BAB IV PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Penentuan Blok Penelitian Penentuan blok penelitian dilakukan dengan menyesuaikan aktivitas mesin bor yang sedang bekerja atau beroperasi memproduksi lubang tembak. Penelitian dilakukan pada 24 blok pengeboran pada elevasi 150 m dpl, 195 m dpl, 210 m dpl, 375 m dpl dan 420 m dpl yang ada di PT. Newmont Nusa Tenggara. Blok pengeboran tempat penelitian ditunjukkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Blok, Jenis batuan dan Luas Blok tempat Penelitian No. Blok Jenis Batuan Luas Blok (m²) No. Blok Jenis Batuan Luas Blok (m²) Diorite Vulkanik Diorite Vulkanik Vulkanik Vulkanik Vulkanik Vulkanik Vulkanik Vulkanik Vulkanik Vulkanik Vulkanik Vulkanik Vulkanik Vulkanik Vulkanik Diorite Vulkanik Diorite Vulkanik Diorite Vulkanik Diorite 3994 Keterangan: Identitas xxxyyy = elevasi toe x (3 digit) no.blok y ( 3 digit) Misal = Elevasi toe 150 m dpl blok

2 4.2 Karakteristik Massa Batuan Karakteristik massa batuan dan batuan utuh di lokasi penelitian termasuk sifat fisik batuan dan sifat mekanik batuan berbeda-beda untuk tiap jenis batuan. Hal ini akan mempengaruhi kemudahan batuan untuk dibor (rock drillability) Sifat Batuan Utuh Beberapa sifat batuan yang berpengaruh terhadap pengeboran adalah bobot isi batuan, kuat tekan batuan utuh (UCS) dan kekerasan batuan (rock hardness). 1. Isi Salah satu sifat batuan yang berpengaruh terhadap pemboran adalah bobot isi batuan. isi batuan diperoleh dari software Minesight, yaitu dengan menjalankan script untuk mencocokkan koordinat dari identitas (ID) tertentu dari lubang bor pada database RQD yang telah dimodelkan sebelumnya dari data eksplorasi dalam suatu blok model. 2. Kuat Tekan Batuan (UCS) Nilai UCS diperoleh dengan mengalikan nilai Point Load Index (PLI) blok pengeboran dengan faktor konversi, yaitu 23 (Bieniawski, 1975). UCS (MPa) = 23 x PLI... (4.1) Besarnya sampel untuk pengujian PLI ini adalah berdiameter 50 mm. Hal ini didasarkan pada penelitian oleh Greminger (1982), Seshagiri Rao et al. (1987) dan Hansen (1988), yang telah banyak melakukan uji di Technical University of Norway. 3. Kekerasan Batuan Nilai kekerasan batuan diperoleh dari nilai UCS batuan dengan menggunakan klasifikasi Protodyakonov (lihat Tabel 4.1). Dalam klasifikasi Protodyakonov, 39

3 deskripsi kekerasan batuan disesuaikan dengan kuat tekan batuan (UCS) (lihat Bab 3, Sub-Bab 3.5.1). Penentuan nilai kekerasan batuan dari UCS batuan bersangkutan dengan klasifikasi Protodyakonov di atas dapat dilakukan dengan menggunakan cara interpolasi. Contoh suatu batuan mempunyai nilai UCS 100 MPa. Nilai ini berada pada selang kekerasan 4,5 6, sehingga nilai kekerasan untuk UCS 100 MPa dapat dihitung sebagai berikut: Misal : A = batas atas pada selang kekerasan Moh s = 7 B = batas bawah pada selang kekerasan Moh s = 6 P = batas atas pada selang UCS = 200 MPa Q = batas bawah pada selang UCS = 120 MPa X = nilai UCS batuan = 140 Y = nilai kekerasan Moh s batuan yang dicari Maka : (A Y)/(A B) = (P X)/(P Q) (7 Y)/(7 6) = ( )/( ) (7 Y) = 60/80 Y = 7 0,75 = 6,25 Untuk penentuan nilai kekerasan batuan > 200 MPa dibuat penyesuaian selang kekerasan baru yaitu 7 8 untuk UCS batuan MPa dan 8 9 untuk UCS batuan Jenis batuan, bobot isi batuan, UCS batuan dan kekerasan batuan pada tiap blok pengeboran ditunjukkan pada Tabel

4 Tabel 4.2 Tipe batuan, bobot isi, PLI, UCS dan Kekerasan batuan tiap Blok No. Blok Batuan Isi (ton/m³) PLI UCS (MPa) Kekerasan (Skala Mohs) Diorite 2,6 3,4 78,2 3, Diorite 2,5 2,9 66,7 3, Vulkanik 2,7 3,0 69,0 3, Vulkanik 2,6 3,5 80,5 4, Vulkanik 2,7 3,7 85,1 4, Vulkanik 2,7 3,4 78,2 3, Vulkanik 2,7 3,9 89,7 4, Vulkanik 2,7 3,1 71,3 3, Vulkanik 2,7 4,6 105,8 4, Vulkanik 2,7 4,3 98,9 4, Vulkanik 2,8 3,6 82,8 4, Vulkanik 2,7 4,3 98,9 4, Vulkanik 2,7 4,9 112,7 5, Vulkanik 2,7 4,3 98,9 4, Vulkanik 2,6 3,5 80,5 4, Vulkanik 2,5 2,9 66,7 3, Vulkanik 2,7 5,5 126,5 5, Vulkanik 2,7 4,4 101,2 4, Vulkanik 2,7 4,1 94,3 4, Vulkanik 2,6 3,3 75,9 3, Diorite 2,7 4,3 98,9 4, Diorite 2,5 0,4 9,2 1, Diorite 2, Diorite 2,5 2,7 62,1 3,4 41

5 4.2.2 Sifat Massa Batuan 1. Kuat Tekan Uniaksial (UCS) Data UCS batuan pada blok peledakan di lokasi penelitian diperoleh dengan pengujian UCS di laboratorium oleh Golder Associates (1997). Penentuan bobot UCS untuk perhitungan RMR pada tiap blok pengeboran di lokasi penelitian menggunakan grafik penentuan bobot UCS yang diberikan oleh Bieniawski (1989), yang ditunjukkan dalam Gambar 4.1. Data UCS tiap blok pengeboran di lokasi penelitian ditunjukkan dalam Tabel 4.3. Gambar 4.1. Grafik Penentuan UCS untuk Penentuan RMR (Bieniawski, 1989) 42

6 Tabel 4.3 Penentuan UCS untuk tiap Blok untuk Penentuan RMR No. Blok UCS (MPa) No. Blok UCS (MPa) ,2 7, , ,7 6, ,9 9, ,7 6, , , ,7 6, ,1 8, ,5 11, ,2 7, ,2 9, ,7 8, , ,3 7, ,9 7, ,8 9, ,9 9, ,9 9, ,2 1, ,8 8, ,9 9, ,1 6,4 2. Rock Quality Designation (RQD) Rock Quality Designation adalah parameter yang menunjukkan kualitas massa batuan. Sifat ini sangat berpengaruh terhadap kinerja pengeboran di lapangan. Kenaikan nilai RQD akan menyebabkan penurunan laju penembusan (Penetration Rate), sehingga bisa mengurangi produktivitas. Nilai RQD diperoleh dengan menjalankan script pada software Minesight untuk mencocokkan koordinat dari identitas lubang bor pada database RQD yang telah dimodelkan sebelumnya dari data eksplorasi dalam suatu blok model. Penentuan bobot RQD untuk perhitungan RMR tiap blok pengeboran di lokasi penelitian dengan menggunakan grafik penentuan bobot RQD yang diberikan oleh Bieniawski (1989) ditunjukkan pada Gambar 4.2. Data RQD tiap blok pengeboran di lokasi penelitian ditunjukkan dalam Tabel

