu daerah yang memiliki tatanan geologi sangat kompleks, baik dari segi sedimentologi, vulkanologi, tektonik dan potensi sumber daya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Data geomagnet yang dihasilkan dari proses akusisi data di lapangan merupakan data magnetik bumi yang dipengaruhi oleh banyak hal. Setidaknya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Data Penelitian Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah Garut Utara hasil pengamatan Tim Geoteknologi LIPI Bandung dengan menggunakan gravitimeter
Lebih terperinciPENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN
PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN Syamsuddin1, Lantu1, Sabrianto Aswad1, dan Sulfian1 1 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciRESISTIVITAS BATUAN KAMPUS UNHAS TAMALANREA ABSTRAK
RESISTIVITAS BATUAN KAMPUS UNHAS TAMALANREA Muhammad Hamzah Syahruddin, Amiruddin, Sabrianto Aswad, Syamsuddin Geophysics Department, Hasanuddin University Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10, Makassar 90245,
Lebih terperinciYesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.
PEMODELAN KONFIGURASI BATUAN DASAR DAN STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA ANOMALI GRAVITASI DI DAERAH PACITAN ARJOSARI TEGALOMBO, JAWA TIMUR Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek yang akan diamati dalam penelitian ini adalah manifestasi panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. Penelitian dikhususkan kepada aspek-aspek
Lebih terperinciPENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI
PEMETAAN ZONA LEMAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN DUTCH CONE PENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI PORONG ABDURAHMAN WAFI Dosen Pembimbing: Prof. Dr.rer.nat. Bagus Jaya
Lebih terperinci8.4 Self-potential (SP) method Introduction
8.4 Self-potential (SP) method 8.4.1 Introduction Self potensial adalah potensial spontan yang ada di permukaan bumi yang diakibatkan oleh adanya proses mekanis ataupun oleh proses elektrokimia yang di
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK DALAM SURVEY POTENSI HIDROTHERMAL (STUDI KASUS: SEKITAR SUMBER AIR PANAS KASINAN PESANGGRAHAN BATU)
APLIKASI METODE GEOLISTRIK DALAM SURVEY POTENSI HIDROTHERMAL (STUDI KASUS: SEKITAR SUMBER AIR PANAS KASINAN PESANGGRAHAN BATU) Oleh: Ika Yulia Sulistyarini 1, Irjan 2 ABSTRAK: Panas bumi merupakan salah
Lebih terperinciYoungster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 41-48
INTERPRETASI POLA ALIRAN FLUIDA PANASBUMI MENGGUNAKAN METODE SPONTANEOUS-POTENTIAL (SP) DAN SUHU PERMUKAAN DANGKAL PADA SISTEM PANASBUMI PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES Yayan Yuliananto dan Agus Setyawan Jurusan
Lebih terperinciGambar 4.7. Diagram alir dari proses inversi.
4.3 Pemodelan Data yang digunakan dalam pemodelan adalah data anomali gayaberat 4D akibat perubahan fluida. Data dari titik pengukuran sangat sedikit untuk mencakup inversi daerah semarang yang luas, maka
Lebih terperinciHALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR
Lebih terperinciPemetaan Akuifer Air Tanah Di Sekitar Candi Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 37-44 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo Pemetaan Akuifer Air Tanah Di Sekitar Candi Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinciJurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online
Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein DETERMINATION SUBSURFACE ROCKS USING RESISTIVITY GEOELECTRICITY IN PAMAH PAKU KUTAMBARU LANGKAT REGENCY Rita Juliani
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG
APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG Novi Wulandari N, Sujito, Daeng Achmad Suaidi Jurusan Fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng besar dunia, antara lain Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia. Karena pertemuan ketiga
Lebih terperinciKlasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia
STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI 13-5012-1998 ICS 73.020 Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia BADAN STANDARDISASI NASIONAL-BSN LATAR BELAKANG Indonesia secara geologis terletak pada pertemuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data geolistrik resistivitas dengan menggunakan perangkat lunak AGI EARTH IMAGER 3D sehingga diperoleh penampang resistivitas
Lebih terperinciJurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 111 119 ISSN: 2085 1227 Penyebaran Batuan Situs Purbakala Candi Palgading di Dusun Palgading, Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR ZONA RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DI PAYUNG KOTA BATU
IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR ZONA RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DI PAYUNG KOTA BATU Efa Agustina, Sujito, Daeng Achmad Suaidi Jurusan Fisika, FMIPA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi saat ini semakin meningkat khususnya di wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan energi saat ini semakin meningkat khususnya di wilayah Indonesia. Hal ini terlihat dari pertumbuhan jumlah penduduk dan industri di Indonesia yang bertambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi temperatur tinggi yang berkaitan dengan gunung api (Layman, 2002). Sistem panas bumi ini dapat dibagi