7 Gambar 4.2. Grafik Penentuan RQD untuk Penentuan RMR (Bieniawski, 1989) Tabel 4.4 Penentuan RQD tiap Blok untuk Perhitungan RMR No. Blok RQD (%) No. Blok RQD (%) ,5 12, ,9 14, , ,3 13, ,7 11, ,3 10, ,1 8, , ,8 12, ,4 12, ,5 12, ,9 12, ,2 9, ,9 12, ,5 10, ,1 10, ,1 10, ,4 3, ,4 10, ,3 11, ,4 11,

8 3. Jarak antar bidang diskontinuitas (Joint Spacing) Data mengenai jarak antar bidang diskontinuitas pada massa batuan untuk blok pengeboran di lokasi penelitian diperoleh dari perhitungan menggunakan persamaan Priest dan Hudson (1976), (lihat Bab 3 Sub-Bab 3.5.3). Untuk perhitungan tersebut dibutuhkan data-data RQD dari blok pengeboran yang diteliti. Kemudian dari data-data tersebut dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode coba-coba (trial and error). Berikut adalah sebagai contoh perhitungan: Diketahui RQD = 70%. Untuk menentukan frekuensi diskontinuitas per meter (λ) dilakukan metode coba-coba dengan memasukkan angka-angka (λ) ke dalam persamaan (3.2) sampai mendapatkan angka RQD = 70%. λ = 1 λ = 2 RQD = 100 e -0,1λ (0,1λ + 1) 100 = 100 e (-0,1x1) ((0,1x1)+1) 98 = 100 e (-0,1x2) ((0,1x2) + 1) λ = = 100 e (-0,1x11) ((0,1x11) + 1) Diperoleh λ = 11 diskontinuitas per meter. Maka Joint Spacing-nya = 11 1 = 0,09 m. Data penentuan bobot untuk Joint Spacing tiap blok pengeboran di lokasi penelitian dengan menggunakan grafik penentuan bobot Joint Spacing dari Bieniawski (1989) (Gambar 4.3), ditunjukkan dalam Tabel

9 Gambar 4.3. Grafik Penentuan Joint Spacing untuk Penentuan RMR (Bieniawski, 1989) Tabel 4.5. Penentuan Joint Spacing tiap blok pengeboran untuk Perhitungan RMR No. Blok λ JS Blok λ JS No. (kekar/m) (m) (kekar/m) (m) ,08 6, ,09 6, ,04 5, ,08 6, ,07 6, , ,05 5, ,04 5, ,08 6, ,08 6, ,08 6, ,08 6, , , , , , ,03 5, , ,07 6, ,07 6,

10 4. Kondisi bidang diskontinuitas Kondisi dan orientasi bidang diskontinuitas pada massa batuan tiap blok pengeboran diperoleh dari data bench mapping yang dilakukan oleh Geotech Department PT. Newmont Nusa Tenggara. Pengukuran dan pengamatan diskontinuitas oleh Geotech Department PT. Newmont Nusa Tenggara tidak dilakukan pada jenjang tempat blok pengeboran melainkan dilakukan pada jenjang yang telah diledakkan dan diangkut materialnya. Hal ini dilakukan karena faktor keamanan dan faktor teknis pengukuran. Muka jenjang tempat blok peledakan berada masih tertimbun material hasil peledakkan sebelumnya sehingga tidak mungkin diukur, selain itu di lokasi penelitian berlangsung aktivitas pemuatan dan pengangkutan material dengan alat berat yang dinyatakan sangat membahayakan. Petunjuk penentuan bobot nilai untuk kondisi diskontinuitas menggunakan Tabel 4.6 yang diberikan oleh Bieniawski (1989). Tabel 4.6 Petunjuk Penentuan Kondisi Diskontinuitas untuk Penentuan RMR (Bieniawski, 1989) Parameter Klasifikasi Kondisi Diskontinuitas Panjang diskontinuitas < 1 m 1-3 m 3-10 m m > 20 m Pemisahan/separasi Tidak ada < 0,1 mm 0,1-1 mm 1-5 mm > 5 mm Kekasaran Sangat kasar kasar Sedikit kasar halus licin Material keras Material lunak Tidak ada Isian < 5 mm > 5 mm < 5 mm > 5 mm Sedikit Sangat Tidak lapuk Lapuk sedang Pelapukan lapuk lapuk terurai

11 Dengan menggunakan petunjuk tersebut, diperoleh data pembobotan kondisi diskontinuitas untuk tiap blok pengeboran dan ditunjukkan dalam Tabel 4.7. Misal penentuan kondisi diskontinuitas untuk blok pengeboran , kedalaman blok pengeboran adalah 15 m. Dari data bench mapping (lihat Lampiran), panjang diskontinuitas = 65 mm; separasi 1 1,5 m; kekerasan = kasar; isian = kuarsa dan pirit (material keras) dengan ketebalan 10,8 mm; pelapukan = tidak lapuk. Dari data tersebut, diperoleh bobot kondisi diskontinuitas sebesar 19. Tabel 4.7 Penentuan Kondisi Diskontinuitas untuk tiap Blok untuk perhitungan RMR Blok Panjang Diskontinuitas/ Separasi/ Kekerasan/ Isian/ Pelapukan/ Total m / 4 > 5mm / 0 kasar / 5 Clay(>5 mm) / 0 Tidak lapuk / m / 4 > 5mm / 0 kasar / 5 Clay(>5 mm) / 0 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 Tidak ada / 6 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 Tidak ada / 6 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 Tidak ada / 6 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 Tidak ada / 6 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 Tidak ada / 6 Tidak lapuk / m / 4 > 5mm / 0 kasar / 5 Tidak ada / 6 Tidak lapuk / m / 4 > 5mm / 0 kasar / 5 Tidak ada / 6 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 clay ( > 5mm) / 0 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 clay ( > 5mm) / 0 Tidak lapuk / m / 4 > 5mm / 0 kasar / 5 Tidak ada / 6 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 pirit (< 5 mm) / 4 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 pirit (< 5 mm) / 4 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 pirit (< 5 mm) / 4 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 pirit (< 5 mm) / 4 Tidak lapuk / m / 4 > 5mm / 0 kasar / 5 kuarsa, pirit (>5mm) / 2 Tidak lapuk / m / 4 > 5mm / 0 kasar / 5 kuarsa, pirit (>5mm) / 2 Tidak lapuk /

12 m / 4 > 5mm / 0 kasar / 5 kuarsa, pirit (>5mm) / 2 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 kuarsa, pirit (>5 mm) / 2 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 Tidak ada / 6 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 iron stain ( > 5mm) / 2 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 iron stain ( > 5mm) / 2 Tidak lapuk / < 1 m / 6 > 5mm / 0 kasar / 5 iron stain ( > 5mm) / 2 Tidak lapuk / Kondisi airtanah Pengamatan kondisiair tanah untuk tiap blok pengeboran dilakukan secara visual. Kondisi airtanah pada blok pengeboran secara umum adalah lembab. Dengan menggunakan klasifikasi sistem RMR Bieniawski (1989), kondisi umum air tanah untuk blok pengeboran diberi bobot nilai Rock Mass Rating (RMR) Untuk menentukan nilai RMR untuk tiap blok pengeboran di lokasi penelitian, bobot nilai untuk parameter utama masing-masing blok pengeboran dijumlahkan (lihat Tabel 4.8). Untuk parameter tambahan, orientasi bidang diskontinu, tidak dimasukkan dalam perhitungan RMR karena orientasi bidang diskontinu terhadap muka lereng yang tidak mempengaruhi laju penembusan yang dilakukan mesin bor. Tabel 4.8 Penentuan nilai RMR untuk tiap blok No. Blok Nilai Untuk Nilai RMR UCS RQD JS Kondisi Diskontinuiti Kondisi Air Tanah RMR ,9 12,7 6, ,8 5,8 5, ,8 11,4 6,

13 ,3 5, ,3 12,5 6, ,9 12,7 6, ,7 9, ,3 10, ,8 10, ,2 10, ,2 11,4 6, ,2 11,8 6, ,4 14,1 6, ,2 13,3 6, , ,8 7 5, ,2 12,7 6, ,6 12,1 6, , ,6 10, ,2 3,9 5, , , Dari penjumlahan bobot yang dilakukan, dapat diklasifikasikan bahwa massa batuan di lokasi penelitian termasuk dalam kelas batuan sedang. Hal ini disesuaikan dengan pengklasifikasian massa batuan berdasarkan sistem RMR yang diberikan oleh Bieniawski (1989) (lihat Tabel 4.9). Tabel 4.9 Klasifikasi Massa Batuan Menurut Total (Bieniawski, 1989) < 20 No. Kelas I II III IV V Deskripsi Batuan sangat Batuan Batuan Batuan Batuan sangat baik baik sedang buruk buruk 50

14 4.3 Pengamatan Lapangan Siklus Siklus pengeboran merupakan aktivitas-aktivitas dalam proses pengeboran untuk menghasilkan lubang tembak oleh mesin bor (lihat Gambar 4.4). Siklus pengeboran terdiri dari aktivitas moving (jalan), pull down jack, drilling, pull up batang bor dan pull up jack (lihat Gambar 4.5). 1. Moving Merupakan aktivitas dimana saat mesin bor bergerak ke lokasi dimana akan dilakukan pemboran. 2. Pull down Jack Setelah mesin bor sudah berada pada lokasi yang akan dibor, kemudian jack diturunkan untuk menstabilkan mesin bor. Hal ini dilakukan supaya mesin bor dapat melakukan pemboran dengan baik. 3. Drilling (Pemboran) Mata bor melakukan pemecahan dan penembusan batuan sampai kedalaman tertentu. Waktu pemboran dihitung setelah mata bor mulai menyentuh permukaan batuan. Pada penelitian ini, data yang dicatat dari lapangan adalah waktu pemboran (drilling time). 4. Pull up Batang bor Setelah melakukan pemboran dengan kedalaman tertentu, kemudian batang bor ditarik ke atas sampai posisi aman. 51

15 5. Pull up Jack Setelah batang bor ditarik, kemudian jack diangkat supaya mesin bor dapat berpindah ke lokasi titik bor yang akan dibor. Gambar 4.4 Mesin bor Tipe DM-HD Ingersoll Rand Gambar 4.5 Siklus Laju Penembusan Laju penembusan batuan yaitu berapa kedalaman yang dihasilkan dalam mengebor dalam satu satuan waktu. Untuk menentukan laju penembusan, data waktu pemboran diperoleh dari pengamatan di lapangan. Laju penembusan untuk tiap jenis batuan berbeda-beda sesuai dengan karakteristik batuan. Perumusan laju penembusan adalah sebagai berikut, H PR =... (4.2) t Keterangan: PR = Penetration Rate (Laju Penembusan) (m/jam) H = Kedalaman lubang tembak (m) 52

16 t = Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penembusan (jam) Data Penetration Rate untuk tiap blok pengeboran ditunjukkan dalam tabel Tabel 4.10 Laju Penembusan untuk tiap Blok Blok Jenis Batuan RMR Total Kedalaman (m) Jumlah Lubang Tembak Waktu Penembusan (menit) PR (m/jam) Diorite 52 63, , Diorite 43 30,9 2 68, Vulkanik , , Vulkanik , , Vulkanik , , Vulkanik , , Vulkanik 57 47,1 3 82, Vulkanik , , Vulkanik , , Vulkanik 53 65, , Vulkanik 53 77, , Vulkanik , , Vulkanik , , Vulkanik 60 15,6 1 45, Vulkanik 55 81, , Vulkanik , , Vulkanik , , Vulkanik , , Vulkanik , , Vulkanik 53 31,7 2 39, Diorite , , Diorite , , Diorite , , Diorite , ,

17 Dengan uji laboratorium, energi pemboran dapat dihitung dengan persamaan berikut (Analisis Hubungan antara Laju Penembusan Jack Hammer dengan Karakteristik Batuan dan Parameter Operasi, Juanda, 2001). P m 2 πd EvV p (kgm/menit) =... (4.3) 48xR Keterangan: V p P R D m e e = Laju penembusan (cm/menit) = Energi pemboran (kgm/menit) = Perpindahan energi keluaran (antara 0,6 0,8) = Diameter lubang tembak (cm) E v = Energi spesifik per unit volume (kg m/cm 3 ) Tabel 4.11 menunjukkan besar nilai energi pemboran mesin bor untuk menghasilkan lubang tembak pada tiap blok pengeboran. Tabel 4.11 Energi Pemboran tiap Blok Blok UCS (MPa) Ev (MJ/m 3 ) PR (m/jam) Pm (MJ/jam) ,2 78, , ,7 66, , ,7 66, , ,5 80, , ,1 85, , ,2 78, , ,7 89, , ,3 71, , ,8 105, , ,9 98, , ,8 82, ,2 54

18 ,9 98, , , ,9 98, , ,5 80, , ,7 66, , ,5 126, , ,2 101, , ,3 94, , ,9 75, , ,8 13,8 52 6, ,9 98, , ,2 9,2 59 4, Laju Penembusan tiap Kekuatan Batuan Data laju penembusan yang diambil secara manual di lapangan dikelompokkan sesuai dengan kekuatan batuan berdasarkan RQD dan PLI. Dari pengelompokan tersebut, kemudian dicari nilai laju penembusan untuk tiap kekuatan batuan tersebut. Data nilai laju penembusan tiap kekuatan batuan ditunjukkan dalam Tabel Tabel 4.12 Laju Penembusan tiap Kekuatan Batuan RQD (%) PLI PR (m/hr) > , ,1 6 > 52, , ,7 6 > 39, , ,7 6 > 22,9 55

19 4.4 Data Biaya Biaya Operasi dan Kepemilikan Mesin bor yang digunakan adalah mesin bor tipe DMH (Drill Master Heavy) dengan mata bor Rotary Roller dengan diameter 311 mm produksi Baker Hughes Mining Tools. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa alat bor yang digunakan sudah tidak mempunyai nilai jual lagi, sehingga nilai depresiasi dan bunga sama dengan nol, dengan demikian ownership cost sama dengan nol. Dalam perhitungan Operating Cost, terdapat beberapa parameter yang harus diperhitungkan, antara lain penggunaan bahan bakar (fuel cost), biaya pekerja (labor cost), biaya perawatan (maintenance cost). Data biaya pekerja diperoleh dari data Critical Performance Indicator (CPI) report. Sedangkan biaya perawatan (maintenance) dan biaya bahan bakar diperoleh dari mine maintenance Biaya Total Untuk perhitungan biaya total pengeboran, diperlukan data harga mata bor dan umur mata bor. Data harga mata bor diperoleh dari ellipse, sedangkan data umur mata bor diperoleh dari data Drill Report. Perhitungan biaya total pengeboran per meter dilakukan untuk tiap mata bor. Kemudian dengan menggunakan pembagian batuan berdasarkan kekuatan batuan, yaitu berdasarkan RQD dan PLI, maka dari perhitungan tersebut diperoleh biaya total pengeboran per meter untuk kekuatan batuan yang akan digunakan selanjutnya dalam estimasi biaya pengeboran tahun 2009, yang ditunjukkan pada Tabel Perhitungan biaya total pengeboran per meter dilakukan untuk pola pengeboran produksi dan trim. produksi merupakan pengeboran untuk orientasi pengeboran produksi saja, sedangkan trim adalah pengeboran produksi tetapi dengan orientasi bukan hanya untuk produksi tapi juga untuk menjaga kondisi jenjang supaya tetap aman. 56

20 Tabel Biaya Total per meter (TDC/m) tiap kekuatan batuan untuk Pola Produksi (a) dan Trim (b) (a) (b) 4.5 Data Estimasi Biaya Untuk data perhitungan estimasi biaya pengeboran, data diperoleh dari cutshape rencana penambangan tahun Dari cutshape tersebut diperoleh data tonase per cutshape setiap bulannya selama tahun Dari keseluruhan data rencana penambangan 2009, dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu untuk produksi dan trim yang ditunjukkan dalam Tabel Data produksi rencana penambangan tahun 2009 ini merupakan pengeboran untuk semua jenis material. Hasil perhitungan biaya total pengeboran sebelumnya akan digunakan untuk perhitungan estimasi biaya pengeboran. 57