Lebih terperinciPEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU
PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU M. Imron Rosyid *), Siti Zulaikah **), Samsul Hidayat **) E-mail: imronpoenya@yahoo.com
Lebih terperinciBAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA
BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB
Lebih terperinciBAB IV HASIL AKHIR DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL AKHIR DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data GPS Percobaan menggunakan GPS dilakukan untuk mengetahui posisi payload berdasarkan data altitude, longitude, dan latitude. Sebelum melakukan uji coba
Lebih terperinciGambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data apparent resistivity dan apparent chargeability dengan menggunakan perangkat lunak Res2dInv dan Rockwork 15 sehingga
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Persiapan Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di lokasi studi yaitu Jalan Raya Sekaran di depan Perumahan Taman Sentosa Gunungpati,
Lebih terperinciGEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata
GEOFISIKA EKSPLORASI [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata PENDAHULUAN Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi
Lebih terperinciIdentifikasi Pola Persebaran Sumber Lumpur Bawah Tanah Pada Mud Volcano Gunung Anyar Rungkut Surabaya Menggunakan Metode Geolistrik
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) B-6 Identifikasi Pola Persebaran Sumber Lumpur Bawah Tanah Pada Mud Volcano Gunung Anyar Rungkut Surabaya Menggunakan Metode Geolistrik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barat dan kelompok timur. Kawah bagian barat meliputi Kawah Timbang, Kawah
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Gunung api Dieng memiliki 10 kawah aktif yang terbagi menjadi kelompok barat dan kelompok timur. Kawah bagian barat meliputi Kawah Timbang, Kawah Sinila, dan Kawah
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. V, No. 2 (2017), Hal ISSN :
Pendugaan Potensi Air Bawah Permukaan Menggunakan Metode Self Potential di Kelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak Nanda Widiastuti a), Nurhasanah a), Joko Sampurno a) *, a Program Studi Fisika, Jurusan Fisika,
Lebih terperinciSURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN
SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh: Yadi Supriyadi, Asep Sugianto, dan Sri Widodo Kelompok Penyelidikan Panas
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. pegunungan dengan lintasan 1 (Line 1) terdiri dari 8 titik MT yang pengukurannya
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Pengolahan Data 1 Dimensi Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data terhadap 21 titik pengamatan yang tersebar pada tiga lintasan, yaitu Lintasan 1, Lintasan 2 dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas Kabupaten Serang, Banten Dalam penelitian ini dilakukan interpretasi kualitatif berdasarkan data
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian untuk mempelajari karakteristik panas bumi di sepanjang lintasan
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian untuk mempelajari karakteristik panas bumi di sepanjang lintasan Garut-Pangalengan, Jawa Barat ini menggunakan metode deskriptif analitik, hal
Lebih terperinciPemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan
Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Monitoring dan Eksplorasi Hidrokarbon Oleh : Andika Perbawa 1), Indah Hermansyah
Lebih terperinciESTIMASI SUHU BAWAH PERMUKAAN DAN KEDALAMAN RESERVOIR PANAS BUMI TIRIS BERDASARKAN DATA GRADIEN THERMAL SKRIPSI
ESTIMASI SUHU BAWAH PERMUKAAN DAN KEDALAMAN RESERVOIR PANAS BUMI TIRIS BERDASARKAN DATA GRADIEN THERMAL SKRIPSI Oleh Reza Sairawan NIM 081810201023 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciGambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu
BAB IV INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN GRAVITASI Salah satu metode geofisika yang digunakan dalam menentukan potensi suatu daerah panas bumi adalah metode gravitasi. Dengan metode gravitasi diharapkan dapat
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :
IDENTIFIKASI STRUKTUR LAPISAN TANAH GAMBUT SEBAGAI INFORMASI AWAL RANCANG BANGUNAN DENGAN METODE GEOLISTRIK 3D Firmansyah Sirait 1), Andi Ihwan 1)* 1) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Teknik Pengambilan Data Adapun teknik pengambilan data yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini adalah dengan menggunakan tiga metode, yaitu metode geolistrik,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Distribusi Data Gayaberat Daerah pengukuran gayaberat yang diambil mencakup wilayah Kabupaten Magelang, Semarang, Salatiga, Boyolali, Klaten dan Sleman,Yogyakarta. Dengan batas
Lebih terperinciV. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan
37 V. HASIL DAN INTERPRETASI A. Pengolahan Data Proses pengolahan yaitu berawal dari pengambilan data di daerah prospek panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan menggunakan
Lebih terperinci