21 Tabel 4.14 Data Tonase Rencana Penambangan tahun 2009 Bulan Produksi (ton) Trim (ton) Total (ton) Januari 5,882,899 2,944,124 8,827,023 Februari 5,787,019 2,186,141 7,973,160 Maret 6,619,206 2,218,698 8,837,904 April 7,046,841 2,188,652 9,235,493 Mei 6,739,382 2,822,438 9,561,820 Juni 6,909,243 2,329,431 9,238,674 Juli 7,224,540 2,336,254 9,560,794 Agustus 6,752,690 1,927,694 8,680,384 September 6,084,364 1,294,753 7,379,117 Oktober 5,401,867 2,040,277 7,442,144 November 5,660,269 1,538,973 7,445,995 Desember 5,802,319 1,646,040 7,448,359 Total 101,630,867 Tabel perhitungan estimasi biaya pengeboran tahun 2009 untuk produksi dan trim untuk bulan Januari ditunjukkan pada Tabel 4.15 dan Tabel Perhitungan estimasi biaya pengeboran dilakukan per cutshape dari data rencana penambangan tahun 2009 dengan acuan data biaya pengeboran per meter untuk tipe kekuatan batuan yang diperoleh. 58

22 Tabel 4.15 Perhitungan Estimasi Biaya untuk Produksi untuk Januari 2009 Kekuatan batuan RQD (%) PLI Tipe TONNAGE (ton) PRODUKSI Volume (m 3 ) Burden Spacing (m) (m) Isi (ton/m 3 ) Hole Tonnage (ton) Jumlah Lubang Kedalaman (m) TDC per meter ($/m) 19,1 2, , , , ,2 5,37 8,072 38,5 2, ,543 89, , ,7 7,45 11,419 47,8 4, ,943 86, , ,2 8,75 16,959 18,6 3, , , , ,89 9,724 33,9 3, , , , ,9 8,75 20,868 25,5 4,1 2 50,062 18, , ,3 5,89 1,215 47,6 4, , , , ,8 8,75 54,800 67,1 4, , , , ,5 12,75 44,095 75,6 6,5 9 37,601 14, , ,1 13,92 4,567 72,1 4,3 8 80,574 31, , ,7 12,75 8,921 55,1 3,2 5 71,884 28, , ,6 8,75 5,614 70,2 2, ,547 87, , ,7 11,15 22,006 66,9 3, , , , ,6 12,75 37,557 53,1 2, ,085 43, , ,8 7,45 5,526 68,9 2,6 7 45,351 17, , ,15 4,460 38,7 2,5 4 66,283 26, , ,4 7,45 3,415 45,8 3, ,011 89, , ,3 8,75 17,625 68,2 4, , , , ,6 12,75 56,491 49,5 2,2 4 78,034 29, , ,8 7,45 3,791 44,6 4, ,919 70, , ,1 8,75 13,922 47,2 6, ,524 70, , ,4 9,19 14,469 62,5 3,7 8 44,108 16, , ,4 12,75 4,760 64,4 4, ,506 38, , ,7 12,75 10,911 49,4 2, , , , ,2 7,45 14,655 72,3 2,7 7 74,100 28, , ,5 11,15 7,231 80,4 4, ,179 50, , ,75 14,587 Drill Cost Plan ($) 59

23 Tabel 4.16 Perhitungan Estimasi Biaya untuk Trim untuk Januari 2009 TRIM RQD PLI (%) TONNAGE (ton) Volume (m³) Burden Spacing Isi (ton/m³) Hole Tonnage (ton) Jumlah Lubang Depth (m) TDC per meter ($/m) Drill Cost Plan ($) ,663 80, , , , , , , , ,776 72, , , , , , , , ,381 63, , , , ,437 Perhitungan dilakukan mulai dari bulan Januari 2009 sampai dengan Desember Kemudian diperoleh estimasi biaya pengeboran untuk produksi tahun 2009, yang ditunjukkan pada Tabel Tabel 4.17 Estimasi Biaya Tahun 2009 Drill Cost Plan ($) Produksi Trim Total Drill Month Drill Cost Drill Cost Cost ($) Tonnage (ton) Tonnage (ton) Plan ($) Plan ($) Januari 5,882, ,875 2,944, , ,201 Februari 5,787, ,628 2,186, , ,378 Maret 6,619, ,891 2,218, , ,852 April 7,046, ,148 2,188, , ,123 Mei 6,739, ,972 2,822, , ,524 Juni 6,909, ,927 2,329, , ,041 Juli 7,224, ,454 2,336, , ,013 Agustus 6,752, ,218 1,927, , ,785 September 6,084, ,479 1,294,753 78, ,874 Oktober 5,401, ,363 2,040, , ,113 November 5,660, ,664 1,538, , ,684 Desember 5,802, ,960 1,646,040 93, ,279 Summary ,910,639 5,750,579 25,473,475 1,775,286 7,525,866 60

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara Dispatch dan Aktual. Tabel 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara data Dispatch dan data Aktual

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara Dispatch dan Aktual. Tabel 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara data Dispatch dan data Aktual BAB V PEMBAHASAN 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara Dispatch dan Aktual Dalam pengambilan data laju penembusan di lapangan diperoleh adanya perbedaan hasil pencatatan antara Dispatch dan aktual. Hal ini

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Prinsip Pengeboran

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Prinsip Pengeboran BAB III DASAR TEORI 3.1 Prinsip Pengeboran Hampir dalam semua bentuk penambangan, batuan keras diberai dengan pengeboran dan peledakan. Pengeboran dan peledakan dibutuhkan di sebagian besar tambang terbuka

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Kompas Geologi Brunton 5008

Gambar 4.1 Kompas Geologi Brunton 5008 4.1. Geoteknik Tambang Bawah Tanah Geoteknik adalah salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau design tambang. Data geoteknik harus digunakan secara benar dengan kewaspadaan dan dengan asumsiasumsi

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 DATA Data yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah data-data yang dikumpulkan dari kegiatan Core Orienting di lokasi proyek Grasberg Contact Zone. Data

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PENGEBORAN UNTUK MEMPERKIRAKAN BIAYA PENGEBORAN TAHUN 2009 PT NEWMONT NUSA TENGGARA

EVALUASI KINERJA PENGEBORAN UNTUK MEMPERKIRAKAN BIAYA PENGEBORAN TAHUN 2009 PT NEWMONT NUSA TENGGARA EVALUASI KINERJA PENGEBORAN UNTUK MEMPERKIRAKAN BIAYA PENGEBORAN TAHUN 2009 PT NEWMONT NUSA TENGGARA TUGAS AKHIR (Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kemantapan lereng G-6/PB-8 South berdasarkan penilaian kualitas massa batuan pembentuk lereng tersebut. Kualitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... ii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini pendirian suatu konstruksi terus berkembang seiring dengan kebutuhan manusia terhadap kegiatan tersebut yang terus meningkat. Lebih lanjut lagi,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG Selain analisis kinematik, untuk menganalisis kestabilan suatu lereng digunakan sistem pengklasifikasian massa batuan. Analisis kinematik seperti yang telah dibahas

Lebih terperinci

BAB V. PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan. Keakuratan No. Blast

BAB V. PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan. Keakuratan No. Blast BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Keakuratan Pengeboran Vertikal Pengeboran pada daerah pushback 7 South menggunakan sistem Aquila. Sistem Aquila ini memiliki cara kerja dimana desain pengeboran dikirimkan secara

Lebih terperinci

Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: 18-28

Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: 18-28 Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: 18-28!! Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: 18-28 Lereng Kupasan (cut slope) dan Manajemen Lingkungan di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA BLASTING DESIGN & GROUND SUPPORT

BAB IV ANALISA BLASTING DESIGN & GROUND SUPPORT BAB IV ANALISA BLASTING DESIGN & GROUND SUPPORT 4.1 ANALISA GROUND SUPPORT Ground support merupakan perkuatan dinding terowongan meliputi salah satu atau atau lebih yaitu Rib, wiremesh, bolting dan shotcrete

Lebih terperinci

MAKALAH PENGEBORAN DAN PENGGALIAN EKSPLORASI

MAKALAH PENGEBORAN DAN PENGGALIAN EKSPLORASI MAKALAH PENGEBORAN DAN PENGGALIAN EKSPLORASI Disusun Oleh : ERWINSYAH F1B3 13 125 TEKNIK JURUSAN PERTAMBANGAN FAKULTAS ILMU TEKNOLOGI KEBUMIAN UNIVERSITAS HALUOLEO 2017 KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia secara historis telah menggunakan tanah dan batuan sebagai bahan untuk pengendalian banjir, irigasi, tempat pemakaman, membangun pondasi, dan bahan

Lebih terperinci

RANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER

RANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER RANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER Tommy Trides 1, Muhammad Fitra 1, Desi Anggriani 1 1 Program Studi S1 Teknik Pertambangan, Universitas Mulawarman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi kurang lebih sebesar 1,7 miliar pon tembaga dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi ABSTRAK...

Lebih terperinci

PAPER GEOLOGI TEKNIK

PAPER GEOLOGI TEKNIK PAPER GEOLOGI TEKNIK 1. Apa maksud dari rock mass? apakah sama atau beda rock dengan rock mass? Massa batuan (rock mass) merupakan volume batuan yang terdiri dan material batuan berupa mineral, tekstur

Lebih terperinci

BAB II I S I Kecepatan pemboran suatu alat bor juga dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :

BAB II I S I Kecepatan pemboran suatu alat bor juga dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : BAB I PENDAHULUAN Pemboran produksi (eksploitasi) merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan peledakan, karena dengan melakukan kegiatan peledakan tersebut terlebih dahulu batuan

Lebih terperinci

5.1 ANALISIS PENGAMBILAN DATA CORE ORIENTING

5.1 ANALISIS PENGAMBILAN DATA CORE ORIENTING BAB V ANALISIS 5.1 ANALISIS PENGAMBILAN DATA CORE ORIENTING Adanya data yang baik tentulah sangat menentukan besar kecilnya kesalahan yang mungkin terjadi pada saat proses pengolahan data. Pengolahan data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan terbuka di Kalimantan Timur Indonesia yang resmi berdiri pada tanggal 5 April

Lebih terperinci

Studi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar

Studi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar Studi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar Rijal Askari*, Ibnu Rusydy, Febi Mutia Program Studi Teknik Pertambangan,

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016 Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 KARAKTERISASI MASSA BATUAN DAN ANALISIS KESTABILAN LERENG UNTUK EVALUASI RANCANGAN PADA PENAMBANGAN BIJIH EMAS DI DINDING

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kestabilan Lereng Batuan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kestabilan Lereng Batuan BAB II DASAR TEORI 2.1 Kestabilan Lereng Batuan Kestabilan lereng batuan banyak dikaitkan dengan tingkat pelapukan dan struktur geologi yang hadir pada massa batuan tersebut, seperti sesar, kekar, lipatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan batuan samping berpotensi jatuh. Keruntuhan (failure) pada batuan di

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan batuan samping berpotensi jatuh. Keruntuhan (failure) pada batuan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi ketidakstabilan yang terjadi pada batuan di sekitar lubang bukaan tambang bawah tanah membutuhkan penanganan khusus, terutama perancangan penyanggaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terowongan, baik terowongan produksi maupun terowongan pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. terowongan, baik terowongan produksi maupun terowongan pengembangan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala aktivitas penambangan bawah tanah dilakukan dengan membuat terowongan, baik terowongan produksi maupun terowongan pengembangan. Terowongan dibuat dengan menjaga

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Parameter sistem penelitian dan klasifikasi massa batuan (Bieniawski, 1989)... 13

DAFTAR TABEL. Parameter sistem penelitian dan klasifikasi massa batuan (Bieniawski, 1989)... 13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Parameter sistem penelitian dan klasifikasi massa batuan (Bieniawski, 1989)... 13 Tabel 2.2 Hubungan antara orientasi diskontinuitas dan orientasi lereng... 13 Tabel 2.3

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KADAR AIR TERHADAP DRILABILITAS TUF DI DUSUN GUNUNGSARI, DESA SAMBIREJO, KECAMATAN PRAMBANAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

STUDI PENGARUH KADAR AIR TERHADAP DRILABILITAS TUF DI DUSUN GUNUNGSARI, DESA SAMBIREJO, KECAMATAN PRAMBANAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA STUDI PENGARUH KADAR AIR TERHADAP DRILABILITAS TUF DI DUSUN GUNUNGSARI, DESA SAMBIREJO, KECAMATAN PRAMBANAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Kristian Zahli, Handika Nugraha, Putri Nova Magister Teknik Pertambangan,

Lebih terperinci

Scan Line dan RQD. 1. Pengertian Scan Line

Scan Line dan RQD. 1. Pengertian Scan Line Scan Line dan RQD 1. Pengertian Scan Line Salah satu cara untuk menampilkan objek 3 dimensi agar terlihat nyata adalah dengan menggunakan shading. Shading adalah cara menampilkan objek 3 dimensi dengan

Lebih terperinci

= specific gravity batuan yang diledakkan

= specific gravity batuan yang diledakkan Rumus Perhitungan Geometri Peledakan Peledakan Geometri peledakan terdiri dari burden, spacing, sub-drilling, stemming, dan kedalaman lubang bor. 1. urden Jarak burden sangat erat hubungannya dengan besar

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN BERDASARKAN ANALISIS BLASTABILITY

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN BERDASARKAN ANALISIS BLASTABILITY KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN BERDASARKAN ANALISIS BLASTABILITY DAN DIGGING RATE ALAT GALI MUAT DI PIT MT-4 TAMBANG AIR LAYA PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK TANJUNG ENIM, SUMATERA SELATAN TECHNICAL STUDY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Adaro Indonesia merupakan satu perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia. PT. Adaro telah berproduksi sejak tahun 1992 yang meliputi 358 km 2 wilayah konsesi

Lebih terperinci

STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE

STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE ADARO KABUPATEN TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Farida Kesumawati 1, Nurhakim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 4 CM 0,5 CM. Ditulis dengan rapido 0,5 dan di mal 0,5 2 CM. Ditulis dengan rapido 0, Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 4 CM 0,5 CM. Ditulis dengan rapido 0,5 dan di mal 0,5 2 CM. Ditulis dengan rapido 0, Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 2 CM 1.1. Latar Belakang 0,5 0,3 Latar belakang dari penulisan laporan praktikum beserta garis besar praktikum yang dilakukan. 1.2. Tujuan Praktikum 0,3 Tujuan dari praktikum yang dilakukan

Lebih terperinci

M VII KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG (Indirect Brazillian Tensile Strength Test)

M VII KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG (Indirect Brazillian Tensile Strength Test) M VII KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG (Indirect Brazillian Tensile Strength Test) 3.5.1 Tujuan pengujian Kuat Tarik Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui kuat tarik batuan secara tidak langsung, pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alami dan terdiri atas mineralmineral tertentu yang tersusun membentuk kulit bumi. Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu

Lebih terperinci

PROPOSAL TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Tugas Akhir Penelitian Mahasiswa Pada Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya.

PROPOSAL TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Tugas Akhir Penelitian Mahasiswa Pada Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya. ANALISA DISTRIBUSI FRAGMENTASI BATUAN HASIL PELEDAKAN DENGAN PROGRAM SPLIT DESKTOP 2.0 SEBAGAI FUNGSI FAKTOR ENERGI (FE) DI PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) PROPOSAL TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Tugas Akhir Penelitian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Data Lapangan Pemetaan Bidang Diskontinu

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Data Lapangan Pemetaan Bidang Diskontinu BAB V PEMBAHASAN 5.1. Data Lapangan Pembahasan data lapangan ini mencakup beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pendataan serta pengolahannya. Data lapangan ini meliputi data pemetaan bidang diskontinu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SARI... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. SARI... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI Tingkat fragmentasi batuan hasil peledakan merupakan suatu petunjuk yang sangat penting dalam menilai keberhasilan dari suatu kegiatan peledakan, dimana

Lebih terperinci

SARI ABSTRACT PENDAHULUAN

SARI ABSTRACT PENDAHULUAN ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT DENGAN METODE INVERSE DISTANCE WEIGHTING (IDW) PADA PT. VALE INDONESIA, Tbk. KECAMATAN NUHA PROVINSI SULAWESI SELATAN Rima Mustika 1, Sri Widodo 2, Nurliah Jafar 1 1.

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA

ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA ABSTRAK ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA Arin Chandra Kusuma, Bagus Wiyono, Sudaryanto Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data lapangan dilakukan pada lokasi terowongan Ciguha Utama level 500 sebagaimana dapat dilihat pada lampiran A. Metode pengumpulan

Lebih terperinci

Oleh : ARIS ENDARTYANTO SKRIPSI

Oleh : ARIS ENDARTYANTO SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN MENGGUNAKAN METODE KINEMATIK DAN KLASIFIKASI MASSA BATUAN; STUDI KASUS DI AREA PENAMBANGAN ANDESIT, DESA JELEKONG, KECAMATAN BALE ENDAH, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PERIODE AGUSTUS TAHUN 2014 PT ADARO ENERGY, TBK

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PERIODE AGUSTUS TAHUN 2014 PT ADARO ENERGY, TBK LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PERIODE AGUSTUS TAHUN 2014 PT ADARO ENERGY, TBK PT ADARO ENERGY, Tbk KAT A PENG ANTAR PT Adaro Indonesia adalah perusahaan pertambangan batubara yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Kajian Teknis Peledakan untuk Mendapatkan Hasil Fargmentasi yang Diinginkan pada Tambang Bijih Tembaga Pit Batu Hijau, PT Newmont Nusa Tenggara, Provinsi Nusa

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PERIODE OKTOBER TAHUN 2014 PT ADARO ENERGY, TBK

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PERIODE OKTOBER TAHUN 2014 PT ADARO ENERGY, TBK LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PERIODE OKTOBER TAHUN 2014 PT ADARO ENERGY, TBK PT ADARO ENERGY, Tbk KAT A PENG ANTAR PT Adaro Indonesia adalah perusahaan pertambangan batubara yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PERIODE SEPTEMBER TAHUN 2014 PT ADARO ENERGY, TBK

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PERIODE SEPTEMBER TAHUN 2014 PT ADARO ENERGY, TBK LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PERIODE SEPTEMBER TAHUN 2014 PT ADARO ENERGY, TBK PT ADARO ENERGY, Tbk KAT A PENG ANTAR PT Adaro Indonesia adalah perusahaan pertambangan batubara yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BEBERAPA PENYELIDIKAN GEOMEKANIKA YANG MUDAH UNTUK MENDUKUNG RANCANGAN PELEDAKAN

BEBERAPA PENYELIDIKAN GEOMEKANIKA YANG MUDAH UNTUK MENDUKUNG RANCANGAN PELEDAKAN BEBERAPA PENYELIDIKAN GEOMEKANIKA YANG MUDAH UNTUK MENDUKUNG RANCANGAN PELEDAKAN S. Koesnaryo Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta koesnaryo_s@yahoo.co.id Abstrak Pancangan peledakan yang

Lebih terperinci

SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : REKAYASA TANAH & BATUAN 1 SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Sifat fisik batuan

Lebih terperinci

BAB II HAND BORING. 2.1 Referensi. Tanah. ITB Dasar Teori

BAB II HAND BORING. 2.1 Referensi. Tanah. ITB Dasar Teori BAB II HAND BORING 2.1 Referensi - Laboratorium Mekanika Tanah. Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah. ITB. 2005. 2.2 Dasar Teori Pemboran tanah adalah pekerjaan paling umum dan paling akurat dalam survey

Lebih terperinci

Oleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta

Oleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta PENERAPAN METODE KRITERIA RUNTUH HOEK & BROWN DALAM MENENTUKAN FAKTOR KEAMANAN PADA ANALISIS KESTABILAN LERENG DI LOOP 2 PT. KALTIM BATU MANUNGGAL KALIMANTAN TIMUR Oleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Pengeboran Eksplorasi dan Geotech periode April 2018

Laporan Kegiatan Pengeboran Eksplorasi dan Geotech periode April 2018 Laporan Kegiatan Pengeboran Eksplorasi dan Geotech periode April 2018 PT Adaro Indonesia Laporan Bulanan Aktivitas Pengeboran 0 BAB I LATAR BELAKANG PT Adaro Indonesia adalah salah satu kontraktor pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PERIODE NOVEMBER TAHUN 2014 PT ADARO ENERGY, TBK

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PERIODE NOVEMBER TAHUN 2014 PT ADARO ENERGY, TBK LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PERIODE NOVEMBER TAHUN 2014 PT ADARO ENERGY, TBK PT ADARO ENERGY, Tbk KAT A PENG ANTAR PT Adaro Indonesia adalah perusahaan pertambangan batubara yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya Sumatera Selatan, 30662, Indonesia Telp/fax. (0711) ;

Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya Sumatera Selatan, 30662, Indonesia Telp/fax. (0711) ; ANALISIS KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN METODE SLOPE MASS RATING DAN METODE STEREOGRAFIS PADA PIT BERENAI PT. DWINAD NUSA SEJAHTERA (SUMATERA COPPER AND GOLD) KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PERIODE DESEMBER TAHUN 2014 PT ADARO ENERGY, TBK

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PERIODE DESEMBER TAHUN 2014 PT ADARO ENERGY, TBK LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PERIODE DESEMBER TAHUN 2014 PT ADARO ENERGY, TBK Laporan Bulanan Kegiatan Eksplorasi Periode Desember Tahun 2014 PT ADARO ENERGY, Tbk KAT A PENG ANTAR PT Adaro Indonesia

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN ANTARA METODE POLIGON DAN INVERSE DISTANCE PADA PERHITUNGAN CADANGAN Ni PT. CIPTA MANDIRI PUTRA PERKASA KABUPATEN MOROWALI

STUDI PERBANDINGAN ANTARA METODE POLIGON DAN INVERSE DISTANCE PADA PERHITUNGAN CADANGAN Ni PT. CIPTA MANDIRI PUTRA PERKASA KABUPATEN MOROWALI STUDI PERBANDINGAN ANTARA METODE POLIGON DAN INVERSE DISTANCE PADA PERHITUNGAN CADANGAN Ni PT. CIPTA MANDIRI PUTRA PERKASA KABUPATEN MOROWALI Sri Widodo 1, Anshariah 2, Fajar Astaman Masulili 2 1. P ro

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk JULI 2014

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk JULI 2014 LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk JULI 2014 Laporan Bulanan Kegiatan Eksplorasi PT ADARO ENERGY, Tbk KATA PENGANTAR PT Adaro Indonesia adalah perusahaan pertambangan batubara yang

Lebih terperinci

STUDI TEKNIS PENGEBORAN 3 STEEL DAN 4 STEEL UNTUK PENYEDIAAN LUBANG LEDAK DI PT SEMEN TONASA KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN

STUDI TEKNIS PENGEBORAN 3 STEEL DAN 4 STEEL UNTUK PENYEDIAAN LUBANG LEDAK DI PT SEMEN TONASA KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN STUDI TEKNIS PENGEBORAN 3 STEEL DAN 4 STEEL UNTUK PENYEDIAAN LUBANG LEDAK DI PT SEMEN TONASA KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN Ramadhani Febrian Malta 1, Nurhakim 2, Riswan 2, Basri 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci : Nusa Penida, Tebing Pantai, Perda Klungkung, Kawasan Sempadan Jurang, RMR, Analisis Stabilias Tebing, Safety Factor

ABSTRAK Kata Kunci : Nusa Penida, Tebing Pantai, Perda Klungkung, Kawasan Sempadan Jurang, RMR, Analisis Stabilias Tebing, Safety Factor ABSTRAK Maraknya proyek pembangunan villa di Nusa Penida dengan pemilihan lokasi yang berpotensi mengalami kelongsoran serta dicanangkannya Perda Kabupaten Klungkung No. 1 Tahun 2013 tentang Tata Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan tambang terbuka disamping faktor cadangan, teknik penambangan, ekonomi dan lingkungan, serta faktor keamanan yang didalamnya termasuk faktor kestabilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Potensi ketidakstabilan yang terjadi pada batuan di sekitar lubang bukaan tambang bawah tanah biasanya akan selalu membutuhkan penanganan khusus terutama atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar yang dibangun di atas suatu tempat yang luasnya terbatas dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. besar yang dibangun di atas suatu tempat yang luasnya terbatas dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bendungan adalah suatu konstruksi atau massa material dalam jumlah besar yang dibangun di atas suatu tempat yang luasnya terbatas dengan tujuan untuk menahan laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara menggunakan pendekatan Rock Mass Rating (RMR). RMR dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara menggunakan pendekatan Rock Mass Rating (RMR). RMR dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan struktur massa batuan di alam yang cenderung berbeda dikontrol oleh kenampakan struktur geologi, bidang diskontinuitas, bidang perlapisan atau kekar.

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Longsoran Bidang (Hoek & Bray, 1981) Gambar 3.1

BAB III TEORI DASAR. Longsoran Bidang (Hoek & Bray, 1981) Gambar 3.1 BAB III TEORI DASAR 3.1 Jenis-Jenis Longsoran Ada beberapa jenis longsoran yang umum dijumpai pada massa batuan di tambang terbuka, yaitu : Longsoran Bidang (Plane Failure) Longsoran Baji (Wedge Failure)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Nusa Tenggara Barat, mulai berproduksi pada tahun 2000 dan masih

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Nusa Tenggara Barat, mulai berproduksi pada tahun 2000 dan masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara di Batu Hijau, Propinsi Nusa Tenggara Barat, mulai berproduksi pada tahun 2000 dan masih berlangsung hingga saat ini.

Lebih terperinci

EVALUASI MASSA BATUAN TEROWONGAN EKSPLORASI URANIUM EKO-REMAJA, KALAN, KALIMANTAN BARAT

EVALUASI MASSA BATUAN TEROWONGAN EKSPLORASI URANIUM EKO-REMAJA, KALAN, KALIMANTAN BARAT Eksplorium p-issn 0854-1418 Volume 37 No. 2, November 2016: 89 100 e-issn 2503-426X EVALUASI MASSA BATUAN TEROWONGAN EKSPLORASI URANIUM EKO-REMAJA, KALAN, KALIMANTAN BARAT ROCK MASS EVALUATION OF EKO-REMAJA

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Kajian Teknis Kinerja Alat Bor Atlas Copco Dm50e pada Pengupasan Tanah Penutup di Pit L0-2 Pt. Leighton Contractors Indonesia MSJ Coal Mine Project Kalimantan Timur I Putu Eka Dimi Aprilianta, Adolof George

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN AKTIVITAS EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk SEPTEMBER 2013

LAPORAN BULANAN AKTIVITAS EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk SEPTEMBER 2013 LAPORAN BULANAN AKTIVITAS EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk SEPTEMBER 2013 Laporan Bulanan Aktivitas Eksplorasi PT ADARO ENERGY, Tbk KATA PENGANTAR PT Adaro Indonesia adalah perusahaan pertambangan batubara

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI 3.1 UMUM

BAB III DASAR TEORI 3.1 UMUM BAB III DASAR TEORI 3.1 UMUM Pada kegiatan penambangan, proses penggalian merupakan kegiatan yang utama. Penggalian dilakukan terhadap massa batuan yang memiliki struktur geologi yang kompleks didalamnya.

Lebih terperinci

PENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR

PENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR PENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR Abstrak Oleh : James Wilson Siahaan Prodi Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS PEMBORAN LUBANG LEDAK DI PT. SISJOBSITE PT AI KECAMATAN JUAI KABUPATEN BALANGAN KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN TEKNIS PEMBORAN LUBANG LEDAK DI PT. SISJOBSITE PT AI KECAMATAN JUAI KABUPATEN BALANGAN KALIMANTAN SELATAN KAJIAN TEKNIS PEMBORAN LUBANG LEDAK DI PT. SISJOBSITE PT AI KECAMATAN JUAI KABUPATEN BALANGAN KALIMANTAN SELATAN Didiet Try Setiadi 1, Uyu Saismana 1, Annisa 1, Aldi Ade Rakhmawan 2 Abstrak: Pembongkaran

Lebih terperinci

Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah

Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah Ditinjau dari sistem penyanggaannya, maka metode penambangan bawah tanah (Underground mining)

Lebih terperinci

PENGARUH GEOMETRI TERHADAP PRODUKSI PELEDAKAN BATUAN PENUTUP SUATU PENDEKATAN STATISTIK

PENGARUH GEOMETRI TERHADAP PRODUKSI PELEDAKAN BATUAN PENUTUP SUATU PENDEKATAN STATISTIK PENGARUH GEOMETRI TERHADAP PRODUKSI PELEDAKAN BATUAN PENUTUP SUATU PENDEKATAN STATISTIK Saudah 1, Achmad Djumarma Wirakusumah 2, Apud Djadjulie 3 1. Pemda Seruyan, Jl. Ahmad Yani, Seruyan ² ³ STEM Akamigas,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KESTABILAN LERENG BATUAN

BAB V ANALISIS KESTABILAN LERENG BATUAN BAB V ANALISIS KESTABILAN LERENG BATUAN Seperti telah disebutkan pada bab sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat dua proses utama dalam melakukan evaluasi kestabilan lereng batuan, pada bab ini dibahas

Lebih terperinci

Teguh Samudera Paramesywara1,Budhi Setiawan2

Teguh Samudera Paramesywara1,Budhi Setiawan2 ISSN 0125-9849, e-issn 2354-6638 Ris.Geo.Tam Vol...., No..., Bulan Tahub (Hal XX-XX) 2014 Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN AKTIVITAS EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk JULI 2013

LAPORAN BULANAN AKTIVITAS EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk JULI 2013 LAPORAN BULANAN AKTIVITAS EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk JULI 2013 Laporan Bulanan Aktivitas Eksplorasi 1 PT ADARO ENERGY, Tbk KATA PENGANTAR PT Adaro Indonesia adalah perusahaan pertambangan batubara

Lebih terperinci

Studi Jarak Kekar Berdasarkan Pengukuran Singkapan Massa Batuan Sedimen di Lokasi Tambang Batubara

Studi Jarak Kekar Berdasarkan Pengukuran Singkapan Massa Batuan Sedimen di Lokasi Tambang Batubara Studi Jarak Kekar Berdasarkan Pengukuran Singkapan Massa Batuan Sedimen di Lokasi Tambang Batubara Oleh: Saptono, S., Kramadibrata, S., Sulistianto, B., Irsyam, M. Ringkasan Perdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

4 CM BAB I PENDAHULUAN

4 CM BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 2 CM 1.1. Latar Belakang 0,5 0,3 Latar belakang dari penulisan laporan praktikum beserta garis besar praktikum yang dilakukan. 1 CM your 1.2. Tujuan Praktikum 0,3 Tujuan dari praktikum

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. Nama Praktikan/11215XXXX 4

BAB III KESIMPULAN. Nama Praktikan/11215XXXX 4 BAB III KESIMPULAN 3.1 Kriteria Penggalian Kemampuan untuk menaksir kemampugalian suatu massa batuan sangatlah penting, apalagi bila akan mengunakan alat gali mekanis kontinu. Tujuan memelajari kriteria

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN DAN PILLAR DALAM RENCANA PEMBUATAN TAMBANG BAWAH TANAH BATUGAMPING DENGAN METODE ROOM AND PILLAR

ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN DAN PILLAR DALAM RENCANA PEMBUATAN TAMBANG BAWAH TANAH BATUGAMPING DENGAN METODE ROOM AND PILLAR ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN DAN PILLAR DALAM RENCANA PEMBUATAN TAMBANG BAWAH TANAH BATUGAMPING DENGAN METODE ROOM AND PILLAR DI DESA SIDOREJO KECAMATAN LENDAH KAB. KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN

BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN Pengujian dilakukan di Laboratorium Geomekanika, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung. Pengujian diawali dengan kegiatan pengeboran dan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara 1. Bagaimana terbentuknya? Gas metana batubara terbentuk selama proses coalification, yaitu proses perubahan material tumbuhan menjadi batubara. Bahan organik menumpuk di rawa-rawa sebagai tumbuhan mati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi

Lebih terperinci

Jl. Raya Palembang-Prabumulih, Indralaya Utara, 30662, Sumatera Selatan ABSTRAK

Jl. Raya Palembang-Prabumulih, Indralaya Utara, 30662, Sumatera Selatan   ABSTRAK EVALUASI GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP FRAGMENTASI BATUAN MENGGUNAKAN BAHAN PELEDAK ANFO DAN BULK EMULSION PADA LAPISAN INTERBURDEN PIT 4500 BLOK SELATAN PT. PAMAPERSADA DAHANA (PERSERO) JOBSITE MELAK, KALIMANTAN

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN AKTIVITAS EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk AGUSTUS 2013

LAPORAN BULANAN AKTIVITAS EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk AGUSTUS 2013 LAPORAN BULANAN AKTIVITAS EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk AGUSTUS 2013 Laporan Bulanan Aktivitas Eksplorasi PT ADARO ENERGY, Tbk KATA PENGANTAR PT Adaro Indonesia adalah perusahaan pertambangan batubara

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN AKTIVITAS EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk JUNI 2013

LAPORAN BULANAN AKTIVITAS EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk JUNI 2013 LAPORAN BULANAN AKTIVITAS EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk JUNI 2013 Laporan Bulanan Aktivitas Eksplorasi PT ADARO ENERGY, Tbk KATA PENGANTAR PT Adaro Indonesia adalah perusahaan pertambangan batubara yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan Pemilihan metode penambangan Block Cut Open Pit Mining dikarenakan seam batubara mempunyai kemiringan yang cukup signifikan yaitu sebesar 10-15 sehingga batas akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata Pantai Parangtritis yang merupakan pantai selatan Pulau Jawa masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. wisata Pantai Parangtritis yang merupakan pantai selatan Pulau Jawa masih menjadi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah wisatawan di Desa Parangtritis selama tahun 2011 hingga 2015 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan objek wisata Pantai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 29 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Metoda Rancangan Terowongan Konsep rancangan terowongan bawah tanah merupakan suatu hal yang relatif baru. Salah satu alasan tersebut adalah persoalan rancangan tambang bawah

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK MASSA BATUAN DI SEKTOR LEMAJUNG, KALAN, KALIMANTAN BARAT

ANALISIS KARAKTERISTIK MASSA BATUAN DI SEKTOR LEMAJUNG, KALAN, KALIMANTAN BARAT ANALISIS KARAKTERISTIK MASSA BATUAN DI SEKTOR LEMAJUNG, KALAN, KALIMANTAN BARAT ANALYSIS OF ROCK MASS CHARACTERISTICS IN LEMAJUNG SECTOR, KALAN, WEST KALIMANTAN Heri Syaeful * dan Dhatu Kamajati Pusat

Lebih terperinci

TATA TERTIB PRAKTIKUM

TATA TERTIB PRAKTIKUM TATA TERTIB PRAKTIKUM 1. Praktikan telah melengkapi semua persyaratan untuk mengikuti praktikum dan telah mendaftarkan diri di Laboratorium Mekanika Batuan. 2. Praktikan harus sudah hadir 10 menit sebelum

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk JUNI 2014

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk JUNI 2014 LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk JUNI 2014 Laporan Bulanan Kegiatan Eksplorasi PT ADARO ENERGY, Tbk KATA PENGANTAR PT Adaro Indonesia adalah perusahaan pertambangan batubara yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO

UNIVERSITAS DIPONEGORO UNIVERSITAS DIPONEGORO KAJIAN KLASIFIKASI MASSA BATUAN DAN ANALISIS STEREOGRAFIS TERHADAP STABILITAS LERENG PADA OPERASI PENAMBANGAN TAMBANG BATUBARA AIR LAYA DESA TANJUNG ENIM KABUPATEN MUARA ENIM SUMATERA

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan antara Tegangan Utama Mayor dan Minor pada Kriteria Keruntuhan Hoek-Brown dan Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb (Wyllie & Mah, 2005)

Gambar 1 Hubungan antara Tegangan Utama Mayor dan Minor pada Kriteria Keruntuhan Hoek-Brown dan Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb (Wyllie & Mah, 2005) Kekuatan Massa Batuan Sebagai alternatif dalam melakukan back analysis untuk menentukan kekuatan massa batuan, sebuahh metode empirik telah dikembangkan oleh Hoek and Brown (1980) dengan kekuatan geser

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional XI Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Prosiding Seminar Nasional XI Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Rancangan Teknis Penyanggaan Berdasarkan Kelas Massa Batuan Dengan Menggunakan Metode RMR dan Q-System di Terowongan Gudang Handak dan Pasir Jawa UBPE Pongkor PT. Aneka Tambang Persero Tbk Ambar Sutanti

Lebih terperinci

ESTIMASI GEOLOGICAL STRENGTH INDEX (GSI) SYSTEM PADA LAPISAN BATUGAMPING BERONGGA DI TAMBANG KUARI BLOK SAWIR TUBAN JAWA TIMUR

ESTIMASI GEOLOGICAL STRENGTH INDEX (GSI) SYSTEM PADA LAPISAN BATUGAMPING BERONGGA DI TAMBANG KUARI BLOK SAWIR TUBAN JAWA TIMUR ESTIMASI GEOLOGICAL STRENGTH INDEX (GSI) SYSTEM PADA LAPISAN BATUGAMPING BERONGGA DI TAMBANG KUARI BLOK SAWIR TUBAN JAWA TIMUR R. Andy Erwin Wijaya 1, Dwikorita Karnawati 2, Srijono 2, Wahyu Wilopo 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN...1 DAFTAR ISI RINGKASAN...v ABSTRACT...vi KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR TABEL...xiii DARTAR LAMPIRAN...xiv BAB I PENDAHULUAN...1 1.1. Latar Belakang...1 1.2. Rumusan Masalah...1

Lebih terperinci

TUGAS PERENCANAAN TAMBANG. Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Tambang II Pada Jurusan Teknik Pertambangan.

TUGAS PERENCANAAN TAMBANG. Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Tambang II Pada Jurusan Teknik Pertambangan. PERENCANAAN PENAMBANGAN BATUBARA DI DUSUN PLAMPANG III DESA KALIREJO KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULONPROGO PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PT. POTGIETERSTUST COAL MINING TUGAS PERENCANAAN TAMBANG Dibuat

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk MEI 2014

LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk MEI 2014 LAPORAN BULANAN KEGIATAN EKSPLORASI PT ADARO ENERGY Tbk MEI 2014 Laporan Bulanan Kegiatan Eksplorasi PT ADARO ENERGY, Tbk KATA PENGANTAR PT Adaro Indonesia adalah perusahaan pertambangan batubara yang

Lebih terperinci